• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tatalaksana Endoftalmitis et Kausa Perforasi Kornea pada Laki-laki Usia 40 Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tatalaksana Endoftalmitis et Kausa Perforasi Kornea pada Laki-laki Usia 40 Tahun"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Tatalaksana Endoftalmitis et Kausa Perforasi Kornea pada Laki-laki Usia 40

Tahun

Merry Dame Cristy Pane

Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak

Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata dan sekitar 0-13% dari semua kasus endoftalmitis disebabkan oleh trauma, banyak hal yang seharusnya dievaluasi ketika mendiagnosis seseorang dengan endoftalmitis untuk menentukan terapi apa yang akan diberikan kepada pasien, salah satu terapi nya adalah eviserasi (pengangkatan bola mata), dari kasus berikut didapatkan data internal sebagai berikut: Laki- laki berusia 40 tahun datang dengan kondisi penglihatan pada mata kanan yang tidak bisa melihat setelah mengalami kelilipan dua minggu sebelumnya dengan riwayat beberapa kali melakukan pengobatan dengan tidak adanya perubahan berarti pada kualitas penglihatan mata kanan. Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada mata maka didapatkan kesimpulan pada pasien dilakukannya pengangkatan bola mata dalam hal ini eviserasi dikarenakan kondisi matanya sudah jatuh kedalam kondisi yang cukup berat. Suatu penatalaksanaan yang cepat dan tepat sangat berpengaruh pada hasil akhir dari endoftalmitis.

Kata kunci: penatalaksanaan, trauma mata, endoftalmitis

Treatment of Endopthalmitis et Causa Perforation of Cornea on 40 Years Old

Man

Abstract

Endophtalmitis is an inflammatory in the eyes and about 0-13% of this case are post traumatic . Many thing should be evaluated when we diagnosed one case with endopthalmitis because of the best therapy will be choose by paramedic. In this case we find internal data there was a Man aged 40 years old came with decrease vision of his right eyes after something entering his eyes 2 week ago. The man has gone to have a therapy and there wasn’t change for his vision. When he do physical examination for his eyes there was a late contition where he must have evisceration for his rigt eye, treatment have influence in the prognosis of the endopthalmitis.

Keyword: treatment, post traumatic, endopthalmitis

Korespondensi: Merry Dame Cristy Pane, S.Ked, e-mail [email protected]

Pendahuluan

Endoftalmitis adalah peradangan berat dalam bola mata, yang mengenai dua dinding bola mata yaitu retina dan koroid tanpa melibatkan sklera dan kapsula tenon. biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis (infeksi intraokular yang luas, 1 berbentuk radang supuratif didalam rongga mata dan struktur didalamnya.1,11,12,13

Penyebab endoftalmitis dapat dibagi menjadi dua yaitu endoftalmitis yang disebabkan oleh infeksi dan yang disebabkan oleh reaksi imunologis atau autoimun (non infeksi).1,2,3,4,5

Post traumatic endophthalmitis terjadi

pada 4-13% dari semua cedera penetrasi okular. Insiden endophthalmitis dengan cedera yang menyebabkan perforasi pada bola mata. Keterlambatan dalam perbaikan luka tembus pada bola mata berkorelasi

dengan peningkatan resiko berkembangnya endophthalmitis.8

Kasus

Tn H, 40 tahun datang dengan

keluhan utama mata merah dengan

penurunan tajam penglihatan sejak 2 minggu terakhir, keluhan tambahan mata perih dan sakit, berair, keluar gumpalan seperti susu, sakit kepala. Riwayat penyakit sekarang sejak 2 minggu yang lalu pasien mengeluhkan mata sebelah kanannya berwarna kemerahan dan terasa sangat sakit dan penglihatan nya turun, sebelumnya pasien sempat bekerja di pabrik batu dan tidak pernah menggunakan pelindung mata saat bekerja, awalnya pasien hanya merasakan kelilipan pada matanya pasien sempat mengucek-ngucek matanya dan membersihkannya dengan menggunakan air, beberapa hari setelah itu pasien mengeluhkan sakit kepala hebat sehingga

(2)

pasien berobat ke dokter di sekitar rumah untuk meredakan sakit kepala, setelah sakit kepala yang dirasakan mereda pasien mengeluhkan mata kanan yang semakin merah dan bengkak disertai dengan tidak bisa melihat. Akhirnya pasien dibawa ke salah satu rumah sakit dan ketika dibawa ke rumah sakit tersebut pasien dianjurkan untuk melakukan pengobatan ke RSUAM (Rumah Sakit Umum Abdul Muluk).

Riwayat penyakit terdahulu, riwayat penyakit jantung disangkal, demam lama disangkal, batuk lama disangkal, hipertensi (-), DM (Diabetes Melitus) (-), trauma (-), riwayat operasi mata sebelumnya (-), riwayat mengeluhkan keluhan yang sama sebelumnya (-). Riwayat penyakit keluarga, riwayat pada keluarga yang mengeluhkan keluhan yang sama (-), hipertensi (-), DM (-).

Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum, tampak Sakit Sedang, kesadaran compos mentis, tekanan Darah, 120/80 mmHg Nadi, 80 x/menit Pernafasan 20 x/menit Suhu, 36,5OC

Pada pemeriksaan oftalmologis didapatkan

Tabel 1. Pemeriksaan Oftalmologis Tn H Okular Dekstra Okular

Sinistra Nlp (No Light

Perseption)

Visus 6/6 Tidak Dilakukan Koreksi Tidak

Dilakukan Dalam Batas

Normal

Supersilia Dalam Batas Normal Edem (+), Spasme (-) Pelpebra Superior Edem (-), Spasme (-) Edem (+), Spasme (-) Palpebra Inferior Edem (-), Spasme (-) Dalam Batas Normal

Silia Dalam Batas Normal Ortoforia ,

Strabismus (-), Eksoftalmus (-)

Bulbus Okuli Ortoforia, Strabismus (-), Eksoftalmus (-) Baik Ke Segala Arah Gerak Bola Mata Baik Ke Segala Arah Injeksi Konjungtiva (+), Kemotik Konjungtiva Bulbi Injeksi Konjungtiva (-) Sekret (+) Konjungtiva Fornices Sekret (-) Hiperemis (+), Sekret (+) Kemotik( +) Konjungtiva Palpebra Hiperemis (-), Sekret (-) Injeksi Siliar (+) Sklera Injeksi Siliar

(-) Keruh (+), Hipopion (+), Ulkus Perforasi (+) Kornea Jernih (-), Infiltrat (-), Ulkus (-) Tidak Dapat Dinilai Kamera Okuli Anterior Kedalaman Cukup, Bening (-) Tidak Dapat Dinilai Iris Coklat, Kripta (-) Tidak Dapat Dinilai, Refleks Cahaya (-) Pupil Bulat Regular, Sentral Di 3mm, Refleks Cahaya (+) Tidak Dilakukan Shadow Test Tidak

Dilakukan Tidak Dapat

Dinilai

Lensa Bening Tidak Dilakukan Fundus

Refleks

Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan Corpus

Vitreum

Tidak Dilakukan Tonometri

Digital Menurun

Tensio Okuli Tonometri Digigital Normal Meningkat Sistem Kanalis Lakrimalis Dalam Batas Normal Pembahasan

Pada pasien ini diagnosis ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Pada anamnesis didapatkan keluhan yang dirasakan adalah mata merah dengan penurunan tajam penglihatan disertai dengan gejala tambahan lain seperti mata yang berair, terasa sakit dan perih, sulit untuk dibuka, mata terasa bengkak, sakit kepala, keluar cairan seperti susu kental, dengan riwayat kelilipan setelah bekerja di pabrik batu, riwayat dikucek kucek dengan menggunakan tangan dan dibersihkan dengan menggunakan air.

Pada kasus dengan gejala klinis mata merah dengan penurunan tajam penglihatan yang mendadak ada beberapa hal yang harus dipikirkan menurut teori yang ada yaitu sebagai berikut.

Keratitis, ulkus kornea, glaukoma akut, uveitis anterior, keratomikosis, dengan adanya riwayat trauma sebelumnya dan perasaan seperti kelilipan dan riwayat dicuci atau dibersihkan dengan air dan adanya

(3)

riwayat keluarnya sekret dalam bentuk cairan putih kental dan os mulai melakukan pengobatan yang setelah sudah 2 minggu dapat juga di pikirkan tentang endoftalmitis dan panoftalmitis.1,2,3,4,5,6

Pada pemeriksaan fisik oftalmologis didapatkan beberapa hal sebagai berikut. Palpebra superior dan inferior tampak sedikit edem dan sulit dibuka, Pada konjungtiva tampak adanya sekret dan injeksi pada kornea tampak adanya kekeruhan sehingga iris pupil

dan kamera okuli anterior tidak dapat dinilai, infiltrat (+), pada sklera tampak hiperemis dan injeksi.

Jika dilihat dari teori maka beberapa penyakit yang dicurigai dengan hasil pemeriksaan seperti diatas adalah ulkus kornea dan endoftalmitis.

Dari teori dapat dibedakan diagnosis- diagnosis banding dari mata merah dengan penurunan visus mendadak (Tabel 2).

Tabel 2. Perbedaan penyakit yang menyebabkan mata merah 1. Konjungtivitis Keratitis/

Tukak Kornea

Iritis akut Glaukoma Akut

Endoftalmit is

Kelopak Mata - - - - Merah dan

bengak

Sakit Kesat Sedikit Sedang

sampaihebat

Hebat dan menyebar

Sangat

Kotoran Sering purulen Hanya reflex

epifora

Ringan -- Tergantung penyebab

(+)

Fotofobia Ringan Hebat Sedang -

Kornea Jernih dan terang Dapat dengan bantuan floresen

Keratik presipitat

Edema epitel Keruh

Iris Normal Muddy Abu- abu-

hijau- hijau

Keruh

Penglihatan Normal <Normal <Normal <Normal <Normal

Secret (+) (-) (-) (-) (+)

Suar/fler - -/+ ++ (-) -

Pupil Normal <Normal <Normal >Normal Berwarna

putih

Tekanan Normal Normal <Normal> >Normal

Vaskularisasi Arteri

konjungtiva – arteri posterior

Siliar Pleksus siliar Episklerasi

Injeksi Konjungtiva Siliar Siliar Episkleral Konjungtiva

dan siliar disertai konjungtiva

kemotik

Pengobatan Antibiotika Antibiotik

siklopegik Steroid dan siklopegik Miotika diamox + bedah AntibiotiB, Vitrektomi, Eviserari, enukleasi

Uji Bakteri Sensibilitas Infeksi fokal Tonometri Kultur, USG.

Hipopion - - -/+ - +

Adapun penatalaksanaan yang

diberikan pada pasien ini adalah dengan melakukan eviserasi, Menurut teori pasien dengan endoftalmitis post trauma seharusnya dilakukan tindakan vitrektomi (pengangkatan lapisan vitreus pada mata) segera setelah diketahui adanya trauma penetrasi dengan pengeluaran benda asing dan penggunaan

antibiotik yag cepat dan tepat, tetapi jika

didapatkan benda asing maka

penatalaksanaannya akan mirip dengan penatalaksanaan seperti pada keadaan endoftalmitis post operatif, tetapi pada keadaan ini prognosis yang ada lebih buruk dengan penurunan visus yang lebih jauh.9

(4)

Sedangkan pada pasien dilakukan eviserasi. Eviserasi adalah tindakan membuang semua isi bola mata dengan tetap mempertahankan sklera, kapsul tenon, konjungtiva, dan nervus optikus. Beberapa indikasi untuk dilakukannya pengangkatan bola mata seperti enukleasi dan eviserasi adalah tumor yang bersifat maligna (ganas) dimata, Kebutaan atau mata yang sangat sakit, pasien yang meminta pembuangan bola mata untuk alasan kosmetik, infeksi yang berat intraokular dalam hal ini endoftalmitis dan trauma penetrasi.6

Sejalan dengan teori pada pasien ini dilakukan tindakan pengangkatan bola mata kanan dengan alasan penurunan visus NLP, rasa sakit yang ditimbulkan oleh mata dan adanya infeksi yang berat pada mata kanan.

Kesimpulan

Trauma tanpa pengobatan yang memadai menjadi salah satu penyebab

terjadinya perforasi yang memicu

endoftalmitis hal ini telah dinyatakan oleh beberapa teori yang menjadi sumber acuan. Pilar penatalaksanaan endoftalmitis pada dasarnya adalah vitrektomi namun pada beberapa keadaan maka dilakukan salah satu metode pengangkatan bola mata yaitu Eviserasi pengambilan pilihan pengobatan ini sudah didasarkan berbagai pertimbangan dan

persetujuan dari pihak keluarga.

Penatalaksanaan pelayanan kesehatan pada penderita endoftalmitis perlu dilakukan secara dini, tepat, menyeluruh, komprehensif,

terpadu, dan kesinambungan. Perlu

mengedukasi pasien mengenai penyakit, dan terapi yang akan dilakukan.

Daftar Pustaka

1. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. 2. Voughan D , Asburg T, Eva-RP. Sulvian J

H, editors. Optalmologi Umum. Edisi ke-17. Jakarta: Widya Medika; 2000.

3. James, Bruce. Lecture Notes

Oftamologi. Edisi ke-9. Jakarta: Erlangga; 2006.

4. Ojaimi, Elvis, David TW. Endophtalmitis, Prevention and Treatment. Canada: Universita of Toronto, Vitroretinal Departement. ST Michael’s Hospital; 2013.

5. Lang, Gerhard K. Ophthalmology a short textbook. New York: Thieme Stuttgart; 2000.

6. Sandford JS. Eye Surgery in Hot Climates. Edisi ke-3. UK: FA Thorpe. 2004.

7. Hayden CB, Linda K, Arun D. Opthalmic Ultrasonography Teoretic and Practical Consideration. New York: Elseiver; 2006.

8. Sharma S, Tapas R P, Soumyava B, Sarita K, Arvind R, Das T. Endophthalmitis patient seen in a tertiary eye care centre in Odisha: A clinic- microbical analysis. India: Indian J Med. 2014; 139(1):91-8.

9. Barry, Peter. ECRS Guidelines for

Prevention and Treatment of

Endophthalmitis Following Cataract Surgery. ECRS; 2013.

10. Kumar S, Ruchi G. Diagnostic Ultrasonography of the Eye. AIOS, CME Series No 24. India: All India Opthalmologica Society; 2011.

11. Tjay, Hoan T, Kirana Rahardja. Obat- Obat Penting, Kasiat, Penggunaan dan Efek- efek Sampingnya. Jakarta: Gramedia; 2007.

12. Veselinovic D, Aleksandar. Review Article Endoftalmitis. Serbia; 2009. 13. Barry P, Luis C, Susanne G. ECRS

Guidelines on Prevention, Investigation and Management of Post Operative Endopthalmitis: ECRS; 2007.

14. Vidyashankar B, Shweta A, Rajat S, Shahnawaz K, Shanta S M. Medical Treatment of Endophtalmitis. Journal of the Bombay Opthalmologist Association 2011; 11(2):

15. Ismail M, Bethel I, Hajjah M, Elias H, Nor F. Management of Post- Operative Infectious Endophtalmitis Clinical Practice Guidelines.Malaysia:Academy of Medicine;2008.

16. Harry WP, Ingrid U, Scoll MD. Legacy of the Endophtalmitis Vitrectomy Study. America: Arch Opthalmol; 2008.

17. Dac T, Savitri S, Pravin KB, Prachanth K. Endopthalmitis Vitrectomy Study: Application and Relevance. India: JAYPEE; 2012.

18. Cosgrove ES. Antibiotic Guidelines 2014-2015. Jhon Hopkin; 2014.

(5)

19. BPAC. Antibiotics Choices for Common Infection 2013 edition. BPAC Better Medicine; 2013.

20. European Antibiotic Awarness Day. Summary of the Latest Data on Antibiotic Resistance in the European Union. ACDC; 2012.

Gambar

Tabel 2. Perbedaan penyakit yang menyebabkan mata merah  1 .  Konjungtivitis  Keratitis/

Referensi

Dokumen terkait

T diberikan secara berkesinambungan dari masa kehamilan, persalinan, nifas, BBL/neonatus, dan KB dengan maksud untuk mencegah risiko yang disebabkan usia ≥ 35 tahun.. Pada kasus