• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Potensi Ekowisata

Potensi ekowisata di kecamatan Paloh merupakan produk wisata unggulan yang dapat dikembangkan sesuai dengan pola pemanfaatan lahan yang sejalan dengan konsep ekowisata yaitu sesuai kaidah pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di kecamatan Paloh.

Secara umum kondisi wilayah pesisir kecamatan Paloh cukup mendukung untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Hampir di sepanjang pantai kawasan pesisir kecamatan Paloh merupakan tipe pantai yang landai dan berpasir putih, dari yang berbutir halus sampai agak kasar dengan pecahan-pecahan batu karang. Kondisi ini menurut Bakosurtanal (1996) dapat dikembangkan untuk kegiatan wisata pesisir. Vegetasi cemara laut dan mangrove merupakan vegetasi dominan yang terdapat di kawasan ini, selain itu sebagian pantainya juga merupakan tempat berbagai spesies penyu bertelur secara alami. Terdapat juga kawasan akuatik dengan struktur karang laut yang sangat luas sehingga cukup nyaman untuk melakukan aktivitas wisata air seperti menyelam (diving) dan snorkeling. Selain itu didapati juga daerah pantai yang berpontensi menjadi tempat memancing (fishing) yang penuh dengan karang dengan bermacam ragam jenis ikan. Ekosistem yang terdapat di lokasi penelitian adalah tipikal wilayah pesisir yang merupakan wilayah unik karena ditemukan berbagai ekosistem mulai dari daerah pasang surut, estuari, hutan mangrove, terumbu karang, gelombang pasang, pulau penghalang, dan pantai berbatu.

5.1.1. Potensi Objek dan Daya Tarik Ekowisata

Objek dan daya tarik ekowisata yang terdapat di pesisir kecamatan Paloh meliputi Pantai Tanah Hitam, Pantai Selimpai, Pantai Tanjung Kemuning, Pantai Sungai Belacan, Pantai Tanjung Bendera, Pantai Bayuan, Pantai Camar Bulan, Pantai Mauludin, dan Pantai Tanjung Datok. Untuk lebih jelasnya, potensi masing-masing objek dan daya tarik wisata tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:

(2)

a. Pantai Tanjung Datok

Pantai Tanjung Datok merupakan sebuah objek wisata pantai yang berbentuk tanjung yang dipenuhi bebatuan yang bervariasi dengan hamparan pasir putih dan merupakan kawasan yang menjadi pembatas garis pantai antara kecamatan Paloh (Indonesia) dan Telok Melano (distrik Sematan, Malaysia). Objek wisata Pantai Tanjung Datok terletak di dusun Mauludin desa Tamajuk, lebih kurang 97 km jauhnya dari ibukota kabupaten Sambas yang dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua.

Panorama alam yang terdapat pada kawasan ini menggambaran keindahan dan keunikan yang mempesona. Kawasan ini juga sering dikunjungi oleh para pemancing ikan yang berasal dari luar kecamatan Paloh terutama pada saat musim ikan. Keberadaan hamparan pasir putih yang berpadu dengan struktur bebatuan berbagai ukuran yang terbentang luas di sini menggambaran begitu besarnya potensi yang dimiliki objek wisata ini.

Keistimewaan lain dari objek wisata ini adalah adanya gua alam yang menjadi habitat burung walet sehingga banyak masyarakat lokal di kawasan ini yang melakukan kegiatan pengambilan sarang burung yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi ini. Pada kawasan perairan objek wisata ini terdapat tutupan terumbu karang yang sangat luas. Terumbu karang yang terdapat pada kawasan ini membentang sampai dengan kawasan perairan objek wisata Pantai Tanjung Kemuning. Keberadaan terumbu karang, beragam jenis ikan, dan kondisi air laut yang jernih menjadikan objek wisata ini terlihat sangat menarik dan sangat cocok untuk dijadikan objek wisata bahari. Gambaran mengenai objek wisata Pantai Tanjung Datok disajikan dalam Tabel 16.

(3)

Tabel 16. Gambaran Objek Wisata Pantai Tanjung Datok

No. Aspek Keterangan

1 Letak Desa Temajuk

2 Titik Koordinat 2.0716729N 109.6406364E

3 Luas (m2) 50.000

4 Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) 97

5 Jenis Wisata Pantai

6 Panjang Pantai (m) 515

7 Estetika dan Keaslian Keindahan alam teresterial dan akuatik

yang masih asli

8 Atraksi dan Keunikan Tanjung sekaligus pantai yang tersusun

oleh hamparan pasir dan bebatuan serta menjadi satu-satunya kawasan pesisir perbatasan Kalimantan Barat dengan negara Malaysia

9 Transportasi dan aksesibilitas Masih sangat terbatas. Jalan aspal

sampai dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah/pantai berpasir ke lokasi

10 Fasilitas Pendukung Belum tersedia

11 Ketersediaan Air Bersih Tersedia (bersumber dari gunung Pangi)

12 Dukungan masyarakat Sangat mendukung

13 Pengelola Bapak Arsyad (Atong) dan masyarakat

lokal Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)

b. Pantai Mauludin

Pantai Mauludin merupakan sebuah objek wisata yang berbentuk pantai yang tersusun oleh struktur pasir putih dan bebatuan. Objek wisata ini mempunyai berbagai keunikan, yang diantaranya terdapat bentukan batu yang tidak lazim seperti batu pipih, batu bedinding (menyerupai dinding), dan batu bejulang (bertingkat-tingkat). Menurut kepercayaan masyarakat setempat masing-masing batu ini mempunyai cerita mistik sehingga keberadaannya terjaga dengan baik oleh masyarakat. Sesuai namanya objek wisata Pantai Mauludin terletak di dusun Mauludin desa Tamajuk dan berbatasan langsung dengan objek wisata Pantai Tanjung Datok yang berjarak lebih kurang 95 km jauhnya dari ibukota kabupaten Sambas dan dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua.

Objek wisata Pantai Mauludin mempunyai daya tarik keindahan alam yang sangat menarik sehingga tidak heran jika objek wisata ini menjadi salah satu tujuan wisata terkenal di kabupaten Sambas. Keberadaan hamparan pasir putih

(4)

yang terbentang lebih dari 3 km jauhnya menggambaran begitu besarnya potensi yang dimiliki objek wisata ini, belum lagi ditambah dengan alam bawah lautnya yang kaya akan karang laut yang menjadi berbagai habitat ikan sehingga sangat cocok untuk dijadikan salah satu kawasan untuk kegiatan wisata bahari. Hamparan pasir putih ini juga menjadi habitat berbagai spesies terutama vegetasi cemara. Ditambah lagi dengan deburan ombak lautnya yang besar dan airnya yang relatif jernih menjadikan objek wisata ini sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata unggulan di kabupaten Sambas.

Tabel 17. Gambaran Objek Wisata Pantai Mauludin

No. Aspek Keterangan

1 Letak Desa Temajuk

2 Titik Koordinat 1.9987629N 109.6406364E

3 Luas (m2) 250.000

4 Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) 95

5 Jenis Wisata Pantai

6 Panjang Pantai (m) 3.550

7 Estetika dan Keaslian Keindahan alam teresterial dan akuatik

yang relatif masih asli

8 Atraksi dan Keunikan Deburan ombak dan pantainya yang

tersusun oleh pasir putih dan menjadi kawasan yang cocok untuk wisata bahari 9 Transportasi dan Aksesibilitas Masih sangat terbatas. Jalan aspal sampai dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah/pantai berpasir ke lokasi

10 Fasilitas Pendukung Masih sangat terbatas

11 Ketersediaan Air Bersih Tersedia (bersumber dari gunung Pangi)

12 Dukungan Masyarakat Sangat mendukung

13 Pengelola Bapak Arsyad (Atong) dan masyarakat

lokal Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)

c. Pantai Camar Bulan

Pantai Camar Bulan adalah salah satu objek wisata yang terletak di desa Temajuk. Terletak lebih kurang 83 km dari jantung ibu kota kabupaten Sambas. Pantainya yang berpasir putih dengan gelombang pantai yang lambat dan di sekitar pantainya banyak terdapat pohon cemara menjadikan objek wisata ini terlihat sangat eksotik.

(5)

Objek wisata ini mempunyai sejarah tersendiri. Kawasan Camar Bulan merupakan salah satu kawasan yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia. Kawasan ini dianggap kawasan yang paling rawan dicaplok Malaysia. Menurut sejarah, kawasan ini merupakan tempat berlabuhnya armada kapal perang Indonesia pada saat perang mempertahankan kawasan perbatasan melawan tentara Malaysia. Kawasan ini juga dijadikan sebagai markas TNI dalam konfrontasi dengan Malaysia serta PGRS tahun 1965 sampai 1967.

Untuk saat ini, warga di kawasan ini masih disibukkan dengan aktivitas harian seperti menangkap ikan dan mencari ubur-ubur di laut. Sementara untuk pengelolaan kawasan wisata masih ditangguhkan. Masyarakat sangat berharap agar permasalahan tapal batas ini segera diselesaikan oleh pemerintah. Ini demi menyelamatkan Camar Bulan dari ancaman pencaplokan Malaysia.

Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan masyarakat, mereka sangat berharap agar objek wisata ini sesegera mungkin untuk dikelola oleh Pemerintah Daerah melalui dinas Pariwisata (Disporabudpar). Untuk menunjang perkembangannya, berbagai aktivitas dan fasilitas wisata hendaknya dapat dikembangkan di kawasan objek wisata ini. Selain untuk pemberdayaan sumber daya wisata yang dimiliki, hal ini juga dilakukan guna antisipasi terhadap permasalahan yang menyangkut bahaya yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Gambaran mengenai objek wisata Pantai Camar Bulan disajikan dalam Tabel 18.

(6)

Tabel 18. Gambaran Objek Wisata Pantai Camar Bulan

No. Aspek Keterangan

1 Letak Desa Temajuk

2 Titik Koordinat 1.9877832N 109.5712852E

3 Luas (m2) 150.000

4 Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) 93

5 Jenis Wisata Pantai

6 Panjang Pantai (m) 1.510

7 Estetika dan Keaslian Keindahan alam teresterial dan akuatik

yang relatif masih asli

8 Atraksi dan Keunikan Kawasan bersejarah dan terdapat hutan

pantai

9 Transportasi dan Aksesibilitas Masih sangat terbatas. Jalan aspal

sampai dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah/pantai berpasir ke lokasi

10 Fasilitas Pendukung Belum tersedia

11 Ketersediaan Air Bersih Tersedia (agak jauh dari lokasi)

12 Dukungan Masyarakat Sangat mendukung

13 Pengelola Masyarakat lokal

Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)

d. Pantai Bayuan

Pantai Bayuan merupakan salah satu objek wisata pantai laut yang terletak di kecamatan Paloh yang mempunyai panorama alam yang cukup indah yang terdapat di dusun Camar Bulan desa Temajuk. Sama dengan umumnya kawasan pantai Paloh lainnya, kawasan ini juga menjadi habitat penyu untuk bertelur secara alami. Objek wisata pantai ini memiliki panjang pantai sekitar 2 km. Struktur pantai kawasan wisata ini tersusun oleh struktur pasir putih berbatu dengan susunan vegetasi yang didominasi oleh vegetasi cemara laut. Untuk menuju objek wisata ini dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor yang ditempuh selama sekitar dua setengah jam dari kota Sambas.

Objek wisata Pantai Bayuan adalah kawasan yang masih bernuansa alam terbuka sehingga sangat cocok bagi pengunjung yang ingin menjauhkan diri dari aktivitas perkotaan. Tiupan angin dan deburan ombak di kawasan ini sangat nyaman untuk dinikmati. Pada saat air laut surut maka akan terbentang hamparan pasir dan batu karang yang mencapai 50 – 100 m lebarnya dari bibir pantai. Sebagian dari kawasan ini merupakan padang lamun yang menjadi habitat

(7)

berbagai jenis ikan. Pada musim tertentu kawasan ini sering dimanfaatkan oleh masyarakat lokal untuk menangkap udang lobster mengingat kawasan ini adalah salah satu kawasan yang menjadi habitat udang yang mempunyai nilai ekonomis tinggi tersebut.

Tabel 19. Gambaran Objek Wisata Pantai Bayuan

No. Aspek Keterangan

1 Letak Desa Temajuk

2 Titik Koordinat 1.9865823N 109.514122E

3 Luas (m2) 200.000

4 Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) 88

5 Jenis Wisata Pantai

6 Panjang Pantai (m) 2.150

7 Estetika dan Keaslian Keindahan alam teresterial dan akuatik

yang relative masih asli

8 Atraksi dan Keunikan Sebagai habitat penyu dan mempunyai

hamparan pantai berpasir dan berbatu

9 Transportasi dan Aksesibilitas Masih sangat terbatas. Jalan aspal

sampai dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah/pantai berpasir ke lokasi

10 Fasilitas Pendukung Belum tersedia

11 Ketersediaan Air Bersih Tersedia (agak jauh dari lokasi)

12 Dukungan Masyarakat Sangat mendukung

13 Pengelola Masyarakat lokal

Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)

e. Pantai Tanjung Bendera

Pantai Tanjung Bendera adalah salah satu objek wisata yang berbentuk tanjung sekaligus pantai yang mempunyai kekhasan tersendiri di kecamatan Paloh. Pantai yang panjangnya sekitar 3,5 km ini terlihat begitu menarik. Keberadaan air pantainya begitu bersih, sehingga sangat cocok untuk melakukan aktivitas wisata seperti berenang, menyelam, dan sekedar berjemur untuk menikmati alam pemandangan yang ada di sekitar objek wisata ini. Untuk mencapai objek wisata ini, dapat ditempuh dengan sepeda motor yang ditempuh selama sekitar dua jam lebih dari kota Sambas.

Selain mempunyai pemandangan alam yang indah dan menarik, kawasan objek wisata ini juga dijadikan masyarakat setempat sebagai tempat perburuan

(8)

telur penyu, dimana setiap malamnya terdapat sekitar 3 – 6 ekor penyu naik ke pantai yang sebagian di antaranya bertelur.

Tabel 20. Gambaran Objek Wisata Pantai Tanjung Bendera

No. Aspek Keterangan

1 Letak Desa Temajuk

2 Titik Koordinat 1.9774897N 109.4636536E

3 Luas (m2) 350.000

4 Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) 82

5 Jenis Wisata Pantai

6 Panjang Pantai (m) 3.500

7 Estetika dan Keaslian Keindahan alam teresterial dan akuatik

yang relatif masih asli

8 Atraksi dan Keunikan Sebagai habitat penyu alami dan tanjung

yang tersusun oleh pasir dan bebatuan 9 Transportasi dan Aksesibilitas Masih sangat terbatas. Jalan aspal sampai

dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah/pantai berpasir ke lokasi

10 Fasilitas Pendukung Belum tersedia

11 Ketersediaan Air Bersih Tersedia (dekat dengan lokasi)

12 Dukungan Masyarakat Sangat mendukung

13 Pengelola Masyarakat lokal

Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)

f. Pantai Sungai Belacan

Pantai Sungai Belacan merupakan objek wisata pantai yang berpadu dengan sempadan sungai (sungai Belacan) yang terletak di dusun Cermai desa Sebubus. Panjang garis pantai objek wisata ini sekitar 1,2 km dengan susunan vegetasi hutan pantai. Objek wisata di pantai ini mempunyai pemandangan indah dan menarik. Untuk mencapainya, dapat ditempuh dengan sepeda motor yang ditempuh selama sekitar dua jam dari kota Sambas.

Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan objek wisata ini biasanya memanfaatkan kawasan ini sebagai kawasan memancing baik di laut maupun di sungai Belacan. Selain indah, kawasan ini memang mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Pada saat malam hari kawasan ini juga menjadi salah satu tempat bertelurnya penyu secara alami sehingga masyarakat lokal menjadikan tempat ini sebagai tempat perburuan telur penyu.

(9)

Tabel 21. Gambaran Objek Pantai Sungai Belacan

No. Aspek Keterangan

1 Letak Desa Sebubus

2 Titik Koordinat 1.9534712N 109.4367027E

3 Luas (m2) 120.000

4 Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) 75

5 Jenis Wisata Pantai

6 Panjang Pantai (m) 1.200

7 Estetika dan Keaslian Keindahan alam teresterial dan akuatik

yang relatif masih asli

8 Atraksi dan Keunikan Sebagai kawasan pertemuan laut dan

sungai

9 Transportasi dan Aksesibilitas Masih sangat terbatas. Jalan aspal

sampai dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah/pantai berpasir ke lokasi

10 Fasilitas Pendukung Belum tersedia

11 Ketersediaan Air Bersih Tersedia (dekat dengan lokasi)

12 Dukungan Masyarakat Sangat mendukung

13 Pengelola Masyarakat lokal

Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)

g. Pantai Tanjung Kemuning

Pantai Tanjung Kemuning adalah salah satu objek wisata pantai laut yang terletak di kecamatan Paloh yang sempadan pantainya berhadapan langsung dengan Laut Natuna. Banyak pemandangan indah dan menarik di tempat ini yang banyak dikunjungi oleh para wisatawan khususnya pada hari-hari libur.

Pantai yang panjangnya mencapai lebih dari 6 km ini terlihat begitu alami, air pantainya begitu bersih begitu juga dengan hutan pantainya yang relatif masih terjaga, sehingga sangat cocok untuk melakukan aktivitas wisata alam seperti berkemah dan menikmati pemandangan alam yang ada di sekitar objek wisata ini. Pada saat air surut, kawasan objek wisata ini mempunyai keunikan tersendiri karena hamparan pantai pasir putihnya dapat mencapai ratusan meter lebarnya dari muka air laut. Untuk mencapai objek wisata ini dapat ditempuh dengan menggunakan sepeda motor yang ditempuh selama sekitar dua jam dari kota Sambas.

Selain mempunyai pemandangan alam yang indah dan menarik, kawasan objek wisata ini juga dijadikan masyarakat setempat dan organisasi perlindungan

(10)

satwa (WWF) sebagai tempat penangkaran penyu, dimana setiap malamnya terdapat sekitar 8 – 15 ekor penyu naik ke pantai yang sebagian di antaranya bertelur. Oleh sebab itu, kawasan ini menjadi tujuan para wisatawan yang secara khusus untuk melakukan pengamatan satwa penyu.

Tabel 22. Gambaran Objek Wisata Pantai Tanjung Kemuning

No. Aspek Keterangan

1 Letak Desa Sebubus

2 Titik Koordinat 1.9430059N 109.340744E

3 Luas (m2) 623.000

4 Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) 70

5 Jenis Wisata Pantai

6 Panjang Pantai (m) 6.230

7 Estetika dan Keaslian Keindahan alam teresterial dan akuatik yang relatif masih asli

8 Atraksi dan Keunikan Sebagai habitat penyu dan mempunyai panjang garis pantai yang jauh

9 Transportasi dan Aksesibilitas Masih sangat terbatas. Jalan aspal sampai dengan dusun Cermai (desa Sebubus), kemudian dengan menggunakan sepeda motor melalui jalan semen dan tanah berpasir ke lokasi

10 Fasilitas Pendukung Kurang mendukung

11 Ketersediaan Air Bersih Tersedia (agak jauh dari lokasi) 12 Dukungan Masyarakat Sangat mendukung

13 Pengelola WWF Kecamatan Paloh dan masyarakat lokal

Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)

h. Pantai Selimpai

Pantai Selimpai sering juga disebut masyarakat di kecamatan Paloh sebagai Tanjung Selimpai karena keberadaannya yang terletak di tanjung sekaligus muara sungai Merbau. Pantai Selimpai merupakan salah satu objek wisata pantai yang cukup dikenal di kabupaten Sambas yang terletak di dusun Jeruju desa Sebubus. Lokasinya kurang lebih 7 km dari ibukota kecamatan dan merupakan pantai yang indah dan menarik dengan ciri khas keberadaan pasir putih yang terhampar mengeliling pantai ini. Objek wisata ini menjadi tempat pavorit bagi wisatawan lokal terutama pada hari-hari libur nasional seperti perayaan Islam (Idul Fitri dan Idul Adha).

Pantai Selimpai tersusun oleh hamparan pasir putih dengan susunan vegetasi cemara laut yang tumbuh secara dominan. Sempadan pantainya merupakan tempat bertelurnya penyu. Daya tarik Pantai Selimpai yang sangat

(11)

menonjol bila di bandingkan dengan objek wisata lainnya terletak pada susunan vegetasinya dan pantai pasir putihnya. Hampir keseluruhan kawasan pulau ini ditumbuhi oleh hutan cemara yang membuat pantai ini menjadi khas dan berbeda dengan pantai-pantai lain yang ada di Kalimantan Barat. Selain itu, penutup tanah (ground cover) di hutan cemara ini adalah rumput hijau yang hampir merata sehingga sangat cocok untuk lokasi piknik atau area perkemahan (camping ground).

Pada bagian pantai yang berpasir putih, topografinya sangat landai dan tampak sangat bersih. Pantai yang merupakan tempat habitat bagi penyu-penyu laut yang bertelur ini terdapat pusat penangkaran dan pembudidayaan penyu, karena banyaknya penyu yang datang atau naik ke pantai ini untuk bertelur. Dahulunya, pada setiap bulan Mei, di daerah objek wisata ini diselenggarakan pesta perang telur penyu oleh penduduk setempat dinamakan “Parrang Panyok”. Ini merupakan tradisi masyarakat Melayu pesisir kecamatan Paloh. Pesta ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada Sang Pencipta dan menolak bala. Namun, seiring waktu tradisi ini mulai ditinggalkan dengan alasan penyelamatan satwa penyu tersebut.

Sisi selatan pantai Selimpai hingga ke bagian barat berbatasan dengan laut Natuna, sedangkan di sisi utaranya membentang ke timur dikepung oleh sungai Merbau. Oleh sebab itu setiap pengunjung yang berada di sini akan menjumpai aneka pemandangan seperti hutan cemara, pantai, laut, dan sungai.

Selain alami, yang menjadi daya tarik tersendiri bagi pantai Selimpai adalah menjadi tempat persinggahan penyu. Setelah bertamasya keliling dari pulau ke pulau, benua ke benua, dalam setahun sekurangnya lima kali satwa langka dilindungi ini singgah ke Pantai Selimpai ini untuk bertelur.

Berdasarkan catatan Satgas Pantai Selimpai dari kelompok sadar wisata (Pokdarwis) Paloh, ada empat jenis penyu yang singgah ke pantai ini. Diantaranya adalah penyu hijau, penyu sisik, penyu lekang. Sedangkan penyu belimbing hanya sesekali singgah. Saat ini di dunia terdapat tujuh jenis penyu, enam diantaranya ada di Indonesaia. Yaitu; penyu sisik (Eretmochelys imbricate), penyu lekang (Lepidochelys olivaceae), penyu belimbing (Dermocelys coriaceae), penyu hijau (Chelonia mydas), penyu tempayan (Caretta carretta), dan penyu pipih (Natator

(12)

depresus). Untuk penyu dari jenis Lepidochelys kempi hidup di laut atlantik, khususnya pantai Amerika dan Meksiko.

Diantara jenis penyu yang singgah ke Pantai Selimpai tersebut penyu sisik adalah yang paling banyak telurnya. Setiap kali naik ke pantai, telur yang dikeluarkan yaitu sebanyak 75-125 butir. Sedangkan yang lainnya hanya kisaran puluhan butir. Bahkan yang sedikit telurnya adalah penyu hijau, maksimal hanya berjumlah sembilan dengan bentuk telur yang relatif lebih besar dari telur jenis penyu lainnya.

Hewan yang masuk dalam kategori satwa langka ini, naik ke pantai untuk bertelur pada malam hari. Karenanya jika pengunjung tidak bermalam di kawasan wisata Selimpai, maka dapat dipastikan tidak dapat bertemu dengan satwa penyu di kawasan objek wisata ini. Untuk lebih jelasnya, gambaran objek wisata Pantai Selimpai dapat dilihat pada Tabel 23 di bawah ini.

Tabel 23. Gambaran Umum Objek Wisata Pantai Selimpai

No. Aspek Keterangan

1 Letak Desa Sebubus

2 Titik Koordinat 1.8076377N 109.3224662E

3 Luas (m2) 815.000

4 Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) 65

5 Jenis Wisata Pantai

6 Panjang Pantai (m) 8.150

7 Estetika dan Keaslian Keindahan alam teresterial dan akuatik

yang relatif masih asli

8 Atraksi dan Keunikan Sebagai habitat penyu dan sebagai

habitat vegetasi cemara yang dominan 9 Transportasi dan Aksesibilitas Jalan aspal sampai di Dusun Setinggak

kemudian menggunakan kapal motor ke Pantai Selimpai

10 Fasilitas Pendukung Cukup tersedia

11 Ketersediaan Air Bersih Belum tersedia

12 Dukungan Masyarakat Sangat mendukung

13 Pengelola BKSDA, WWF, dan Koperasi

Sumber : Hasil Pengamatan Lapangan (2011)

i. Pantai Tanah Hitam

Pantai Tanah Hitam merupakan salah satu objek wisata di kecamatan Paloh yang terdekat dengan ibu kota kabupaten Sambas. Keberadaan objek wisata ini berjarak sekitar 45 km dari kota Sambas. Pada hari-hari libur, objek wisata ini

(13)

sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan dari berbagai daerah untuk menikmati daya tarik panorama alamnya.

Objek wisata Pantai Tanah Hitam terbentang hampir sepanjang kawasan pantai di wilayah desa Tanah Hitam. Tingginya jumlah pengunjung di kawasan ini setiap tahunnya didukung oleh kemudahan aksessibilitas menuju objek wisata ini, selain itu masyarakat di wilayah ini secara rutin menggelar acara hiburan rakyat terutama pada hari-hari perayaan seperti tahun baru, hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Objek wisata Pantai Tanah Hitam memiliki panorama alam yang menarik, kawasan objek wisata ini juga dijadikan sebagai pusat kebudayaan melayu yang cukup unik yaitu atraksi wisata budaya antar ajong.

Antar ajong merupakan upacara ritual adat untuk menanam padi yang dilaksanakan setiap tahun pada masa bercocok tanam. Masyarakat setempat mempercayai, aktivitas tersebut dapat membuat tanaman padinya terhindar dari serangan hama dan penyakit. Sehingga demikian, hasil panen berlimpah untuk kemakmuran masyarakat sekampung. Karena mengacu pada waktu tanam, maka waktu pelaksanaan antar ajong biasanya setiap pertenggahan tahun, sekitar bulan Juni atau Juli. Upacara adat budaya antar ajong dipimpin oleh tokoh adat setempat.

Tabel 24. Gambaran Objek Wisata Pantai Tanah Hitam

No. Aspek Keterangan

1 Letak Desa Tanah Hitam

2 Titik Koordinat 1.6341664N 109.2248726E

3 Luas (m2) 380.000

4 Jarak dari Ibu Kota Kabupaten (km) 45

5 Jenis Wisata Pantai

6 Panjang Pantai (m) 3.800

7 Estetika dan Keaslian Keindahan alam teresteria yang relatif

telah berubah

8 Atraksi dan Keunikan Sebagai pusat kegiatan budaya di

kecamatan Paloh

9 Transportasi dan Aksesibilitas Jalan aspal dengan kondisi baik sampai dengan lokasi bisa menggunakan kendaraan roda dua dan empat

10 Fasilitas Pendukung Cukup tersedia (Rumah makan, WC)

11 Ketersediaan Air Bersih Tersedia (bersumber dari PDAM)

12 Dukungan Masyarakat Sangat mendukung

13 Pengelola Masyarakat

(14)

5.1.2. Potensi Wilayah

Wisatawan saat ini sangat peka terhadap permasalahan lingkungan. Menyesuaikan dengan kondisi positif ini, konsep-konsep pariwisata dikembangkan sehingga timbul inovasi-inovasi baru dalam kepariwisataan termasuk salah satunya adalah konsep ekowisata. Ekowisata merupakan konsep pariwisata berkelanjutan, dengan berbagai teknik pengelolaan seperti pengelolaan sumber daya pesisir yang berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, dimana dalam konsep pengelolaan ini melibatkan seluruh stakeholder dengan berpedoman pada tujuan utama, yaitu tercapainya pembangunan berkelanjutan yang dapat melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dari segi tata letak, kecamatan Paloh merupakan satu-satunya wilayah kecamatan di Kalimantan Barat yang wilayah daratan dan perairannya berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia. Kampung Telok Melano adalah kampung di wilayah Malaysia bagian Timur yang terhubung secara langsung dengan kecamatan Paloh, tepatnya dengan desa Temajuk. Wilayah kecamatan Paloh berupa dataran pantai / berpasir dan aluvial sungai yang kesemua desanya berbatasan langsung dengan laut (Natuna), dengan kelerengan lahan umumnya 0 - 8% (datar-berombak). Susunan vegetasi hutan cemara dan hutan mangrove mempunyai daya tarik wisata tersendiri bagi kawasan di wilayah ini. Selain untuk daya tarik wisata, keberadaan hutan cemara dan hutan mangrove berguna juga untuk daerah resapan air, pencegah abrasi dan bencana alam seperti erosi dan banjir serta mengakibatkan hilangnya pusat sirkulasi dan pembentukan gas karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2

Dilihat dari tata guna lahan kawasan pantai, sebagian besar merupakan lahan alami yang belum diganggu oleh aktivitas manusia. Umumnya kawasan ini tersusun oleh hamparan pasir, bebatuan, hutan cemara dan hutan pantai (campuran). Hal ini mengindikasikan bahwa begitu besarnya potensi yang dimiliki kecamatan Paloh untuk dikembangkannya sektor ekowisata. Sedangkan dari segi kualitas lingkungan menunjukkan potensi yang cukup besar terutama

) yang diperlukan manusia untuk kelangsungan hidupnya (Subadra, 2007).

(15)

jika dilihat dari kondisi perairan yang memperlihatkan sebagian besar airnya yang jernih dan keberadaan terumbu karang yang relatif masih terjaga.

Untuk fasilitas pendukung, saat ini di lokasi penelitian masih sangat terbatas. Belum ada satupun penginapan yang berskala besar (hotel), alternatif penginapan adalah di rumah-rumah penduduk (homestay) yang dibeberapa lokasi wisata sengaja diperuntukkan untuk para wisatawan atas rekomendasi dan binaan dinas Pariwisata kabupaten Sambas. Pada umumnya penginapan berupa homestay relatif masih sederhana, yaitu berdinding kayu atau bambu, kamar mandi diluar dan tanpa AC. Namun demikian ada sebagian kecil lainnya yang cukup berkualitas dan dilengkapi TV. Sedangkan di kecamatan terdekat (Tangaran dan Teluk Keramat) fasilitas ini sudah cukup memadai.

Fasilitas rumah makan di kawasan wisata kecamatan Paloh dipandang kurang dari segi kuantitas maupun kualitasnya (baik dari segi pilihan jenis makanannya, kebersihan makanan maupun kerapihan tempatnya). Dalam pengadaan bahan makanan masih dihadapi banyak kendala, misalnya jarangnya rumah makan sea food walaupun di lokasi tersebut merupakan tempat pendaratan nelayan yang besar dan jarangnya bahan sayuran yang harus didatangkan dari ibu kota Sambas.

Begitu juga halnya dengan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya seperti pusat informasi wisata, galeri souvenir, tempat parkir, papan interpretasi, rest room dan toilet di kawasan ini masih sangat terbatas bahkan sebagian besar masih tidak tersedia.

Dilihat dari ketersediaan prasarana dan sarana transportasi pedesaan, sebagian besar desa di kecamatan Paloh telah mempunyai jalan yang dapat dilalui dengan kendaraan roda empat. Jalan di wilayah ini umumnya beraspal dan dalam kondisi cukup baik. Satu-satunya desa yang belum mempunyai jalan aspal adalah desa Temajuk, desa yang jaraknya kurang lebih 38 km dari pusat kecamatan Paloh ini masih sulit untuk diakses. Untuk mencapai wilayah tersebut sementara ini hanya bisa dicapai dengan menggunakan kendaraan roda dua dengan melewati bibir pantai sepanjang 28 km dalam kondisi air laut surut.

(16)

Transportasi Darat

Berdasarkan fungsi jalan, secara umum sistem jaringan jalan regional utama di wilayah kabupaten Sambas terdiri dari jalan kolektor primer, lokal primer, dan lingkungan primer. Menurut PP No. 34/2006 tentang Jalan, fungsi dari ketiga jenis jalan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara PKN (pusat kegiatan nasional) dengan PKL (pusat kegiatan lokal), antar-PKW (pusat kegiatan wilayah), dan antara PKW dengan PKL.

2. Jalan lokal primer adalah antar-PKL, antara PKN dengan pusat kegiatan lingkungan (PKLing), dan antara PKW dengan pusat kegiatan lingkungan (PKLing), antara PKL dengan pusat kegiatan lingkungan (PKLing), atau antar-PKLing.

3. Jalan lingkungan primer adalah jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan jalan di dalam lingkungan kawasan pedesaan.

Berdasarkan statusnya, sistem jaringan jalan di kecamatan Paloh sendiri terdiri dari jalan nasional dan jalan kabupaten. Menurut RPJP kabupaten Sambas 2005-2025, bahwa jalan nasional yang ada di wilayah kabupaten Sambas merupakan jalan strategis nasional yaitu jalan yang melayani kepentingan nasional dan internasional atas dasar kriteria strategis, yaitu mempunyai peranan untuk membina kesatuan dan keutuhan nasional, melayani daerah rawan, merupakan bagian dari jalan lintas regional atau lintas internasional, melayani kepentingan perbatasan antar negara, melayani aset penting negara serta dalam rangka pertahanan dan keamanan. Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, jalan nasional yang direncanakan di wilayah kabupaten Sambas sepanjang sekitar 343,5 km dengan ruas jalan menuju dan termasuk dalam lokasi penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sp. Temajuk – Camar Bulan – Sungai Tengah – Sp. Gunung Kukud –Sp. Sungai Bening – Batang Air – Sp. Tanjung (54,5 km; jalan paralel)

2. Sp. Kembayat – Dungun Cundong (11 km; jalan kolektor primer strategis nasional)

(17)

3. Dungun Cundong–Merbau (40 km; jalan lokal primer strategis nasional) 4. Ceremai – Sp. Temajuk – Batas Telok Melano (46 km; jalan lokal primer

strategis nasional).

Sementara khusus untuk jalan yang ada di kecamatan Paloh mempunyai total panjang ± 116 km dengan kondisi permukaan jalan sebagai berikut:

Jalan tanah 81,5 km, terdiri dari :

 Jalan dusun Cermai (desa Sebubus)- desa Temajuk 39 km  Jalan di desa Temajuk 12,5 km

 Jalan di kecamatan Paloh lainnya (6 desa) 30 km Jalan aspal dan jalan lingkungan 34,5 km, terdiri dari :

 Jalan di desa Temajuk 4,5 Km (jalan lingkungan)

 Jalan di kecamatan Paloh lainnya (6 desa) 30 km (jalan aspal dan jalan lingkungan).

Sistem Jaringan Lainnya

Sistem jaringan lainnya yang dimaksudkan di sini meliputi sistem jaringan listrik, drainase regional, air bersih, dan telepon. Untuk sistem jaringan listrik (PLN) saat ini telah mengaliri tujuh dari delapan desa yang ada di kecamatan Paloh. Satu-satunya desa yang belum teraliri jaringan listrik adalah desa Temajuk. Masyarakat di desa Temajuk saat ini umumnya menggunakan genset sebagai alat untuk tenaga listrik. Begitu juga halnya dengan prasarana air bersih PDAM, desa Temajuk merupakan satu-satunya desa yang belum dialiri oleh jaringan distribusi air bersih. Masyarakat di desa ini umumnya menggunakan sumber air gunung Pangi sebagai sumber air bersih (selain air hujan). Sama halnya dengan sistem jaringan pelayanan telepon, sarana telepon seluler dapat berfungsi dengan baik di seluruh desa di kecamatan Paloh kecuali desa Temajuk.

Kawasan Hutan Mangrove

Kawasan hutan lindung bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (Mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan kawasan pantai dan lautan. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah melestarikan hutan bakau sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau

(18)

dan tempat berkembangbiaknya berbagai biota laut, disamping sebagai pelindung pantai dari pengikisan air laut serta pelindung usaha budidaya di belakangnya. Kawasan pantai berhutan bakau yang ditetapkan sebagai kawasan lindung adalah kawasan dengan lebar minimal 300 meter. Ketentuan ini berlaku pada kawasan yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan konservasi dan wisata alam. Keberadaan hutan ini dapat dijumpai hampir di sepanjang bantaran sungai Paloh dan Merbau serta sungai-sungai kecil yang ada di kecamatan Paloh.

Dalam kegiatan ekowisata diupayakan untuk mempertahankan keaslian komponen biologi dan fisik dalam ekosistem mangrove yang menjadi daya tarik utama kegiatan ekowisata pada ekosistem mangrove. Selain itu kegiatan ekowisata ini sekaligus memberikan informasi lingkungan yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam mencintai alam. Selain itu kawasan mangrove yang tumbuh dengan baik dapat menjadi tempat penelitian, kunjungan siswa sekolah, dan kegiatan ilmiah lainnya. Kawasan ini akan merupakan literatur alam yang bisa langsung dilihat (Direktorat Bina Pesisir, 2007). Beberapa jenis pohon mangrove yang dapat dijumpai di wilayah pesisir kecamatan Paloh adalah bakau (Rhizopora spp), api-api (Avicennia spp), pedada (Sonneratia spp), nyirih (Xylocarpus spp), tengar (Ceriops spp), dan buta-buta (Exoecaria spp).

Ekosisitem mangrove yang terjaga dengan baik mempunyai potensi ekowisata yang dapat dikembangkan. Kegiatan ekowisata secara langsung memiliki manfaat peletarian alam dan lingkungannya sekaligus meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar. Manfaat ini akan tercapai manakala direncanakan dengan baik dan sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Hal ini tercapai mengingat pada kegiatan ekowisata terdapat upaya mempertahankan keaslian komponen biologi dan fisik dalam ekosistem mangrove yang menjadi daya tarik utama kegiatan ekowisata pada ekosistem mangrove (Direktorat Bina Pesisir, 2007).

(19)

Kawasan Sempadan Pantai

Kawasan sempadan pantai adalah kawasan tertentu di sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Yang termasuk kawasan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian (di luar kawasan pantai berhutan bakau) yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai; minimal 100 m ke arah darat dihitung dari titik pasang tertinggi.

Di kecamatan Paloh, kawasan sempadan pantai ini memanjang pada kawasan pinggir pantai yang terbentang sepanjang garis batas administrasi darat kecamatan Paloh dengan kecamatan Tangaran dan Negeri Sarawak (Malaysia Timur). Panjang garis pantai di kecamatan Paloh mencapai 63,25 km ( 31 % dari keseluruhan panjang garis pantai di kabupaten Sambas).

Kawasan Sempadan Sungai

Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, termasuk sungai buatan, kanal, dan saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan perlindungan kawasan ini adalah melindungi sungai dari kegiatan anusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik sungai serta mengamankan aliran sungai. Untuk sungai yang mengalir di luar daerah pemukiman, sempadan sungai ditetapkan 100 meter di kanan kiri sungai besar dan 50 meter di kanan kiri sungai kecil. Sedangkan untuk sungai yang mengalir di daerah permukiman, sempadan sungai ditetapkan 15 meter di kanan kiri sungai besar dan 10 meter di kanan kiri sungai kecil.

Berdasarkan kriteria penetapan sungai besar pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai, yang dikategorikan sebagai Sungai Besar adalah sungai yang luas wilayah pengalirannya sekitar 500 km² atau lebih sehingga sungai Paloh termasuk dalam kategori tersebut.

(20)

Wilayah pesisir dan laut memiliki sumber daya alam yang dapat di manfaatkan, salah satunya menjadikan objek wisata bahari. Berbagai jenis organisme yang ada di daerah itu dapat menjadi nilai jual seperti terumbu karang, hutan bakau, padang lamun serta panorama keindahan pantai. Dengan pemanfaatan dan pengembangan wilayah pesisir kita mendapat konstribusi yang positif yaitu menjadikan wilayah pesisir dan laut sebagai kawasan wisata bahari. Wisata bahari merupakan suatu bentuk wisata potensial. Daerah dapat dikatakan berhasil menjadi tempat wisata bahari apabila memenuhi berbagai komponen terkait dengan kelestarian lingkungan alami, kesejahteraan penduduk yang mendiami wilayah tersebut, kepuasan pengunjung yang menikmatinya dan keterpaduan komunitas dengan area pengembangannya.

Belakangan ini setiap daerah berusaha untuk memanfaatkan wilayah pesisir menjadi tempat atau objek wisata bahari karena sebagai daya tarik untuk wisatawan datang ke daerah tersebut sehingga menambah pemasukan bagi pemerintah daerah, namun dalam pengembangannya dibutuhkan strategi yang terencana dan sistematis sehingga wilayah pesisir yang dijadikan wisata bahari bermanfaat juga bagi masyarakat di daerah tersebut.

Selain strategi dalam pembangunan wilayah pesisir diperlukan juga keterlibatan dan partisipasi masyarakat lokal sehingga masyarakat merasa terlibat dan bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan lingkungan dan ekosistem yang ada hal ini pun sebenarnya menguntungkan bagi kehidupan ekonomi mereka dengan sistem pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan memiliki arti penting baik bagi pengunjung, masyarakat maupun kelestarian lingkungan. Secara harfiah, pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang maupun yang akan datang dengan pengelolaan yang tepat tanpa membahayakan sistem alam yang mendukung semua aspek kehidupan. Pembangunan wilayah pesisir harus berbasis kemasyarakatan dengan tujuan membantu kesejahteraan masyarakat pesisir.

(21)

5.1.3. Potensi Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam pengembangan sektor pariwisata. Sektor pariwisata meliputi beberapa bidang usaha seperti hotel, restauran, biro perjalanan wisata, dan pelayanan-pelayanan dalam wisata. Pariwisata merupakan sektor yang melibatkan sektor-sektor lain dan kesemua sektor itu berhubungan dengan peran serta masyarakat.

Salah satu perubahan penting yang akan sangat mempengaruhi perkembangan sektor pariwisata adalah otonomi daerah. Otonomi daerah mengandung makna beralihnya sebagian besar proses pengambilan keputusan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat ke daerah. Perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan ini memerlukan reorientasi/perubahan peran dan fungsi pemerintah seperti yang dijelaskan dalam UU tentang Pemerintahan Daerah.

Pemerintah daerah bertanggung jawab secara lebih penuh terhadap kebijakan-kebijakan dasar yang diperlukan bagi pembangunan daerah, khususnya yang menyangkut pembangunan sarana dan prasarana, investasi (dan akses terhadap sumber dana), kebijakan lingkungan, pengembangan sumber daya manusia.

Kecamatan Paloh merupakan salah satu bagian dari kabupaten Sambas yang memiliki potensi daerah yaitu posisi yang sangat strategis berada di daerah perbatasan dengan negara Malaysia. Potensi lain adalah sumber daya yang dimiliki. Dengan diberikannya otonomi luas kepada daerah kapubaten/kota, sesuai prinsip penyelenggaraan Otonomi daerah yang digariskan dalam UU No. 32 Tahun 2004, maka Pemda kabupaten Sambas harus lebih mampu mencermati dan mengidentifikasi, menggali dan mengembangkan potensi yang belum seluruhnya tergali secara optimal di wilayah kecamatan Paloh.

Untuk mengembangkan kegiatan pariwisata di kecamatan Paloh haruslah mempertimbangkan hal-hal seperti promosi wisata, penataan infrastruktur, penyelenggaraan lomba (event) baik regional maupun internasional, serta penataan dan pengembangan kawasan khusus seperti penataan objek wisata yang ada di desa Temajuk, Sebubus, dan pengembangan kebudayaan Melayu di Tanah Hitam.

(22)

Masyarakat pesisir kecamatan paloh sebagian besarnya masyarakat yang beretnis melayu. Umumnya masyarakat di sini merupakan masyarakat yang ramah, sopan, santun terhadap tamu yang datang. Keberadaan tamu / pengunjung telah dianggap sebagai penghormatan tersendiri bagi masyarakat. Selain itu, keberagaman budaya yang dimiliki masyarakat tentunya menjadi pertimbangan tersendiri dalam usaha pengembangan kepariwisataan di wilayah ini.

5.2. Analisis Kawasan Ekowisata

5.2.1. Analisis Objek/Atraksi Ekowisata

Kecamatan Paloh memiliki sepuluh (10) titik wisata yang potensial untuk dikembangkan menjadi objek dan atraksi ekowisata pesisir. Penilaian kesesuaian objek dan atraksi wisata dilakukan untuk mengetahui sejauh mana potensi pengembangan kawasan ekowisata di kecamatan Paloh. Secara umum, hasil dari analisis kelayakan objek dan atraksi ekowisata di kecamatan Paloh menunjukkan bahwa objek dan atraksi ekowisata tersebut mempunyai potensi untuk dikembangkan.

Berdasarkan hasil penilaian yang telah dilakukan, bahwa kecamatan Paloh secara aktual memiliki 6 (60 %) objek dan atraksi ekowisata dengan kategori cukup potensial (S2) dan 4 (40 %) objek dan atraksi ekowisata dengan kategori kurang potensial (S3). Penilaian kelayakan objek dan atraksi wisata di kecamatan Paloh disajikan dalam Tabel 25, sedangkan peta sebaran objek/atraksi ekowisata di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Kecamatan Paloh merupakan wilayah pesisir yang sangat luas, sehingga objek dan atraksi wisata di kecamatan Paloh dapat mewakili berbagai karakteristik berdasarkan lingkungan (akuatik dan teresterial), ketinggian (pantai hingga gunung), dan sumber daya (alam dan budaya). Pantai di kecamatan Paloh juga memiliki beragam karakteristik yang alami, yaitu pantai berpasir (pasir putih, pasir hitam, pasir coklat), pantai berbatu, tebing pantai, teluk dan tanjung. Demikian pula halnya dengan perairan laut kecamatan Paloh yang memiliki beragam jenis ikan karang dan terumbu karang jenis hard coral dan soft coral.

(23)

Berdasarkan ketersediaan objek/atraksi ekowisata, lokasi penelitian terdapat dua (2) zona yaitu klasifikasi zona cukup atraktif (S2) dan zona kurang atraktif (S3). Zona objek/atraksi cukup atraktif berada di zona II, III dan IV yang meliputi desa Sebubus (sebagian) dan Temajuk. Sedangkan zona objek/atraksi kurang atraktif berada di zona I yang meliputi desa Kalimantan, Matang Danau, Tanah Hitam, Mentibar, Malek, Nibung, dan Sebubus (sebagian).

Tabel 25. Penilaian Kelayakan Objek dan Atraksi Ekowisata di Kecamatan Paloh

No. Objek/Atraksi Wisata Parameter Le ta k d a ri ja la n u ta m a Es te tik a d a n k e a slia n A tr a k si d a n ke uni ka n F a si li ta s pe ndukung K e ter sed ia an ai r b er si h T ra ns por ta si da n a k se sib ilita s D ukun ga n m a sy ar a k a t Sko r K at ego ri

1 Pantai Tanah Hitam 32 16 25 24 24 32 32 185 S2

2 Hutan Mangrove 32 18 9 9 24 16 32 140 S2

3 Pantai Selimpai 24 27 32 24 8 10 32 157 S2

4 Pantai Tanjung Kemuning

24 24 25 17 16 10 32 158 S2

5 Pantai Sungai Belacan 8 24 24 8 22 8 32 126 S3

6 Pantai Tanjung Bendera 8 24 19 8 24 8 32 123 S3

7 Pantai Bayuan 8 24 24 8 16 8 32 120 S3

8 Pantai Camar Bulan 8 24 21 8 16 8 32 117 S3

9 Pantai Mauludin 8 26 27 16 32 8 32 149 S2

10 Pantai Tanjung Datok 8 32 32 10 32 8 32 154 S2

Sumber : Hasil Analisis Data (2011)

Keterangan : Nilai penjumlahan skoring tiap kepala desa (n = 8) S1= Sangat Potensial (nilai 193 – 256)

S2 = Cukup Potensial (nilai 129 – 192) S3 = Kurang Potensial (nilai 65 – 128) N = Tidak Potensial (nilai ≤ 64)

(24)

Kawasan ekowisata potensial di kecamatan Paloh didominasi oleh objek dan atraksi wisata yang berada di wilayah desa yang sarana dan prasarana transportasinya sudah cukup baik. Sedangkan kawasan ekowisata kurang potensial didominasi oleh objek dan atraksi wisata alam akuatik dan teresterial yang kondisi prasarana jalannya kurang baik. Namun, jika dilihat dari segi estetika, keaslian, atraksi dan keunikan objek dan atraksi yang ada di kawasan ini sangatlah potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Secara keseluruhan, kawasan kecamatan Paloh didominasi oleh objek dan atraksi wisata alam dan kurang pada objek dan atraksi wisata budaya.

5.2.2. Kesesuaian Kawasan Ekowisata

Penilaian kesesuaian kawasan ekowisata di kecamatan Paloh baik teresterial maupun akuatik menggunakan data primer dan sekunder sebagai atribut pada peta-peta tematik berdasarkan parameter kesesuaian kawasan ekowisata untuk setiap kategori sesuai dengan standar Bakosurtanal (1996). Berdasarkan hasil analisis kesesuaian kawasan wisata, maka dihasilkan tiga (3) kelas kesesuaian untuk wisata pantai dan tiga (3) kelas untuk wisata bahari.

PETA

Sebaran Objek dan Atraksi Ekowisata di Kecamatan Paloh Cukup Potensial Kurang Potensial Keterangan : 1. Pantai Tanjung Datok 2. Pantai Mauludin 3. Pantai Camar Bulan 4. Pantai Bayuan 5. Pantai Tj. Bendera 6. Pantai Sungai Belacan 7. Pantai Tj. Kemuning 8. Pantai Selimpai 9. Hutan Mangrove 10. Pantai Tanah Hitam

Sumber : Hasil Analisis 1 2 3 4 7 6 5 8 9 10

Gambar 4. Peta Sebaran Objek dan Atraksi Ekowisata di Lokasi

(25)

Beberapa faktor pembatas utama yang terdapat pada zona kawasan ekowisata di lokasi penelitian adalah kecepatan arus dan kecerahan perairan untuk wisata pantai zona I dan II. Sedangkan untuk wisata bahari tutupan karang dan kecerahan perairan menjadi faktor pembatas utama terutama pada zona wisata bahari I. Beberapa kendala ini umumnya dapat dikurangi dengan memasukkan beberapa penerapan teknologi. Kecepatan arus yang tinggi misalnya dapat dikurangi dengan memasang pemecah gelombang di dekat pantai. Pada topografi laut yang curam dapat dilakukan pemasangan batas (bouy) untuk aktivitas wisata. Perairan yang cerah dengan terumbu karang yang bagus dapat dikembangkan untuk aktivitas menyelam (diving). Lebar pantai menentukan jumlah wisatawan yang dapat ditampung. Dengan demikian, aktivitas wisata dapat tetap dilakukan namun dengan jumlah fasilitas dan jumlah wisatawan yang dibatasi.

Dari hasil analisis kesesuaian diperoleh hasil bahwa untuk kategori wisata pantai di lokasi penelitian memiliki tiga kelas kesesuaian yaitu kelas sangat sesuai (S1), cukup sesuai (S2), dan sesuai bersyarat (S3), sedangkan untuk kategori wisata bahari terdapat tiga kelas yang berbeda yaitu kelas cukup sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3), dan tidak sesuai (N). Sebaran masing-masing kelas kesesuaian kawasan wisata pantai dan bahari di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6.

Wisata Pantai

Wisata pantai merupakan aktivitas wisata yang dilaksanakan pada daerah pesisir dengan kegiatan wisata berupa olah raga, pengamatan satwa, berkemah, memotret, berjemur, melihat pemandangan alam, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga kelas kesesuaian untuk wisata pantai di lokasi penelitian yaitu kelas sangat sesuai (S1) seluas 158,3 hektar, cukup sesuai (S2) seluas 297, 3 hektar dan sesuai bersyarat (S3) seluas 177,2 hektar. Hasil penilaian kesesuaian untuk wisata pantai dapat dilihat pada Lampiran 4. Sedangkan peta kesesuaian wisata pantai di kecamatan Paloh dapat dilihat pada Gambar 5.

(26)

Gambar 5. Peta Kesesuaian Wisata Pantai di Kecamatan Paloh

Wisata Bahari

Wisata bahari adalah wisata yang objek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape), antara lain, memancing (fishing), bersampan yang meliputi mendayung (boating) dan berlayar (sailing), menyelam yang meliputi diving dan snorkeling, berselancar yang meliputi selancar air tawar (wave surfing) dan selancar angin (wind surfing), serta berpadu dengan parasit (parasailing) (Sunarto, 1998).

Sifat oseanografi dari setiap perairan dan bagian perairan itu berbeda-beda satu dengan lainnya. Namun, umumnya perairan di Nusantara termasuklah juga perairan di wilayah kecamatan Paloh dipengaruhi oleh faktor monsoon dan samudera-samudera di sekitarnya. Bagi perairan pedalaman yang dibatasi oleh pulau-pulau, terutama di perairan pantainya, pengaruh daratan, topografi dasar laut dan garis pantai serta iklim setempat sangat menonjol (Birowo, 1980). Birowo menyebutkan daratan dan proses yang terjadi di daratan seperti aliran sungai besar dengan zat-zat atau partikel yang dibawanya ke laut akan mempengaruhi salinitas, turbiditas (kekeruhan), kesuburan, dan kecerahan air

(27)

pantai. Iklim setempat seperti curah hujan akan mempengaruhi salinitas dan angin yang kencang akan menyebabkan berkembangnya arus dan gelombang laut. Secara umum, pembahasan tentang sejumlah sifat oseanografi yang terkait secara langsung dengan wisata bahari di lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Kecerahan Perairan (m)

Salah satu indikator kualitas perairan ditinjau dari aspek lingkungan yang berkaitan dengan masyarakat yang tinggal di sekitarnya adalah kecerahan perairan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kecerahan air laut di pesisir kecamatan Paloh pada umumnya adalah partikel lumpur yang dibawa oleh aliran sungai.

Nilai kecerahan air memberikan petunjuk tentang daya tembus cahaya ke dalam air laut atau berkaitan dengan intensitas cahaya di dalam laut. Intensitas cahaya di laut ditentukan selain oleh kondisi cahaya di atas permukaan laut juga oleh penyerapan dan pembauran di dalam laut. Faktor utama yang mempengaruhi pembauran cahaya di laut adalah adanya mineral seperti tanah liat, lumpur maupun yang berbentuk senyawa organik seperti plankton dan detritus (Birowo, 1980). Kondisi air yang keruh diakibatkan oleh pembauran material mineral dan organik yang intensif.

Dari hasil pengamatan yang dilaksanakan di lokasi penelitian menunjukkan nilai kecerahan dipengaruhi oleh kandungan lumpur, kandungan plankton, dan zat-zat terlarut lainnya. Untuk kawasan pantai dimana terdapat banyak muara sungai besar, pengaruh lumpur dapat dengan jelas terlihat seperti yang terjadi di zona I dan II. Diperoleh hasil bahwa pada zona I dan II tingkat kecerahan air laut dimana sinar matahari hanya mampu menembus lapisan perairan sampai kedalaman 2 – 6 m pada jarak rata-rata 50 meter dari garis pantai, sedangkan untuk zona III dan IV kecerahan air mencapai 6 - 7 m pada jarak 50 m dari garis pantai. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kondisi perairan pesisir kecamatan Paloh pada zona III dan IV masih relatif baik dan cukup mendukung untuk dikembangkannya sektor ekowisata khususnya wisata bahari.

(28)

Kecerahan yang rendah terukur pada perairan objek wisata yang ada di zona I dan II. Kecerahan yang rendah ini diakibatkan oleh partikel lumpur yang terbawa oleh arus surut sungai-sungai besar seperti sungai Paloh dan Merbau. Berbeda dengan perairan yang terdapat pada zona I dan II, kedalaman cahaya matahari yang terdapat di zona III dan IV dapat menembus perairan bahkan bisa mencapai dasar. Hal ini dikarenakan pada pinggiran pantai di zona III dan IV didominasi oleh pasir putih dan bebatuan, hal ini ditambah lagi dengan aktivitas masyarakat dan kepadatan penduduk yang masih rendah di kawasan ini.

2. Kecepatan Arus (m/det)

Arus yang terjadi di suatu perairan dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain musim angin, topografi perairan, morfologi pantai, dan kedalaman perairan (Pickard, 1986 dalam Susana et al. 2004). Kecepatan dan arah arus dari suatu badan air untuk mengeleminasi dan mengangkut bahan pencemar serta perkiraan pergerakan bahan pencemar mencapai lokasi tertentu. Selain itu, arus pantai dapat juga terjadi karena gelombang yang datang menuju pantai, hal ini mempengaruhi proses sedimentasi pantai. Pola arus pantai ini ditentukan oleh besarnya sudut yang dibentuk antara gelombang yang datang dengan garis pantai. Jika sudut datang cukup besar maka akan terbentuk arus menyusur pantai yang disebabkan oleh perbedaan tekanan hidrostatik.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, bahwa arus permukaan dekat pantai bergerak dari timur laut mulai dari desa Kalimantan sampai dengan Barat Daya menuju desa Temajuk dengan kecepatan rata-rata 0,098 m/det. Kecepatan arus paling lemah terdapat di zona IV yaitu 0,085 – 0,098 m/det, sedangkan arus tercepat terdapat pada zona I dengan kecepatan 0,105 – 0,110 m/det.

3. Kedalaman Dasar Perairan (m)

Kedalaman dasar perairan di lokasi penelitian didapat dari peta Lingkungan Laut Indonesia dari Bakosurtanal (edisi 1992). Dengan batas 250 meter ke arah laut, berdasarkan peta Lingkungan Laut Nasional (wilayah pesisir kecamatan Paloh), maka kedalaman dasar laut wilayah pesisir kecamatan Paloh rata-rata berkisar antara 0 – 50 meter, pada kedalaman 10

(29)

meter dicapai pada jarak 50 – 100 meter, kedalaman 25 meter dicapai pada jarak 100 – 150 meter dari garis pantai ke arah laut dan kedalaman 25 -75 meter pada jarak 150 – 250 meter dari garis pantai.

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian kawasan ekowisata bahari di kecamatan Paloh, diperoleh 3 kelas kesesuaian dengan kategori sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3), dan tidak sesuai (N). Hasil penilaian kesesuaian untuk wisata bahari dapat dilihat pada Lampiran 5. Sedangkan peta kesesuaian wisata bahari dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Peta Kesesuaian Wisata Bahari di Kecamatan Paloh

5.2.3. Daya Dukung Kawasan Ekowisata

Daya dukung (daya tampung) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kawasan secara fisik untuk menerima sejumlah wisatawan/ekowisatawan dengan intensitas maksimum terhadap sumber daya alam yang berlangsung secara berkesinambungan tanpa merusak lingkungan. Pembatasan jumlah wisatawan dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya dampak negatif terhadap sumber daya alam dan lingkungan karena kegiatan wisata yang

(30)

dilakukan di kecamatan Paloh nantinya. Oleh sebab itu, pengembangan kawasan ekowisata di kawasan ini haruslah memperhatikan daya dukung/tampung wisatawan. Adapun faktor yang digunakan dalam menentukan daya dukung wisatawan pada penelitian ini adalah panjang pantai pasir untuk wisata pantai dan luasan areal terumbu karang untuk wisata bahari.

a. Daya Tampung Wisatawan Berdasarkan Tingkat Kenyamanan

Daya tampung wisatawan untuk wisata pantai dan bahari di lokasi penelitian dihitung berdasarkan zona dan kawasan objek wisata yang ada dengan kategori yang digunakan meliputi kategori standar, nyaman, dan mewah. Untuk lebih jelasnya mengenai daya tampung wisata pantai dan bahari di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 26 dan 27.

Tabel 26. Daya Tampung Wisatawan Untuk Wisata Pantai Berdasarkan Tingkat Kenyamanan

No. Zona/

Kawasan Objek Wisata

Luas Pantai (ha) Panjang Pantai (m)

Daya Tampung Wisatawan (orang/hari)

Standar Nyaman Mewah

I Zona I 177,20 17.720 1.181 886 591

1 Pantai Tanah Hitam 38,00 3.800 253 190 127

II Zona II 158,30 15.830 1.055 792 528

1 Pantai Selimpai 81,50 8.150 543 408 272

2 Pantai Tanjung Kemuning 62,30 6.230 415 312 208

III Zona III 154,80 15.480 1.032 774 516

1 Pantai Sungai Belacan 12,00 1.200 80 60 40 2 Pantai Tanjung Bendera 35,00 3.500 233 175 117

3 Pantai Bayuan 21,50 2.150 143 108 72

IV Zona IV 142,20 14.220 948 711 474

1 Pantai Camar Bulan 15,10 1.510 100 75 50

2 Pantai Mauludin 35,50 3.550 237 178 118

3 Pantai Tanjung Datok 5,15 515 33 25 17

Total (Zona) 632,50 63.250 4.217 3.163 2.108

Total (Kawasan Objek Wisata) 306,05 30.605 2.037 1.531 1.021

(31)

Tabel 27. Daya Tampung Wisatawan Untuk Wisata Bahari Berdasarkan Tingkat Kenyamanan

No. Zona/

Kawasan Objek Wisata

Luas Terumbu Karang (m2

Daya Tampung Wisatawan (orang/hari)

) Standar Nyaman Mewah

I Zona I - - - -

1 Pantai Tanah Hitam - - - -

II Zona II 2.653,31 177 133 88

1 Pantai Selimpai 326,41 22 16 11

2 Pantai Tanjung Kemuning 545,12 36 27 18

III Zona III 14.576,14 972 729 486

1 Pantai Sungai Belacan 576,23 38 28 19

2 Pantai Tanjung Bendera 2.765,45 184 138 92

3 Pantai Bayuan 1.376,43 92 69 46

IV Zona IV 15.775,65 1.052 789 526

1 Pantai Camar Bulan 1. 657,13 111 83 55

2 Pantai Mauludin 3.310,53 221 166 110

3 Pantai Tanjung Datok 356,24 28 18 12

Total (Zona) 33.005,10 2.200 1.650 1.100

Total (Kawasan Objek Wisata) 10.913,54 728 546 364

Sumber : Hasil Analisis Data (2011)

Berdasarkan Tabel 26 dan 27 di atas, dapat diketahui bahwa daya tampung wisatawan untuk wisata pantai dan wisata bahari menurut standar WTO ditentukan berdasarkan kelas standar, nyaman dan mewah. Dengan demikian, operator ekowisata di kawasan ekowisata kecamatan Paloh dapat memilih standar daya tampung wisatawan yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Jumlah daya tampung pada masing-masing kawasan wisata tersebut merupakan kapasitas per hari, sehingga bila operator ekowisata dalam sehari akan menerapkan beberapa kali kunjungan maka harus membaginya kembali sesuai dengan jumlah kunjungan dalam sehari.

Kawasan ekowisata membutuhkan ketenangan dan kenyamanan bagi wisatawan yang datang ke tempat tersebut. Selain itu kebutuhan setiap wisatawan akan ruang juga sangat bervariasi dan relatif, tergantung pada latar belakang budaya dan kemampuan ekonomi wisatawan. Berdasarkan hal tersebut, maka analisis daya tampung kawasan ekowisata sangatlah mutlak untuk dilakukan dalam perencanaan kawasan ekowisata pesisir di kecamatan Paloh.

(32)

b. Daya Tampung Wisatawan Berdasarkan Waktu Kunjungan (1). Daya Tampung Wisatawan Untuk Wisata Pantai

Tabel 28. Daya Tampung Wisatawan Untuk Wisata Pantai Berdasarkan Waktu Kunjungan No. Zona/ Kawasan Objek Wisata Luas (ha) Panjang Pantai (m)

Daya Tampung Wisatawan (org/kunjungan) (org/hari)

I Zona I 177,20 17.720 177 1.062

1 Pantai Tanah Hitam 38,00 3.800 38 228

II Zona II 158,30 15.830 158 984

1 Pantai Selimpai 81,50 8.150 82 492

2 Pantai Kemuning 62,30 6.230 62 378

III Zona III 154,80 15.480 155 930

1 Pantai Sungai Belacan 12,00 1.200 12 72

2 Pantai Tanjung Bendera

35,00 3.500 35 210

3 Pantai Bayuan 21,50 2.150 20 120

IV Zona IV 142,20 14.220 142 852

1 Pantai Camar Bulan 15,10 1.510 15 90

2 Pantai Mauludin 35,50 3.550 36 216

3 Pantai Tanjung Datok 5,15 515 5 30

Total (Zona) 632,50 63.250 633 3.798

Total (Kawasan Objek Wisata) 306,05 30.605 305 1.770

Sumber : Hasil Analisis Data (2011)

Tabel 28 di atas memperlihatkan bahwa daya tampung wisatawan untuk wisata pantai secara total 633 orang per kunjungan dan 3.798 orang per hari dalam keseluruhan zona serta 305 orang per kunjungan atau 1.770 orang per hari untuk keseluruhan kawasan objek wisata. Proporsi daya tampung terbanyak terdapat di kawasan objek wisata Pantai Selimpai yang mencapai jumlah 492 orang per hari. Sedangkan daya tampung wisatawan terendah berada di kawasan objek wisata Pantai Tanjung Datok yaitu berjumlah 30 orang per hari.

(33)

(2). Daya Tampung Wisatawan Untuk Wisata Bahari

Tutupan terumbu karang merupakan daya tarik utama bagi wisatawan dalam melakukan aktivitas wisata bahari. Luasan tutupan terumbu karang yang dihitung adalah area terumbu karang yang berada dalam kondisi cukup baik yang dianalisis dari peta citra landsat-UTM 2006 kecamatan Paloh dan peta Barimetri Hidro Oseanografi. Atas pertimbangan bahwa diving dan snorkeling merupakan aktivitas wisata pengamatan ekosistem bawah laut maka aktivitas wisata ini hanya dilakukan pada perairan yang mempunyai ekosistem terumbu karang. Kebutuhan area untuk aktivitas diving adalah 200 m2 per orang dan untuk snorkeling adalah 50 m2 luasan terumbu karang per orang. Daya tampung wisatawan untuk wisata bahari berdasarkan waktu kunjungan di kecamatan Paloh tertera pada Tabel 29.

Tabel 29. Daya Tampung Wisatawan Untuk Wisata Bahari Berdasarkan Waktu Kunjungan No. Zona/ Kawasan Objek Wisata Luas Terumbu Karang (m2

Daya Tampung Wisatawan

)

Diving Total/hari Snorkeling Total/hari

I Zona I - - - - - 1 Pantai Tanah Hitam - - - - - II Zona II 2.653,31 13 78 53 318 1 Pantai Selimpai 326,41 2 12 7 42 2 Pantai Kemuning 545,12 7 42 11 66

III Zona III 14.576,14 73 438 292 1.752

1 Pantai Sungai Belacan 576,23 9 54 12 72 2 Pantai Tanjung Bendera 2.765,45 14 84 55 930 3 Pantai Bayuan 1.376,43 7 42 28 168 IV Zona IV 15.775,65 79 474 316 1.896 1 Pantai Camar Bulan 1. 657,13 8 48 33 198 2 Pantai Mauludin 3.310,53 17 102 66 396 3 Pantai Tanjung Datok 356,24 2 12 7 42 Total (Zona) 33.005,10 165 990 660 3.961

Total (Kawasan Objek Wisata)

10.913,54 55 330 218 1.308

(34)

Dari Tabel 29 di atas dapat diketahui bahwa daya tampung wisatawan untuk wisata bahari di kawasan objek wisata memiliki jumlah yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan daya tampung untuk wisata pantai. Hal ini disebabkan oleh faktor pembatas area pemanfaatan kegiatan wisata bahari di lokasi penelitian yang lebih kecil dibandingkan dengan kegiatan wisata pantai.

5.2.4. Pemetaan Partisipatif

Partisipasi masyarakat desa dalam usaha pengembangan ekowisata di suatu wilayah adalah keterlibatan dari masyarakat desa baik secara emosional, mental maupun fisik dalam proses pengembangan pariwisata yang mendorong mereka menyumbangkan kemampuan sekaligus merasa ikut bertanggung jawab atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan dan menjadi keinginan bersama yakni meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat desa.

Partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata mutlak diperlukan, tanpa adanya partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata dikuatirkan hanya dapat menjadikan masyarakat sebagai objek semata. Penempatan masyarakat sebagai subjek dalam pengelolaan pariwisata mutlak diperlukan sehingga masyarakat akan dapat berperan serta secara aktif mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga monitoring dan evaluasi kegiatan pariwisata. Terlebih apabila kita akan melakukan pendekatan perencanaan kawasan ekowisata berbasis masyarakat.

Masyarakat lokal menjadi bagian yang paling memahami keadaan daerahnya tentu akan mampu memberikan masukan yang sangat berharga. Masyarakat lokal dengan pengetahuan serta pengalamannya menjadi modal yang sangat besar dalam melaksanakan perencanaan ekowisata. Masyarakat lokallah yang mengetahui apa permasalahan yang dihadapi serta juga potensi yang dimiliki oleh daerahnya. Bahkan pula mereka akan mempunyai pengetahuan lokal untuk mengatasi masalah yang dihadapinya tersebut.

Untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat diperlukan upaya berupa pemberdayaan. Masyarakat haruslah dilibatkan dalam setiap kegiatan ekowisata, hal itu dilakukan untuk menjadikan sektor ekowisata berkembang sesuai harapan bersama yaitu melakukan pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan

(35)

masyarakat. Metode pemetaan partisipatif dalam penelitian ini merupakan salah satu model pemberdayaan masyarakat secara spasial. Dengan metode pemberdayaan ini diharapkan partisipasi masyarakat dapat mewujudkan pengembangan ekowisata di lokasi penelitian. Dengan keterlibatan masyarakat secara langsung dalam memetakan kawasan ekowisata maka akan dapat meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap pengembangan sektor ini.

Aktivitas wisata di lokasi penelitian diarahkan pada aktivitas yang bersifat mengajak pengunjung terlibat langsung dalam berbagai atraksi wisata agar memperoleh pengalaman baru yang menyenangkan sehingga pengunjung memiliki keinginan untuk menjaga kelestarian lingkungan di kecamatan Paloh. Aktivitas wisata pesisir sangat dipengaruhi oleh ruang wisata serta objek dan atraksi wisata yang ada di dalamnya. Aktivitas kehidupan masyarakat ialah aktivitas yang terkait keseharian dan budaya masyarakat. Aktivitas masyarakat dipengaruhi oleh mata pencaharian dan budaya masyarakat. Aktivitas terkait perlindungan sumber daya alam dan lingkungan mengarah pada pencegahan bahaya dan pelestarian kawasan pesisir agar berkelanjutan.

Metode pemetaan partisipatif yang dilakukan memberikan gambaran bahwa masyarakat di lokasi penelitian mempunyai harapan yang sama terhadap usaha pengembangan kawasan ekowisata. Masyarakat yang tergabung dalam kelompok pemetaan partisipatif melakukan interpretasi peta yang di dalamnya memuat objek/atraksi ekowisata, aktivitas, fasilitas, dan jalur sirkulasi yang menghubungkan antar desa dan objek/atraksi wisata.

Fasilitas yang direncanakan untuk dikembangkan di lokasi penelitian berdasarkan pada peluang aktivitas wisata dengan memanfaatkan gaya arsitektur lokal. Fasilitas wisata pesisir yang dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan pengunjung dan masyarakat agar kegiatan wisata dapat berjalan dengan nyaman, namun aktivitas keseharian masyarakat juga dapat tetap berjalan dengan baik. Secara umum hasil pemetaan partisipatif yang dilakukan masyarakat di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.

(36)

Gambar 7. Peta Hasil Pemetaan Partisipatif

Berdasarkan gambaran pemetaan partisipatif di atas, sesuai dengan pembagian zona ekowisata pesisir kecamatan Paloh yang telah dilakukan, maka dapat digambarkan bahwa pada zona I merupakan zona yang terfokus pada peruntukan pelayanan pengunjung dimana pada zona ini menyediakan fasilitas penunjang wisata seperti pusat informasi wisata, hotel/penginapan, rumah makan/restoran, pusat cenderamata, dan dermaga. Zona I ini merupakan kawasan pemukiman yang cukup padat penduduk dengan pola pemukiman yang berorientasi pada jalan utama. Kawasan ini juga dijadikan sebagai pusat kawasan wisata budaya, sehingga dapat dikembangkan semaksimal mungkin dengan tetap memperhatikan keseimbangan lingkungan fisik dan lingkungan sosial, tanpa mempengaruhi kelangsungan ekosistem kecamatan Paloh secara menyeluruh. Berbeda dengan zona I, zona II dan III merupakan kawasan yang tidak padat penduduk dengan penggunaan lahan yang didominasi oleh hutan pantai. Zona II merupakan kawasan wisata konservasi hutan mangrove dan habitat penyu sehingga masyarakat berharap agar aktivitas wisata pada kawasan ini mengedepankan keberlanjutan lingkungan. Sedangkan zona III diperuntukkan

(37)

sebagai kawasan ekowisata yang bersifat intensif. Berbagai aktivitas yang direkomendasikan kelompok pemetaan partisipatif pada kawasan ini diantaranya memancing, berenang, pengamatan alam, dan berkemah. Jalur sirkulasi ekowisata diplot oleh kelompok berada pada tepian pantai, hal ini untuk mempermudah aksessibilitas menuju objek wisata sekitar.

Untuk zona IV yang berada wilayah desa Temajuk merupakan kawasan yang diperuntukkan sebagai kawasan yang juga bersifat intensif, akitivitas wisata disini meliputi bersampan dan berenang dengan didukung oleh fasilitas homestay dan menara pandang.

5.3. Keterlibatan Masyarakat dan Stakeholder Lain dalam Ekowisata

Berdasarkan wawancara dan pengamatan langsung di lapangan, secara umum dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi para pihak (masyarakat, Pemda, LSM, dan dunia usaha) dalam pengembangan kawasan ekowisata di kecamatan Paloh masih dirasakan rendah. Namun dari hasil wawancara dan pengamatan lapangan yang telah dilakukan, para pihak yang terlibat mempunyai komitmen dalam usaha pengembangan ekowisata di wilayah ini. Hasil identifikasi peran serta berbagai stakeholder dalam pengembangan kawasan ekowisata di kecamatan Paloh dapat dideskripsikan sebagai berikut.

5.3.1. Masyarakat

Keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam kegiatan pariwisata karena mereka merupakan subjek utama yang mengendalikan keberadaan dan kemanfaatan sumber daya wisata yang ada di suatu kawasan wisata. Ada beberapa kegiatan yang telah dilakukan masyarakat di lokasi penelitian saat ini, diantaranya kegiatan memandu wisatawan, penyewaan homestay, penari budaya melayu, usaha rumah makan, jasa ojek dan penyeberangan motor air. Namun, kegiatan-kegiatan ini sepenuhnya masih belum dikelola dengan baik. Diharapkan peran serta masyarakat ini akan terus berkembang seiring dengan berkembangnya ekowisata di wilayah ini. Kegiatan lain yang berpotensi untuk dilakukan oleh masyarakat diantaranya adalah kegiatan seperti jasa foto dan video, jasa kesehatan, jasa keamanan laut, kerajinan dan cinderamata, penyewaan peralatan

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Konsep Pengembangan Lanskap Berbasis Ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Lembah Harau, Sumatera Barat

Kawasan mangrove pesisir Torosiaje memiliki potensi untuk pengembangan ekowisata yang ditunjukkan oleh adanya: 1) potensi biologi berupa jenis-jeins tumbuhan

Strategi yang dilakukan untuk pengembangan kawasan ini adalah pengembangan potensi ekowisata yang berbasis edukasi serta potensi masyarakat dalam mendukung pengembangan

BAB V INOVASI STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN EKOWISATA GUNUNG API PURBA BERBASIS KOMUNITAS PEMUDA .... Inovasi Hasil Pengembangan Kawasan

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ Konsep Pengembangan Lanskap Berbasis Ekowisata di Kawasan Taman Wisata Alam Lembah Harau, Sumatera Barat

Objek wisata air terjun Lepo merupakan salah satu objek wisata alam yang ada di Kabupaten Bantul. Potensi alam yang dimiliki objek wisata Lepo mampu menarik wisatawan

Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi wisata dan air dari kawasan obyek wisata Otak Kokok Gading dengan menggunakan pendekatan

Pengembangan SEGAR (Sea Garden) dengan teknologi puzzle tetrapod berbasis konservasi ekowisata dilakukan di pesisir Desa Bangsring untuk mengatasi kerusakan terumbu karang dan meningkatkan potensi wisata bawah