• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DISIPLIN TATA TERTIB TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DISIPLIN TATA TERTIB TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

249

PENGARUH DISIPLIN TATA TERTIB TERHADAP

PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA

Sidiq Prasetya

prasetyasidiq21@gmail.com

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

ABSTRAK:

Disiplin merupakan proses terpelajar dan mempengaruhi siswa untuk mencegah adanya pelanggaran. Dalam suatu lembaga pendidikan sekolah tata tertib sangatlah diperlukan dalam mengatur, mendisiplinkan, dan mendidik siswa. Disiplin tata tertib sekolah merupakan sesuatu yang penting karena mempunyai fungsi yang bermanfaat. Untuk mendisiplinkan siswa perlu adanya hukuman yang perlu diterapkan bagi pelanggar disiplin tata tertib. Keberhasilan belajar juga dapat diciptakan melalui kedisiplinan siswa dalam belajar. Akhlak merupakan komponen penting dalam membentuk jati diri seseorang. Dengan akhlak, maka terciptalah manusia-manusia yang memiliki mindset positif dan rendah hati. Dengan akhlak, terciptalah cerminan diri seseorang. Orang kan menilai kepercayaannya pada orang-orang yang berakhlak mulia dan berbudi luhur. Melalui disiplin terhadap tata tertib diharapkan peserta didik dapat menjadikan hidup menjadi lebih teratur, terbiasa patuh peraturan dan memiliki kebiasaan baik. Sehingga, dapat membentuk karakter individu atau akhlak tiap peserta didik menjadi akhlak mulia dan berdasarkan Islam. Seperti halnya yang terjadi pada MI Ma’arif Banyuadem, yaitu dengan menggalakkan peraturan dan mengenakan sanksi yang tegas demi membentuk akhlak mulia yang pada dasarnya hal tersebut menjadi salah satu keunggulan dari Madrasah Ibtida’iyah dibandingkan dengan sekolah-sekolah SD pada umumnya. Dengan penggalakan disiplin terhadap tata tertib, maka pelanggarn di MI Ma’arif Banyuadem tersebut terlihat sangat terminimalisir. Jarang terjadi pelanggaran karena peserta didik mayoritas patuh pada peraturan. Sehingga, terciptalah lingkungan sekolah yang bernuansa “akhlakul karimah”, teratur, dan jarang terjadi pelanggaran.

Kata kunci: disiplin, tata tertib, akhlak.

ABSTRACT:

Discipline is the process of learning and influence students to prevent violations. In an educational institution of school discipline is necessary to regulate, discipline, and educate students. Discipline school rules are important because they have a useful function. To discipline students need their punishment should be applied for violators of disciplinary regulations. Learning success can also be

(2)

250

created through the discipline of students in learning. Morals are important components on establish someone's identity. With morals, it creates human beings who have a positive mindset and humble. With morals, creating a reflection of oneself. People are judging her belief in people noble and virtuous. Through the discipline of the order is expected that learners can make life more organized, accustomed to abiding the rules and have good habits. So as to form or character of each individual character Learners become noble character and by Islam. As was the case in MI Ma'arif Banyuadem, namely by promoting the rules and impose strict sanctions in order to form a noble character that basically it has become one of the hallmarks of Madrasah Ibtida'iyah compared to the primary school in general. By promoting the discipline of the order, the violations in MI Ma'Arif Banyuadem looks very minimized. Rarely offense for the majority of students follow rules. That creates a school environment nuanced "akhlakul karimah", organized, and rare offense.

Key words: discipline, order, morality.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pernyataan tersebut merupakan salah satu konsep pendidikan yang menekankan betapa penting dan kuatnya peranan pendidikan dalam pembinaan manusia. Artinya, pendidikan sebagai suatu kegiatan pembinaan sikap dan mental yang akan menentukan tingkah laku seseorang. Oleh karena itu, untuk melestarikan bentuk tingkah laku tersebut seorang pendidik harus mempertahankannya dengan salah satu alat pendidikan yaitu kedisiplinan.

Adapula perintah untuk disiplin secara implisit tertulis di dalam firman Allah di surat An-Nisa' ayat 103:

"Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat (mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring, kemudian apabila kamu terasa aman maka dirikanlah shalat itu (sebagimana biasa) sesungguhnya shalat itu

(3)

251

kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman." (Q.S.An-Nisa: 103).

Sekolah merupakan ruang lingkup pendidikan (wawasan widyatamandala). Dalam pendidikan ada proses mendidik, mengajar dan melatih. Sekolah sebagai ruang lingkup pendidikan perlu menjamin terselenggaranya proses pendidikan yang baik. Kondisi yang baik bagi proses tersebut adalah kondisi aman, tenang, tertib dan teratur, saling menghargai dan hubungan pergaulan yang baik hal itu dicapai dengan merancang peraturan sekolah, yakni peraturan bagi guru -guru, dan bagi para siswa, serta peraturan-peraturan lain yang dianggap perlu. Untuk sekolah, disiplin itu, sangat perlu dalam proses belajar mengajar. Alasannya yaitu: disiplin dapat membantu kegiatan belajar, dapat menimbulkan rasa senang untuk belajar dan meningkatkan hubungan sosial.

Ketertiban sekolah dituangkan dalam tata tertib peserta didik, dan disusun secara operasional untuk mengatur tingkah laku dan sikap hidup peserta didik. Disiplin sekolah apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik, konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan perilaku siswa. Disiplin dapat mendorong mereka belajar secara konkret dalam praktik hidup di sekolah tentang hal-hal positif yang melakukan hal-hal yang lurus dan benar dan menjauhi hal-hal yang negatif. Dengan pemberlakuan disiplin, siswa belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baik itu, sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang lain.

PRANATA DAN PENDIDIKAN

Kata prana dapat dapat diartikan sebagai seperangkat aturan berkisar kegiatan atau kebutuhan sosial tersebut. Pranata, sebagai suatu sistem tingkah laku sosial bersifat resmi serta adat-istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itu dan seluruh perlengkapan di berbagai kompleks manusia dan masyarakat. Pranata dapat pula diartikan sebagai suatu sistem pola sosial yang tersusun rapi dan relatif

(4)

252

bersifar permanen serta mengandung perilaku tertentu yang kokoh dan terpadu demi memuaskan dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.

Istilah pranata sangat relevan dengan istilah sosial, yang dalam perspektif sosiologi ditemukan sejumlah pengertian. Istilah lembaga kemasyarakatan, merupakan terjemah langsung dari istilah asing: social insitution. Akan tetapi, hingga kini belum ada kesepakatan tentang instilah Indonesia yang dengan tepat dapat menggambarkan makna substansi dari sosial institusi. Ada yang menggunakan istilah pranata sosial, tetapi sosial-insitution menunjukkan pada adanya unsur-unsur yang mengatur pada perilaku warga masyarakat. Untuk memberikan suatu batasan, dapat dikatakan bahwa lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Wujud konkret lembaga kemasyarakatan tersebut adalah asosiasi.

Yang dimaksud pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan dalam kehidupan masyarakat yang menekankan pada sistem tata kelakuan atau norma untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Pendidikan menurut KBBI adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari pengertian di atas terlihat bahwa melalui pendidikan: 1) orang mengalami pengubahan sikap dan tingkah laku; 2) orang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku; 3) proses pendewasaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Dalam pendidikan, pranata jelas memiliki kedudukan penting. Berlangsung atau tidaknya suatu lembaga bergantung pada keteraturan polanya. Keduanya, (pendidikan dan pranata) memiliki sifat saling ketergantungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Tanpa pranata, pendidikan tidak dapat berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya. Begitupun sebaliknya, tanpa pendidikan pranata tidak akan ada dan dihiraukan.

(5)

253

Di MI Ma’arif Banyuadem, pranata yang ada meliputi dua hal yaitu: tertulis dan tidak tertulis. Di antara pranata tidak tertulis, meliputi: siswa diwajibkan mengikuti jama’ah sholat dhuhur di sekolah pada hari Senin sampai dengan Kamis; siswa diwajibkan membawa alat sholat; siswa diwajibkan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler wajib yaitu pramuka.

DISIPLIN TERHADAP TATA TERTIB

Pengelolaan yang baik adalah pengelolaan yang didasarkan atas pengertian yang penuh terhadap siswa terhadap apa yang diharapkan dari padanya, apa yang ada padanya sebagai pemilikan awal yang kiranya yang dapat dikembangkan dan diikutsertakan dalam partisipasi. Peraturan, ketentuan maupun segala jenis pedoman akan mudah ditaati apabila dikomunikasikan kepada semua siswa secara merata. Penyusunan tentang peraturan , ketentuan, dan pedoman yang berlaku bagi umum, dibuat dengan mengikutsertakan siswa, sehingga akan mudah keterlaksanaannya. Semua peraturan, ketentuan, dan berbagai pedoman di atas disebut dengan istilah tata tertib sekolah. Secara umum peraturan tata tertib sekolah dapat dibedakan menjadi dua, yakni peraturan tata tertib yang berkaitan dengan pelaksanaan pengajaran di kelas dan peraturan tata tertib umum yang berlaku di luar kelas. Faktor penting untuk dapat berlakunya peraturan tata tertib adalah kedisiplinan.

Menurut Suharsimi, peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa:

1. Peraturan menunjuk pada pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang harus dipatuhi oleh siswa. Misalnya, peraturan tentang kondisi yang harus dipenuhi oleh siswa di dalam kelas pada waktu pelajaran sedang berlangsung.

2. Tata tertib menunjuk pada patokan atau standar untuk aktifitas khusus. Misalnya, tentang penggunaan seragam, penggunaan laboratorium,

(6)

254

mengikuti upacara bendera, mengerjakan tugas rumah, pembayaran SPP, dan lain sebagainya.

Di sekolah, gurulah yang diberi tanggung jawab untuk menyampaikan dan mengontrol berlakunya tata tertib sekolah. Pada hakikatnya semua peraturan tata tertib sekolah memiliki tiga unsur, yaitu:

1. Tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang.

2. Sanksi atau akibat yang menjadi tanggung jawab pelanggar peraturan. 3. Prosedur untuk menyampaikan tata tertib kepada subjek yang dikenai tata

tertib tersebut.

Jadi, kedisiplinan merupakan faktor penentu berjalannya sebuah tata tertib. Dan, gurulah sebagai agen yang mengendalikan jalnnya tata tertib agar dapat terlaksana secara disiplin.

UNTUK SIAPA TATA TERTIB DIBUAT?

Peraturan yang ada dalam sebuah sekolah biasanya ditujukan kepada peserta didik yang ada di dalamnya. Namun, lain halnya dengan MI Ma’arif Banyuadem. Selain peraturan untuk siswa, ada juga peraturan untuk guru. Kenapa? Ketika diwawancara, Kepala Sekolah MI Ma’arif Banyuadem mengutarakan bahwa pelanggaran itu tidak hanya terjadi pada anak-anak, tetapi juga pada orang dewasa seperti guru. Maka, peraturan guru perlu ada dalam sebuah sekolah. Bagaimana mungkin siswa dapat berperilaku baik, ketika gurunya pun berperilaku semaunya sendiri. Banyak contoh pada tahun-tahun sebelumnya, ketika dalam kelas banyak terjadi sikap guru yang tidak sepatutnya ada dalam kelas, seperti kekerasan, merokok ketika mengajar, berkata tidak baik (jorok) dalam kelas dan sebagainya. Di masyarakat Jawa kata “Guru” dijadikan sebagai singkatan bahwa yang namanya “Guru” itu “digugu lan ditiru” artinya dipatuhi dan ditiru. Guru merupakan panutan bagi setiap muridnya. Setiap perilaku guru berpotensi untuk

(7)

255

ditiru oleh setiap murid-muridnya. Maka, ketika seorang guru yang berperilaku baik, akan membentuk murid yang berperilaku dan berakhlak baik pula.

Dari penelitian di MI Ma’arif Banyuadem, menariknya ada peraturan untuk guru yang meliputi:

Datang lebih awal - Datang 15 menit sebelum bel tanda masuk berbunyi. Masuk pukul 07.00 dan pulang pukul 13.00 setelah do’a bersama.

Guru juga bertugas piket - Bagi guru yang tugas piket, datang 30 menit sebelum pelajaran dimulai dan melaksanakan tugas sebagaimana mestinya.

Dilarang merokok dan makan saat dikelas - Guru tidak dibenarkan merokok atau makan selama jam pelajaran berlangsung.

Peraturan lain - Guru bertanggung jawab atas alat milik sekolah yang digunakan. Guru mendukung terwujudnya 6K. Guru dilarang memberi hukuman kepada siswa yang tidak paedagogis.

Pada kesimpulannya, peraturan dibuat tidak hanya untuk peserta didik saja, melainkan juga guru, staf, dan kepala sekolah serta seluruh kalangan yang ada dalam sekolah. Hal tersebut demi terciptanya lingkungan sekolah yang teratur secara kompak dan pada akhirnya dapat menciptakan individu-individu yang berkarakter dan berakhlak baik.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TATA TERTIB

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi tata tertib sekolah adalah sebagai berikut:

1. Faktor lingkungan keluarga

Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dan utama pula dalam menentukan belajar seseorang. Orang tua adalah penanggung jawab keluarga. Dalam

(8)

256

pendidikan keluraga menjadi suatu kebutuhan yang mendasar, sebab keluarga adalah awal di mana anak mengenal dengan orang lain dan dirinya sendiri, serta pertama-tama mendapatkan pendidikan, yaitu pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tuanya dan merupakan kewajiban yang diberikan oleh kedua orang tuanya dan merupakan kewajiban yang bersifat agamis. Hal ini diterangkan dalam Firman Allah SWT dalam Q.S At- Tahriim ayat 6 : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu " (Q.S At- tahriim :6). Ayat tersebut, jelas peran orang tua di lingkungan keluarga sangat memegang kunci. Kalau dari awal proses belajar dan perkembangan anak tetap tercurah oleh para orang tua, maka tercipta kondisi yang ideal bagi terwujudnya pola pikir anak ke arah pembelajaran yang baik.

2. Faktor lingkungan sekolah

Sekolah adalah lembaga formal terjadinya proses belajar mengajar. Selain pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah diperoleh seseorang secara teratur, sistematis, bertingkat mulai dari TK hingga perguruan tinggi. 3. Faktor lingkungan masyarakat

Kegiatan siswa dalam masyarakat, yakni kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi kalau kegiatan siswa terlalu banyak maka akan terganggu belajarnya, karena ia tidak bisa mengatur waktu.

4. Teman bergaul

Pengaruh ini siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya dari pada yang kita duga. Teman yang baik membawa kebaikan, seperti membawa belajar bersama, dan teman pergaulan yang kurang baik adalah yang suka begadang, pecandu rokok, dan sebagainnya maka berpengaruh sifat buruk juga.

(9)

257 5. Bentuk kehidupan masyarakat

Yakni apabila kehidupan masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada dilingkungan itu.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi tata tertib sekolah antara lain: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

TUJUAN TATA TERTIB

Secara umum tujuan tata tertib sekolah adalah agar semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak, dan kewajiban serta melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan dengan lancar. Tata tertib sekolah dibuat dengan tujuan sebagai berikut:

1. Agar siswa mengetahui tugas, hak, dan kewajibannya.

2. Agar siswa mengetahui hal-hal yang diperbolehkan dan kreativitas meningkat serta terhindar dari masalah-masalah yang dapat menyulitkan dirinya.

3. Agar siswa mengetahui dan melaksanakan dengan baik seluruh kegiatan yang telah diprogramkan oleh sekolah baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler.

Tata tertib sekolah sebagaimana tercantum di dalam Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14/4/1974 mencakup aspek-aspek sebagai berikut:

1. Tugas dan kewajiban (dalam kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler). 2. Larangan-larangan bagi para siswa.

(10)

258 3. Sanksi-sanksi bagi para siswa

Fungsi dari tata tertib adalah agar siswa dapat dengan mudah mengendalikan diri, menghormati, dan mematuhi otoritas.

HUKUMAN TERHADAP PELANGGARAN

Sebuah peraturan yang telah dibuat tentu saja terdapat unsur pelanggaran pada proses pelaksanaannya. Menurut Suseno dalam Sudiono, dkk. (2007) mengatakan bahwa: “Tujuan hukum yang paling dasar adalah mencegah konflik kepentingan dan konflik tersebut tidak diselesaikan dalam konflik terbuka berdasarkan kekuatan dan kelemahan pihak-pihak yang terlibat.” Mendasar adalah untuk mencegah terjadinya konflik baik yang terbuka maupun yang tertutup, guna menyelesaikan masalah-masalah yang menjadi penyebab konflik antara kedua belah pihak yang terlibat. Dengan demikian hukum bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara mempunyai tujuan tentang kepastian hukum dan keadilan. Menurut Sudiono, dkk. (2007) menyebutkan ada beberapa tujuan hukum bagi masyarakat, yaitu: 1) menjamin dan memberi perlindungan terhadap hak asasi manusia; 2) menciptakan kehidupan yang harmonis dan selaras; 3) menciptakan suasana dan kesadaran yang aman dan tertib; 4) memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum bagi warga negara; dan 6) menjadi pedoman dalam berhubungan dengan sesama manusia baik sebagai warga negara maupun warga masyarakat.

Sedangkan di Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Banyuadem, terdapat sanksi/hukuman tertulis terhadap pelanggaran, meliputi:

1. Klasifikasi Pelanggaran A

Datang terlambat masuk kelas, keluar kelas tanpa izin, piket kelas tidak dilaksanakan, berpakaian seragam tidak lengkap, makan di dalam kelas (waktu pelajaran), membeli makanan waktu belajar, membuang sampah tidak pada tempatnya, bermain di tempat parkir, berhias berlebihan,

(11)

259

memakai perhiasan (gelang, kalung, anting) bagi pria, rambut gondrong tidak rapi (di cat warna-warni). Maka dikenakan sangsi pelanggaran. Sanksi tertulis berupa beberpa pengulangan dengan hukuman sesuai tingkatan pelanggaran yang telah dilakukan seperti: melakukan pelanggaran tidak diijinkan mengikuti pelajaran sampai pergantian pelajaran (dilibatkan kebersihan lingkungan/bersih-bersih), melakukan pelanggaran 3 kali diperingatkan harus membuat surat pernyataan yang diketahui wali kelas, melakukan pelnggaran 4 kali diperingatkan membuat surat pernyataan yang harus diketahui orang tua, wali kelas dan kepala sekolah, melakukan pelanggaran 5 kali orang tua diundang ke sekolah, melakukan pelanggaran 7 kali diserahkan kepada orang tua selama 1 hari, dapat masuk kembali bersama orang tua, melakukan pelanggaran 9 kali diserahkan kepada orang tua selama 1 minggu, dapat masuk kembali bersama orang tua, melakukan pelanggaran lebih dari 9 kali dikembalikan kepada orang tua (pindah sekolah).

2. Klasifikasi pelanggaran B

Yaitu tentang pemalsuan surat ijin, membolos/keluar/meninggalkan sekolah tanpa ijin, pornografi, bersikap tidak sopan, dan sejenisnya. Maka, dikenakan sanksi berupa beberapa tingkatan sesuai pengulangan pelanggaran yang pada akhirnya peserta didik dapat dikeluarkan dari sekolah terseebut.

3. Klasifikasi pelanggaran C

Yaitu pemalsuan tanda tangan guru, membawa minum-minuman keras, berkelahi, mencuri, berurusan dengan pihak yang berwajib karena tindak kejahatan, membawa senjata tajam, merubah/memalsukan rapor, terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Maka, sanksi tertulis yang diberikan terdapat 2 pilihan, yaitu diberikan peringatan dan dikembalikan kepada orang tua dan dipersilahkan mengajukan surat permohonan ke luar sekolah.

(12)

260

Berdasarkan dari pernyataan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan hukum bagi warga negara adalah untuk menjamin dan memberikan perlindungan terhadap hak asasi manusia, serta memberikan kesadaran yang aman dan tertib untuk menciptakan suasana damai, tentram, sejahtera dan memberikan rasa keadilan dan kepastian hukum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui wawancara lisan di MI Ma’arif Banyuadem, bahwa selain peraturan tertulis, ada juga hukuman bagi yang melanngar secara tertulis juga. Tentu saja hukuman dibuat untuk mencegah kemungkinan pelanggaran terhadap tata tertib. Dengan kata lain, suatu hukuman dibuat untuk membuat efek jera tanpa menimbulkan efek trauma. Sehingga, peraturan di dalamnya dapat berjalan dan pelanggaran dapat terminimalisir. Dan, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya hukuman memberikan efek berkurangnya pelanggaran terhdap tata tertib.

PENERAPAN TATA TERTIB

Berdasarkan wawancara yang dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Ma’arif Banyuadem, bahwasanya terdapat peraturan tertulis bagi siswa dan guru. Selain itu, juga ada hukuman tertulis. Sedangkan peraturan tidak tertulis adalah peraturan tentang akhlak seperti wajib sholat berjama’ah, memakai peci bagi siswa pria, dan lain sebagainya. Pelaksanaan peraturan pada sekolah tersebut sudah ditaati dengan baik meskipun masih ada satu atau dua pekanggaran. Dari mayoritas yang patuh terhadap peraturan menyebabkan suasana sekolah teratur dan kondusif. Sekolah tersebut juga terlihat siswanya rajin dan berakhlak baik jika dibandingkan dengan sekolah pada umumnya (SDN).

Dalam pelaksanaannya, Madrasah Ibtida’iyah Ma’arif Banyuadem mewujudkan keseriusan terhadap suatu peraturan yang harus ada dalam sekolah dengan menuangkannya dalam peraturan tertulis. Peraturan dibuat tidak hanya untuk siswa saja, melainkan juga untuk guru. Selain itu, terdapat pula sanksi tertulis terhadap pelanggaran. Dalam kesehariannya, tentu saja sekolah juga harus berhubungan dengan masyarakat (orang tua/wali) untuk mensukseskan disiplin

(13)

261

terhadap tata tertib. Hubungan tersebut berupa musyawarah triwulan, yaitu musyawarah antara pihak sekolah dan seluruh orang tua/wali peserta didik yang membahas tentang keseharian peserta didik baik di rumah maupun di sekolah. Sehingga, masalah-masalah yang ada di lingkungan sekolah dan lingkungan rumah dapat dimusyawarahkan bersama untuk mencari jalan keluar. Selain itu, juga membina kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua/wali untuk saling mengawasi peserta didik jika melakukan pelanggaran agar segera ditindak lanjuti.

PENGARUHNYA TERHADAP AKHLAK

Ketika tata tertib dalam sekolahan sudah dijalankan dan dipatuhi, maka terbentuklah suasana sekolah yang kondusif. Dalam kesehariannya, ketika peserta didik terbiasa mematuhi peraturan maka kebiasaan tersebut akan menjadi sebuah pola hidup yang akan terus berjalan meskipun perturan tersebut sudah tidak mengikat/tidak ada sanksi lagi (peserta didik lulus dari sekolah). Hal tersebut dapat membentuk karakter siswa yang baik yang merasa nyaman dengan peraturan-peraturan yang ada. Sedangkan aklak, terbentuk juga dari kebiasaan patuh terhadap peraturan/tata tertib yang pada dasarnya Madrasah Ibtida’iyah adalah menekankan pada aspek agama. Seperti halnya melakukan sholat dzuhur berjamaah sehabis kegiatan belajar mengajar (wajib bagi siswa), mengenakan peci bagi siswa laki-laki dan berkerudung bagi siswa perempuan, dan peraturan sejenis yang di mana ketika siswa terbiasa melakukannya, maka ia akan merasa nyaman dan merasa ada yang kurang jika tidak melakukan kebiasaan tersebut. Hal seperti itulah yang mendukung pembentukan siswa untuk berakhlak baik (akhlaqul karimah).

KESIMPULAN

Suatu lembaga pendidikan tidak akan berjalan tanpa ada aturan di dalamnya. Setiap peraturan yang dibuat pasti ada unsur pelanggaran di dalamnya. Dalam pelaksanaannya, untuk mengurangi pelanggaran maka diperlukan sikap yang

(14)

262

harus ditanamkan pada diri peserta didik, yaitu disiplin terhadap tata tertib. Dengan kebiasaan hidup sesuai aturan (teratur) dengan kata lain selalu mematuhi norma yang berlaku, maka secara otomatis akan terbentuk individu- individu yang memiliki karakter dan khususnya pada Madrasah Ibtidaiyyah yang menekankan akhlak, maka terbentuklah individu-individu yang berakhlak mulia (akhlakul karimah).

Memang seharusnya disiplin itu ada pada seluruh sekolah, khususnya sekolah dasar. Di samping membentuk karakter, juga membentuk akhlak siswa bagi Madarasah Ibtida’iyah pada umumnya. Untuk membentuk suasana sekolah yang disiplin terhadap tata tertib diperlukan dukungan dari seluruh pihak. Maka sebagai guru, juga harus membeerikan contoh atau teladan yang baik pada siswanya. Sekolah-sekolah sebaiknya sadar akan pentingnya disiplin terhadap tata tertib karena dengan hal tersebut dapat membentuk karakter siswa. Jadi, perlu adanya sosialisasi terhadap pentingnya kesadaran disiplin terhadap tata tertib. Dengan disiplin terbentuklah suasana sekolah yang teratur dan peserta didik yang berkarakter dan berakhlak mulia (akhlakul karimah).

DAFTAR PUSTAKA

Ardi, Minal. (2012). Pengaruh Pemberian Hukuman Terhadap Disiplin Siswa Dalam Belajar. Jurnal Eksos, Volume 8, Nomor 1, Februari 2012.

Arikunto, Suharsimi. (1990). Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Damsar. (2011). Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Gunarsa, Ny. Singgih dan Singgih D. Gunarsa. (1995). Psikologi untuk Membimbing. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Hadianti, Leli Siti. (2008). Pengaruh Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah Terhadap Kedisiplinan Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 02; No. 01.

(15)

263

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal I.

Referensi

Dokumen terkait

Produk yang akan dihasilkan dari pelaksanaan program ini yaitu berupa kue timus yang merupakan salah satu makanan khas daerah Jawa yang berbahan dasar dari

Terdapat 5 proses yang ada pada pelayanan rawat jalan Klinik Healthy Surabaya yaitu Proses Registrasi Pasien, Proses Pemeriksaan Medis, Proses Pembayaran

Hasil kajian mendapati terdapat beberapa persamaan dan perbezaan yang ketara antara ensembel gamelan Melayu dengan ensembel gamelan Jawa dari aspek komunikasi

Setelah mendengar jawaban Pangulima Laut dan melihat biji nangka di dalam buah yang dibelah, wajah Raja Langiang dan Panglima Dato menjadi pucat. Mereka berdiri dan

Hasil Uji Parameter Non Spesifik Ekstrak Etanol Daun Bintaro ( Cerbera odollam ).... Tanaman Bintaro ( Cerbera odollam

Berlandaskan penjelasan diatas penulis tertarik untuk meneliti dengan rumusan masalah penelitian sebagai berikut: bagaimanakah peran fasilitator program gerbang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan hukum bagi konsumen berkaitan dengan transaksi jual beli online shop “OLX.co.id” Cabang Semarang dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi aparatur pemerintah daerah, profesionalisme aparat pengawasan intern pemerintah, sistem pengendalian internal pemerintah