• Tidak ada hasil yang ditemukan

14. PENGARUH PERENDAMAN LARVA DALAM HORMON METIL TESTOSTERON ALAMI TERHADAP PENJANTANAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) The Effect of Soaking Time of African Catfish Larvae (Clarias gariepinus) in Natural Methyl Testosterone Hormone on Masculinizati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "14. PENGARUH PERENDAMAN LARVA DALAM HORMON METIL TESTOSTERON ALAMI TERHADAP PENJANTANAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) The Effect of Soaking Time of African Catfish Larvae (Clarias gariepinus) in Natural Methyl Testosterone Hormone on Masculinizati"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Medika Veterinaria Rosmaidar, dkk P-ISSN : 0853-1943; E-ISSN : 2503-1600

125

PENGARUH LAMA PERENDAMAN LARVA DALAM HORMON METIL

TESTOSTERON

ALAMI TERHADAP PENJANTANAN IKAN LELE

DUMBO (

Clarias gariepinus

)

The Effect of Soaking Time of African Catfish Larvae (Clarias gariepinus) in Natural Methyl

Testosterone Hormone on Masculinization

Rosmaidar1, Cut Nila Thasmi2, Ananda Afrida3*, Muslim Akmal4, Herrialfian5, dan Zakiah Heryawati Manaf6

1

Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 2

Laboratorium Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 3

Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 4

Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 5

Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 6

Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh *Corresponding author: ananda.afrida20@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian mengetahui pengaruh lama perendaman larva ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) dengan hormon metil testosteronalami menjadi ikan lele jantan. Penelitian ini dilaksanakan di pusat budidaya ikan Lamnyong, Kota Banda Aceh. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini larva ikan lele dumbo berjumlah 270 ekor berumur 10 hari. Rancangan penelitian yang digunakan rancangan acak lengkap (RAL) pola satu arah dengan tiga perlakuan dan tiga kali ulangan, yakni: P1 dengan lama waktu perendaman 10 jam, P2 dengan lama waktu perendaman 20 jam, dan P3 dengan lama waktu perendaman 30 jam. Larva ikan lele dumbo berumur 10 hari direndam dalam hormon metiltestosteron alami. Pengamatan dilakukan pada umur ikan 50 hari. Data dianalisis dengan analisis varian (Anava) dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil. Rata-rata jumlah persentase ikan lele jantan pada P1; P2; dan P3 masing-masing adalah 64,24; 93,11; dan 59,94% (P<0,01). Kesimpulan dari penelitian adalah pemberian hormon metiltestosteron alami dapat mengubah jenis kelamin ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) menjadi jantan. ____________________________________________________________________________________________________________________ Kata kunci: lele dumbo, metil testosteron alami, penjantanan

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of immersion time on African catfish (Clarias gariepinus) larvae in natural methyl testosterone hormone on masculinization. This study was conducted in Center of Fish Culture Lamnyong, Banda Aceh. Experimental animals used in this study were 270 African catfish larvae aged 10 days. The study was designed using completely randomized design (CRD) with 3 treatments and 3 replications. African catfish larvae aged 10 days in group P1, P2, and P3 were immersed in natural methyl testosterone hormone for 10 hours, 20 hours, and 30 hours, respectively. Observations were carried out until fish reach 50 days old. Data were analyzed by analysis of variance (Anova) followed by least significant difference test (LSD). Percentage of male catfish observed in P1, P2, and P3 were 64.24 %, 93.11%, dan 59.94% respectively. As a conclusion, immersion with natural methyl testosterone hormone can change the sex of catfish to be male.

____________________________________________________________________________________________________________________

Key words: african catfish, methyl testosterone natural, masculinization

PENDAHULUAN

Salah satu komoditas perikanan yang cukup terkenal di masyarakat Indonesia adalah ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Ikan lele dumbo merupakan salah satu jenis ikan lele hibrida yang baru diintroduksikan ke Indonesia dari negara Taiwan. Ikan lele dumbo merupakan hasil kawin silang antara ikan lele asli Taiwan Clarias focus dengan ikan lele Afrika

Clarias mossambicus. Ikan lele dumbo memiliki

pertumbuhan yang cepat dan dapat mencapai ukuran besar dalam waktu relatif pendek (Suyanto, 2002).

Peluang pasar ikan lele dumbo tidak hanya terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar konvensional seperti konsumen rumah tangga, restoran, atau rumah makan yang membutuhkan pasokan ikan lele dumbo ukuran konsumsi. Setiap subsistem dalam budidayanya juga memiliki pasar yang membutuhkan pasokan ikan lele dumbo dari berbagai jenis ukuran, tergantung pada subsistem usaha budi daya lele dumbo yang dilakukan.

Umumnya pembesaran ikan lele dumbo membutuhkan waktu 2-6 bulan, tergantung pada ukuran benih yang ditebarkan. Ikan lele dumbo yang siap konsumsi memiliki berat 100-160 g/ekor (Budiawan, 2013).

Ikan lele dumbo menjadi komoditas unggulan di bidang perikanan karena mudah dibudidayakan, dapat dipelihara dengan padat tebar yang tinggi dalam lahan terbatas dan hemat air. Selain itu, ikan lele dumbo memiliki pertumbuhan yang cepat, relatif tahan terhadap penyakit, dan teknologi budidaya ikan lele dumbo relatif mudah dikuasai masyarakat, modal usaha yang relatif rendah, dipastikan banyak menyerap tenaga kerja, dan sudah terbukti menjadi usaha yang menguntungkan (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2006).

Ikan jantan merupakan faktor yang penting dalam

budidaya ikan lele dumbo, karena dalam

perkembangannya benih ikan jantan memiliki

(2)

Jurnal Medika Veterinaria Vol. 10 No. 2, Mei 2016

126

nilai ekonomis para petani ikan. Untuk memperoleh benih ikan jantan yang unggul dapat dilakukan penjantanan atau disebut juga dengan istilah sex reversal, sebagai suatu teknologi yang membalikkan arah pengembangan kelamin menjadi berlawanan (Mantau, 2005).

Beberapa penelitian telah berhasil mengembangkan benih ikan jantan dengan menggunakan bahan senyawa steroid sintetik dan telah menghasilkan populasi

monosex. Hormon testosteron sangat berpotensi untuk mengarahkan kelamin pada saat diferensiasi kelamin. Tingkat keberhasilan merubah kelamin jantan dapat mencapai 96-100%, dan yang umum digunakan adalah

golongan hormon androgen seperti 17α-metil testosteron (Yamazaki, 1983). Metode pemberian hormon bisa melalui pakan (oral) dan perendaman (Zairin, 2002).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan

hormon 17α-metil testosteron pada pakan dengan dosis 50-60 mg/kg pakan selama 3-4 minggu pada benih ikan nila berumur 7-9 hari setelah menetas efektif untuk penjantanan dan mampu menghasilkan populasi jantan mendekati 100% ( Bowker et al., 2007) dan pada benih rajungan dosis hormon 17 α-metil testosteron 2 ppm memberikan nilai maskulin sebesar 93,3% (Ruliaty et al., 2009).

Penggunaan hormon sintetik 17α-metil testosteron sudah mulai dikurangi, selain karena harga yang mahal

juga karena sifat 17α-metil testosteron dapat menimbulkan pencemaran dan menyebabkan kanker pada manusia. Dirjen Kelautan dan Perikanan (2008) menyatakan larangan penggunaan 21 jenis obat-obatan dalam kegiatan budidaya perikanan, salah satunya

adalah steroid sintetik (17α-metil testosteron).

Salah satu upaya untuk menghindari penggunaan hormon sintetik tersebut, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melakukan penelitian tentang hormon yang lebih aman digunakan, yaitu hormon metiltestosteron alami yang dibuat dari testis sapi dan tidak mengandung bahan-bahan residu kimia yang dapat membahayakan manusia (Ita, 2012). Di bidang perikanan telah dilakukan penyebaran pemanfaatan hormon testoteron dan hormon metiltestosteron alami untuk penjantanan ikan. Berdasarkan penelitian tersebut, pemberian hormon metiltestosteron alami pada perlakuan perendaman, menghasilkan jumlah persentase jantan mencapai 88,55% (Novara, 2013).

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di pusat budidaya ikan

Lamnyong, Kota Banda Aceh. Penelitian ini

berlangsung dari bulan Januari-Maret 2014. Hewan coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva ikan lele dumbo berjumlah 270 ekor berumur 10 hari dari Ketapang, Aceh Besar.

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan I (P1) perendaman larva ikan lele dumbo selama 10 jam dalam hormon metil testosteron alami, perlakuan II (P2) dengan perendaman larva ikan lele

dumbo selama 20 jam dalam hormon metiltestosteron alami, dan perlakuan III (P3) dengan perendaman larva ikan lele dumbo selama 30 jam dalam hormon metil testosteron alami. Pengamatan dilakukan pada umur ikan 50 hari. Masing-masing kelompok diulangi sebanyak tiga kali.

Pembuatan Larutan Hormon Metil Testosteron Alami

Hormon metil testosteron alami ditimbang sebanyak 0,25 g menggunakan timbangan digital, kemudian hormon tersebut dicampur dengan alkohol 70% sebanyak 2-3 ml dan air lalu dihomogenkan, lalu

dimasukkan batu aerator guna menghilangkan

kandungan alkohol dan dimasukkan ke dalam baskom perendaman.

Perendaman dan Pemeliharaan

Larva ikan lele dumbo sebanyak 30 ekor yang berumur 10 hari, dimasukkan ke dalam baskom berisi air 1 liter yang telah dicampurkan dengan larutan metiltestosteron alami dan direndam selama 10, 20, dan 30 jam. Kemudian, larva ikan lele dumbo dipindahkan ke dalam kolam pemeliharaan dan selanjutnya ikan lele dumbo dipelihara sesuai prosedur yang berlaku.

Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis varian (Anava) satu arah dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian mengenai pengaruh lama

perendaman larva ikan lele dumbo menjadi ikan jantan menggunakan hormon metil testosteron alami diamati berdasarkan perubahan jenis kelamin jantan. Ciri-ciri ikan lele berjenis kelamin betina yaitu memiliki bentuk tubuh yang melebar tidak seperti ikan lele jantan yang memiliki tubuh ramping, ikan lele betina memiliki bentuk kelamin (urogenital papilla) berbentuk oval serta terdapat lubang yang agak lebar dan berwarna agak kemerahan, ikan lele betina memiliki warna kulit dada yang lebih terang dibanding ikan lele jantan (Harijanto, 2006). Hasil pengamatan jenis kelamin ikan lele dumbo berdasarkan pengamatan secara morfologi pertumbuhan gonad disajikan pada Gambar 1.

(3)

Jurnal Medika Veterinaria Rosmaidar, dkk

127

Tabel 1. Persentase rata-rata ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) jantan setelah perendaman dalam larutan hormon metiltestosteron alami

Perlakuan Ulangan Rata-rata

1 2 3

P1 (10 jam) 66,66 62,96 63,10 64,24a P2 (20 jam) 95,45 88,88 95,00 93,11b P3 (30 jam) 64,70 62,50 52,63 59,94a

a, b

Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,01)

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa

persentase ikan lele dumbo yang paling tinggi ditemukan pada kelompok P2 yaitu 93,11%, dan yang terendah diperoleh pada kelompok P3 yaitu 59,94%. Persentase jenis kelamin ikan lele dumbo jantan pada k (P2) lebih tinggi secara sangat nyata (P<0,01) dibandingkan dengan P1 dan P3, sedangkan P1 berbeda secara tidak nyata (P<0,05) dibandingkan dengan P3.

Perbedaan hasil persentase ikan lele dumbo jantan pada masing-masing perlakuan disebabkan karena faktor lama dan tidaknya perendaman. Hal ini sesuai yang dikemukakan Zairin (2002), dosis hormon yang diberikan sangat berpengaruh terhadap penjantanan ikan. Perendaman larva ikan lele dumbo dalam hormon dengan waktu yang terlalu singkat menyebabkan tidak efektifnya penyerapan hormon ke dalam tubuh larva ikan lele dumbo, sedangkan perendaman larva ikan lele dumbo dalam waktu yang terlalu lama menyebabkan terjadinya efek paradoksial yaitu yang diberi perlakuan dengan metiltestosteron meningkatkan jenis kelamin betina (Piferrer dan Donaldson, 1989).

Proses penyerapan hormon ke dalam tubuh larva ikan lele dumbo diduga terjadi melalui proses difusi, dari insang hormon dibantu oleh pembuluh darah, setelah itu hormon dialirkan ke organ dan jaringan saraf. Sesampainya di sel atau target sasaran, hormon yang masuk berikatan dengan reseptor yang terletak dalam kantong spermatozoa (Djojosoebagyo, 1990). Penambahan hormon ke dalam media perendaman menyebabkan adanya perbedaan konsentrasi hormon dalam cairan larva dengan konsentrasi di dalam media. Perbedaan ini selanjutnya menyebabkan terjadinya difusi. Menurut Hunter dan Donaldson (1983), keberhasilan mengubah seks kelamin tidak hanya ditentukan oleh jenis dan dosis hormon yang digunakan, akan tetapi juga dipengaruhi oleh lama pemberian hormon, spesies, masa perlakuan serta tata cara pemberian hormon.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian hormon metiltestosteron alami dapat mengubah jenis kelamin ikan lele dumbo menjadi jantan.

DAFTAR PUSTAKA

Bowker J., M.P. Bowman, D. Carti, and M. Dotson. 2007. Histological Determination of Tilapia Gender Following Treatment with 17a-Methyl Testosterone. Global Pespectives. Food Product Press, New York

Budiawan. 2013. Cara Memilih Indukan Lele Dumbo Siap Pijah. http://jamurtiramkalimantan.wordpress.com/ 2013/04/16/ cara-memilih-indukan-lele-dumbo-siap-pijah/.

Departemen Kelautan dan Perikanan, 2006. Kebijakan DKP: Perikanan Budidaya Potensi Ekspor Lele Besar. http://www.dkp.go.id/content.php?c=2823.

DKP. Dirjen Kelautan dan Perikanan. 2008. 21 Obat-Obatan yang Dilarang. Dirjen Perikanan Budidaya. Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar, Sukabumi.

Djojosoebagyo. 1990. Fisiologi Kelenjar Endokrin. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendaral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Harijanto, A. 2006. Upaya Maskulinisasi Induk Ikan Lele Dumbo

Clarias sp. yang Telah Diovariektomi Parsial dengan Metode

Implantasi Hormon 17α-Metiltestosteron. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hunter, G.A., dan E.M. Donaldson. 1983. Hormonal Sex Control and Its Application to Fish Culture. In Fish Physiology. Hoar, W.S. and D.J. Randall (Eds.). Volume IX B. Academic Press, New York.

Ita, A. 2012. Jantanisasi Menggunakan Hormon Methyl. http:// itaapriani.blogspot.com/ 2012/02/jantanisasi-menggunakan-hormon-hormon-methyl.html.

Mantau, Z. 2005 Produksi benih ikan nila jantan dengan rangsangan hormon metil testosteron dalam tepung pelet. J. Litbang Pertanian. 24 (2):13-18.

Novara, E. 2013. Jantanisasi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Menggunakan Hormon Methyl Testosterone (MT) Alami. Skripsi. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.

Piferrer, F. and W. Donaldson. 1989. Gonadal differentiation in coho salmon, oncorhynchus kisutch after a single treatment with androgen at Different stages during ontogenis. J. Aquaculture. 234:229-239.

Ruliaty, L., M., Maskur, dan P. Rudi. 2009. Jantanisasi benih rajungan dengan perendaman hormon 17 α-metil testoteron sebagai upaya untuk peningkatan produktivitas. Laporan Penelitian. Balai Besar Pengembangan Budidaya air Payau Jepara. Jawa Barat.

Suyanto, S.R. 2002. Budidaya Ikan lele. Penebar Swadaya, Jakarta. Yamazaki, F. 1983. Sex control and manipulation in fish. J.

Aquaculture 33:329-354.

Gambar

Gambar 1 . Gambaran morfologis jenis kelamin ikan lele dumbo. A= Gonad ikan lele dumbo jantan, b= Gonad ikan lele dumbo betina

Referensi

Dokumen terkait

penelitian produk (produc investigation). Secara umum inquiry merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan- kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan

Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan atau serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik,

cukup efektif terhadap program pengembangan simantri, dengan rata-rata pencapain skor mencapai 77,31 %. Walaupun pemahaman petani masih belum optimal dalam penerapan

Model produktivitas yang diperoleh dari regresi dikalikan luas area tanam dan pola tanam yang berdasarkan pola indeks vegetasi dari data penginderaan jauh dalam satu tahun

Peneliti akan memperoleh pengetahuan yang lebih luas dan mendalam mengenai terobosan baru dalam dunia perbankan yaitu kegiatan layanan keuangan yang tidak dilakukan di

◦ Larutan tanah (sifatnya tersedia untuk diserap oleh akar tanaman) ◦ Bahan organik (mengalami proses perombakan).. ◦ Organisme tanah (komponen

Bentuk unit pelayanan institusional adalah pelayanan kesehatan jiwa komunitas berbasis Rumah Sakit dan unit pelayanan kesehatan jiwa komunitas

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengindentifikasi implementasi apa saja faktor dominan green construction yang dilakukan pengembang yang berpengaruh terhadap