• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kerangka kerja pengukuran trafik atau lalu-lintas internet menjadi penting, hal mana melalui kerangka kerja pengukuran dapat diimplementasikan sejumlah proses untuk menjaga kualitas layanan internet. Upaya implementasi pengukuran lalu-lintas internet sesuai kerangka kerja sebagai rujukan pada tingkat pengelola jaringan, adalah melalui SOP (Standar Operasional Prosedur) pemeliharaan jaringan. Permasalahan kemudian menjadi penyebab timbulnya masalah adalah jika terjadi masalah kendala jaringan yang lebih dahulu mengetahui adalah pihak pengguna layanan (Diamanta, 2011). Permasalahan keluhan lambatnya koneksi merupakan keluhan yang sering dikeluhkan pengguna layanan Internet (Chetty dkk, 2011). Telkom Indonesia melalui layanan 147 seharusnya lebih mengutamakan perolehan informasi peningkatan sistem jaringan telekomunikasi, tetapi saat ini lebih dominan sebagai layanan gangguan. Laporan pengaduan pengguna layanan selanjutnya ditindaklanjuti oleh pengelola jaringan, dengan melakukan pengecekan infrastruktur jaringan, untuk mencari dan memperbaiki kendala jaringan yang terjadi. Kondisi terbaik jika pengelola jaringan yang lebih dahulu mengetahui.

Salah satu bentuk menjaga kualitas layanan internet melalui pengukuran lalu-lintas internet. Hasil pengukuran tersebut selanjutnya dibandingkan dengan standar nilai QoS. Perubahan nilai QoS disebabkan faktor-faktor yang ada pada jaringan komputer sebagai sarana layanan Internet.

Sistem terpadu dari faktor penyebab yang mempengaruhi nilai QoS, pengukuran nilai QoS dan upaya tindakan dari perolehan hasil perbandingan pengukuran terhadap standar nilai QoS, agar kualitas layanan internet terjaga, apakah telah dilakukan secara otomatis atau masih manual ?. Jika dilakukan

(2)

secara terjadwal berarti dalam kategori manual dan ini menjadi masalah terhadap keselarasan dengan peningkatan pengguna internet saat ini, terus cenderung meningkat berdasarkan data statistik dari yang telah disampaikan sebelumnya.

Pengukuran lalu-lintas internet merupakan proses pengukuran jaringan internet dan analisis data untuk mengenali struktur dan karakter jaringan internet (Lee dkk, 2010). Melalui pengukuran yang baik pengelola jaringan akan mengenal struktur dan karakter jaringan yang dikelola, sehingga jika ditemukan kondisi anomali maka pengelola jaringan dapat segera melakukan tindakan perbaikan. Penelitian berkaitan hal ini cukup banyak dilakukan dan terus diperbaharui secara berkala setiap bulan, tetapi pada umumnya berbasiskan vendor (Cottrell, 2015), sebagai contoh dukungan terhadap perkembangan sistem operasi, aplikasi internet dan peralatan berbasiskan jaringan. Karena hasil penelitian berbasiskan vendor dilakukan secara tertutup dan rahasia, hasil yang disampaikan merupakan produk promosi, sehingga lebih mendukung dalam hal pemasaran produk, kurang mendukung pengembangan penelitian berkaitan pengukuran lalu-lintas internet bagi peneliti umum.

Forum diskusi isu-isu penelitian pengukuran lalu-lintas internet seperti IETF (The Internet Engineering Task Force), IPPM (IP Kinerjance Metrics), WG (Working Groups) dan di laboratorium berbagai penelitian yang dilakukan dalam komunitas internet terus diupayakan, salah satu tugasnya adalah untuk mengeksplorasi teknik pengukuran lalu-lintas internet sebelum siap menjadi standar IETF. Standarisasi QoS untuk kualitas layanan yang diterbitkan oleh ITU (International Telecommunication Union) telah ada, tetapi untuk menunjang upaya meningkatkan sesuai tujuan tanpa mengharuskan kebutuhan administrator jaringan sebagai personil pengelola jaringan memiliki tingkat literasi tertentu, diperlukan kerangka kerja secara khusus dan mudah diimplementasikan. Dengan pemilihan kerangka kerja yang mendukung optimasi layanan Internet, dapat diperoleh informasi dari sumber data jaringan berupa data karakteristik operasional dan pola-pola jaringan internet dari jaringan komputer yang diamati atau dikelola (Dermawan, 2012). Perolehan informasi data dibutuhkan sebagai bahan evaluasi untuk menginformasikan kinerja jaringan internet saat ini dan

(3)

bentuknya pada masa yang akan datang. Sehingga layanan dapat mendukung kebutuhan seiring kemajuan dan kebutuhan informasi dari masa ke masa (Soesetijo dan Hermawan, 2013).

Internet telah menjadi bagian hidup sebagian besar masyarakat dunia tidak terkecuali negara Indonesia. Struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat telah mengalami perubahan, yang dahulu sulit dalam mencari data sekarang dapat dengan mudah mencari data, bahkan hanya dalam hitungan detik. Salah satu pengaruh akibat sangat cepat dan sangat luasnya perkembangan dari ponsel cerdas yang mengikuti kebutuhan era informasi dewasa ini, peningkatan kebutuhan penggunaan Internet meningkat (Meeker, 2014). Dari data statistik dunia Internet World Stats pada tanggal 30 bulan Nopember tahun 2015, pengguna Internet telah mencapai 46,4% populasi penduduk dunia. Persentase jumlah tersebut sangat jauh jika dibandingkan pada saat awal Internet dipublikasikan secara umum bulan Desember tahun 1995 pengguna Internet baru mencapai 0,4% populasi penduduk dunia. Dengan pencapaian pengguna Internet hingga 42,4% populasi dunia, ini akan meningkatkan skalabilitas lalu-lintas internet. Dengan meningkatnya skalabilitas lalu-lintas internet, pihak pengelola lalu-lintas data jaringan memerlukan informasi besarnya lalu-lintas data internet. Faktor lain yang memicu peningkatan pengguna Internet meningkat tajam seperti di Indonesia adalah infrastruktur nirkabel dengan skala besar. Aplikasi berbasiskan media sosial merupakan salah satu aplikasi yang memiliki kontribusi tertinggi hingga 87,4%, berdasarkan data statistik bulan Februari 2015 dari APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia). Hampir disetiap tempat tersedia akses nirkabel. Diperkirakan saat ini ada 600 hotel mewah, 5.300 hotel ekonomis, dan 8.000 hotel berbiaya murah yang memerlukan peralatan nirkabel. Lebih dari 40 persen perusahaan di Indonesia akan menggunakan nirkabel sebagai jaringan kantor, sehingga sangat penting untuk memilih perangkat dan pendukung nirkabel yang berkualitas (Firlani, 2015). Kondisi ini memicu kecepatan peningkatan penggunaan Internet. Kegagalan sistem pada antar muka jaringan pada jaringan nirkabel lebih tinggi dibandingkan dengan kabel (Hoffman, 2015). Kegagalan transmisi pada nirkabel sangat berpengaruh terhadap standar nilai QoS (Azarfar

(4)

dkk, 2012). Kondisi ini menjadikan masalah dalam menjaga kualitas layanan internet.

Strategi pengambil kebijakan meningkatkan bandwidth dalam upaya meningkatkan kualitas layanan Internet merupakan keputusan yang pada umumnya diambil oleh pihak pengambil keputusan pada sekolah, perguruan tinggi atau perusahaan. Pengambilan keputusan tersebut umum diterapkan akibat maraknya penawaran pihak penyedia layanan Internet untuk meningkatkan bandwidth, dengan alasan menyesuaikan kebutuhan seperti di luar negri (Telkom DBS, 2015). Peningkatan kapasitas bandwidth meningkat tajam dari tahun ke tahun (PUSDATIN, 2013), kondisi ini dikarenakan kapasitas bandwidth berbanding lurus dengan jumlah pengguna, semakin banyak pengguna semakin besar kapasitas bandwidth yang dibutuhkan (Isnawati dkk 2015). Informasi ini diperkuat dengan hasil kuesioner yang telah dilakukan oleh peneliti bulan November 2014, diperoleh data kebijakan meningkatkan bandwidth adalah 67% dari data sampling sebanyak 21 responden pada tingkat jaringan menengah yang dilakukan. Permasalahannya adalah pengambilan kebijakan peningkatan kapasitas bandwidth dengan meningkatkan kapasitas sewa bandwidth dari pihak ISP (Internet Service Provider) belum tentu menyelesaikan masalah kendala jaringan, seperti kelambatan lalu-lintas data yang dirasakan secara langsung oleh pengguna layanan.

1.2. Rumusan Masalah

Melaksanakan SOP pemeliharaan jaringan komputer pada tingkat pengelola merupakan usaha untuk menjaga kinerja jaringan komputer. Pengukuran trafik atau lalu-lintas jaringan komputer merupakan pekerjaan utama bagi pengelola jaringan. Standar nilai QoS merupakan barometer dari pengukuran kinerja jaringan komputer. Wilayah kerja jaringan komputer yang dilibatkan hingga jaringan komputer global atau internet.

Berdasarkan latar belakang dan uraian sebelumnya, maka dapat diambil perumusan masalah sebagai berikut :

(5)

1. Bagaimana merancang dan membuat sistem rujukan pembentukan SOP berupa kerangka kerja pengukuran terpadu trafik internet, guna menjaga kinerja jaringan sesuai dengan standar nilai QoS ?

2. Apakah kerangka kerja pengukuran terpadu trafik internet mampu menjaga kinerja jaringan secara waktu nyata, sesuai dengan standarisasi nilai QoS ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah merancang dan membangun sistem usulan rujukan pembentukan SOP, berupa kerangka kerja pengukuran trafik internet yang terpadu, guna menjaga kinerja jaringan secara waktu nyata, sesuai dengan standarisasi nilai QoS.

1.4. Batasan masalah

Untuk melakukan proses penelitian, agar penelitian yang dilakukan tidak keluar dari jalur pembahasan maka peneliti membatasinya. Adapun batasan masalah dalam penelitian yang dilakukan adalah :

1. Protokol Internet yang digunakan IPv4, tidak membahasa IPv6. 2. Sistem operasi yang digunakan standar Linux debian.

3. Parameter QoS yang dibahas adalah packet loss, delay (latency), jitter, throughput tidak membahas MOS (Mean Opinion Score), echo cancellation, PDD (Post-Dial Delay).

4. Standarisasi kualitas layanan untuk delay dan jitter menggunakan ITU-T G.114 (05/2003), packet loss dan throughput menggunakan TIPHONE TR 101 329.

5. Standar untuk pengujian media komunikasi menggunakan IEEE 802.3

(6)

6. Simulasi pengujian dalam pengiriman lalu-lintas data menggunakan protokol ICMP, yang selanjutnya diimplementasikan sebagai penentuan konfigurasi pengukuran dari banyaknya data yang akan dikirimkan sebagai bagian dari variabel pengujian kualitas jaringan.

7. Masalah-masalah yang mempengaruhi jaringan yang dibahas dalam penelitian ini adalah kualitas komponen jaringan, serialization delay, routing/switching latency, queuing latency, congestion, topologi jaringan yang tidak tepat dan induksi listrik dan cuaca.

8. Tidak membahas model QoS penjadwalan paket data : Best-Effort Service, Integrated Service (IntServ), dan Differentiated Service (DiffServ). Hal mana fokus penelitian pada sisi pengukuran paket data, bukan pada penjadwalan paket data.

9. Terpadu dalam hal ini merupakan integrasi sistem pengukuran aktif, sistem pengukuran pasif dari pengukuran jaringan terpasang sebagai sumber data lalu-lintas jaringan, yang selanjutnya dilakukan pengamatan perbandingan dengan standar nilai QoS dalam perolehan informasi. Perolehan informasi tersebut menghasilkan rekomendasi usulan tindakan yang perlu dilakukan sebagai upaya menjaga kinerja jaringan tetap stabil.

10.Pengujian model pengukuran pasif berupa penyadapan atau perekaman (capture) lalu-lintas jaringan, dilakukan dengan standar paket penyadapan (sniffer packet), dalam hal ini menggunakan standar pustaka libpcap. Dalam pengujian digunakan psutil python library.

11.Pengujian model pengukuran aktif lalu-lintas jaringan untuk pengukuran kualitas layanan yang dilibatkan sebagai mesin aplikasi utama adalah Ping dan Iperf. Ping merupakan tool standar internal dan Iperf merupakan tool standar eksternal pada sistem operasi linux debian spesialis protokol TCP/IP.

(7)

1.5. Kontribusi Penelitian

Sebagai mana telah disinggung pada subbab latar belakang, peran SOP sangat penting, dalam hal ini sub pekerjaan pemeliharaan jaringan. SOP yang distandarisasikan oleh anri (Arsip Nasional Republik Indonesia) untuk jadwal, pelaksanaan, pelaporan dan upaya tindakan pemeliharaan dilakukan secara manual yang ditetapkan oleh penentu kebijakan atas dasar usulan pengelola lapangan, dalam hal ini pengelola jaringan (Syaifuddin, 2013). SOP tidak menggunakan referensi standar kerangka kerja pengukuran standar QoS, melainkan menggunakan referensi pemeliharaan perangkat keras, lunak dan jaringan secara umum, dalam hal ini khusus jaringan adalah pengamatan dan perbaikan fisik kabel (Puskom, 2012).

Dalam SOP pekerjaan pemeliharaan jaringan, diinstruksikan pengelola jaringan membuat jadwal waktu dan pelaksanaan pemeliharaan. Untuk jadwal pemeliharaan umumnya dilakukan dalam kondisi jaringan relatif tidak sibuk seperti pada pagi hari sebelum jam kerja atau sore hari setelah jam kerja, jika diperlukan untuk pemeliharaan total umumnya pihak pengelola akan mengumumkan ke pengguna layanan jaringan untuk sementara layanan jaringan tidak dapat digunakan selama masa pemeliharaan jaringan. Pekerjaan pemeliharaan jaringan berupa pengecekan infrastruktur jaringan dilakukan sesuai standar pengukuran kualitas layanan, hasil pengujian dicatat pada form laporan pemeliharaan. Jika ditemui kendala jaringan maka akan dilanjutkan dengan proses perbaikan. Seluruh hasil pekerjaan dilaporkan ke pihak penentu kebijakan sebagai bahan evaluasi. Selanjutnya untuk sistem manual tersebut dalam penelitian disertasi ini merupakan sistem pembanding.

SOP dengan menganut sistem pengukuran manual dan terjadwal sudah tidak tepat jika mengikuti tajamnya peningkatan penguna Internet saat ini, seperti yang telah disampaikan pada subbab latar belakang. Dalam pelaksanaannya jadwal manual tidak efesien, dikarenakan penggunaan jaringan tidak dapat diberlakukan seperti pekerjaan yang kapan mulai dan kapan berakhir, layanan Internet 24 jam mendorong pengguna memanfaatkan secara bebas waktu, tidak menginginkan ada kendala jadwal, terlebih sangat banyak aplikasi yang mampu melakukan

(8)

pekerjaan tunda atau terus menerus hingga pekerjaan selesai. Pelaksanaan secara manual sangat tidak efektif karena tergantung dari sistem kerja manusia sebagai pelaksana pekerjaannya. Selain itu saat melakukan pelaksanan dalam hal ini pengecekan jaringan, sistem layanan dikondisikan dalam kondisi istirahat, hanya sisitem pengecekan kualitas layanan yang diaktifkan. Ketidakefektifan lainnya adalah birokrasi jika terjadi kendala perlu tindakan pelaporan, persetujuan, pelaksanaan dan pelaporan akhir.

Atas dasar tersebut diusulkan pembentukan kerangka kerja pengukuran yang terpadu guna menjaga kinerja jaringan secara waktu nyata dan mengikuti standarisasi nilai QoS. Sistem waktu nyata (real-time) merupakan cara yang paling baik saat melakukan pengukuran layanan (DiCioccio dkk, 2012). Kontribusi kerangka kerja yang diusulkan mengupayakan penyederhanaan pekerjaan penjadwalan dan pelaksanaan pengukuran termasuk pelaporan hasil pengujian infrastruktur jaringan. Selanjutnya untuk sistem yang diusulkan tersebut dalam penelitian disertasi ini merupakan sistem usulan.

Kerangka kerja pengukuran yang diusulkan selanjutnya diusulkan sebagai dokumen referensi penyusunan SOP pemeliharaan jaringan. Melalui sistem rekomendasi, pengelola jaringan akan lebih dini dalam menyelesaikan masalah kendala jaringan jika terjadi sewaktu-waktu. Kontribusi penelitian disampaikan pada Gambar 1-1. Pada gambar terlihat pada SOP pemeliharaan jaringan sistem usulan memberikan proses yang lebih singkat dibanding dengan sistem pembanding. Terjadi proses penghilangan jadwal pengukuran dan meminimumkan proses pelaksanaan pengukuran dalam kaitannya pelaksanaan pemiliharaan jaringan.

(9)

SOP Pemeliharaan Jaringan (Sistem Pembanding)

SOP Pemeliharaan Jaringan (Sistem Usulan) Gambar 1-1, Kontribusi penelitian

(10)

1.6. Sistimatika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai penelitian disertasi ini, pembahasan secara garis besar akan dibuat menjadi enam bab dengan sistimatika penulisan laporan penelitian sebagai berikut :

1. BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang, tujuan penelitian, batasan masalah, kontribusi penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tinjauan penelitian terdahulu yang telah dilakukan dan di bandingkan dengan penelitian yang dilakukan.

3. BAB III : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi teori-teori utama berkaitan penelitian disertasi yang dilakukan. 4. BAB IV: METODE PENELITIAN

Bab ini berisi metode penelitian yang dilakukan. 5. BAB V : HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi hasil capaian penelitian yang dilakukan 6. BAB VI : KESIMPULAN

Referensi

Dokumen terkait

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

Banyak pendekatan yang dapat digunakan, salah satunya adalah model konseling spiritual teistik, berfokus pada nilai-nilai religius Islam untuk mengem- bangkan fitrah,

Diisi dengan bidang ilmu yang ditekuni dosen yang bersangkutan pada

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dalam rangka menunjang perbaikan regulasi pengusahaan UCG diperlukan litbang UCG di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang