• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontaminan-_Kelemahan_-_Solusi.docx[1]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kontaminan-_Kelemahan_-_Solusi.docx[1]"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS. Aspek-aspek CPOB termasuk contoh terjadinya kontaminan, kesalahan dan kelemahan beserta solusinya :

1. Manajemen mutu

Kontaminan : Dalam pengawasan mutu bahan awal, tidak dilakukan pengambilan sampel, spesifikasi dan pegujian bahan dengan baik. Sehingga menyebabkan adanya beberapa bahan yang belum memenuhi syarat diluluskan dan digunakan sebagai bahan baku. Maka produk yang dihasilkan pun kemungkinan terjadi kontaminasi dan tidak memenuhi syarat.

Kesalahan : Tidak melakukan pengkajian mutu produk secara berkala terhadap semua obat terdaftar, termasuk produk ekspor untuk membuktikan konsistensi proses, kesesuaian dari spesifikasi bahan awal, bahan pengemas dan obat jadi, untuk mengidentifikasi perbaikan dengan mempertimbangkan kajian ulang sebelumnya.

Kelemahan : Sistem mutu yang kurang tepat, tidak mencakup struktur organisasi, prosedur, proses, dan sumber daya.

Solusi : Tindakan sistematis diperlukan untuk mendapatkan kepastian dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, sehingga produk atau jasa layanan yang dihasilkan selalu memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. 2. Personalia

Kontaminan : Tidak menggunakan atribut yang lengkap ketika melakukan proses produksi seperti, tidak menggunakan sarung tangan sehingga sentuhan langsung antara tangan dengan bahan dan produk tidak terhindari yang meningkatkan resiko terjadinya kontaminasi.

Kesalahan : Melakukan aktivitas seperti merokok, makan, dan minum di daerah produksi, laboratorium dan daerah lain yang dapat merugikan produk. Kelemahan : Kurangnya pengetahuan, keterampilan dan kemampuan seorang

karyawan sesuai dengan bidangnya yang tidak mampu melaksanakan tugasnya secara professional dan kurangnya kesadaran untuk melaksanakan tugas sesuai dengan CPOB.

Solusi : Memberikan pelatihan secara berkesinambungan mengenai kegiatan yang sesuai dengan tugasnya dan mengenai prinsip CPOB pada seluruh karyawan, baik yang berhubungan langsung dengan proses produksi obat maupun tidak, untuk menjamin para karyawan benar-benar memahami dengan persyaratan CPOB yang berkaitan dengan tugasnya, 3. Bangunan dan Fasilitas

Kontaminan : Lokasi bangunan yang tidak tepat mengakibatkan terjadinya pencemaran dari lingkungan sekitar, seperti pencemaran udara, tanah dan air. Kurangnya kegiatan pembersihan dan pemeliharaan yang baik. Kesalahan : Tata letak ruangan yang tidak tepat mengakibatkan pelaksanaan

(2)

Kelemahan : Sarana kerja yang tidak memadai sehingga meningkatkan resiko terjadinya kekeliruan, pencemaran silang dan hal lain yang dapat menurunkan mutu obat.

Solusi : Bangunan untuk pembuatan obat harus memiliki ukuran, ruangan bangun, konstruksi serta letak yang memadai agar memudahkan dalam pelaksanaan kerja, pembersihan dan pemeliharaan yang baik sehingga kesalahan-kesalahan yang dapat menurunkan mutu obat dapat dihindarkan dan dikendalikan. Selain itu pembuatan saluran air limbah harus cukup besar dan mempunyai bak kontrol yang baik.

4. Peralatan

Kontaminan : Peralatan yang digunakan tidak dilakukan pembersihan yang benar, baik bagian dalam maupun bagian luar alat, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi silang yang menimbulkan akibat merugikan terhadap produk.

Kesalahan : Menggunakan peralatan yang bereaksi dengan bahan-bahan yang akan diolah.Tidak mematuhi prosedur-prosedur tertulis untuk perawatan peralatan.

Kelemahan : Tidak adanya jadwal yang tetap untuk merawat dan memelihara peralatan, sehingga menjadi salah satu kelemahan apabila hal tersebut tidak dilaksanakan yang akan berakibat pada pencemaran yang dapat merubah identitas, mutu atau kemurnian produk.

Solusi : Peralatan yang digunakan dalam pembuatan obat hendaknya memiliki ukuran yang memadai serta ditempatkan dengan tepat. Setiap peralatan utama diberi nomor pengenal yang jelas. sistem-sistem penunjang seperti pemanas, ventilasi, pengatur suhu udara, kemurnian air, dan fasilitas lainnya hendaknya divalidasi untuk memastikan bahwa sistem-sistem tersebut berfungsi dengan baik.

5. Sanitasi dan Higiene

Kontaminan : Melakukan proses pembersihan, penyimpanan alat dan bahan pembersih dalam ruangan yang tidak terpisah dari ruang pengolahan akan meningkatkan resiko terjadinya kontaminasi silang. Selain itu, tidak dilakukannya pemeriksaan kembali terhadap kebersihan alat sebelum digunakan.

Kesalahan : Penggunaan rodentisida, insektisida, bahan fumigasi, dan bahan pembersih yang mencemari peralatan dan bahan-bahan. Tidak menyimpan catatan pembersihan, sanitasi, dan sterilisasi..

Kelemahan : Tidak adanya prosedur tertulis (SOP) yang menunjukkan penanggung jawab sanitasi dan higiene sehingga kurang terawasi.

Solusi : Melakukan penghilangan sumber pencemaran melalui suatu program sanitasi dan higiene yang menyeluruh dan terpadu. Prosedur sanitasi dan higiene divalidasi dan dievaluasi secara berkala untuk memastikan

(3)

prosedur yang bersangkutan cukup efektif dan selalu memenuhi persyaratan.

6. Produksi

Kontaminasi : Tidak dipasangnya sistem penghisap untuk mencegah penyebaran debu pada bahan dan produk kering yang penanganannya menimbulkan masalah debu. Sehingga produk tidak terlindungi dari pencemaran. Kesalahan : Sistem penomoran yang tidak dijabarkan secara rinci, mengakibatkan

terjadinya kesulitan pada penandaan suatu obat bila terjadi sesuatu. Kelemahan : Kurangnya ketaatan pelaksanaan proses produksi pada prosedur yang

telah ditetapkan untuk menjamin produk obat yang memenuhi spesifikasi mulai dari pemilihan bahan awal, validasi proses, pencemaran, sistem penomoran batch dan lot, penimbangan dan penyerahan, pengembalian, pengolahan, bahan dan produk kering. Solusi : Semua proses produksi hendaknya dilaksanakan dengan prosedur

yang telah ditetapkan senantiasa dapat menjamin produk obat yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan.

7. Pengawasan Mutu

Kontaminasi : Kurangnya pengawasan terhadap bahan awal, produk antara, produk ruahan, obat jadi, uji sterilisasi untuk produk steril, dan uji pirogenitas. Selain itu kurangnya pengawasan lingkungan secara berkala terhadap mutu kimiawi dan mikrobiologi dari air dan lingkungan produksi. Kesalahan : Tidak melakukan pengendalian terhadap lingkungan secara berkala,

yang meliputi pemantauan terhadap air untuk proses produksi, pemantauan mikrobiologis pada lingkungan produksi, pemantauan terhadap lingkungan sekitar area produksi, dan pengendalian pencemaran udara

Kelemahan : Laboratorium pengawasan mutu yang tidak memadai. Tidak memiliki bangunan dan alat-alat penunjang yang lengkap, personalia yang tidak terlatih dan bertanggung jawab, serta alat instrumen yang tidak dikalibrasi secara berkala, pereaksi yang tidak sesuai dengan monografi serta spesifikasi dan prosedur pengujian yang tidak divalidasi menyebabkan pengawasan mutu yang merupakan bagian essensial dari CPOB tidak berjalan dengan baik.

Solusi : Semua pengawasan selama proses dilakukan berdasarkan metode yang disetujui oleh badan Pengawasan Mutu dan hasilnya dicatat. Dilakukan pengujian bahan tambahan pada produk jadi hasil pengolahan. Bagian pengawasan mutu ikut serta dalam pembuatan prosedur pengolahan induk dan prosedur pengemasan induk. Melakukan penelitian stabilitas dari produk, program ini dipatuhi dan mencakup jumlah, kondisi penyimpanan, dan metode pengujian. Penelitian stabilitas dilakukan terhadap produk baru, kemasan baru, perubahan formula dan batch yang diluluskan.

(4)

8. Inspeksi Diri dan Audit Mutu

Kontaminasi : Tidak melakukan inspeksi diri merupakan salah satu penyebab terjadinya hal yang tidak diinginkan pada produk, karena inspeksi diri merupakan aspek penilaian dan pengendalian mutu pada produk agar selalu memenuhi CPOB.

Kesalahan : Pemimpin perusahaan tidak melakukan tindak lanjut inspeksi diri berdasarkan laporan.

Kelemahan : Tim inspeksi diri yang bertugas untuk melakukan penilaian terhadap seluruh aspek produksi dan pengendalian mutu kurang paham mengenai CPOB. Selain itu, audit mutu yang berguna sebagai pelengkap inspeksi diri, yang meliputi pemeriksaan dan penilaian semua atau sebagian dari sistem manajemen mutu tidak berjalan dengan baik.

Solusi : Melakukan pelaksanaan dan selang waktu inspeksi diri sesuai dengan kebutuhan, sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

9. Penanganan Terhadap Produk, Penarikan Kembali Produk dan Produk Kembalian

Kontaminasi : Obat kembalian yang tidak dapat diolah kembali tidak dimusnahkan, sehingga obat tersebut dapat menjadi limbah berbahaya.

Kesalahan : Penanganan obat kembalian mencakup jumlah, karantina, penelitian, pengolahan kembali, pemeriksaan dan pengawasan mutu tidak dilakukan dengan seksama.

Kelemahan : Pencatatan yang kurang baik mengenai laporan penanganan obat kembalian dan berita acara pemusnahan obat kembalian.

Solusi : Penarikan kembali obat dilakukan apabila ada produk yang menimbulkan efek samping atau masalah medis lainnya yang menyangkut fisik, reaksi-reaksi alergi dan efek toksik. Penanganan terhadap produk dan keluhan serta laporan-laporan lain, hendaknya dicatat dan ditangani secepatnya, kemudian dilakukan penelitian dan evaluasi. Tindak lanjut dilakukan berupa tindakan perbaikan, penarikan obat dan pelaporan kepada pemerintah yang berwenang.

10. Dokumentasi

Kontaminasi : Dokumentasi sangat penting untuk memastikan setiap petugas mendapat instruksi secara rinci dan jelas mengenai bidang tugas yang harus dilaksanakannya, misalnya instruksi tugas di bidang produksi, maka dengan tidak adanya dokumentasi yang rinci akan menyebabkan kesalahan kerja yang berakibat buruk pada produk.

Kesalahan : Dokumentasi yang kurang baik menyebabkan terjadinya resiko salah tafsir dan kekeliruan yang biasanya timbul karena hanya mengandalkan komunikasi lisan.

(5)

Kelemahan : Dengan tidak adanya dokumentasi seperti, Dokumen Produksi Induk/Formula Pembuatan, Prosedur Tetap (Protap), metode dan instruksi, laporan dan catatan, yang semuanya harus tersedia secara tertulis, dapat dibaca dan dipahami dengan mudah maka akan meningkatkan terjadinya kekeliruan.

Solusi : Dokumentasi merupakan hal penting dalam mengoperasikan suatu industri farmasi agar dapat memenuhi persyaratan CPOB. Sistem dokumentasi yang dirancang hendaklah mengutamakan tujuannya, yaitu menentukan, memantau dan mencatat seluruh aspek produksi serta pengendalian dan pengawasan mutu.

11. Pembuatan dan Analisis Berdasarkan Kontrak

Kontaminasi : Ketidak jelasan kontrak yang menyatakan prosedur pelulusan tiap batch, menyebabkan kemungkinan terjadinya diluluskannya produk yang tidak memenuhi mutu oleh penanggung jawab pemastian mutu (QA).

Kesalahan : Tidak dibuatnya kontrak secara tertulis antara pemberi dan penerima kontrak, sehingga tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak tidak dapat ditentukan dengan jelas.

Kelemahan : Kontrak tidak menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap batch. Solusi : Pembuatan dan analisis berdasarkan kontrak harus dilakukan untuk

menghindari kesalahpahaman yang dapat menyebabkan produk atau pekerjaan dengan mutu yang tidak memuaskan. Kontrak tertulis antara pemberi dan penerima kontrak harus dibuat secara jelas untuk menentukan tanggung jawab dan kewajiban masing-masing pihak. Kontrak harus menyatakan secara jelas prosedur pelulusan tiap batch produk yang menjadi tanggung jawab kepala bagian pemastian mutu (QA).

12. Kualifikasi dan Validasi

Kontaminasi : Pada proses pembersihan tidak dilakukan sesuai dengan metode analisis yang tervalidasi yang memiliki kepekaan untuk mendeteksi residu atau cemaran serta memiliki batas deteksi yang peka untuk mendeteksi tingkat residu atau cemaran.

Kesalahan : Tidak membuat rencana kegiatan validasi dan dokumentasi sementara secara singkat, tepat dan jelas dalam Rencana Induk Validasi.

Kelemahan : Tidak adanya protokol validasi tertulis yang dibuat untuk merinci kualifikasi dan validasi yang akan dilakukan, serta merinci langkah kritis dan kriteria penerimaan.

Solusi : Seluruh kegiatan validasi hendaklah direncanakan. Unsur utama program validasi hendaklah dirinci dengan jelas dan didokumentasikan dalam Rencana Induk Validasi (RIV). RIV hendaknya mencakup kabijakan validasi, struktur organisasi kegiatan validasi, ringkasan fasilitas, sistem, peralatan, proses yang akan divalidasi, format

(6)

dukumen (format protokol dan laporan validasi, perencanaan dan jadwal pelaksanaan), pengendalian perubahan, dan acuan dokumen yang digunakan.

Referensi

Dokumen terkait

Upaya pencegahan hipertensi di masyarakat terutama pada masyarakat lansia perlu dilakukan secara terus menerus, terutama pada kaitannya dengan edukasi faktor resiko

Bagaikan sinar matahari bertujuan untuk menghilangkan kegelapan, namun bagi mereka yang sedang sakit mata dan rabun (pada burung hantu), sinar matahari justru membuat

Bab kedua, merupakan tinjauan umum terkait dengan strategi pengusaha tahu untuk menghadapi persaingan antar pengusaha, meliputi: pengertian strategi, persaingan,

Pada penelitian ini akan dikaji balok beton dengan tumpuan jepit-jepit dengan lubang pada badan balok yang ditempatkan pada daerah seperempat bentang, dengan

Persoalan yang timbul berdasarkan kepada kajian ini, adakah kerangka perundangan yang sedia ada sekarang iaitu Kanun Tanah Negara (KTN) mampu untuk menyelia dan melindungi

Untuk mencegah terjadinya batuk pilek pada anak, ada beberapa usaha yang dapat dilakukan, antara lain menjauhkan anak dari orang-orang disekitarnya yang sedang menderita cold atau

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh store atmosphere, lokasi dan harga terhadap repurchase intention pada konsumen Carrefour DP Mall Semarang.. Tipe

•10 menit terakhir, semua pengawas lokal sudah berdiri di lokasi masing-masing •Tepat di waktu ujian habis, PP memberi aba2 untuk berhenti dan tidak ada lagi yang menulis