• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI BERBASIS KETERAMPILAN HIDUP (LIFE SKILLS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI BERBASIS KETERAMPILAN HIDUP (LIFE SKILLS)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

286

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN AKUNTANSI

BERBASIS KETERAMPILAN HIDUP (LIFE SKILLS)

Irfan

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara irfanumsu@gmail.com

Submit: Review: Publish:

Abstract: The reality is that in the higher education environment, most

students are unable to connect what they learn with how this knowledge will be used. Students have difficulty understanding academic concepts as they are usually taught, namely using abstract and lecture methods. This study aims to determine the competencies of graduates needed by the job market, especially those related to financial accounting learning materials. Then compile the design of a life skills-based financial accounting learning model developed in the form of modules. The research found that there are 4 types of skills needed by the job market in financial accounting, namely: (1) cash accounting, (2) accounts receivable accounting, (3) inventory accounting and (4) fixed asset accounting. Meanwhile, the 2 types of skills that have been taught so far are short-term investment accounting and long-term investment accounting, according to respondents, which are rarely used in companies. They argued that the investment accounting was mostly done at the head office and for other reasons the instruments for investment transactions were inadequate.

Keyword: Learning Models, Life Skills

Abstrak: Kenyataan yang terjadi di lingkungan pendidikan tinggi, sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi lulusan yang dibutuhkan oleh pasar kerja terutama yang berkaitan dengan materi pembelajaran akuntansi keuangan. Kemudian menyusun rancangan model pembelajaran akuntansi keuangan berbasis kecakapan hidup dikembangkan dalam bentuk modul. Hasil penelitian ditemukan 4 jenis keterampilan yng dibutuhkan pasar kerja dalam bidang akuntansi keuangan yaitu tentang: (1) akuntansi kas, (2) akuntansi piutang, (3) akuntansi persediaan dan (4) akuntansi aktiva tetap. Sedangkan 2 jenis keterampilan yang selama ini diajarkan yaitu tentang akuntansi investasi jangka pendek dan akuntansi investasi jangka panjang menurut responden jarang dilakukan di perusahaan. Mereka beralasan akuntansi investasi tersebut banyak dilakukan di kantor pusat dan alasan lain instrument untuk transaksi investasi kurang memadai.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Keterampilan Hidup (Life Skills)

PENDAHULUAN

Tujuan pendidikan adalah menghasilkan manusia yang berkualitas di bidangnya masing-masing. Dalam konteks pembaharuan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas

(2)

287 pembelajaran dan efektivitas metode atau model pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus komprehensif dan responsive terhadap dinamika sosial, relevan, tidak overload, dan mampu mengakomodasikan keberagaman keperluan dan kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk meningkatkan hasil pendidikan. Dan secara mikro harus ditemukan strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif di kelas, yang lebih memberdayakan potensi mahasiswa. Ketiga hal itulah yang sekarang menjadi fokus pembaruan pendidikan di Indonesia.

Kenyataan yang terjadi di lingkungan pendidikan tinggi, sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan. Siswa memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik sebagaimana mereka biasa diajarkan, yaitu menggunakan sesuatu yang abstrak dan metode ceramah. (Depdiknas, 2002). Hal ini juga terjadi pada lulusan akuntansi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, akibatnya mahasiswa kurang mampu mengaplikasikan keilmuan yang diperoleh di perdosenan tinggi kepada pekerjaan mereka sesunggunya.

Mengatasi permasalahan tersebut diperlukan perubahan terhadap model pembelajaran mahasiswa Program Studi akuntansi. Salah satu model pembelajaran untuk mengantisipasi permasalahan tersebut adalah dengan model pembelajaran berbasis keterampilan hidup (life skill). Diharapkan dengan pengembangan model pembelajaran tersebut akan memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan kualitas lulusan Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan menjadi model bagi pengembangan life skill bagi perdosenan tinggi lainnya di Indonesia.

a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Life Skill

Banyak ahli berpendapat bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa atau peserta latihan belum dapat diaplikasikan untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari meskipun masalah itu relevan dengan pengalaman belajar yang diperoleh di lembaga pendidikan. Sedikit saja masalah itu bergeser atau berbeda dengan pengalaman belajar yang diperoleh di kelas maka siswa sudah kesulitan untuk memecahkannya, hal yang sama terjadi pula pada lulusan perdosenan tinggi.

Dengan kata lain sedikit saja konteks masalah yang dihadapi siswa berbeda dengan pengalaman belajarnya maka siswa sulit bahkan tak dapat lagi menyelesaikannya. Permasalahan ini sebenarnya adalah karena kurangnya orientasi kecakapan hidup (life skill) dalam pembelajaran.

Banyak pendapat dan literatur yang mengemukakan bahwa pengertian kecakapan hidup bukan sekedar keterampilan untuk bekerja (vokasional) tetapi memiliki makna yang lebih luas. WHO (1997) mendefinisikan bahwa kecakapan hidup sebagai keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif, yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif.

(3)

288 Kecakapan hidup juga didefenisikan sebagai kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya Depdiknas (2002).

Pengertian kecakapan hidup tidak semata-mata hanya memiliki kemampuan tertentu (vocational job), namun juga memiliki kemampuan dasar pendukung secara fungsional seperti: membaca, menulis, dan berhitung, merumuskan dan memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam kelompok, dan menggunakan teknologi (Dikdasmen, 2002).

Barrie Hopson dan Scally (1981) mengemukakan bahwa kecakapan hidup merupakan pengembangan diri untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berkembang, memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dan berhubungan baik secara individu, kelompok maupun melalui sistem dalam menghadapi situasi tertentu. Sementara Brolin (1989) mengartikan lebih sederhana yaitu bahwa kecakapan hidup merupakan interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan sehingga seseorang mampu hidup mandiri.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 26 ayat (3) disebutkan bahwa pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan yang memberikan kecakapan personal, sosial, intelektual, dan vokasional untuk bekerja atau usaha mandiri.

Menurut Blanchard (2001) pengembangan kecakapan hidup merupakan salah satu inovasi pendidikan. Pendekatan kontekstual (contextual leaching and learning) dan penganggaran terpadu termasuk pendekatan hidup sebagai kontinum pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang untuk berfungsi secara independent dalam kehidupan.

b. Tujuan Life Skill

Pada hakekatnya pendidikan berorientasi kecakapan hidup bertujuan untuk mengarahkan pendidikan sesuai dengan fitrahnya yakni mengembangkan potensi seseorang untuk dapat berperan menghadapi masalah dimasa datang. Melalui pendidikan kecakapan hidup maka peserta latihan dapat dilatih dengan bekal kecakapan hidup baik untuk menata dan mengendalikan dirinya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan belajarnya dan masyarakat maupun kecakapan untuk bekerja yang dapat dijadikan sebagai sumber penghidupan.

Dengan demikian tujuan pendidikan berorentasi pada kecakapan hidup dapat dirinci menjadi tiga, yaitu : (1) mengaktualisasikan potensi peserta latihan sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, (2) memberikan kesempatan kepada lembaga latihan untuk mengembangkan latihan yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan (3) mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya lingkungan sekolah atau lembaga latihan dengan memberikan peluang pemanfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat sesuai dengan prinsip berbasis sekolah (Depdiknas, 2002).

(4)

289 Naval Air Station Antlanta (2002) menuliskan bahwa tujuan pendidikan kecakapan hidup adalah: untuk meningkatkan kekuatan keluarga dan pertumbuhan melalui pendidikan; untuk mengajarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang relevan dengan hidup keluarga, untuk mengeksplorasi pribadi, sikap dan nilai-nilai, dan membantu anggota memahami dan menerima sikap dan nilai-nilai orang lain; untuk mengembangkan kemampuan interpersonal yang berkontribusi pada kesejahteraan keluarga; untuk mengurangi konflik keluarga, meningkatkan produktivitas, dan untuk mendorong dasar pemberian program pendidikan keluarga dan rujukan yang sesuai untuk program-program masyarakat.

c. Jenis Kecakapan Hidup

Secara umum ada dua macam life skill, yaitu general life skill (GLS) dan specific life skill (SLS). General life skill dibagi menjadi dua yaitu personal life skill (kecakapan personal) dan socialskill (kecakapan social). Kecakapan personal itu sendiri terdiri dari self awarness skill (kecakapan mengenal diri) dan thinking skill (kecakapan berpikir). Spesific life skill juga dibagi menjadi dua yaitu academic skill (kecakapan akademik) dan vocational skill (kecakapan vokasional/kejuruan) (Depdiknas, 2003). Kecakapan mengenal diri meliputi kesadaran sebagai makhluk Tuhan, kesadaran akan eksistensi diri, dan kesadaran akan potensi diri. Kecakapan berpikir meliputi kecakapan menggali informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan dan kecakapan memecahkan masalah. Kecakapan sosial meliputi kecakapan komunikasi lisan, komunikasi tulisan, dan kecakapan bekerjasama. Kecakapan akademik meliputi kecakapan mengidentifikasi variabel, menghubungkan variabel, merumuskan hipotesis dan kecakapan melaksanakan penelitian. Kecakapan vokasional/kejuruan terkait dengan bidang pekerjaan tertentu.

Menurut WHO, kecakapan hidup juga mencakup lima jenis, yaitu: (1) kecakapan mengenal diri, (2) kecakapan berpikir, (3) kecakapan sosial, (4) kecakapan akademik, dan (5) kecakapan kejuruan (WHO, 1997). Penggolongan lain mengemukakan bahwa kecakapan hidup terdiri dari beberapa bentuk: 1). Kecakapan kesadaran, diri merupakan penghatan diri sebagai makhluk Tuhan, anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. 2). Kecakapan rasional merupakan kecakapan yang meliuti kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan, serta kecakapan memecahkan masalah. 3). Kecakapan sosial mencakup kecakapan komunikasi dengan empati dan kecakapan bekerjasama. 4). Kecakapan akademik merupakan kemampuan berfikir ilmiah yang dikembangkan dari berfikir rasional, bila berfikir rasional masih bersifat umum maka kecakapan akademik sudah lebih mengarah pada kegiatan yang bersifat akademik atau keilmuan. Kecakapan akademik meliuti kecakapan melakukan indentifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena tertentu yang terdapat di masyarakat (Depdiknas, 2002).

(5)

290

d. Pengembangan Life Skill

1). Pengembangan Silabus Life Skill

Di kalangan perdosenan tinggi silabus ini biasa juga dikenal dengan Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP). Silabus adalah suatu rencana yang mengatur kegiatan pembelajaran dan pengelolaan kelas, serta penilaian hasil belajar dari suatu mata kuliah. Silabus ini merupakan bagian dari kurikulum sebagai penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar. Dengan demikian pengembangan silabus ini minimal harus mampu menjawab pertanyaan sebagai berikut: kompetensi apakah yang harus dimiliki oleh peserta didik, bagaimana cara membentuk kompetensi tersebut, dan bagaimana cara mengetahui bahwa peserta didik telah memiliki kompetensi itu (Tim PEKERTI-AA PPSP LPP, 2007).

Makna silabus juga dijelaskan Depdiknas (2007) yakni merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran/bahan kajian, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk proses penilaian. Dalam mengembangkan silabus dan perangkat lainnya mengacu pada Standar Isi yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.

Langkah-langkah pengembangan silabus (GBPP) secara umum mencakup: 1) Menentukan standar kompetensi

2) Menentukan kompetensi dasar

3) Mengembangkan indikator, sebagai penjabaran dari SK dan KD 4) Menentukan materi pembelajaran

5) Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang kontekstual 6) Menentukan jenis dan bentuk penilaian

7) Mempertimbangkan alokasi waktu

8) Menentukan media/alat/sumber/bahan yang sesuai

2). Pengembangan Rencana Pembelajaran

Setelah silabus selesai dibuat, maka dosen perlu menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk satu kali tatap muka. RPP ini juga biasa disebut dengan Satuan Acara Pembelajaran (SAP).

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan menajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus. RPP ini dapat digunakan oleh setiap pengajar sebagai pedoman umum untuk melaksanakan pembelajaran kepada peserta didiknya, karena di dalamnya berisi petunjuk secara rinci, pertemuan demi pertemuan, mengenai tujuan, ruang lingkup materi yang harus diajarkan, kegiatan belajar mengajar, media, dan evaluasi yang harus digunakan (Tim PEKERTI-AA PPSP LPP, 2007).

Adapun komponen dari RPP menurut Depdiknas (2007) minimal harus memuat:

(6)

291 b. Indikator pencapaian c. Tujuan pembelajaran d. Materi Ajar/Pembelajaran e. Metode Pengajaran f. Kegiatan Pembelajaran g. Sumber/Alat/Bahan Belajar h. Penilaian

Aspek kecakapan hidup dapat diintegrasikan dalam indikator baik yang dirancang dalam silabus maupun dalam RPP, dan tercermin dalam kegiatan pembelajaran sehingga tampak jelas kegiatan apa yang dilakukan siswa sejalan dengan konteks kehidupan sehari-hari yang menyangkut fisik dan mentalnya. Caranya dengan merumuskan kata kerja operasional (KKO) yang mencerminkan suatu aspek dari kecakapan hidup.

e. Pola Pelaksanaan Pembelajaran Life Skill

Menurut Depdiknas (2007) pada intinya pendidikan kecakapan hidup membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri untuk dikembangkan dan diamalkan, berani menghadapi problema kehidupan, serta memecahkannya secara kreatif. Pendidikan kecakapan hidup bukanlah mata pelajaran, sehingga dalam pelaksanaannya tidak perlu merubah kurikulum dan menciptakan mata pelajaran baru. Yang diperlukan disini adalah mereorientasi pendidikan dari mata pelajaran ke orientasi pendidikan kecakapan hidup melalui pengintegrasian kegiatan-kegiatan yang pada prinsipnya membekali peserta didik terhadap kemampuan-kemampuan tertentu agar dapat diterapkan dalam kehidupan keseharian peserta didik. Pemahaman ini memberikan arti bahwa mata pelajaran dipahami sebagai alat dan bukan tujuan untuk mengembangkan kecakapan hidup yang nantinya akan digunakan oleh peserta didik dalam menghadapi kehidupan nyata.

Prinsip-prinsip pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup sebagai berikut: 1) Tidak mengubah sistem pendidikan yang berlaku

2) Tidak mengubah kurikulum yang berlaku

3) Pembelajaran menggunakan prinsip empat pilar, yaitu: belajar untuk tahu, belajar menjadi diri sendiri, belajar untuk melakukan, dan belajar untuk mencapai kehidupan bersama

4) Belajar konstekstual (mengkaitkan dengan kehidupan nyata) dengan menggunakan potensi lingkungan sekitar sebagai wahana pendidikan

5) Mengarah kepada tercapainya hidup sehat dan berkualitas, memperluas wawasan dan pengetahuan, dan memiliki akses untuk memenuhi standar hidup secara layak.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pendidikan kecakapan hidup yang diberikan sampai dengan jenjang sekolah menengah lebih berorientasi pada upaya mempersiapkan peserta didik menghadapi era informasi dan era globalisasi. Pada intinya pendidikan kecakapan hidup ini membantu dan membekali peserta didik

(7)

292 dalam pengembangan kemampuan belajar, menyadari dan mensyukuri potensi diri, berani menghadapi problema kehidupan, serta mampu memecahkan persoalan secara kreatif. Pendidikan kecakapan hidup bukan mata pelajaran baru, akan tetapi sebagai alat dan bukan sebagai tujuan. Penerapan konsep pendidikan kecakapan hidup terkait dengan kondisi peserta didik dan lingkungannya seperti substansi yang dipelajari, karakter peserta didik, kondisi sekolah dan lingkungannya.

Lebih lanjut penekanan pembelajaran kecakapan hidup pada masing-masing jenjang dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 1. Pembelajaran pada Berbagai Jenjang Pendidikan

Gambar di atas menunujukkan penekanan porsi pembelajaran antara kecakapan hidup dan substansi mata pelajaran yang ada di masing-masing jenjang pendidikan. Pada jenjang TK/SD/SMP, porsi kecakapan hidup sangat besar dan porsi substansi mata pelajaran masih kecil. Sedangkan pada jenjang SMA, porsi kecakapan hidup makin berkurang dan substansi mata pelajaran semakin bertambah. Begitu pula pada jenjang S1 dan S2, porsi kecakapan hidup semakin berkurang karena porsi akademik semakin besar.

Prinsip pembelajaran kecapakan hidup lebih kepada pembelajaran kontekstual, yaitu adanya keterkaitan antara kehidupan nyata dengan lingkungan dan pengalaman peserta didik. Lebih lanjut hubungan antara mata pelajaran, kecakapan hidup, dan kehidupan nyata dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2. Hubungan Pelajaran, Kecakapan Hidup dan Kehidupan Nyata

Pendidikan kecakapan hidup bukan sebagai mata pelajaran melainkan bagian dari materi pendidikan yang terintegrasi dalam mata pelajaran. Perangkat pembelajaran untuk semua jenis baik mata pelajaran maupun jenjang pendidikan yang mengintegrasikan kecakapan hidup, dirancang/disusun secara kontekstual, sebagaimana digambarkan dalam ilustrasi berikut ini.

(8)

293 Gambar 3. Perangkat Pembelajaran

f. Penilaian Pembelajaran Life Skill

Penilaian dapat diklasifikasikan kedalam penilaian eksternal dan penilaian internal. Penilaian eksternal merupakan penilaian yang dilakukan oleh pihak lain yang tidak melaksanakan proses pembelajaran. Penilaian eksternal dilakukan oleh suatu lembaga, baik dalam maupun luar negeri, dimaksudkan antara lain untuk pengendali mutu. Sedangkan penilaian internal adalah penilaian yang dilakukan dan direncanakan oleh dosen pada saat proses pembelajaran berlangsung dalam rangka penjaminan mutu.

Penilaian kelas merupakan penilaian internal (internal assessment) terhadap hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh dosen di kelas atas nama sekolah untuk menilai kompetensinya pada tingkat tertentu pada saat dan akhir pembelajaran, sehingga dapat diketahui perkembangan dan ketercapaian berbagai kompetensi peserta didik. Penilaian kelas merupakan suatu proses yang dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan, pengumpulan informasi melalui sejumlah bukti yang menunjukkan pencapaian hasil belajar peserta didik, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang hasil belajar peserta didik. Penilaian kelas dilaksanakan melalui berbagai cara, seperti tes tertulis (paper and pencil test), penilaian hasil kerja peserta didik melalui kumpulan hasil kerja/karya peserta didik (portofolio), penilaian produk, penilaian proyek dan penilaian unjuk kerja (performance) peserta didik. Bentuk penilaian seperti ini disebut dengan penilaian hasil belajar.

Penilaian hasil belajar baik formal maupun informal diadakan dalam suasana yang menyenangkan, sehingga memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dipahami dan mampu dikerjakannya. Hasil belajar seorang peserta didik tidak dianjurkan untuk dibandingkan dengan peserta didik lainnya, tetapi dengan hasil yang dimiliki peserta didik tersebut sebelumnya. Dengan demikian peserta didik tidak merasa dihakimi oleh dosen tetapi dibantu untuk mencapai apa yang diharapkan.

Penilaian kelas bertujuan untuk menilai kompetensi peserta didik pada tingkat tertentu pada saat proses dan akhir pembelajaran, sehingga dapat diketahui

(9)

294 perkembangan dan ketercapaian berbagai kompetensi yang telah dicapai peserta didik.

Dalam melaksanakan penilaian, sebaiknya dosen perlu:

1) memandang penilaian dan kegiatan belajar-mengajar secara terpadu.

2) mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat penilaian sebagai cermin diri.

3) melakukan berbagai strategi penilaian di dalam program pengajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik.

4) mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik.

5) mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik.

6) menggunakan cara dan alat penilaian yang bervariasi.

Agar penilaian objektif, dosen harus berupaya secara optimal untuk:

1) memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja peserta didik dan tingkah laku dari sejumlah penilaian.

2) membuat keputusan yang adil tentang penguasaan kompetensi peserta didik dengan mempertimbangkan hasil kerja (karya).

Beragam teknik dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai. Penilaian kompetensi dasar dilakukan berdasarkan indikator-indikator pencapaian kompetensi yang memuat satu ranah atau lebih. Dengan indikator-indikator ini, dapat ditentukan penilaian yang sesuai. Untuk itu, ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu: (1) penilaian unjuk kerja, (2) penilaian sikap, (3) penilaian tertulis, (4) penilaian proyek, (5) penilaian produk, (6) penggunaan portofolio, dan (7) penilaian diri.

Tindak lanjut merupakan langkah penting untuk dilakukan sebagai suatu rencana kegiatan (action plan) untuk memaksimalkan atau mengoptimalkan ketercapaian kompetensi peserta didik. Rencana tindak lanjut ini juga dapat dipergunakan sebagai alat untuk "memantau dan mengevaluasi" efektifitas pelaksanaan proses pembelajaran itu sendiri. Dalam implementasinya, silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memperhatikan masukan hasil penilaian terhadap hasil belajar, proses, pelaksanaan pembelajaran, serta evaluasi rencana pembelajaran.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara khususnya di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan pada tahun anggaran 2009 sampai 2011.

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka penelitian secara keseluruhan menggunakan penelitian metode research and development (R&D). Sesuai model

(10)

295 pendekatan research and development maka pelaksanaannya penelitian ini mengikuti langkah-langkah: survey pendahuluan, perancangan model, uji model, model akhir dan sosialisasi.

1. Tahap I (Tahun 2009)

Dalam tahap atau tahun pertama ini akan dilakukan survey pendahuluan pada dunia usaha yang ada di Sumatera Utara untuk menemukan kompetensi apa yang mereka butuhkan untuk lulusan sarjana akuntansi. Informasi yang diperoleh dari survey pendahuluan menjadi dasar untuk pengembangan rencana/rancangan model pembelajaran life skill.. Hasil kajian pada tahun pertama ini adalah kurikulum, metode, modul, media, dan evaluasi pembelajaran

2. Tahap II (Tahun 2010)

Pada tahap kedua dilakukan pengujian atas model pembelajaran life skill, hasilnya adalah informasi dampak model pembelajaran terhadap prestasi belajar mahasiswa. Informasi ini akan menjadi dasar untuk evaluasi pengembangan model akhir pembelajaran life skill.

3. Tahap III (Tahun 2011)

Pada tahap ketiga dilakukan penyusunan model pembelajaran life skill dalam bentuk pedoman atau panduan atas pelaksanaan model pembelajaran. Selanjutnya model beserta pedoman yang telah dikembangkan disosialisasikan kepada dosen di lingkungan UMSU, serta ke perdosenan tinggi lain yang ada di Kota Medan dalam bentuk seminar hasil dan workshop.

HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Studi Pendahuluan

Untuk mendapatkan komptensi apa yang dibutuhkan perusahaan maka dilakukan survey terhadap 30 perusahaan yang ada di Sumatera Utara. Hal ini dilakukan untuk melihat kompetensi dan materi ajar akuntansi keuangan apa yang dibutuhkan perusahaan sesuai dengan silabi dan materi yang selama ini digunakan pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Berdasarkan hasil survey tersebut, ditemukan 4 jenis keterampilan yaitu tentang: (1) akuntansi kas, (2) akuntansi piutang, (3) akuntansi persediaan dan (4) akuntansi aktiva tetap, yang diidentifikasi dari sejumlah responden dalam bidang akuntansi keuangan yang dipandang dapat menjadi program kecakapan hidup dan perlu untuk diajarkan pada mata kuliah akuntansi keuangan di program studi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.

Sedangkan 2 jenis keterampilan yang selama ini diajarkan yaitu tentang akuntansi investasi jangka pendek dan akuntansi investasi jangka panjang menurut responden jarang dilakukan di perusahaan. Mereka beralasan akuntansi investasi tersebut banyak dilakukan di kantor pusat dan alasan lain instrument untuk transaksi investasi kurang memadai. Sehingga jumlah jenis keterampilan yang direkomendasikan untuk dapat diajarkan dalam bidang akuntansi keuangan dengan berbasis kecakapan hidup,antara lain :

(11)

296 1. Akuntansi Kas

2. Akuntansi Piutang 3. Akuntansi Persediaan 4. Akuntansi Aktiva Tetap

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap jenis jenis keterampilan pada bidang akuntansi keuangan yang telah diperoleh maka selanjutnya dikembangkan untuk menjaring dan menemukan topik-topik yang dapat diajarkan/dilatihkan untuk dapat menguasai masing-masing keterampilan. Hasil penjaringan topik-topik materi yang diperoleh pada masing-masing bidang keterampilan, secara lengkap ditunjukkan pada tabel 1 berikut :

Tabel 5.1. Rincian topik-topik materi untuk setiap jenis keterampilan No Jenis Keterampilan Topik Materi yang Relevan 1 Akuntansi Kas (Pencatatan,

Perhitungan dan Penyusunan Laporan)

1. Dana Kas Kecil 2. Rekonsiliasi Bank 2 Akuntansi Piutang (Pencatatan,

Perhitungan dan Pelaporan) 1. Pencatatan Timbulnya Piutang 2. Pelunasan Piutang 3. Penghapusan Piutang 3 Akuntansi Persediaan (Pencatatan, Perhitungan dan Pelaporan) 1. Sistem Pencatatan 2. Metode Penilaian 4 Akuntansi Aktiva Tetap

(Pencatatan, Perhitungan dan Pelaporan)

1. Harga Perolehan

2. Biaya Setelah Perolehan 3. Depresiasi dan Deplesi 4. Penilaian Kembali 5. Penjualan Aktiva Tetap

Dari penelitian ini telah ditemukan beberapa jenis keterampilan yang perlu dikembangkan oleh program studi akuntansi khususnya untuk mata kuliah akuntansi keuangan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha. Lulusan perdosenan tinggi diharapkan akan dapat memasuki dunia kerja bila mereka dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bidang pekerjaan yang akan dilaksanakan berorientasi pada kecakapan hidup. Dengan kata lain kemampuan mahasiswa merupakan replika dunia usaha dan industri. Salah satu faktor penentu kesesuaian kemampuan yang dimiliki mahasiswa dengan kebutuhan lapangan kerja adalah silabi dan materi ajar. Hasil survey terhadap responden juga memberikan informasi bahwa dunia usaha mengharapkan lulusan sarjana akuntansi harus mampu menggunakan teknologi komputer dalam memproses transaksi akuntansi. Kemudian mereka juga memberikan masukan untuk membekali calon akuntan dengan pemahaman perpajakan dan analisis terhadap isi laporan keuangan.

b. Rencana Pembelajaran

(12)

297 Silabus (Garis-garis Besar Program Pembelajaran) akan disusun dalam bentuk matriks seperti berikut ini:

Tabel 5.2. Rencana Garis-garis Besar Program Pembelajaran

Adapun komponen silabus mata kuliah Akuntansi Keuangan I, menurut format di atas dapat dilihat pada bagian di bawah ini.

1. Identitas Mata Kuliah

Identitas mata kuliah meliputi: nama mata kuliah yakni Akuntansi Keuangan, kode mata kuliah ………, bobot mata kuliah sebanyak 3 SKS, semester …………, dan mata kuliah prasyarat yakni ……...

2. Standar Kompetensi (SK)

Standar Kompetensi adalah seperangkat kompetensi yang dibakukan sebagai hasil belajar materi pokok tertentu dalam satuan Pendidikan, merupakan kompetensi bidang pengembangan dan materi pokok persatuan pendidikan per satu kelas yang harus dicapai peserta didik selama satu semester. Standar kompetensi untuk mata kuliah Akuntansi Keuangan I adalah ………..

3. Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi Dasar adalah rincian kompetensi dalam setiap aspek materi pokok yang harus dilatihkan kepada peserta didik sehingga kompetensi dapat diukur dan diamati. Kompetensi Dasar selalu dilakukan perbaikan dan pengayaan guna memenuhi keinginan pasar.

Adapun kompetensi dasar dari mata kuliah Akuntansi Keuangan I adalah sebagai berikut:

1) Mengenal serta memahami segala hal yang berhubungan dengan akuntansi mengenai kas dan kaitannya dengan bank lengkap dengan segala aspek permasalahannya.

2) Memahami pengertian dan jenis jenis piutang serta pencatatan piutang. 3) Memahami apa yang dimaksud dengan persediaan, cara-cara penilaian

dan pencatatanya dengan metode harga perolehan.

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN

Fakultas : Ekonomi Program Studi : Akuntansi

Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan I Kode Mata Kuliah :

Bobot : 3 SKS Semester : Mata Kuliah Prasyarat :

Kompetensi Dasar Indikator Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Bentuk Penilaian Alokasi Waktu Sumber Pembelajaran Evaluasi Pembelajaran

(13)

298 4) Memahami segala hal yang berhubungan dengan akuntansi aktiva tetap

seperti pengertian aktiva tetap berujud, cara perolehannya, penentuan harga perolehan, biaya setelah perolehan, dan penghentian aktiva tetap. 4. Indikator

Indikator merupakan wujud dari KD yang lebih spesifik, yang merupakan cerminan dari kemampuan mahasiswa dalam suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar yang telah dilalui. Bila serangkaian indikator dalam suatu kompetensi dasar sudah dapat dicapai peserta didik, berarti target KD tersebut sudah terpenuhi.

1) Mengenal serta memahami segala hal yang berhubungan dengan akuntansi mengenai kas dan kaitannya dengan bank lengkap dengan segala aspek permasalahannya.

a. Mengenal pengertian daripada arti kas dan kaitannya dengan bank b. Melakukan cara-cara pencatatan terhdadap dana kas kecil

c. Mengerjakan serta menyusun rekonsiliasi bank dengan bermacam-macam bentuknya.

2) Memahami pengertian dan jenis jenis piutang serta pencatatan piutang. a. Membedakan adanya jenis jenis piutang

b. Mengetahui segala hal yang berhubungan dengan piutang dagang

3) Memahami apa yang dimaksud dengan persediaan, cara-cara penilaian dan pencatatanya dengan metode harga perolehan

a. Memahami pengertian daripada persediaan

b. Mencatat persediaan dengan metode-metode yang ditentukan

c. Menilai persediaan dengan bermacam-macam metode harga perolehan

4) Memahami segala hal yang berhubungan dengan akuntansi aktiva tetap seperti pengertian aktiva tetap berujud, cara perolehannya, penentuan harga perolehan, biaya setelah perolehan, dan penghentian aktiva tetap.

a. Memahami mengenai aktiva tetap berujud

b. Menentukan cara yang terbaik untuk perolehan aktiva tetap berujud. c. Menentukan harga perolehan aktiva tetap tetap berujud

d. Menghitung biaya biaya yang berhubungan dengan aktiva tetap berujud

e. Menhitung penyusutan (depresiasi dan deplesi) dari aktiva tetap. f. Menentukan saat penghentian pemakaian dengan tepat

6. Materi pembelajaran

Bagian struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa pengertian, konsep, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan.

Dalam penelitian ini materi pembelajaran Akuntansi Keuangan I adalah sebagai berikut:

a. Kas dan Dana Kas Kecil b. Rekonsiliasi Bank

c. Piutang d. Persediaan

(14)

299 f. Aktiva Tetap Berujud

g. Depresiasi dan Deplesi Aktiva Tetap Berujud h. Penilaian Kembali Aktiva Tetap Berujud 7. Waktu

Merupakan lama waktu dalam menit yang dibutuhkan mahasiswa mampu menguasi kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Adapun alokasi waktu untuk setiap pertemuan adalah 3x50 menit.

8. Sumber pustaka

Sumber pustaka adalah kumpulan dari referensi yang dirujuk atau yang dianjurkan, sebagai sumber informasi yang harus dikuasai oleh mahasiswa. Sumber pustaka yang digunakan di dalam pembelajaran Akuntansi Keuangan I adalah:

a. A.O. Simangunsong, Akuntansi Keuangan Intermediate, PT. Darma Karsa Utama, Jakarta, 1995

b. Beams, Floyd A,Akuntansi Keuangan lanjutan di Indonesia, Buku Dua, Jakarta : Salemba Empat, 2000.

c. Drebin, Allan R, Advance Accounting (Akuntansi Keuangan Lanjutan ), Edisi Kelima, Jakarta : Erlangga, 1996.

d. Floyd A. Beams – Amir Abadi Yusuf, Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia, Buku Satu, Jakarta : Salemba Empat, , 2000.

e. Jay M. Smith, K Fred Skousen, Akuntansi Intermediate Jilid 1, Erlangga, 1995

f. Jeter, Advanced Accounting, John Wiley, 2001

g. Kieso Weygandt, Akuntansi Intermediate, Jilid 1, Edisi 10 Terjemahan, Erlangga, 2002

h. M.P. Simangunsong, Pelajaran Dasar Akuntansi Dua, Cetakan 9, Karya Utama, Jakarta, 1994

i. Pahler, Advanced Accounting : Concept & Practice, 7 th Edition, Harcourt, 2000.

j. Utoyo Widayat, Akuntansi Keuangan Lanjutan : Ikhtisar Teori dan Soal, Edisi k. Wiratno, Dwi Haryono, Seri Diktat Kuliah : Akuntansi Keuangan Lanjutan 2,

Jakarta : Penerbit Gunadarma, 1993.

l. Yunus, Hadori – Harnanto, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi Pertama, Yogyakarta : BPFE, 1994.

m. Zaki Baridwan, Intermediate Accounting, Edisi 7, BPFE, Yogyakarta, 2000 9. Evaluasi pembelajaran

Evaluasi pembelajaran berarti serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan informasi; dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.

2). Satuan Acara Pembelajaran

Rencana pembelajaran atau satuan acara pembelajaran (SAP) disusun dengan format sebagai berikut:

(15)

300

Tabel 1. Rencana Satuan Acara Pembelajaran

Berikut ini penjelasan dari masing-masing unsur di dalam rencana pembelajaran di atas:

1. Identifikasi Mata Kuliah atau Blok Mata Kuliah

Pada bagian ini dituliskan identitas program studi, nama mata kuliah, kode mata kuliah, bobot SKS, semester (bersumber pada kurikulum yang sudah ada). 2. Standar Kompetensi (SK)

Merumuskan standar kompetensi dari mata kuliah yang didasarkan pada tujuan akhir dari mata kuliah Akuntansi Perbankan. Standar kompetensi ini dikemukakan dengan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

3. Perumusan Kompetensi Dasar (KD)

Menuliskan rumusan kompetensi dasar yang merupakan penjabaran dari standar kompetensi dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada bagian ini masing-masing dikemukakan satu kompetensi dasar pada setiap RPP/SAP untuk satu kali pertemuan atau lebih.

4. Perumusan Indikator

Mengemukakan indikator sebagai penjabaran dari kompetensi dasar dengan kata kerja operasional. Kata kerja operasional pada rumusan indikator dapat dirinci sesuai dengan kegiatan yang dilakukan dan dapat ditulis secara terpisah antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

5. Penentuan Tahap Pembelajaran

Urutan tahap pembelajaran terdiri dari komponen Pendahuluan, Penyajian,

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

Nama Dosen : _________________________________ Fakultas : _________________________________

NIP : _________________________________

Program Studi : _________________________________ Mata Kuliah/Blok Mata Kuliah : _________________________________ Kode Mata Kuliah : _________________________________

Bobot : ___________________ SKS

Semester : _________________________________ Pertemuan ke / Waktu : _________________/_______________ Standar Kompetensi : _________________________________ Kompetensi Dasar : _________________________________

No. Tahap Kegiatan Pembelajaran

Metode Media Sumber Belajar Alokasi Waktu 1 Pendahuluan 2 Penyajian 3 Penutup

(16)

301 dan Penutup. Pendahuluan merupakan tahap awal kegiatan yang dimaksudkan

untuk mempersiapkan mahasiswa agar secara mental siap mempelajari pengetahuan, keterampilan, dan sikap baru. Pada tahapan ini berisi penjelasan ringkas materi yang akan dikaji, keterkaitan materi kajian dengan materi sebelumnya atau dengan praktek keseharian (apersepsi), dan kompetensi yang harus dicapai mahasiswa.

Tahap penyajian merupakan tahapan utama dalam pembelajaran, di dalamnya berisi uraian, contoh, diskusi atau latihan tentang materi yang dikaji. Sedangkan tahap Penutup merupakan tahapan akhir suatu pembelajaran. Pada tahap Penutup ini digunakan untuk memberikan penegasan, ringkasan, penilaian maupun tindak lanjut tentang materi yang dikaji tersebut.

6. Penentuan Kegiatan Pembelajaran

Bagian ini mengemukakan berbagai kegiatan utama yang harus dilakukan oleh dosen maupun mahasiswa selama proses pembelajaran yang akan dilakukan, yang mampu menggambarkan strategi pembelajaran.

7. Pemilihan Metode Pembelajaran

Bagian selanjutnya adalah menentukan metode pembelajaran yang akan diterapkan untuk memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik selama proses pembelajaran, mulai dari tahap Pendahuluan, Penyajian sampai tahap Penutup. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai, karena tidak setiap metode pembelajaran sesuai untuk digunakan dalam mencapai tujuan kompetensi dasar tertentu.

8. Pemilihan Media Pembelajaran

Mengemukakan media yang akan digunakan dalam melaksanakan pembelajaran. Media hendaknya dipilih yang sesuai dengan metode pembelajaran yang akan digunakan. Pemilihan media pembelajaran yang tepat dapat menjadikan pembelajaran lebih menarik, sehingga akan mempermudah untuk mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

9. Penentuan Sumber Belajar

Mengemukakan sumber belajar yang akan digunakan (didasarkan pada relevansi, konsistensi, dan edukuasi). Adapun yang dimaksud sumber belajar adalah buku-buku rujukan atau referensi berupa buku teks, jurnal, laporan penelitian atau bahan ajar lainnya. Sumber belajar juga termasuk dosen, peserta didik atau obyek lainnya tempat asal informasi diperoleh, atau sebagai nara sumber.

10. Alokasi Waktu

Bagian ini dijelaskan jumlah waktu yang dibutuhkan oleh dosen dan mahasiswa untuk menyelesaikan setiap langkah pada urutan Tahap Pembelajaran yaitu Pendahuluan, Penyajian, dan Penutup. Porsi terbesar adalah tahap Penyajian,

yaitu antara 80-90 % dari keseluruhan kegiatan pembelajaran. Sedangkan Pendahuluan hanya membutuhkan 5 %, dan Penutup memerlukan 10-15 % dari keseluruhan waktu yang digunakan untuk pembelajaran.

(17)

302

c. Model Pembelajaran

Model pembelajaran yang direncanakan adalah pembelajaran berbasis kecakapan hidup (life skill) sebagai pengembangan dari CTL (Contextual Teaching and Learning).

Implementasi pembelajaran Akuntansi Keuangan I dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) diikuti mahasiswa yang berada pada semester Tiga Akuntansi Pagi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara yang dilaksanakan dalam 14 kali pertemuan tatap muka.

Dalam pertemuan awal, dosen menjelaskan tentang pembelajaran kontekstual, antara lain tujuan pembelajaran, silabus, metode pembelajaran serta evaluasi pembelajaran.

Proses perkuliahan dalam studi ini dilakukan secara klasikal. Metode pekuliahan yang digunakan merupakan kombinasi beberapa metode ceramah, tanya jawab, latihan, demontrasi dan simulasi. Dalam metode ceramah dosen dianggap sebagai fasilitator yang menekankan kepada mahasiswa bagaimana materi Akuntansi Keuangan I tersebut bermakna dan relevan bagi mahasiswa setelah menyelesaikan perkuliahan nantinya. Dalam proses pembelajaran Akuntansi Keuangan I pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta fakta, tetapi bagaimana cara mempraktikkannya di dalam dunia nyata. Cara seperti ini dapat dilakukan dosen dengan memberikan peraga atau contoh contoh konkrit yang terjadi dalam transaksi keuangan di perusahaan.

Setelah mengikuti perkuliahan tatap muka, mahasiswa yang sudah dibagi dalam beberapa kelompok diberikan penugasan tentang topik topik yang telah disampaikan. Tugas tersebut harus dilaporkan mahasiswa kepada dosen atau dipresentasi pada saat pembelajaran. Dengan demikian perkembangan kemajuan belajar mahasiswa dapat dipantau secara detail dalam setiap minggunya melalui strategi kognitif dan psikomotor yang dilakukannya.

d. Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran mata kualiah Akuntansi Keuangan I meliputi; a. Evaluasi hasil pembelajaran

b. Evaluasi proses pembelajaran

Pertama, evaluasi hasil pembelajaran, ditujukan untuk mengukur dan menilai tingkat penguasan siswa dalam kompetensi dan materi yang dirumuskan dalam tujuan. Pengukuran menggunakan kuis, tes obyektif dan uraian.

Adapun hal-hal yang akan dievaluasi sesuai dengan indikator yang hendak dicapai di dalam pembelajaran Akuntansi Keuangan I ini adalah sebagai berikut: 1) Mengenal serta memahami segala hal yang berhubungan dengan akuntansi

mengenai kas dan kaitannya dengan bank lengkap dengan segala aspek permasalahannya.

a. Mengenal pengertian daripada arti kas dan kaitannya dengan bank b. Melakukan cara-cara pencatatan terhdadap dana kas kecil

(18)

303 c. Mengerjakan serta menyusun rekonsiliasi bank dengan

bermacam-macam bentuknya.

2) Memahami pengertian dan jenis jenis piutang serta pencatatan piutang. a. Membedakan adanya jenis jenis piutang

b. Mengetahui segala hal yang berhubungan dengan piutang dagang 3) Memahami apa yang dimaksud dengan persediaan, cara-cara penilaian dan

pencatatanya dengan metode harga perolehan a. Memahami pengertian daripada persediaan

b. Mencatat persediaan dengan metode-metode yang ditentukan

c. Menilai persediaan dengan bermacam-macam metode harga perolehan

4) Memahami segala hal yang berhubungan dengan akuntansi aktiva tetap seperti pengertian aktiva tetap berujud, cara perolehannya, penentuan harga perolehan, biaya setelah perolehan, dan penghentian aktiva tetap.

a. Memahami mengenai aktiva tetap berujud

b. Menentukan cara yang terbaik untuk perolehan aktiva tetap berujud. c. Menentukan harga perolehan aktiva tetap tetap berujud

d. Menghitung biaya biaya yang berhubungan dengan aktiva tetap berujud

e. Menhitung penyusutan (depresiasi dan deplesi) dari aktiva tetap. f. Menentukan saat penghentian pemakaian dengan tepat

Teknik penentuan nilai akhir mahasiswa dalam mata kuliah ini adalah sebagai berikut:

1). Menentukan skor ujian tengah semester (bobot 30 %) 2). Menentukan skor tugas (bobot 10 %)

3). Menentukan skor ujian akhir semester (bobot 50 %) 4). Menentukan skor dan nilai akhir dengan skala 7, yakni:

Tabel 4. Rentang Nilai Akhir Pembelajaran

Rentang Nilai Akhir

85,0 – 100,0 A 80-84,9 B/A 75,0–79,9 B 70,0–74,9 C/B 65-69,9 C 60-64,5 D/C 55,0 – 55,9 D 0,0 – 54,9 E.

Kedua, evaluasi proses pembelajaran, ditujukan untuk menilai kinerja pembelajaran yang menggunakan pendekatan Life Skill. Evaluasi pembelajaran ini akan dievaluasi melalui 2 hal:

1) Membandingkan Pretest dan Postest

(19)

304 Pretest adalah evaluasi terhadap kemampuan awal mahasiswa, yakni tes awal

kemampuan mahasiswa terhadap materi kuliah Akuntansi Keuangan I. Materi uji pretest dirancang dalam bentuk uraian bebas, yakni rancangan soal tes dalam bentuk pertanyaan pertanyaan yang dijawab oleh mahasiswa dengan kemampuan yang mereka miliki dalam matakuliah prasyarat seperti mata kuliah Pengantar Akuntansi I dan II. Masing masing butir soal diberi bobot sesuai derajat kepentingan dan tingkat kesulitan pokok bahasan

Tabel 5 Rancangan Materi Uji Pretest

Materi Pokok Bobot

Kas dan Dana Kas Kecil ...

Rekonsiliasi Bank ...

Piutang ...

Persediaan ...

Pengelauaran Aktiva Tetap ...

Aktiva Tetap Berujud ...

Depresiasi dan Deplesi Aktiva Tetap Berujud ... Penilaian Kembali Aktiva Tetap Berujud ...

Hasil pretest yang akan dilakukan dievaluasi melalui skor-skor dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 6. Rancangan Kriteria Skor Pretest N

o

Rentangan Skor Nilai Interprestasi Frekwensi Persen

1 85,0 – 100 A Sangat Baik ... ...

2 75,0 – 84,9 B dan B/A Baik ... ...

3 65,0 – 74,9 C dan C/B Cukup ... ... 4 55,0 – 64,9 D dan D/ C Kurang ... ... 5 0,0 – 54,9 E Gagal ... ... Jumlah ... ...

Selanjutnya akan dilihat pula bagaimana kemampuan awal mahasiswa dalam setiap materi uji atau pokok bahasan yang diukur dari perolehan skor rata rata seperti dilihat dalam tabel beikut :

Tabel 7. Rancangan Skor Rata-rata Pretest

Materi Pokok Skor Rata rata

Kas dan Dana Kas Kecil ...

Rekonsiliasi Bank ...

Piutang ...

(20)

305

Pengelauaran Aktiva Tetap ...

Aktiva Tetap Berujud ...

Depresiasi dan Deplesi Aktiva Tetap Berujud ... Penilaian Kembali Aktiva Tetap Berujud ...

Rata rata seluruh materi ...

Post test. Kemampuan akhir mahasiswa diukur dari postest. Pelaksanaan postest ini dilakukan setelah satu materi pembelajaran tertentu selesai dilaksanakan.. Pelaksanaan tes ini dilakukan sebanyak ...kali yakni berdasarkan pengelompokkan materi pokok bahasan.

Bobot masing masing materi uji untuk setiap pokok bahasan sama dengan bobot untuk materi uji prestest. Berikut ini rancangan hasil evaluasi terhadap rencana postest mahasiswa tersebut:

Tabel 8. Rancangan Distribusi Skor Postest

No. Rentangan

Skor

Nilai Interprestasi Frekwensi Persen

1 85,0 – 100,0 A Sangat Baik ... ... 2 75,0 – 84,9 B dan B/ A Baik ... ... 3 65,0 – 74,9 C dan C/ B Cukup ... ... 4 55,0 – 64,9 D dan D/ C Sedang ... ... 5 0,0 – 54,9 E Gagal ... ... Jumlah ... ...

Evaluasi proses pembelajaran yang terakhir adalah melalui penilaian persepsi mahasiswa terhadap proses pembelajaran. Untuk menilainya digunakan angket dengan indikator sebagai berikut:

1. Penjelasan dosen tentang silabus perkuliahan selama 1 semester cukup jelas

2. Penjelasan dosen tentang metode pembelajaran yang digunakan cukup jelas 3. Penjelasan dosen tentang bahan ajar yang diperlukan cukup jelas

4. Penjelasan dosen tentang cara menilai hasil belajar cukup jelas

5. Dibanding pendekatan pembelajaran biasa, pendekatan pembelajaran life skill sangat menarik

6. Pendekatan life skill membuat belajar lebih bersemangat dibanding metode pembelajaran yang biasa

7. Pendekatan life skill lebih mampu membuat pemahaman yang baik dibanding metode pembelajaran yang biasa

(21)

306 9. Sumber belajar yang disediakan dosen cukup baik

10. Pemberian tugas cukup baik

11. Dosen cukup transparan dalam menilai

12. Hal-hal yang diujikan dosen sesuai dengan materi yang dipelajari

e. Modul Pembelajaran

Dalam pembelajaran berdasarkan kompetensi selalu dilengkapi dengan modul. Pada dasarnya semua modul dibuat berdasarkan kompetansi, namun demikian penekanan tentang kompetensi pada modul yang satu dengan yang lain berbeda. Materi modul akan dikembangkan berdasarkan hasil masukan dari pengguna tenaga kerja. Dalam pengembangan pembuatan modul-modul pembelajaran tersebut disusun sebagai berikut :

 judul modul

 pengantar atau pendahuluan  tujuan umum dan tujuan khusus

 kegiatan belajar terdiri dari uraian dan contoh, latihan, petunjuk jawaban latihan, rangkuman, tes formatif, umpan balik dan tindak lanjut.

Penggunaan modul tersebut diharapkan dapat memberikan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan lapangan kerja. Tujuan dan hakekatnya pengajaran dengan modul adalah untuk memperlancar proses belajar dengan memberikan bantuan sebaik mungkin dalam mahasiswa belajar, dengan usaha untuk meningkatkan daya guna terhadap waktu belajar, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa.

Peserta didik yang menggunakan modul pengajaran berdasarkan kompetensi dengan ciri ciri belajar relatif lebih mandiri dan dapat beralih pada materi pelajaran yang lain secara individu, bila telah menyelesaikan satu topik pelajaran akan lebih efektif dibadingkan dengan mahasiswa yang tidak menggunakan modul. Selain itu dalam penelitian ini modul modul yang dihasilkan diharapkan mampu memberikan tingkat relevansi yang tinggi bagi lulusan sehingga dapat sesuai dengan kebutuhan yang diharapkan oleh pengguna tenaga kerja. Draf modul pembelajaran untuk matakuliah akuntansi keuangan ini dapat dilihat dalam lampiran.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan yaitu :

1. Jenis keterampilan yang dapat ditekuni oleh seorang calon akuntan pada bidang akuntansi keuangan berbasis kecakapan hidup adalah Akuntansi kas, Akuntansi Piutang, Akuntansi Persediaan dan Akuntansi Aktiva Tetap. Sedangkan dua jenis keterampilan yaitu akuntansi investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang dapat dimasukkan pada jenis keterampilan yang lain.

2. Kecakapan hidup sebagai kecakapan yang harus dimiliki mahasiswa untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan

(22)

307 secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya. Pembelajaran berorientasi pada kecakapan hidup memiliki tujuan mengaktualisasikan potensi mahasiswa sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi, memberikan kesempatan kepada kampus untuk mengembangkan pembelajaran yang fleksibel sesuai dengan prinsip pendidikan berbasis luas, dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan kampus. Salah satu jenis kecakapan hidup yang dapat diaplikasikan di program studi akuntansi adalah kecakapan vokasional yang merupakan kecakapan bersifat khusus yang diperlukan untuk menghadapi pekerjaan atau tugas khusus tertentu dan juga merupakan kecakapan yang berkenaan dengan bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di dunia usaha.

3. Model pembelajaran berbasis kecakapan hidup yang berisikan tentang materi ajar, modul, media dan evaluasi pembelajaran akan diujicobakan pada peneltian tahun berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Blanchard, Allan. (2001) Contextual Teaching and Learning, B.E.S.T, New Jersey. Blank. W. E. (2002). Handbook for Developing Competency Based Traning

Programs. Englewood Cliffs-Prentice Hall, New Jersey.

Dahlan, M, D. (2004). Model-model Mengajar. Diponegoro, Bandung.

Depdiknas, Tim BBE. (2002). Kecakapan Hidup Melalui Pendekatan Pendidikan Luas. Syrabata intellectual Club (SIC), Surabaya

Depdiknas. (2003). Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian.

Depdiknas. (2007). Konsep Pengembangan Model Integrasi Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup. Badan Penelitian Dan Pengembangan Pusat Kurikulum-Depdiknas, Jakarta.

Dick, W., & Carey, L. (2000). The Systematic Design of Instruction. Foresman and Company, Palo Alto, CA - Scott.

Finch, D. R., & Crunkilton. Jr. (1999). Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, content, and Implementation. Allyn and Company Inc., Boston.

Hasibuan, Muhammad Rizal (2002). Persepsi Dosen Dan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Di Sumatera Utara Terhadap Kurikulum Baru Fakultas Ekonomi (Rekayasa Kurikulum Jurusan Akuntansi Berdasarkan Swat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/ 2000). Proposal penelitian Lembaga Penelitian dan pengabdian UNIMED.

--- (2000). Persepsi Dosen Dan Mahasiswa Jurusan Akuntansi Di Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Makalah hasil penelitian, UMSU Press, Medan.

Irfan (2006). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Karir Mahasiswa Akuntansi pada Perdosenan Tinggi di Kota Medan. Laporan Penelitian Dosen Muda DP2M-Dikti.

(23)

308 Irfan (2007). Penerapan Pembelajaran Contextual Teaching and Learning dalam

Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Akuntansi Perbanka. Laporan Penelitian Teaching Grant TPDSP-P3AI-Dikti-UMSU.

Joice, B dan Weil, M. (2004). Models of Teaching. Engelowoods Clifts, New Jersey. Tim PEKERTI-AA PPSP LPP (2007). Panduan Penyusunan Silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran. Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Romizowski (2003). Designing Instructional System. Kogan Page Ltd., London. Sibuea, A M. (1994). Pengajaran Praktek Teknik Listrik dan Analisis Efisiensi: Suatu

Penelitian di STM Negeri Medan. Jurnal Penelitian Bidang Pendidikan, Vol. 1 No. 1.

Slamet PH. (2002). Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 037, Tahun Ke-8.

Sulastiningsih dan priyastiwi (1997). Identifikasi Teknik-Teknik Akuntansi Manajemen yang Digunakan oleh Manajer pada Perusahan-Perusahaan Manufaktur di Daerah Yogyakarta. Proseding Simposium Nasional Akuntansi I

Torshen, K P. (2007). The Mastery Approach to Competency Based Education. Academic Press, Newyork.

Gambar

Gambar 1. Pembelajaran pada Berbagai Jenjang Pendidikan
Tabel 5.1. Rincian topik-topik materi untuk setiap jenis keterampilan  No  Jenis Keterampilan  Topik Materi yang Relevan  1  Akuntansi  Kas  (Pencatatan,
Tabel 5.2. Rencana Garis-garis Besar Program Pembelajaran
Tabel 4. Rentang Nilai Akhir Pembelajaran
+2

Referensi

Dokumen terkait

A Few hundred years ago people began to use mathematical tables-list numbers which you look up to work out sum quickly.. Later on slide rules

Ada tiga pokok masalah penelitian dalam skripsi ini, pertama; bagaimana proses penyelesaian tindak pidana penganiayaan di Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie

Untuk membuka ( decrypt ) data tersebut digunakan juga sebuah kunci yang dapat sama dengan kunci untuk mengenkripsi (untuk kasus private key.. cryptography ) atau dengan kunci

Untuk meraih gelar sarjana S1, Dianing menulis skripsi dengan judul Gaya Hidup Posmodern Tokoh- Tokoh Dalam Novel Mata Matahari Karya Ana Maryam Sebuah Tinjauan

atau muatan listrik yang terjadi di antara kutub positif dan kutub negatif sumber listrik “, misalnya : Accumulator atau AKI. “ Arus listrik adalah besarnya muatan listrik

Dua diantaranya yang paling sering digunakan adalah metode cawan gores dan metode cawan tuang yang didasarkan pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk

Penelitian tentang “ Penguatan Pendidikan Karakter melalui Model Pembelajaran „Berkat Anang‟ (Berkarakter, Aktif, dan Menyenangkan) di Kalangan Siswa Pendidikan Dasar

Wawancara adalah cara pengumpulan data yang digunakan untuk. memperoleh informasi langsung dari