• Tidak ada hasil yang ditemukan

Business Use Of Space By Household-Based Enterprise (HBE) In Semarang Timur District

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Business Use Of Space By Household-Based Enterprise (HBE) In Semarang Timur District"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

JURNALTATALOKA; VOLUME11; NOMOR1; FEBRUARI2009 © 2009 Biro Penerbit Planologi UNDIP

L

O

K

A

P

ENGGUNAAN

R

UANG

O

LEH

P

ELAKU

US

AHA

B

ERBASIS

R

UMAH

TA

NGGA

(HBE)

DI

K

ECAMATAN

S

EMARANG

T

IMUR

Business Use Of Space By Household-Based Enterprise (HBE) In Semarang Timur District

Hotnida Yusnani Simbolon

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Batu Bara

Jl. Perintis Kemerdekaan No. 164 Telp/Fax: (0622) 96110-96584, Lima Puluh 21255 (email: simbolon_hotnida@yahoo.com)

Abstract:The result of this research shows that household enterprise and activity as well as the production process which become the reason to have a home industry influence the spatial use by household-based enterprisers. It is seen from their production processes which utilize the streets in different locations because the insufficient space in their houses. This research finds out only 8% of the enterprisers add additional rooms. Besides, there is only 85% of the enterprisers fulfill the requirement of wide standart for person, that is 9 m². However, the overall width the enterprisers have is insufficient because the width of the building is equal with land width. This will be hard for household-based enterprises to implement the simple house criteria, that are houses as shelter and space for business, because each household-based enterprise has different characteristic. Therefore, the relevance analysis shows that r-value of income and spatial use is -0,015 to 0,453.The r value shows the low relevance and that income does not influence the spatial use by the enterprisers. This is propted by the fact that they do not have any willingness to add more rooms. They have al-ready satisfied by the space they have at home, no more land can be built, and that the enterprisers do not have more saving, since room addition needs more money.

Keywords: use of space, home-based enterprise

Abstrak :Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan usaha dan aktivitas rumah tangga seperti proses produksi yang men-jadi alasan untuk membuka usaha dan mempengaruhi penggunaan ruang oleh pelaku usaha rumahan. Hal ini dapat dilihat dari proses produksi yang dilakukan di setiap jalan dan di lokasi yang berbeda hal ini karena luas rumah kurang memadai. Dalam hal ini, luas rumah pelaku tidak pernah melakukan penambahan. 92% dari pelaku tidak melakukan penambahan kamar dan hanya 8% dari pelaku melakukan penambahan kamar. Selain 85% responden dapat memenuhi luas orang requirementper dan 15% tidak sesuai dengan standar lebar per orang adalah 9 m². Tapi keseluruhan luas pelaku adalah tidak tepat karena luas bangunan sama dengan luas tanah. Jika citeria rumah sederhana diterapkan, ini menjadi sulit karena perusahaan berbasis rumah memiliki karakte-ristik yang berbeda, bahwa fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan melakukan usaha. Lalu relevansi menghasilkan pendapatan dengan penggunaan ruang yang memiliki nilai r antara -0.015 sampai 0.453. nilai r yang menunjukkan bahwa relevansi adalah rendah dan menghasilkan pendapatan tidak berpengaruh terhadap penggunaan ruang oleh pelakunya. Hasil ini dipengaruhi oleh alasan pelaku dan motivasion bahwa mereka tidak ingin membuat ruang tambahan. Mereka sudah merasa nyaman dengan kondisi rumah mereka, tidak ada tanah yang lebih luas, dan pelaku tidak memiliki uang, karena biayanya terlalu banyak.

(2)

PENDAHULUAN

Rumah merupakan salah satu kebutuhan kemudian dapat membantu pembayaran rumah dasar manusia, rumah pada dasarnya berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga (Undang-Undang No.2 Ta-hun 1992 Tentang Perumahan dan Permuki-man). Saat ini rumah tidak lagi hanya digunakan sebagai tempat tinggal, tetapi juga digunakan sebagai tempat untuk melakukan usaha. Banyak alas an manusia memilih rumah untuk memulai usaha, diantaranya adalah mengurangi pengelua-ran tambahan, pemanfaatan pajak, tidak menyu-kai suasana kerja konvensional, kesempatan un-tuk menjadi pemilik usaha sendiri dan khususnya kesempatan untuk mengendalikan pekerjaan dan rumah tangga pada satu tempat (Beach, 1993). Peningkatan ekonomi keluarga menjadi salah satu alas an untuk memulai usha di rumah. Fung-si rumah tidak lagi sebagai faFung-silitas saja, tetapi juga sebagai peningkatan pendapatan, yang ke-mudian dapat membantu pembayaran ryumah serta peningkatannya (Strassman, 1987). Dalam hal ini rumah tempat produksi, tempat pemsa-ran, hibupemsa-ran, instuisi keuangan dan juga diguna-kan sebagai tempat pengasingan diri (Laquin da-lam Kallet, 2000). Usaha berbasis rumah menja-di alternative peningkatan pendapatan.

Penggunaan ruang rumah oleh pelaku usaha berbasis rumah tangga (HBE) menjadi penting untuk diperhatikan. Ruang yang diguna-kan dalan mengembangdiguna-kan usahanya dengan ke-giatan rumah tangga akan menjadi sama. Akibat-nya ruang yang ada di dalam rumah menjadi sempit, bahkan menjadi tidak sesuai lagi dengan standar yang berlaku. Home based bussines atau yang lebih dikenal dengan usaha berbasis rumah memiliki pengertian bahwa segala jenis kegiatan usaha dilakukan di dalam rumah oleh pemilik usaha dan pekerjanya juga (Leighton Jay, 2003). Seperti yang dikemukakan Parrott Kathleen (1998)“The work environment is important to the success of any business. For the HBB, the work envi-ronment is unique because it is also a home. The use of space in the home will change when a home-based business is begun. By definition, a HBB introduces a business activity into residential space, your home. The needs of the business and the needs of the family mem-bers will be different, and conflict can result.”

Pada pelaksanaannya, penggunaan ruang rumah oleh usaha berbasis rumah tangga tersebut menjadi suatu fenomena yang terjadi dalam

ke-hidupan masyarakat sehari-hari. Sering terjadi penggunaan ruang yang sama dalam melakukan aktivitas rumah tangga dan usaha (Tipple, 2005). Aktivitas yang dilakukan oleh pelaku usaha dan anggota keluarga dapat mempengaruhi penggu-naan ruang rumah mereka. Pada akhirnya, ruang untuk aktivitas keluarga sehari-hari menjadi sama dengan ruang untuk melakukan usaha rumah tangga tersebut. Di sisi lain adanya keterbatasan luas ruang rumah yang dimiliki oleh pelaku usa-ha, membuat keseluruhan aktivitas usaha khu-sunya industry rumah tangga tidak dilakukan di dalam rumah, sehingga diperlukan adanya perlu-asan atau penambahan ruang untuk mengatasi permasalahan penggunaan ruang. Tetapi pada kenyataannya keterbatasan dana menjadi salah satu alasan tidak dilakukannya perluasan atau penambahan ruang rumah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penggunaan ruang rumah oleh pelaku usaha ber-basis rumah tangga (HBE) dan alur aktivitaspro-duksi khususnya industri rumah tangga di Kelu-rahan Bugangan dan Jalan Barito terkait dengan fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan tempat melakukan usaha, serta melihat keterkaitan anta-ra tingkat pendapatan penghuni dengan penggu-naan ruang yang dilakukan.

USAHABERBASIS RUMAH TANGGA DALAM

KAJIANTEORI

Usaha berbasis rumah tangga (home based enterprises) adalah usaha yang terdapat atau berada dekat dengan rumah dari pada di daerah komer-sial atau area industri, dimana HBE tersebut termasuk kedalam komponen homebased, seperti membuat makanan dan komponen non home-based, seperti menjual makanan di disekitar jalan (Tipple, 2005). Menurut Leighton Jay (2003) usaha berbasis rumah (home-based businesses) me-miliki karakteristik yaitu hamper seluruh kegia-tan usaha dilakukan di dalam rumah pemilik ha, dimana usaha ini lebih mengarah kepada usa-ha dilakukan di rumah (business operated at home). Aktivitas yang dilakukan dalam usaha berbasis rumah pada umumnya adalah industry pengola-han dan perdagangan dan jasa (retail). Usaha ter-sebut biasanya dilakukan di dalam rumah atau berdekatan dengan rumah pemilik usaha.

Aktivitas usaha yang dilakukan biasanya memiliki kombinasi yaitu ada jenis usaha dalam rumah yang melakukan produksi dan distribusi menjadi satu kesatuan dai usaha mereka. Ada

(3)

juga yang melakukan usaha dalam rumah dengan menjual barang saja (retail) dan melakukan jenis usaha yang berbeda, seperti mekanik yang juga membuka usaha menjual makanan yang dilaku-kan di area yang sama (Tipple, 2005). Menurut Johan Silas (2002), rumah adalah bagian yang utuh dari permukiman dan bukan semata – mata hasil fisik yang sekali jadi. Bermukim pada haki-katnya adalah hidup bersama, dan untuk itu fungsi rumah dalam kehidupan adalah sebagai tempat tinggal dalam suatu lingkungan yang mempunyai prasarana dan sarana yang diperlu-kan oleh manusia dalam memasyarakatdiperlu-kan diri. Apabila dilihat dari proses bermukim tersebut, maka rumah merupakan sarana pengaman bagi diri manusia itu sendiri, pemberi ketentraman hidup, dan sebagai pusat kegiatan berbudaya (Yudohusodo, 1991). Pada dasarnya rumah atau hunian diartikan hanya sebagai tempat tinggal dan tempat berlindung. Namun, pada perkem-bangannya apresiasi terhadap rumah terus me-ningkat seiring dengan semakin meme-ningkatnya tuntutan ebutuhan manusia (Sastra, 2006:109). Dalam hal ini menurut Dewi S dalam Silas (2000) rumah dapat menjadi modal kerja yang handal dalam mengembangkan kekuatan ekono-mi keluarga melalui Usaha Berbasis Rumah (UBR).

Berdasarkan Keputusan Menteri Peker-jaan Umum nomor 20/KPTS/1986 tentang Pe-doman Teknik Pembangunan Perumahan Seder-hana Tidak Bersusun (dalam Marsono, 1995), bangunan rumah adalah bangunan yang direnca-nakan dan digudirenca-nakan sebagai tempat kediaman oleh satu keluarga atau lebih, dimana didalamnya terdapat ruang hunian yang merupakan bagian dari bangunan rumah yang digunakan untuk ti-dur, makan dan kegiatan lain. Rumah sederhana tidak bersusun merupakan tempat kediaman yang layak huni, dimana rumah sederhana terse-but dibagi menjadi dua yaitu:

 Rumah lengkap adalah tempat kedia-man yang terdiri dari satu lantai, memiliki luas bangunan minimum 36 m² dan maksimal 70 m². Luas persil minimum adalah 60 m² dan 120 m².

 Rumah inti (rumah tidak lengkap) adalah tempat kediaman yang mempun-yai satu ruangan hunian dnegan luas minimum 12 m² dan dimungkinkan un-tuk dikembangkan menjadi rumah

se-derhana lengkap dengan luas minimum 36 m².

Berdasarkan pedoman umum rumah se-derhana sehat yang dikeluarkan pemerintah me-lalui Departemen Pekerjaan Umum, kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseo-rang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci, dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian yang telah dilakukan, kebutuhan ruang per orang ada-lah 9 m². Proses produksi pada dasarnya meru-pakan suatu kegiatan konversi bahan baku (input produksi) menjadi produk (output produksi). Untuk melaksanakan proses atau kegiatan terse-but diperlukan satu rangkaian proses pengerjaan yang bertahap (SIPUK, 2008). Menurut Setya-wan (2008), sebelum melakukan proses produk-si terlebih dahulu dilakukan perencanaan proses, dimana secara umum yang dimaksud dengan pe-rencanaan proses adalah pepe-rencanaan bagaimana sekumpulan aktivitas produksi akan berlangsung mulai dari input, pemrosesan sampai menghasil-kan produk (output). Pada perkembangannya rumah tidak hanya menyediakan tempat tinggal bagi penghuninya, tetapi juga dapat mening-katkan pendapatan melalui penyewaan ruang atau digunakan sebagai toko (Strassmann, 1987). Usaha berbasis rumah (home-based enterprise) tidak hanya bisnis kecil-kecilan dalam struktur yang kecil, tetapi juga merupakan kegiatan keluarga yang dilakukan di tempat tinggal. Rumah digu-nakan sebagai tempat produksi, pemasaran, pu-sat hiburan, lembaga keuangan keluarga, dan juga tempat untuk menyendiri atau beristirahat (Kellet, 2000). Dalam hal ini kegiatan keluarga dan usaha menjadi satu di dalam rumah. Melalui studinya di Lima, Kalutara, dan Kolombo Strassman (1987) menyebutkan bahwa pemilik usaha didalam rumah berpendapat apabila mere-ka tidak memiliki usaha di dalam rumah, mamere-ka usaha mereka tidak akan berhasil dan tanpa usaha berbasis rumah, mereka tidak akan mampu un-tuk bertahan hidup. Hampir sama dengan di ne-gara maju Amerika Serikat, penggunaan ruang dalam usaha berbasis rumah ternyata juga meng-ganggu aktivitas keluarga. Menurut Margaret (2001), ruang yang digunakan untuk melakukan usaha memang sudah dibuat terpisah dengan ruang untuk tempat tinggal. Tetapi yang menjadi permasalahan adalah aktivitas usaha tersebut menganggu aktivitas keluarga. Jenis usaha berba-sis rumah (home-based business) yang dilakukan

(4)

juga memiiki kriteria berbeda, dimana pengusaha menggunakan teknologi internet untuk melaku-kan usahanya. Sementara untuk usaha berbasis rumah di negara berkembang rumah digunakan sebagai tempat produksi, pemasaran dan aktivitas keluarga (Kellet, 2000). Penggunaan ruang di dalam rumah akan berubah ketika usaha berbasis rumah tersebut sudah dimulai. Dilihat dari

defi-nisinya, HBB merupakan sebuah kegiatan bisnis dalam ruang hunian, yaitu di rumah. Kebutuhan ruang untuk bisnis dan kebutuhan untuk anggota keluarga akan berbeda dan hal ini yang kemudian menjadi suatu konflik dalam penggunaan ruang rumah (Parrott, 1998)

Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009

Gambar 1. Persentase Aktivitas yang Dilakukan Pelaku Usaha

PERUMUSAN PENGGUNAAN RUANG UNTUK

USAHA

Aktivitas Usaha dan Rumah Tangga da-lam Usaha Berbasis Rumah Tangga

Aktivitas usaha yang dilakukan oleh pela-ku usaha berbasis rumah tangga dapat berbeda, tergantung dari jenis usahanya. Aktivitas usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha berbasis rumah tangga dapat dibedakan menjadi empat yaitu ak-tivitas produksi saja, aktivitas distribu-si/penjualan, aktivitas jasa dan kombinasi aktivi-tas produksi dan distribusi yang dilakukan dalam satu rumah. Keempat aktivitas tersebut biasanya dilakukan setiap hari oleh pelaku usaha di dalam rumah mereka. Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan, dari 100 kuesioner yang disebar-kan aktivitas usaha yang dilakudisebar-kan oleh pelaku usaha memiliki jumlah yang bervariasi yaitu 7% untuk aktivitas produksi saja , 34% untuk ditri-busi/penjualan dan 33% untuk aktivitas jasa dan 26% untuk kombinasi aktivitas produksi dan distribusi.

Aktivitas usaha yang dilakukan disesuai-kan dengan jenis usaha mereka. Untuk pemilik usaha industri rumah tangga biasanya mereka melakukan aktivitas produksi di dalam atau di teras depan rumah mereka. Selain itu sebagian dari industri rumah tangga tersebut juga melaku-kan aktivitas distribusi di rumah mereka. Untuk pemilik usaha perdagangan aktivitas usaha yang mereka lakukan yaitu menjual dan membeli ba-rang di rumah mereka. Pemilik usaha biasanya

melayani pembeli yang akan membeli barang dagangan mereka. Sementara untuk pemilik usa-ha jasa melakukan aktivitas yang usa-hampir sama seperti pelaku usaha dagang. Pelaku melayani konsumen yang akan menggunakan jasanya.

Aktivitas rumah tangga yang dilakukan oleh pelaku atau penghuni usaha berbasis rumah tangga dikategorikan menjadi dua, yaitu aktivitas rumah tangga yang pertama adalah makan, mi-num, beristirahat, masak, kebersihan (mandi dan mencuci). Aktivitas ini mereka lakukan bagi penghuni yang anak-anak mereka tidak lagi ting-gal dengan mereka atau penghuni yang anakanak mereka sudah bekerja tetapi masih tinggal den-gan orang tua mereka. Kemudian aktivitas ru-mah tangga yang kedua adalah makan, minum, beristirahat, masak, kebersihan (mandi dan men-cuci), bermain dan belajar. Aktivitas ini dilaku-kan oleh pelaku atau penghuni yang masih memi-liki anak kecil atau masih dalam masa sekolah. Aktivitas rumah tangga ini setiap hari dilakukan oleh penghuni usaha berbasis rumah tangga. Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 64% dari responden melakukan aktivitas rumah tang-ga makan, minum, beristirahat, masak, kebersi-han (mandi dan mencuci) dan sebanyak 36% melakukan aktivitas rumah tangga makan, mi-num, beristirahat, masak, kebersihan (mandi dan mencuci), bermain dan belajar. Sebagian dari aktivitas tersebut juga dipengaruhi oleh keterse-diaan ruang rumah mereka yang tidak terlalu luas. Bagi penghuni yang memiliki anak kecil Produksi : 7% Distribusi : 34% Jasa : 33% Produksi& Distribusi 26%

(5)

biasanya anak-anak mereka bermain di luar ru-mah atau di ruang tamu yang juga digunakan se-bagai tempat melakukan usaha. Selain itu ada juga sebagian dari mereka yang membantu orang tua mereka dalam menjalankan usaha keluarga. Kedua aktivitas usaha dan rumah tangga tersebut dilakukan setiap hari dan pelaku usaha sering melakukan aktivitas usaha dan rumah tangga pada ruangan yang sama yang kemudian ini akan ber-pengaruh pada penggunaan ruang rumah mereka Alur Aktivitas Produksi Industri Rumah Tangga

Untuk industri rumah tangga pada umumnya proses produksi dilakukan secara ber-tahap dan pelaku usaha melakukan aktivitas pro-duksi di dalam atau di teras depan rumah mere-ka. Dan sebagian dari industri rumah tangga ter-sebut juga mendistribusikan hasil produksi me-reka langsung dari rumah meme-reka. Di Kelurahan Bugangan terdapat aktivitas produksi yang cukup unik. Keseluruhan aktivitas produksi pada umumnya dilakukan di rumah, mulai dari pengo-lahan bahan baku sampai menjadi barang jadi.

Berbeda dari yang biasanya, untuk indus-tri pembuatan tempat pensil dari kain milik No-na Vera, aktivitas produksi tidak seluruhnya dila-kukan di dalam rumah. Aktivitas produksi yang dilakukan di rumah mereka hanya pengepakan barang jadi, sementara untuk pemotongan bahan

atau kain dilakukan di rumah saudaranya yang berada di Tlogosari. Hal ini dilakukan karena luas ruang di dalam rumah tidak mencukupi un-tuk melakukan proses tersebut. Proses pemo-tongan membutuhkan tempat yang cukup luas karena kain yang akan dipotong jumlahnya ba-nyak dan panjang. Setelah pemotongan dilaku-kan, maka penjahitan kain untuk menjadi tempat pensil dilakukan di tempat lain. Kain yang sudah dipotong akan diberikan kepada penjahit yang berada di sekitar rumah mereka atau tetangga, penjahit yang ada di sekitar Kecamatan Semarang Timur, dan yang berada di Tlogosari dekat den-gan tempat pemotonden-gan kain. Kemudian setelah proses menjahit selesai, maka proses pengecekan dan pengepakan akan dilakukan di ruang tamu rumah mereka. Pada saat-saat tertentu seperti pesanan atau permintaan yang cukup banyak, maka tenaga kerja yang dibutuhkan juga cukup banyak untuk mengecek dan mengepak barang hasil produksi. Dalam keadaan ini ruang tamu yang ada di rumah digunakan untuk melakukan proses pengecekan kemudian pengepakan dan ruang tamu pelaku usaha ini terasa kurang luas dan memberikan ketidaknyamanan. Hal ini dika-renakan ruang tamu tersebut dipenuhi barang hasil produksi dan pekerja yang cukup banyak untuk melakukan pengecekan dan pengepakan. Alur aktivitas produksi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009

Gambar 2. Alur Aktivitas Produksi Penggunaan Ruang Oleh Pelaku

Usaha-Berbasis Rumah Tangga (HBE)

Alasan pemilik usaha untuk membuka usa-ha menjadi dasar dilakukannya usausa-ha di dalam rumah. Alasan pemilik usaha yang cukup mendo-minasi yaitu untuk memenuhi kebutuhan mereka

sehari-sehari dan meningkatkan penghasilan me-reka. Mereka beranggapan bahwa mereka bisa bekerja dan mendapatkan penghasilan meskipun itu dilakukan di dalam rumah mereka. Selain itu adanya kedekatan lokasi usaha dengan pasar me-rupakan alasan mereka untuk membuka usaha di

(6)

dalam rumah. Disisi lain kenyamanan untuk memperoleh pekerjaan karena dapat menghemat biaya transportasi dan waktu juga merupakan san mereka untuk membuka usaha. Beberapa ala-san unik lain pelaku usaha membuka usaha di ru-mah mereka yaitu adanya kecintaan terhadap seni, karena hobi, merupakan keterampilan dari pelaku usaha dan ada yang karena memang memiliki jiwa wirausaha.

Dengan adanya alasan-alasan untuk mem-buka usaha, maka kemudian mereka membuat

rumah mereka menjadi tempat tinggal sekaligus tempat usaha. Berdasarkan analisis yang dilakukan sebanyak 27 % luas rumah pelaku usaha berbasis rumah tangga adalah 91 – 120 m², dan sebanyak 20 % memiliki luas rumah antara 37 – 60 m². Dan yang paling kecil adalah 2 % untuk luas ru-mah > 200 m². Dan sebagian besar dari ruru-mah mereka memiliki KDB 100 %. Mereka berusaha memanfaatkan seluruh lahan yang mereka miliki untuk membangun rumah mereka yang juga digu-nakan sebagai tempat usaha.

Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009

Gambar 3. Luas Rumah yang Dimiliki Pemilik Usaha

Dengan usaha yang mereka miliki saat ini, ternyata sebagian besar pelaku usaha tersebut tidak melakukan perluasan rumah. Luas rumah mereka tidak pernah bertambah dan tetap seperti itu semenjak mereka membuka usaha. Untuk luas tempat usaha yang dimiliki pelaku usaha pada umumnya adalah 20-30% dari luas rumah yang mereka miliki. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa luas tempat mereka melakukan usaha didominasi oleh luas 12 m² - 24 m² yaitu sebanyak 51% dari jumlah 100 sampel yang di-edarkan. Kemudian sebanyak 27% untuk luas > 24 m² dan sebanyak 22% untuk luas usaha < 12 m². Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa luas tempat melakukan usaha memiliki proporsi yang kecil dari luas keseluruhan rumah. Tetapi menjadi berbeda apabila akitivitas yang dilakukan juga di dalam rumah, dimana aktivitas rumah tangga juga dilakukan pada ruangan yang sama. Luas tempat usaha untuk tiap jenis usaha berbeda. Untuk industri rumah tangga luas tem-pat usaha ratarata 15-35%. Tetapi sebagian dari pelaku membuat tempat usaha mereka lebih be-sar dari rumah mereka bahkan luas usaha bisa 60% dari luas keseluruhan, tetapi ada juga yang hanya sedikit yaitu hanya 6% dari luas keseluru-han. Untuk pelaku yang mememiliki luas tempat

usaha lebih dari 35% bahkan sampai 60% bi-asanya melakukan keseluruhan aktivitas produksi dan distribusi sekaligus dalam satu rumah. Ke-mudian untuk jenis usaha dagang, jasa dan rumah makan memiliki luas tempat usaha rata-rata 15-30% karena sebagian besar mereka hanya mem-butuhkan luas yang kecil dan berada di depan rumah. dan aktivitas yang dilakukan hanya men-jual dan membeli, baik itu jasa maupun dagang. Tetapi ada juga pelaku yang memiliki luas tempat usaha sekitar 40-55% dari luas keseluruhan. Hal ini dikarenakan luas rumah mereka yang kecil kemudian digunakan untuk usaha dan memang usaha sudah berkembang dan membutuhkan tempat yang lebih luas lagi. Ruangan rumah yang terdapat di dalam usaha berbasis rumah pada umumnya hampir sama dengan ruang rumah pada umumnya. Hanya saja di dalam usaha ber-basis rumah terdapat tempat/ruangan untuk me-lakukan aktivitas usaha mereka. Aktivitas yang dilakukan di dalam rumah juga hampir sama. Ruang-ruang yang pada umumnya terdapat di dalam rumah yaitu ruang tamu, kamar/ruang tidur, ruang makan, dapur, kamar mandi/WC.

(7)

Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009

Gambar 4. Ruang Inti Rumah untuk Tempat Usaha

Untuk unit kediaman inti yang terdapat dalam usaha berbasis rumah tangga (HBE) pada umumnya memiliki luas rumah antara 12 – 36 m² dan ruang rumah yang ada juga tidak terlalu lengkap. Sebagian dari pelaku usaha tersebut-memiliki satu ruang tidur dan dapur tetapi tidak memiliki kamar mandi. Pelaku usaha berbasis rumah tangga beranggapan bahwa aktivitas ru-mah tangga dan usaha tidak masalah dilakukan di

dalam ruang yang sama. Pelaku usaha berbasis rumah tangga mengatakan mereka merasa nya-man apabila aktivitas usaha dan bermain anak menjadi satu di ruang tamu. Tipe pola penggu-naan ruang oleh pelaku usaha berbasis rumah tangga dapat berbeda, tergantung dari

jenis usaha dan aktivitas yang dilakukan. Pola penggunaan ruang oleh pelaku usaha yaitu:

 Usaha dagang dengan aktivitas menjual dan membeli dilakukan di teras atau bagian depan rumah.

 Usaha jasa dengan aktivitas

jasa/pelayanan dilakukan di bagian de-pan rumah atau di dalam rumah, seperti ruang tamu.

 Indutri rumah tangga dengan aktivitas produksi saja dilakukan di bagian depan atau di dalam rumah, seperti ruang tamu.

 Industri rumah tangga yang melakukan aktivitas produksi dan distribusi. Untuk usaha jenis ini pelaku melakukan aktivi-tas produksi di dalam atau teras depan rumah, kemudian untuk aktivitas distri-busi di bagian depan rumah seperti ru-ang tamu.

Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009

Gambar 5. Denah Rumah yang Digunakan sebagai Tempat Usaha Kebisingan yang ditimbulkan oleh

aktivi-tas usaha memang mengganggu kenyamanan dari anggota keluarga mereka.Walaupun usaha

tersebut menimbulkan kebisingan dan ruang yang mereka gunakan untuk usaha dan kelurar-ga menjadi satu, tetapi sebagian besar dari

(8)

pe-milik usaha dan anggota keluarga merasa nya-man dengan adanya usaha tersebut. Sebagian besar pelaku usaha berpendapat bahwa kebisin-gan yang ditimbulkan tidak cukup mengkebisin-ganggu aktivitas mereka, meskipun aktivitas yang dila-kukan pada ruangan yang sama dengan aktivitas rumah tangga. Sebanyak 83% dari jumlah 100 sampel yang diedarkan menyatakan bahwa me-reka merasa nyaman dan tidak terganggu den-gan adanya usaha di dalam rumah dan sebanyak 17% menyatakan terganggu. Seiring berjalan-nya usaha berbasis rumah tangga yang dilakukan oleh pelaku usaha, ternyata sebagian besar dari pelaku usaha tidak melakukan penambahan ruang usaha atau ruang rumah. Pelaku usaha yang tidak melakukan perluasan atau penamba-han ruang tersebut berpendapat bahwa luas ru-mah mereka sudah cukup untuk melanjutkan usaha dan kehidupan mereka sehari-hari. Selain itu dengan penghasilan yang tidak terlalu besar, mereka tidak bisa melakukan perluasan ruang usaha maupun ruang rumah mereka. Bagi pemi-lik usaha yang mengontrak rumah tidak mung-kin melakukan perluasaan atau penambahan

ruang rumah.

Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009

Gambar 6. Pendapat Tetangga di sekitar Rumah Usaha

Disisi lain, pelaku usaha yang bertempat tinggal di lahan bukan miliknya melakukan pe-nambahan ruang secara vertikal. Pelaku usaha ini bertempat tinggal di lahan yang bukan mi-liknya dan tidak memiliki surat tanah. Mereka membangun rumah diatas lahan milik Yayasan Bala Keselamatan yang ada di sekitar rumah mereka

Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009

Gambar 7. Denah Rumah yang Diperluas Secara Vertikal Penggunaan Ruang Berdasarkan Kriteria

Rumah Sederhana

Sebagain besar dari usaha berbasis rumah tersebut memiliki KDB 100%. Dalam hal ini pelaku usaha memanfaatkan seluruh lahan yang mereka miliki untuk membangun rumah

mere-ka. Dimana rumah tersebut digunakan sebagai tempat tinggal dan melakukan usaha, sehingga membutuhkan rumah yang cukup luas. Apabila disesuaikan dengan kriteria rumah sederhana, maka sebagian besar rumah pelaku usaha kurang sesuai dengan standar karena memiliki KDB

(9)

100%. Sementara pada kriteria tersebut di te-tapkan bahwa untuk luas lahan 60 m² untuk 3 jiwa luas bangunan adalah 27 m² dan untuk 4 jiwa luas bangunan adalah 36 m². Pada setiap rumah hampir tidak ada ruang terbuka atau ha-laman terbuka untuk usaha berbasis rumah tang-ga. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah standar luas lahan dan bangunan tersebut dituju-kan untuk rumah yang benar-benar digunadituju-kan sebagai tempat tinggal, bukan untuk rumah yang juga sekaligus digunakan sebagai tempat usaha. Pelaku membutuhkan luas yang lebih untuk da-pat melakukan aktivitas usaha di rumah mereka. Sehingga hal ini dapat menjadi masukan untuk kriteria rumah sederhana yang ada saat ini. Ru-mah yang juga digunakan sebagai tempat usaha dapat menjadi pertimbangan. Untuk luas per orang, dalam analisis ini luas rumah keseluruhan dikurangi luas tempat usaha. Hal dilakukan un-tuk melihat luas ruang rumah yang sebenarnya, meskipun pada kenyataannya sebagian responden memiliki tempat usaha menyatu dengan atau dilakukan di ruang tamu. Untuk luas ruang per orang, sebagian besar usaha berbasis rumah tang-ga memiliki jumlah penghuni antara 2 – 8 orang. Dan apabila di sesuaikan dengan standar luas ruang per orang adalah 9 m², maka sebanyak 85 % usaha berbasis rumah ini sudah sesuai dengan standar yang ada. Mengingat luas lahan sama dengan luas bangunan, maka luas ruang per orang tersebut dapat terpenuhi. Apabila dilihat dari luas usaha mereka yang juga berada dan me-nyatu di dalam rumah, maka luas rumah tersebut

menjadi lebih sempit lagi. Pada usaha berbasis rumah tangga hal ini menjadi kurang sesuai den-gan standar yang telah di tetapkan karena tidak dapat memenuhi kebutuhan luas per orang. Un-tuk usaha berbasis rumah tangga jumlah orang yang berada pada luas rumah tersebut tidak te-tap. Untuk usaha yang menggunakan tenaga ker-ja yang tinggal di rumah dan jumlahnya tidak banyak, maka luas ruang per orang 9 m² dapat terpenuhi, tetapi untuk usaha yang memiliki te-naga kerja tidak tetap dan tidak tinggal di rumah pelaku usaha susah untuk diterapkan. Apabila dikaitkan dengan jumlah penghuni maka dengan rumah yang tidak terlalu luas, dan jumlah peng-huni yang bisa saja lebih dari 4-5, maka ruang yang ada juga tidak akan lengkap. Sebagian dari pelaku usaha berbasis rumah tangga juga tidak memiliki kamar mandi menjadi tidak sesuai den-gan standar yang ada. Dalam hal ini fungsi rumah sebagai tempat tinggal menjadi berkurang, kare-na sebagian luas rumah digukare-nakan untuk tempat usaha dan ruang rumah kemudian menjadi tidak lengkap, karena digunakan untuk tempat mela-kukan usaha. Standar penggunaan ruang rumah yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut apabila diterapkan pada usaha berbasis rumah tangga akan sulit, karena standar yang ada hanya mem-berikan petunjuk untuk pembangunan rumah untuk tempat tinggal dengan aktivitas rumah tangga. Sementara untuk usaha berbasis rumah tangga tersebut, aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas usaha dan rumah tangga

Tabel 1. Matriks Hubungan Antar Kegiatan

Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa akti-vitas penghuni dapat mempengaruhi penggunaan ruang rumah. Kenyataan yang terjadi di lapangan memang terjadi demikian tetapi ditambahkan lagi dengan aktivitas usaha. Aktivitas usaha dan

rumah tangga menjadi satu dan mempengaruhi penggunaan ruang rumah. Aktivitas tersebut benar-benar mempengaruhi penggunaan ruang pada usaha berbasis rumah tangga, sehingga ruang yang harusnya digunakan sebagai tempat Kegiatan

Ruang Tidur Tamu Makan Masak Kebersihan Belajar Bermain Usaha

Ruang Tidur O O O O Ruang Tamu O O O O Ruang Makan O Dapur O O Kamar Mandi O Ruang Belajar O O Ruang Keluarga O O O O O

(10)

untuk beristirahat, bermain, dan belajar pada akhirnya digunakan sebagai tempat melakukan usaha. Hal ini yang kemudian menimbulkan kon-flik penggunaan ruang. Pada satu sisi, pelaku menggunakan ruang yang sama untuk melakukan aktivitas usaha dan rumah tangga sudah cukup lama, tetapi pada perkembangannya tidak mela-kukan penambahan ruang. Di sisi lain kriteria rumah sederhana yang ada saat ini sulit untuk diterapkan pada usaha berbasis rumah tangga, karena kriteria tersebut hanya untuk rumah den-gan fungsi sebagai tempat tinggal dan pembinaan keluarga. Sementara untuk usaha berbasis rumah tangga aktivitas usaha juga dilakukan di rumah, sehingga diperlukan kriteria atau standar yang baru yang sesuai dengan karakteristik usaha ber-basis rumah tangga, yaitu fungsi rumah sebagai tempat tinggal dan tempat melakukan usaha Tingkat Pendapatan Penghuni UsahaBer-basis Rumah Tangga

Apabila dilihat dari alasan pemilik usaha untuk membuka usaha di rumah mereka yaitu untuk meningkatkan pendapatan, maka dapat dilihat bahwa pendapatan merupakan faktor utama mereka membuka usaha. Berdasarkan hal tersebut, dari pengolahan data yang telah dilaku-kan maka penghasilan pemilik usaha dapat dika-tegorikan menjadi tiga yaitu memiliki pendapa-tan < Rp.800.000,-kedua Rp.800.000,sampai dengan Rp.2.500.000,-dan yang memiliki pen-dapatan > Rp.2.500.000,-tiap bulan.

Dari hasil survei dan pengolahan data yang telah dilakukan, kebanyakan dari pelaku usaha ini memiliki pendapatan antara Rp.800.000 – Rp.2.500.000 dan sebanyak 49 responden dari jumlah 100 sampel memiliki tingkat pendapatan dari kriteria tersebut. Kemu-dian sebanyak 33 pelaku usaha memiliki penda-patan > Rp.2.500.000 dan sebanyak 18 pelaku usaha memiliki pendapatan lebih kecil dari Rp.800.000. Dengan tingkat pendapatan yang didominasi oleh pedapatan Rp.800.000 – Rp.2.500.000 dan lebih kecil dari Rp.800.000, maka pelaku usaha di Kelurahan Bugangan dan Jalan Barito ini termasuk dalam golongan ma-sayarakat berpenghasilan rendah. Tetapi tidak sedikit juga pelaku usaha yang memiliki pendapa-tan lebih besar dari Rp.2.500.000, hal ini dika-renakan usaha mereka yang sudah cukup lama dan berkembang dan lebih besar dari mereka yang memiliki pendapatan dibawah Rp.2.500.000,-. Tingkat pendapatan yang dimi-liki oleh anggota keluarga pemilik usaha ternyata tidak jauh berbeda. Dari mereka yang bekerja, sebanyak 24% memiliki pendapatan Rp.800.000 – Rp.2.500.000. Kemudian sebanyak 17% me-miliki pendapatan < Rp.800.000 dan sebanyak 12% memiliki pendapatan > Rp.2.500.000. Hal ini mengindikasikan bahwa pendapatan mereka yang bekerja di sektor lain ternyata hampir sama bahkan terkadang lebih besar. Alasan ini juga yang membuat pelaku usaha membuka usaha di rumah mereka.

Sumber : Hasil Analisis Penyusun, 2009

Gambar 8. Tingkat Pendapatan Pelaku Usaha Berbasis Rumah Tangga Keterkaitan Tingkat Pendapatan

dengan-Penggunaan Ruang

Hubungan antara tingkat pendapatan pe-milik usaha akan dikaitkan dengan luas rumah, kelengkapan ruang rumah, dan apakah mereka melakukan perluasan terhadap ruang rumah

me-reka seiring dengan meningkatnya pendapatan mereka. Dari hasil analisis yang dilakukan, ting-kat keterhubungan antara pendapatan dengan penggunaan ruang memiliki keterhubungan yang rendah. Keterhubungan pendapatan dengan luas rumah adalah 0,331, hal ini berarti korelasi atau

(11)

keterhubungan yang terjadi rendah. Hal ini men-gindikasikan bahwa berpengaruh terhadap luas rumah. Untuk keterhubungan pendapatan den-gan kelengkapan ruang rumah memiliki nilai ko-relasi 0,453 dan hal ini menunjukkan adanya korelasi yang cukup berarti tetapi lemah. Hal ini mengindikasikan bahwa pelaku usaha yang cen-derung memiliki pendapatan yang cukup memi-liki ruang rumah yang cukup lengkap. Sementara keterhubungan pendapatan dengan melakukan penambahan ruang atau tidak memiliki nilai ko-relasi -0,015 dan hal ini, menunjukkan tidak adanya hubungan pendapatan dengan penamba-han ruang. Dalam hal ini pendapatan yang me-ningkat tidak berarti pelaku akan melakukan pe-nambahan atau perlusan ruang.

Adanya keterhubungan yang rendah anta-ra pendapatan dengan penggunaan ruang menun-jukkan bahwa meskipun pendapatan pelaku usaha berbasis rumah tangga meningkat, mereka tidak melakukan penambahan ruang. Hal ini terjadi karena sebagian besar pemilik usaha lebih memi-lih bertahan dengan luas rumah mereka yang ada saat ini. Selain itu mereka juga berpendapat den-gan luas rumah mereka yang ada saat ini mereka tidak perlu lagi mengeluarkan modal untuk memperbaiki luas rumah mereka karena mereka tidak memiliki modal. Selain itu lahan yang ada disekitar rumah mereka juga sudah tidak ada lagi, sehingga sulit bagi mereka untuk melakukan per-luasan ruangan. Alasan lain yang membuat pemi-lik usaha tidak melakukan perluasan atau penam-bahan ruang rumah mereka adalah rumah yang mereka tempati saat ini adalah rumah kontarkan, sehingga tidak mungkin dilakukan penambahan atau perluasan ruang rumah. Selain itu, bagi pe-milik usaha yang usahanya sudah cukup maju, mereka lebih memilih untuk membuka cabang di daerah lain, daripada melakukan perluasan ruang usaha maupun ruang rumah mereka sendiri. Me-reka sudah merasa nyaman dengan luas ruang rumah mereka.

Disisi lain ada kejadian unik dimana pemi-lik usaha yang bertempat tinggal di lahan mipemi-lik Yayasan Bala Keselamatan justru melakukan pe-nambahan atau perluasan ruang rumah secara vertikal. Pemilik usaha dagang kayu tersebut saat ini tinggal dengan istri dan kedua cucunya. Ala-san mereka melakukan penambahan ruang yaitu untuk memeberikan kenyamanan kepada anak-anak mereka apabila datang kerumah mereka, karena saat ini anakanak mereka sudah menikah dan tidak tinggal dengan mereka. Rumah

terse-but dibangun secara permanen dan berada tepat di pinggir jalan musi raya. Mereka juga sudah siap apabila mereka akan digusur nantinya, dan mereka sadar bahwa mereka bertempat tinggal di lahan pemerintah.

KESIMPULAN

Perkembangan usaha berbasis rumah tangga pada dasarnya memberikan peningkatan pendapatan bagi pelaku usaha tersebut. Rumah tidak hanya menyediakan tempat tinggal bagi penghuninya, tetapi juga dapat meningkatkan pendapatan (Strassmann, 1987). Rumah diguna-kan sebagai tempat produksi, pemasaran, pusat hiburan, lembaga keuangan keluarga, dan juga tempat untuk menyendiri atau beristirahat (Kel-let, 2000). Secara keruangan, usaha berbasis ru-mah ini menggunakan proporsi ruang yang kecil di dalam rumah. Biasanya usaha ini menggunakan ruangan yang kecil yang juga digunakan untuk fungsi domestik (Tipple, 2004).

Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian maka yang pertama dapat disimpulkan adalah bahwa aktivitas usaha dan rumah tangga ternyata berpengaruh pada penggunaan ruang rumah pelaku usaha. Disamp-ing aktivitas tersebut, alasan pelaku usaha untuk membuka usaha di rumah memiliki pengaruh yang cukup kuat, karena hal tersebut menjadi awal mula usaha berbasis rumah tangga. Aktivitas dan alasan kemudian mempengaruhi penggunaan ruang rumah pelaku usaha. Luas rumah secara keseluruhan digunakan untuk melakukan akitiv-tas usaha dan rumah tangga, sehingga fungsi ru-mah tidak hanya menjadi tempat tinggal tetapi untuk melakukan usaha berbasis rumah tangga. Aliran aktivitas produksi pada industri rumah tangga yang bertahap dan dilakukan pada lokasi yang berbeda menjadikan usaha berbasis rumah tangga tersebut unik. Adanya keterbatasan luas rumah menjadi alasan aktivitas dilakukan pada lokasi yang berbeda. Sehingga diperlukan adanya keterhubungan aktivitas pada lokasi yang berbeda selain di rumah. Tipe pola penggunaan ruang pada usaha berbasis rumah tangga berbeda sesuai dengan jenis usaha dan aktivitas yang dilakukan. Luas rumah yang tidak bertambah, kelengkapan rumah, dan tidak melakukan penambahan ruang rumah atau usaha baik secara vertikal maupun horizontal merupakan pilihan dari pelaku usaha. Sebagian besar luas rumah dari pelaku usaha be-lum sesuai dengan kritera rumah sederhana yang menetapkan bahwa luas bangunan adalah 60%

(12)

dari luas lahan, untuk aktivitas usaha dan rumah tangga yang dilakukan pada ruangan yang sama menjadi penting untuk diperhatikan karena ke-dua akitivitas tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh karena itu dipelukan adanya standar baru dari kriteria rumah sederhana yang sesuai dengan karakteritik usaha berbasis rumah tangga dengan fungsi rumah sebagai tempat ting-gal dan melakukan usaha.

Seiring berjalannya waktu pendapatan pe-laku usaha meningkat, tetapi apabila disesuaikan dengan peraturan pemerintah pendapatan pelaku usaha masih berada pada golongan masyarakat berpenghasilan rendah, dimana penghasilan rata-rata antara Rp.800.000Rp.2.500.000. begitu juga untuk pendapatan anggota keluarga yang bekerja pada sektor lain ternyata memiliki pen-dapatan yang hampir sama dengan pelaku usaha berbasis rumah tangga. Kemudian dilihat dari keterkaitan antara pendapatan dengan penggu-naan ruang, ternyata keterhubungan yang terjadi sangat rendah dengan nilai r berkisar antara -0.-,015 sampai dengan 0,453. Melalui hal tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan pendapatan tidak berpengaruh terhadap penggu-naan ruang oleh pelaku usaha, mengingat alasan dan motivasi pelaku juga tidak mendukung adanya perluasan atau penambahan ruang rumah mereka. Dalam hal ini pelaku usaha sudah mera-sa nyaman dengan kondisi rumah, tidak ada lahan lagi untuk diperluas, dan pelaku tidak memiliki modal yang cukup karena mereka merasa mela-kukan penambahan ruang itu memerlukan biaya yang besar. Pada akhirnya mereka lebih memilih untuk tinggal dan melakukan usaha di rumah yang terasa semakin sempit daripada memperluas rumah mereka. Pemenuhan kebutuhan hidup dan membuka cabang usaha baru daripada mela-kukan penambahan ruang, alas an mereka adalah untuk memperluas tempat usaha mereka. DAFTAR PUSTAKA

Setyawan, Aris Budi. 2008. Perencanaan Proses Produksi Available at: www.arisbudi.staff.gunadarma.ac.id Silas, Johan. 2000.Rumah Produktif dalam Dimensi

Tradisional dan Pemberdayaan. Surabaya: Institut Teknologi Surabaya

Silas, Johan. 2002.Perancangan Rumah RakyatTer-paduAvailable at: www.muskimits.com SIPUK. 2008.Usaha Kerajinan Gerabah. Available

Tipple, A Graham. 1993.Shelter As A Workplace: A Review of Home-Based Enterprise in De-veloping Countries. dalam jurnal pro-quest. Available at: www.proquest.com

Tipple, A Graham. 2004. Settlement Upgrading and Home-Based Enterprise: Discussion from Empirical Datadalam Jurnal Cities Vol. 21, No 5, 371-379 Available at: www.elsevier.com/locate/cities Tipple, A Graham. 2005.The Place of Home-Based

Enterprises in the Informal Sector: Evidence from Cochabamba, New Delhi, Surabaya and Pretoriadalam Jurnal Urban Studies Vol. 42, No 4, 611-632 edisi April 2005

Undang-Undang RI No 4 tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman

Undang-Undang RI No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Yudhohusodo, Siwanto. 1991. Rumah

Un-tuk

Seluruh

Rakyat. Jakarta: Yayasan

Padamu Negri.

(13)

Gambar

Gambar 1. Persentase Aktivitas yang Dilakukan Pelaku Usaha
Gambar 3. Luas Rumah yang Dimiliki Pemilik Usaha
Gambar 5. Denah Rumah yang Digunakan sebagai Tempat Usaha Kebisingan yang ditimbulkan oleh
Gambar 7. Denah Rumah yang Diperluas Secara Vertikal Penggunaan Ruang Berdasarkan Kriteria
+3

Referensi

Dokumen terkait

Royal Coconut Kawangkoan dalam melaksanakannya telah menyusun rancangan biaya standar, tetapi antara biaya standar dengan realisasi terdapat selisih yang tidak sedikit,

Untuk melihat kecukupan unit sampling yang digunakan oleh Susenas, berikut ini dilakukan metode resampling dengan cara mengambil sampel dari data sampel rumah tangga Susenas tahun

Konsep dalam proses penularan penyakit kusta di wilayah kerja UPT Puskesmas Pragaan ini tidak fokus pada penularan dalam rumah tapi memungkin penularannya pada

Apabila risiko kredit yang dimiliki suatu bank semakin tinggi, maka hal tersebut akan dianggap sebagai sinyal negatif bagi investor karena bank tidak mampu mengelola

Penerapan model STAD ini dalam pembelajaran matematika melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru karena pembelajaran matematika ini akan

Pengujian kekerasan yang dilakukan spesimen uji penelitian ada 2, yaitu pengujian secara makro dan mikro. Pengujian kekerasan secara makro bertujuan untuk mengetahui kekerasan

Terapannya Dalam Penelitian, (Surakarta : Universitas Sebelas Maret, 2002), hlm.. دصم في تانايبلا ر ةساردلا هذه ردصم يساسلأا تانايبلا ردصم