• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Program Remedial Menggunakan E-learning Pada Materi Hidrolisis Garam di Kelas XI SMAN 9 Banda Aceh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Program Remedial Menggunakan E-learning Pada Materi Hidrolisis Garam di Kelas XI SMAN 9 Banda Aceh"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Meningkatkan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Program Remedial

Menggunakan E-learning Pada Materi Hidrolisis Garam di Kelas XI

SMAN 9 Banda Aceh

Juliyanti, Rusman, M. Nazar.

Prodi Kimia FKIP Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh 23111 *Corresponding Author: juliyanti274@gmail.com

Abstrak

Telah dilakukan penelitian terhadap pelaksanaan program remedial pada materi hidrolisis garam menggunakan e-learning untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa di kelas XI SMA Negeri 9 Banda Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa melalui pelaksanaan program remedial menggunakan e-learning. Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa yang belum tuntas dalam mempelajari materi hidrolisis garam di kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 9 Banda Aceh Semester Genap Tahun Ajaran 2016/2017. Jumlah siswa yang belum tuntas di kelas XI MIPA 1 dari 29 siswa adalah 24 orang, terdiri dari 14 perempuan dan 10 laki-laki. Hasil penelitian diperoleh persentase aktivitas belajar siswa pada diskusi pertama sebesar 62,5%, diskusi kedua 75,0% dan pada diskusi ketiga 83,3%. Nilai rerata aktivitas siswa dari ketiga diskusi adalah 72,2% tergolong kategori baik. Ketuntasan belajar siswa meningkat setelah dilaksanakan program remedial melalui e-learning. Siswa yang tuntas sebelum dilaksanakan program remedial yaitu 5 siswa dari 29, setelah dilaksanakan program remedial melalui e-learning siswa yang tuntas menjadi 18 siswa dari 24, dengan persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 75% dan tergolong dalam kategori baik. Data tanggapan siswa diperoleh rerata persentase tanggapan siswa terhadap pelaksanaan program remedial menggunakan e-learning sebesar 61,4%, termasuk kategori cukup.

Kata kunci : Remedial, E-learning, Ketuntasan belajar, Hidrolisis Garam.

Abstract

Research has been conducted on the implementation of remedial program on salt hydrolysis material using e-learning to improve students' learning completeness in grade XI SMA Negeri 9 Banda Aceh. This study aims to improve students' learning mastery through the implementation of remedial programs using e-learning. The type of research used is descriptive research with qualitative approach. Research subjects are students who have not completed in studying salt hydrolysis material in class XI MIPA 1 SMA Negeri 9 Banda Aceh Even Semester of Teaching Year 2016/2017. The number of students who have not completed in class XI MIPA 1 of 29 students is 24 people, consisting of 14 women and 10 men. The result of research is the percentage of student activity activity in the first discussion is 62,5%, second discussion is 75,0% and at third discussion 83,3%. The average value of student activity from the three discussions was 72.2% belonging to the good category. Student learning completeness increased after implemented remedial program through e-learning. Students who complete before the remedial program is conducted 5 students from 29, after the remedial program is done through e-learning students who complete to 18 students from 24, with the percentage of completeness in classical by 75% and belong to good category. Student response data obtained mean percentage of student responses to the implementation of remedial program using e-learning of 61.4%, including enough category.

(2)

Pendahuluan

Keberhasilan belajar merupakan prestasi siswa yang dicapai dalam proses belajar mengajar. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Menurut Murtiningrum, dkk (2013), “faktor eksternal meliputi guru, metode, media, sarana prasarana, dan lingkungan yang berkaitan dengan pembelajaran, yang termasuk faktor internal antara lain kecerdasan, bakat, motivasi berprestasi, kemampuan berfikir abstrak, gaya belajar, kemampuan berfikir kritis, dan minat dalam pembelajaran”. Ketidaksiapan faktor eksternal dan internal akan memberi kendala dalam proses belajar siswa dan berpengaruh terhadap hasil belajar. Hasil belajar menjadi tolak ukur untuk melihat keberhasilan pencapaian kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar dalam proses pembelajaran (Sudjana dalam Lestari, 2012). Hasil dari proses pembelajaran di sekolah diharapkan mampu menghasilkan siswa yang berprestasi dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, salah satunya pada mata pelajaran kimia.

Kimia adalah cabang ilmu pengetahuan alam yang diajarkan di Sekolah Menengah Atas (SMA/MA). Karakteristik ilmu kimia bersifat abstrak dan kompleks karena berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pengalaman PPL peneliti diketahui bahwa ilmu kimia yang bersifat abstrak membuat sebagian besar siswa menganggap mata pelajaran kimia sebagai pelajaran yang sulit dipahami. Faktor lain yaitu pengemasan pembelajaran kimia yang belum menarik menjadikan rendahnya minat siswa akan mata pelajaran kimia. Informasi yang didapatkan oleh peneliti di sekolah SMA Negeri 9 Banda Aceh diperoleh informasi bahwa pembelajaran kimia terbatas pada penggunaan bahan ajar berupa buku teks sehingga siswa kurang memahami hal-hal kecil yang tidak dapat diamati dengan panca indera (konsep mikroskopik). Interaksi antara guru dengan siswa hanya terjadi pada saat proses belajar mengajar ini dikarenakan alokasi waktu mata pelajaran kimia terbatas. Kemampuan pemahaman siswa yang heterogen juga menjadi kendala guru saat proses belajar salah satunya pada materi hidrolisis garam.

Materi pokok hidrolisis garam merupakan materi kimia kelas XI semester genap yang memiliki karakteristik konseptual, berjenjang, dan terstruktur. Dilihat dari hasil ulangan siswa materi hidrolisis garam masih tergolong materi yang sulit karena siswa dituntut untuk memahami konsep serta memiliki kemampuan dalam penyelesaian soal dengan melibatkan rumus perhitungan. Hasil ulangan materi hidrolisis garam yang diberikan oleh guru kimia diperoleh nilai ketuntasan siswa sebesar 17,2% tergolong rendah. Hal ini karena masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah nilai ketuntasan belajar minimal (KBM) yang ditetapkan pihak sekolah yaitu ≥ 75. Usaha yang dapat dilakukan guru untuk siswa yang belum tuntas adalah dengan memberikan remedial. Remedial merupakan program perbaikan dari pengajaran yang diberikan kepada seorang siswa atau beberapa orang siswa yang mengalami kesulitan belajar (Majid, 2009). Lebih lanjut Chrisnajanti (2002) menyatakan pengajaran remedial bertujuan agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran minimal sesuai dengan ketuntasan belajar minimum (KBM) yang telah ditetapkan oleh satuan pendidikan.

Kegiatan remedial yang selama ini dilakukan guru yaitu dengan memberikan siswa Pekerjaan Rumah (PR) atau soal latihan sesuai dengan materi pelajaran yang belum tuntas. Guru tidak lagi melakukan upaya pengajaran untuk membantu siswa memahami materi dan indikator yang belum dikuasai. Cara ini tidak efektif membantu kesulitan belajar siswa, minat belajar siswa menjadi kurang karena tidak mendapat bimbingan belajar untuk permasalahan yang dihadapi. Kegiatan yang seharusnya guru lakukan pada program remedial adalah mengajarkan kembali materi yang belum dikuasai siswa, menggunakan alat bantu belajar yang dapat menarik dan mempermudah siswa memahami materi pelajaran, mengadakan kegiatan diskusi, tutor sebaya serta menyediakan sumber belajar yang relevan. Kegiatan yang dipilih guru akan menentukan berhasil tidaknya program remedial yang dilaksanakan, untuk itu sebaiknya guru tidak menerapkan metode yang sama dengan pembelajaran yang biasa dilakukan. Salah satu solusi yang dapat dilakukan

(3)

oleh guru adalah dengan melaksanakan program remedial melalui media pembelajaran berbasis komputer.

Kegiatan remedial yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi komputer akan mempermudah guru dalam melaksanakan kegiatan remedial. Media yang dapat digunakan dalam program remedial di sekolah yang berbasis teknologi komputer adalah e-learning. E-learning adalah proses kegiatan belajar berbasis web (web-based E-learning), belajar berbasis komputer (computer based learning), kelas virtual (virtual classrooms) dan kelas digital (digital classroom) (Rusman, 2013). Lebih lanjut Kwartolo (2010) menyatakan e-learning adalah salah satu media belajar berbasis teknologi, komunikasi dan informasi dengan bantuan internet.

Remedial yang dilaksanakan melalui e-learning dapat mengubah suasana belajar yang biasanya hanya berlangsung di sekolah menjadi di luar sekolah. E-learning juga menyediakan course yang dapat dimanfaatkan guru dan siswa melakukan proses pengajaran dalam kegiatan remedial tanpa harus mengorbankan alokasi waktu yang digunakan untuk belajar di sekolah. Kelebihan lain dari program remedial melalui e-learning adalah siswa dapat mengikuti proses belajar interaktif dan terbimbing dengan memanfaatkan fasilitas elektronik berupa handphone sebagai sarana untuk belajar.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Sjukur (2012) tentang penerapan pembelajaran e-learning di SMK Negeri 1 Satui Kab. Tanah Bumbu menunjukkan adanya perbedaan motivasi belajar siswa yang diterapkan blanded learning dibandingkan siswa yang diterapakan pembelajaran biasa serta terdapat peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar siswa dengan diterapkan pembelajaran blanded learning. Penelitian lain dilakukan oleh Murtiningrum, dkk (2013) tentang penerapan pembelajaran kimia model problem solving menggunakan media e-learning di kelas XI SMK N 2 Purwodadi Grobogan menunjukkan hasil penelitian diperoleh adanya peningkatan dan pengaruh prestasi belajar, kreatifitas, dan cara berfikir siswa terhadap pembelajaran kimia. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul “Meningkatkan

Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Program Remedial Menggunakan E-learning

Pada Materi Hidrolisis Garam Kelas XI SMA Negeri 9 Banda Aceh”.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data penelitian kualitatif lebih berkenaan dengan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Margono, 2004). Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Sukardi, 2003). Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 9 Banda Aceh yang beralamat di komplek Stadiun Harapan Bangsa desa Lhong Raya Banda Aceh. Pemilihan sekolah ini berdasarkan pada hasil observasi awal dan hasil wawancara dengan guru kimia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2017 sampai dengan April 2017. Subjek penelitian yaitu siswa yang belum tuntas mempelajari materi hidrolisis garam di kelas XI MIPA 1, siswa yang tidak tuntas berjumlah 24 orang terdiri dari 10 laki-laki dan 14 perempuan. Pemilihan subjek penelitian berdasarkan pertimbangan waktu penelitian serta disesuaikan dengan materi pembelajaran yang dipilih dalam penelitian. Siswa kelas XI MIPA 1 memiliki kemampuan yang beragam dan ketuntasan hasil belajar yang tergolong masih rendah. Teknik Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini diperoleh dengan 3 cara yaitu teknik observasi, pengukuran dan wawancara. Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti sebelum melaksanakan kegiatan remedial adalah mengidentifikasi indikator yang belum dikuasai siswa pada materi hidrolisis garam. Proses identifikasi dilakukan dengan melihat hasil jawaban siswa terhadap soal tes yang diberikan saat ulangan dan pertanyaan langsung secara lisan saat kegiatan sosialisasi mengenai materi hidrolisis garam. Observasi selanjutnya dilakukan dengan melakukan

(4)

pengamatan terhadap subjek ketika mengikuti proses remedial. Adapun yang diamati dalam penelitian ini adalah segala bentuk aktivitas siswa yang dilakukan ketika membuka e-learning. Selama kegiatan remedial partisipasi siswa terlihat dari proses diskusi, menonton video dan menjawab soal kuis. Data aktivitas siswa diperoleh langsung dari log aktivitas yang terdapat pada laman e-learning.

Teknik pengukuran dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam memahami materi hidrolisis garam setelah dilaksanakan program remedial melalui e-learning. Pengukuran dilakukan terhadap subjek penelitian dengan memberikan instrumen tes berupa soal berbentuk pilihan ganda. Ujian tes remedial dilaksanakan setelah proses diskusi belajar. Proses evaluasi terhadap siswa yang belum tuntas dilakukan melalui e-learning, sehingga dapat dilihat ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dan setelah dilaksanakan program remedial melalui e-learning.

Teknik wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data tentang tanggapan siswa terhadap pelaksanaan program remedial menggunakan e-learning. Teknik wawancara dalam penelitian ini dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan membagikan angket kepada siswa yang berisi 10 item pertanyaan yang berhubungan dengan proses remedial melalui e-learning. Hasil tanggapan siswa diperoleh dari skor jawaban siswa berdasarkan empat pilihan jawaban yaitu 4 (sangat setuju), 3 (setuju), 2 (tidak setuju), dan 1 (sangat tidak setuju). Angket diberikan kepada siswa di kelas tidak melalui e-learning pada akhir kegiatan remedial.

Teknik Analisis Data

Data aktivitas siswa dengan menggunakan proses pembelajaran e-learning dianalisis dengan rumus persentase. Untuk penilaian afektif dan aktivitas siswa digunakan Persamaan berikut:

Skor perolehan nilai = skor yang diperoleh

skor maksimum

x 100%

Tolak ukur yang digunakan untuk mengintrepretasikan presentase penilaian aktifitas siswa dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Penilaian Aktivitas Siswa

No. Persentase (%) Kategori

1. 80 – 100 Sangat baik 2. 66 – 79 Baik 3. 56 – 65 Cukup 4. 46 – 55 Buruk 5. 0 - 45 Sangat buruk (sumber: Arikunto, 2011)

Pengukuran terhadap hasil belajar siswa dilakukan dengan menentukan persentase ketuntasan belajar siswa. Persamaan menurut Arikunto (2010) sebagai berikut:

Nilai =𝐵 𝑁𝑥 100

Keterangan:

B = Banyaknya butir jawaban yang benar N = Banyaknya butir soal

Untuk mengetahui ketuntasan hasil belajar yang tercapai rumus yang digunakan untuk menghitung persentase adalah seperti berikut:

P =

𝑓

(5)

Keterangan:

P = Angka persentase

F = Jumlah frekuensi (jumlah siswa yang tuntas belajar) N = Jumlah siswa yang diteliti

Interprestasi berdasarkan rumus yang digunakan untuk menghitung persentase hasil belajar siswa ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Interprestasi Ketuntasan Hasil Belajar

No Skor Interprestasi 1 10-29 Sangat kurang 2 30-49 Kurang 3 50-69 Cukup 4 70-89 Baik 5 90-100 Sangat baik

(Sumber :Tim Pustaka Yustisia, 2008)

Data yang diperoleh melalui angket dapat dianalisis secara deskriptif menggunakan rumus persentase tanggapan siswa adalah:

Skor perolehan nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

𝑥 100%

Penentuan skor tanggapan siswa berdasarakan rumus data tanggapan siswa disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Penentuan Skor Penilaian Tanggapan Siswa

No Skor (%) Interpresentasi 1 0-25 Sangat kurang 2 25-50 Kurang 3 50-69 Cukup 4 50-75 Baik 5 75-100 Sangat baik (Sumber: Sudijono, 2009)

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan data hasil penelitian tentang pelaksanaan program remedial menggunakan e-learning untuk meningkatkan ketuntasan belajar siswa di kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 9 Banda Aceh diperoleh hasil penelitian yaitu aktivitas, ketuntasan belajar dan tanggapan siswa.

1. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa selama kegiatan remedial dilihat dari partisipasi siswa pada setiap proses diskusi, menonton video dan menjawab soal kuis. Data aktivitas siswa diperoleh langsung dari log aktivitas yang terdapat pada laman e-learning. Sebagian besar siswa memberikan respon terhadap forum diskusi dengan memberikan pertanyaan atau menjawab pertanyaan siswa lainnya. Hasil pengamatan aktivitas siswa pada proses diskusi 1, 2, dan 3 dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil pengamatan Aktivitas Siswa

No Diskusi Persentase (%)

1 I 62,5

2 II 75,0

(6)

Berdasarkan Tabel 4. didapatkan persentase aktivitas siswa pada diskusi 1 termasuk dalam kategori cukup, diskusi 2 termasuk kategori baik dan diskusi 3 kategori sangat baik dengan rentang nilai 80-100%. Persentase aktivitas siswa pada diskusi 2 dan 3 meningkat karena untuk diskusi 2 dan 3 diberikan kegiatan tambahan yaitu menonton video pembelajaran tentang materi hidrolisis garam. Tugas untuk menonton video bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang materi hidrolisis.

Diskusi pertama pada materi hidrolisis garam membahas indikator tentang pengelompokkan garam berdasarkan asam basa pembentuknya dan menentukan jenis-jenis garam yang dapat terhidrolisis. Diskusi ini berlangsung selama 2 hari sebelum siswa mengikuti kuis I. Jumlah siswa yang aktif memberi tanggapan sebanyak 15 orang, siswa yang bertanya sebanyak 12 orang, siswa yang menjawab pertanyaan sebanyak 7 orang. Frekuensi siswa yang aktif bertanya dan menjawab sebanyak 3 orang.

Diskusi kedua pada materi hidrolisis garam membahas indikator tentang menentukan sifat larutan garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. Diskusi ini berlangsung selama 5 hari sebelum siswa mengikuti kuis II. Jumlah siswa yang aktif memberi tanggapan 18 orang, siswa yang bertanya sebanyak 9 orang, siswa yang menjawab pertanyaan sebanyak 4 orang. Frekuensi siswa yang aktif bertanya dan menjawab sebanyak 3 orang. Berbeda dengan diskusi 1, pada diskusi 2 diberikan tugas untuk menonton video pembelajaran. Pemberian tugas menonton video bertujuan untuk menarik perhatian siswa dalam kegiatan belajar serta meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi hidrolisis garam. Jumlah siswa yang menonton video sebanyak 10 orang.

Diskusi ketiga pada materi hidrolisis garam membahas indikator tentang menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis. Diskusi ini berlangsung selama 3 hari sebelum siswa mengikuti kuis III. Jumlah siswa yang aktif memberi tanggapan 20 orang, siswa yang bertanya sebanyak 6 orang, siswa yang menjawab pertanyaan sebanyak 3 orang. Frekuensi siswa yang aktif bertanya dan menjawab sebanyak 3 orang. Diskusi 3 sama dengan diskusi 2, jumlah siswa yang menonton video sebanyak 14 orang. Pemberian tugas menonton video pada diskusi 2 dan diskusi 3, aktivitas siswa menjadi lebih tinggi dibandingkan diskusi 1. Persentase pada forum diskusi 2 meningkat dibandingkan pada forum diskusi 1 yaitu sebesar 16,7% dan nilai aktivitas pada forum diskusi 3 meningkat dibandingkan forum diskusi 2 yaitu sebesar 8,3% dan nilai rerata aktivitas siswa dari ketiga forum diskusi adalah sebesar 72,2%, sehingga secara keseluruhan sesuai dengan skor pendeskripsian aktivitas siswa oleh Arikunto (2011) aktivitas terhadap pelaksanaan program remedial melalui e-learning termasuk dalam kategori baik dengan rentang nilai 66-79. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Priambodo (2013) bahwa penggunaan e-learning dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan efektivitas belajar dilihat dari keragaman siswa, sehingga menjadikan siswa semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan serta mampu mendorong siswa untuk mencapai hasil belajar yang lebih tinggi.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar siswa ditentukan dari data tes hasil belajar siswa yang diperoleh

dengan cara memberikan soal tes dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 10 butir

soal. Soal tersebut mencangkup empat indikator: 1) mengelompokkan garam

berdasarkan asam basa pembentuknya, 2) menentukan jenis reaksi hidrolisis yang

terjadi pada suatu garam, 3) menentukan reaksi garam yang terhidrolisis dari

persamaan reaksi ionisasi dan 4) menghitung

p

H larutan garam yang terhidrolisis.

Pada tes hasil belajar terdapat 3 aspek yang diambil yaitu nilai diskusi 10%, nilai

kuis 30% dan nilai evaluasi 60%. Persentase ketuntasan belajar siswa dapat dlihat

pada Gambar 1.

(7)

Gambar 1. Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan hasil persentase nilai ketuntasan siswa tergolong dalam kategori baik, hal ini sesuai dengan interprestasi ketuntasan hasil belajar menurut Tim Pustaka Yustisia (2008) yaitu rentang nilai 70-89 dikatakan baik.

Data yang diperoleh

dari hasil belajar menunjukan bahwa terdapat 18 siswa yang tuntas dan 6 siswa yang tidak tuntas dari 24 siswa. Siswa yang tidak tuntas dikarenakan terdapat 3 siswa yang tidak aktif saat proses diskusi dan menjawab kuis, dan terdapat 3 siswa yang tidak mengikuti ujian akhir pada proses remedial.

Berdasarkan indikator yang telah dirumuskan dalam kegiatan remedial ketuntasan siswa untuk setiap indikator dilihat dari nilai kuis yang diperoleh siswa. Kuis biasanya diberikan diakhir kegiatan diskusi untuk setiap pokok bahasan/indikator. Persentase ketuntasan siswa pada kuis 1, 2 dan 3 dapat dilihat dari Tabel 5.

Tabel 5. Perolehan Skor Rerata keberhasilan Siswa Pada Setiap Indikator

NO Kuis Persentase

1 I 70,8%

2 II 100%

3 II 66,7%

Kuis pertama berhubungan dengan indikator pengelompokkan garam berdasarkan asam basa pembentuknya dan menentukan jenis garam yang dapat terhidrolisis. Siswa yang tuntas pada kuis ini sebanyak 17 siswa, 3 orang memperoleh hasil di bawah nilai KBM dinyatakan tidak tuntas dan 4 siswa tidak menjawab soal kuis. Persentase ketuntasan siswa pada kuis 1 tergolong baik.

Kuis kedua berhubungan dengan indikator penentuan sifat larutan garam yang terhidrolisis dari persamaan reaksi ionisasi. Hasil kuis ke-2 diperoleh siswa yang tuntas sebanyak 24 siswa, semua siswa memperoleh nilai di atas nilai KBM dan dinyatakan tuntas. Persentase ketuntasan siswa pada kuis 2 tergolong sangat baik. Kuis terakhir berhubungan dengan indikator menghitung pH larutan garam yang terhidrolisis. Siswa yang tuntas pada kuis ini sebanyak 16 siswa, dan 8 siswa tidak menjawab soal kuis dinyatakan tidak tuntas. Persentase ketuntasan siswa pada kuis 3 tergolong cukup.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan setelah dilaksanakan kegiatan remedial menggunakan e-learning. Adapun sebelum kegiatan remedial siswa yang tuntas hanya 5 orang dari 29 siswa. Siswa yang belum tuntas sebanyak 24 orang mengikuti kegiatan remedial melalui e-learning dan setelah dilakukan kegiatan remedial siswa yang tuntas menjadi 18 orang dari 24 siswa di kelas XI MIPA 1

.

Penelitian sebelumnya mengenai penelitian tindakan kelas dengan

75%

25%

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar

Tuntas

Tidak Tuntas

(8)

memanfaatkan media e-learning berbasis shoology yang dilakukan oleh Aminoto dan Phatoni (2014) menunjukkan hasil bahwa penerapan media schoology dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas XI SMA Kota Jambi.

3. Tanggapan Siswa

Tanggapan siswa diperoleh dengan memberikan angket berisi 10 item pernyataan

yang disesuaikan dan berhubungan dengan pelaksaan penelitian yang dilakukan.

Hasil tanggapan siswa diperoleh dari skor jawaban siswa berdasarkan empat pilihan

jawaban yaitu 4 (sangat setuju), 3 (setuju), 2 (tidak setuju), dan 1 (sangat tidak

setuju). Diperoleh persentase tanggapan siswa terhadap pelaksanaan program

remedial melalui

e-learning

pada materi hidrolisis garam sebesar

61,4%

tergolong

kategori cukup, sesuai dengan pendeskripsian skor tanggapan siswa oleh Sudijono

(2009) dengan rentang nilai 25-50 kurang dan 50-69 termasuk kategori cukup.

Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada siswa diperoleh persentase untuk pernyataan pertama yang tidak setuju 8,3%, yang menyatakan setuju 70,8% dan yang menjawab Sangat Setuju 20,8%. Adapun persentase yang menyatakan setuju lebih besar dibandingkan dengan tidak setuju. Hal ini disebabkan karena siswa yang biasanya belajar sendiri di rumah, sering mengalami kesulitan belajar terhadap materi yang belum dimengerti. Belajar melalui e-learning memberikan kesempatan siswa untuk bertanya langsung kepada guru di forum diskusi maupun secara obrolan pribadi, sehingga siswa lebih termotivasi belajar secara terbimbing dengan e-learning.

Perolehan persentase tanggapan siswa pada pernyataan dua diperoleh 29,2% tidak setuju, 37,5% setuju, dan 20,8% yang menyatakan sangat setuju. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan e-learning. Kegiatan belajar melalui e-learning memiliki beberapa kendala diantaranya siswa tidak bisa mengakses laman e-learning ketika tidak ada sambungan internet. Pada pernyataan ketiga perolehan persentase adalah 8,3% tidak setuju, 79,2% setuju dan 12,5% menyatakan sangat setuju. Hal ini karena pada proses remedial menggunakan e-learning siswa dapat berdiskusi dengan guru dan anatar siswa sehingga materi hidrolisis lebih mudah untuk dipahami.

Pernyataan empat diperoleh skor 16,7% menyatakan tidak setuju, 66.7% menyatakan setuju, dan 16.66% sangat setuju. Hal ini dikarenakan siswa mempunyai kesempatan belajar dengan waktu yang tidak terbatas ruang dan waktu tetapi belajar dapat terjadi di mana saja dengan proses terbimbing dan interaktif melalui e-learning.

Pernyataan kelima diperoleh hasil tanggapan siswa 25% tidak setuju, 54,2% setuju dan 20,8% yang menyatakan sangat setuju. Siswa merasa lebih mudah dalam menjawab soal ujian yang diberikan guru, karena siswa diperbolehkan membaca bahan pelajaran yang telah diberikan pada saat proses diskusi yang berhubungan dengan soal ujian. Selanjutnya pada pernyataan enam diperoleh 16,7% siswa tidak setuju, 62,5% siswa setuju, dan 20,8% siswa menyatakan sangat setuju. Hal ini karena siswa aktif dalam program remedial yang dilaksanakan menggunakan e-learning, seperti pada proses diskusi, menonton video, dan menjawab soal kuis.

Pernyataan tujuh diperoleh 25% siswa tidak setuju, 50% siswa setuju dan 25% siswa sangat setuju. Hal ini karena siswa senang belajar yang dibimbing oleh guru dan memudahkan siswa dalam mengkonfirmasi bahan materi yang belum dipahami. Pernyataan kedelapan diperoleh skor jawaban siswa yaitu 16,7% tidak setuju, 62,5% dan 20,8% sangat setuju. Hal ini karena setiap kegiatan diskusi pada program remedial guru selalu mengunggah bahan pelajaran mengenai materi belajar yang kemudian dapat diakses langsung oleh setiap siswa. Pernyataan kesembilan diperoleh 12,5% siswa yang menyatakan tidak setuju, 66,7% menyatakan setuju, dan 20,8% menyatakan sangat setuju. Hal ini karena pada program remedial melalui e-learning siswa banyak diberikan contoh-contoh soal berhubungan dengan materi hidrolisis garam. Guru juga selalu

(9)

mengadakan kuis pada akhir proses diskusi yang berguna untuk melatih siswa menyelesaikan soal-soal berhubungan dengan materi hidrolisis.

Pernyataan terakhir yaitu kesepuluh dieperoleh skror 12,5% siswa tidak setuju, 37,5% siswa menjawab setuju, dan 50% siswa menjawab setuju. Pada pernyataan sepuluh paling banyak diperoleh persentase yang menyatakan sangat setuju dilihat dari hasil tanggapan siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa lebih senang program remedial dilaksanakan melalui e-learning dari pada model yang biasa dilakukan oleh guru. Biasanya guru hanya memberikan ujian ulang atau soal latihan tanpa melaksanakan proses belajar ulang terlebih dahulu. Selain itu, program remedial yang dilaksanakan melalui e-learning menjadikan waktu lebih efesien yakni guru tidak harus menggunakan jam belajar dikelas untuk memberikan remdial kepada siswa yang belum tuntas, sehingga waktu lebih bisa dimaksimalkan kepada proses pembelajaran yang berlangsung dikelas.

Kesimpulan

Aktivitas belajar siswa terhadap penerapan program remedial menggunakan e-learning mengalami peningkatan dengan persentase rerata dari diskusi 1 sebesar 62,5% termasuk kategori cukup, kemudian pada diskusi 2 sebesar 75% termasuk dalam kategori baik dan terakhir pada diskusi 3 sebesar 83,3% termasuk dalam kategori sangat baik. Ada peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan program remedial dengan menggunakan e-learning. Siswa yang tuntas sebelum dilaksanakan program remedial yaitu 5 orang dari 29 siswa , setelah dilaksanakan program remedial melalui e-learning siswa yang tuntas menjadi 18 orang dari 24 siswa dengan persentase ketuntasan secara klasikal sebesar 75% dan tergolong dalam kategori baik. Diperoleh persentase tanggapan siswa terhadap penerapan program remedial menggunakan e-learning sebesar 61,4% dan termasuk dalam kategori cukup.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian tentang pelaksanaan program remedial menggunakan e-learning pada materi hidrolisis garam kelas XI SMA Negeri 9 banda aceh maka penulis menyarankan:

1. Guru dapat memaksimalkan pengelolaan e-learning agar fungsi e-learning bisa dioptimalkan untuk membantu kesulitan belajar siswa.

2. Dapat dikembangkan penelitian selanjutnya mengenai penggunaan e-learning dalam proses pembelajaran lainnya yang disajikan dengan pembelajaran yang lebih menarik sehingga siswa lebih berminat untuk belajar dan memiliki tanggapan yang bagus.

Referensi

Aminoto, T., & Pathoni,H. 2014. Penerapan Media E-learning Berbasis Schoology Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Materi Usaha dan Energi di Kelas XI SMA N 10 Kota Jambi. Jurnal Sainmatika, 1(8)

Arikunto, S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Chrisnajanti, W. 2002. Pengaruh Program Remedial Terhadap Ketuntasan Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur, 2.

Kwartolo, Y. 2010. Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Proses Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur, (Online), 1 (14) : 15-36,

Lestari, Indah. 2012. Pengaruh Waktu Belajar Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Formatif, 3(2)

Majid, Abdul. 2009. Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Margono. 2004. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Murtiningrum,T., Ashadi & Sri Mulyani. 2013. Pembelajaran Kimia Dengan Problemsolving Menggunakan Media E-learning dan Komik Ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Abstrak dan Kreativitas Siswa. Jurnal Inkuiri, 3 (2) : 288-301

Rusman. 2013. Belajar Dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Abad 21. Bandung: Alfabeta.

(10)

Priambodo, C.G. 2013. Pengaruh Penerapan E-learning Terhadap Peningkatan Motivasi Dan Efektivitas Belajar Menurut Keragaman Siswa Dan Orang Tua: Studi Kasus SMALB Pangudi Luhur Jakarta. Faktor Exacta, 6(1):1-16

Sjukur, Sulihin B. 2012. Pengaruh Blanded Learning Terhadap Motivasi Belajar Dan Hasil Belajar Siswa Tingkat SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 2 (3) : 368-378

Sudijono, A. 2009.Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Praktiknya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Tim Pustaka Yustisia. 2008. Panduan penyusunan KTSP lengkap (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) SD, SMP, dan SMA. Jakarta: PT Buku Kita.

Gambar

Tabel 2. Interprestasi Ketuntasan Hasil Belajar
Gambar 1. Grafik Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

Referensi

Dokumen terkait

“ dalam hal ini ketentuan ketentuan yang terkandung di dalamnya berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal 24 yang berbunyi :

Setiap individu dalam kelompok akan mengadakan penilaian terhadap sesama anggota kelompok, terhadap kebiasaan dan nilai-nilai yang berlaku di dalam kelompok, sehingga timbul

Setelah mengamati gambar, yang dibagikan guru melalui zoom meeting peserta didik mampu mengidentifikasi peninggalan kerajaan di masa Hindu, Budha dan Islam serta pengaruhnya

Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas MMH yang tidak benar salah satunya adalah keluhan muskoloskeletal, yaitu keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan

Secara umum, wisatawan menyatakan bahwa Pantai Oesina memiliki kondisi sumberdaya alam (kondisi pantai, pasir dan pemandangan) sangat baik sehingga menarik untuk

Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 1 huruf c dapat dilaksanakan melalui mekanisme tahapan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

rahmat, karunia, hidayah dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Model Kepemimpinan pada Oraganisasi Militer Perspektif

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada ibu hamil yang defisiensi besi yang penyebabnya tidak karena asupan besi yang kurang dari makanan, ternyata dengan