• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV PNEUMATIK DAN ELEKTRO-PNEUMATIK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV PNEUMATIK DAN ELEKTRO-PNEUMATIK"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

PNEUMATIK DAN ELEKTRO-PNEUMATIK

4.1 Pneumatik

4.1.1 Pendahuluan

Udara merupakan sumber daya alam dan sangat mudah didapatkan sehingga pada realisasi dan aplikasi teknik sekarang ini udara banyak digunakan sebagai penggerak untuk mengontrol peralatan dan komponen-komponennya yang kita kenal sekarang ini dengan PNEUMATIK. Pneumatik berasal dari kata Yunani: pneuma = udara. Jadi pneumatik adalah ilmu yang berkaitan dengan gerakan maupun kondisi yang berkaitan dengan udara.

Perangkat pneumatik bekerja dengan memanfaatkan udara yang dimampatkan (compressed air). Dalam hal ini udara yang dimampatkan akan didistribusikan kepada sistem yang ada sehingga kapasitas sistem terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan udara yang dimampatkan kita

memerlukan Compressor (pembangkit udara bertekanan). Debit yang diukur adalah m3/menit.

Tekanan udara yang dibutuhkan pada alat pengontrol pneumatik seperti silinder, katup serta peralatan lainnya adalah 6 bar, supaya efektif dan efisien dalam penggunaannya (range alat 3–10 bar). Dan untuk memelihara keawetan peralatan haruslah diperoleh udara kering, yaitu agar tidak terjadi korosi pada pipa saluran udara, pelumasan yang ada tidak terbawa uap air, tidak terjadi kontaminasi bila udara mampat langsung kontak dengan produk yang sensitif seperti cat dan makanan.

Pneumatik dewasa ini memegang peranan penting dalam pengembangan dan teknologi otomatisasi, di samping hidraulik dan elektronik/elektrik. Sebelum 1950, pneumatik banyak dipakai sebagai media kerja dalam bentuk energi tersimpan. Tapi setelah 1950 dipakai dan dikembangkan sebagai elemen kerja.

(2)

4.1.1.1 Katup (valve)

1. Katup pengarah (Directional Control Valve), terdiri dari 2 jenis katup:

a. Katup poppet, yang bekerja dengan cara melepas dan menempelkan bola/piringan

terhadap dudukannya yang terpasang ‘seal’ yang bersifat elastis namun kuat. Gaya untuk menggerakkan katup poppet relatif besar karena harus melawan gaya pegas pada saat posisi kerja.

b. Katup geser (slide valve), yang bekerja dengan menggeser silinder atau piringan.

2. Katup searah (Non return valve), yang jenisnya antara lain:

a. Check valves: hanya mempunyai 1 inlet dan 1 outlet, dapat menutup aliran pada satu

arah aliran. Pada arah lainnya katup ini dengan bebas dapat mengalirkan aliran udara dengan tekanan rendah.

b. Two pressure valve: mempunyai 2 inlet dan 1 outlet. Udara mampat mengalir melalui

katup ini bila sinyal udara terdapat pada kedua sambungan inlet. (= Logic AND function)

c. Shuttle valve: (= Logic OR function) Udara mampat dapat mengalir dari salah satu atau

kedua saluran inlet menuju outlet.

d. Quick exhaust valve: berfungsi sebagai penambah kecepatan silinder. Dengan ini

memungkinkan waktu yang diperlukan untuk langkah kerja silinder terutama untuk single act cylinder lebih singkat lagi.

3. Katup pengatur aliran (Flow control valve), berfungsi mengatur aliran udara secara

volumetrik.

a. Bi-directional flow control valve, mengatur udara ke dua arah.

b. One way flow control valve, mengalirkan udara ke satu arah untuk mengatur kecepatan

aktuator.

4. Katup pengatur tekanan (pressure valve), fungsinya mengatur besarnya tekanan udara yang

(3)

a. Pressure regulating valve, berfungsi mengatur tekanan udara konstan yang dibutuhkan. Tekanan input harus lebih besar dibandingkan dengan output.

b. Pressure limiting valve, biasanya dipakai sebagai katup pengamanan: untuk menjaga

tekanan maksimum yang diinginkan tidak akan terlewati. Bila tekanan maksimum pada inlet sudah tercapai maka outlet akan membuka dan tekanan udara yang berlebihan akan dikeluarkan ke udara bebas.

c. Katup berangkai (sequence valve), fungsinya juga untuk membatasi tekanan. Biasanya

dipakai pada kontrol pneumatik bila tekanan udara yang spesifik dibutuhkan untuk menjalankan operasi/sistem.

5. Combinational valve.

Beberapa katup yang fungsinya berbeda dapat digabungkan menjadi satu badan dan disebut katup kombinasi. Jenisnya antara lain:

a. Time delay valve

b. Air control valve

c. 5/4 way valve: yang terdiri dari empat katup 2/2

d. Air operated 8 ways valve: terdiri dari 2 katup 4/2

e. Impulse generator: multi vibrator cycles

f. Vacuum generator with ejector

g. Steppler modules: untuk sequential control teste.

h. Command memory module: untuk start-up dengan signal input conditions.

4.1.1.2 Actuator dan Output

Actuator adalah bagian terakhir dari output suatu sistem kontrol pneumatik. Output biasanya digunakan untuk mengidentifikasi suatu sistem kontrol ataupun aktuator. Pada pneumatik, jenis aktuator ada bermacam-macam, diantaranya:

a. Aktuator gerakan linier:

(4)

- Double acting cylinder (silinder aksi ganda)

b. Aktuator gerakan berputar:

- Motor yang digerakkan oleh udara. Motor pneumatik adalah suatu peralatan pneumatik

yang menghasilkan gerakan putar yang sudut putarnya tidak terbatas bila terhadap peralatan ini dialiri udara yang dimampatkan. Ada 4 jenis motor pneumatik, yaitu piston

motors, sliding vane motors, gear motors, turbin.

- Aktuator yang berputar/gerakan putar.

4.1.1.3 Indicator

Indicator optik secara visual bisa mewakili status dari sistim pneumatik dan membantu diagnosa. Beberapa semboyan secara visual:

- indicator optik dengan warna tunggal ataupun majemuk

- indicator optik dengan pena, untuk display dan sensor sentuh

- counter

- penunjukkan resistansi

- timer

Dengan menggunakan warna, indicator optik mewakili fungsi pada jaringan kerjanya. Di bawah ini tabel arti dari warna-warna indicator optik.

Warna Arti Catatan

Merah Bahaya Status mesin dalam situasi membutuh

pertolongan/bantuan dengan segera. Tidak boleh masuk.

Kuning Perhatian Pengertian atau minta perhatian

Hijau Aman Operasi normal

Biru Info khusus

(5)

4.1.2 Aplikasi Pneumatik Dan Karakteristik Elemen Pneumatik

Sejalan dengan pengenalan terhadap sistem keseluruhan pada pneumatik, secara individu elemen pneumatik pun mengalami perkembangan pesat, misalnya dalam pemilihan bahan/material, manufaktur dan proses disain.

Contohnya silinder pneumatik memegang peranan penting sebagai elemen kerja, dimana silinder ini murah harganya, mudah pemasangannya, sederhana dan kuat konstruksinya serta tersedia dalam berbagai ukuran dan panjang langkah. Adapun silinder pneumatik ini mempunyai karakteristik sbb:

Diameter 6 – 320 mm

Panjang langkah 1 – 2000 mm

Gaya 2 – 50.000 N

Kecepatan piston 0,02 – 1 m/s

Gerak lurus, melingkar, putar

Penggunaan silinder dan elemen pneumatik yang lain dapat sbb:

- pengekleman - pengangkat - penepat - pengukur

- pencari orientasi - pengepak - pengatur gerakan - pengendali

- pemutar, dsb

Pada permesinan dapat dipakai sebagai pengoperasian pada:

- mesin bor - mesin milling - mesin bubut

- mesin gergaji - mesin pembentuk - quality control

Pengembangan produk dalam pneumatik bisa dibagi dalam: aktuator, sensor, prosesor, sistem kontrol dan perlengkapan.

(6)

4.1.3 Struktur Dan Komponen Sistem Pneumatik

Di bawah ini diperlihatkan jaringan kontrol untuk sinyal aliran yang dipakai sebagai output ke sistem kerja.

Elemen-elemen tersebut pada penggunaan dalam pneumatik biasanya mempergunakan simbol yang menunjukkan fungsinya. Simbol-simbol itu bisa dikombinasikan/dirangkai untuk menghasilkan solusi pada diagram jaringan kerja. Diagram kerja harus digambarkan susunannya seperti struktur di bawah ini. Katup penentu arah dapat mempunyai fungsi sebagai pengontrol sensor, prosesor atau aktuator. Apabila katup penentu arah dipergunakan untuk mengontrol gerakan sebuah silinder maka katup ini berfungsi sebagai pengontrol aktuator. Apabila dipakai mengolah sinyal maka katup ini berfungsi sebagai prosesor. Bagitu pula bila dipakai sebagai peraba sebuah gerakan maka berfungsi sebagai sensor.

PROCESSING ELEMENTS Processor signals INPUT ELEMENTS Input signals ENERGY SUPPLY Source ACTUATING DEVICES Outputs ACTUATING DEVICES Control signals ACTUATORS Pneumatic cylinders Rotary actuators Indicators CONTROL ELEMENTS

Directional control valves

PROCESSOR

Directional control valves Logic elements Pressure control valves

SENSORS

Directional control valves Limit switches Pushbuttons Proximity sensors ENERGY SUPPLY Compressor Receiver Pressure regulator Air service equipment

PROCESSING ELEMENTS processor signals INPUT ELEMENTS Input signals ENERGY SUPPLY Source ACTUATING DEVICES outputs

(7)

4.1.4 Simbol-Simbol Dan Standard Pada Pneumatik

Pengembangan sistem pneumatik dibantu oleh metoda penunjukkan elemen dan jaringan kerja. Simbol digunakan untuk masing-masing indicator elemen yang mempunyai karakteristik sbb:

- Fungsi - Metoda aktuasi - Jumlah sambungan

- Jumlah - Prinsip kerja - Penunjukkan arah jaringan

Tapi simbol-simbol tidak bisa menunjukkan karakter seperti:

- Ukuran dari sebuah komponen

- Bagian Manufaktur, metoda konstruksi ataupun harga

- Orientasi dan sambungan komponen

- Detail fisik

Simbol-simbol pneumatik yang digunakan berdasarkan DIN (Deutche Institut fur Normung) No. 1219 dan sudah dijadikan ISO dengan nomor yang sama.

1. Simbol yang digunakan untuk konversi energi dan preparasi

Supply

Compressor Fixed capacity

Air receiver and ‘T’ junction

Service equipment

Filter Separation and filtration of

particles

Water separator Partial water removal

Lubricator Metered quantities of oil

passed to the air stream

Pressure regulator Relieving type – vent hole

for excess upstream pressure – adjustable

Combined symbols

Air service unit Filter, regulator, gauge,

(8)

Simplified air service unit Pressure source

2. Simbol katup penentu arah (simbol penyeimbangan)

Pergantian posisi katup digambarkan dalam kotak bujursangkar (square)

Jumlah kotak menunjukkan banyaknya pergantian posisi yang dimiliki katup

Garis-garis menunjukkan adanya aliran, panah menandakan arah aliran

Posisi tertutup dijelaskan di dalam kotak dengan memberikan garis menyilang tegak lurus (seperti huruf T)

Sambungan (inlet dan outlet) digambarkan oleh garis-garis di luar kotak dan digambarkan menurut posisi awal katup

3. Simbol katup pengatur arah, sambungan port dan posisi

2 / 2 – Way directional control valve

3 / 2 – Way directional control valve

Normally closed

3 / 2 – Way directional control valve

Normally open

4 / 2 – Way directional control valve

5 / 2 – Way directional control valve

5 / 3 – Way directional control valve

Mid position closed

Jumlah ‘port’ Jumlah posisi 2(A) 1(P) 2(A) 1(P) 3(R) 2(A) 1(P) 3(R) 2(B) 1(P) 3(R) 4(A) 2(B) 1(P) 4(A) 5(R) 3(S) 4(A) 2(B) 1(P) 5(R) 3(s)

(9)

4. Simbol/Metoda Aktuasi Mechanical

General manual operation Pushbutton

Lever operated Detent lever operated Foot pedal

Spring return Spring centered Roller operated Idle return, roller Pneumatic

Direct pneumatic actuation

Indirect pneumatic actuation (piloted)

Pressure release Electrical

Single solenoid operation Double solenoid operation Combined

Double solenoid and pilot operation with manual over-ride

5. Contoh penggambaran katup penentu arah beserta sinyal/kontrolnya

2(A) 12(Z) 3(R) 1(P) 2(A) 1(P) 3(R) 12(Z) 10(Y) 2(B) 4(A) 14(Z) 91(Pz) 5(R) 1(P) 3(S) 2(B) 4(A) 5(R) 1(P) 3(S) 14(Z) 12(Y)

(10)

6. Simbol katup searah Check valve

Spring loaded check valve Shuttle valve: ‘OR’ function

Two pressure valve: ‘AND’ function

Quick exhaust valve

7. Simbol Katup pengatur aliran

Flow control valve adjustable One–way flow control valve

8. Simbol katup pengatur tekanan

Adjustable pressure regulating valve, non-relieving type

Adjustable pressure regulating valve, relieving type (overloads are vented)

Sequence valve external source

Sequence valve in-line

Sequence valve combination

9. Simbol aktuator linier

Single acting cylinder Double acting cylinder

Double acting cylinder with double ended piston rod

(11)

Double acting cylinder with non-adjustable cushioning in one direction

Double acting cylinder with single adjustable cushioning

Double acting cylinder with adjustable cushioning at both ends

10. Simbol aktuator berputar

Air motor, rotation in one direction, fixed capacity

Air motor, rotation in one direction, variable capacity

Air motor, rotation in both directions, variable capacity

Rotary actuator, limited travel, rotation in both directions

11. Simbol pembantu

Exhaust port

Exhaust port with treaded connection

Silencer

Line connection (fixed) Crossing lines (not connected) Pressure gauge

(12)

4.2 Elektro-Penumatik

4.2.1 Pendahuluan

Elektropneumatik merupakan pengembangan dari pneumatik, dimana prinsip kerjanya memilih energi pneumatik sebagai media kerja (tenaga penggerak) sedangkan media kontrolnya mempergunakan sinyal elektrik ataupun elektronik.

Sinyal elektrik dialirkan ke kumparan yang terpasang pada katup pneumatik dengan mengaktifkan sakelar, sensor ataupun sakelar pembatas yang berfungsi sebagai penyambung ataupun pemutus sinyal. Sinyal yang dikirimkan ke kumparan tadi akan menghasilkan medan elektromagnit dan akan mengaktifkan/mengaktuasikan katup pengatur arah sebagai elemen akhir pada rangkaian kerja pneumatik.

Sedangkan media kerja pneumatik akan mengaktifkan atau menggerakkan elemen kerja pneumatik seperti motor-pneumatik atau silinder yang akan menjalankan sistem.

4.2.2 Elemen utama Elektro-pneumatik

Bila energi listrik tersedia dan akan dipakai maka perlu diproses dan didistribusikan oleh komponen utama. Untuk mempermudah penunjukkannya maka komponen itu digambarkan dalam bentuk simbol pada diagram rangkaiannya.

4.2.2.1 Sinyal Masukan Listrik (Electrical Signal Input)

Sinyal listrik pada teknik kontrol elektro-pneumatik diperlukan dan diproses tergantung pada gerakan langkah kerja elemen kerja. Sinyal listrik ini didapatkan bisa dengan cara mengaktifkan sakelar atau bisa juga dengan mengaktikan sensor, misalkan sensor mekanik ataupun elektronik.

Sinyal masukan listrik kerjanya tergantung kepada fungsi sinyal itu. Ada yang disebut “Normally open” (NO, pada kondisi tidak aktif sambungan tidak tersambung), “Normally closed” (NC, kondisi tidak aktif sambungan tersambung) dan “Change Over” (tersambung bergantian, kombinasi dari NO dan NC).

(13)

4.2.2.1.1 Sakelar tekan, dioperasikan manual

Sakelar tekan biasa

Elemen sinyal masukan diperlukan untuk memungkinkan sebuah sistem kontrol dinyalakan. Yang paling umum dipakai adalah sakelar tekan (Push-button switch). Disebut sakelar tekan karena untuk mengalirkan sinyal, mengaktuasikannya dengan menekan tombol atau sakelar. Simbol yang digunakan:

Sakelar tekan manual secara umum untuk kontak NO (General Push-button switch, NO)

Sakelar tekan manual, diaktifkan dengan cara ditekan untuk kontak NO

Saklear tekan manual, diaktifkan dengan cara ditekan untuk kontak NC

Sakelar tekan mengunci (Latching Push-button switches)

Sakelar ini diaktuasikan/diaktifkan dengan tombol yang mengunci. Adapun menguncinya sakelar ini disebabkan kerja mekanik. Untuk mengembalikan ke posisi semula (posisi tidak aktif) maka sakelar ini harus ditekan lagi.

Penunjukkan sistem ini berdasarkan standardisasi Jerman, diatur dengan nomor DIN 43 065. Penunjukkan aktuasi: I tanda mengaktifkan, O tanda untuk mengembalikan ke posisi sebelum bekerja. Posisi penempatan sakelar:

a). Berjajar ke pinggir: pada posisi ini perlu diperhatikan bahwa tanda untuk mengaktifkan disimpan disebelah kanan.

b). Berjajar ke bawah: pada posisi ini tanda untuk mengkatifkan berada pada posisi atas. Contoh sakelar tekan mengunci:

(14)

Simbol-simbol yang digunakan:

Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan cara ditekan untuk kontak NO

Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan cara ditarik untuk kontak NC

Sakelar mengunci manual, diaktifkan dengan cara diputar untuk kontak NO

4.2.2.1.2 Sakelar Pembatas (Limit Switches)

Mekanik Tipe Sentuh (Mechanical Limit Switches Contacting Type)

Sakelar pembatas ini dipakai sebagai indikasi dalam kontrol otomasi yang menyatakan bahwa posisi ini merupakan posisi akhir baik itu untuk mesin ataupun untuk silinder. Biasanya sistem kontak yang dipakai adalah sistem tersambung bergantian (Change over). Sakelar

pembatas ini akan bekerja bila tuas sakelar tertekan. Contoh konstruksi dan simbol sakelar pembatas mekanik:

Tipe Tidak Sentuh (Non-Contacting Proximity Limit Switch)

Sakelar pembatas tipe ini biasanya dipakai bila sakelar pembatas mekanik tidak dapat digunakan. Macam sakelar pembatas tipe ini antara lain:

a. Sakelar Pembatas (sensor) Buluh

Penggunaan sakelar ini biasanya dikarenakan keadaan sekitar yang tidak memungkinkan dipasangnya sakelar mekanik, misalnya karena banyaknya debu, pasir ataupun lembab. Sakelar ini diaktuasikan/diaktifkan dengan magnet yang terpasang pada silinder. Dengan

(15)

adanya magnet maka buluh kawat akan tersambung atau terputus bila magnet itu mendekati atau menjauhi buluh kawat tersebut.

b. Sakelar Pembatas Induktif

Digunakan bila sakelar pembatas mekanik ataupun buluh tidak dapat digunakan. Biasa dipakai untuk sensor penghitung benda kerja yang terbuat dari logam, pada suatu mesin atau ban berjalan. Sakelar pembatas ini hanya akan beraksi atau terpakai untuk logam.

Sakelar pembatas atau sensor ini biasanya terdiri dari oscillator, pemicu tegangan dan penguat. Biasanya ada dua macam, yaitu yang dialiri arus bolak-balik dan arus searah, tapi keduanya mempunyai tegangan operasi antara 10–30 volts.

c. Sakelar Pembatas Kapasitif

Sensor kapasitif ini mempunyai respons terhadap segala material, metal maupun non-metal. Tapi sensor ini terpengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan yang diakibatkan keadaan sekelilingnya, misalnya dengan debu logam.

d. Sakelar Pembatas Optik

Sensor ini memberi respons pada semua benda kerja. Sinyal masukannya berupa sinar.

4.2.2.2 Pengolah Sinyal Listrik

4.2.2.2.1 Relay

Relay adalah komponen untuk penyambung saluran dan pengontrol sinyal, yang kebutuhan energinya relatif kecil. Relay ini biasanya difungsikan dengan elektromagnet yang dihasilkan dari kumparan. Pada awalnya relay ini digunakan pada peralatan telekomunikasi yang berfungsi sebagai penguat sinyal. Tapi sekarang sudah umum didapatkan pada perangkat kontrol, baik pada permesinan ataupun yang lainnya.

Pemilihan relay yang sesuai kebutuhan harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain:

- Perawatan yang minim

(16)

- Mudah adaptasi dengan tegangan operasi dan tegangan tinggi

- Kecepatan operasi tinggi, misalnya waktu yang diperlukan untuk menyambungkan saluran

singkat.

Cara kerja relay:

Apabila pada lilitan dialiri arus listrik maka arus listrik tadi akan mengalir melalui lilitan kawat dan akan timbul medan magnet yang mengakibatkan pelat yang ada di dekat kumparan akan tertarik ataupun terdorong sehingga saluran dapat tersambung ataupun terputus. Hal ini tergantung apakah sambungannya NO atau NC. Bila tidak ada arus listrik maka pelat tadi akan kembali ke posisi semula karena ditarik dengan pegas.

Simbol Relay:

Relay Normally Open

Relay Normally Closed

Kombinasi NO & NC

Penunjukkan angka pada relay mempunyai arti sebagai berikut:

Angka yang pertama menunjukkan contactor yang keberapa sedangkan angka yang kedua selalu bernomor ¾ untuk relay NO dan ½ untuk relay yang NC.

Keuntungan dan kerugian penggunaan Relay:

Keuntungan:

- Mudah mengadaptasi bermacam-macam tegangan operasi

- Tidak mudah terganggu dengan adanya perubahan temperature disekitarnya, karena relay

masih bisa bekerja pada temperature 233 K (-40o C) sampai 353 K (80o C)

- Mempunyai tahanan yang cukup tinggi pada kondisi tidak kontak

- Memungkinkan untuk menyambungkan beberapa saluran secara independent

K1 A1 A2 13 14 23 24 33 34 43 44 K1 A1 A2 11 21 31 41 12 22 32 42 K1 A1 A2 13 14 23 24 31 41 32 42

(17)

- Adanya isolasi logam antara rangkaian kontrol dan rangkaian utama

Oleh karena keuntungan-keuntungan di atas maka penggunaan relay sampai saat ini masih dipertahankan.

Kerugian:

- Khususnya untuk NO, bila akan diaktifkan timbul percikan api

- Memerlukan tempat yang cukup besar

- Bila diaktifkan, berbunyi

- Kontaktor bisa terpengaruh dengan adanya debu

- Kecepatan menyambung atau memutus saluran terbatas.

4.2.2.2.2 Solenoid

Di lapangan kita bisa menemukan solenoid dengan arus searah (DC) ataupun arus bolak balik (AC). Sedangkan yang sering digunakan pada Electro-pneumatik adalah Solenoid DC.

Solenoid DC secara konstruktif selalu mempunyai inti yang pejal dan terbuat dari besi lunak. Dengan demikian mempunyai bentuk yang simple dan kokoh. Selain itu maksudnya agar diperoleh konduktansi optimum pada medan magnet. Bila ada kelonggaran udara, tidak akan mengakibatkan kenaikan temperature operasi, karena temperature operasi hanya akan tergantung pada besarnya tahanan kumparan serta arus listrik yang mengalir. Bila solenoid DC diaktifkan (switched on) maka arus listrik yang mengalir meningkat secara perlahan. Ketika arus listrik dialirkan ke dalam kumparan akan terjadi elektromagnet. Selama terjadinya induksi akan menghasilkan gaya yang berlawanan dengan tegangan yang digunakan.

Bila solenoid dipasifkan (switched off) maka medan magnet yang pernah terjadi akan hilang dan dapat mengakibatkan tegangan induksi yang besarnya bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan tegangan yang ada pada kumparan. Tegangan induksi ini dapat mengakibatkan rusaknya isolasi pada gulungan koil, selanjutnya bila hal ini terjadi terus akan terjadi percikan api. Untuk mengatasi hal ini maka harus dibuat rangkaian yang meredam percikan api, misalnya dengan memasang tahanan yang dihubungkan secara paralel dengan induktansi. Sehingga bila terjadi

(18)

pemutusan arus listrik, energi akan tersimpan dalam bentuk medan magnet dan dapat hilang lewat tahanan yang dipasang tadi.

Keuntungan Solenoid DC Kerugian Solenoid DC

- Mudah pengoperasiannya

- Usianya lama

- Bunyi yang dihasilkan lemah

- Tenaga untuk mengoperasikan kecil

- Perlu peredam percikan api

- Terjadi tegangan tinggi saat pemutusan

arus

- Waktu sambung lama

- Perlu adaptor bila yang dipakai tegangan

AC

- Bagian yang kontak cepat aus

4.2.2.2.3 Relay yang dipolarisasi (Polarized Relay)

Pada prakteknya relay ini digunakan bila energi yang diperbolehkan untuk dipakai sangat kecil. Adapun energi listrik yang diperlukan yaitu sekitar 0,1 – 0,5 mW. Metoda operasinya ada beberapa macam, diantaranya:

a. Posisi normal tertentu

Posisi sambungan relay ini akan tetap pada posisi yang sama, baik itu sebelum ataupun sesudah diaktifkan. Bila energi listrik dialirkan maka medan magnet yang terjadi diintensifkan oleh medan magnet permanen. Begitu pula bila arus dialirkan hanya sebentar saja maka posisi kontak akan kembali ke tempat semula begitu arus diputuskan.

b. Posisi normal pada kedua sisinya

Posisi sambungan yang aktif tidak tetap, tergantung dari posisi terakhir disambungkan. Relay ini bekerja bila arus listrik disalurkan, maka sambungan kontaknya akan berpindah ke sambungan yang lainnya. Selanjutnya bila arus listrik diputus maka posisi sambungan yang menyambung adalah posisi akhir setelah diaktifkan.

c. Posisi normal ditengah

Apabila relay ini tidak diaktifkan maka tidak ada satu saluran pun yang menyambung karena posisi lengan kontak ada di tengah-tengah. Apabila arus listrik disalurkan maka posisi kontak

(19)

akan ditentukan oleh arah arus yang disambungkan. Dan bila arus diputus, posisi lengan kembali ke tengah.

4.2.2.2.4 Relay Mengunci (Latching relays)

Latching relay adalah relay yang dikontrol dengan electromagnetic, dimana relay ini akan tetap berada pada posisi setelah diaktifkan walaupun sumber energi sudah diputuskan, seolah-olah terkunci pada posisi akhir. Sistem pengunci biasanya dengan mempergunakan kerja mekanik. Penggunaan relay ini biasanya untuk jaringan listrik di rumah tinggal.

4.2.2.2.5 Remnant Relay

Relay ini disainnya khusus, maksudnya adalah bila relay ini diaktifkan maka akan terjadi elektromagnet. Elektromagnet ini akan tinggal dan tetap ada walaupun sumber energinya telah dihilangkan. Atau dengan kata lain relay ini dikunci pada posisi akhir. Untuk menyalakan relay ini maka arus yang dipakai adalah arus positif, sedangkan untuk mematikannya mempergunakan arus negatif.

4.2.2.2.6 Relay Tunda Waktu

Berfungsi untuk menyambung kontaktor NO atau memutus kontaktor NC, di mana hubungan kontaktor diputuskan ataupun disambungkan tidak langsung seketika pada saat relay diaktifkan, melainkan perlu waktu. Waktu yang diperlukan untuk memutuskan ataupun menyambungkannya bisa diatur.

Ada dua jenis relay tunda waktu, yaitu relay tunda waktu hidup (time delay switch on) dan relay tunda waktu mati (time delay switch off).

(20)

Time Delay Switch On Relay

Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Ketika waktu yang ditentukan tercapai maka terminal 18 akan tersambungkan. Sinyal output (keluaran) akan ada selama sinyal input ada. Elemen tunda waktu digambarkan pada kotak yang dibatasi dengan garis strip.

Proses bekerjanya tunda waktu:

Bila sakelar S diaktifkan maka arus listrik akan mengalir melalui tahanan R1, yang besarnya bisa diatur. Arus ini tidak mengalir ke relay K1 melainkan akan mengalir ke terminal K1 NC, yang selanjutnya arus listrik mengalir ke kapasitor C dan menampungnya di sana. Bila kapasitor C tidak bisa menampung arus listrik lagi (tegangan yang diijinkan telah tercapai) maka arus listrik akan mengalir ke relay K1. Lamanya mengisi kapasitor ini tergantung pada besarnya R1. Selanjutnya bila relay K1 sudah aktif maka terminal 18 akan tersambung dengan terminal 15. Di sini bisa kita bandngkan dengan katup tunda waktu hidup pada rangkaian pneumatik.

S A1 15 A2 16 18 t 1 0 1 0 Input (S) Output 15 16 18 S R1 K1 A1 A2 16 18 15 C R2 A P R

(21)

Time Delay Switch Off Relay

Bila sakelar S diaktifkan maka relay tunda waktu mulai bekerja. Sinyal output akan ada selama sinyal input ada. Tapi bila sinyal input diputus maka sinyal output tidak akan langsung hilang, melainkan tetap ada sampai batas waktu yang telah ditentukan. Elemen tunda waktu digambarkan pada kotak yang dibatasi dengan garis strip.

Proses bekerjanya tunda waktu:

Bila sakelar S diaktifkan maka arus listrik akan mengalir ke relay K1 dan relay K1 langsung bekerja. Sebelum relay K1 diaktifkan, arus listrik mengalir ke kapasitor C melalui tahanan R2 dan menampungnya sampai kapasitor mencapai tegangan yang diijinkan. Dengan diaktifkannya relay K1 maka switch K1 aktif sehingga arus listrik yang tertampung di kapasitor C akan mengalir melalui R1 bila sakelar S dinon-aktifkan. Lamanya mengosongkan kapasitor C tergantung pada besaran R1. Bila tegangan di C sudah tidak ada maka terminal 16 akan tersambung lagi dengan terminal 15. Di sini bisa kita bandingkan dengan katup tunda waktu mati pada rangkaian pneumatik.

S A1 15 A2 16 18 B1 B2 1 0 1 0 Input (S) Output 15 16 18 S R1 K1 A1 A2 K1 C R2 A P R

(22)

4.2.2.2.7 Kontaktor

Yang dimaksudkan dengan kontaktor adalah sakelar yang diatuasikan dengan elektromagnet. Daya untuk mengontrolnya bisa rendah tapi daya beban bisa tinggi, dengan kata lain untuk mengaktuasikan elektromagnet cukup misalnya dengan tegangan rendah tapi bisa menyalurkan arus yang bertegangan lebih tinggi.

Kontaktor banyak digunakan untuk keperluan yang bermacam-macam. Misalnya digunakan untuk menyalakan motor, sistem pemanas, alat pengatur temperatur ruangan, keran, dll.

Tipe-tipe kontaktor:

a. Kontaktor yang

elektromagnetnya dilindungi:

b. Kontaktor dengan

elektromagnet inti:

c. Kontaktor dengan armature sistem engsel:

Simbol kontaktor pada penggambaran rangkaian: Keuntungan mempergunakan kontaktor:

- Beban tinggi bisa diaktifkan dengan beban rendah

Shielded Electromagnet

Winding

Armature

Contacts

U-shaped core Rocker arm Hinged-armature contactor Contacts U-shaped core Armature Contacts Core electromagnet contactor K1 A1 A2 1 2 3 4 5 6

(23)

- Terdapat isolasi logam antara rangkaian kontrol dan rangkaian utama

- Sedikit perawatannya

- Tidak terpengaruh oleh temperature

Kerugiannya:

- Mudah aus

- Ukurannya besar

- Menimbulkan suara

- Kecepatan menyambung terbatas

4.2.2.3 Elemen Akhir

Apabila suatu kontrol mempergunakan sinyal kontrolnya dengan sinyal listrik dan sinyal kerjanya mempergunakan pneumatik maka harus ada suatu alat yang dapat mengawinkan sinyal kontrol listrik dengan sinyal kerja pneumatik itu. Sistem yang mengawinkan sinyal kontrol dan sinyal kerja ini biasanya terdiri dari katup yang diaktuasikan dengan solenoid. Maksudnya adalah untuk menyalurkan sinyal kerja mempergunakan katup-katup pneumatik, sedangkan yang mengatur membuka atau menutup tersebut adalah arus listrik yang dialirkan ke kumparan kawat (solenoid).

Katup 2/2 diaktuasikan dengan sinyal listrik, kembali dengan pegas

Pada prinsipnya katup ini mempunyai dua posisi dan dua saluran, konfigurasi katup adalah NC. Bila katup ini akan diaktifkan maka arus listrik harus dialirkan ke solenoid yang terpasang pada katup tersebut. Dengan diaktifkannya solenoid maka saluran 1(P) bila dihubungkan dengan sumber energi akan menyalurkan sinyal pneumatik ke saluran 2(A). Sedangkan kembalinya bila arus listrik ditutup (dimatikan) maka katup akan kembali ke posisi semula karena katup terdorong pegas yang dipasang berlawanan dengan solenoid. Dengan demikian saluran 1 (P) ataupun saluran 2 (A) kedua-duanya tertutup dan udara yang ada di saluran 2(A) tidak dapat keluar. Solenoid head Armature 1(P) 2(A) 1(P) 2(A) 2(A) 1(P)

(24)

Katup 3/2 diaktuasikan dengan sinyal listrik, kembali dengan pegas

a. Normally Closed 3/2

Katup 3/2 NC bekerja bila arus listrik dialirkan ke solenoid sehingga terbentuk elektromagnet yang mengakibatkan bergesernya armature dan selanjutnya udara dialirkan dari saluran masuk 1(P) ke saluran keluar 2(A). Sedangkan sakuran 3(R) tertutup. Sebaliknya bila arus listrik diputuskan maka elektromagnet yang terbentuk pada solenoid menghilang dan berakibat saluran 1(P) tertutup sedangkan udara yang berada di saluran 2(A) akan dibuang melalui saluran buang

3(R).

b. Normally Open 3/2

Katup ini kebalikan dari katup 3/2 NC. Jadi bila arus listrik tidak ada maka saluran 1(P) mengalirkan udara ke saluran 2(A) dan saluran 3(R0) tertutup. Tapi bila solenoid dialiri arus

1(P) 2(A) 3(R) 2(A) 1(P) 3(R) 1(P) 3(R0) 2(A) 1(P) 2(A) 3(R) 2(A) 1(P) 3(R) 1(P) 2(A) 3(R)

(25)

listrik, saluran 1(P) tertutup dan udara dari 2(A) dialirkan langsung ke 3(R).

Katup 3/2 diaktuasikan sinyal listrik dan kontrol Pneumatik, kembali dengan

pegas

Katup ini bila diaktifkan masih mempergunakan sinyal kontrol pneumatik. Sedangkan fungsi kumparan ini hanya untuk mengaktifkan sumbat yang ada pada katup, dengan demikian gaya elektromagnet yang diperlukan untuk mengaktifkan sumbat tidak terlalu besar. Dengan kata lain

arus listrik yang diperlukan tidak terlalu besar pula. Prinsip kerja saluran yang terdapat pada katup ini sama dengan prinsip kerja katup 3/2 yang telah dibahas di atas.

Katup 4/2 diaktuasikan sinyal listrik dan kontrol pneumatik, kembali dengan

pegas

Katup 4/2 pada prinsipnya terdiri dari 2 buah katup 3/2. Biasanya digunakan untuk mengaktuasikan silinder kerja ganda. Sinyal listrik digunakan seperti pada katup 3/2, berfungsi sebagai pembuka sumbat sedangkan yang mengatur katup piston adalah sinyal kontrol

1(P) 3(R) 2(A) 1(P) 3(R) 2(A) Armatur Air Channel Manual auxiliar actuation Valve piston 2(A) 1(P) 3(R) 1(P) 4(B) 2(A) 3(R) Manual override valve piston 1(P) 4(B) 2(A) 3(R) Air channel Armature 2(A) 4(B) 1(P) 3(R)

(26)

pneumatik. Pada posisi diaktuasikan saluran 1(P) dan saluran 4(A) tersambungkan sedangkan saluran 2(B) dengan saluran 3(R). Apabila sinyal listrik diputuskan maka katup piston didorong kembali ke posisi semula sehingga saluran 1(P) tersambungkan dengan 2(B) dan saluran 4(A) dengan 3(R).

4.2.2.4 Diagram Rangkaian pada Rangkaian Listrik

Pada diagram rangkaian listrik digambarkan bagaimana ditempatkannya perlengkapan dan juga alat listrik ditempatkan, dengan mempergunakan simbol yang telah ditetapkan/distandardisasikan. Diagram rangkaian ini merupakan dokumen yang sangat penting, yang dibutuhkan oleh bagian perawatan, untuk memperbaiki dan merawat sistem kontrol listrik. Ada beberapa cara untuk menampilkan/menggambarkan fungsi, operasi peralatan serta instalasi rangkaian.

Diagram Kabel (Wiring Diagram)

Pada sistem penunjukkan ini semua peralatan ditampilkan dalam satu gambar, baik itu rangkaian kontrol dan juga rangkaian utama, serta diatur berdasarkan sambungan jalur kabel. Sistem ini biasanya digunakan pada jaringan / rangkaian listrik pada kendaraan bermotor, mesin perkakas yang ringkas ataupun peralatan pabrik lainnya. Cara penggambarannya, penyimpanan peralatan yang digunakan bisa dimana saja, asalkan menyambungkan jaringan kabelnya betul-betul diperhatikan. Contoh gambar instalasi kabel:

(27)

M 3

S2 S1 S3

Anticlockwise rotation Stop Clockwise Rotation M1 U V W F1 K1 K2 L1 L2 220 V 380 V T1 F2 L1 L2 L3 380 V 50 Hz

(28)

Diagram Rangkaian

Dibandingkan dengan penggambaran instalasi kabel, dimana penggambaran rangkaian kontrol dan utamanya dijadikan satu, maka pada penggambaran rangkaian secara skematis ini ditampilkan berdasarkan fungsinya. Dengan cara menggambarkan rangkaian kontrol dan rangkaian utama dipisahkan.

Pada sistem ini penggambaran untuk sambungan (NC dan NO) relay untuk keperluan latching (mengunci sambungan) ataupun memutus sambungan akan digambarkan pada rangkaian kontrol. Penggambaran rangkaian secara skematis biasanya menggunakan garis lurus, dimana

arus listrik mengalir dari atas ke bawah. Di bawah ini ditampilkan gambar dengan fungsi yang sama dengan penggambaran instalasi kabel.

L1 A1 A2 A1 A2 K1 K2 K2 K1 11 12 11 12 S2 S3 S1 Off Anticlockwise rotation Clockwise rotation K1 23 K2 24 23 24 F1 L1 L2 L3 380 V 50 Hz F2 K1 K2 F1 U V W M1

(29)

Diagram Rangkaian Dasar

Pada tingkat tertentu, misalnya dalam penggambaran awal, penggambaran rangkaian ini tidak bisa langsung lengkap/komplit, melainkan dibuat dahulu sketsa fungsinya (pre-desain) dengan hanya menggambarkan hal yang penting-penting saja. Begitu pula untuk penunjukkan perlengkapannya hanya cukup dengan menunjukkan simbol huruf. Biasanya dalam penggambaran rangkaian dasar yang digambarkan hanya rangkaian utamanya saja.

Contoh penggambaran Diagram Rangkaian Dasar:

S1 Main switch K1, K2 Relays F1, F2 Fuses M 3 Motor M 3 S1 F1 K1 K2 F2

Gambar

Diagram Rangkaian
Diagram Rangkaian Dasar

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu aspek yang penting dari model ini adalah kelakuan dari fluida pada bagian depan dari bidang inklinasi, yaitu daerah di mana fase padat, cair, dan gas bertemu, yang

Istilah lebih baik yang cocok untuk arti luas seperti "komputer" adalah "yang mengolah informasi" atau "sistem pengolah informasi." Selama bertahun-tahun

Sidik ragam jumlah anakan menunjukkan bahwa interval waktu pemberian air berpengaruh sangat nyata, takaran pupuk organik tidak berpengaruh nyata, sedangkan

Setelah data-data terkumpul, baik data mengenai tingkat kecemasan maupun data dokumentasi hasil ujian lisan yang berupa nilai dalam bentuk angka, data-data tersebut disusun

Hasil pengujian hipotesis Ha3 gagal ditolak dan Ho3 ditolak, maka pada penelitian menghasilkan Program periklanan, Pemasaran melalui e-mail dan Pemrosesan informasi

Wilayah kajian dalam penelitian ini berupa model pembelajaran biologi, adapun penelitian dalam skripsi ini adalah tentang penerapan model sains teknologi masyarakat

Sambut anak dengan mendekatkan wayang manusia dan binatang sambil mengatakan bersama-sama power statement “Allah Bapaku HEBAT! Aku pasti jadi HEBAT juga”. Doa Pembuka Tuhan