• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR PRODUKSI GETAH, PERTUMBUHAN DAN KAJIAN FENOTIPIK KEMENYAN (Styrax sp)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRUKTUR PRODUKSI GETAH, PERTUMBUHAN DAN KAJIAN FENOTIPIK KEMENYAN (Styrax sp)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR PRODUKSI GETAH, PERTUMBUHAN DAN KAJIAN FENOTIPIK KEMENYAN (Styrax sp)

RESIN PRODUCTION, GROWTH STRUCTURE AND PHENOTYPIC STUDY OF KEMENYAN (Styrax sp)

Agung Wibowo1) Arida Susilowati2) Kansih Sri Hartini2)

1) Mahasiswa Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Jl. Tri

Dharma Ujung No. 1 Kampus USU Medan 20155 (Penulis Korespondensi: E-mail: agung_zaa@ymail.com)

2) Staff Pengajar Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Universitas Sumatera Utara

Abstract

Kemenyan tree was North Sumatera local species that produce high valuable resin and prospective export comodities. Recently, information about kemenyan resin production, growth structure and phenotypic studies still not determined yet. The objectives of this research were : (1) To determine resin production baseline data, growth structure and growth character related with resin production for further characterization research and (2). To estimate genetic variable of resin production through phenotypic characterization. SPSS and Minitab software were used for determined some variable of research. The result showed that kemenyan stand on Banuaji IV Village has resin production average as much 192,6 g/tree/yield and right-skewness resin production distribution structure. Pearson correlation test and multiple linear regression for 11 growth characters showed 9 characters that correlated with resin production (r: 0.18-0,734) and regression test showed that bark thickness and stem diameter character can be used as indicator for high resin tree selection. The result on phenotypic study showed that resin production character has high narrow sense heritability (h2: 0.55 – 0.60). It indicated that resin production character dominanly influenced by genetic factor.

Keywords: kemenyan, resin, production, phenotypic, heritability

Abstrak

Kemenyan merupakan jenis pohon lokal Sumatera Utara penghasil getah bernilai tinggi dan komoditi ekspor yang cukup menjanjikan. Informasi mengenai struktur produksi getah dan pertumbuhan, serta keterkaitan antara produksi getah dengan karakter fenotipik sampai saat ini belum diperoleh. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk: (1). Mendapatkan data dasar mengenai struktur produksi getah dan pertumbuhan pohon Kemenyan untuk penelitian karakterisasi selanjutnya dan (2).Untuk menduga variabel genetik produksi getah melalui karakterisasi secara fenotipik. Aplikasi SPSS dan Minitab digunakan untuk menghitung beberapa variabel penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan produksi getah kemenyan di desa Banuaji IV sebesar 192,6 gr/pohon/panen dengan trend kurva menjulur ke kanan. Hasil pengujian korelasi pearson menghasilkan 9 karakter yang berkorelasi dengan produksi getah (r: 0,18-0,734) dan hasil regresi menemukan 2 karakter pertumbuhan yang dapat digunakan untuk indikator kemenyan yang produksi getahnya tinggi yaitu diameter batang dan tebal kulit. Perhitungan nilai heritabilitas produksi getah memiliki nilai yang tinggi yaitu 0,55 – 0,60. Hal tersebut mengindikasikan bahwa karakter produksi getah dominan dipengaruhi oleh faktor genetika.

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kemenyan (Styrax sp)

merupakan jenis pohon serbaguna dan dikenal sebagai penghasil getah bernilai ekonomis tinggi. Getah kemenyan dimanfaatkan untuk industri farmasi, bahan pengawet, parfum, kosmetik, aroma terapi, dupa, campuran rokok kretek (Widyastuti 1989). Kayu kemenyan yang tidak produktif juga sering dimanfaatkan oleh masyarakat lokal sebagai ornamen, jembatan dan bangunan rumah.

Sebaran tumbuh pohon

kemenyan meliputi Malaysia, Thailand, Indonesia dan Laos. Di Indonesia sendiri, jenis ini terdapat di Sumatera Selatan, Sumatera Utara, sebagian Jawa

dan Kalimantan Barat. Namun

demikian, Propinsi Sumatera Utara merupakan sentra produksi kemenyan terbesar di Indonesia. Di provinsi Sumatera Utara terdapat 2 (dua) jenis pohon kemenyan yaitu kemenyan toba

(Styrax sumatrana) dan kamenyan

durame (Styrax benzoin) dan paling banyak di Kabupaten Humbahas, Tapanuli dan sebagian Kabupaten Dairi (Silalahi, 2013).

Seiring dengan perubahan paradigma kehutanan, dari fokus kayu menjadi bukan kayu, keberadaan getah kemenyan menjadi salah satu komoditi penting dan prospektif untuk diusahakan. Setiap tahunnya, propinsi Sumatera mampu menghasilkan getah kemenyan sebanyak 4.460 ton. Namun demikian, peluang usaha tersebut terkendala karena kondisi harga pasar yang masih fluktuatif, sistem pengelolaan yang masih tradisional, konversi lahan serta banyaknya pohon yang kurang produktif (Sitompul 2011, Sasmuko 2003). Keberadaan pohon kemenyan juga terganggu karena adanya serangan kumbang Longhorn yang menyebabkan penurunan produksi getah (Silalahi et al, 2013).

Berangkat dari permasalahan produktifitas, beberapa alternatif seperti kegiatan pemuliaan pohon, perbaikan

teknik silvikultur, perbaikan teknik penyadapan dan perbaikan manajemen pengelolaan dapat dilakukan (Fachrodji

et al, 2009). Kegiatan pemuliaan

tanaman merupakan solusi yang cukup prospektif untuk dikembangkan. Sebagaimana penelitian yang telah dilakukan pada jenis pohon penghasil getah seperti pinus, damar dan karet, karakter produksi getah dipengaruhi oleh faktor genetik sehingga sangat memungkinkan untuk memperoleh pohon-pohon dengan produksi getah yang tinggi.

Faktor genetik ini menyebabkan adanya variasi dalam produksi getah kemenyan. Penelitian awal kajian morfologi yang dilakukan oleh Jayusman (2006), menunjukkan adanya variabilitas fenotipik yang cukup luas pada karakter diameter batang, tipe tajuk, tebal kulit dan luas daun, bentuk buah dan getah pohon. Berdasarkan informasi awal tersebut, masih diperluan serangkaian kegiatan untuk mengetahui bagaimana struktur produksi getah kemenyan, keterkaitan antara produksi getah dengan karakter pertumbuhan serta kajian fenotipik untuk mengetahui sejauhmana perananan faktor genetik dalam menentukan produksi getah. Data tersebut nantinya dapat digunakan sebagai data dasar untuk kegiatan pemuliaan yang akan dilakukan. Rangkaian penelitian ini juga merupakan salah satu elaborasi aspek genetika dan silvikultur yang dapat memberikan kontribusi telaah ilmiah dari dunia akademik ke dunia industri.

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan rakyat Batang Toru Blok Barat, Desa Banuaji IV ,Kecamatan Adiankoting, Kabupaten Tapanuli Utara dan kampus Kehutanan Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2015 hingga Mei 2016.

(3)

Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian dilakukan dengan melakukan pengamatan dan pengukuran beberapa karakter fenotipik pohon. Adapun alat yang digunakan dalam

penelitian ini antara lain

Hagahypsometer, pita ukur, busur,

phiband, penggaris, timbangan dan alat tulis.

Bahan penelitian pada penelitian ini adalah pohon kemenyan yang berada di kawasan hutan Adiankotingdan tally

sheet. Adapun jumlah pohon yang akan

dilakukan pengamatan dan pengkuran karakter fenotipik adalah sebanyak 100 pohon.

Metode

Struktur produksi getah dan pertumbuhan kemenyan

Penelitian struktur pertumbuhan dan hubungan antar karakter dilakukan melalui pengamatan langsung terhadap 11 karakter pertumbuhan dari 100 pohon di kawasan hutan Batang Toru Blok Barat. Karakter pertumbuhan yang diamati untuk mengetahui struktur pertumbuhan meliputi: tinggi, diameter, tajuk, percabangan dan tebal kulit (Tabel 2). Metode pengukuran untuk 11 karakter pertumbuhan mengikuti prosedur penelitian pada pohon-pohon kehutanan sebelumnya: Bacilieri et al,

(1995); Cantini et al, (1999); Kremer et al, (2002); Ginwal et al, (2004); Weber dan Montes (2005); Baliuckas et al,

(2005) dan Devagiri et al, (2007

Tabel 2. Pengukuran Karakter Pertumbuhan dan Produksi Getah Kemenyan (Styrax sp)

No Karakter Satuan Kode Cara Pengukuran/Penghitungan

1 Tinggi total pohon m TTB Diukur dengan menggunakan alat hagahypsometer

dari mulai pangkal batang sampai ujung batang utama

2 Tinggi bebas cabang m TBC Diukur dengan menggunakan alat hagahypsometer

dari mulai pangkal batang sampai cabang pertama pembentuk tajuk

3 Diameter pohon cm DBH Diukur dengan menggunakan alat phiband pada

ketinggian batang utama setinggi dada (1,3 m diatas permukaan tanah

4 Tebal kulit batang pohon cm TKB Diukur dengan menggunakan alat mistar dari kulit

luar hingga kulit dalam dekat permukaan kayu 5 6 Jumlah cabang pembentuk tajuk Panjang tajuk buah m JCPT PTj

Dihitung dari banyaknya cabang pembentuk tajuk pohon

Diukur dengan menggunakan pita ukur untuk menghitung panjang tajuk dari arah Utara-Selatan atau dari arah Barat-Timur (proyeksi horizontal)

7 Lebar tajuk m LT Diukur dengan menggunakan pita ukur untuk

menghitung panjang tajuk arah Utara-Selatan dan arah Barat-Timur. Nilai lebar tajuk dihitung dari nilai rata ratanya

8 9 Tinggi tajuk Luas tajuk m m2 TT LuasT

Diukur dengan pengurangan tinggi total dengan tinggi bebas cabang

Dihitung dengan menggunakan komponen luas kerucut, tinggi tajuk, luas dan lebar tajuk

10 Produktivitas getah gram P Dihitung berdasarkan berat getah yang dihasilkan

per panen sebanyak 1 kali

11 Sudut cabang pertama

pembentuk tajuk

derajat SCPT Diukur dengan menggunakan busur derajat pada

sudut yang dibentuk oleh cabang pertama pembentuk tajuk dengan batang utamanya.

(4)

Data hasil pengukuran yang diperoleh selanjutnya diolah dengan bantuan software statistik SPSS versi 13 (SPSS Inc. 2007) untuk mengetahui nilai tengah, standar deviasi, koefisien varian, korelasi dan regresi linear berganda dengan mengacu Steel dan Torrie (1995).

Untuk mengetahui hubungan antara karakter pertumbuhan dan karakter produksi getah dilakukan pengujian korelasi. Analisis statistik

dilakukan dengan menggunakan

program MS Excel untuk merekap data karakter fenotipik dari 100 pohon yang diteliti, SPSS versi 13 dan Minitab versi 16 digunakan untuk mendapatkan nilai rata rata dan nilai tengah peubah pengamatan masing masing pohon. Selanjutnya dilakukan pengujian korelasi fenotipik antar masing masing karakter mengikuti rumus Singh dan Chaudary (1977). Lalu ditentukan nilai r (korelasi), dimana nilai r 1 berarti interpretasi antar karakter sangat tinggi dan apabila bernilai 0 maka tidak berkorelasi.

Untuk mencari karakter-karakter fenotipik yang paling berpengaruh terhadap karakter produksi getah selanjutnya dilakukan uji regresi multilinier berganda terhadap 11 karakter yang telah diukur. Langkah – langkah yang dilakukan sebelum uji regresi adalah uji normalitas residual, uji

multikolinearitas, dan uji

heteroskedastistas. Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dapat dilakukan uji regresi. Dalam uji regresi yang baik sebaiknya data yang diperoleh bersifat normal dan tidak ditemukan multikolinearitas serta diperoleh

scatterplot yang tidak berpola pada uji heteroskedastistas (Priyatno, 2014). Uji regresi dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS 13.

Heritabilitas Karakter Produksi Getah

Nilai / hasil dari uji heritabilitas menggambarkan besaran proporsi antara varians genetika maupun varians

lingkungan dalam menentukan suatu karakter. Pada penelitian di Desa Banuaji, variabilitas diduga dengan menggunakan analisis komponen varians menurut Steel dan Torrie (1995) sedangkan untuk pendugaan heritabilitas

dilakukan melalui pendekatan

heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense heritability).

Varians fenotipe, varians genotipe dapat dihitung berdasarkan : δ2 f = (M2-M3)/r, δ2 e = M3, δ2b = M1-M3/r dimana: M1: kuadrat tengah blok; M2 = kuadrat tengah genotipe; M3 = kuadrat tengah galat, dan r adalah jumlah blok dalam lokasi penelitian (Tabel 3). Rancangan yang digunakan dalam penentuan analisis sidik ragam adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua blok berdasarkan kelerengan lokasi penelitian.

Analisis data untuk perhitungan parameter genetika dengan kondisi

tegakan seperti yang telah

dideskripsikan sebelumnya, dilakukan dengan pendekatan single tree plot. Adapun model linear untuk pengamatan individu pohon dengan pendekatan

single tree plot (Isik 2008) adalah

sebagai berikut:

Yijk: μ+ Bi+ Fj+eijk

Keterangan: Yijk: pengamatan individu pohon ke-k pada blok ke-i dan famili ke-j; μ:rerata umum; Bi: pengaruh blok ke-i; Fj: pengaruh

famili ke-j;galat acak pada Yijk. Hanya 2 blok yang digunakan pada penelitian.

Tabel 3. Analisis varians dan harapan

kuadrat tengah dari single tree plot

design untuk suatu karakter

Sumber Keragaman Derajat Bebas Kuadrat tengah F-Hitung Blok (r) r - 1 M1 M1/M3 Genotipe (g) g - 1 M2 M2/M3 Galat (r-1)(g-1) M3 - Total rg - 1

Heritabilitas dalam arti sempit untuk satu lokasi diduga menggunakan analisis komponen varians dan dihitung

(5)

berdasarkan rumus Wright (1976); Zobel dan Talbert (1984); Falconer dan Mackay (1996); White et al, (2007); Leksono (1996) dan Hardiyanto (1996). Sehingga pendugaan nilai heritabilitas dan standar deviasinya mengikuti rumus untuk pendugaan heritabilitas satu lokasi. Adapun rumus untuk menghitung heritabilitas adalah: Heritabilitas famili : h 2f : δ2f/(δ2 f + δ2b/nb+δ2e) Heritabilitas individu : h 2 : δ2f/(δ2 f + δ2b+δ2e)

Keterangan: h2f : heritabilitas famili h2 : heritabilitas individu δ2 f : komponen ragam famili δ2 b : Komponen ragam blok δ2 e : komponen ragam galat (White et al, 2007). Kriteria nilai heritabilitas menurut Cotteril dan Dean (1990) yaitu tinggi jika h2>0.50, sedang jika 0.20 < h2< 0.50 dan rendah jika h2 < 0.20.

HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur produksi getah

Perolehan getah kemenyan di Kawasan hutan Desa Banuaji berkisar 192,6 g/pohon/panen atau sekitar 385,2`g/pohon/tahun (dua kali panen per tahunnya), lebih rendah dari hasil rata-rata produksi kemenyan di Tapanuli Utara menurut Silalahi (2013) yaitu sekitar 500 g/pohon/tahun. Hasil pengukuran getah disajikan dalam bentuk histogram dengan interval dan frekuensi tertentu. Interval diperoleh dari rumus sturgess (Sarwono, 2012). Dari rumus sturgess tersebut diperoleh jumlah kelas interval dan titik tengah yang sama, yaitu 8 kelas interval dan titik tengah pada produksi getah kemenyan Toba dan Durame serta 6 kelas interval dan titik tengah pada produksi getah kemenyan Buluh. Nilai titik tengah selanjutnya digunakan sebagai interval pada histogram sehingga diperoleh frekuensi tertentu (Gambar.1). Frekuensi produksi getah terbesar berada pada interval 100-200 g/panen (25 pohon) dan frekuensi

produksi getah terkecil berada pada interval > 250 g/panen (14 pohon). Hasil perhitungan produksi getah setiap jenis menunjukkan hasil yang berbeda. Rata-rata Produksi getah tertinggi diperoleh kemenyan buluh yaitu sebesar 465 g/panen, diikuti kemenyan durame sebesar 173,9 g/panen, dan yang terendah kemenyan toba yakni sebesar 159,4 g/panen (Gambar 1.d).

Berdasarkan sudut pandang konservasi genetik, individu-individu pohon yang berada pada posisi paling menjulur kekanan (memiliki produksi tertinggi), sangat perlu untuk dikonservasi dan dikembangbiakkan karena memiliki keragaman yang sempit dan rawan terhadap kepunahan (Papajiannopoulos, 2002). Pada penelitian ini, individu-individu tersebut berada pada interval > 250 g/ panen (14 pohon). Untuk perbanyakan massal dapat dikembangkan dari individu-individu pada interval dengan frekuensi tertinggi. Pada penelitian ini, individu-individu tersebut berada pada interval 100-200g/panen (25 pohon).

(6)

400 350 300 250 200 150 100 50 0 5 4 3 2 1 0 Mean 1 73,9 StDev 99,09 N 1 8 Produksi Getah F re k u en si b. Kemenyan durame a. Kemenyan toba 1 0 5 0 1 5 1 0 2 5 2 0 3 5 3 0 300 600 900 1200 500 1 59,4 84,1 6 72 1 73,9 99,09 1 8 465 394,6 1 0 Mean StDev N P is ne u ke r F h a t e G i s k u d o r Tairable V h u l u B e m a r u Doba

d. Produksi getah keseluruhan c. kemenyan buluh

Gambar 1. Struktur produksi getah pohon kemenyan Toba (a),

kemenyan Durame (b) kemenyan Buluh (c) dan secara keseluruhan (d) di kawasan hutan kemenyan Desa Banuaji IV, Tapanuli Utara.

.

Hasil penelitian menunjukkan produksi getah kemenyan yang berbeda antar jenis kemenyan, maupun dalam jenis yang sama. Beberapa penelitian

sebelumnya menemukan adanya

peranan kondisi tanah, iklim, penggunaan bahan kimia, umur, teknik silvikultur (faktor lingkungan) dan faktor genetika tanaman dalam menentukan kuantitas produksi getah (Zamski 1972; Moulalis 1981; Philippou 1986; Papajiannopoulos 1997, 2002). Hasil penelitian didaerah temperate pada

pinus bergetah banyak yang dilakukan oleh Tadesse et al, (2001); Roberds et al, (2003); Burczyk et al, (1998); Kossuths (1984) dan Mergen et al,

(1955) menemukan peranan faktor genetika yang lebih dominan dalam menentukan karakter produksi getah. Namun kedua faktor tersebut bersama-sama mendukung ekspresi suatu karakter, karena fenotipe produksi getah merupakan hasil interaksi dari pengaruh faktor genetika dan lingkungan

(Rodrigues et al, 2009)

Struktur pertumbuhan pohon kemenyan

Kondisi suatu tegakan hutan selalu dipengaruhi oleh keadaan tempat tumbuh, perlakuan silvikultur, umur dan

sifat genetika pohon, interaksi antara setiap individu pohon terhadap keadaan tempat tumbuhnya, serta interaksi yang terjadi antar individu-individu pohonnya. Struktur pertumbuhan mampu mencerminkan pengaruh

faktor-400 350 300 250 200 1 50 1 00 50 0 1 8 1 6 1 4 1 2 1 0 8 6 4 2 0 Mean 1 59,4 StDev 84,1 6 N 72 Produksi Getah F re ku en si 1600 1200 800 400 200 60 3,0 2,5 2,0 1 ,5 1 ,0 0,5 0,0 Mean 465 StDev 394,6 N 1 0 Produksi Getah F re ku en si

(7)

faktor tersebut melalui output

pertumbuhan dan hasil (Prestzsch 2009) salah satunya produksi getah. Secara umum struktur pertumbuhan diameter batang, tinggi bebas cabang, tinggi total, tajuk dan percabangan pada pohon di hutan kemenyan Adiankoting mengikuti pola umum yang dijumpai pada tipe tegakan hutan tanaman.

Tinggi pohon pada suatu tegakan merupakan salah satu variabel penting dalam manajemen hutan karena mampu mencerminkan total volume pohon untuk tujuan komersial, mencerminkan kualitas tempat tumbuh

pada tegakan seumur dan

menggambarkan struktur vertikal dari suatu tegakan (Gadow et al, 2001). Sebaran tinggi pohon kemenyan pada kawasan hutan di desa Banuaji IV Tapanuli Utara secara umum berada pada interval nilai 16 sampai 26 meter dengan interval terbanyak pada rata-rata 20 sampai 25 meter (Gambar 2.a). Adapun sebaran tinggi bebas cabang berkisar antara 3 sampai dengan 21 meter dengan interval terbanyak pada tinggi 6 sampai 12 meter 9 (Gambar 2.b).

Diameter pohon merupakan faktor yang penting untuk diperhatikan karena melalui menjadi salah satu parameter untuk mengetahui besar volume secara keseluruhan dari dari suatu pohon. Pada beberapa penelitian sebelumnya, besar kecilnya diameter pohon juga menjadi indikator jumlah getah yang dihasilkan, pada tanaman Karet ( Hevea brasiliensis

Muell Arg.) Woelan (2005) menemukan adanya pengaruh lilit batang, jumlah pembuluh lateks dan diameter pembuluh lateks pada kuantitas produksi karet yang dihasilkan. Sebaran diameter pohon kemenyan di lokasi penelitian memiliki interval antara 10 sampai 70 cm dengan interval terbanyak berada pada rata-rata 10 sampai 20 cm (Gambar 2.c).

Tebal kulit umumnya digunakan untuk prediksi volume kayu dan koreksi

terhadap diameter pohon sebenarnya (Bravo et al, 2012). Untuk pohon bergetah tebal kulit juga berpengaruh terhadap produksi getah, tebal kulit bisa dijadikan salah satu indikator dalam penentuan kuantitas getah. Susilowati (2013) melakukan penelitian terhadap P.

merkusii dan mendapatkan hasil bahwa

tebal kulit juga berpengaruh dalam produksi getah. Nilai tebal kulit pohon Kemenyan kawasan hutan di desa Banuaji IV berada pada interval 0,1 cm sampai 2 cm dengan rata-rata 0,3 cm (Gambar 2.d).

Kondisi tajuk merupakan salah satu komponen penting dalam studi struktur pertumbuhan karena dapat menduga kualitas kayu, tingkat kompetesi tegakan, vigor pohon, stabilitas mekanis pohon dan iklim mikro (Sumarna, 2008). Adapun variabel tajuk yang umum digunakan adalah tinggi tajuk, panjang tajuk, lebar tajuk dan luas tajuk dari suatu tegakan. Hasil penelitian menunjukkan panjang tajuk di kawasan hutan kemenyan desa Banuaji IV Tapanuli Utara memiliki interval 2 sampai 11 meter dengan rata-rata 4,76 meter (Gambar 2.e), untuk tinggi tajuk memiliki interval 2 sampai 17 meter dengan rata-rata 8,2 meter (Gambar 2.h). Untuk lebar tajuk memiliki interval 1,6 sampai 10 meter dengan rata-rata 4,2 meter (Gambar 2.f), untuk luas tajuk memiliki interval nilai 24 m2 sampai 400 m2 dengan rata-rata 93 m2 (Gambar 2.i).

Jumlah cabang pembentuk tajuk mempunyai peran dalam penentuan kualitas dan kuantitas tajuk. Dengan diperoleh kualitas tajuk yang baik berdasarkan jumlah cabangnya maka dapat dilakukan pendugaan terhadap kualitas kayu dan vigor pohon dalam produksi getah (Sumarna, 2008). Hasil penelitian menunjukkan jumlah cabang pohon Kemenyan di Desa Banuaji IV berkisar antara 5 sampai dengan 80 dengan interval terbanyak diantara 5 sampai dengan 20 (Gambar 2.g).

(8)

28 24 20 16 12 10 25 20 15 10 5 0 Mean 18,34 StDev 3,484 N 100 Tinggi Total (m) F r e k u e n s i 21 18 15 12 9 6 3 20 15 10 5 0 Mean 1 0,44 StDev 3,542 N 1 00

Tinggi Bebas Cabang (m)

F re k u e n s i 70 60 50 40 30 20 10 0 40 30 20 10 0 Mean 20,52 StDev 8,489 N 100 Diameter (cm) F r e k u e n s i

a. Sebaran tinggi total b. Sebaran tinggi bebas cabang c. Sebaran diameter

10 8 6 4 2 40 30 20 10 0 Mean 4,1 93 StDev 1 ,571 N 1 00 Panjang Tajuk (m) F re k u e n s i 9,6 8,0 6,4 4,8 3,2 1,6 40 30 20 10 0 Mean 3,660 StDev 1 ,41 2 N 1 00 Lebar Tajuk (m) F re k u e n s i

d. Sebaran tebal kulit e. Sebaran panjang tajuk

f. Sebaran lebar tajuk

80 60 40 20 0 60 50 40 30 20 10 0 Mean 1 5,79 StDev 1 1 ,97 N 1 00

Jumlah Cabang Pembentuk Tajuk

F re k u e n s i 16 14 12 10 8 6 4 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0 Mean 7,965 StDev 3,170 N 100 Tinggi Tajuk (m) F r e k u e n s i 375 300 225 150 75 0 40 30 20 10 0 Mean 71 ,84 StDev 57,25 N 1 00 Luas Tajuk F re k u e n s i

g. Sebaran jumlah cabang h. Sebaran tinggi tajuk i. Sebaran luas tajuk

Gambar 2. Sebaran karakter pertumbuhan pohon Kemenyan di kawasan hutan desa Banuaji IV. a.Tinggi Total, b. Tinggi Bebas Cabang, c. Diameter, d. Tebal Kulit, e. Panjang Tajuk, f. Lebar Tajuk, g. Jumlah Cabang, h. Tinggi Tajuk, i. Luas Tajuk.

Struktur pertumbuhan pohon di kawasan hutan desa Banuaji IV menunjukkan pola sebaran yang lazim ditemui pada hutan tanaman seumur. Selanjutnya untuk melihat keeratan hubungan antara karakter pertumbuhan dengan produksi getah dilakukan

pendugaan dengan menggunakan

persamaan regresi berganda. Penelitian awal mengenai struktur produksi getah

dan hubungannya dengan karakter pertumbuhan telah dilakukan pada P.

pinaster. Nanos et al, (2000)

mengembangkan model produksi getah berdasarkan kerapatan tegakan, namun tidak menemukan adanya hubungan yang nyata antara keduanya. Sampai saat ini model penduga produksi getah

dengan melibatkan karakter

pertumbuhan juga masih jarang ditemui, tidak terkecuali pada kemenyan.

2,0 1,6 1,2 0,8 0,4 50 40 30 20 10 0 Mean 0,32 StDev 0,2370 N 100 Tebal Kulit (cm) F r e k u e n s i

(9)

Hubungan antara karakter pertumbuhan dan produksi Getah

Untuk mengetahui keterkaitan antara karakter pertumbuhan dengan produksi getah di kawasan hutan desa Banuaji IV dilakukan pengujian korelasi terhadap 11 karakter. Pengujian korelasi awal yang dilakukan menemukan 9 karakter yang memiliki hubungan dengan produksi getah (P). Karakter-karakter tersebut adalah tinggi total (TTB), tinggi bebas cabang (TBC) diameter batang (DBH), tebal kulit batang (TKB), panjang tajuk (PTj), lebar tajuk (LTj), jumlah cabang pembentuk tajuk (JCPT), tinggi total (TT) dan luas tajuk (LuasT). Karakter-karakter tersebut memiliki koefisien korelasi lebih dari 0,1. Hasil korelasi setiap karakter terhadap produksi getah dapat dilihat pada Gambar 3.

Terdapat 9 karakter yang memiliki korelasi terhadap produktivitas getah kemenyan. Kesembilan karakter tersebut memiliki korelasi -0,018 sampai dengan 0,734. Sarwono (2012) mengatakan bahwa suatu karakter

mempunyai keeratan hubungan dengan karakter lainnya bila didapat nilai korelasi 0,01 sampai dengan 1. Nilai 0 berarti tidak berkorelasi dan 1 berarti sangat tinggi, sedangkan nilai negatif menandakan hubungan berlawanan arah. Karakter sudut cabang pertama memiliki korelasi sebesar 0,001 yang menandakan bahwa karakter tersebut mendekati 0 yang menandakan tidak berkorelasi. Korelasi tertinggi diperoleh oleh karakter tebal kulit (TKB) sebesar 0,734 yang menandakan bahwa karakter tersebut memiliki keeratan yang tinggi terhadap produksi getah. Sedangkan korelasi terendah adalah tinggi total (0,296) yang menandakan bahwa karakter tersebut memiliki keeratan dengan produksi getah namun tergolong interpretasi rendah. Korelasi negatif terdapat pada karakter tinggi bebas cabang (TBC) sebesar -0,018 yang menandakan bahwa karakter tersebut memiliki hubungan yang berlawanan arah terhadap produksi getah namun masih tergolong hubungan yang rendah.

Gambar 3. Korelasi Pearson Fenotipik Antar Karakter Produksi Getah dan Karakter Lainnya

Correlations 1 ,590** ,461** ,491** ,307** ,324** ,434** ,195 ,440** ,465** ,296** ,000 ,000 ,000 ,002 ,001 ,000 ,052 ,000 ,000 ,003 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 ,590** 1 ,006 ,045 -,079 -,076 ,026 ,214* -,440** -,177 -,018 ,000 ,951 ,653 ,433 ,452 ,800 ,033 ,000 ,077 ,857 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 ,461** ,006 1 ,869** ,738** ,708** ,643** -,002 ,496** ,816** ,730** ,000 ,951 ,000 ,000 ,000 ,000 ,981 ,000 ,000 ,000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 ,491** ,045 ,869** 1 ,680** ,684** ,713** ,075 ,487** ,799** ,734** ,000 ,653 ,000 ,000 ,000 ,000 ,458 ,000 ,000 ,000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 ,307** -,079 ,738** ,680** 1 ,910** ,624** ,081 ,409** ,886** ,536** ,002 ,433 ,000 ,000 ,000 ,000 ,424 ,000 ,000 ,000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 ,324** -,076 ,708** ,684** ,910** 1 ,685** ,060 ,440** ,841** ,492** ,001 ,452 ,000 ,000 ,000 ,000 ,555 ,000 ,000 ,000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 ,434** ,026 ,643** ,713** ,624** ,685** 1 ,055 ,468** ,727** ,499** ,000 ,800 ,000 ,000 ,000 ,000 ,590 ,000 ,000 ,000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 ,195 ,214* -,002 ,075 ,081 ,060 ,055 1 -,014 ,033 ,001 ,052 ,033 ,981 ,458 ,424 ,555 ,590 ,893 ,747 ,994 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 ,440** -,440** ,496** ,487** ,409** ,440** ,468** -,014 1 ,709** ,349** ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,893 ,000 ,000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 ,465** -,177 ,816** ,799** ,886** ,841** ,727** ,033 ,709** 1 ,631** ,000 ,077 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,747 ,000 ,000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 ,296** -,018 ,730** ,734** ,536** ,492** ,499** ,001 ,349** ,631** 1 ,003 ,857 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,994 ,000 ,000 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N TTB TBC DBH TKB PTj LTj JCPT SCPT TT LuasT P TTB TBC DBH TKB PTj LTj JCPT SCPT TT LuasT P

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.

(10)

Hasil awal yang diperoleh masih menghasilkan data yang cukup beragam dan belum menunjukkan keeratan antar karakter yang mampu menerangkan hubungan antara produksi getah dan

karakter pertumbuhan. Untuk

memperoleh karakter yang lebih mampu menerangkan hubungan antara produksi getah dengan karakter lainnya maka dilakukan pengujian lanjutan terhadap 11 karakter yang diperoleh. Uji lanjut yang digunakan adalah uji regresi, dimana karakter produksi getah digunakan sebagai variabel Y (dependent) dan 10 karakter fenotipik lainnya digunakan sebagai variabel X (independent)

Hasil pengujian lanjutan dengan regresi linear berganda berdasarkan uji signifikasi/probabilitas dibawah 0,05 menemukan 2 (dua) karakter yang memiliki hubungan nyata dengan produksi getah yaitu karakter tebal kulit batang (TKB) dan diameter batang

(DBH), namun pada karakter tersebut terjadi multikolinearitas sehingga tidak dapat dilakukan uji regresi terhadap kedua karakter tersebut. Uji regresi dilakukan terhadap salah satu variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependent (karakter produksi getah), dimana variabel independent tersebut adalah karakter tebal kulit batang (TKB). Karakter tersebut berhubungan positif dan nyata terhadap produksi getah (P), hubungan karakter tersebut dapat digambarkan dengan persamaan regresi linear (Tabel 4) : Y = 22,914 + 530,270X1 (Y: Produksi getah, X1: tebal kulit batang). Hasil pengujian regresi berganda memperlihatkan koefisien keeratan sedang yaitu sebesar 0,734.

Tabel 4. Model Pendugaan Regresi Linear Hubungan Produksi Getah dengan Karakter Pertumbuhan

Karakter

Pertumbuhan Notasi Koefisien Nilai P Model Penduga

Intersep (konstanta) I 22,914 Y = 22,914 + 530,270X1 Tebal Kulit Batang (cm) X1 530,270 0,000 Keterangan : R : 0,734 ; P: 0,05

Hubungan positif karakter produksi getah dengan karakter tebal kulit batang mengindikasikan bahwa produksi getah akan meningkat seiring dengan peningkatan nilai karakter tersebut. Tebal kulit batang (TKB) memiliki hubungan yang positif terhadap produksi getah. Hasil menunjukkan pohon dengan produksi getah tertinggi (1500 g/panen) memiliki tebal kulit batang sebesar 2 cm, diikuti dengan produksi getah 550 g/panen memiliki tebal kulit batang sebesar 1 cm, dan yang terendah yaitu pohon dengan produksi getah sebesar 60 g/panen memiliki tebal kulit batang sebesar 0,1 cm. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa semakin besar tebal kulit batang pohon kemenyan maka getah yang dihasilkan juga semakin banyak. Penelitian mengenai keterkaitan antara tebal kulit pada batang dengan produksi getah atau resin masih sedikit dijumpai. Namun Clifton (1989) menduga adanya keterkaitan antara kulit kayu, angin dengan keberadaan kantong resin dalam kayu, adanya kulit akan mengurangi kerusakan saluran resin akibat hembusan angin.

Keterkaitan antara karakter pertumbuhan dan produksi getah kemenyan menunjukkan keeratan rendah-sedang. Hal tersebut sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu pada jenis P. merkusii, P.taeda,

(11)

disebabkan karena adanya pengaruh faktor genetika dalam menentukan karakter produksi getah. Proporsi pengaruh faktor genetika dalam menentukan produksi getah, dapat

diprediksi dengan melakukan

pendekatan nilai heritabilitas dan perhitungan koefisien variasi genetik.

Walaupun beberapa penelitian sebelumnya telah menemukan faktor genetika lebih mempengaruhi karakter produksi getah, aplikasi teknik silvikultur yang tepat juga akan menjaga ekspresi genetika produksi getah. Hal tersebut sesuai dengan Namkoong (1980) yang menyatakan bahwa pemeliharan tegakan juga sangat diperlukan untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung ekspresi genetika suatu karakter. Pada penelitian ini teknik pengaturan jarak tanam untuk

memperlebar diameter karena

mendukung karakter produksi getah. Dalam meningkatkan produksi getah, tindakan teknik silvikultur intensif seperti pemupukan juga perlu dilakukan karena selama ini pohon kemenyan hanya diambil getahnya tetapi tidak pernah dipupuk. Beberapa jenis pupuk seperti triple superphoshate (TSP) (Knebel et al,2008) dan pupuk dengan kandungan N,P,K,Ca dan Mg (Warren et al, 1999) dapat digunakan untuk meningkatkan produksi getah.

Heritabilitas Karakter Produksi Getah

Penampilan fenotipik suatu karakter tanaman adalah merupakan hasil total dari faktor genetika, faktor

lingkungan, dan interaksi antara faktor genetika dengan faktor lingkungannya (Falconer dan Mackay 1996). Pada penelitian ini besaran pengaruh faktor lingkungan dan genetika tersebut dikuantifikasi dengan menggunakan model perhitungan statistik ragam melalui pendugaan nilai heritabilitas dalam arti sempit (narrow sense heritability).

Nilai heritabilitas (h2 dan h2f) menggambarkan proporsi faktor genetika dan faktor lingkungan dalam menentukan suatu karakter. Nilai heritabilitas memiliki kisaran nilai 0 - 1. Nilai 0 mengindikasikan bahwa karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor

lingkungan, sedang nilai 1

mengindikasikan bahwa karakter tersebut hanya dipengaruhi oleh faktor genetika. Nilai-nilai tersebut sangat penting bagi pemulia tanaman dalam menentukan strategi seleksi maupun strategi perbanyakan yang akan dilakukan agar perolehan genetikanya tetap stabil.

Berdasarkan klasifikasi Cotteril dan Dean (1990), nilai heritabilitas individu dan famili menunjukkan nilai yang beragam (Tabel 5). Karakter produksi getah, tinggi bebas cabang, panjang tajuk, lebar tajuk dan sudut cabang, diameter batang memiliki nilai heritabilitas yang tinggi (h2> 0,50).

Karakter luas tajuk memiliki nilai heritabilitas sedang (0,20 ≤ h2 ≤ 0,50), sedangkan karakter tinggi total, tebal kulit, jumlah cabang dan tinggi tajuk memiliki nilai heritabilitas yang rendah (h2 < 0,20).

(12)

Tabel 5. Nilai Ragam Famili (δ 2f), Ragam Blok (δ 2b), Ragam Galat (δ 2e), Heritabilitas Individu

(h2) dan Heritabilitas famili (h2f) Kemenyan

karakter δ 2f δ 2b δ 2e h2 h2f

Produksi Getah (P) 106693 31914 56505 0,55 0,60

Tinggi Total (TTB) 2,30 0,05 16,02 0,12 0,13

Tinggi Bebas Cabang (TBC) 11,19 0,12 8,24 0,57 0,5

Diameter batang (DBH) 219,2 11,50 133,6 0,60 0,61

Tebal Kulit (TKB) 0,01 0,07 0,13 0,07 0,08

Sudut cabang pertama pembentuk tajuk (SCPT)

0,04 0,01 0,02 0,58 0,61

Jumlah cabang pembentuk tajuk (JCPT) 61,3 310,2 249 0,1 0,13

Panjang tajuk (PTj) 7,69 2,05 4,23 0,55 0,59

Lebar tajuk (LTj) 5,20 1,65 3,31 0,51 0,56

Tinggi tajuk (TT) 0,69 0,69 9,30 0,06 0,07

Luas tajuk (LuasT) 6554 1314,5 7004 0,44 0,46

Hasil perhitungan untuk nilai heritabilitas karakter produksi getah menunjukkan nilai yang cukup tinggi (0,55-0,60). Susilowati (2013) pada P. merkusii menemukan nilai heritabilitas untuk produksi getah sebesar (0,70-0,82), demikian juga dengan Leksono (1995) menemukan karakter produksi getah dengan nilai heritabilitas sebesar 0.69. Pada P.merkusii dengan beberapa provenans, Sukarno, et al (2015) menemukan nilai heritabilitas yang berkisar antara 0,57-0,74. Untuk nilai heritabilitas yang tinggi pada karakter produksi getah, Wenger (1984); Birk dan Kanowski (1988); Burczyk et al,

(1998); Kossuth (1984); Mergen et al,

(1955); Gill (1998) menyatakan bahwa sifat tersebut dikendalikan oleh gen. Hal ini menandakan bahwa untuk pemuliaan sifat tersebut kegiatan seleksi akan memberikan perolehan genetika yang tinggi tanpa dipengaruhi oleh interaksi faktor lain.

Karakter diameter batang memiliki nilai heritabilitas yang tinggi (0.60). Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan Wardhani (2008) pada pohon jati umur 5,5 tahun yaitu sebesar 0,58. Pada ficus, Harijanto

et, al (2015) menemukan nilai

heritabilitas individu untuk karakter diameter sebesar 0,29-0,66. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa karakter diameter pada kemenyan dipengaruhi oleh faktor genetik.

Nilai heritabilitas rendah-sedang diperoleh pada karakter tebal kulit (0,07-0,08), tinggi tajuk (0,06-0,07), tinggi total (0,12-0,13), jumlah cabang pembentuk tajuk (0,10 -0,13) dan karakter luas tajuk (luas tajuk (0,44-0,46). Hal tersebut mengindikasikan bahwa karakter tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dibandingkan dengan faktor genetika. Hasil yang hampir sama diperoleh Fakuta et.al (2013) pada Akasia yang menemukan nilai heritabilitas rendah-sedang untuk tinggi total (0,05) dan tinggi tajuk (0,13). Jansons, et al (2009) juga menemukan nilai heritabilitas yang rendah untuk jumlah cabang (0,20). Nilai heritabilitas rendah-sedang menunjukkan bahwa karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Hasil pendugaan nilai heritabilitas kemenyan di kawasan hutan Desa Banuaji IV menunjukkan karakter produksi getah memiliki heritabilitas

yang tinggi, hal tersebut

mengindikasikan bahwa faktor genetika lebih dominan mempengaruhi karakter tersebut. Berdasarkan perolehan nilai heritabilitas, kegiatan pemuliaan untuk karakter produksi getah dapat diawali dengan melakukan kegiatan seleksi untuk memperoleh individu-individu dengan perolehan getah tinggi. Kegiatan seleksi yang direkomendasikan untuk karakter-karakter dengan nilai variasi genetika tinggi dan heritabilitas tinggi adalah melalui seleksi massa. Hal

(13)

tersebut sesuai dengan Tadesse, et al

(2001) yang mengemukakan jika suatu populasi memiliki nilai heritabilitas tinggi untuk suatu karakter maka seleksi massa/seleksi fenotipik akan lebih efisien dalam memperbaiki karakter tersebut. Seleksi massa merupakan kegiatan seleksi yang didasarkan keragaan fenotipik individu pohon tanpa memperhatikan informasi tentang kinerja induk, keturunan atau kerabatnya. Pada penelitian ini karakter yang direkomendasikan dalam seleksi massa terhadap tanaman Kemenyan adalah karakter diameter batang dan tebal kulit. Semakin tinggi nilai kedua karakter tersebut semakin bagus pula digunakan untuk seleksi massa. Dari hasil seleksi massa terhadap kedua karakter tersebut diharapkan mendapat keturunan yang memiliki sifat yang sama dengan tetuanya sehingga didapat produksi getah yang tinggi. Selain informasi mengenai strategi seleksi, perolehan nilai heritabilitas juga terkait dengan strategi perbanyakan yang akan dilakukan. Jika suatu karakter memiliki nilai heritabilitas tinggi, maka strategi perbanyakan melalui pembiakan generatif mampu memberikan kontribusi terhadap ketersediaan bibit dengan karakter target, sebaliknya jika karakter tersebut memiliki nilai yang rendah maka perbanyakan secara vegetatif sangat penting untuk menjaga stabilitas bibit yang akan diperoleh. Hasil penelitian ini menemukan nilai heritabilitas yang tinggi untuk karakter produksi getah, sehingga untuk pengembangannya dapat dilakukan melalui pembiakan generatif dari benih kemenyan yang diperoleh dari individu yang bergetah banyak.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Hasil penelitian struktur produksi getah dan pertumbuhan di Hutan Kemenyan Desa Banuaji, menunjukkan produksi getah rata-rata yang dihasilkan sebesar 192,6 gr/pohon/panen. Kurva produksi getah

menunjukkan kecenderungan menjulur ke kanan dengan interval yang panjang, sehingga sesuai untuk kegiatan

pemuliaan lanjutan. Struktur

pertumbuhan menunjukkan pola sebaran normal sesuai dengan model hutan

tanaman umumnya. Pengujian

menggunakan korelasi pearson yang diikuti uji regresi menemukan satu karakter yang sangat mempengaruhi produksi getah yaitu tebal kulit (TKB) sehingga karakter tersebut dapat digunakan sebagai indikator seleksi awal untuk mencari pohon kemenyan yang bergetah banyak.

Hasil karakterisasi secara fenotipik menunjukkan nilai heritabilitas yang tinggi untuk karakter produksi getah (h2: 0,55 – 0,60). Hal tersebut mengindikasikan bahwa karakter produksi getah dominan dipengaruhi oleh faktor genetik.

Saran

Perbanyakan generatif dapat digunakan sebagai salah satu strategi perbanyakan bibit Kemenyan karena dapat menjaga stabilitas bibit yang diperoleh. Hasil penelitian menemukan bahwa karakter tebal kulit dapat digunakan sebagai indikator dalam kegiatan seleksi pohon Kemenyan bergetah banyak karena memiliki keeratan tinggi dengan produksi getah.

DAFTAR PUSTAKA

Antoko, B.S.2011. Nilai Insentif Karbon

Hutan Rakyat Kemenyan

Berbasis Voluntary Carbon

Market di Kabupaten Tapanuli

Utara. Sekolah Pasca Sarjana

Instititut Pertanian

Bogor.Bogor.

Bravo F, Alvarez JG, Rio MD. 2012. Growth and yield models in Spain: historical overview, contemporary examples and perspectives .

(14)

Burkil, I.H. 1935. A Dictionary of The Economic Product od Tree Malay Peninsula. Published of Behalf of Government of

The Strait Settlement and Federated malay States. (Vol II (1-Z) London.

Clifton, NJ. 1989. Resin pocket in canterbury radiata pine. NZ JI For: 14:1:38-49

Coppen JJW, Greenhalgh P, Smith A E. 1984. Gum Naval Stores: Turpentine An Industrial Profile Of Production And Rosin From

Pine Resin. Tropical

Development And Research Institute. Report No. G187: 40 Pp.

Cornelius, J. 1994. Heratibilities and Genetic Coefficients of Variation in Forest Trees. Can. J. For. Res:24:372-379.

Cotteril PP, Dean CA. 1990. Succesfull Tree Breeding with Index Selection. CSIRO Division of Forestry and Forest Product. Australia.

Fachrodji A, Sumarwan U, Suhendang E, Harianto. 2009. Comparison of competitiveness gondorukem in International Market. Journal

of Management and

Agribusiness :6:2:140-151

Fakuta N. M., Ojiekpon I. F, Gashua I. B, Ogunremi O. C. Quantitative Genetic Variation in Gum \ Arabic (Acacia senegal (L) \ Willd) Provenances. American Journal of Plant Sciences, 2015, 6, 2826-2831

Gadow KV, Real P, Alvares JG. 2001. Modelizacióndel crecimientoyla evolución de los bosques. IUFRO World Series, Vol. 12, Vienna.

Gonçalves PS, Marcelo AS, Ligia RLG, Erivaldo JSJ. Genetic Variability for Girth Growth and Rubber Yield in Hevea

brasiliensis. Sci. Agric.

(Piracicaba, Braz.), v.63, n.3, p.246-254

Jayusman. 2014. Mengenal Pohon Kemenyan (Styrax spp.) Jenis dengan Spektrum Pemanfaatan Luas yang Belum Dioptimalkan. Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.

Makmur, A. 1992. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. 79 hal.

Namkoong, Barnes RD, Burley J. 1980. Screening in yield in forest tree breeding. Commonw.Fo, Rev:59:1.

Nanos N, Alía R, Gil L, Montero G, Tadesse W. 2000. Modelling resin production distributions

For Pinus pinaster Ait using

two probability functions. Ann

For Sci: 57: 369-377

Papajiannopoulos, A. 2002. Leaflet of resin tapping. PRISMA Ltd. Athens, in Greek

Panshin AJ, Harrar ES, Baker WJ, Proctor PB. 1950. Forest Products. Their Sources, Production and Utilization. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Pretzsch H. 2009. Forest Dynamics,

Growth and Yield, Springer, 653

(15)

Rajagukguk, K. 2009. Analisis Faktor Penyebab penurunan Intensitas Pengelolaan Hutan Kemenyan, Studi Kasus: Hutan Kemenyan di Desa Tangga Batu Barat,

Kecamatan Tampahan,

Kabupaten Tobasa. Unversitas Sumatera Utara Press. Medan. Roberds JH, Strom, BL, Brain FP,

Gwaze DP, Mc Keand DP, Lot LH. 2003. Estimates of genetic variabels for oleoresin and growth traits in juvenile loblolly pine. Can. J. For. Res:33: 2469–2476

Rodrigues KCS, Netto AGF. 2009. Oleoresin yield of Pinus elliottii

in subtropical climate: seasonal variation and effect of auxin and salicylic acidbased stimulant paste. Industrial Crops and

Product:316-320

Sarwono. 2012. Pengantar Statistika : Bumi Aksara. Jakarta.

Silalahi. J, et al. 2013. Buku Kecil: Kemenyan Getah Berharga Tano Batak. Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli. Parapat. Silitonga, T. 1983. Pemungutan dan

Pemanfaatan Hutan Pinus :

Suatu Tantangan dan

Kesempatan. Simposium

Pengusahaan Hutan Pinus; hlm 211-215.

Singh RK, Chaudary BD. 1977.

Biometrical Methods In

Quantitative Genetics Analysis. Kalyani Publishers. Indiana New Delhi. 304p.

Sitompul, M. 2011. Kajian Pengeloaan Hutan Kemenyan (Styrax. Sp) di

Kabupaten Humbang

Hasundutan Provinsi Sumatera Utara. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Steel RGD, Torrie JH. 1995. Prinsip

Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik . PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Susilowati, A. 2013. Karakterisasi Genetika Dan Anatomi Kayu

Pinus merkusii Kandidat Bocor

Getah Serta Strategi

Perbanyakannya Institut

Pertanian Bogor Press.

Disertasi. Bogor.

Woelan, S. 2005. Keragaan Klon Karet Unggul Harapan IRR seri 100. Prosiding Lokal Nasional Pemuliaan Tanaman Karet. Pusat Penelitian Karet. Lembaga Riset Perkebunan Indonesia, Hal 173-187.

Gambar

Tabel 2. Pengukuran Karakter Pertumbuhan dan Produksi Getah Kemenyan (Styrax sp)
Tabel 3. Analisis varians dan harapan kuadrat tengah dari single tree plot design  untuk suatu karakter  Sumber  Keragaman  Derajat Bebas  Kuadrat tengah   F-Hitung  Blok (r)  r - 1  M1  M1/M3  Genotipe  (g)  g - 1  M2  M2/M3  Galat   (r-1)(g-1)  M3  -  To
Gambar  1.  Struktur  produksi  getah  pohon  kemenyan  Toba  (a),  kemenyan  Durame  (b)  kemenyan  Buluh  (c)  dan  secara  keseluruhan  (d)  di  kawasan  hutan  kemenyan Desa Banuaji IV, Tapanuli Utara
Gambar 2.   Sebaran  karakter  pertumbuhan pohon Kemenyan di kawasan hutan  desa Banuaji IV
+4

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Sebagai tindak lanjut hasil Desk Evaluasi Proposal Baru Penelitian Kompetitif Nasional Tahun 2015, Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Direktorat Jenderal

(1) Lembaga penyedia jasa penyusunan dokumen AMDAL yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dan LPK AMDAL yang telah memenuhi

Pemanfaatan Ekosistem Padang Lamun Melalui Inovasi Teknologi Budidaya Ikan Baronang Ramah Lingkungan dalam Mendukung Pengembangan Ekonomi Wilayah di Sulawesi Selatan. 106

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan literasi wujud variasi bahasa yang terdapat dalam tayangan Kick Andy episode “Ngelmu sampai Mati”. Metode yang digunakan

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel relasi orang tua-anak dapat berperan secara signifikan dibandingakan tekanan teman sebaya, sehingga disarankan bagi orang

Artinya adalah semakin tinggi kontrol diri yang dimiliki remaja, maka akan semakin rendah perilaku cybersex yang terjadi pada remaja yang menggunakan internet di