• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

ARTIKEL

Judul

IDENTIFIKASI NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN MR. I GUSTI

KETUT PUDJA DALAM USAHA MERAIH KEMERDEKAAN

BANGSA INDONESIA DAN POTENSINYA SEBAGAI

SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA

oleh

I Ketut Anom Mahartawan

NIM 1114021024

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

(2)

2

IDENTIFIKASI NILAI-NILAI KEPAHLAWANAN MR. I GUSTI

KETUT PUDJA DALAM USAHA MERAIH KEMERDEKAAN

BANGSA INDONESIA DAN POTENSINYA SEBAGAI

SUMBER PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMA

Oleh

I Ketut Anom Mahartawan*,

Dr. Tuty Maryati, M.Pd**, Ketut Sedana Arta, S.Pd.M.Pd***

Jurusan pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: anommahartawan99@gmail.com, tuty_maryati_ragil@yahoo.co.id, sedana.arta@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Peranan Mr. I Gusti Ketut Pudja dalam usaha meraih kemerdekaan bangsa Indonesia; (2) Nilai-nilai kepahlawanan Mr. I Gusti Ketut Pudja yang dapat diwariskan kepada generasi muda; (3) Pengintegrasian nilai -nilai kepahlawanan beliau sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu: (1) Jenis penelitian menggunakan penelitian kualitatif; (2) Teknik penentuan lokasi penelitian yaitu di Puri Sukasada; (3) Teknik penentuan informan menggunakan purposive sampling; (4) Instrumen penelitian menggunakan pedoman wawancara dan pedoman observasi; (5) Teknik pengumpulan data menggunakan (a) Teknik studi dokumen menggunakan sumber buku dan foto Mr. I Gusti Ketut Pudja (b) Teknik observasi yaitu di Puri Sukasada (c) Teknik wawancara yaitu dengan keluarga Mr. I Gusti Ketut Pudja, legiun veteran Kabupaten Buleleng dan guru sejarah (6) Metode penjamin keabsahan data yaitu triangulasi sumber data dan triangulasi metode; (7) Teknik analisis data yaitu: (a) Pengumpulan data; (b) Reduksi data; (c) Penyajian data; (d) Mengambil Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Mr. I Gusti Ketut Pudja memiliki peran besar dalam usaha meraih kemerdekaan Indonesia, selama tergabung dalam PPKI beliau melakukan banyak perubahan yang fundamental bagi bangsa dan negara Indonesia; (2) nilai-nilai kepahlawanan yang terkandung dari sosok Mr. I Gusti Ketut Pudja yaitu: (a) Patriotisme; (b) Toleransi; (c) Keberanian; (d) Rela berkorban; (e) Demokrasi; (f) Multikultural; (g) Solidaritas; (3) Nilai-nilai kepahlawanan Mr. I Gusti Ketut Pudja dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA dengan menggunakan KTSP pada Kompetensi Dasar (1.1) Menganalisis peristiwa sekitar proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan pemerintahan Indonesia.

(3)

3 ABSTRACT

This aims of this study is to determine (1) The role of Mr. I Gusti Ketut Pudja in an attempt to achieve independences of Indonesia; (2) The values of heroism Mr. I Gusti Ketut Pudja that can be pass down to the younger generation; and (3) Integrating values his heroism as a sources of teaching history in senior high school. This study used qualitative research methods, as follows: (1) Type of research uses qualitative research; (2) Mechanical technic determining the location of study is at Puri Sukasada; (3) Mechanical determination of resources uses purposive sampling; (4) The instruments of research uses guidilines of the interview and also guidilines of observation; (5) The technical of data collected (a) Technical of the documents using Mr. I Gusti Ketut Pudja’s books and pictures; (b) Technic of observations is at Puri Sukasada; (c) The technic of interview are with Mr. I Gusti Ketut Pudja’s family, Legiun Veteran Kabupaten Buleleng, and also history teacher; (6) Method of data validity guarantor are triangulated data source and triangulated methods; (7) The technic of analysis data. (a) data collected; (b) data reduction; (c) display data; (d) verification. The results showed that (1) Mr. I Gusti Ketut Pudja has a big roles in attempts for the independence of Indonesia, as PPKI’s member he did a lot of changes that fundamental to the survival of Indonesian statehood; (2) the values of heroism embodied by the figure of Mr. I Gusti Ketut Pudja namely: (a) patriotism; (b) tolerance; (c) courage; (d) self-sacrificed; (e) democracy; (f) multicultural; (g) solidarity; (3) The values of heroism Mr. I Gusti Ketut Pudja could be uses as a source of history education in senior high school with KTSP at Basic Competence (1.1) analyse the events around the proclamation in August, 17 1945 and the Indonesian government establishment.

(4)

4

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan sumber daya manusia, sehingga banyak negara asing yang ingin menguasai wilayah Indonesia. Salah satu bangsa asing yang pernah menjajah Indonesia adalah Jepang. Jepang merupakan kekuatan asing di Asia Tenggara yang memiliki kekuatan militer yang sangat kuat pada masanya. Namun, sebelum Jepang masuk ke Indonesia, Indonesia sudah berada di bawah kekuasaan negara asing lainnya yaitu Belanda. Serangan Jepang yang bertubi-tubi tidak mampu dibendung oleh Belanda, sehingga Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 melalui perjanjian Kalijati (Subang Jawa Barat).

Sebelum berhasil merebut Indonesia dari tangan Belanda, Jepang sedang menghadapi perang besar yaitu Perang Asia Timur Raya (bagian dari Perang Dunia II). Perang ini melibatkan dua kubu, yaitu kubu poros dan sekutu. Sadar bahwa posisinya terdesak dalam menghadapi Perang Asia Timur Raya, pemerintah Bala Tentara Jepang berusaha untuk menarik simpati bangsa Indonesia dengan berbagai cara, salah satunya yaitu memberi janji kemerdekaan kepada Indonesia namun dalam waktu yang tidak ditentukan.

Untuk merealisasikan janji kemerdekaan itu, Jepang kemudian membentuk BPUPKI pada tanggal 29 April 1945, yang bertujuan untuk membantu proses kemerdekaan Indonesia. Namun pada dasarnya hal ini hanya untuk menarik simpati rakyat Indonesia agar memberi bantuan kepada Jepang untuk menghadapi sekutu dalam perang.

Selanjutnya pada tanggal 7 Agustus 1945 Jepang membubarkan BPUPKI dan membentuk PPKI dengan anggota 21 orang. Salah satu anggotanya yaitu Mr. I Gusti Ketut Pudja. Beliau ditunjuk oleh Sukarno untuk mewakili Sunda Kecil, beliau ditunjuk karena dianggap memiliki kemampuan dan pengetahuan yang mumpuni. Selain karena pengalaman beliau yang pernah mengabdi di Kantor Karesidenan Bali-Lombok, beliau juga memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi, beliau menyandang gelar Sarjana Hukum yang pada saat itu sangat langka.

Akan tetapi peran beliau yang sangat besar dalam meraih kemerdekaan bangsa Indonesia tersebut belum banyak diketahui oleh masyarakat Bali pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Selain itu juga belum ada yang menggunakan Mr. I Gusti Ketut Pudja sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA.

Kajian tentang sosok Mr. I Gusti Ketut Pudja sudah pernah dilakukan oleh Rika Umar (1986) yang berjudul Mr. I Gusti Ketut Pudja

(Riwayat Hidup dan

Pengabdiannya). Selain pernah

dikaji oleh Rika Umar, sosok Mr. I Gusti Ketut Pudja juga sudah pernah di tulis oleh I Made Pageh (2011) dalam bentuk buku berjudul “Kepahlawanan dan Perjuangan

Sejarah Sekitar Proklamasi

Kemerdekaan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (Konteks

Lampah Mr. I Gusti Ketut Pudja,

1908-2010).Namun, dalam kajian ini

belum membahas secara intens masalah nilai-nilai kepahlawanan yang terkandung dari sosok Mr. I Gusti Ketut Pudja yang dapat dikaitkan pada pembelajaran sejarah di SMA.

Kajian tentang nilai-nilai kepahlawanan Mr. I Gusti Ketut

(5)

5 Pudja sangat penting untuk dijadikan sumber belajar sejarah di SMA dikaitkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kelas XII IPS. Hal ini dapat dicermati pada SK (1) Menganalisis pejuangan bangsa Indonesia sejak Proklamasi hingga lahirnya Orde Baru, dan KD (1.2) Menganalisis peristiwa sekitar proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan pemerintahan Indonesia pada materi upaya persiapan kemerdekaan Indonesia dan usaha-usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Adapun judul yang peneliti angkat dalam penelitian ini adalah Identifikasi Nilai-Nilai Kepahlawanan Mr. I Gusti Ketut pudja Dalam Usaha Meraih Kemerdekaan Bangsa Indonesia Dan Potensinya Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Di SMA.

Ada beberapa rumusan masalah yang dapat peneliti rumuskan, yaitu (1) bagaimanakah peranan Mr. I Gusti Ketut Pudja dalam usaha meraih kemerdekaan Bangsa Indonesia, (2) nilai-nilai kepahlawanan apakah yang dapat diwariskan dari perjuangan Mr. I Gusti Ketut Pudja dalam usaha meraih kemerdekaan Bangsa Indonesia bagi generasi muda dan

(3) bagaimanakah cara

pengintegrasian nilai-nilai kepahlawanan Mr. I Gusti Ketut Pudja sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA.

Kajian teori yang digunakan adalah kajian tentang pahlawan dan kepahlawanan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 636) pahlawan berarti seorang pejuang yang gagah berani, orang yang lebih menonjol karena keberanian serta pengorbanannya dalam membela kebenaran. Sejalan dengan itu Sumadio (1983: 289) berpendapat bahwa seorang pahlawan adalah seorang yang pada suatu saat dalam hidupnya telah memilih suatu

alternatif jalur hidup atau tindakan yang jelas mendahulukan kepentingan umum.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan secara umum bahwa kata pahlawan mengandung makna heroisme, mengandung kapasitas sebagai pelindung, penahan dari keadaan bahaya, dia sebagai bemper/tameng dalam situasi itu, dengan mengambil peranan sebagai penanggung jawab dalam keadaan genting. Seseorang tidak bisa menjadi seorang pahlawan, jika tidak memiliki syarat tentang apa yang sedang terjadi dilingkungan sekitarnya atau yang melingkupinya (Pageh, 2011: 7).

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 615), nilai adalah harga. Nilai adalah keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness). Nilai adalah suatu tujuan akhir yang di inginkan, mempengaruhi tingkah laku, yang digunakan sebagai prinsip atau panduan dalam hidup seseorang atau masyarakat. Selanjutnya Montefiore dkk (2012: 1) menerangkan bahwa nilai-nilai kepahlawanan adalah keberanian, toleransi, dan kesediaan berkorban.

Kepahlawanan melibatkan

kesediaan mengambil resiko, baik untuk melindungi kaum lemah maupun membela kebebasan. Pahlawan merasakan kewajiban terhadap sesuatu yang lebih dari

pada sekedar mengejar

kebahagiaan diri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai kepahlawanan bersumber dari dalam hati dan budi setiap individu, nilai-nilai itu tumbuh seiring dengan perkembangan kepribadian seseorang serta kematangan cara berfikir.

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang

(6)

6 hendak dicapai (Sanjaya, 2009: 174). Selain itu, Sumber belajar merupakan kebutuhan penting yang bisa menjadi sumber informasi, sumber alat, sumber peraga, serta kebutuhan lain yang diperlukan dalam pembelajaran.

METODE PENELITIAN

Penelitian mengenai sosok Mr. I Gusti Ketut Pudja menggunakan metode penelitian kualitatif yaitu: (1) Jenis penelitian yaitu menggunakan penelitian kualitatif (2) Teknik Penentuan lokasi Penelitian yaitu di Puri Sukasada (3) Teknik Penentuan Informan menggunakan purposive sampling (4) Instrumen Penelitian menggunakan (a) pedoman wawancara, (b) pedoman observasi (5) Teknik Pengumpulan Data (a) Teknik studi dokumen yaitu menggunakan sumber buku dan foto Mr. I Gusti Ketut Pudja (b) Teknik observasi yaitu di Puri Sukasada (c) Teknik wawancara yaitu dengan keluarga Mr. I Gusti Ketut Pudja, Legiun Veteran Kabupaten Buleleng dan guru sejarah (6) Metode Penjamin Keabsahan Data yaitu menggunakan triangulasi sumber data, (b) triangulasi metode, (7) Teknik Analisis Data mengunakan (a) pengumpulan data, (b) reduksi data, (c) penyajian data (d) mengambil kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan Mr. I Gusti Ketut Pudja Dalam Usaha Meraih Kemerdekaan Bangsa Indonesia

Peranan yang dilakukan oleh Mr. I Gusti Ketut Pudja memang sangat besar. Diawali dengan mengabdi di Kantor Karesidenan Bali Lombok, sebagai anggota PPKI mewakili Sunda Kecil, menjabat Gubernur Sunda Kecil, Sebagai

pimpinan dalam Desentralisasi Kementrian Dalam Negeri, Menjabat sebagai Menteri Kehakiman di Kabinet Putuhena pada bulan Mei 1950, Sebagai anggota Dewan Pengawas Keuangan dan anggota Panitia Negara Pembaharuan Undang-Undang Perbendaharaan pada tahun 1954, Menjabat sebagai Ketua Badan Pengawas Keuangan pada tahun 1957, Menjabat sebagai anggota DEPERNAS pada tahun 1960, Menjabat sebagai anggota Panitia Negara untuk menyusun sistem perpajakan, UU-P Agrarian dan Dewan Pertimbangan Sosial, Pada masa purnabhakti tahun 1968 ditunjuk sebagai Komisaris Pembina pada Asuransi Jiwa Bersama Bumi Putera 1912. Namun, dalam penelitian ini peneliti akan membahas peranan beliau sebagai anggota PPKI dan Gubernur Sunda Kecil.

Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan BPUPKI dan kemudian membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa Jepang Dokuritsu Junbi Inkai, dengan anggota 21 orang termasuk di dalamnya Mr. I Gusti Ketut Pudja (Lapian, 1996: 52). Untuk pengangkatan itu pada tanggal 9 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Drs. Mohamad Hatta, dan Dr. Radjiman Widiodiningrat dipanggil oleh Marskal Angkatan Darat Hisaici Tarauci ke Dalat Vietnam Selatan. Pembicaraannya adalah menyetujui

pembentukan PPKI dan

merencanakan pelaksanaan Proklamasi. Ketika itu di Jakarta terjadi penolakan di kalangan

pemuda karena sekutu

mengumumkan pemboman

terhadap kota Hirosima dan Nagasaki tanggal 6 dan 9 Agustus 1945. Pemuda memandang Jepang tidak mungkin dapat memenuhi janjinya “memberi hadiah” Kemerdekaan Indonesia, sehingga

(7)

7 sebelum sekutu datang ke Indonesia menggantikan penjajah jepang, Indonesia harus menang dengan kekuatan sendiri, bukan hadiah (Pageh, 2011: 77-78).

Karena golongan tua (Bung Karno-Bung Hatta) tetap pada pendiriannya tidak mau gegabah dan penuh kehati-hatian dalam menanggapi situasi politik genting itu, maka para pemuda memutuskan untuk “mengamankannya dari pengaruh Jepang” dengan membawanya ke Rengas Dengklok. Perundingan di Rengas Dengklok ini menghasilkan kesepakatan bahwa proklamasi akan dilaksanakan sesegera mungkin tanpa menunggu kemerdekaan hadiah Jepang (Umar, 1986: 24).

Peristiwa Rengas Dengklok terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 dini hari, berkat bantuan Ahmad Subardjo dengan memberi

jaminan keamanan dan

memperkenankan para pemuda ikut dalam merumuskan naskah proklamasi, maka malam itu juga Soekarno-Hatta diantar ke Jakarta. Langsung menuju rumah kediaman Laksamana Maeda di jalan Imam Bonjol Jakarta. Di rumah inilah proses naskah proklamasi Indonesia digodok dan ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Penggarap konsep naskah Proklamasi adalah Ir. Soekarno, Drs. Mohamad Hatta, Mr. Subardjo (golongan tua) dan Sukarni, Mbah Diro, B.M Diah (golongan muda) dalam ruangan terpisah yang ikut menyaksikan penyusunan naskah Proklamasi itu. Sedangkan yang hadir di rumah Laksmana Muda Maeda adalah hampir seluruh anggota PPKI termasuk Mr. I Gusti Ketut Pudja. (Pageh, 2011: 78-79).

Sebagaimana yang telah disepakati semula, para anggota PPKI, para pemimpin Indonesia dan

para pemuda menjelang pukul 10.30, telah berdatangan ke Pegangsaan Timur 56 untuk menyaksikan upacara pembacaan proklamasi. Hadir dalam pembacaan Proklamasi itu sekitar seratus orang, diantaranya terdapat Mr. I Gusti Ketut Pudja.

Setelah pembacaan

proklamsi selanjutnya adalah penyusunan tatanan mengenai kehidupan kenegaraan. Rapat pertama yang diadakan oleh PPKI setelah proklamasi berlangsung pada 18 Agustus 1945 tujuannya yaitu untuk membahas masalah rancangan Dasar Negara yaitu Pancasila yang dibuat pada tanggal 22 Juni 1945 dan UUD yang telah disiapkan oleh BPUPKI, khususnya pada kalimat “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” karena pemeluk agama lain merasa keberatan terhadap kalimat tersebut. Sebelum rapat dimulai, atas usul Mr. I Gusti Ketut Pudja, Soekarno dan Hatta meminta Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo, Mr. Teuku Mohammad Hasan untuk membicarakan Sila Pertama Dasar Negara , yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi

pemeluk-pemeluknya”. Beberapa

orang anggota tersebut dengan dipimpin oleh Hatta masuk ke dalam salah satu ruangan untuk bertukar pikiran mengenai cara pemecahan masalah tersebut. Akhirnya dalam waktu 15 menit dicapai kata sepakat untuk menghilangkan kalimat “dengan kewajiban menjalankan

syariat Islam bagi

pemeluk-pemeluknya”. Selanjutnya hasil

pertemuan singkat itu dibahas dalam sidang pleno dan seluruh peserta sidang menyepakati perubahan tersebut (Umar, 1986: 34).

Rapat dimulai pada pukul 11.30-13.30 dan dipimpin oleh

(8)

8 Soekarno-Hatta. Pada kesempatan itulah Mr. I Gusti Ketut Pudja kembali melakukan usulan perubahan pada alinea ketiga pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “atas berkat rakhmat Allah” kata “Allah” di ganti dengan “Tuhan” saja (Pageh, 2011: 92-93).

Dengan demikian Indonesia telah memiliki landasan kehidupan bernegara yang meliputi dasar negara yaitu UUD 1945. Sebelum rapat PPKI berakhir Soekarno selaku Presiden menunjuk Sembilan orang anggota panitia kecil yaitu Otto Iskandar Dinata, Subardjo, Sayuti Melik, Iwa Kusumassumantri, Wiranatakusumah, dr. Amir, A.A Hamidan, Mr. I Gusti Ketut Pudja dan Dr. Ratulangi. Panitia kecil ini ditugaskan untuk menyusun rancangan yang bersifat mendesak, yaitu masalah pembagian wilayah negara, kepolisian, tentara kebangsaan dan perekonomian (Umar, 1986: 36).

Kemudian sidang dilanjutkan lagi pada tanggal 19 Agustus 1945, agenda pertama yaitu membahas tentang hasil kerja panitia kecil pimpinan Otto Iskandar. Sebelum sidang dimulai Soekarno menunjuk Ahmad Subardjo dan Sutardjo untuk membentuk panitia kecil yang merencanakan pembentukan kementrian. Hasil kerja panitia kecil pimpinan Otto Iskandar kemudian dibahas dan menghasilkan keputusan sebagai berikut, pertama yaitu pembagian wilayah Republik Indonesia menjadi delapan provinsi beserta calon gubernurnya yaitu: Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Borneo (calon Ir. Moh. Noor), Sulawesi (calon Dr. G.S.S.J Ratulangi), Sunda Kecil (Mr. I Gusti Ketut Pudja), Sumatera (calon Mr. T. Mohamad Hasan), dan dua daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta. Kedua, adanya Komite Nasional (juga daerah) (Umar, 1986: 36).

Sejak saat itulah Mr. I Gusti Ketut Pudja menjabat sebagai Gubernur Sunda Kecil yang pertama.

Setelah ditetapkan sebagai Gubernur Sunda kecil dan menyelesaikan tugasnya sebagai wakil Sunda Kecil dalam PPKI, pada tanggal 23 Agustus 1945 Mr. I Gusti Ketut Pudja kembali ke Bali. Kedatangannya tidak segera diberitahu kepada para pemuda revolusioner. Kemudian pada keesokan harinya barulah beliau

menyampaikan bahwa

Kedatangannya ke Bali membawa mandat pengangkatannya sebagai Gubernur Sunda Kecil dan pengangkatan Ida Bagus Manuaba sebagai Ketua Komite Nasional Daerah Sunda Kecil. Untuk melengkapi pemerintahannya maka dibentuklah Badan Pekerja yang anggotanya antara lain terdiri atas Mohamad Ansar, I Gusti Bagus Oka dan Ida Bagus Putra Manuaba. Daerah yang berada di bawah kekuasaan Gubernur Sunda Kecil meliputi Bali, Lombok, Sumbawa, Sumba, Flores, Selor, Alor, Rote, Timor, Sabu, dan Wetar, Singaraja ditetapkan sebagai Ibukota Provinsi Sunda Kecil (Pendit, 1979: 69; Pageh, 2011: 96).

Mr. I Gusti Ketut Pudja selaku gubernur mulai melakukan gerakan politiknya yaitu melaksanakan mandat dari presiden untuk mengamankan proklamasi dan merebut kekuasaan dari tangan Jepang, maka Mr. I Gusti Ketut Pudja melakukan desakan politik kepada Jepang dengan mengajukan tuntutan. Adapun tuntutan tersebut yaitu, bendera Jepang yang dikibarkan di kantor-kantor agar diturunkan dan diganti dengan bendera Merah Putih, pemakaian waktu Jepang diganti dengan pemakaian waktu Indonesia, suasana perang seperti pembatasan jam malam, pemadaman lampu dan

(9)

9 sebagainya agar dicabut dan pengambilalihan tenaga administrasi oleh bangsa Indonesia sendiri. Namun tuntutan tersebut ditolak oleh pihak Jepang, hal ini menimbulkan kebencian dari para pemuda, akan tetapi mereka sudah tidak memiliki kekuatan persenjataan lagi karena PETA telah dibubarkan dan organisasi pemuda belum tersusun rapi untuk melakukan perlawanan terhadap pihak Jepang (Umar, 1986: 40).

Selain melakukan desakan politik terhadap Jepang, Mr. I Gusti Ketut Pudja juga melakukan usaha untuk menyatukan kedelapan raja yang ada di Bali. Bersama dengan Ida Bagus Putra Manuaba beliau berkeliling Bali untuk menyampaikan berita Proklamasi dan meminta dukungan raja-raja untuk mendukung pemerintahan Sunda Kecil. Beliau juga mengirim utusan ke Lombok dan Sumbawa Besar. Setelah kembali dari perjalanannya, Mr. I Gusti Ketut Pudja mendapat laporan dari I Made Putu selaku pimpinan BKR tentang kebulatan tekad para pemuda untuk bertindak tegas terhadap pemerintahan Jepang. Pada kesempatan itu I Made Putu mengusulkan untuk mengultimatum pihak Jepang. Hal ini disepakati oleh Mr. I Gusti Ketut Pudja dan para kepala jawatan di Sunda Kecil. Dalam ultimatum itu disebutkan bahwa Jepang harus menyerahkan kekuasaan kepada Gubernur Sunda Kecil. Apabila tuntutan itu tidak dipenuhi, maka keamanan pihak Jepang tidak terjamin lagi, sedangkan pemerintahan nasional RI setempat akan melakukan pemogokan.

Setelah selesai melakukan persiapan Mr. I Gusti Ketut Pudja dan Ida Bagus Putra Manuaba serta kepala jawatan setempat berangkat menuju kediaman Cookan untuk menyampaikan ultimatum tersebut.

Para pemuda dan masyarakat turut mengiringi perjalanan tersebut dengan meneriakkan kata merdeka sambil membawa bendera Merah Putih (Pageh, 2011: 99; Umar, 1986: 41).

Gesekan terus terjadi antara pemuda pejuang Bali dan pihak Jepang di tambah lagi dengan kedatangan tentara sekutu. Oleh karena itu maka Mr. I Gusti Ketut Pudja beserta pimpinan TKR segera

mengadakan rapat untuk

memperkuat pertahanan. Rapat diadakan pada tanggal 8 Desember 1945 di markas TKR Denpasar. dalam rapat ini diputuskan akan melakukan serangan terhadap tangsi-tangsi Jepang yang ada diseluruh Bali untuk merebut senjata yang sangat dibutuhkan oleh para pejuang. Namun penyerangan ini mengalami kegagalan karena sebelumnya rencana ini sudah dibocorkan oleh antek-antek penjajah atau penghianat perjuangan. Dampak dari serangan tersebut ternyata sangat luas, Mr. I Gusti Ketut Pudja beserta pimpinan lainnya ditangkap pada tanggal 13 Desember 1945 dan ditahan selama satu bulan (Pageh, 2011: 104; Wirawan, 2012: 106).

Pada tanggal 2 Maret 1946, tampak iring-iringan kapal Gajah

Merah mendarat di Pantai Sanur.

Setibanya di Sunda Kecil mereka langsung ingin bertemu dengan Gubernur Mr. I Gusti Ketut Pudja, pertemuan ini dimaksudkan untuk menghindari kesalah pahaman masyarakat mengenai kedatangan tentara sekutu ke Bali. Kemudian disampaikan bahwa kedatangan mereka ke Bali yaitu untuk melucuti senjata tentara Jepang, mengurus tawanan perang dan menjaga keamanan umum. Pada sore hari setelah melakukan pertemuan, tentara NICA mulai memancing kerusuhan dengan menurunkan

(10)

10 bendera Merah Putih secara paksa di Denpasar. Pada tanggal 11 Maret 1946, secara tiba-tiba tentara NICA mengepung kediaman Mr. I Gusti Ketut Pudja di bawah pimpinan Kapten Smith. Kemudian Mr. I Gusti Ketut Pudja beserta pemimpin lainnya ditahan dan di bawa ke Denpasar dengan alasan bahwa keamanan dan ketertiban tidak terjamin dan terjadi pembunuhan dimana-mana. Kejadian yang sama juga terjadi di Daerah Denpasar. Lagi-lagi ini hanya alasan dari NICA agar pemerintahan tidak berjalan dengan kondusif (Pendit, 1979: 143-144).

Disamping itu, Belanda dengan politk devide et impera-nya berusaha melemahkan kekuasaan Pemerintahan Republik Indonesia dengan mendirikan negara-negara boneka. Pada tanggal 15 Juli 1946 Letnan Jendera H.J Van Mook mengadakan suatu konferensi di Malino (sebelah utara Makassar). Dan konferensi ini memutuskan: Negara Indonesia nantinya harus berbentuk federasi, sebelum negara federal terbentuk, maka di dalam masa peralihan ini kedaulatan ada ditangan Belanda dan negara federal itu nantinya berhubungan erat dengan Kerajaan Belanda (Umar, 1986: 56).

Kemudian setelah Konferensi Malino, disusul dengan suatu konfersensi yang akan diadakan di Denpasar Bali. H.J Van Mook telah memiliki konsep tidak jauh berbeda seperti yang disodorkan pada waktu konferensi Malino. Konferensi Denpasar itu direncanakan untuk melahirkan sebuah negara dengan nama Negara Indonesia Timur (NIT).

Nilai-Nilai Kepahlawanan Mr. I Gusti Ketut Pudja Yang Dapat Diwariskan Bagi Generasi Muda

Generasi muda pada dasarnya adalah suatu kelompok manusia yang diharapkan mampu menjadi penerus kegiatan generasi tua yang dianggap baik. Generasi muda adalah sosok penerus kepemimpinan bangsa di masa depan yang lebih baik (Budiyasa, 2010: 108).

Nilai-nilai yang dapat diwariskan dari perjuangan Mr. I Gusti Ketut Pudja, yaitu: Nilai patriotisme, nilai toleransi, nilai keberanian, nilai rela berkorban, nilai demokratis, nilai multikultural dan nilai solidaritas. Nilai-nilai tersebut bias dijadikan sebagai dasar untuk menumbuhkan kesadaran sejarah dan cinta tanah air bagi generasi muda bangsa Indonesia.

Pengintegrasian Nilai-Nilai Kepahlawanan Mr. I Gusti Ketut Pudja Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah Di SMA

Nilai-nilai kepahlawanan Mr. I Gusti Ketut Pudja dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran sejarah di SMA berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan nilai-nilai kepahlawanan tersebut, dapat dikaitkan pada ranah pembelajaran kognitif dan afektif. Pada ranah kognitif siswa diharapkan mampu

memahami, mengaplikasi,

menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi tentang materi peranan Mr. I Gusti Ketut Pudja dalam usaha meraih kemerdekaan Bangsa Indonesia sesuai dengan Kompetensi Dasar (KD) yaitu menganalisis peristiwa proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan pemerintahan Indonesia pada materi upaya persiapan kemerdekaan indonesia. Pada ranah afektif diharapkan peserta didik tidak hanya mempelajari dan memahami materi tentang Peranan Mr. I Gusti Ketut

(11)

11 Pudja dalam usaha meraih kemerdekaan Bangsa imdonesia tetapi peserta didik juga harus mempelajari dan memahami nilai-nilai kepahlawanan Mr. I Gusti Ketut Pudja, seperti: patriotisme, rela berkorban, multikultural, demokrasi, , keberanian, solidaritas dan lain-lain, agar peserta didik dapat meneladani nilai-nilai tersebut di tegah-tengah terjadinya krisis nilai-nilai moral dan kesadaran sejarah.

Untuk bisa menyampaikan materi dengan baik mengenai nilai-nilai kepahlawana tersebut maka Dalam suatu proses pembelajaran, maka harus terlebih dahulu di integrasikan ke dalam silabus dan RPP, karena silabus dan RPP merupakan acuan guru dalam merencanakan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi kepada peserta didik agar maksud dan tujuan pembelajaran sejarah dapat tersampaikan dengan baik. Begitu pula dengan penjabaran nilai-nilai kepahlawanan di balik sosok Mr. I Gusti Ketut Pudja.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa Terdesaknya Jepang berdampa pada pemberian janji kemerdekaan kepada Indonesia, Jepang berharap bahwa rakyat Indonesia akan memberi dukungan penuh kepada Jepang untuk menghadapi tentara sekutu. Untuk mewujudkan janji tersebut, Jepang membentuk suatu

Badan Penyelidik Usaha

Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 29 April 1945.

Tujuannya yaitu untuk

mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.

Setelah kerja BPUPKI dirasa

cukup, kemudian Jepang

membubarkan BPUPKI pada tanggal 7 Agustus 1945. Selanjutnya Jepang membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang, termasuk di dalamnya adalah Mr. I Gusti Ketut Pudja sebagai wakil dari Sunda Kecil.

Beberapa perubahan yang fundamental yang dilakukan oleh Mr. I Gusti Ketut Pudja dalam rangka pembentukan kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satunya yaitu dalam pembentukan dasar negara yang kita sebut sebagai Pancasila. Mr. I Gusti Ketut Pudja mengusulkan perubahan pada sila pertama yang berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kewajiban menjalankan

syariat Islam bagi

pemeluk-pemeluknya” kata “…dengan

kewajiban…” diusulkan untuk

dihilangkan. Seperti yang kita lihat sekarang dalam Pancasila, sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Selain itu beliau juga mengusulkan perubahan pada alinea ke tiga pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “atas berkat rakhmat Allah” kata “Allah” diganti dengan “Tuhan”.

Setelah PPKI dibubarkan pada tanggal 22 Agustus 1945, beliau ditunjuk oleh Sukarno menjabat sebagai Gubernur Sunda Kecil yang pertama dan pada tanggal 23 Agustus beliau kembali ke tanah kelahirannya yaitu Bali. Dalam perjalanannya sebagai gubernur banyak prestasi yang diraih, salah satunya adalah berhasil mengibarkan bendera Merah Putih di Bali untuk yang pertama kalinya.

Dalam perjuangan Mr. I Gusti Ketut Pudja mengandung nilai-nilai kepahlawanan dalam usaha meraih kemerdekaan bangsa indonesia. Nilai-nilai kepahlawanan Mr. I Gusti Ketut Pudja tersebut nantinya dapat diwariskan ataupun diteladani oleh generasi muda bangsa seperti, nilai : (1) nilai patriotisme, (2) nilai

(12)

12 toleransi, (3) nilai keberanian, (4) nilai rela berkorban, (5) nilai demokratis, (6) nilai multikultural, (7) nilai solidaritas.

Selain dapat diwariskan kepada generasi muda, Nilai-nilai kepahlawanan Mr. I Gusti Ketut Pudja nantinya bisa dikaitkan pada Kompetensi Dasar (KD) dan Nilai Budaya dan Karakter Bangsa pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA kelas XII semester ganjil. Seperti yang tertara pada Kompetensi Dasar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA kelas XII semester ganjil, dengan Kompetensi Dasar (KD) “Menganalisis peristiwa sekitar proklamasi 17 Agustus 1945 dan pembentukan pemerintahan Indonesia pada materi “ Upaya persiapan kemerdekaan Indonesia.

Saran

Sebagai akhir dari tulisan ini, peneliti memberikan saran dan masukan kepada pihak-pihak terkait seperti: (1) Guru Sejarah, Guru sejarah dalam menyampaikan materi pelajaran sejarah, khusunya guru-guru yang mengajar di sekitar wilayah Sukasada dan Buleleng supaya mengaitkan materi pelajaran dengan lingkungan sekitar seperti perjuangan Mr. I Gusti Ketut Pudja (2) sekolah, hendaknya lebih memperluas materi pelajaran yang ada disekolah terutama sekolah yang berada di tanah kelahiran Mr. I Gusti Ketut Pudja (3) Bagi generasi muda, Agar meneladani dan mengaplikasikan nilai-nilai yang terkandung pada sosok Mr. I Gusti Ketut Pudja.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terselesaikannya artikel ini tidak terlepas dari kontribusi dan bantuan berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, arahan dan bimbingannya dalam menyusun artikel ini. Untuk itu dalam

kesempatan yang berbahagia ini, penulis mengucapkan terimakasih yang setulus-tulusnya kepada, (1) Dr. Tuty Maryati, M.Pd selaku pembimbing I, (2) Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II dan (3) Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum selaku penguji dan pembimbing III. Serta kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung

Daftar Rujukan

Lapian, A. B. 1996. Terminologi Sejarah 1945-1950 & 1950-1959. Jakarta: cv. Defit Prima Karya Jakarta.

Montefiore, Simon Sebag, dkk. Pahlawan Dalam Sejarah Dunia. 2012. Jakarta: Erlangga.

Pageh, I Made. 2011.

Kepahlawanan dan

Perjuangan Sejarah Sekitar

Proklamasi Kemerdekaan

Negara Kesatuan Republik Indonesia Konteks lampah Mr. I Gusti Ketut Pudja,

1908-2010. Denpasar: Pustaka

Larasan.

Pendit, S. Nyoman. 1979. Bali Berjuang. Jakarta: Gunung Agung.

Umar, Rika. 1986. Mr. I Gusti Ketut Pudja (Riwayat Hidup dan

Pengabdiannya). Jakarta:

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional.

Wirawan. A.A. Bagus. 2012. Pusaran Revolusi Indonesia di

Sunda Kecil (1945-1950).

Denpasar: Udayana

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Penelitian menunjukan bahwa (1) kemampuan pemecahan masalah siswa dengan gaya kognitif field dependent kelompok tinggi berkategori baik, siswa dengan gaya kognitif

Hasil penelitian menunjukkan bahwa eksklusi sosial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kecenderungan prososial partisipan dan tidak terdapat perbedaan antara

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat variasi sistem kelas interval terbaik berdasarkan uji klasifikasi dengan penyajian data menggunakan peta secara visual nampak

Penyimpangan terdiri dari penyimpangan yang direncanakan (misalnya ketersediaan bahan awal yang tidak mencukupi untuk proses produksi, sehingga dilakukan penyesuaian

Segi kelistrikan: mengubah energi kimia dari bahan bakar menjadi energi mekanik kemudian mengubah arus DC menjadi arus AC atau sebaliknya yang.. digunakan untuk

Kinerja pegawai di Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Pekalongan perlu ditingkatkan, hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Peserta Foto dan Video merupakan dokter umum/dokter perusahaan, mahasiswa Magister Kedokteran Kerja, dokter Magister Kedokteran Kerja, PPDS Kedokteran Okupasi,

Koordinasi dengan unit lain untuk kelanaran pelayanan klinik gigi III Kegiatan pokok .. a %ertanggung jawab terhadap terlaksananya pelayanan gigi sesuai dengan prosedur