• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. IDENTIFIKASI DAN ANALISA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3. IDENTIFIKASI DAN ANALISA"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

3.1.1. Data Perusahaan 3.1.1.1. City of Tomorrow

Sesuai dengan tagline-nya, ‘Everything in One’, City of Tomorrow (CITO) didesain dengan konsep 4 in 1, yaitu mengkombinasikan pusat perbelanjaan, hotel, tempat tinggal, dan area perkantoran komersial semua dibawah satu atap. CITO mengklaim dirinya sebagai superblok tertinggi, terbesar, terluas, dan yang paling lengkap di kota Surabaya.

Pusat perbelanjaannya berupa mal empat lantai, dengan 1700 unit ruang retail yang dipasarkan. Mal ini memiliki pusat makanan berupa mega food city yang terdiri dari 150 unit rumah makan dan kafe. Fasilitas yang disediakan antara lain pusat hiburan, pusat pertemuan dan pameran. Mal CITO akan didukung oleh lima anchor tenant yaitu Hypermart, Matahari Department Store, Timezone Australia, Pasific Bookstore, dan Cinema 21 (4 plex).

Perkantoran berupa enam gedung futuristik dengan berbagai fasilitas pribadi. Setiap gedung akan memiliki office signage pribadi, lift pribadi, area komersial pribadi, dan lobi pribadi. Nantinya, setiap gedung akan mendapat fasilitas berupa area parkir pribadi dan taman pribadi yang terletak di atas atap. Perkantoran ini juga akan terintegrasi dengan mal.

Hotel akan dikelola oleh Aryaduta Regency Surabaya (bintang lima). Hotel ini akan terdiri dari 230 kamar dan 12 suite. Fasilitas yang disediakan di dalam hotel antara lain pusat bisnis, grand ballroom, function room, cafe and lounge restaurant, dan rejuvenating spa. Hotel juga akan terintegrasi dengan mal.

Hunian berupa kondominium yang terdiri dari 375 unit. Kondominium ini akan dikelola oleh Arya Duta Surabaya. Fasilitas yang disediakan antaran lain masa keanggotaan 5 tahun untuk mendapatkan fasilitas hotel, lobi lift pribadi, keamanan 24 jam dan sumber penerangan alami melalui jendela setinggi 3 meter dari lantai hingga langit-langit di tiap kamar. Kondominium ini juga akan terintegrasi dengan mal.

(2)

Logo yang saat ini dipakai adalah menggunakan gambar rancangan awal bangunan CITO. Seiring berjalannya waktu, desain awal mengalami perubahan yang cukup signifikan karena gambar rancangan aslinya berbenturan dengan regulasi pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah kota Surabaya. Perubahan yang cukup signifikan pada gambar rancangan bangunan dapat berimbas pula pada gambar logo yang digunakan.

Hingga karya tugas akhir ini dibuat, CITO masih dalam taraf pembangunan dan logo yang digunakan masih logo bergambar rancangan bangunan lama. Ketika CITO telah selesai proses pembangunannya kemungkinan logo tersebut mengalami penyesuaian. Namun ada elemen dari logo tersebut yang tetap dapat digunakan untuk menyusun karya tugas akhir ini yaitu logotype CITY of TOMORROW yang tidak mengalami perubahan.

CITO dikembangkan oleh PT. Surya Mitra Jaya dengan sponsor dan agen marketing umum PT. Lippo Karawaci, Tbk. Kantor pemasaran CITO yang bernama Number One, yang terletak di jalan Jend. Achmad Yani 288, Surabaya, Jawa Timur, nomor telepon 62 31 7093-3222/62 31 827-3888 dan nomor fax 62 31 827-3666. Kantor utamanya bertempat di 2121 Boulevard Gajah Mada 01-01 Lippo Cyber Park, Lippo Karawaci Utara, Tangerang 15811, Banten, Indonesia, nomor telepon 62 21 5579-0190/91 dan nomor fax 62 21 5579-7220.

3.1.1.2. Pusat Perbelanjaan City of Tomorrow

Pusat perbelanjaan City of Tomorrow menekankan pada gaya hidup yang modern dan elegan di lokasi paling strategis di kota Surabaya. Mal CITO menjanjikan pengalaman berbelanja yang menyenangkan dengan toko-toko yang merupakan merek-merek ternama, makan dan minum di rumah makan-rumah makan terbaik bertaraf internasional, menonton film di bioskop jaringan Cineplex 21, atau menikmati kesenangan di Timezone bekerja dan bermain di bawah satu atap di CITO yang menawarkan ’A Lifestyle Haven at Your Doorstep’.

Kelebihan yang dimiliki oleh CITO adalah lokasi yang terletak di pintu gerbang Surabaya, dekat dengan bandara, di jalan yang dilewati oleh lebih dari 50.000 kendaraan setiap harinya. Mal CITO merupakan pusat perbelanjaan yang

(3)

menampung 2.300 kendaraan. Bagi para tenant-nya, CITO menawarkan konsep kepemilikan strata title yang mirip dengan konsep hak milik untuk rumah. Pembayarannya dapat dicicil hingga 50 bulan. Diperkirakan mal CITO dapat mulai beroperasi pada bulan September 2006.

3.1.1.3. Pengembang City of Tomorrow

CITO dibangun oleh pengembang terkemuka di tanah air, yaitu PT. Lippo Karawaci, Tbk, yang dikenal telah sukses mengembangkan berbagai pusat perbelanjaan dan hunian di Indonesia. PT. Lippo Karawaci, Tbk memiliki reputasi sebagai pengembang properti yang mempelopori kualitas tinggi dan terobosan dalam pembangunan properti. Pengembang ini berkomitmen untuk menyediakan kualitas produk dan jasa yang lebih baik dan inovatif.

Grup Lippo memiliki track record yang telah terbukti di seluruh Asia. Proyek-proyek yang telah dikembangkannya antara lain; Regent on the Hill dan Diamond Hill di Hong Kong, pembangunan-pembangunan yang prestisius di Huai Hai Zhong Road di Shanghai, Cina; dan pembangunan-pembangunan landmark di Singapura dan Indonesia.

3.1.1.4. Lokasi City of Tomorrow

CITO terletak di kota Surabaya, ibukota Jawa Timur sekaligus kota terbesar kedua di Indonesia. Kota Surabaya berpenduduk 3 juta jiwa dengan banyak keuntungan dan kesempatan yang dijanjikannya sebagai pusat ekonomi di Jawa Timur sekaligus seluruh Indonesia Timur. Letaknya strategis di persimpangan perdagangan antara wilayah Indonesia Timur dan Indonesia Barat. Surabaya adalah pusat metropolitan yang sedang berkembang pesat, dan adalah salah satu wilayah Indonesia dengan pertumbuhan area tercepat untuk Industri dan perdagangan.

CITO berdiri di atas lahan seluas 2,6 hektar dengan tujuh gedung futuristik, apartemen setinggi 40 lantai dan menara hotel dengan luas parkir yang sanggup menampung 2.300 kendaraan. Lingkungan di sekitar CITO terdiri dari berbagai perumahan yang padat penduduk serta berbagai kawasan industri. Jalan

(4)

dilewati oleh lebih dari 50.000 kendaraan setiap harinya.

Selepas krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahum 1998, bisnis properti pun menggeliat kembali. Begitu juga di kota Surabaya, kawasan utara adalah yang pertama mengalami maraknya bisnis properti, kini giliran wilayah selatan, di mana CITO berada, yang dirambah. Perkembangan dan prospek usaha di Surabaya sulit dipisahkan dari kondisi ekonomi nasional secara makro. Sebagai kota dengan basis ekonomi/bisnis terbesar kedua setelah Jakarta, Surabaya bisa merasakan langsung efek setiap perubahan indikator ekonomi yang terjadi. Bahkan tidak jarang pergerakan ekonomi kota Surabaya berjalan lebih maju dari pergerakan ekonomi nasional.

Cepatnya pergerakan ekonomi-bisnis di Surabaya telah diikuti oleh tumbuhnya sektor properti. Aneka ragam properti banyak dibangun di Surabaya. Indikator seperti ini umum terjadi di kota-kota besar di negara maju, yakni pertumbuhan sektor industri dan jasa selalu diikuti tumbuhnya sektor properti. Berdasarkan data Bank Indonesia, outstanding kredit properti di Jawa Timur yang nota bene 80%-nya beredar di Surabaya tercatat Rp. 4,39 triliun pada akhir triwulan I/2005 atau meningkat 46,38% dari posisi yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, proyek-proyek properti komersial di Surabaya (ruko, plaza/mal, pusat perdagangan/perbelanjaan, perkantoran) sedikitnya tercatat 1,8 juta m2 pada 2003-2004, termasuk proyek-proyek baru 2004. Data properti itu belum termasuk jenis properti apartemen, real estat, hotel, dan restoran, pergudangan, serta industrial estate. Sedangkan pada 2005 ini ada sederet proyek komersial yang akan dibangun di Surabaya termasuk Grup Lippo yang membangun Superblok City of Tomorrow di Kawasan Waru, Surabaya Selatan. Surabaya terus menggeliat pertumbuhan bisnisnya.

Pemerintah Kota Surabaya sendiri tidak pernah berhenti mengembangkan dan menata potensi ekonomi di wilayahnya. Pemerintah Kota Surabaya nampaknya menyadari potensi kawasan selatan Surabaya, sehingga kini mulai menata kawasan itu sebagai bakal pusat komersial baru. Potensi kawasan itu tidak terlepas dari lokasinya yang berdekatan dengan bandara internasional

(5)

kota di Jatim bagian timur dan selatan.

Potensi bisnis di kawasan selatan Surabaya ini sebenarnya tumbuh sejak lama karena lokasinya terkait langsung dengan pusat-pusat industri di kawasan Waru. Meski Waru merupakan secara administratif merupakan bagian paling barat dari Kabupaten Sidoarjo, setiap orang akan mengatakan Waru adalah bagian dari Surabaya Selatan. Bandara Juanda sendiri sebenarnya juga bagian dari Sidoarjo.

Surabaya Selatan sebagai kawasan komersial sebenarnya sudah terbentuk dengan berdirinya pusat-pusat perbelanjaan dan perkantoran. Terminal bis Bungurasih dan stasiun kereta komuter yang setiap hari mencatat total puluhan ribu orang (penumpang) keluar-masuk Surabaya, juga berlokasi di sana. Di sepanjang Jl. Achmad Yani juga terdapat tiga kampus perguruan tinggi dengan jumlah puluhan ribu mahasiswa, sehingga ikut meramaikan suasana pusat-pusat komersial kawasan tersebut, yakni kampus IAIN Sunan Ampel, Universitas Bhayangkara, dan Universitas Petra.

Arif Arianto, pemerhati masalah properti di Surabaya, memperkirakan pertumbuhan Surabaya Selatan sebagai kawasan komersial akan lebih cepat dari kawasan lainnya, karena infrastrukturnya lebih tersedia dan kawasan itu sudah menyambung dengan Sidoarjo. Maraknya pertumbuhan real estate di Sidoarjo yang bahkan lebih cepat dari Surabaya, akan berdampak positif terhadap percepatan pertumbuhan bisnis Kawasan Waru dan Surabaya Selatan. Para penghuni perumahan mewah di Sidoarjo dan Surabaya Selatan tidak perlu lagi masuk ke tengah Kota Surabaya untuk berbelanja, karena di Waru dan sekitar bundaran Waru Jl. Achmad Yani kini sudah dan bakal tersedia pusat-pusat perbelanjaan yang tidak kalah mewahnya.1

Menurut dia, meski di tengah kota banyak pusat perbelanjaan, namun kecenderungan orang akan memilih lokasi paling dekat. Terlebih lagi kapasitas perbelanjaan tangah kota juga terbatas dibanding jumlah penduduk Surabaya dan sekitarnya. Dia mencontohkan beberapa negara tetangga, seperti Singapura,

1Samantha Ardiyansah dan Lutfil Hakim. “Bisnis properti Surabaya menggeliat ke selatan.”

(6)

63.000 orang, di Malaysia 108.000 orang, serta Thailand melayani 170.000 orang. Sementara di Indonesia, seperti di Jakarta dan Surabaya, satu pusat perbelanjaan harus melayani 372.000 hingga 400.000 orang.

Padahal daya beli masyarakat Surabaya relatif tinggi sehingga memungkinkan pusat-pusat komersial tumbuh cepat. Indikator daya beli masyarakat Surabaya bisa dilihat dari tingkat atau strata ekonominya. Menurut data statistik Kota Surabaya, sampai tahun 2003, jumlah warga yang tergolong sangat miskin mencapai 11.206 jiwa (0,46%) serta miskin 72.915 (1,9%) dari total penduduk yang hampir mencapai 4 juta jiwa. Artinya, hampir 97% penduduk kota ini tergolong mampu.

Lokasi Surabaya Selatan yang dekat dengan Sidoarjo dan Surabaya Timur ini, memungkinkan pertumbuhan komersial daerah Waru dan sekitarnya lebih cepat. Karena jumlah penduduk bisa datang dari berbagai penjuru. Sedangkan aneka ragam industri yang ada di Rungkut dan Waru juga memudahkan bagi pengelola perbelanjaan untuk menawarkan kepada calon tenant dengan aneka barang dagangan, karena suplai barang dagangan cukup dari industri yang ada di sekitar lokasi itu juga.

Contohnya, tidak jauh dari Waru terdapat pabrik Maspion I dengan aneka produk peralatan rumah-tangga. Di sekitar itu juga banyak terdapat industri makanan olahan, garmen, dan barang kebutuhan keseharian lainnya. Begitu pula dengan produksi bahan-bahan pangan agrobisnis dan agroindustrinya, karena pintu tol ke arah Malang dan Pasuruan (kedua daerah penghasil sayur-mayur dan holtikutura terbesar di Jatim) juga berada di Waru. Surabaya Selatan dan Waru, dalam jangka pendek, diperkirakan bakal tumbuh cepat sebagai kawasan komersial baru di Surabaya. Bahkan pertumbuhannya bisa lebih cepat dari kawasan lain di Surabaya

3.1.1.5. Spesifikasi Teknis Mal City of Tomorrow

Semua informasi dan spesifikasi berikut ini adalah data sesungguhnya yang diakumulasikan hingga waktu pencetakan brosur, perubahan dapat terjadi sewaktu-waktu. Apa yang tercantum di bawah ini berasal dari media promosi dan

(7)

legal apapun. Berikut spesifikasi teknis berbagai jenis dan lokasi toko yang ditawarkan oleh CITO;

1. Area Umum

- Lantai dengan granit berukuran 60 x 60 - AC sentral

- Langit-langit setinggi minimal 3,5 m - Pencahayaan minimal 650 lux

- Alat penyiram api, pendeteksi api, pemadam kebakaran, dan sambungan pipa air (hydrant)

- Tangga darurat anti api di tiap lantai

- Susuran tangga: Kaca tanpa bingkai dengan susuran tangan dari pipa besi anti karat

- Toilet dengan meja berpermukaan granit dengan petak yang berpola homogen plus panel listrik toilet berkualitas tinggi terbuat dari panel berlapis tahan air dan bingkai aluminium

- Saluran listrik dan telepon untuk area pameran dan promosi utama - Area parkir: berlapis pengeras lantai

2. Speciality Shop di lantai Ground

- Etalase depan toko dari kaca bening dengan bingkai aluminium powder coated

- Lantai berlapis keramik ukuran 30 x 30 - Listrik sebesar 1300 VA

- Saluran telepon (belum termasuk biaya pemasangan) - AC sentral

- Pendeteksi api, alat penyiram api - Langit-langit dari gipsum setinggi 3m

- Sekat toko: papan gipsum bercat dengan tiang logam sebagai bingkai

3. Speciality Shop di lantai-lantai lain - Pintu gulung semi berlubang

(8)

- Listrik sebesar 1300 VA

- Saluran telepon (belum termasuk biaya pemasangan) - AC sentral

- Pendeteksi api, alat penyiram api - Langit-langit dari gipsum setinggi 3m

- Sekat toko: papan gipsum bercat dengan tiang logam sebagai bingkai

4. Toko Terbuka (Open Shop) - Lemari yang dapat dikunci

- Tepian penyekat gipsum setinggi 1.1 m - Lantai berlapis granit ukuran 60 x 60 - Listrik sebesar 1300 VA

- Saluran telepon (belum termasuk biaya pemasangan) - AC sentral

- Langit-langit setinggi langit-langit mal

5. Kios Food Court

- Lantai berlapis keramik ukuran 30 x 30 (kecuali untuk ruang servis, ukuran keramik 20 x 20)

- Petak berpola homogen berukuran 60 x 60 sebagai permukaan meja kasir - Pembatas: tembok bata yang diplester dan dicat setinggi 1 m high + partisi

tanpa bingkai

- Langit-langit dari gipsum setinggi 2.3 m - Listrik sebesar 1300 VA

- Saluran telepon (belum termasuk biaya pemasangan) - AC sentral

- Pendeteksi api, alat penyiram api - Instalasi air bersih dan air kotor

- Kipas angin pembuangan terpusat dan perangkap pelumas - Akses ke koridor pelayanan

(9)

6. Toko Terbuka (Open Shop) Food Court

- Meja kasir dengan petak berpola homogen ukuran 60 x 60 - Pembatas: tembok bata setinggi 1 m high

- Listrik sebesar 1300 VA

- Saluran telepon (belum termasuk biaya pemasangan) - AC sentral

- Pendeteksi api, alat penyiram api - Instalasi air bersih dan air kotor

- Kipas angin pembuangan terpusat dan perangkap pelumas - Locker and fasilitas toilet

- Bak cucian dan keran air

7. Toko Eksterior (Exterior Shop)

- Etalase depan toko dari kaca bening dengan bingkai aluminium powder coated

- Lantai berlapis keramik ukuran 30 x 30, area toilet dengan keramik ukuran 20 x 20

- Listrik sebesar 2200 VA

- Saluran telepon (belum termasuk biaya pemasangan) - Pendeteksi api, alat penyiram api

- Langit-langit konkrit terbuka yang dicat

- Toilet menggunakan merek Toto atau perlengkapan sanitari dan peralatan tetap dengan merek yang setara

3.1.2. Data Visual

Sebelum melanjutkan lebih jauh, ada beberapa hal yang perlu dipahami terlebih dahulu mengenai data-data visual yang ditampilkan di bawah ini. Semua gambar yang disediakan oleh perusahaan hanya berupa ilustrasi seni saja. Foto yang ditampilkan tidak selalu mencerminkan spesifikasi standar dari gedung yang sesungguhnya.

(10)

dihitung menggunakan metode dan peralatan yang ditentukan oleh pengembang dan semua itu dapat berubah sebagai penyesuaian terhadap peraturan atau persyaratan dari pihak yang berwenang atau pihak-pihak lain yang terkait. Kalkulasi ukuran area berdasarkan kriteria pengembang.

Semua gambar hanya merupakan gambar pendahuluan saja, berdasarkan pada kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan pasar dan sangat memungkinkan tidak sama persis dengan bentuk jadi yang sesungguhnya sehubungan dengan penyesuaian-penyesuaian yang harus dilakukan selama proses pembangunan berlangsung. Apa yang ditampilkan di bawah ini berasal dari media promosi dan tidak dapat berfungsi sebagai penawaran atau kesepakatan resmi atau dokumen legal apapun.

(11)
(12)

Gambar 3.3. Perkiraan gambar lobby City of Tomorrow

(13)

Gambar 3.5. Perkiraan gambar bangunan jadi

(14)

Gambar 3.7. Peta lokasi untuk lantai lower ground

(15)

Gambar 3.9. Peta lokasi untuk lantai upper ground

(16)
(17)

Gambar 3.12. Lokasi berbagai pintu masuk

(18)

Gambar 3.14. Foto beberapa proyek lain yang dikerjakan oleh grup Lippo

3.2. Identifikasi Kompetitor 3.2.1. Data Visual

3.2.1.1. Gambar Sign Di Supermall/PTC

Berikut ini beberapa foto sign yang terdapat di Supermall/PTC;

- Beberapa contoh sign di area parkir Supermall/PTC, terdiri dari penunjuk arah/alur kendaraan di lokasi parkir, penunjuk pintu keluar dari area parkir, dan angka penanda lantai.

(19)

Gambar 3.15. Foto sign di tempat parkir Supermall/PTC

- Sign semi permanen di dinding yang berfungsi sebagai penanda wilayah, identitas korporat, sekaligus penghias dinding untuk menutup tempat-tempat yang belum terbeli.

(20)

- Sign berbentuk banner di Citywalk Supermall/PTC. Memanfaatkan tinggi langit-langit yang setinggi 3 lantai, sign ini dibuat untuk mudah dilihat dari semua lantai. Fungsinya sebagai penanda wilayah di mana Citywalk memang dimaksudkan sebagai pusat makanan. Ukurannya besar sehingga menyolok, supaya pesan dapat tersampaikan dengan baik namun tidak membuat sign tampak monoton dan membosankan, desain tiap banner dibuat berbeda-beda menurut aneka ragam masakan dari berbagai negara di dunia.

(21)

- Beberapa contoh sign di dalam ruangan di Supermall/PTC. Dua sign paling atas adalah sign yang terdapat di PTC sebagai penunjuk arah untuk wilayah dan fasilitas umum. Dua sign di bawahnya adalah penunjuk arah yang terdapat di Supermall. Sign di kiri bawah adalah penunjuk fasilitas umum dengan menggunakan piktogram. Sign di kanan bawah adalah penunjuk arah sekaligus fasilitas umum.

(22)

- Beberapa piktogram yang terdapat di Supermall/PTC sebagai penunjuk fasilitas umum yang terdapat di dinding dekat pintu kedatangan. Piktogram di bawah ini menunjukkan lokasi kamar mandi untuk pria, kamar mandi untuk wanita, dan tempat beribadah untuk pemeluk agama Islam.

Gambar 3.19. Piktogram penunjuk fasilitas umum di Supermall/PTC

- Sign penanda wilayah yang terletak di atas pintu masuk kawasan yang dimaksud. Penunjuk pusat penjualan furniture/perabot rumah di Supermall/PTC ini sekaligus juga berfungsi sebagai media beriklan untuk menampilkan berbagai nama tenant yang turut bergabung di dalamnya.

(23)

Gambar 3.20. Sign penunjuk wilayah pusat furniture di Supermall/PTC

3.2.1.2. Gambar Sign Di Tunjungan Plaza (TP)

Berikut ini beberapa foto sign yang terdapat di Tunjungan Plaza (TP); - Beberapa sign yang terdapat di area parkir Tunjungan Plaza (TP).

Petunjuk pintu masuk menuju area perbelanjaan menggunakan neonbox supaya mudah dikenali meskipun dari jarak yang jauh. Beberapa petunjuk lain seperti petunjuk lantai, penunjuk arah di tanjakan, dan penunjuk nama pusat perbelanjaan dibuat dengan mengecat dinding. Hal ini tidak terlalu susah dilakukan karena bentuknya sederhana, bisa dilakukan dengan menggunakan teknik sablon. Petunjuk arah yang biasanya diletakkan di dinding sebelah atas, dekat langit-langit menggunakan sticker untuk keseragaman.karena bentuknya tidak terlalu sederhana namun dibutuhkan dalam jumlah banyak untuk diletakkan di berbagai tempat.

(24)

Gambar 3.21. Foto sign di tempat parkir Tunjungan Plaza (TP)

- Untuk menghemat ruang, komputer digunakan sebagai pengganti direktori dan papan petunjuk informasi. Selain lebih ringkas, komputer juga dapat memuat berbagai data sehingga dapat berfungsi sebagai pusat informasi yang merangkap fungsi dari siteplan/sitemap, penunjuk lokasi toko-toko, dan lain sebagainya.

(25)

atas dan gambar di kiri tengah merupakan sign yang terdapat di TP 4. Tanda di tengah kanan terdapat di TP 1 dan TP 2, perbedaan ciri khas yang dapat dilihat adalah penggunaan elemen grafis berupa gambar dua pita yang juga merupakan sebagai bagian dari identitas korporatnya. Gambar paling bawah adalah sign di TP 3 yang bentuk dan warnanya jauh berbeda dibanding tanda di area TP yang lainnya. Kesamaannya, semua sign ini berupa neonbox dan diletakkan secara menempel di atap (ceiling mounted).

(26)

- Sign berupa larangan, peringatan, dan pemberitahuan ini menggunakan media berupa sticker. Dua tanda larangan diletakkan secara bergantian di sepanjang kaca pembatas balkon. Tanda peringatan diletakkan di kaca di dekat eskalator sesuai dengan isi pesan. Tanda pemberitahuan diletakkan di tiap-tiap pintu kaca penghubung area parkir dan pusat perbelanjaan.

Gambar 3.24. Berbagai sticker sebagai sign di Tunjungan Plaza (TP)

- Penunjuk lantai di TP juga berbeda menurut areanya. Gambar di sebelah kiri adalah penunjuk lantai di TP 4 yang menggunakan angka polos. Gambar di sebelah kanan adalah penunjuk lantai yang dapat terletak di TP 2. Petunjuk lantai berupa angka dengan tambahan elemen grafis berupa pita berwarna kuning yang merupakan bagian dari identitas korporatnya.

(27)

Gambar 3.25. Penunjuk lantai di Tunjungan Plaza (TP)

- Sign yang unik ini adalah penunjuk wilayah yang diletakkan di dekat lift yang menuju ke wilayah pusat makanan. Selain berfungsi sebagai penunjuk arah dan penunjuk wilayah, sign ini juga merupakan media promosi yang mengiklankan tempat-tempat makan yang terletak di wilayah yang ditunjuk oleh sign tersebut.

(28)

Berikut ini beberapa foto sign yang terdapat di Surabaya Plaza (SP);

- Sign ini terdapat di area parkir Surabaya Plaza (TP). Petunjuk lantai dibuat dengan mengecat dinding. Hal ini tidak terlalu susah dilakukan karena bentuknya sederhana dan jumlahnya tidak banyak. Bisa dilakukan dengan menggunakan teknik sablon. Perbedaan warna dilakukan agar sign mudah terlihat baik di siang maupun malam hari dengan kondisi pencahayaan area parkir yang minim. Selain itu, pewarnaan ini juga merupakan bagian dari image yang hendak ditampilkan oleh SP.

Gambar 3.27. Foto sign di tempat parkir Surabaya Plaza (SP)

- Sign ini terletak di koridor terbuka yang menghubungkan area parkir dan area perbelanjaan di Surabaya Plaza. Sign ini terletak di atas pintu yang menuju ke area parkir. Dapat dilihat penggunaan warnanya disesuaikan dengan warna image SP.

(29)

Gambar 3.28. Sign di koridor menuju ke tempat parkir Surabaya Plaza (SP)

- Beberapa ceiling mounted sign yang terdapat di berbagai area di Surabaya Plaza (SP) ini berfungsi sebagai penunjuk fasilitas umum. Dibuat menggunakan material yang tipis dan tidak diberi penerangan sehingga tidak bercahaya.

(30)

Berikut ini analisa dari data-data yang berhasil dikumpulkan dari hasil penyebaran angket kepada para 100 orang responden dengan berbagai varian jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan tempat tinggal. Pengambilan sampel dilakukan secara acak terhadap responden yang termasuk dalam keriteria berikut ini; berjenis kelamin laki-laki atau perempuan, berusia 15 tahun atau lebih, berdomisili di kota Surabaya, dan pernah berkunjung ke tiga pusat perbelanjaan yang menjadi kompetitor yaitu, Tunjungan Plaza (TP), Surabaya Plaza (SP), dan Supermall/Pakuwon Trade Center (PTC).

1. Jenis kelamin responden

Tabel 3.1. Jenis kelamin responden Jenis Kelamin Jumlah Responden

Laki-laki 30 orang Perempuan 70 orang 30% 70% Laki-laki Perempuan Asumsi:

Dapat dilihat bahwa jumlah responden perempuan jauh lebih banyak jumlahnya, yaitu sebanyak 70%, dibanding dengan responden laki-laki yang sebesar 30%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengunjung pusat perbelanjaan didominasi oleh kaum perempuan. Meskipun ada pula responden

(31)

frekuensinya nya tidak sebanyak responden perempuan.

2. Usia responden

Tabel 3.2. Usia responden

Usia Jumlah Responden

15-20 tahun 25 orang 21-25 tahun 45 orang 26-30 tahun 20 orang > 30 tahun 10 orang 25% 45% 20% 10% 15-20 tahun 20-25 tahun 25-30 tahun > 30 tahun Asumsi:

Melihat diagram di atas, dapat diketahui bahwa para responden sebagian besar berusia 21-25 tahun, yaitu sebesar 45%. Ini menunjukkan bahwa pengunjung pusat perbelanjaan sebagian besar berusia 21-25 yang merupakan usia di mana responden umumnya telah memiliki mobilitas dan keuangan yang mencukupi sehingga mudah untuk pergi ke pusat perbelanjaan. Usia di bawah itu biasanya kurang memiliki mobilitas dengan keuangan yang lebih terbatas. Sedangkan pada responden yang berusia lebih dari 25 tahun dapat dilihat kecenderungan bahwa semakin bertambah usia, semakin jarang orang untuk berkunjung ke pusat perbelanjaan, usia 26-30 tahun sebanyak 20% responden dan

(32)

kesibukan di dunia kerja dan perubahan gaya hidup yang mengiringi pertambahan usia.

3. Pekerjaan responden

Tabel 3.3. Pekerjaan responden

Pekerjaan Jumlah Responden

Pelajar 20 orang

Mahasiswa 51 orang

Pegawai swasta 19 orang

Lainnya 10 orang 20% 51% 19% 10% Pelajar Mahasiswa Pegawai swasta Lainnya Asumsi:

Sebagian besar responden berstatus sebagai mahasiswa, yaitu sebesar 51%. Hal ini dikarenakan mahasiswa memiliki fleksibilitas waktu yang jauh lebih tinggi daripada pelajar dan pegawai sehingga memudahkan mahasiswa dalam berkunjung ke pusat perbelanjaan. Mahasiswa yang dapat memakai pakaian bebas untuk pergi kuliah juga memiliki kebutuhan akan barang-barang lifestyle yang lebih tinggi sehingga mendorong mereka untuk lebih sering pergi ke pusat perbelanjaan, bukan hanya untuk jalan-jalan namun juga untuk berbelanja. Selain untuk membeli barang-barang lifestyle, kadang mahasiswa juga butuh pergi ke

(33)

perkuliahannya. Pelajar dan pegawai hanya bisa berkunjung ke pusat perbelanjaan di luar jam sekolah/kerja atau pada waktu liburan sehingga lebih terbatas. Responden yang tidak termasuk tiga kategori di atas ada yang merupakan ibu rumah tangga, wiraswasta, pekerja lepas, atau tidak bekerja.

4. Geografis responden

Tabel 3.4. Geografis responden

Geografis Jumlah Responden

Surabaya utara 12 orang

Surabaya barat 20 orang

Surabaya timur 34 orang

Surabaya selatan 34 orang 12% 20% 34% 34% Surabaya utara Surabaya barat Surabaya timur Surabaya selatan Asumsi:

Sebagian besar responden bertempat tinggal di daerah Surabaya timur dan Surabaya selatan, masing-masing sebesar 34%. Responden yang berasal dari Surabaya barat sebanyak 20% dan responden yang berasal dari Surabaya utara sebanyak 12%. Hal ini dikarenakan kondisi geografis kompetitor yang lebih mudah dicapai dari Surabaya timur dan Surabaya selatan. Responden yang berasal dari Surabaya barat biasanya pergi ke pusat perbelanjaan kompetitor yang terletak

(34)

Diagram 3.5. Kegiatan reponden di waktu senggang kompetitor.

5. Kegiatan reponden di waktu senggang

Tabel 3.5. Kegiatan reponden di waktu senggang Jenis Kegiatan Jumlah Responden

Membaca 20 orang Jalan-jalan 12 orang Menonton TV 38 orang Tidur 16 orang Lain-lain 14 orang Asumsi:

Ternyata sebagian besar responden yang berkunjung ke pusat perbelanjaan tidak menjadikan hal tersebut sebagai kegiatan utama mereka di waktu senggang. Sebanyak 38% responden lebih memilih untuk menonton TV. Bahkan lebih banyak responden yang memilih membaca dan tidur sebagai aktivitas yang dilakukan di waktu senggangnya yaitu sebesar 20% dan 16%. Hanya 12% responden yang menghabiskan waktu senggangnya dengan berjalan-jalan. 14% responden yang menjawab lainnya menghabiskan waktu senggangnya dengan bermain game, mendengarkan musik, dan online internet. Hal ini bisa berarti dua

20% 12% 38% 16% 14% Mem baca Jalan-jalan Menonton TV Tidur Lain-lain

(35)

Diagram 3.6. Pengeluaran responden dalam sebulan

pilihan utama responden untuk menghabiskan waktu senggangnya, atau kemungkinan kedua, responden tidak menganggap waktu untuk pergi ke pusat perbelanjaan sebagai waktu luang.

6. Pengeluaran responden dalam sebulan

Tabel 3.6. Pengeluaran responden dalam sebulan Jumlah Pengeluaran Jumlah Responden

< 500 ribu 38 orang

500 ribu – 1 juta 38 orang

1 juta – 2 juta 18 orang

> 2 juta 6 orang

Asumsi:

Sebagian besar responden membelanjakan tidak lebih dari satu juta. Sebanyak 38% responden membelanjakan kurang dari 500.000 rupiah setiap bulannya. 38% responden lainnya berbelanja antara 500.000 hingga 1.000.000 rupiah setiap bulannya. Pengeluaran sebesar 1.000.000 hingga 2.000.000 rupiah tiap bulan dilakukan oleh 18% responden. Sisanya sebanyak 6% responden pengeluaran setiap bulannya lebih dari 2.000.000 rupiah.

38% 38% 18% 6% < 500 ribu 500 ribu – 1 juta 1 juta – 2 juta > 2 juta

(36)

Diagram 3.7. Frekuensi rata-rata dalam sebulan responden berkunjung ke pusat perbelanjaan

Tabel 3.7. Frekuensi rata-rata dalam sebulan responden berkunjung ke pusat perbelanjaan

Frekuensi Jumlah Responden

<1 x 14 orang

1-2 x 36 orang

3-4 x 28 orang

>4 x 22 orang

Asumsi:

Dalam sebulan, sebagian besar responden rata-rata mengunjungi pusat perbelanjaan sebanyak 1 hingga 2 kali, yaitu sebanyak 36%. Mayoritas kedua, 28% responden mengunjungi pusat perbelanjaan sebanyak 3 hingga 4 kali sebulan. 22% responden mengunjungi pusat perbelanjaan sebanyak lebih dari 4 kali sebulan. Sisanya sebesar 14% responden rata-rata dalam sebulan mengunjungi pusat perbelanjaan sebanyak kurang dari satu kali.

14% 36% 28% 22% < 1 x 1-2 x 3-4 x >4 x

(37)

Diagram 3.8. Tujuan utama responden berkunjung ke pusat perbelanjaan Tabel 3.8. Tujuan utama responden berkunjung ke pusat perbelanjaan

Tujuan Jumlah Responden

Berbelanja 36 orang

Jalan-jalan 54 orang

Bertemu teman 0 orang

Lainnya 10 orang

Asumsi:

Lebih dari separuh responden mendatangi pusat perbelanjaan ternyata dengan tujuan untuk berjalan-jalan, yaitu sebanyak 54%. Hanya 36% responden yang datang ke pusat perbelanjaan dengan tujuan untuk berbelanja. Tidak ada satupun responden menjadikan pusat perbelanjaan sebagai tempat pertemuan dengan teman. 10% responden yang menjawab lainnya, mengunjungi pusat perbelanjaan dengan tujuan untuk mengantarkan/menemani pacar/teman, fitness, dan mencari tempat makan atau kafe.

36% 54% 0% 10% Berbelanja Jalan-jalan Bertem u teman Lainnya

(38)

Tabel 3.9. Kebiasaan dalam berbelanja

Kebiasaan dalam berbelanja Jumlah Responden Membeli barang yang dibutuhkan 52 orang Membeli barang yang diinginkan 48 orang

52%

48% Membeli barang yangdibutuhkan

Membeli barang yang diinginkan

Asumsi:

Sebagian besar responden dalam berbelanja lebih memilih untuk membeli barang yang dibutuhkan, yaitu sebanyak 52%. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden membelanjakan uangnya secara tepat guna dan tidak melakukan pemborosan yaitu dengan membeli barang-barang yang dibutuhkan. Dalam jumlah yang tidak berbeda terlalu jauh, yaitu sebanyak 48% responden memiliki kebiasaan untuk membeli barang yang diinginkan ketika berbelanja. Hal ini menunjukkan bahwa 48% responden memiliki sifat konsumtif dengan lebih memilih untuk menuruti keinginannya dalam membeli barang dan bukan berdasarkan kebutuhan.

(39)

perbelanjaan

Tabel 3.10. Frekuensi rata-rata dalam sebulan responden berkunjung ke tiap pusat perbelanjaan

Frekuensi TP SP PTC

<1 x 26 orang 78 orang 46 orang 1-2 x 50 orang 22 orang 32 orang

3-4 x 16 orang 0 orang 16 orang

>4 x 8 orang 0 orang 6 orang

26 50 16 8 78 22 0 0 46 32 16 6 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 <1 x 1-2 x 3-4 x >4 x TP SP PTC Asumsi:

Sebagian besar responden berkunjung ke TP sebanyak 1 hingga 2 kali dalam sebulan yaitu sebesar 50% responden. Dalam berbelanja ke SP dan PTC, sebagian besar responden melakukannya kurang dari satu kali dalam sebulan yaitu sebanyak 78% responden untuk SP dan 46% responden untuk PTC. Diagram di atas menunjukkan bahwa TP merupakan pusat perbelanjaan yang paling sering dikunjungi oleh sebagian besar responden dalam sebulan. Sebaliknya, SP merupakan pusat perbelanjaan yang paling jarang dikunjungi oleh sebagian besar

Diagram 3.10. Frekuensi rata-rata dalam sebulan responden berkunjung ke tiap pusat perbelanjaan

(40)

dari mereka yang bertempat tinggal di Surabaya Barat.

11. Responden mengalami kesulitan menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir pusat perbelanjaan ketika pertama kali berkunjung ke tempat tersebut

Tabel 3.11. Responden mengalami kesulitan menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir pusat perbelanjaan ketika pertama kali berkunjung ke tempat

tersebut

Kesulitan TP SP PTC

Ya 24 orang 24 orang 46 orang

Tidak 76 orang 76 orang 54 orang

24 76 24 76 46 54 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Ya Tidak TP SP PTC Asumsi:

Sebanyak 24% responden mengalami kesulitan untuk menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir TP dan SP ketika pertama kali berkunjung ke tempat tersebut. Lebih banyak lagi responden yang mengalami kesulitan untuk menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir PTC ketika pertama kali berkunjung ke tempat tersebut.

Diagram 3.11. Responden mengalami kesulitan menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir pusat perbelanjaan ketika pertama kali berkunjung

(41)

Tabel 3.12. Alasan responden mengalami kesulitan menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir pusat perbelanjaan ketika pertama kali berkunjung ke

tempat tersebut

Kesulitan TP SP PTC

Tanda yang dipasang terlalu kecil 6 orang 0 orang 4 orang Tanda yang dipasang kurang terbaca 0 orang 2 orang 2 orang Tanda yang dipasang tidak ada/sedikit 14 orang 6 orang 22 orang Tanda yang dipasang kurang dapat

dimengerti

0 orang 2 orang 2 orang

Tanda yang dipasang kurang terlihat 2 orang 2 orang 8 orang

Lainnya 2 orang 12 orang 8 orang

6 0 14 0 2 2 0 2 6 2 2 12 4 2 22 2 8 8 0 5 10 15 20 25

Terlalu kecil Kurang Terbaca Tidak ada/sedikit Kurang dapat dimengerti Kurang terlihat Lainnya TP SP PTC Asumsi:

Sebagian besar responden yang mengalami kesulitan untuk menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir TP, SP, dan PTC ketika pertama kali berkunjung ke tempat tersebut dikarenakan tidak ada atau kurangnya tanda yang dapat membantu mereka dalam hal tersebut, yaitu sebanyak 14% untuk TP, 6% untuk SP, dan 22% untuk PTC. 2% responden yang menjawab lainnya mengalami Diagram 3.12. Alasan responden mengalami kesulitan menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir pusat perbelanjaan ketika pertama kali berkunjung

(42)

membuat responden kebingungan. 12% responden yang menjawab lainnya mengalami kesulitan untuk menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir SP karena belum terbiasa dan jalur masuknya yang tidak jelas. 8% responden yang menjawab lainnya mengalami kesulitan untuk menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir PTC karena belum terbiasa dan loket karcisnya kurang terlihat dari luar.

11b. Alasan bila menjawab tidak

Tabel 3.13. Alasan responden tidak mengalami kesulitan menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir pusat perbelanjaan ketika pertama kali berkunjung

ke tempat tersebut

Kesulitan TP SP PTC

Tanda yang dipasang berukuran besar 2 orang 12 orang 4 orang Tanda yang dipasang jelas terbaca 20 orang 20 orang 20 orang Tanda yang dipasang banyak 10 orang 10 orang 12 orang Tanda yang dipasang mudah dimengerti 16 orang 12 orang 12 orang Tanda yang dipasang jelas terlihat 6 orang 8 orang 2 orang

Lainnya 22 orang 14 orang 4 orang

4 20 10 16 6 22 12 20 10 12 8 14 4 20 12 12 2 4 0 5 10 15 20 25 Ukuran besar Jelas terbaca Banyak jumlahnya Mudah dimengerti Jelas terlihat Lainnya TP SP PTC

Diagram 3.13. Alasan responden tidak mengalami kesulitan menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir pusat perbelanjaan ketika pertama kali

(43)

Sebagian besar responden yang tidak mengalami kesulitan untuk menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir TP, SP, dan PTC ketika pertama kali berkunjung ke tempat tersebut, yaitu sebanyak masing-masing 20% responden, dikarenakan tanda yang ada telah jelas terbaca sehingga memudahkan responden. 22% responden yang menjawab lainnya, tidak mengalami kesulitan untuk menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir TP karena letak pintu masuknya sudah jelas, pergi bersama oleh orang yang sudah mengerti, dan mengikuti mobil lainnya. 14% responden yang menjawab lainnya, tidak mengalami kesulitan untuk menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir SP karena diantar/tidak membawa kendaraan sendiri. 8% responden yang menjawab lainnya, tidak mengalami kesulitan untuk menemukan pintu masuk dari jalan menuju area parkir PTC karena pergi bersama oleh orang yang sudah mengerti serta jalur masuknya besar dan sudah jelas.

12. Responden mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan di tempat parkir

Tabel 3.14. Responden mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan di tempat parkir

Kesulitan TP SP PTC

Ya 10 orang 24 orang 50 orang

Tidak 90 orang 68 orang 50 orang

10 90 24 68 50 50 0 20 40 60 80 100 Ya Tidak TP SP PTC

(44)

Hanya 10% responden yang mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan di tempat parkir TP. Responden yang mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan di tempat parkir SP sebesar 24%. Dan responden yang yang mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan di tempat parkir PTC sama banyaknya dengan yang tidak mengalami kesulitan, yaitu sebesar 50%.

12a. Alasan bila menjawab ya

Tabel 3.15. Alasan responden mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan di tempat parkir

Kesulitan TP SP PTC

Tanda yang dipasang terlalu kecil 2 orang 0 orang 2 orang Tanda yang dipasang kurang terbaca 0 orang 2 orang 6 orang Tanda yang dipasang tidak ada/sedikit 4 orang 8 orang 16 orang Tanda yang dipasang kurang dapat

dimengerti

0 orang 8 orang 12 orang

Tanda yang dipasang kurang terlihat 4 orang 0 orang 4 orang

Lainnya 0 orang 6 orang 10 orang

2 0 4 0 4 0 0 2 8 8 0 6 2 6 16 12 4 10 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18

Terlalu kecil Kurang Terbaca Tidak ada/sedikit Kurang dapat dimengerti Kurang terlihat Lainnya TP SP PTC Diagram 3.15. Alasan responden mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan

(45)

Responden yang mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan di tempat parkir TP sebagian besar karena tidak ada atau kurangnya tanda serta kurang terlihatnya tanda yang ada, yaitu sebanyak masing-masing 4%. Responden yang mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan di tempat parkir SP sebagian besar karena tidak ada atau kurangnya tanda serta tanda yang ada kurang dapat dimengerti, yaitu sebanyak masing-masing 8%. Responden yang mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan di tempat parkir PTC sebagian besar karena tidak ada atau kurangnya tanda, yaitu sebanyak 16%. 6% responden yang menjawab lainnya, mengalami kesulitan untuk menentukan alur kendaraan di tempat parkir SP karena belum terbiasa dan jalur yang tidak jelas. 10% responden yang menjawab lainnya mengalami kesulitan untuk menentukan alur kendaraan di tempat parkir PTC karena belum terbiasa dan kurangnya petugas.

12b. Alasan bila menjawab tidak

Tabel 3.16. Alasan responden tidak mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan di tempat parkir

Kesulitan TP SP PTC

Tanda yang dipasang berukuran besar 10 orang 8 orang 2 orang Tanda yang dipasang jelas terbaca 20 orang 26 orang 26 orang Tanda yang dipasang banyak 10 orang 8 orang 10 orang Tanda yang dipasang mudah dimengerti 14 orang 10 orang 6 orang Tanda yang dipasang jelas terlihat 14 orang 6 orang 4 orang

(46)

10 20 10 14 14 22 8 26 8 10 6 18 2 26 10 6 4 2 0 5 10 15 20 25 30 Ukuran besar Jelas terbaca Banyak jumlahnya Mudah dimengerti Tidak tertutup benda lain Lainnya TP SP PTC Asumsi:

Responden yang tidak mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan di tempat parkir TP, SP, dan PTC sebagian besar karena tanda yang ada sudah jelas terbaca, yaitu sebanyak 20% responden untuk TP, dan masing-masing 26% responden untuk PTC. 22% yang menjawab lainnya tidak mengalami kesulitan untuk menentukan alur kendaraan di tempat parkir TP karena jalurnya jelas, sudah terbiasa, diantar oleh orang yang sudah mengerti, dan mengikuti mobil di depan. 18% yang menjawab lainnya, tidak mengalami kesulitan untuk menentukan alur kendaraan di tempat parkir SP karena sudah terbiasa, diantar oleh orang yang sudah mengerti, dan mengikuti mobil di depan. 2% yang menjawab lainnya tidak mengalami kesulitan untuk menentukan alur kendaraan di tempat parkir PTC karena diantar oleh orang yang sudah mengerti.

13. Responden mengalami kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir

Tabel 3.17. Alasan responden tidak mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan di tempat parkir

Kesulitan TP SP PTC

Ya 14 orang 28 orang 34 orang

Tidak 86 orang 72 orang 66 orang

Diagram 3.16. Alasan responden tidak mengalami kesulitan menentukan alur kendaraan di tempat parkir

(47)

14 86 28 72 34 66 0 20 40 60 80 100 Ya Tidak TP SP PTC Asumsi:

Hanya 14% responden yang mengalami kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir TP. Responden yang mengalami kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir SP sebesar 28%. Dan responden yang kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir PTC sebesar 34%.

13a. Alasan bila menjawab ya

Tabel 3.18. Alasan responden mengalami kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir

Kesulitan TP SP PTC

Tanda yang dipasang terlalu kecil 0 orang 2 orang 2 orang Tanda yang dipasang kurang terbaca 2 orang 6 orang 0 orang Tanda yang dipasang tidak ada/sedikit 12 orang 14 orang 24 orang Tanda yang dipasang kurang dapat

dimengerti

0 orang 4 orang 4 orang

Tanda yang dipasang kurang terlihat 0 orang 2 orang 0 orang

Lainnya 0 orang 0 orang 4 orang

Diagram 3.17. Responden mengalami kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir

(48)

0 2 12 0 0 0 2 6 14 4 2 0 2 0 24 4 0 4 0 5 10 15 20 25 30

Terlalu kecil Kurang Terbaca Tidak ada/sedikit Kurang dapat dimengerti Kurang terlihat Lainnya TP SP PTC Asumsi :

Responden yang mengalami kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir TP, SP, dan PTC sebagian besar karena tidak ada atau kurangnya tanda, yaitu sebanyak masing-masing 12% untuk TP, 14% untuk SP, dan 24% untuk PTC. 4% responden yang menjawab lainnya, mengalami kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir PTC karena belum terbiasa, tempat parkir yang terlalu luas dan kurangnya petugas.

13b. Alasan bila menjawab tidak

Tabel 3.19. Alasan responden tidak mengalami kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir

Kesulitan TP SP PTC

Tanda yang dipasang berukuran besar 6 orang 10 orang 6 orang Tanda yang dipasang jelas terbaca 24 orang 22 orang 22 orang Tanda yang dipasang banyak 4 orang 6 orang 12 orang Tanda yang dipasang mudah dimengerti 16 orang 10 orang 10 orang Tanda yang dipasang jelas terlihat 12 orang 10 orang 10 orang

Lainnya 24 orang 14 orang 6 orang

Diagram 3.18. Alasan responden mengalami kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir

(49)

6 20 4 16 12 24 10 22 6 10 10 14 6 22 12 10 10 6 0 5 10 15 20 25 30 Ukuran besar Jelas terbaca Banyak jumlahnya Mudah dimengerti

Jelas terlihat Lainnya

TP SP PTC

Asumsi:

Responden yang tidak mengalami kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir TP, SP, dan PTC sebagian besar karena tanda yang ada jelas terbaca, yaitu sebanyak 20% responden untuk TP dan masing-masing 22% responden untuk SP dan PTC. 24% yang menjawab lainnya, tidak mengalami kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir TP karena letak pintu masuknya sudah jelas, dan sudah terbiasa. 14% yang menjawab lainnya, tidak mengalami kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir SP karena pergi bersama oleh orang yang sudah mengerti dan sudah terbiasa. 6% yang menjawab lainnya, tidak mengalami kesulitan menemukan pintu masuk menuju pusat perbelanjaan dari tempat parkir PTC karena pergi bersama orang yang sudah mengerti.

14. Responden mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar keluar dari pusat perbelanjaan

Tabel 3.20. Responden mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari pusat perbelanjaan

Kesulitan TP SP PTC

Ya 16 orang 18 orang 36 orang

Tidak 84 orang 84 orang 64 orang Diagram 3.19. Alasan responden tidak mengalami kesulitan menemukan pintu

(50)

16 84 18 84 36 64 0 20 40 60 80 100 Ya Tidak TP SP PTC Asumsi:

Hanya 16% responden yang mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari TP. Responden yang mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari SP juga hanya sebesar 18% responden. Dan responden yang mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari PTC sebesar 36% responden.

14a. Alasan bila menjawab ya

Tabel 3.21. Alasan responden mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari pusat perbelanjaan

Kesulitan TP SP PTC

Tanda yang dipasang terlalu kecil 4 orang 2 orang 2 orang Tanda yang dipasang kurang terbaca 0 orang 0 orang 4 orang Tanda yang dipasang tidak ada/sedikit 6 orang 6 orang 20 orang Tanda yang dipasang kurang dapat

dimengerti

2 orang 4 orang 6 orang

Tanda yang dipasang kurang terlihat 2 orang 2 orang 0 orang

Lainnya 2 orang 2 orang 4 orang

Diagram 3.20. Responden mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari pusat perbelanjaan

(51)

4 0 6 2 2 2 2 0 6 4 2 2 2 4 20 6 0 4 0 5 10 15 20 25 Terlalu kecil Kurang Terbaca Tidak ada/sedikit Kurang dapat dimengerti Kurang terlihat Lainnya TP SP PTC Asumsi:

Responden yang mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dariTP, SP, dan PTC sebagian besar karena tidak ada atau kurangnya tanda, yaitu sebanyak masing-masing 6% responden untuk TP dan SP, dan 20% responden untuk PTC. 2% responden yang menjawab lainnya, mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari TP karena TP sangat luas. 2% responden yang menjawab lainnya, mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari SP karena karena belum terbiasa. 4% responden yang menjawab lainnya, mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dariPTC karena jalurnya membingungkan.

14b. Alasan bila menjawab tidak

Tabel 3.22. Alasan responden tidak mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari pusat perbelanjaan

Kesulitan TP SP PTC

Tanda yang dipasang berukuran besar 4 orang 8 orang 6 orang Tanda yang dipasang jelas terbaca 26 orang 18 orang 22 orang Tanda yang dipasang banyak 16 orang 10 orang 10 orang Tanda yang dipasang mudah dimengerti 12 orang 14 orang 6 orang Tanda yang dipasang jelas terlihat 6 orang 14 orang 8 orang

Lainnya 18 orang 20 orang 12 orang

Diagram 3.21. Alasan responden mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari pusat perbelanjaan

(52)

4 26 16 12 6 18 8 18 10 14 14 20 6 22 10 6 8 12 0 5 10 15 20 25 30 Ukuran besar Jelas terbaca Banyak jumlahnya Mudah dimengerti Jelas terlihat Lainnya TP SP PTC Asumsi:

Responden yang tidak mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari TP, SP, dan PTC sebagian besar karena tanda yang ada jelas terbaca, yaitu sebanyak 26% responden untuk TP, 18% responden untuk SP, dan 22% responden untuk PTC. 18% responden yang menjawab lainnya, tidak mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari TP karena letaknya sudah jelas, pergi bersama oleh orang yang sudah mengerti, dan sudah terbiasa. 20% responden yang menjawab lainnya, tidak mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari SP karena sudah terbiasa dan karena letaknya sudah jelas. 12% responden yang menjawab lainnya, tidak mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari PTC karena sudah terbiasa dan pergi bersama oleh orang yang sudah mengerti.

15. Responden mengalami kesulitan dalam menemukan toko yang hendak dituju

Tabel 3.23. Responden mengalami kesulitan dalam menemukan toko yang hendak dituju

Kesulitan TP SP PTC

Ya 62 orang 56 orang 52 orang

Tidak 38 orang 44 orang 48 orang

Diagram 3.22. Alasan responden tidak mengalami kesulitan ketika mencari jalan keluar dari pusat perbelanjaan

(53)

62 38 56 44 52 48 0 20 40 60 80 Ya Tidak TP SP PTC Asumsi:

Lebih dari separuh responden mengalami kesulitan dalam menemukan toko yang hendak dituju di semua pusat perbelanjaan kompetitor. 62% responden mengalami kesulitan dalam menemukan toko yang hendak dituju di TP, 56% responden mengalami hal yang sama di SP, dan 52% responden mengalami kesulitan tersebut di PTC.

15a. Alasan bila menjawab ya

Tabel 3.24. Alasan responden mengalami kesulitan dalam menemukan toko yang hendak dituju

Kesulitan TP SP PTC

Tanda yang dipasang terlalu kecil 4 orang 0 orang 0 orang Tanda yang dipasang kurang terbaca 6 orang 0 orang 2 orang Tanda yang dipasang tidak ada/sedikit 34 orang 34 orang 22 orang Tanda yang dipasang kurang dapat

dimengerti

0 orang 4 orang 2 orang

Tanda yang dipasang kurang terlihat 2 orang 4 orang 2 orang

Lainnya 16 orang 14 orang 24 orang

Diagram 3.23. Responden mengalami kesulitan dalam menemukan toko yang hendak dituju

(54)

4 6 34 0 2 16 0 0 34 4 4 14 0 2 22 2 2 24 0 5 10 15 20 25 30 35 40 Terlalu kecil Kurang Terbaca Tidak ada/sedikit Kurang dapat dimengerti Kurang terlihat Lainnya TP SP PTC Asumsi:

Responden yang kesulitan menemukan toko yang hendak dituju sebagian besar karena tidak ada atau kurangnya tanda, yaitu sebanyak masing-masing 34% untuk TP dan SP, dan 22% untuk PTC. 16% yang menjawab lainnya, kesulitan menemukan toko yang hendak dituju di TP karena tidak terbiasa, TP sangat luas, serta letak toko-tokonya tersebar. 14% yang menjawab lainnya, kesulitan menemukan toko yang hendak dituju di SP karena tidak terbiasa dan interior SP yang berlorong-lorong sehingga membingungkan. 24% yang menjawab lainnya, kesulitan menemukan toko yang hendak dituju diPTC karena tidak terbiasa.

15b. Alasan bila menjawab tidak

Tabel 3.25. Alasan responden tidak mengalami kesulitan dalam menemukan toko yang hendak dituju

Kesulitan TP SP PTC

Tanda yang dipasang berukuran besar 6 orang 2 orang 6 orang Tanda yang dipasang jelas terbaca 10 orang 18 orang 12 orang Tanda yang dipasang banyak 4 orang 2 orang 12 orang Tanda yang dipasang mudah dimengerti 0 orang 0 orang 4 orang Tanda yang dipasang jelas terlihat 6 orang 6 orang 4 orang

Lainnya 12 orang 16 orang 10 orang

Diagram 3.24. Alasan responden mengalami kesulitan dalam menemukan toko yang hendak dituju

(55)

6 10 4 0 6 12 2 18 2 0 6 16 6 12 12 4 4 10 0 5 10 15 20 Ukuran besar Jelas terbaca Banyak jumlahnya Mudah dimengerti Jelas terlihat Lainnya TP SP PTC Asumsi:

Responden yang tidak kesulitan menemukan toko yang hendak dituju di TP, SP, dan PTC sebagian besar karena tanda yang ada jelas terbaca, yaitu sebanyak 10% responden untuk TP, 18% untuk SP, dan 12% untuk PTC. Sebanyak 12% responden juga tidak kesulitan menemukan toko yang hendak dituju di PTC karena tanda yang ada banyak jumlahnya. 12% yang menjawab lainnya, tidak kesulitan menemukan toko yang hendak dituju di TP karena pergi bersama oleh orang yang sudah mengerti, dan sudah terbiasa. 16% yang menjawab lainnya, tidak kesulitan menemukan toko yang hendak dituju di SP karena sudah terbiasa. 10% yang menjawab lainnya, tidak kesulitan menemukan toko yang hendak dituju di PTC karena letak toko-tokonya terkelompokkan, sudah terbiasa, dan ada toko-toko yang memasang iklan atau tandanya sendiri.

16. Responden mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum (kamar mandi, lift, telepon umum, dsb)

Tabel 3.26. Responden mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum

Kesulitan TP SP PTC

Ya 12 orang 38 orang 28 orang

Tidak 88 orang 62 orang 72 orang

Diagram 3.25. Alasan responden tidak mengalami kesulitan dalam menemukan toko yang hendak dituju

(56)

12 88 38 62 28 72 0 20 40 60 80 100 Ya Tidak TP SP PTC Asumsi:

Hanya 12% responden yang mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum di TP. Responden yang mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum di SP sebesar 38%. Dan responden yang mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum di PTC sebesar 28%.

16a. Alasan bila menjawab ya

Tabel 3.27. Alasan responden mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum

Kesulitan TP SP PTC

Tanda yang dipasang terlalu kecil 6 orang 0 orang 6 orang Tanda yang dipasang kurang terbaca 0 orang 0 orang 2 orang Tanda yang dipasang tidak ada/sedikit 6 orang 26 orang 10 orang Tanda yang dipasang kurang dapat

dimengerti

0 orang 6 orang 6 orang

Tanda yang dipasang kurang terlihat 0 orang 0 orang 0 orang

Lainnya 0 orang 6 orang 4 orang

(57)

6 0 6 0 0 0 8 0 26 6 0 6 2 2 10 6 0 4 0 5 10 15 20 25 30

Terlalu kecil Kurang Terbaca Tidak ada/sedikit Kurang dapat dimengerti Kurang terlihat Lainnya TP SP PTC Asumsi:

Responden yang mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum diTP, SP, dan PTC sebagian besar karena tidak ada atau kurangnya tanda, yaitu sebanyak 6% responden untuk TP, 26% untuk SP, dan 10% untuk PTC. Sebanyak 6% juga mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum di TP karena tanda yang ada terlalu kecil ukurannya. 6% yang menjawab lainnya, mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum di SP karena letaknya membingungkan. 4% yang menjawab lainnya, mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum diPTC karena tidak terbiasa, dan PTC sangat luas.

16b. Alasan bila menjawab tidak

Tabel 3.28. Alasan responden tidak mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum

Kesulitan TP SP PTC

Tanda yang dipasang berukuran besar 2 orang 8 orang 2 orang Tanda yang dipasang jelas terbaca 26 orang 18 orang 22 orang Tanda yang dipasang banyak 22 orang 10 orang 22 orang Tanda yang dipasang mudah dimengerti 6 orang 4 orang 10 orang Tanda yang dipasang jelas terlihat 18 orang 8 orang 12 orang

Lainnya 14 orang 14 orang 4 orang

Diagram 3.27. Alasan responden mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum

(58)

0 26 22 6 18 14 8 18 10 4 18 14 2 22 22 10 12 4 0 5 10 15 20 25 30 Ukuran besar Jelas terbaca Banyak jumlahnya Mudah dimengerti Jelas terlihat Lainnya TP SP PTC Asumsi:

Responden yang tidak mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum di TP, SP, dan PTC sebagian besar karena tanda yang ada jelas terbaca, yaitu sebanyak 26% responden untuk TP, 18% responden untuk SP, dan 22% responden untuk PTC. Sebanyak 22% responden juga tidak mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum di PTC karena tanda yang ada banyak jumlahnya. Masing-masing 14% responden yang menjawab lainnya, tidak mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum di TP dan SP karena sudah terbiasa dan pergi bersama oleh orang yang sudah mengerti. 4% responden yang menjawab lainnya, tidak mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum di PTC karena pergi bersama oleh orang yang sudah mengerti.

17. Ukuran tanda-tanda yang terdapat di pusat perbelanjaan menurut responden

Tabel 3.29. Ukuran tanda-tanda yang terdapat di pusat perbelanjaan menurut responden

Ukuran TP SP PTC Terlalu kecil 16 orang 22 orang 22 orang

Cukup 84 orang 58 orang 58 orang

Terlalu besar 0 orang 0 orang 0 orang

Diagram 3.28. Alasan responden tidak mengalami kesulitan dalam menemukan fasilitas umum

(59)

16 84 0 22 58 0 22 58 0 0 20 40 60 80 100 Terlalu kecil Cukup Terlalu besar TP SP PTC Asumsi:

Sebagian besar responden berpendapat bahwa ukuran tanda-tanda yang terdapat di pusat perbelanjaan kompetitor sudah pas, yaitu 84% responden untuk TP, dan masing-masing 58% responden untuk SP dan PTC. 16% berpendapat tanda di TP berukuran terlalu kecil. 22% berpendapat sama untuk masing-masing SP dan PTC. Tidak ada satupun yang berpendapat bahwa tanda-tanda yang terdapat di pusat perbelanjaan kompetitor berukuran terlalu besar.

18. Kejelasan tanda-tanda yang terdapat di pusat perbelanjaan menurut responden Tabel 3.30. Kejelasan tanda-tanda yang terdapat di pusat perbelanjaan menurut

responden

Kejelasan tanda TP SP PTC

Kurang dapat dimenegerti 12 orang 24 orang 28 orang Mudah dimengerti 88 orang 76 orang 72 orang 12 88 24 76 28 72 0 20 40 60 80 100 Kurang dapat dimenegerti Mudah dimengerti TP SP PTC

Diagram 3.29. Ukuran tanda-tanda yang terdapat di pusat perbelanjaan menurut responden

(60)

Asumsi:

Sebanyak 88% responden berpendapat bahwa tanda-tanda yang terdapat di TP mudah dimengerti. 76% responden berpendapat bahwa tanda-tanda yang terdapat di SP mudah dimengerti. Dan ada 72% responden yang berpendapat bahwa tanda-tanda yang terdapat di PTC mudah dimengerti. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum, tanda-tanda yang berada di pusat-pusat perbelanjaan kompetitor mudah dimengerti. TP merupakan pusat perbelanjaan yang tanda-tandanya paling mudah dimengerti oleh mayoritas responden.

19. Keterbacaan tanda-tanda di pusat perbelanjaan menurut responden

Tabel 3.31. Keterbacaan tanda-tanda di pusat perbelanjaan menurut responden

Keterbacaan tanda TP SP PTC

Sulit dibaca karena ukuran huruf 14 orang 6 orang 18 orang Sulit dibaca karena bentuk huruf 0 orang 2 orang 0 orang Sulit dibaca karena tata letak

huruf

8 orang 14 orang 6 orang

Mudah dibaca 78 orang 78 orang 76 orang

14 0 8 78 6 2 14 78 18 0 6 76 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Sulit dibaca karena ukuran huruf Sulit dibaca karena bentuk huruf Sulit dibaca karena tata letak huruf Mudah dibaca TP SP PTC

(61)

Sebagian besar responden berpendapat bahwa tanda-tanda di pusat-pusat perbelanjaan kompetitor mudah dibaca. Sebanyak 78% responden berpendapat demikian mengenai tanda-tanda yang terdapat di TP dan SP. Sedangkan responden yang berpendapat demikian mengenai PTC ada sebanyak 76%. 14% merasa bahwa tanda-tanda yang terdapat di TP sulit dibaca karena ukuran huruf, 6% merasa demikian untuk SP, dan untuk PTC ada 18% yang berpendapat sama. 8% berpendapat tanda-tanda yang berada di TP sulit dibaca karena tata letak huruf, 14% responden berpendapat demikian mengenai SP, dan 6% responden berpendapat demikian mengenai PTC. Ada 2% responden yang berpendapat bahwa tanda-tanda yang terdapat di SP sulit dibaca karena bentuk hurufnya.

20. Cara penulisan tanda yang menurut responden paling mudah dibaca

Tabel 3.32. Keterbacaan tanda-tanda di pusat perbelanjaan menurut responden Cara penulisan tanda Jumlah Responden

Huruf besar semua 80 orang

Huruf kecil semua 2 orang

Huruf besar di awal kata 10 orang Huruf besar di awal kalimat 8 orang

;

80% 2%

10% 8%

Huruf besar semua Huruf kecil semua Huruf besar di awal kata Huruf besar di awal kalimat

Asumsi:

Sebagian besar responden berpendapat bahwa cara penulisan tanda yang paling mudah dibaca menurut mereka adalah penulisan yang seluruhnya

(62)

berpendapat bahwa cara penulsan tanda yang paling mudah dibaca menurut mereka adalah penulisan dengan penggunaan huruf besar di awal kata. Ada 8% responden yang berpendapat bahwa cara penulsan tanda yang paling mudah dibaca menurut mereka adalah penulisan dengan penggunaan huruf besar di awal kalimat. Hanya ada 2% responden yang berpendapat bahwa cara penulisan tanda yang paling mudah dibaca menurut mereka adalah penulisan yang seluruhnya menggunakan huruf kecil.

21. Jenis tanda paling disukai responden

Tabel 3.33. Jenis tanda paling disukai responden Jenis tanda Jumlah Responden

Simbol saja 20 orang

Simbol dan teks 56 orang

Teks saja 14 orang

22%

62% 16%

Simbol saja Simbol dan teks Teks saja

Asumsi:

Lebih dari separuh responden menyukai tanda yang terdiri dari simbol dan teks, yaitu sebanyak 56%. Ada 20% responden yang menyukai tanda yang terdiri dari simbol saja. Sisanya sebanyak 14% responden menyukai tanda yang terdiri dari teks saja.

(63)

3.3.1. Analisa komparatif

Analisa komparatif akan dilakukan dengan membandingkan SWOT dari masing-masing kompetitor serta CITO sendiri. SWOT adalah kepanjangan dari Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat. Analisa SWOT merupakan analisa terhadap kelebihan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki atau dihadapi oleh objek penelitian. Dalam analisa SWOT ini yang akan dibahas adalah kelebihan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki atau dihadapi oleh pusat-pusat perbelanjaan kompetitor yang berhubungan dengan tanda-tanda yang terdapat pada pusat-pusat perbelanjaan kompetitor tersebut.

1. Strength(Kelebihan)

Kelebihan Tunjungan Plaza (TP) terletak di lokasinya yang berada di tengah kota sehingga mudah dijangkau dari seluruh wilayah Surabaya. TP merupakan pusat perbelanjaan kompetitor yang paling sering dikunjungi oleh mayoritas responden. Selain lokasinya yang strategis, TP juga memiliki areal perbelanjaan yang luas dan lengkap sehingga pengunjung dapat menemukan berbagai barang kebutuhannya dengan berbelanja di tempat ini.

TP merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang tertua yang masih exist di kota Surabaya sehingga telah memiliki banyak pengunjung yang setia. Mayoritas pengunjung TP tidak memiliki kesulitan menentukan arah baik untuk masuk dan keluar maupun selama berada di dalam lokasi. Selain faktor sign yang dianggap telah cukup jelas, mudah dibaca, dan berukuran pas, juga disebabkan karena banyak responden yng telah terbiasa berkunjung ke TP sehingga sudah hafal akan lokasi-lokasi di TP.

Kelebihan Surabaya Plaza (SP) juga terletak di lokasinya yang berada di tengah kota sehingga mudah dijangkau dari seluruh wilayah Surabaya. Selain itu, SP berdiri berdekatan dengan pusat pernelanjaan lain yaitu World Trade Center (WTC) Surabaya. Kedekatan ini tidak merugikan karena masing-masing memiliki segmentasi pengunjung yang berbeda. Sebaliknya kedekatan ini menjadi hubungan yang saling menguntungkan karena tak jarang pengunjung WTC sekaligus mengunjungi SP dan sebaliknya.

Gambar

Gambar 3.1. Perkiraan gambar bangunan pada lokasi
Gambar 3.14. Foto beberapa proyek lain yang dikerjakan oleh grup Lippo
Gambar 3.28. Sign di koridor menuju ke tempat parkir Surabaya Plaza (SP)
Diagram 3.7. Frekuensi rata-rata dalam sebulan responden berkunjung ke pusat perbelanjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kualitas semen ayam Kampung dan ayam Arab yang meliputi motilitas, viabilitas dan abnormalitas spermatozoa

Obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim alfa glukosidase didalam saluran #erna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia postprandial. Obat

Sistem komunikasi penyuluhan berbasis teknologi informasi atau media baru perlu menjadi perhatian penting, terutama untuk merangsang pengembangan minat petani muda

SAVE untuk menyimpan file data model karakter yang sudah diubah, menu ini berbeda dengan menu SAVE dan SAVE AS pada menu file dan khusus digunakan untuk menyimpan file data

Penataan berkas dalam sistem verbal ini ialah dari minut surat keluar, di dalamnya terdapat berkas-berkas yang berkaitan ( yang disebut juga dengan verbal), yang disatukan

Kasminta nalika wis rumangsa gedhe dheweke mberot metu saka kaluwargane Sali. Dheweke kepengin metu saka kono amarga kepengin golek hawa kamardikan. Kasminta ora gelem

Selama penyangraian terjadi perubahan fisiko-kimia dalam biji kakao yang ditandai dengan penurunan kadar air, terbentuknya aroma khas cokelat, penurunan rasa sepat, keping

Struktur organisasi proyek adalah susunan organisasi dibentuk untuk mengerjakan suatu proyek kerja pada perusahaan.Struktur organisasi proyek merupakan perwujudan