• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DESA"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

i

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DESA (APBDes) DI DESA KAMPUNG BERU

KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR

SKRIPSI

LAODE SUAPARNO 105640196614

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

ii

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DESA(APBDes) DI DESA KAMPUNG BERU

KECAMATAN POLONGBANGKENG UTARA KABUPATEN TAKALAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh

LAODE SUPARNO Nomor Stambuk: 105640196614

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH Saya yang bertandatangan di bawahini :

Nama Mahasiswa : LAODE SUPARNO Nomor Stambuk : 105640 196614 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 19 Agustus 2020 Yang Menyatakan,

LAODE SUPARNO

(6)

ABSTRAK

Partisipasi Masyarakatat dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) di Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara

Kabupaten Takalar (dibimbing oleh Dr. Amir Muhiddin, M.Si dan Dr. Nuryanti Mustari, S.IP., M.Si)

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran pendapatan belanja desa di Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan analisis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Tekhnik pengumpulan Data dengan wawancara mendalam, observasi langsung, kajian pustaka dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini terdiri dari 7 (tujuh) orang yang dianggap dapat memberikan informasi terperinci mengenai partisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran pendapatan belanja desa.

Hasil penelitian yang didapat menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran pendapatan belanja desa yaitu: (1) Partisipasi Buah Pikiran, masyarakat berpartisipasi dalam mengutarakan pendapatnya dalam penyusunan anggaran pendapatan belanja desa dengan sebaik-baiknya, dan juga pemerintah desa mempertimbangkan bahkan program yang di rencanakan di laksanakan oleh pemerintah desa dan masyarakat memberikan sebuah ide dan gagasan dalam hal ini penyusunan anggaran pendapatan belanja desa yang dibahas dalam satu tahun sekali dimusrembang desa. (2) Partisipasi tenaga, adanya sikap gotong royong seperti perbaikan irigasi dan kerja bakti. (3) Partisipasi Keahlian untuk saat ini pemerintah baru merencanakan untuk meyediakan masyarakat untuk mengelolah kotoran sapi untuk dijadikan sebagai pupuk kompos dan ini akan menjadi keahlian masyarakat. Faktor pendukung yaitu(1). Tingkat Pendidikan. dengan tingkat pendidikan yang tinggi setidaknya lebih paham tentang kegiatan-kegiatan yang diadakan pemerintah desa dalam hal ini penyusunan APBDes.(2) Tingkat pendapatan dan Jenis Pekerjaan. Faktor penghambat (1). tingkat kepercayaan masyarakat kepada Pemerintah Desa. (2). tidak dilibatkanya setiap masyarakat dalam kegiatan musyawarah.

Kata Kunci: Partisipasi Masyarakat, Penyusunan APBD

(7)

1

KATA PENGANTAR

Tiada kata indah yang patut di ucapkan seorang hamba kepada Sang Pencipta atas segala cinta kasih-Nya yang tak terhingga dan nikmat-Nya yang tak berujung sehingga kita mampu melewati hari-hari yang penuh makna, dan memberi kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi masyarakat dalam penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja desa di Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar” Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar ini.

Penulisan skripsi ini guna bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Politik dari Program Studi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa untuk menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini tidaklah mudah, namun penulis meyadari begitu banyak pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih yang teristimewa dan terdalam penulis kepada kedua orang tua tercinta Ayahanda La Ode Pamili dan Ibunda Nurlia, karena semua usaha penulis tidak berarti apa-apa tanpa adanya pengorbanan dan dorongan semangat yang sangat luar biasa dari beliau yang selalu suka rela melakukan segala hal, memberikan doa yang tulus, motivasi, nasehat serta bimbingan dan membesarkan penulis dengan penuh kasih sayang. Terima kasih juga untuk saudara sedarah penulis yang selalu menyayangi dan memberi semangat untuk terus melanjutkan pendidikan setinggi mungkin. Pada kesempatan ini, tak lupa penulis mengucapkan penghargaan dan ucapan terima

(8)

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya terutama kepada Bapak Dr. H. Amir Muhiddin, M.Si selaku pembimbing I dan Ibunda Dr.Nuryanti Mustari,.S.IP.,M.Si selaku pembimbing II sekaligus Ketua Jurusan dan penasehat Akademik, yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis, melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan yang amat berharga sejak dari awal sampai selesainya skripsi ini. selaku Penasehat Akademik (PA) yang telah membimbing dan menasehati penulis dari awal masa perkuliahan hingga saat ini. Selanjutnya ucapan terima kasih pula penulis haturkan kepada Bapak Ahmad Harakan, S.IP., M.Hi selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis kepada Ibunda Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar, dan Segenap Dosen serta staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi bekal ilmu pengetahuan dan pelayanan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Selanjutnya ucapan terimakasih kepada Keluarga penulis yang telah memberikan support dalam penulisan skripsi, Himpunan Mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan (HIMJIP), kepada para kakanda dewan senior, Sahabat, teman-teman AFILIASI, yang telah mengajarkan banyak hal dan memberi banyak pengalaman hidup.

(9)

Teriring doa semoga Allah SWT menjadikan semua pengorbanan dan kebaikan itu sebagai cahaya penerang di dunia maupun di akhirat kelak. Amiin. Akhir kata penulis mengharapkan kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca guna menambah Khasanah Ilmu Pengetahuan.

Billahi Fii Sabililhaq Fastabiqul Khairat

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 19 Agustus 2020

La Ode Suparno

(10)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengajuan Skripsi ... ii

Halaman Persetujuan ... iii

Halaman Penerimaan Tim ... iv

Halaman Pernyataan Keaslian karya Ilmiah ... v

Abstrak ... vi

Kata Pengantar... vii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Partisipasi ... 8

1. Pengertian Partisipasi ... 10

2. Partisipasi Masyarakat ... 11

3. Bentuk Partisipasi Masyarakat ... 12

4. Jenis- jenis Partisipasi Masyarakat ... 14

5. Faktor yang mempengaruhi Partisipasi Masyarakat ... 15

B. Konsep Pemerintah Desa ... 17

1. Pemerintahan Desa ... 17

2. Penyelenggaraan Pemerintah Desa ... 19

3. Anggaran Pendapat Belanja Desa... 22

4. Dasar Hukum Anggaran Pendapatan Belanja Desa ... 23

5. Penegertian Anggaran Pendapatan Belanja Desa ... 23

D. Kerangka Pikir ... 313 x

(11)

E. Deskriptif dan Fokus Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN A.Waktu dan lokasi Penelitian ... 34

B.Jenis dan Tipe Penelitian ... 34

C.Sumber Data ... 35

D.Informan Penelitian ... 35

E.Tehnik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 37

G.Keabsahan Data ... 38

BAB IV PENELIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

B.Hasil Penelitian ... 50 BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 72 B.Saran. ... 74 DAFTAR PUSTAKA ... 76 LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP xi

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 34

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kampung Beru Tahun 2016 ... 41

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk ... 41

Tabel 4.3 Jumlah Kepala Keluarga ... 43

Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Desa Kampung Beru Berdasarkan Pekerjaan ... 43

Tabel 4.5 Data Iklim Kesuburan Tanah ... 44

Tabel 4.6 Luas Lahan Pertanian ... 45

Tabel 4.7 Sarana dan Prasarana Pendidikan ... 46

Tabel 4.8 Kesehatan Masyarakat ... 47

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tahapan penyusunan APBDes ... 27 Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pikir ... 31

(14)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era reformasi di Indonesia menunjukkan adanya perbaikan diberbagai lini pemerintahan dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. Pembangunan yang dulunya dikendalikan pemerintah pusat (sentralistik) mulai bergeser menjadi sistem yang desentralisatik dengan pembangunan yang merata diseluruh Indonesia. Kebijakan desentralisasi di Indonesia pada era reformasi menempatkan masyarakat sebagai pilar utama pemerintahan daerah.

Proses demokrasi dalam pemerintahan berbasis pada derajat keterlibatan masyarakat dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan. Partisipasi masyarakat dalam pemerintahan merupakan suatu keharusan karena masyarakat merupakan pemilik kedaulatan, seperti yang tercantum dalam UUD 1945 pasal 1 ayat 2 “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-undang Dasar”. Selain itu masyarakat adalah pembayar pajak yang hasilnya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai subjek pembangunan, sudah seharusnya masyarakat dilibatkan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan penerimaan manfaat dari pembangunan.

Pelaksanaan APBDes memiliki peran penting dalam mensukseskan pembangunan daerah karena segala pelayanan desa kepada masyarakat sudah dirancang di dalam APBDes. Keikutsertaan masyarakat dalam penyusunan

(15)

2

APBDes akan meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat karena didasarkan dengan kebutuhan riil yang ada dimasyarakat. Partisipasi masyarakat pada setiap program pembangunan menjadi kunci utama suksesnya pembangunan. Tanpa peran aktif masyarakat kemungkinan besar akan menimbulkan praktik-praktik penyimpangan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa sesungguhnya proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan proses pembangunan harus melibatkan masyarakat sebagai bagian dari warga negara. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan upaya memberdayakan potensi yang dimiliki masyarakat melalui musyawarah. Musyawarah dilakukan dengan tujuan peningkatan aspirasi masyarakat berupa keinginan dan kebutuhan masyarakat, peningkatan peran serta masyarakat dalam proses pembangunan serta meningkatkan rasa memiliki terhadap program pembangunan yang telah dirancang. Selain itu partisipasi masyarakat menjadi hal yang penting karena pembangunan desa ditujukan kepada masyarakat sehingga harus mampu mengelola potensi dan sumber daya yang dimiliki desa.

Anggaran Pendapatan Belanja Desa(APBDes) menjadi instrumen yang penting dalam rangka mewujudkan good governance ditingkat desa. Tata pemerintahan yang baik dapat diukur dari proses penyusunan dan pertanggungjawaban APBDes. Kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi akan membuat hasil pembangunan yang direncanakan berjalan sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat. Semakin transparannya pengelolaan dari pemerintah desa akan memberikan dampak positif terhadap

(16)

pelaksanaan pembangunan serta mencapai masyarakat yang adil, makmur, sejahtera dengan lembaga negara yang kuat, efektif, dan efisien.

Penyusunan APBDes didasarkan pada Permendagri No. 37 tahun 2007 APBDes merupakan tahap perencanaan keuangan desa, pengelolaan APBDes didasarkan pada prinsip partisipasi, transparansi dan akuntabel. selain mengajari pemerintah desa lebih mandiri dalam mengelola wilayahnya, APBDes juga dapat menjadi sarana masyarakat desa untuk menyalurkan aspirasinya dan berpartisipasi dalam pembangunan desa melalui pengelolaan keuangannya, partisipasi masyarakat sangat penting dan dibutuhkan dalam penyusunan anggaran karena anggaran adalah arah kebijakan pemerintah daerah yang diwujudkan dalam langkah-langkah nyata pembangunan daerah. karena itu, APBDes hendaknya mengedepankan partisipasi masyarakat sebagai wujud keikutsertaan masyarakat dalam membangun daerahnya dan sebagai wujud transparansi kebijakan publik kepada masyarakat sebagai dan pemegang kekuasaan tertinggi dalam bernegara.

Salah satu kebijakan publik yang menjadi fokus penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dalam penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes). Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan PP Nomor 43 Tahun 2014, dapat dijelaskan bahwa peraturan desa, termasuk APBDes ditetapkan oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa. Masyarakat berhak memberikan masukan terkait pembahasan Rancangan Peraturan Desa. melalui APBDes ini diharapkan pemerintah desa

(17)

dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki desanya agar dapat mewujudkan kesejateraan masyarakat.

Pemerintah Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar, sebagai pemerintah desa lebih berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, serta melakukan kesinambungan terhadap penyelenggaraan pembangunan melalui rencana keuangan tahunan yaitu APBDes. Partisipasi masyarakat merupakan modal dasar pembangunan suatu desa, untuk itu keikutsertaan masyarakat dalam berpartisipasi sangatlah pentig dalam menunjang percepatan pembangunan melalui rencana keuangan tahunan APBDes.

Namun kenyataannya penyusunan APBDes di Desa Kampung Beru kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Berdasarkan observasi di lapangan yang dilakukan oleh peneliti ternyata pemerintah desa sebagai fasilitator belum sepenuhnya melibatkan masyarakat sebagai aktor dalam pelaksanaan penyusunan APBDes di Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara. Berdasarkan hasil wawancara pada bulan Februari 2018 yang lalu dengan Hardianto selaku masyarakat di Desa Kampung Beru, menyatakan kerja sama antara Pemerintah Desa dengan masyarakat dalam penyusunan APBDes di Desa Kampung Beru masih sangat kurang, Persoalan yang terjadi di Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar saat ini adalah pengelolaan sejumlah besar anggaran yang mengalir ke desa, dirasakan sangat tidak optimal yang tidak dapat ditunjukan

(18)

dengan data-data statistik seperti peningkatan ekonomi rumah tangga dan peningkatan kesehjateraan masyarakat desa seperti pembangunan,kelompok tani tidak mendapat perhatian dari pemerintah dalam hal ini bantuan atau pengadaan pupuk, badan usaha milik desa tidak berjalan, jalan anatar dusun belum diperbaiki. kenyataan ini, pada akhirnya memberikan pandangan miring kepada pemerintah desa selaku operator penyelenggara pemerintahan dan pembangunan desa. karena pengalokasian dana tersebut dirasakan tidak tepat sasaran seperti jenis kebutuhan masyarakat tidak sama dengan bentuk pembangunan yang dikerjakan. oleh karena itu menjadikan penting, makna partisipasi masyarakat yang merupakan pilar penting dalam teori demokrasi selain persamaan dalam pemilihan urnum, keterlibatan dalam proses pengambilan kebijakan, persamaan hak pilih bagi semua orang dewasa. hal ini sejalan dengan konsep governance yang memberikan kesempatan kepada stakeholder lain di luar pemerintah untuk terlibat dalam proses perumusan kebijakan publik. Sebagai alat kebijakan anggaran bisa dipakai pemerintah untuk melakukan intervensi di banyak sektor yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Dengan demikian anggaran bisa berdampak menguntungkan maupun merugikan pada semua dimensi kehidupan masyarakat.

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) di Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar’’

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana partisipasi masyarakat desa dalam penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa(APBDes) di Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar

2. Faktor- faktor apa yang menghambat dan mendukung dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa(APBDes) di Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis partisipasi masyarakat dalam penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa(APBDes) di Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar 2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk partisipasi

masyarakat dalam penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) di Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar.

(20)

D. Manfaat Penelitian 1. Secara akademis

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan Ilmu Pemerintahan pada khususnya dan mahasiswa Unismuh Makassar pada umumnya

2. Secara Praktis penelitian

Diharapakan ini sebagai bahan masukan bagi pemerintah Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar dalam penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) dalam mewujudkan pemerintahan yang baik

(21)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Partisipasi

Pelaksanaan pembangunan yang meliputi segala aspek kehidupan baru akan berhasil apabila merupakan kegiatan yang melibatkan seluruh anggota masyarakat. Hal ini secara tegas dikemukakan oleh Tjokroamidjodjo (Dalam Supriyadi, 2010) disatu pihak partisipasi penting bagi pembangunan dan bahkan menjadi salah satu tujuan pembangunan itu sendiri. Cohen dan Uphoff (dalam Tumbel, 2017) membagi partisipasi kedalam beberapa tahapan, sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan melalui keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud adalah perencanaan kegiatan.

2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, karena inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata dalam partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota program.

3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan program. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subyek

(22)

pembangunan, maka semakin besar manfaat program dirasakan, berarti program tersebut berhasil mengenai sasaran.

4. Tahap Evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat, yaitu:

1. Faktor internal, mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, pengalaman berkelompok. 2. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola

proyek dengan sasaran yang dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek, jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu bila didukung dengan pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tersebut tidak akan ragu untuk berpartisipasi dalam proyek.

Selain itu ada juga faktor yang menghambat partisipasi masyarakat menurut Watson (dalam Soetomo 2008) mengatakan bahwa ada beberapa kendala (hambatan) yang dapat menghalangi terjadinya suatu perubahan antara lain kendala yang berasal dari kepribadian individu salah satunya adalah ketergantungan. Ketergantungan masyarakat terhadap pemerintah

(23)

dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan merupakan hambatan dalam mewujudkan partisipasi atau keterlibatan masyarakat secara aktif, karena rasa ketergantungan ini masyarakat tidak memiliki inisiatif untuk melaksanakan pembangunan atau prakarsa mereka sendiri.

1. Pengertian Partisipasi

Partisipasi berasal dari bahasa latin partisipare yang mempunyai arti mengambil bagian atau turut serta. Sastrodipoetra dalam Arif (2012:45) menyatakan partisipasi sebagai keterlibatan yang bersifat spontan yang disertai kesadaran dan tanggungjawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Made Pidarta dalam Siti Irene Astuti D. (2009: 31-32), partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksanakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan. Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi dari seseorang di dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyokong kepada pencapaian tujuan kelompok tersebut dan ikut bertanggungjawab terhadap kelompoknya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah kesadaran seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta mengambil bagian dalam suatu kegiatan yang didasarkan oleh perasaan

(24)

tanggungjawab yang diwujudkan dalam bentuk materi maupun non materi demi mewujudkan tujuan bersama. Partisipasi membutuhkan orang-orang yang secara sukarela memberikan sumbangsihnya terhadap usaha pembangunan.

2. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi berarti peran serta seseorang atau kelompok masyarakat dalam proses pembangunan baik dalam bentuk pernyataan maupun dalam bentuk kegiatan dengan memberi masukan pikiran, tenaga, waktu, keahlian, modal dan atau materi, serta ikut memanfaatkan dan menikmati hasil –hasil pembangunan. Pengertian tentang partisipasi dikemukakan oleh Fasli Djalal dan Dedi Supriadi dimana partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masala hmereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat suatu keputusan, dan memecahkan masalahnya (Sumaryadi, 2010: 46).

Partisipasi masyarakat merupakan keikutsertaan, keterlibatan seluruh anggota masyarakat dalam suatu kegiatan tertentu baik secara langsung atau tidak langsung dalam rangka memecahkan permasalahan yang ada di masyarakat. Masyarakat menjadi pihak yang paling aktif dalam mengidentifikasi, merencanakan, melaksanakan hingga mengevaluasi program yang telah disusun bersama. Partisipasi masyarakat akan tercipta

(25)

apabila terjadi kerjasama yang baik dan rasa saling percaya antara pemerintah dengan lembaga kemasyarakatan yang ada atau dengan anggota masyarakat.

Conyers dalam Damsar (2016:240-241) mengungkapkan pentingnya partisipasi sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat untuk memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, masyarakat akan mempercayai program pembangunan jika mereka dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui tentang proyek tersebut sehingga menimbulkan rasa memiliki terhadap program tersebut;

ketiga, timbulnya anggapan bahwa partisipasi merupakan suatu hak

demokrasi apabila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan. 3. Bentuk Partisisipasi Masyarakat

Partisipasi pada kelompok masyarakat memiliki cara yang berbeda seperti yang dikemukakan oleh Hami Joyo (2009:4) ada beberapa bentuk partisipasi yang nyata yaitu:

1. Partisipasi uang adalah partisipasi untuk memperlancar usaha usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan 2. Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang

(26)

3. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program.

4. Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkan dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya.

Menurut Siagian (Hendra, 2013 : 3-4) bentuk partisipasi masyarakat ada dua, yaitu :

1. Partisipasi Pasif

Merupakan sikap perilaku dan tindak tanduk melakukan hal – hal yang menghalangi kelancaran roda pembangunan.

2. Partisipasi Aktif

a) Turut memikirkan nasib dengan memanfaatkan lembaga – lembaga yang ada dalam masyarakat sebagai penyalur aspirasi.

b) Adanya kesadaran masyarakat yang tinggi untuk menyerahkan penentuan nasibnya kepada orang lain, seperti kepada pimpinan, tokoh masyarakat yang bersifat formal atau non formal.

(27)

c) Memenuhi kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab seperti membayar pajak.

d) Ketaatan kepada berbagai peraturan pemerintah yang berlaku.

e) Kerelaan melakukan pengorbanan yang dituntut oleh pembangunan untuk kepentingan bersama.

4. Jenis- jenis Partisipasi Masyarakat.

Menurut Sastropoetro (Agnes dkk, 2016 : 148-151) menyebutkan jenis-jenis partisipasi yaitu partisipasi pikiran (Psychological

participation), partisipasi tenaga (Physical participation), partisipasi

keahlian (Participation with skill) yaitu:

1. Partisipasi Pemikiran Partsipasii masyarakat dalam pemikiran baik itu secara langsung maupun tidak langsung mutlak diperlukan bagi tercapainya tujuan pembangunan untuk kesejahteraan masyarakatnya. Terutama di zaman reformsi saat ini, dimana Masyarakat turut andil dalam kegiatan pembangunan, mulai dari penyusunan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Tetapi, bagi suatu pembangunan strategi perencanaan yang baik akan menghasilkan pembangunan yang dapat dinikmati seluruh elemen masyarakat.

2. Partisipasi Tenaga Selain partisipasi dalam bentuk pemikiran, tenaga merupakan salah satu bentuk partisipasi dari masyarakat desa yang sangat potensial diarahkan dalam proses pembangunan desa, khususnya pada perencanaan pembangunan desa dalam hal penyusunan anggaran pendapatan belanja desa.

(28)

3. Partisipasi Keahlian yaitu menyelesaikan suatu pekerjaan secara efektif dan efisien serta berkualitas selain itu tingkat keahlian atau skill sangat dibutuhkan oleh para pekerjanya. Keahlian tersebut juga harus ditunjang pula dengan motif dan keadaan dari para pekerja pada saat mereka bekerja. Hal ini penting dikemukakan mengingat partisipasi adalah keterlibatan atas dasar kesukarelaan yang akan mewujudkan hasil sebagaimana yang diharapkan.

5. Faktor yang mempengaruhi partisipasi Masyarakat

Menurut Damsar (2016:235-240) faktor yang memengaruhi orang partisipasi adalah:

a. Faktor status sosial ekonomi (SSE), faktor ini merujuk kepada keadaan yang melekat pada diri seseorang baik karena diusahakan maupun diwariskan misalnya pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan kekayaan.

b. Faktor sosial budaya, faktor ini memengaruhi seseorang untuk ikut serta dalam kegiatan publik antara lain kepemimpinan, stratifikasi sosial, dan adat istiadat.

c. Faktor lingkungan, faktor ini merupakan faktor ekstra sosilogis yang berasal dari luar masyarakat yang terdiri dari keterisoliran daerah dan cuaca.

Menurut Plumer (dalam Yulianti,2012:10), beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah:

(29)

a. Pengetahuan dan keahlian. Dasar pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. Hal ini membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada;

b. Pekerjaan masyarakat. Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu akan dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya untuk berpartisipasi pada suatu proyek tertentu. Seringkali alasan yang mendasar pada masyarakat adalah adanya pertentangan antara komitmen terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi; c. Tingkat pendidikan dan buta huruf. Faktor ini sangat berpengaruh bagi

keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi yang ada. d. Jenis kelamin. Sudah sangat diketahui bahwa sebagian masyarakat masih

menganggap faktor inilah yang dapat mempengaruhi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan akan mempunyai persepsi dan pandangan berbeda terhadap suatu pokok permasalahan; . Kepercayaan terhadap budaya tertentu.

e. Masyarakat dengan tingkat heterogenitas yang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta metodologi yang digunakan. Seringkali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan konsep-konsep yang ada. faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi masyarakat ini dapat dikatakan petaruh

(30)

(stakeholder), yaitu semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program ini.Petaruh kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program.

Menurut Astuti (2011) dalam Purnomo (2015:34) faktor yang menjadi penghambat partisipasi masyarakat antara lain: (1) sifat malas, apatis, masa bodoh, dan tidak mau melakukan perubahan di tingkat anggota masyarakat; (2) aspek-aspek tipologi (perbuktian dan jurang); (3) geografis (pulau-pulau kecil yang tersebar letaknya); (4) demografis (jumlah penduduk); (5) ekonomi (desa miskin/tertinggal).

B. Konsep Memerintah Desa a. Pemerintahan Desa

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah dijelaskan dalam pasal 371 ayat (1) bahwa “Dalam Daerah kabupaten/kota dapat dibentuk desa”.

Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 2016 tentang Administrasi Pemerintahan Desa dijelaskan dalam pasal 1 ayat (2) bahwa “Pemerintahan Desa adalah penyelenggara urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Dimulainya masa reformasi terjadilah perubahan paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari sentralistik-militeristik ke pemerintahan reformis yang demokratis. Pada 2004 UU No. 22 Tahun 1999 diganti UU

(31)

No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 diganti dengan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Baik UU No. 22 Tahun 1999 maupun UU No. 32 Tahun 2004 menganut prinsip-prinsip demokratis, partisipasi masyarakat, pemerataan dan keadilan, dan keanekaragaman. UU No. 32 Tahun 2004 menetapkan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Mengatur artinya kewenangan membuat kebijakan yang bersifat mengatur (policy regulation), sedangkan mengurus artinya kewenangan membuat aturan (policy implementation) (Nurcholis, 2011:53-54)

Berbicara mengenai kewenangan desa terdapat perubahan yang mendasar dari pengaturan desa dalam UU No. 32 Tahun 2004 menjadi UU No. 6 Tahun 2014. Kewenangan desa dalam UU No. 32 Tahun 2004 lebih mengatur kepada urusan pemerintahan dan tugas pembantuan dari pemerintahan atasan. Desa hanya dianggap sebagai objek dari pemerintah atasan, karena desa tidak memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengelola desanya secara mandiri. Berbeda dengan UU No. 6 Tahun 2014 pasal 19 yang memberi desa kewenangan berdasarkan hak asal-usul desa dan kewenangan lokal berskala desa. Dalam UU ini desa diberi kepercayaan untuk mengatur dan mengurus desanya sendiri secara mandiri tanpa perlu

(32)

dibebani lagi berbagai tugas dan urusan pemerintahan atasan yang terkadang memberatkan desa sendiri (Suharsono, 2015:332).

Menurut Kurniawan (2010:10) lahirnya UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa mengembangkan paradigma dan konsep baru kebijakan tata kelola desa secara nasional. UU Desa ini tidak lagi menempatkan desa sebagai latar belakang Indonesia, tetapi halaman depan Indonesia. UU Desa ini juga mengembangkan prinsip keberagaman, mengedepankan azas rekognisi dan subsidiaritas desa. Undang-undang ini mengangkat hak serta kedaulatan desa yang selama ini terpinggirkan.

Undang-undang Desa yang baru menempatkan desa sebagai subjek pembangunan dengan menjadikan pemerintah desa sebagai pihak yang memfasilitasi kemandirian dan kesejahteraan desa. Desa menjadi subjek pembangunan yang dikuatkan dengan anggaran sekitar Rp 1 miliar, sehingga desa dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya sebagai upaya untuk memajukan kemakmuran desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut sejalan dengan visi dan misi perencanaan pembangunan nasional 2015-2019 yang bersumber pada Nawa Cita Presiden Joko Widodo yang menghendaki terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.

C. Penyelenggaraan Pemerintah Desa

Nurcholis (2011, 73-79) menyatakan penyelenggara pemerintah desa dilakukan oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

(33)

1. Pemerintah Desa

Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 pasal 26 ayat (1) yang mengatakan tugas kepala desa adalah menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat desa. Dapat diinterprestasikan bahwa kepala desa diberi keleluasaan yang cukup melaksanakan tugasnya dibidang pengaturan sebelumnya yang hanya menempatkan kepala desa sebagai pelaksana saja.

Kepala Desa memiliki tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Dalam melaksanakan tugasnya kepala desa memiliki wewenang antara lain (Nurcholis, 2011:74):

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD;

b. Mengajukan rancangan peraturan desa;

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD;

d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APBDes untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD;

e. Membina kehidupan masyarakat desa; f. Membina perekonomian desa;

(34)

h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan

i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Jadi, dalam menyelenggarakan pemerintahan desa terdapat dua lembaga yaitu pemerintah desa dan BPD. Pemerintah desa berfungsi menyelenggarakan kebijakan pemerintah atasnya dan kebijakan desa, sedangkan BPD berfungsi menetapkan peraturan desa, menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakat. Atas fungsi tersebut, BPD mempunyai wewenang antara lain: Kepala desa dibantu oleh perangkat desa dalam melakukan tugas dan wewenangnya. Perangkat desa bertanggungjawab kepada kepala desa. Perangkat desa terdiri atas sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil yang diangkat oleh sekretaris.

Anggota BPD merupakan wakil dari penduduk desa bersangkutan yang di dasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari ketua Rukun Tetangga (RT) atau Rukun Warga (RW), pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah enam tahun dan dapat diangkat/diusulkan

(35)

kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 (lima) orang dan paling banyak 11 (sebelas) orang, dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk, dan kemampuan keuangan desa. Pimpinan BPD terdiri dari satu orang ketua, satu orang wakil ketua, dan satu sekretaris. Pimpinan BPD dipilih oleh anggota BPD secara langsung dalam rapat BPD yang diadakan secara khusus. Rapat pemilihan pimpinan BPD untuk pertama kali dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh anggota termuda. Pimpinan dan anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan menjadi kepala desa dan perangkat desa.

3. Anggaran Pendapatan Belanja Desa

Anggaran Pendapatan Belanja Desa adalah rencana keuangan desa dalam satu tahun yang memuat perkiraan pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan, dan rencana pembiayaan yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa, dan ditatapkan dengan peraturan desa. Penyelenggaraan pemerintahan desa yang output-nya berupa pelayanan publik, pembangunan, dan perlindungan masyarakat harus disusun perencanaanya setiap tahun dan dituangkan dalam APBDesa. Dalam APBDesa inilah terlihat apa yang akan dikerjakan pemerintah desa tahun berjalan.

Pemerintah wajib membuat APBDesa . Melalui ABDesa kebijakan desa yang dijabarkan dalam berbagai program dan kegiatan sudah ditentukan anggaranya. Dengan demikian, kegiatan pemerintah desa

(36)

berupah pemberian pelayanan, pembangunan, dan perlindungan kepada warga dalam tahun berjalan sudah dirancang anggaranya sehingga sudah dipastikan dapat dilaksanankan. tanpa APBDesa, pemerintah desa tidak dapat melaksanakan program dan kegiatan pelayanan publik.

4. Dasar Hukum Anggaran Pendapatan Belanja Desa

Dasar hukum Anggaran Pendapatan dan Belanja antara lain: a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa .

c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Peraturan di Desa.

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa.

5. Pengertian Anggaran Pendapatan Belanja Desa

Anggaran Pendapatan Belanja Desa (APBDes) adalah rencana keuangan desa dalam satu tahun yang memuat perkiraan pendapatan, rencana belanja program dan kegiatan, dan rencana pembiayaan yang

(37)

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah desa dan BPD, dan ditetapkan dengan peraturan desa. Penyelenggara pemerintahan desa yang

output-nya berupa pelayanan publik, pembangunan, dan perlindungan

masyarakat harus disusun perencanaanya setiap tahun dituangkan dalam APBDesa inilah terlihat apa yang dikerjakan pemerintah desa dalam satu tahun berjalan (Nurcholis, 2011:83).

Nurcholis (2011:83-84) mengemukakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDesa) terdiri atas:

1. Pendapatan Desa

Pendapatan desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan desa terdiri atas: (1) pendapatan asli desa (PADesa); (2) bagi hasil pajak kabupaten/kota; (3) bagian dari retribusi kabupaten/kota; (4) alokasi dana desa (ADD); (5) bantuan keuangan dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan desa lainnya; (6) hibah; (7) sumbangan pihak ketiga.

2. Belanja Desa

Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja desa terdiri desa:

(38)

a. Belanja langsung yang terdiri atas: (a) belanja pegawai; (b) belanja barang dan jasa; dan (c) belanja modal.

b. Belanja tidak langsung yang terdiri atas: (a) belanja pegawai/penghasilan tetap; (b) belanja subsidi; (c) belanja hibah (pembatasan hibah); (d) belanja bantuan sosial; (e) belanja bantuan keuangan; (f) belanja tak terduga.

3. Pembiayaan Desa

Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan desa terdiri atas:

a. Penerimaan pembiayaan, yang mencakup:

1) sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa) tahun sebelumnya; 2) pencarian dana cadangan;

3) hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan; 4) penerimaan pinjaman.

b. Pengeluaran pembiayaan yang mencakup: 1) pembentukan dana cadangan;

2) penyertaan modal desa; 3) pembayaran utang.

Pemerintah Desa wajib menyusun APBDesa setiap tahunnya. APBDesa merupakan rencana pembiayaan terhadap program pembangunan

(39)

tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah desa. Program tersebut diturunkan dari program pembangunan jangka menengah desa (lima tahun), yang disebut rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJMDesa). RPJMDesa merupakan penjabaran visi dan misi dari kepala desa terpilih (Nurcholis, 2011:84).

Asas umum yang perlu diperhatikan dalam penyusunan APBDesa adalah sebagai berikut (Aji, 2014:13-1).

a. Tertib yaitu APBDes harus dikelola dengan tepat waktu dan tepat guna yang di dukung yang didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat dipertanggungjawabkan.

b. Taat pada peraturan perundang-undangan berarti bahwa pengelolaan APBDes harus berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang ada. c. Efektif merupakan pencapaian hasil program sesuai dengan target yang

telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan keluaran dengan hasil. d. Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimal dengan penggunaan

masukan yang terendah.

e. Ekonomis merupakan perolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu dengan harga terendah.

f. Transparan merupakan prinsip keterbukaan dari pemerintah desa yang memungkinkan masyarakat mengetahui dan mendapatkan akses informasi tentang APBDes.

g. Bertanggungjawab merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan

(40)

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan

h. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.

i. Kepatutan adalah tindakan atau sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.

j. Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa APBDes digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Ket : http://www.nanjung.desa.id/detailpost/tahapan-penyusunan-apbdes Gambar 2.1 Tahapan penyusunan APBDes

Pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan APBDes adalah sebagai berikut : (1) Pemerintah Desa (Kepala Desa dan Perangkat Desa); (2) BPD

(41)

(Badan Permusyawaratan Desa); (3) Perwakilan Warga (Tokoh Masyarakat, Unsur Perempuan, Unsur warga Miskin, Organisasi Kemasyarakatan) dan (4) Bupati/Camat (Aji, 2014: 18-20).

Pihak yang terlibat dalam penyusunan APBDes mempunyai peran sendiri-sendiri sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.

1. Peran Kepala Desa

a. Membahas dan menyetujui raperdes APBDes, perubahan APBDes dan pertanggung jawaban bersama BPD.

b. Menetapkan perdes APBDes.

c. Mensosialisasikan perdes APBDes, perubahan APBDes dan pertanggung jawaban APBDes.

d. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDes. e. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa. f. Menetapkan bendahara desa.

g. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa. h. Menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik desa. 1. Peran Sekertaris Desa

a. Menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA).

b. Menyiapkan Draf Raperdes APBDes, perubahan APBDes dan pertanggung jawaban pelaksanaan APBDes.

c. Menyusun DPA.

d. Menyusun rancangan keputusan kepala desa terkait pelaksanaan peraturan desa tentang APBDes dan perubahan APBDes.

(42)

e. Mendokumentasikan proses penyusunan APBDes, perubahan APBDes dan pertanggungjawaban APBDes.

2. Peran BPD

a. Membahas bersama kepala desa dalam rangka memperoleh persetujuan bersama (pembahasan yang dimaksud di atas, menitikberatkan pada kesesuaian dengan RKP Desa).

b. Menyetujui dan menetapkan anggaran.

c. Pengawasan proses penyusunan dan implementasi APBDes. 4. Peran Masyarakat

a. Konsolidasi partisipan.

b. Agregasi kepentingan (mengumpulkan kepentingan yang berbeda beda). c. Memilih preferensi (prioritas).

d. Monitoring dan evaluasi. 5. Peran Bupati

a. Melakukan Evaluasi. b. Melakukan Pembinaan. c. Melakakan Pengawasan. D. Kerangka Pikir

Kerangka pikir menggambarkan alur pemikiran peneliti sebagai kelanjutan dari kajian teori untuk memberikan penjelasan kepada pembaca, berdasarkan judul penelitian tersebut maka kerangka berpikir dalam penelitian ini secara garis besarnya adalah partisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran pendapatan belanja desa (APBDes)

(43)

Berdasarkan bentuk teori-teori yang ada di atas, yaitu partisipasi dalam proses penyusunan anggaran pendapatan belanja desa dapat dijelaskan bahwa partisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran merupakan suatu rencana atau keputusan yang telah disiapkan oleh pemerintah terkait. Partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan ini hakikatnya hanya meliputi penentuan tujuan oleh masyarakat dari serangkaian kegiatan pembangunan yang akan dilaksanakan. Dalam pengambilan keputusan, masyarakat dapat menyumbangkan partisipasinya melalui partisipasi pemikiran, partisipasi tenaga dan partisipasi keahlian.

Dimensi tersebut dianggap cocok dalam mengatasi permasalahan mengenai partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan anggaran pendapatan belanja desa (APBDes) di Desa Kampung Beru, Kecamatan Polongbangkeng Utara, Kabupaten Takalar, dengan menggunakan dimensi tersebut peneliti bisa melihat sejauh mana bentuk partisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran pendapatan belanja desa. Adapun skema kerangka pikir dapat dilihat pada bagan di bawah ini :

(44)

BAGAN KERANGKA PIKIR

Gambar 2.2 : Bagan Kerangka Pikir E. Deskriptif dan Fokus Penelitian

Deskriptif dan fokus penelitian ini adalah partisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran pendapatan belanja desa (APBDes) di Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar adalah;

1. Partisipasi Pemikiran yang dimaksud adalah baik itu secara langsung maupun tidak langsung mutlak diperlukan bagi tercapainya tujuan pembangunan kesejahteraan masyarakat. Terutama dizaman reformasi saat ini, dimana masyarakat turut andil dalam kegiatan pembangunan mulai dari tahap perencanaan, penyusunan, pelaksanaan dan evaluasi.

Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan (APBDes) Di Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara

Kabupaten Takalar

Partisipasi Masyarakat 1. Partisipasi Pemikiran 2. Partisipasi Tenaga 3. Partisipasi Keahlian

Peningkatan Partisipasi Masyarakat di Desa Kampung Beru, Kecamatan Polongbangkeng

Utara, Kabupaten Takalar. Faktor

pendukung

Faktor penghambat

(45)

Kegiatan warga dalam ikut menentukan kebijakan musyawarah dalam penyusunan anggaran pendapatan belanja desa demi kepentinagan bersama. Bentuk partisipasi pemeikiran antara lain yaitu mengajukan usulan tentang suatu kebijakan, mengajukan saran atau kritik tentang suatu kebijakan tertentu. Partisipasi pemikiran lebih merupakan partisipasi berupa sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran kontruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengaetahuan.

2. Partisipasi Tenaga, Partisipasi Tenaga partisipasi masyarakat yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. dan orang yang berpartisipasi dalam bentuk tenaga karena memiliki waktu luang menyumbangkan dalam pelaksanaan program pembangunan

3. Partisipasi dalam Keahlian, ini dilakukan oleh oarang-orang tertentu yang memiliki potensi keahlian yang dibutuhkan dalam peaksanaan program- program.

Adapun yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam penyusunan APBDes yaitu:

1. Faktor Pendukung dalam partisipai masyarakat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, tingkat komunikasi, usia, dan tingkat kepemimpinan masing-masing memiliki hubungan dengan keaktifan berpartisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran pendapatan belanja desa

(46)

2. Faktor Penghambat Faktor-faktor yang menghambat partisipasi masyarakat tersebut adalah berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu sifat malas, apatis, masa bodoh, dan tidak mau melakukan perubahan ditingkat anggota masyarakat.

(47)

34 BAB III

METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kampung Beru Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar. Topik yang diteliti adalah tentang Bagaimana Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Penyusunan Anggaran Pendapatan Belaja Desa (APBDes) . Lokasi penelitian ini yaitu di Desa Kampung Beru, Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar , karena data ataupun dokumen-dokumen dapat diperoleh di Desa Kampung Beru dan untuk mengetahui bentuk partisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran harus terjun langsung ke Desa Kampung Beru, penelitian ini direncanakan akan berlangsung dua bulan.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah kualitatif, menurut Nazir dalam (hamdi, 2014) kualitaif yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh masyarakat misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain.

2. Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah Deskriptif, Taylor dan Bogdan dalam (Wijayani, 2016) mengemukakan bahwa deskriptif Sebagai penelitian yang menghasilkan data mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang

(48)

yang diteliti. Adapun masalah- masalah yang diteliti adalah mengenai partisipasi masyarakat dalam penyusunan APBDes.

C. Sumber Data

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari hasil observasi yang di peroleh dari narasumber atau informan yang dianggap berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya di lapangan.

2. Data Sekunder adalah sebagai data pendukung data primer dari literature sdan dokumen serta data yang diambil dari bahan bacaan, bahan pustaka, dan laporan-laporan penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini ditentukan menggunakan purposive

sampling. Purposive sampling adalah salah satu teknik pengambilan sample

sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dimana pertimbangan tertentu ini adalah orang yang dianggap paling tahu tentang masalah yang dikaji. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini, penulis menetapkan informan diambil dari Desa Kampung Beru.

No JABATAN Ket

1 Kepala Desa 1 Orang

2 Sekertaris Desa 1 Orang

3 Ketua BPD 1 Orang

4 Tokoh Masyarakat 1 Orang

5 Masyarakat 3 Orang

JUMLAH 7 orang

(49)

E. Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data merupakan cara untuk memperoleh data dan informasi yang sesuai denagan Objek tulisan. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui berbagai sumber bacaan berupa buku, jurnal, artikel maupun dari internet melalui website resmi dan sumber-sumber yang relevan dengan topik yang dibahas. Adapun tehnik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

F. Teknik Analisi Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini akan dianalisis secara kualitatif. Analisis kualitatif adalah memberikan gambaran informasi masalah secara jelas dan mendalam untuk menghasilkan data kualitatif yang baru. Hasil dari gambaran informasi akan diinterpretasikan sesuai dari hasil penelitian yang dilakukan berdasarkan dukungan teori yang berkaitan dengan objek penelitian.

Teknis ini menurut Miles dan Hubermen dalam (Gunawan, 2013) diterapkan melalui tiga alur yaitu:

1. Reduction /Reduksi Data

Yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan terhadap pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberi gambaran yag lebih jelas dan akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data.

(50)

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Verification/Penarikan Simpulan

Langkah terakhir adalah pengambilan kesimpulan, dimana kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat semantara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali dari lapangan.

G. Keabsahan Data

Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, mengingat dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai instrumen penelitian, ditambah lagi teknik pengumpulan data utama penelitian kualitatif adalah wawancara dan observasi yang dianggap banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol. Untuk mengatasinya dilakukan pemeriksaan terhadap keabsahan data, untuk itu digunakan triangulasi.

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Secara garis besar triangulasi ada 3 yaitu triangulasi sumber, tehnik, dan waktu.

(51)

1. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber adalah tehnik untuk menguji kredibilitas data, tehnik ini dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh dari berbagai sumber. Dalam teknik ini peneliti membandingkan jawaban dari 4 warga dalam hal ini sebagai informan dan menyimpulkan jawaban yangsama, yang diungkapkan informan.

2. Triangulasi tehnik

Triangulasi tehnik adalah tehnik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek pada sumber yang sama tetapi dengan tehnik yang berbeda.

3. Triangulasi waktu

Triangulasi waktu adalah tehnik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada waktu yang berbeda. Peneliti datang beberapakali kelokasi penelitian selama 2 bulan untuk melihat perkembangan yang ada dilokasi penelitian.

(52)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Kampung Beru adalah sebuah desa yang ada di Kecamatan Polongbangkeng Utara Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan desa hasil pemekaran dengan Desa Lassang dan Desa Towata Kecamatan Polongbangkeng Utara pada tahun 1992. Berawal dari keinginan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan pemerintah yang lebih dekat, lebih efektif dan lebih efisien, maka pada awal tahun 1992 di bentuklah Panitia Pemekaran Desa dan pada waktu itu juga langsung mengajukan permohonan pemekaran desa kepada pemerintah kabupaten. Dengan melewati berbagai hal/proses pemekaran yang sesuai dengan aturan hukum yang belaku dari mulai penentuan nama desa, pembagiaan wilayah, pembagiaan kekayaan desa, dll akhirnya Empat dusun yaitu dusun Lauwa ,dusun Kampung Beru, dusun Romang Lompoa dan dusun Bontonompo menjadi desa Persiapan Kampung Beru.

2. Letak dan Kondisi Wilayah

Desa Kampung Beru adalah salah satu Desa dari 18 desa dan kelurahan yang ada di kecamatan polongbangkeng utara Kabupaten Takalar dan memiliki luas wilayah 479,82 Ha, dengan batas wilayah administrasi sebagai berikut: (1) sebelah Utara, berbatasan Desa Towata, (2) sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Parangbaddo, (3) sebelah

(53)

Selatan, berbatasan dengan Desa Barugaya, dan (4) sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Lassang. Secara Administrasi Pemerintahan Desa Kampung Beru terdiri dari 5 (lima) Dusun, yaitu: Dusun Kampung Beru, Dusun Bontonompo, Dusun Romang Lompoa, Dusun Lauwa dan Dusun Kampung Raja.

3. Keadaan Demografis

Secara Geografis Desa Kampung Beru Berjarak 12 km dari kota kecamatan, Sedangkan luas lahan dan pemanfaatannya terdiri dari perkebunan tebu milik Pg. takalar 10%. pemukiman 30 % dan persawahan 60 % , Secara Klimatologi Desa Kampung Beru beriklim tropis dengan dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau. Musim hujan biasanya terjadi antara bulan November hingga bulan Mei. Berdasarkan pencatatan curah hujan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Takalar, rata-rata curah hujan terbanyak tahun 2010 terjadi pada bulan Januari yaitu sekitar 1.124 mm, dan banyaknya rata-rata hari hujan yang terjadi pada tahun 2009 terbanyak terjadi pada bulan Januari yaitu sebanyak 27 hari. Temperatur udara terendah rata-rata 22.2 hingga 20.4 derajat celcius pada bulan Februari-Agustus dan tertinggi 30.5 hingga 33.9 derajat celcius pada bulan September-Januari.

a. Jumlah Penduduk

Jumlah Penduduk pada tahun 2016 di Desa Kampung Beru sebanyak 2573 jiwa. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

(54)

Tabel 1

Jumlah penduduk Desa Kampung BeruTahun 2016

No Desa Kependuduakan Jumlah Penduduk Luas Wilayah ( Ha ) Kepadatan (Jiwa / Ha) 1 Kampung Beru 2573 Jiwa 479,82 0.19

Sumber: Data profil desa Kampung Beru tahun 2016

Tabel 2

Jumlah Penduduk , Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk Tahun 2016 Tahun Penduduk Rumah Tangga (KK) Kepadatan Rata Rata ART Rasio Jenis Kelamin Ket. 2016 2573 819 0,19 3 94,12

Sumber: Data profil desa Kampung Beru tahun 2016

Penduduk Desa Kampung Beru berdasarkan hasil data profil desa tahun 2016 berjumlah 2573 jiwa, Rasio jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dari penduduk yang berjenis kelamin perempuan dengan perbandingan 1319 jiwa laki-kaki dan 1254 jiwa perempuan. perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(55)

Tabel 3

Komposisi Penduduk Desa Kampung Beru per Dusun dan Jenis Kelamin Tahun 2016

No Dusun Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Kampung Beru 360 367 727 2 Bontonompo 201 205 406 3 Romang Lompoa 233 267 500 4 Lauwa 274 272 546 5 Kampung Raja 186 208 394 Jumlah 1254 1319 2573

Sumber: Data profil desa Kampung Beru tahun 2016

Berdasarkan kelompok umur terlihat bahwa pada Tahun 2016, sekitar 68 % penduduk Desa Kampung Beru merupakan kelompok usia kerja, dimana dari kelompok usia tersebut sekitar 88 % lebih merupakan kelompok usia produktif. Sementara itu, kelompok 0 – 4 tahun pada periode yang sama hanya bejumlah sekitar 31% lebih dari total penduduk yang ada di Desa Kampung Beru.

Adapun penduduk Desa Kampung Beru berdasarkan jumlah Kepala Keluarga (KK) per Dusun adalah :

Tabel 4

Jumlah Kepala Keluarga (KK) per Dusun Desa Kampung Beru

No Dusun Jumlah KK

1 Kampung Beru 228

2 Bontonompo 128

(56)

4 Lauwa 177

5 Kampung Raja 129

Jumlah 819

Sumber: Data profil desa Kampung Beru tahun 2016

Tabel 5

Jumlah Penduduk Desa Kampung Beru Tahun 2016 Berdasarkan Pekerjaan

No Jenis pekerjaan Prosentase

1 Petani 55,87% 2 Peternak 26,50% 3 Pedagang 1,85 % 4 PNS 1,12 % 5 Tukang 2,70 % 6 Buruh 11,96%

Sumber: Data profil desa Kampung Beru tahun 2015

b. Topografi dan Jenis Tanah

Bila dilihat dari keadaan Tofografi Desa Kampung Beru termasuk dataran rendah yang dikelilingi oleh perkebun tebu dan hamparan sawah dan merupakan dataran tinggi yang jauh dari permukaan laut dengan ketinggian rata- rata 50 meter dari permukaan laut, secara geologis wilayahnya memiliki jenis tanah hitam dan tanah liat, sehingga secara umum tofograpi desa Kampung Beru adalah dataran dengan bentangan area persawahan yang luas dan sedikit lahan pemukiman dan perkebunan tebu. Oleh karna itu daerah persawahan dan daerah perkebunan merupakan sumber pendapatan utama masyarakat persawahan dan perkebunan digarap 2 kali dalam setahun karena

(57)

hanya mengandalkan sebagian pengairan irigasi dan tadah hujan, walaupun daerah tersebut sangat minim bila di bandingkan dengan desa tetangga lainnya, selain itu masyarakatnya adalah pedagang dan peternak.

c. Iklim

Disamping itu desa Kampung Beru beriklim tropis dengan suhu rata-rata mencapai 22-25 0c dan memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau, di mana musim hujan terjadi mulai pada bulan Oktober sampai pada bulan April dengan curah hujan mencapai 40 mm sampai 4000 mm, sementara musim kemarau terjadi pada bulan mei sampai September yang berputar setiap tahunnya.

Tabel 6

Data Iklim dan Kesuburan Tanah

Curah hujan 40 – 4000 mm

Suhu rata- rata 25 0c

Tinggi tempat 50 meter/permukaan laut

Bentang wilayah Datar sedikit perbukitan

Warna tanah Coklat

Tekstur Kedalaman

Sumber: Data profil desa Kampung Beru tahun 2016

d. Luas lahan dan penggunaanya

Pada umumnya lahan yang terdapat di Desa Kampung Beru digunakan secara produktif, hal ini menunjukkan bahwa di Desa Kampung Beru memiliki Sumber daya alam yang memadai dan siap untuk diolah. Luas lahan berupa sawah teknis seluas 150 ha, non teknis 89,1 Ha, dan yang lainnya

(58)

berupa pekarangan/pemukiman 95.96 Ha, lainnya 143,95 ha, Untuk lebih jelasnya mengenai luas tanah dan penggunaannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 7

Luas Lahan Pertanian Desa Kampung Beru

Simbol Arahan penggunaan lahan Alt. komunitas Alternatif Tekhnologi Luas Ha % PS Sawah - Padi - jagung, - kacang hijau - jadwal tanam - Pemupukan lokasi - bahan organic - Irigasi 239.91 50,00 TS Tanaman Semusim - Tebu rakyat - Jagung - Wijen - Pemupukan - Pengairan 47.98 10,00 KC Kebun Campuran - Mangga - Pisang - dll - Logume (Cover crop) 23.99 5,00 PK Pemukiman 95.96 20,00 P2 Lahan Pabrik Gula 71.97 15,00 479.82 100

(59)

Tabel 8

Pengelompokan Masalah Desa Kampung Beru

NO. Masalah Potensi

1. Pemukiman penduduk tergenang Banjir pada musim hujan di 3 (tiga) dusun

 Selokan/parit  Batu,pasir  Gotong royong

masyarakat 2. Tidak ada sarana penyebrangan pada

musim hujan dari Dusun Lauwa dan kampong Raja

 Kayu dan bamboo  Batu,pasir

 Gotong royong masyarakat 3. Kurangnya saran jalan antar dusun  Alat berat dari pg.

takalar

 Gotong royong masyarakat 4. Jalan becek Dan berlumpur di musim

hujan

 Batu,pasir  Gotong royong

masyarakat 5. Jembatan jalan raya sempit/kecil  Batu,pasir

 Gotong royong masyarakat 6. Jalan raya desa tergenang air 1 m. pada

musim hujan

 Selokan/parit  Batu,pasir  Gotong royong

masyarakat 7. Air sungai meluap di dusun Lauwa dan

Kampung Raja pada musim hujan

 Batu,pasir  Gotong royong

masyarakat 8. Kekurangan air bersih pada musim

kemarau di semua dusun

 Sungai/Mata air  Gotong royong

masyarakat 9. Pelayanan administrasi kelembagaan

kurang memadai

 Lahan kosong  Lembaga 10. Batas batas wilayah kurang jelas  Batu,pasir

 Gotong royong masyarakat 11. Tidak ada tempat ibadah di dusun

Bulu’bumbung II

 Biaya dara swadaya  Gotong royong

masyarakat 12. Tidak ada kuburan umum di dalam desa  Bantuan lahan

kosong dari Pg. Takalar

 Gotong royong Masyarakat

Gambar

Gambar 2.1 Tahapan penyusunan APBDes .........................................................

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana pertisipasi masyarakat dalam penyusunan APBD di Kabupaten Pati, untuk mengetahui strategi yang

Sedangkan yang menjadi faktor Penghambat Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa, pada Desa Bumi Aji Kabupaten Lampung Tengah adalah : Sumber Daya Manusia

Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh Kepala Desa

Data diatas seolah-olah tidak dibenarkan oleh Bendahara Desa Maluk yang menyatakan bahwa Proses pertanggungjawaban sudah sangat baik yang dilakukan oleh pemerintah desa, hal

Masyarakat desa merupakan suatu "gemeinschaft" yang memiliki unsur gotong royong yang kuat. Akan tetapi dengan pudarnya sistem gotong.. royong dalam bidang

Pos anggaran dalam Pelayanan Administrasi Perkantoran yang berupa; belanja barang dan jasa, belanja bahan pakai habis, belanja jasa kantor, belanja perjalanan dinas,

Tahapan pelaksanaan musyawarah desa dalam perencanaan dan penyusunan anggaran pendapatan belanja desa (APBDes) di beberapa desa tertinggal di Kecamatan Kintamani, Kabupaten

Penggunaan Dana Desa Tahun 2021 diprioritaskan untuk menjalankan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2020 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang