• Tidak ada hasil yang ditemukan

BELENGGU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BELENGGU"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BELENGGU

Sampul cetakan ke-21 A. PENDAHULUAN

Identitas Buku :

Pengarang : Armijn Pane

Penerbit : Poedjangga Baroe (Dian Rakyat) Tanggal rilis : 1940

Halaman : 150 (cetakan ke-21)

ISBN : 979-523-048-8 (cetakan ke-21)

Belenggu merupakan salah satu novel Indonesia oleh Armijn Pane. Diilhami oleh teori psikoanalisis milik Sigmund Freud, novel ini menceritakan cinta segitiga antara seorang dokter, istrinya, dan temannya; cinta segitiga ini akhirnya membuat semua mereka kehilangan orang yang paling dicintai. Setelah diselesaikan, Belenggu di tawarkan kepada Balai Pustaka, penerbit resmi negara Hindia Belanda, pada tahun 1938. Namun, buku ini ditolak karena dianggap tidak bermoral. Novel ini kemudian diambil oleh majalah Poedjangga Baroe, yang Armijn telah bantu mendirikan pada tahun 1933, dan diterbitkan dalam bentuk serial dari bulan April sampai Juni 1940. Belenggu merupakan satu-satunya novel yang diterbitkan majalah tersebut dan novel psikologis Indonesia pertama.

Pada tahun 1965, Belenggu diterjemahkan ke bahasa Malaysia. Sampai pada tahun 1988, novel ini sudah terjemahkan ke dalam bahasa Mandarin dan,

(2)

pada tahun 1989, diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John McGlynn dengan judul Shackles, lalu diterbitkan Yayasan Lontar.

Dasar-dasar cerita Belenggu sudah wujud dalam dua cerpen yang ditulis Armijn sebelumnya, yaitu "Barang Tiada Berharga" (1935) dan "Lupa" (1936). Novel yang dihasilkan, yang ditulis untuk mencerminkan aliran pikiran manusia dan dengan menggunakan tanda elipsis dan monolog untuk mewujudkan konflik batin, sangat berbeda daripada karya-karya sebelumnya. Dibanding karya sastra Indonesia sebelumnya, yang terbatas pada tema tradisional seperti "yang baik melawan yang jahat", Belenggu mengutamakan konflik psikis tokoh. Novel ini juga menunjukkan kalau sifat modern dan tradisional itu sebenarnya berlawanan.

Pada awalnya, penerimaan Belenggu oleh masyarakat cukup beragam. Pihak yang mendukungnya beranggapan bahwa novel ini benar-benar

mencerminkan konflik yang dihadapi para intelektual Indonesia, sementara yang menolak beranggapan bahwa novel ini porno karena memasukkan tokoh

tunasusila dan tema perselingkuhan. Tanggapan sekarang lebih positif, dengan penulis Muhammad Balfas menyebutnya "novel Indonesia terbaik dari sebelum perang kemerdekaan". Belenggu sudah diterjemahan dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Inggris.

Berbeda dari penulis novel Balai Pustaka, Armijn tidak menggunakan peribahasa; dia lebih menekankan penggunaan simile. Cara lain yang

menunjukkan perbedaan gaya tulis Armijn dengan penulis-penulis Balai Pustaka ialah dengan membatasi penggunaan bahasa Belanda murni; sebelumnya penulis seperti Abdul Muis dan Sutan Takdir Alisjahbana menggunakan bahasa kolonialis itu untuk menggambarkan sifat tokoh utama yang intelektual. Sementara, dalam Belenggu Armijn menekankan bahasa serapan, sehingga edisi-edisi awal memuat daftar istilah yang berisikan istilah-istilah yang baru atau sulit. Siregar menulis bahwa bahasa Armijn lebih mencerminkan penggunaan bahasa Indonesia sehari-hari

Menurut Teeuw, berbeda dari novel-novel Indonesia pada masa itu, Belenggu tidak menggunakan tema protagonis yang baik dan suci melawan antagonis yang jahat, atau konflik dan perbedaan antara generasi. Novel ini juga tidak menggunakan tema kawin paksa dan tidak diterimanya adat oleh pemuda-pemudi. Novel ini malah menggunakan tema cinta segitiga yang pada saat itu sudah umum di sastra Barat tapi belum ada di sastra Indonesia tanpa menunjukkan siapa yang baik, jahat, benar, atau salah. Dia menulis kalau buku ini

menggambarkan konflik batin sejenis manusia baru, yang dibentuk karena persatuan budaya Timur dan Barat.

(3)

B. SINOPSIS NOVEL BELENGGU Ringkasan umum:

Sukartono (biasa dipanggil Tono) dan Sukartini (biasa dipanggil Tini) merupakan pasangan suami istri yang tinggal di Weltevreden, Batavia (sekarang Jakarta). Sukartono adalah seorang dokter lulusan dari Geneskundige Hooge School (sekolah Dokter Betawi), Sumartini adalah lulusan dari Lyceum (sekolah Menengah Atas Bandung). Sedangkan Rohayah (biasa dipanggil Yah, Siti Hajati, Nyonya Eni) tinggal di Gang baru no.24 yang merupakan tetangga Sukartono pada masa kanak-kanak di Bandung. Rohayah mengalami nasib yang malang, karena orang tuanya meninggal dan dikawinkan secara paksa dengan laki-laki yang tidak ia cintai. Kemudian menjadi gundik Belanda dan akhirnya berprofesi sebagai seorang tunasusila.

Tapi sayang, pernikahan mereka tidak didasari oleh cinta. Sukartono menikahi Sumartini karena kecantikan, kecerdasan, serta mendampinginya sebagai seorang dokter. Sementara Sumartini menikahi Sukartono karena dia pikir dengan menikahi seorang dokter, maka besar kemungkinan bagi dirinya untuk melupakan masa lalunya yang kelam. Sukartono dan Sumartini tidak saling berbicara dan bertukar pikiran. Itulah sebabnya keluarga mereka tampak hambar dan tidak harmonis. Mereka sering salah paham dan bertengkar.

Keadaan rumah tangga ini makin memburuk, karena Sukartono terlalu sibuk merawat pasien sehingga dia tidak punya waktu untuk bersama Tini.

Akibatnya, Tini pun menjadi lebih aktif dengan kegiatan sosial, sehingga dia tidak mengurus rumah tangga. Hal ini membuat Tono semakin menjauh, sebab dia ingin Tini menjadi istri tradisional yang bersedia menyiapkan makan dan menunggu dia di rumah.

Tapi mereka punya argumen masingmasing. Menurut Tono dia melakukan tugas dokter dengan tulus, menolong banyak orang, bekerja siang malam, dan bahkan bersedia tidak dibayar. Tapi menurut Tini, Sukartono tidak mampu memenuhi hak sebagai seorang suami begitu pula sebaliknya. Hasilnya, mereka sering bertengkar. Masingmasing tidak mau mengalah dan merasa paling benar.

Suatu ketika, ada seorang pasien wanita bernama Nyonya Eni yang mengaku sakit keras memanggil Dokter Sukartono. Wanita itu meminta Dokter Sukartono datang ke hotel tempat dia menginap. Dokter Sukartono pun datang ke hotel tersebut.

Setibanya di hotel, Sukartono merasa terkejut sebab pasien yang memanggilnya adalah Yah atau Rohayah, wanita yang telah dikenalnya sejak kecil. Yah adalah teman sekelasnya sewaktu masih bersekolah di Sekolah Rakyat. Mereka lalu bercerita tentang pengalaman hidup masingmasing. Yah mengatakan dia sudah menjadi janda. Dia korban kawin paksa. Karena tidak tahan hidup di

(4)

Palembang bersama suami pilihan orang tuanya, dia melarikan diri ke Jakarta. Selama tiga tahun dia terjun kedunia nista dan menjadi wanita panggilansimpanan pria Belanda.

Sukartono juga bercerita bahwa setelah tamat sekolah rakyat di Bandung, dia berpindah ke Surabaya dan belajar di sekolah kedokteran di sana. Dia menikah dengan Tini karena kecantikannya. Juga terungkap bahwa Rohayah secara diam-diam sudah sejak kecil mencintai Dokter Sukartono. Dia sering menghayalkan Dokter Suartono sebagai suaminya. Itulah sebabnya, dia mencari alamat Dokter Sukartono. Setelah menemukannya, dia menghubungi Dokter Sukartono dengan berpurapura sakit.

Karena sangat merindukan Dokter Sukartono, pada saat itu juga, Yah menggodanya. Dia sangat mahir dalam hal merayu lakilaki karena pekerjaan itulah yang dilakukannya selama di Jakarta.

Akhirnya Sukartono dan Rohayah mulai bertemu secara diamdiam dan sering pergi ke pelabuhan Tanjung Priok. Ketika Tini pergi ke Surakarta untuk menghadiri kongres wanita, Tono mengambil langkah untuk hidup bersama Yah selama satu minggu.

Sukartono pun mulai tergoda akan rayuannya, karena Yah sering meminta dia untuk mengobatinya, dan Sukartono pun sering mengunjungi Yah. Dia mulai merasakan hotel tempat Yah menginap sebagai rumahnya yang kedua. Yah mampu memberikan banyak kasih sayang dan ketentraman yang sangat

dibutuhkan oleh Sukartono yang selama ini tidak diperoleh dari istrinya. Melihat tingkah laku Yah yang sopan santun, Tono menjadi semakin cinta padanya karena beranggapan bahwa Yah adalah istri yang tepat untuknya. Namun, Yah merasa dirinya belum siap untuk menikah.

Waktu terus berjalan. Pada suatu hari Sukartnono yang merupakan penggemar musik keroncong, diminta menjadi juri suatu lomba keroncong di Pasar Gambir. Di sana, dia bertemu dengan Hartono, seorang aktivis politik dan anggota Partindo, yang bertanya tentang istri dokter itu.

Beberapa hari kemudian, Hartono mengunjungi rumah Sukartono dan bertemu dengan Tini. Ternyata Tini pernah menjalin hubungan dengan Hartono saat kuliah, sehingga mereka berhubungan seks. Tapi Hartono kemudian memutuskan Tini dan meninggalkannya. Ternyata inilah masa lalu kelam Sumartini.

Di lain pihak, lama kelamaan hubungan Yah dengan Tono diketahui oleh Sumartini. Betapa panas hatinya ketika mengetahui hubungan gelap suaminya dengan wanita bernama Yah. Dia ingin melabrak wanita tersebut. Secara diam-diam Sumartini pergi ke hotel tempat Yah menginap. Dia berniat hendak memaki Yah sebab telah mengambil dan dan menggangu suaminya. Akan tetapi, setelah bertatap muka dengan Yah, perasaan dendamnya menjadi luluh. Kebencian dan

(5)

nafsu amarahnya tibatiba lenyap. Yah yang sebelumnya dianggap sebagai wanita jalang, ternyata merupakan seorang wanita yang lembut dan ramah. Ironisnya Yah mengetahui kehidupan gelap Tini dahulu sebelum menikah dengan Sukartono. Tini tertegun begitu saja ketika ia mengetahui bahwa Yah tahu banyak masa lalu Tini yang kelam.Tini merasa malu kepada Yah. Dia merasa bahwa selama ini dia bersalah pada suaminya. Dia tidak dapat berlaku seperti Yah yang sangat

didambakan oleh suaminya.

Sepulang dari pertemuan dengan Yah, Tini mulai berintropeksi terhadap dirinya. Dia merasa malu dan bersalah kepada suaminya. Dia merasa dirinya belum pernah memberi kasih sayang yang tulus pada suaminya. Selama ini dia selalu kasar pada suaminya. Dia merasa telah gagal menjadi Istri. Akhirnya, dia mutuskan untuk berpisah dengan Suaminya.

Permintaan tersebut dengan berat hati dipenuhi oleh Dokter Sukartono. Bagaimanapun, dia tidak mengharapkan terjadinya perceraian. Sukartono meminta maaf pada istrinya dan berjanji untuk mengubah sikapnya. Namun, keputusan istrinya sudah bulat. Dokter Sukartono tak mampu menahannya. Akhirnya mereka bercerai. Tini lalu berpindah ke Surabaya dan mengabdi pada sebuah panti asuhan yatim piatu.

Hati Sukartono bertambah sedih karena juga akan ditinggal oleh Rohayah. Yah merasa bahwa mempunyai hubungan dengan Tono akan membuat citra baik Tono hancur, sebab latar belakangnya yang tunasusila itu. Rohayah akhirnya pindah ke Kaledonia Baru, dengan meninggalkan sepucuk surat dan sebuah piring hitam yang membuktikan bahwa Yah sebenarnya penyanyi favorit Tono yaitu, Siti Hajati.

Dalam perjalanan ke Kaledonia Baru, Yah rindu pada Tono dan mendengar suaranya di radio. Sekarang Tono ditinggal sendiri di Jakarta dan mulai bekerja sangat keras, dalam usaha untuk mengisi kesepiannya. Dia juga mengisi harinya dengan membaca buku terutama buku kebatinan.

C. Unsur Intrinsik 1. Tema

Tema dalam novel Belenggu adalah percintaan. Novel ini menceritakan tentang rumah tangga yang tidak harmonis dan berujung pada cinta segitiga,

perselingkuhan dan perceraian antara Sukartono, Sumartini, dan Rohayah. 2. Alur

Alur pada novel ini menggunakan alur maju, karena cerita dalam novel tersebut lebih bersifat kronologis, artinya peristiwa satu diikuti oleh (yang

menyebabkan) peristiwa yang lainnya. Berikut pemaparannya.

(6)

Awal cerita dari novel belenggu tergambar dalam penggalan cerita di atas yaitu bahwa Tini sama sekali tidak peduli terhadap suaminya

Sukartono. (halaman 19)

 Tahapan Tengah (Konflik-Komplikasi-Klimaks)  Konflik atau Awal Masalah

Konflik yang terdapat dalam novel belenggu yaitu ketika Dokter Sukartono mendapat panggilan dari seorang wanita yang mengaku dirinya sedang sakit keras. Wanita itu meminta Dokter Sukartono datang ke hotel tempat dia menginap. Dokter Sukartono pun datang ke hotel tersebut. Dan wanita tersebut bernama nyonya Eni. (halaman 20-21)  Komplikasi

Komplikasi yang terdapat dalam novel belenggu yaitu ketika Tono mulai merasa rumah Yah adalah rumah keduanya, dan cerita cinta segi tigapun di mulai pada saat itu (halaman 37)

 Klimaks

Klimaks dari novel belenggu adalah ketika Tini mulai mengetahui bahwa dalam rumah tangganya dengan Tono tertulis cerita cinta segitiga dengan perempuan yang bernama Rohayah. Setelah itu Tini mulai mencari tahu rumah dimana Yah tinggal dan datang ke rumah tersebut untuk mencari tahu kebenarannya. (halaman 137)

 Tahap Peleraian

Peleraian dimulai ketika Tini bertatap muka dengan Yah. Perasaan dendamnya menjadi luluh, kebencian dan nafsu amarahnya tiba-tiba lenyap. Yah yang sebelumnya dianggap sebagi wanita panggilan ternyata mamilki sifat yang lembut dan ramah. Tini merasa malu pada Yah. Tini merasa bahwa selama ini dia telah banyak bersalah pada suaminya, dia tidak dapat berlaku seperti Yah, sikap Yah sangat didambakan oleh Tono dan selama ini Tini tidak bisa bersikap seperti itu kepada Tono. Sepulangnya dari hotel, Tini mulai berintropeksi kepada dirinya sendiri. Dia sangat merasa bersalah kepada suaminya dan ia menyadari bahwa dia belum bisa menjadi istri yang baik bagi Tono. Tini merasa telah gagal menjadi seorang istri. (halaman 133-136)

 Tahapan Akhir / Penyelesaian

Akhir cerita dalam novel belenggu yaitu bahwa cerita cinta segitiga yang dialami Tono, Tini, dan Yah berakhir dengan sebuah perceraian. Sumartini telah pergi ke Surabaya. Dia mengabdi pada sebuah panti asuhan yatim piatu, sedangkan Yah pergi ke negeri Calidonia dengan kebahagiaan ataupun kesedihan padahal Armijn Pane sudah menyelesaikan ceritanya. (halaman 136-150)

(7)

3. Tokoh

 Para Pelaku / Tokoh

 Dokter Sukartono (Tono)

Sukartono (Tono) adalah seorang dokter yang merupakan suami Tini dan cinta Yah. Dokter ini suka merawat pasien miskin tanpa memungut biaya, sehingga menjadi terkenal. Dia juga penggemar berat lagu-lagu keroncong. Sewaktu dia masih di sekolah kedokteran, dia lebih suka bernyanyi daripada belajar dan sampai sekarang ada radio di ruang periksanya. Kegemarannya atas musik tradisional mencerminkan

keinginannya untuk mempunyai istri yang berwawasan tradisional untuk menjaganya. Karena merasa tersiksa dari pernikahannya tanpa cinta dengan Tini, dia jatuh hati pada Yah, sebab Yah dianggap lebih mampu menjadi istri tradisional. Namun, akhirnya dia ditinggal sendiri.

 Sumartini (Tini)

Sumartini (Tini) adalah istri Tono yang sangat modern. Waktu masih mahasiswi, dia sangat populer dan suka berpesta. Pada masa itu, Tini menyerahkan keperawanannya kepada Hartono, sehingga setelah dia diputuskan dia menjadi semakin tidak acuh pada keinginan laki-laki. Setelah dinikahi Tono, Tini menjadi semakin kesepian dan mulai bergerak di bidang sosial supaya hidupnya berarti. Ketika mengetahui ketidaksetiaan Tono dan beranggapan bahwa Yah lebih cocok dengan suaminya, Tini meninggalkan Tono dan pindah ke Surabaya.

Menurut Yoseph Yapi Taum, seorang dosen di Universitas Sanata Dharma di Yogyakarta, sikap tidak acu Tini adalah alasan utama

mengapa Tono menjadi tertarik pada Yah. Gaya hidup Tini, yang tidak memasuki Tono, membuatnya berasa terasing dan mendorongnya untuk mencari wanita yang lebih tradisional. Tham Seong Chee, seorang kritikus dari Singapura, beranggapan bahwa Tini adalah tokoh yang lemah sebab dia tidak bisa mengambil keputusan tanpa pengaruh luar, dan sampai kapan pun tidak mau menyelesaikan masalahnya dengan Tono. Dia juga menyatakan kalau Tini dibatasi oleh nilainya sendiri, yang tidak sesuai dengan nilai-nilai masyarakat Indonesia pada umumnya. Menurut penyair dan kritikus sastra Goenawan Mohamad, Tini didorong oleh harapan suaminya akan istri yang tradisional.  Siti Rohayah (Yah)

Rohayah (juga dikenal dengan nama samaran Nyonya Eni dan Siti Hayati; disingkat Yah) adalah teman Tono dari Sekolah Rakyat yang kemudian menjadi simpanannya; dia juga seorang penyanyi keroncong terkemuka. Setelah Tono, yang lebih tua tiga tahun, lulus dari Sekolah Rakyat, Yah dipaksakan untuk menikah dengan pria yang lebih tua 20

(8)

tahun dan dibawa ke Palembang. Setelah melarikan diri, Yah kembali ke Bandung; akan tetapi, orang tuanya sudah meninggal. Dia kemudian berpindah ke Batavia dan menjadi seorang pelacur sekaligus penyanyi keroncong dengan nama samaran Siti Hayati. Ketika mengetahui bahwa Tono telah menjadi dokter di Batavia, dia menggoda dokter itu. Biarpun mereka saling jatuh cinta, Yah mengambil langkah untuk pergi sebab dia takut Tono akan diremehkan apabila dia menikah dengan seorang mantan pelacur. Yah berpindah ke Kaledonia Baru.

Tham beranggapan bahwa Yah sebenarnya cocok menjadi istri Tono, sebab dia sudi menjadi istri tradisional. Namun, dia tidak dapat menjalani hubungan tersebut karena dulu menjadi pelacur. Menurut Tham, hal ini mencerminkan bahwa "moral dan nilai etis tidak mudah dipahami intelek, akal, atau rasio". Goenawan beranggapan bahwa Yah sebenarnya seorang fatalis, yang merendahkan diri dengan menyatakan bahwa ada seribu perempuan di Tanjung Priok yang mempunyai cerita serupa. Dia juga beranggapan bahwa tokoh tersebut menjadi

mengharukan tanpa menjadi berlebihan. Menurutnya, Yah adalah pelacur pertama yang digambarkan secara simpatetis dalam suatu karya sastra Indonesia.  Nyonya sutatmo  Nyonya Aminah  Putri Aminah  Nyonya Rusdio  Karno  Hartono  Mangunsucipto  Abdul  Mardani   Watak / Penokohan

 Dokter Sukartono (Tono)

Seorang dokter yang mempunyai rasa kemanusiaan yang tinggi. Dia terkenal dokter yang dermawan dan penolong. Dia termasuk seorang yang sangat mencintai pekerjaannya.

Kata orang: “dia tiada mata duitan, kalau dia tahu si sakit kurang sanggup membayar, dia lupa mengirim rekening.”

“tetapi,” kata seorang lagi, “kalau dia dipanggil tengah malam, suka juga.” (halaman 25)

 Penyabar

“Mengapa tidak….” mulai terbit marah Sukartono, tetapi dapat juga ditahannya,… (hal.18)

(9)

 Egois

(Tono beranggapan bahwa) Apa lagi hak perempuan, lain dari memberi hati pada laki-laki? (hal.17)

 Penyayang

Dibelai-belai Sukartono kepala Yah…  Sumartini (Tini)

Perempuan modern yang mempunyai masa lalu yang kelam karena bebas bergaul. Dia selalu merana kesepian karena kesibukan suaminya yang tak kenal waktu dalam mengobati orang sakit sehingga melupakan dan membiarkannya dirumah seorang diri.

Watak tini pemarah, seperti tercermin dalam penggalan cerita berikut: Karno tiada suka akan Tini, sebab tini marah-marah saja, karena kesalahan yang kecil-keci sekalipun, bahkan kerap kali tiada salahnya sama sekali. (halaman 18)

 Siti Rohayah (Yah)

Perempuan yang harus menjalankan kawin paksa. Dia merasa frustasi, sehingga terjerumus kelembah kemistaan. Dia teman dokter sukarno yang secara diam-diam mencintainya.

Siti Rohayah adalah wanita nakal, berikut penggalan cerita yang menggambarkan bahwa Yah adalah wanita nakal.

Perempun itu mengigit bibir, seolah-olah kecewa, ketika tangan Sukartono menutupkan kimononya, sambil kata Sukartono dengan pendek saja: “tidak perlu nyonya buka.”

 Nyonya Rusdio

Watak nyonya rusdio yaitu bahwa dia adalah seorang yang pandai mencairkan suasana, seperti nampak pada penggalan cerita berikut ini: Sejurus kemudian percakapan dialihkan perlahan-lahan oleh nyonya Rusdio, seolah-olah menyingkapkan awam mendung, supaya terang cuaca.

 Putri Aminah

Putri Aminah adalah orang yang suka berolok-olok, selalu ingin mengetahui urusan orang lain, seperti nampak pada penggalan crita berikut:

Putri Aminah tertarik pula hatinya hendak berolok-olok, barangkali juga hendak mengulangi hal yang tadi, suka hedak tah, mengapa Tini,

kawannya itu demikian. Rahasia yang tersembunyi: “Benar-benarlah engkau dokter sejati. Cuma penyakit saja engkau perhatikan. Tidak baca koran rupanya.

(10)

Karno adalah pembantu dokter Sukartono yang amat sangat patuh

terhadap perintah tuannya, seperti nampak pada penggalan cerita berikut. Karno, bujangnya, masuk membawa valies tempat perkakas doketer Sukartono.

 Jenis Tokoh

Tokoh merupakan bagian struktural fiksi yang melahirkan sebuah peristiwa. Berkut ini adalah tokoh-tokoh dalam novel belenggu beserta

pengklasifikasiaan tokohnya. a) Dokter Sukartono (Tono)

Tono merupakan tokoh sentral atau tokoh utama, karena tokoh ini mengambil bagian terbesar peristiwa. Dan merupakan tokoh penting dalam novel belenggu, serta tokoh ini sering ditampikan dan

mendominasi cerita dalam novel belenggu ini. Tokoh ini juga sangat menentukan perkembangan plot secara keseluruhan.

b) Sumartini (Tini)

Tini juga termasuk tokoh sentral, karena Tini juga mengambil bagian terbesar peristiwa dalam novel belenggu. Tini juga termasuk tokoh penting dalam cerita karena tini juga mendominasi cerita dalam novel ini. c) Siti Rohayah (Yah)

Seperti halnya Tono dan Tini, Yah juga merupakan tokoh sentral yang mendominasi cerita dlam novel belenggu ini, Yah juga termasuk tokoh penting dalam cerita karena tokoh ini mengambil bagian terbesar peristiwa.

d) Nyonya Sutatmo

Nyonya Sutatmo merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.

e) Nyonya Aminah

Nyonya Aminah juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.

f) Nyonya Rusdio

Nyonya Rusdio juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.

g) Karno

Karno juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.

(11)

Hartono juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.

i) Mangunsucipto

Mangunsucipto juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.

j) Abdul

Abdul juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.

k) Mardani

Mardani juga merupakan tokoh bawahan dalam novel ini, karena tokoh ini hanya muncul beberapa kali dalam cerita. Tokoh ini juga memiliki keterkaitan dengan tokoh utama.

4. Latar

Latar Tempat

Latar tempat dalam novel belenggu yaitu: a) Rumah, berikut penggalan ceritanya.

Seperti biasa, setibanya di rumah lagi, dokter Sukartono terus saja menghampiri meja kecil, di ruang tengah, di bawah tempat telepon. (halaman 15)

b) Hotel, berikut penggalan ceritanya.

Dokter Sukartono diam saja sejurus memandang ke arah hotel itu, dia merasa heran sedikit.

c) Sekolah, berikut penggalan ceritanya.

Waktu masih menuntut pelajaran di sekolah Geneeskundige Hooge School di Betawi,tiada sedikit kawan-kawan dokter Sukartono yang memastikan, dia tiada akan sampai ke ujian penghabisan. Dia tidak cakap jadi dokter, terlalu suka akan lagu, akan seni: pikirannya terlalau banyak terlalai, (halaman 24)

d) Di rumah Rohayah, sebagai contoh terdapat pada :

Sehabis payah praktijk, Kartono biasalah pergi kerumahnya yang kedua akan melepaskan lelah. Pikirannya tenang kalau disana.Disanalah pula dia acapkali membaca majalah dan bukunya yang perlu dibaca, sedang Yah lagi asyik merenda.

e) Di tepi pantai di Priok, sebagai contoh terdapat pada :

Entah bagaimana, dia sampai juga dengan selamat di tepi pantai di Priok. Dia terbangun oleh desir ombak. Bulan tiada bersinar diatas

(12)

f) Tempat pertemuan komite bazaar, berikut pnggalan ceritanya.

Kalau dia tiba di tempat pertemuan komite bazar sudah ada beberapa orang berhimpun bercakap-cakap orang terhenti berkata-kata. (halaman 72)

g) Di gedung Concours, Pasar Gambir, sebagai contoh terdapat pada :\ Begitu juga Tono.Malam itu dia menjadi jury concours kroncong perempuan.Sesampainya didalam gedung, concours sudah hendak mulai.Baik diluar, maupun didalam penuh sesak dengan penonton.

h) Tengah jalan, berikut penggalan ceritanya.

Kemudian di tengah jalan, menggema lagi ingatan Tono:... (halaman 82)

i) Solo, berikut penggalan ceritanya.

...Peduli apa nyonya Rusdio, turut-turut memikirkan keadaan Tono dan dia? Jangan berfikir, jangan berfikir, gembira saja, tidak lama lagi, ke Solo...(halaman 100)

j) Taman Sari, berikut penggalan ceritanya.

....demikianlah tiga hari kemudian, sampai ke telinga Tini cerita tentang Tono ke rumah Siti Haryati, penyanyi keroncong, di Taman

Sari. (halaman 137)

k) Surabaya, berikut penggalan ceritanya.

Sekarang sudah pasti: Tini akan terus di Surabaya, bekerja seperti yang dicita-citakannya atau dia kembali, pergaulan mereka akan seperti dulu, waktu baru kawin.(halaman 151)

l) New Caledonia, berikut penggalan ceritanya.

Rohayah berbalik.... di sana gelap, tapi semangatnya tahu, disanalah, lautan lepas, di sana dunia lain, memang dunia baru, tapi sunyi... tono tidak ada di sana, di Noeuw Caledonia. (halaman 157)

 Latar Waktu

Latar waktu berkenaan dengan masalah apan terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam fiksi. Berikut ini latar waktu yang terdapat dalam novel belenggu.

a) ...hari sudah pukul sembilan malam. Sekali-sekali melintas dengan cepat di jalan di muka rumah, suaranya masuk melintas dari jendela yang masih terbuka. (halaman 26)

b) Sejak tadi pagi bekerja keras, pulang cua sebentar saja untuk bertukar pakaian. (halaman 94)

c) Malam hari, sebagai contoh terdapat pada:

Sukartono duduk membaca, lampu meja disebelah kirinya, terang diatas buku itu, mukanya sendiri gelap. Dul baru keluar, baru minta

(13)

 Latar Suasana a) Jengkel,

Dihampirinya isterinya.Tini agak terkejut. Bisik Tono dengan cepat: “Aku pergi…..” Itu saja yang terdengar oleh Tini, Tono sudah jauh lagi. Pergi, pergi, buat apa dikatakannya, hendak menjengkelkan hatiku saja. b) Sedih,

Sesuaikah pikirannya dengan Aminah dan lain-lainnya? Ah,peduli apa. Bukan sudah….. tidak, tidak, melawan dalam pikirannya, kami belum berpisah…… kalimat itu berulang-ulang dalam pikirannya, air matanya titik, membasahi bantal……. Lama kelamaan dia tertidur.

c) Marah,

“Suaramu palsu Yah, seperti didalam hatimu juga bohong

belaka.Sangkaku engkau jujur, engkau tidak main tonil. Ah, tapi kamu perempuan semuanya pemain tonil. Tidak ada yang benar, yang jujur pada tubuhmu, dalam hatimu………”

d) Bahagia

Hatinya senang, kemudian didalam mobil dengan gembira dia mengisap serutunya, sambil di sudut tempat duduk. (halaman 19)

e) Romantis

Dipeluk oleh Sukartono tubuh Yah, katanya: “Tetapi sejak ini, jangan ada orang lain lagi.” (halaman 38)

 Latar Sosial

Latar sosial, tempat peristiwa terjadinya berada di lingkungan kaum cendikiawan yakni seorang dokter. Selain itu, perselingkuhan merupakan sesuatu yang tidak wajar di kalangan masyarakat, apalagi Sukartono

berselingkuh dengan Yah yang notabenenya adalah seorang perempuan yang nakal.

5. Sudut Pandang

Dalam roman Belenggu, pengarang menggunakan sudut pandang orang ke-tiga. Pengarang menggunkan nama orang sebagai pelakunya, tidak

menggunakan kata aku sebagai tokoh. Dalam arti lain, pengarang menceritakan kehidupan tokoh lain, bukan sebagai dirinya sendiri. Pengarang tidak terlibat baik secara langsung maupun tidak langung di dalam cerita itu.

6. BahasaMajas

a. Personifikasi

 Didalam hati Kartono terbit lagi keinginan menggenggam tangan jiwanya, memegang jiwa yang menggelepar-gelepar itu kuat-kuat jangan jatuh kedalam air.(Belenggu, 2006:62)

 Dia merasa bimbang, pertanyaan yang demikian kerap kali terbit dalam pikirannya.(Belenggu, 2006:67)

(14)

 “Tini gunung berapi yang banyak tingkah! Penyakit yang banyak komplikasi.”(Belenggu, 2006:67)

 “Tumbuh didalam hatinya keinginan hendak memegang tangan Yah, hendak memandangnya dalam matanya, yang riang beriak-riak, ….”(Belenggu, 2006:73)

b. Metafora

 ”Bukan, aku tiada berubah, engkau yang tiada pernah mengenal aku.”Memang Tini susah diduga. Licin sebagai belut.(Belenggu, 2006:60)

 Selalu saja tinggi hati; seperti batu karang meninggi di tepi pantai, berbahaya bagi kapal menghampirinya.(Belenggu, 2006:65)

 Kata Yah sejuk lembut, masuk dalam hati Kartono, sebagai air seteguk menghilangkan haus, tetapi hausnya belum juga hilang sama sekali. (Belenggu, 2006:75)

 Terdengar kepada Tono lagu pembuka, bagai air meriak, membuka simpulan dalam pikirannya, tiba-tiba terdengar suara.(Belenggu, 2006:75)

c. Hiperbola

 “Air mata yang membendung hatiku telah mengalir…… tidakah engkau ingat Rohayah?”(Belenggu, 2006:48)

 Tertimbun oleh ingatan akan gadis-gadis yang ribuan banyaknya. (Belenggu, 2006:48)

 Tetapi sekarang yu, sudah tiba waktunya. Kalau mesti aku rela binasa. (Belenggu, 2006:70)

 Kedua belah tangannya memegang stir mobilnya dengan keras, badannya membungkuk, mobil melancar, kerusuhan jiwanya seolah-olah mengalir ke roda mobil, memutar roda biar cepat secepatnya. (Belenggu, 2006:73)

d. Ironi

 “Tetapi ,” kata seorang lagi, “kalau dia dipanggil tengah malam,suka juga.”(Belenggu, 2006:24)

 “Bukan sudah kukatakan dahulu, kalau dia masih dihinggapi penyakit seni, tentu tiada akan menjadi dokter. Sekarang penyakitnya itu sudah sembuh.” (Belenggu, 2006: 24)

 “Sejak kapan tuan dokter Sukartono mata duitan?” (Belenggu, 2006: 42)

 “Kami tiada lama lagi, lekas-lekaslah pulang mengawani Tini.” (Belenggu, 2006: 44)

 “Tono, siapa hendak menaruh barang yang sudah buruk lagi bernoda?” (Belenggu, 2006: 48)

(15)

 “Jangan terlalu rajin, Tini, nanti Kartono marah.” (Belenggu, 2006: 52)

 Diksi

a. Makan Angin : jalan – jalan

b. Air muka : kenangan

c. Lagu lama : raut wajah

d. Kerasan : merasa sennag disuatu tempat 7. Amanat

o Bagi Isteri hormati dan layanilah Suami dengan tulus dan ikhlas jangan terpaksa dan lebih mengedepankan ego.

o Seorang isteri tidak boleh melupakan tugas utamanya dalam keluarga dan selalu sibuk dengan pekerjaan luarnya, begitu juga seorang suami harus selalu mengedepankan kepentingan keluarga di banding kepentingan pekerjaan atau kepentingan lainnya.

o Seharusnya dalam kehidupan berumah tangga harus didasari rasa cinta antar pasangan.

Referensi

Dokumen terkait

phase the studentst were to use any approach they like for their writing. Finished with that, the writer started to execute the lesson plans. At the end of the lessons,

[r]

Keawetan suatu perkerasan jalan berhubungan dengan ketahanan permukaan perkerasan yang dapat dipengaruhi oleh beban lalu lintas, perubahan cuaca, material

Pada SD Mangunsari bangunan sekolah merupakan milik sekolah jadi bangunan hanya digunakan oleh SD Mangunsari saja tanpa ada penggunaan dari sekolah lain.Pada SD

Mampu mengumpulkan data subyektif dan data obyektif pada yang diberikan asuhan kebidanan komprehensif pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan masa

Perancangan meliputi beberapa tahapan, diantarnya rancangan desain alternatif (sketsa). Dari beberapa sketsa tersebut dipilih beberapa sketsa yang terbaik dijadikan sebagai

Tahapan ini dilakukan untuk menentukan tempat yang sesuai untuk didirikannya Rumah Indonesia sebagai fasilitas umum yang mampu dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar

Tidak semua pasien PPOK akan mengalami pulmonary heart disease, karena banyak usaha pengobatan yang dilakukan untuk mempertahankan kadar oksigen darah arteri mendekati normal