• Tidak ada hasil yang ditemukan

MACAM DAN URGENSI AMTSAL DALAM AL-QURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MACAM DAN URGENSI AMTSAL DALAM AL-QURAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MACAM DAN URGENSI

AMTSAL

DALAM AL-QURAN

Nurul Makrifah1

1STIT Al-Ibrohimy Galis Bangkalan ryfa93@gmail.com

Abstract

Al-Quran is a divine word that has a lot of beauty in it, both meaning and language. One of the beauty of the language is in terms of metaphorical content or called amtsal. Amtsal is like an expression of something that matches other expressions because of similarities. For this reason, the researcher aims to describe the types of Amtsal in the Quran, as well as the urgency of Amtsal in the Quran. Through descriptive methods and library research, it can be seen that there are several types in amtsal including al-amtsal al-musharahah, al-al-amtsal al-kaminah, and al-amtsal mursalah. While the urgency of amtsal in the quran includes the matsal drawing the image of the mumatsalah, amtsal serves as an invitation to be logical, an impulse to always do good, give encouragement and an attitude of love to do good, used to praise or to denounce something, then amtsal used to sharpen the power of human reasoning.

Keywords: Type, Urgency, Amtsal, Al-Quran

Abstrak

Al-Quran merupakan kalam Ilahi yang memiliki banyak keindahan di dalamnya, baik makna maupun bahasa. Salah satu keindahan bahasanya yaitu dari sisi kandungan metaforanya atau disebut amtsal. Amtsal adalah suatu ibarat sebuah ungkapan tentang sesuatu yang menyamai ungkapan lain karena adanya kesamaan. Oleh sebab ini peneliti bertujuan untuk mendesripsikan macam-macam Amtsal dalam Al-Quran, serta bagaimana urgensi adanya Amtsal dalam al-Quran. Melalui metode deskriptif dan penelitian kepustakaan, dapat diketahui bahwa terdapat beberapa macam dalam amtsal diantaranya al-amtsal al-musharahah, al-amtsal al-kaminah, dan amtsal mursalah.

Sedangkan urgensi adanya amtsal dalam al-quran diantaranya adalah matsal mendekatkan gambaran mumatsalah, amtsal berfungsi sebagai suatu ajakan agar berfkir logis, sebuah dorongan agar senantiasa berbuat baik, memberikan dorongan dan sikap gemar melakukan kebaikan, digunakan untuk memuji atau untuk mencela sesuatu perbuatan, kemudian amtsal digunakan untuk mempertajam daya nalar manusia.

(2)

Pendahuluan

Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT (kalamullah) yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW melalui ruhul Amin, malaikat Jibril untuk dijadikan pedoman hidup (way of life) bagi makhluknya di setiap ruang dan waktu (Makrifah, 2020). Al Qur’an QS. Al Baqarah:85 dan QS. al Isra’:9, juga secara eksplisit berfungsi sebagai Hudan li al Nas yang akan mengantarkan dan mengarahkan manusia ke jalan yang lurus. Dengan demikian, dalam memahami al Qur’an sangatlah dibutuhkan ilmu tersendiri, yang dikenal dengan ulumul Qur’an. Dimana dalam ilmu ini salah satu disiplinnya adalah ilmu amtsalul Qur’an. Atas dasar hal tersebut penulis bermaksud mengeksplor amtsal al Qur’an untuk dari segi macam-macam dan fungsinya dalam rangka lebih memperdalam upaya pemahaman al Qur’an.

Sebagai kitab suci yang berlaku untuk semua zaman dan tempat,dan agar tidak kehilangan universalitasnya, sehingga mampuberbicara dan memberikan solusi dalam menjawab pelbagai problemkehidupanmanusia, maka Al Qur’an melaluitafsirnya perlu ditampilkan sebagai petunjuk yang selaludirasakan aktual, segar, dan up to date. Al Qur’an sendirimemberikan peluang yang sebesar-besarnya kepada para mufassir (Faliyandra, 2020).Al Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesanya kepada manusiamenggunakan uslub yang beraneka ragam. Hal ini dimaksudkanagar petunjuk dan bimbingannya dapat dengan mudah diterima danmerasuk ke dalam lubuk hati sanubari manusia. Di antara keunikanal Qur’an dalam menyampaikan pesan-pesan kehidupan ialah modelpenyampaian pesan yang singkat, mudah, dan jelas untukdifahami. Dan salah satu metode tersebut adalah melalui ungkapanmatsal

(perumpamaan).

Amtsal sebagai salah satu gaya bahasa al Qur’an dalammenyampaikan pesan-pesannya, menggugah manusia agar selalumenggunakan akal fikiranya secara jernih dan tepat. Berdasarkanhal tersebut, diantara para ulama banyak yang berusahamemfokuskan perhatianya untuk mengkaji gaya bahasa dan redaksial Qur’an dalam bentukamtsal

tersebut serta mencari rahasia dibalikungkapan itu.Amtsal dalam al Qur’an merupakan visualisasi yang abstrak yangdituangkan dalam berbagai ragam kalimat dengan

(3)

memahaminya secara baik dan benar memerlukanpemikiran yang cermat dan mendalam serta harus ditopang denganpenguasaan stilistik (ilmu Balaghah). Nilai sastra yang tertuang di dalam untaian bahasa al-Qur’an yang berupa amtsal adalah merupakan salah satu kemukjizatan dari sekian banyak segi kemukjizatan al Qur’an. Oleh karena itu nilai kegunaan sastra al-Qur’an tidak dapat ditandingi oleh siapa pun dan kapanpun juga, karena memang al Qur’an bukan produk insani (Halih, 1972:313)

Pada dasarnya membuat perumpamaan-perumpamaan berupa ungkapan-ungkapan singkat dan padat dalam memberikan wejangan nasihat sebagai hasil perenungan yang cermat adalah merupakan tradisi orang-orang Arab pra-Islam. Dari hasil kajian dan penelitian para ulama terhadap amtsal al Qur’an tersebut telah melahirkan suatu disiplin ilmu yang disebut dengan Ilmu Amtsal Al Qur’an, yang merupakan bagian dari ilmu-ilmu Al Qur’an.(Ali, 2013) Tulisan ini akan mencoba mengupas persoalan-persoalan yang perlu dijawab yang berkaitan dengan obyek bahasan tersebut yaitu: pengertian amtsal al Qur’an dan macam-macamnya; serta urgensi amtsal al Qur’an.

Pembahasan

A. Pengertian Amtsal Al-Quran

Kata amtsal merupakan bentuk jamak dari kata matsal. Kata matsal, matsil,

mitsl, adalah sama dengan syabah, syibh, syabih, baik lafadz maupun maknanya (Al-Qattan, 2013:401). Secara etimologis mempunyai arti contoh atau bandingan. Maka apabila membandingkan sesuatu dengan yang lain baik dari segi rupa, warna, rasa dan lain-lain maka itu merupakan matsal. Al-Zamakhsyary dalam Tafsir al Kasysyaf

mengisyaratkan, setidaknya ada dua makna dari kata matsal tersebut, yaitu : Pertama; matsal pada dasarnya dapat berarti al mitsal dan al-nadhir yang berarti serupa atau

sebanding/pasangan. Kedua; matsal termasuk isti’arah yakni kata pinjaman yang berguna untuk menunjuk kepada keadaan sesuatu, sifat dan kisah, jika ketiganya dianggap penting dan mempunyai keanehan (Nuryadien, 2017:4).

Al-Asfihani dalam kitabnya Al-Mufradat fi Gharib al-Our'an halaman 462, memberikan pengertian matsal sebagai berikut: "Matsal adalah suatu ibarat sebuah ungkapan tentang sesuatu yang menyamai ungkapan lain karena adnya kesamaan".

(4)

Dalam sastra arab ditemukan pengertian matsal sebagai berikut: "Sebuah ungkapan perumpamaan yang populer yang bertujuan untuk menyamakan keadaan yang diungkapkan dengan keadaan yang mengiringinya". matsal adalah sebuah ungkapan yang memberikan pengertian baru yang berlainan dengan pengertian ungkapan itu menurut pemakaian asalya. Atau dengan perkataan lain ungkapan itu tidak cukup dipahami secara tekstual, tetapi harus mengartikannya sesuai dengan keadaan yang mengiringi ungkapan tersebut (Ali, 1996:2).

Definisi amtsal al-Quran menurut Ibnu al-Qoyyim yaitu menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain dalam hal hukumnya,dan mendekatkan sesuatu yang abstrak (ma’qul) dengan sesuatu hal yang inderawi (mahsus), atau mendekatkan dari dua

mahsus dengan yang lain dan menganggap salah satunya itu sebagai yang lain (Ali, 2013:24). Al-Rahman Husein dalam bukunya Amtsal al-Qur'aniyah, sebagai brikut: "Mensifati sesuatu dengan perkataan perumpamaan, dengan memperhatikan bahwa sifat-sifat yang disebutkan bagi sesuatu sebagai simbol baginya, (juga berupa) misal dari segi sifat dengan petunjuk-petunjuk perumpaman ".

Abu Sulaiman mendefinisikan bahwa matsal itu adalah menyamakan keadaan sesuatu dengan keadaan sesuatu yang lain, ungkapannya, bisa berupa isti'aroh, tasybih

yang sharih, atau ayat-ayat yang singkat dengan makna yang dalam (i'jaz). Meskipun demikian harus dipahani bahwa tidak setiap matsal itu harus mengandung salah satu dari tiga kriteria yang dikemukakan di atas, karena dalam perkembangannya ditemukan bahwa ada ayat- ayat al-Qur'an itu disebabkan suatu keadaan yang dijadikan masyarakat sebagai matsal. Di sisi lain tidak setiap kata atau kalimat yang diawali dengan kata

matsal itu langsung menjadi matsal. Berdasarkan uraian tersebut diatas, kiranya dapat dipahami bahwa amtsal al-Qur'an muncul dalam bentuk singkat, padat, memikat dan sarat makna, karena ia sama dengan ungkapan pribahasa dalam bahasa Indonesia.

B. Sejarah Amtsal al-Qur’an

Al-Qur'an ternyata adakalanya menampilkan dirinya melalui kata- kata atauungkapan-ungkapan pribahasa yang tidak mungkin dapat dipahami olehsetiap orang melainkan hanya kalangantertentu saja dan melalui pemikiranyang mendalam.Oleh karenanya,

(5)

Allah telahmengambarkan dalam surat al- Ankabut, ayat 43; bahwa Perumpamaan-perumpamaan iniKami buatkan untuk manusia dantiada yang memahaminya kecualiorang-orang yang berilmu”. Ayat inimenggambarkan betapa sulitnyamengidentifikasi sekaligus memahamiamtsal yang ada dalam al-Qur'an.

Di sisi Iain, al-Qur'an sebagai wahyu Allah senantiasa beradaptasidengan masyarakat Arab Jahiliyah baik dari segi kultur maupun gaya bahasa yang mereka gunakan. Masyarakat Jahiliyah semasa turun al-Qur'an sangatmengagungkan amtsal/pribahasa, karena ungkapan katanya sedikit, tapimengandung cakupan yang luas.Maka suatu hal yang wajar bila al-Qur'an juga menggunakan amtsal dalam berbagai ungkapannya.(Ali, 1996:1)

Orang yang pertama kali mengarang ilmu Amtsalil Qur’an adalah syekh Abdur Rohman Muhammad bin Husain an Naisaburi (wafat 604 H) dan dilanjutkan oleh imam Abdul Hasan Ali bin Muhammad al Mawardi (wafat 450 H). Kemudian dilanjutkan Imam Syamsuddin Muhammad bin Abi Bashrin Ibnul Qayyim al – Jauziyyah (wafat 754 H). Imam Jalaluddin As- Syuyuthi (wafat 991 H) dalam bukunya al-Itqan juga menyediakan satu bab khusus yang membicarakan Ilmu Amtsalil Qur’an dengan lima pasal didalamnya (Jalal, 2000:314).

C. Macam-Macam Amtsal

Berbicara mengenai bentuk atau macam-macam matsal ditemukan pendapat yang berbeda di kalangan para ahli. Ada yang menyederhanakannya dengan mengemukakan hanya dua macam; yakni musharahah dan kamimah. Hal ini dikemukakan oleh Imam al-Suyuthi dalam al-Itqan. Abu Sulaiman menambah macam ketiga, yaitu amtsal al- Mursalah (Sayuti, 1996:3)

1. Al-Amtsal al-Musharahah

ialah matsal yang diungkapkan dalam alQur'an mempunyai kesamaan dengan kenyataan yang dialami oleh masyarakat dalam kehidupannya. Matsal dalam bentuk ini seringkali dinyatakan dengan kata matsal, diungkapkan dalam ayat, juga kadangkala tasybih.

(6)

Matsal dalam bentuk pertama itu cukup banyak ditemukan dalam al-Qur'an (Malik, 2013:283).

a. Matsal musharahah dengan menyebut kata matsal

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. (al-Baqarah:17)

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Al-Baqarah:264)

(7)

Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita matanya,

(As-Shaffat:48)

Seakan-akan mereka adalah telur (burung unta) yang tersimpan dengan baik. (As-Shaffat:49)

#Dari kedua bentuk matsal yang dicontohkan di atas terlihat betapa permpamaan itu merupakan suatu kenyataan yang dialami oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.

2. Al-Amtsal al-Kaminah ةنماكلا لثما(Perumpamaan tersembunyi)

Adalah amtsal yang tidak dialami oleh manusia dalam kehidupannya (bukan kehidupan nyata di dunia), sebagai kebalikan dari bentuk pertama. Matsal dalam bentuk kedua ini tidak secara tersurat mengemukakan kata matsal, namun ungkapan itu mengandung makna yang dalam meskipun ungkapannya singkat (Sayuti, 1996:4).

contoh perumpamaan secara nyata yang belum atau tidak dirasakan manusia dalam kehidupannya, tetapi matsal tersebut pasti terjadi:

Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zalim.

Sesungguhnya dia adalah sebatang pohon yang ke luar dan dasar neraka yang menyala seperti kepala syaitan-syaitan. (As-Shaffat:63,64,65)

(8)

3. Amtsal mursalah

Adapun pengertian amtsal mursalah yaitu beberapa jumlah kalimat yang bebas tanpa lafal tasybih. Amtsalul mursalah itu ialah beberapa ayat al-Qur'an yang berlaku sebagai perumpamaan Al-Qatam, atau suatu ungkapan yang pada akhirnya tidak menggambarkan kata tasyhbih tetapi ungkapan tersebut digunakan sebagai matsal (Ali., 2013)

Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). (Al-mukmin:53)

D. Urgensi Amtsal Al-Quran

Dalam masyarakat Arab ungkapan matsal itu tidak akan terjadi kecuali karena ada sebab-sebab, atau kejadian-kejadian yang menimbulkan adanya matsal. Maka suatu prumpamaan yang dicontohkan bagi sesuatu itu mempunyai hubungan yang tegas dan nyata, yang membawa konsekuensi agar lebih diyakini. Oleh karenanya menurut ulama Ilmu Bayan, Matsal itu adalah majaz murakab, karena hubungan kesamaan itu adalah sesuatu yang telah umum pemakaiannya dalam masyarakat.

Al-Zarkasyi dalam (AI-Burhan fi Ulum al-Qur'an: 486-487), mengemukakan bahwa faedah penggunaan matsal itu ada enam, yaitu: peringatan, nasehat, ajakan, teguran, penetapan serta penyusunan yang dikehendaki oleh akal, dan terakhir menggambarkan sesuatu yang mudah ditangkap akal dengan menampilkannya dalam bentuk yang bisa diinderai (Ali, 1996:5).

Abdu al-Rahman menyimpulkan enam tujuan utama dari matsal yang ada dalam al-Qur'an, sebagai berikut:

(9)

1. Matsal akan mendekatkan gambaran mumatsalah dalam benak orang yang diajak bicara, karena kadangkala si mukhatab tidak atau belum tahu dengan contoh, maka untuk menghilangkan ketidaktahuan itu contoh dikemukakan melalui matsal.

Dan ada bidadari-bidadari bermata jeli,laksana mutiara yang tersimpan baik. (Al-Waqiah, 22-23)

Pada mulanya Bidadari itu tidak diketahui bentuknya oleh mukhatab maka dalam matsal dikemukakan bahwa yang dimaksud Bidadari itu laksana mutiara yang tersimpan baik. Dengan demikian si mukhatab langsung bisa membayangkan betapa indah dan memukaunya Bidadari yang dijanjikan itu.

2. Suatu ajakan agar berfkir logis sehingga sampai pada puncak alasan yang memberikan keyakinan (al-Huijah al-Burhaniyah) yang secara pasti (tidak dapat tidak) harus demikian (Ali, 1996:5).

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata!

Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" (Yasin:77-78)

(10)

Pada mulanya orang yang tidak beriman tidak mempercayai tentang kekuasaan Allah untuk menghidupkan kemhali tuhuh-tubuh yang telah menjadi tulang berulang di akhirat kelak, maka ayat yang mengandung matsal di atas mengajak mereka untuk memikirkan kejadian awal dari setiap makhluk, Allah menciptakan mereka dari tiada. 3. matsal adalah sebuah dorongan, agar senantiasa berbuat baik dan berusaha untuk

memperindah diri, sebaliknya mendorong untuk menghindarkan hal-hal yang buruk dan negatif (Ali, 1996:6).

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,

pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.

Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.

(Ibrahim:24,25,26)

Ayat di atas memberikan gambaran bahwa pcrbuatan baik akan menumbuhkan berbagai kebaikan dengan suburya dan akan memberikan hasil yang memuaskan.

(11)

Sebaliknya setiap perbuatan jahat akan membawa akibat yang jahat. Sebagaimana dicontohkan dengan pohon yang kerdil yang tercabut akarya dari tanah.

4. Matsal yang memberikan dorongan dan sikap gemar melakukan kebaikan, atau sebaliknya dengan memunculkan rasa takut untuk melakukan hal-hal yang dilarang.

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al-Baqarah: 261)

5. Matsal yang digunakan untuk memuji atau untuk mencela sesuatu perbuatan, di samping untuk mengemukakan rasa kagum atau untuk menghinakan.

Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya (tidak mengamalkan isinya, antara lain tidak membenarkan kedatangan Muhammad s.a.w. ) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (Al-Jumuah : 5)

(12)

6. Matsal yang digunakan untuk mempertajam daya nalar manusia, menggerakkan kemampuan berfkirya sehingga manusia akan merasa terdorong untuk melakukannya.

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (Al-Hasyr : 21)

E. Rukun dan Syarat Amtsal (Metafora)

Di dalam matsal seperti halnya di dalam tasbih, haruslah terkumpul tiga unsur sebagai berikut:

1. Harus ada yang diserupakan (al-musyabbah), yaitu sesuatu yang akan diceritakan. 2. Harus ada asal cerita (al-musyabbah bih), yaitu sesuatu yang dijadikan tempat

menyamakan.

3. Harus ada segi persamaannya (wajhul musyabbah), yaitu arah persamaan antara kedua hal yang disamakan tersebut.

Contoh dalam bahasa Indonesia, “wanita itu seperti rembulan, wajahnya bersinar dan memukau.” Maka, musyabbah di sini adalah wanita, musyabbah bih nya yaitu rembulan, dan wajhul musyabbahnya adalah kecantikan wajah si wanita sama seperti keindahan rembulan.

Syarat-syarat sahnya amtsal yaitu: 1. Bentuk kalimatnya harus ringkas

2. Isi maknanya harus mengena dengan tepat 3. Perumpamaannya harus baik

(13)

F. Sighat Untuk Amtsal al-Qur'an نأرقلأ ل اثمأ ةغيص (Rumus Metafora Al-Quran)

Dari keterangan di atas, dapatlah diketahui bahwa sighat-sighat amtsalil Qur'an itu ada bentuknya, sebagai berikut: (Jalal, 2000:321-323).

1. Sighat tasybih yang jelas (tasybih ash-sharih), yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang jelas, di dalamnya terungkap kata-kata matsal (perumpamaan). Contohnya seperti ayat 24 surat Yunus:

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit.

2. Sighat tasybih yang terselubung atau implisit ينمQQض هيبQQشت(tasybih dhimniy), yaitu sighat atau bentuk perumpamaan yang terselubung/tersembunyi, di dalam perumpamaan itu tidak terdapat kata al-matsal, tetapi perumpamaan itu diketahui dari segi artinya.

Contohnya seperti ayat 12 surat al-Hujurat:

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.

(14)

3. Sighat majaz mursal, yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan yang bebas, tidak terikat dengan asal ceritanya.

Contohnya seperti dalam ayat 73 surat al-Hajj:

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.

4. Sighat majaz murakkab

yaitu sighat dengan bentuk perumpamaan ganda yang segi persamaannya diambil dari dua hal yang berkaitan, di mana kaitannya adalah perserupaan yang telah biasa digunakan dalam ucapan sehari-hari yang berasal dari isti’arah tamtsiliyah. Contohnya seperti melihat orang yang raguragu akan pergi atau tidak, maka diucapkan:

رْخُا َرَّخْؤَتَو ًلاْجِر َمَّدَقَت َكَرَا ىِلاَم

Artinya: “Saya lihat kamu itu maju mundur saja”.

Dalam bahasa Indonesia juga ada ungkapan yang berupa majaz murakkab seperti ini, yaitu seperti: “Sedia payung sebelum hujan”. Sebab, dalam perumpamaan perumpamaan seperti itu terdapat dua hal yang diserupakan, yaitu yang satu melangkah dengan kaki (maju) dan menarik kaki (mundur) dalam perumpamaan bahasa Arab. Dan bersiap siagaan dengan keadaan yang mengkhawatirkan/hujan, dalam perumpamaan bahasa Indonesia.

(15)

Dalam al-Qur'an contonya seperti dalam ayat:

Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (Al-Jumuah : 5)

5. Sighat isti’arah tamtsiliyah, yaitu dengan bentuk perumpamaan sampiran atau lirik (perumpamaan pinjaman). Bentuk ini hampir sama dengan majaz murakkab, karena memang merupakan asalnya.

Contohnya seperti (نئانكلا ؤلمت ءامرلا لبق) sebelum memanah harus dipenuhi tempat anak panahnya. Contohnya dalam al-Qur'an seperti dalam ayat 24 surat Yunus:

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan

(16)

(tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.

Simpulan

Amtsal Qur'an merupakan peribahasa yang sejak semula digunakan dalam al-Qur'an untuk mengemukakan isinya. Peribahasa itu seringkali dimulai atau diiringi dengan kata matsal atau yang sejenisnya. Kalimatnya singkat, padat, memikat, can penuh arti. Para ahli dalam menetapkan apakah sebuah ayat mengandung matsal atau tidak ditemukan adanya perbedaan, hal tersebut semata- mata karena masalah matsal itu adalah merupakan masalah ijtihadi. Selain itu, tamtsil (membuat parmisalan, perumpamaan) merupakan kerangka yang dapat menampilkan makna-makna dalam bentuk yang hidup dan ataupun yang mati, dengan cara menyerupakan sesuatu yang gaib dengan yang nyata, yang abstrak dengan yang konkrit, dan dengan menganalogikan sesuatu dengan hal yang serupa. Betapa banyak makna yang baik, dijadikan lebih indah, menarik, dan mempesona oleh tamsil. Karena itulah maka tamsil

lebih dapat mendorong jiwa untuk lebih mudah memahami dan menerima makna yang dimaksudkan.

Shighat dalam amtsal berupa juga kalimat kiasan (صاQىيق)yaitu susunan kata yang memiliki arti khusus karna adanya unsur tertentu, terkadang bukan makna secara eksplisit dan menekankan pada keindahan estetik. Kemudian, majas (زاجم)secara literal berarti gaya bahasa. Majas bisa berbentuk personifikasi (benda mati seolah hidup), hiperbola (melebih-lebihkan), Litotes (merendah-rendahkan), metafora (kiasan dengan makna kompleks), ironi (sindiran halus). Sedangkan pribahasa yaitu suatu ungkapan yang memiliki arti tertentu dengan kalimat ringkas padat berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup, atau aturan tingkah laku. Dari segi macam, diketahui bahwa terdapat beberapa macam dalam amtsal diantaranya amtsal al-musharahah, al-amtsal al-kaminah, dan amtsal mursalah. Sedangkan urgensi adanya amtsal dalam al-quran diantaranya adalah matsal mendekatkan gambaran mumatsalah,

(17)

berbuat baik, memberikan dorongan dan sikap gemar melakukan kebaikan, digunakan untuk memuji atau untuk mencela sesuatu perbuatan, kemudian amtsal digunakan untuk mempertajam daya nalar manusia.

Daftar Pustaka

Ali, M. Sayuti. (1996). Amtsal Al-Quran”Al-Qalam. Banten: UIN Banten. 11. 1-7. doi:10.32678/alqalam.v11i58.703

Ali, M. (2013). Fungsi Perumpamaan dalam Al-Quran. Tarbawiyah. 10. 21-31. Retrieved

from :http://ejournal.metrouniv.ac.id/index.php/tarbawiyah/article/view 344 Al-Qattan, M. K. (2013) .Mabahits fi Ulumil Quran. Terj. Mudzakir. Studi Ilmu-Ilmu

Quran. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa.

Faliyandra, F. (2020). Model Komunikasi Pendidikan di Sosial Media Pada Era Perkembangan Teknologi. Islam Universalia, 1(3), 434-459.

Halih, S. (1972). Mabahits fi Ulum al Qur’an, Beirut: Dar al Ilmi Li al Milayin. Jalal, A. (2000). Ulumul Qur'an. Surabaya: Dunia Ilmu.

Makrifah, N. (2020). “Pergeseran Unit dan Prosedur Penerjemahan dalam Buku Hadith and Hadith Sciences”. Al-Ibrah. 5. 78-99. Retrieved from https://ejournal.stital.ac.id/index.php/alibrah/article/view/84

Maliki, A. (2013). Studi Al-Quran. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.

Nuryadien, M. (2017). Metode Amtsal: Metode Al-Quran Membangun Karakter Jurnal Al- Tarbawi Al- Haditsah. Vol.1 No.1. Cirebon : IAIN SYekh Nurjati. doi:10.24235/tarbawi.v1i1.1227

Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an. (1989). Al-Qur’an dan terjemahnya. Jakarta: Depag. RI.

Referensi

Dokumen terkait

Seperti yang telah diuraikan dalam bab I bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai perencanaan pembelajaran Al- Quran untuk meningkatkan

Demikianlah, jika al-Quran senantiasa dijadikan sebagai paradigma berpikir, maka al-Quran akan mampu membimbing akal pikiran untuk mampu berpikir dengan benar,

mushaf dalam pelbagai versi yang boleh menimbulkan kekeliruan dalam kalangan masyarakat Islam khususnya apabila membaca ayat-ayat Al- Quran.. Ia juga memungkinkan Al-Quran

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa, di dalam Al Quran terdapat istilah-istlah Al Quran yang sangat penting untuk dipelajari, supaya kita tidak

akan hal itu dalam satu bidang ilmu tersendiri, yaitu Ilmu Tajwid. Melalui ilmu inilah diberikan tuntunan dalam melantunkan ayat-ayat al-.. Quran agar dapat mencapai

Kesimpulan yang bisa diambil, bahwa Al-Quran diturunkan pada bulan yang diberkahi-yaitu bulan Ramadhan pada malam lailatul qadar.. Sedangkan sejarahnya turunkan Al-Quran

Dalam mengkaji wacana pembangunan berkelanjutan di Indonesia, penulis merujuk salah satu magnumopus Al-Farābi berjudul “Madīnah Al-Fāḍilah” untuk memahami urgensi dan kedudukan

Makalah ini membahas wirausaha dalam perspektif al quran dan al