• Tidak ada hasil yang ditemukan

Government program impact analysis on empowerment of coastal women toward enhancing their family incomes in the city of Manado | Rondonuwu | AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT (Jurnal Ilmu dan Manajemen Perairan) 2281 4154 1 SM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Government program impact analysis on empowerment of coastal women toward enhancing their family incomes in the city of Manado | Rondonuwu | AQUATIC SCIENCE & MANAGEMENT (Jurnal Ilmu dan Manajemen Perairan) 2281 4154 1 SM"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jasm/index jasm-pn00025

Government program impact analysis on empowerment of coastal

women toward enhancing their family incomes in the city of Manado

Analisis dampak program pemerintah terhadap pemberdayaan perempuan pesisir dalam

meningkatkan pendapatan keluarga di Kota Manado

Deyne Rondonuwu

Program Studi Ilmu Perairan, Pascasarjana, Universitas Sam Ratulangi. Jl. Kampus Unsrat Bahu, Manado 95115 E-mail: deynerondonuwu@yahoo.co.id

Abstract: The research was conducted in the city of Manado which has received independent direct assistance (Bantuan Langsung Mandiri) from government in 2008 through the coastal women's groups (3 groups) at 3 sub-districts, such as Bunaken Island, East Malalayang I, and Tumumpa II, which aimed to analyze the impact of government support to the activities of coastal women toward enhancing their family incomes. Descriptive method was applied using survey and interview techniques. The data used are primary and secondary data. The data were analyzed by using the formula of the proportion of the income of coastal women. The number of samples was 30; the data was analyzed before getting the assistance (> 2008), after the assistance (2009-2011), and in the period of 2012-2013. The results showed that the total family income increased (30.20-46.21%) after receiving the assistance, in period of 2012-2013 was decreased to 37.36%. This was due to lack of knowledge and skills in the use of coastal women's group capital and lack of technical personnel in assisting the groups. So, the impact of government assistance in the form of independent direct assistance in 2008 was not give any result in enhancing the family income in 2013, since the assistance was not used in a sustainable manner and lack of supervision from technical personnels©

Keywords: government programs; Manado City, coastal women's empowerment.

Abstrak: Penelitian ini dilakukan di Wilayah Pesisir Kota Manado yang telah menerima Bantuan Langsung Mandiri (BLM) dari pemerintah pada Tahun 2008, melalui 3 kelompok perempuan pesisir, yaitu: Kelurahan Bunaken Kepulauan, Kelurahan Malalayang I Timur, dan Kelurahan Tumumpa II. Penelitian bertujuan untuk menganalisis dampak bantuan tersebut terhadap kegiatan perempuan pesisir dalam meningkatkan pendapatan keluarga. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif menggunakan teknik survei dan wawancara. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data dianalisis menggunakan rumus proporsi pendapatan perempuan pesisir. Sampel yang diambil adalah sebanyak 30; data yang dianalisis adalah periode sebelum menerima bantuan BLM (>2008), sesudah mendapatkan bantuan BLM (2009-20011), dan periode Tahun 2012-2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara total, terjadi peningkatan pendapatan keluarga (30,20-46,21%) setelah menerimah bantuan; periode Tahun 2012-2013 menurun menjadi 37,36 %. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan ketrampilan kelompok perempuan pesisir dalam penggunaan modal, serta kurangnya tenaga teknis dalam mendampingi kelompok perempuan pesisir . Sehingga pada tahun 2008, bantuan pemerintah tersebut tidak berdampak pada peningkatan pendapatan keluarga masyarakat pesisir pada tahun 2013, karena pemberian bantuan tersebut tidak dilakukan secara berkelanjutan dan kurangnya pengawasan oleh tenaga teknis©

Kata-kata kunci: program pemerintah; pemerintah Kota Manado; pemberdayaan perempuan pesisir

.

PENDAHULUAN

Kemiskinan yang terjadi di lingkungan masyarakat pesisir, khususnya nelayan termasuk di dalamnya adalah perempuan pesisir merupakan salah satu masalah serius yang harus menjadi perhatian dan tanggung jawab semua pihak termasuk pemerintah. Perempuan pesisir adalah istilah perempuan yang

hidup dilingkungan rumah tangga nelayan, baik sebagai istri maupun anak dari nelayan pria (Kusnadi, 2009).

(2)

71

baru. Berbagai kebijakan pemerintah dengan berbagai model telah diterapkan, mulai dari pemberian bantuan berupa modal maupun peralatan.

Saat ini banyak program pemberdayaan yang mengklaim sebagai program yang berdasar kepada keinginan dan kebutuhan masyarakat tapi ironisnya masyarakat tetap saja tidak merasa memiliki akan program-program tersebut sehingga tidak jarang banyak program yang hanya seumur masa proyek dan berakhir tanpa dampak berarti bagi kehidupan masyarakat pesisir.

Hal ini juga terjadi pada kegiatan perempuan pesisir, di mana mereka sangat minim merasakan bantuan dari pemerintah daerah. Hal ini sangat bertentangan dengan komitmen MDG’s (millenium development goals) melalui deklarasi millenium Tahun 2000 yang di dalamnya memuat peningkatan persamaan gender dan pemberdayaan kaum wanita. Pelaksanaan program pemerintah Kota Manado maupun Pemerintah Pusat dalam memberdayakan perempuan pesisir tidak semua diterima dan dikelola dengan baik.

Perempuan pesisir, umumnya didefinisikan sebagai istri nelayan, merupakan perempuan yang suaminya bekerja sebagai nelayan (Kusnadi, 2009). Wanita nelayan (istri nelayan) sebagai bagian dari wanita Indonesia merupakan aset yang tidak dapat diabaikan kontribusinya dalam kegiatan pembangunan (Jasminandar et al., 2005). Wanita sebagai ibu rumah tangga merupakan peran dan potensi yang memiliki peluang sangat strategis dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Selain itu, kontribusi wanita sebagai pencari nafkah dapat diartikan sebagai peluang untuk meningkatkan potensi dan produktivitas mereka sebagai tenaga kerja, dalam upaya meningkatkan pendapatan (Elizabeth, 2007).

Pemberdayaan perempuan adalah upaya untuk memberdayakan diri dengan memiliki kemampuan/keterampilan sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh perempuan. Wanita nelayan sebagai sasaran pembangunan memerlukan berbagai kegiatan bimbingan, pengarahan, kursus, pelatihan dan sebagainya, supaya pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki meningkat (Sunadji et al., 2002).

Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) adalah dana stimulan kesewadayaan yang diberikan kepada kelompok masyarakat untuk membiayai sebagian kegiatan yang direncanakan oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahtraan terutama masyarakat miskin. Dapat juga diartikan, BLM adalah dana bantuan sosial

yang disalurkan melalui rekening KUKP dalam bentuk bantuan pengembangan usaha kelautan dan perikanan serta bantuan sarana prasarana pesisir (Anonimous, 2013).

Dengan kenyataan tersebut maka masalah yang berusaha dijawab dalam penelitian ini adalah apakah program-program dalam bentuk bantuan dari pemerintah memberikan dampak bagi kesejahteraan keluarga perempuan pesisir. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis dampak dari program-program pemerintah terhadap pemberdayaan perempuan pesisir dalam meningkatkan pendapatan keluarga.

MATERIAL DAN METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif menggunakan teknik survei di mana informasi yang dikumpulkan dengan menggunakan kuisioner dan wawancara. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah total sampling (total sampling) dengan pertimbangan bahwa penelitian ini akan dilakukan pada suatu kelompok. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel di mana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2012). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2012), jumlah populasi yang kurang dari 100 dapat dijadikan sampel penelitian; seluruh anggota perempuan pesisir yang dipilih sebagai sampel (responden), yaitu sebanyak 30 orang sehingga memungkinkan untuk memilih teknik penarikan sampel secara total sampling.

Lokasi yang dipilih adalah Kota manado khususnya kelompok perempuan pesisir yang menerima bantuan dari pemerintah dalam Tahun Anggaran 2008-2012. Diambil 1 kelompok perempuan pesisir dari daerah kepulauan, yaitu Kelompok Perempuan Pesisir Goropa (Kelurahan Bunaken) dan 2 kelompok perempuan pesisir wilayah daratan, yaitu Kelompok Pesisir Delima (Kelurahan Malalayang 1 Timur) dan Kelompok Perempuan Kuhia (Kelurahan Tumumpa II).

(3)

pesisir terhadap pendapatan rumah tangga nelayan sebagai indikator keberhasilan program pemerintah, baik yang berasal dari pusat maupun dari Kota Manado. Dengan 3 periode analisis, yaitu: 1) sebelum menerima bantuan (>Tahun 2008); 2) sesudah menerima bantuan (Tahun 2008-2011); dan 3) Tahun 2012-2013. Perubahan pendapatan bisa ke arah positif dalam arti terjadi peningkatan pendapatan atau sebaliknya, yaitu terjadi penurunan pendapatan.

Untuk menghitung pendapatan perempuan pesisir terhadap pendapatan keluarga digunakan rumus:

Proporsi Pendapatan PP = (PP)

Pendapatan Total RTx 100%

Perhitungan ini dilakukan sebelum dan sesudah bantuan dari pemerintah diterima Tahun 2008-2012. Kemudian hasil perhitungan tersebut digabungkan dengan alokasi anggaran dari pemerintah terhadap kegiatan perempuan pesisir dalam APBD Kota Manado Periode 2008-2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kontribusi pendapatan perempuan pesisir terhadap pendapatan rumah tangga sebelum menerima bantuan (>2008)

Kontribusi pendapatan perempuan pesisir terhadap pendapatan rumah tangga di 3 lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Rata-rata persentase pendapatan perempuan pesisir terhadap pendapatan Rumah Tangga Nelayan (RTN) di 3 lokasi adalah 30,2 %.

Berdasarkan wawancara langsung untuk Kelurahan Bunaken Kepulauan bahwa waktu itu mereka tidak memiliki modal untuk membuka usaha, yang sebetulnya mereka memiliki kemauan keras untuk membantu suami dalam mencari nafkah, di samping itu posisi lokasi benar-benar berada dekat dengan Taman Nasional Bunaken yang tentunya selalu dikunjungi oleh wisatawan-wisatawan, baik lokal maupun manca-negara, saat itu mereka hanya menjual kerajinan suvenir dengan tampilan yang tidak menarik sehingga kadang penjualannya tidak sesuai dengan harapan.

Kelompok perempuan pesisir di Kelurahan Tumumpa, mereka hanya mengandalkan hasil tangkapan ikan suami mereka untuk dijual ataupun mereka menggunakan hasil tangkapan ikan untuk dijadikan masakan yang selanjutnya dijual.

Lain halnya dengan kelurahan Malalayang I Timur, pada masa itu banyak ibu rumah tangga yang menggunakan waktu untuk bekerja pada

keluarga yang mampu untuk menjual jasa mereka sebagai tukang cuci pakaian, sebagai penjaga anak, ataupun pembantu rumah tangga dengan waktu yang diatur sendiri; dalam arti, setelah mereka melakukan pekerjaan di rumah terlebih dahulu lalu mereka ke tempat kerja sebagai pembantu rumah tangga.

Pada 3 lokasi penelitian rata-rata suami bekerja sebagai nelayan, buruh, dan tukang ojek. Pendapatan lain yang diperoleh perempuan pesisir adalah pada saat menerima bantuan dari anak perempuan yang bekerja di luar lokasi sebagai pembantu rumah tangga, karyawan toko. Kehidupan rumah tangga hampir seluruhnya hanya berharap dari pekerjaan suami.

Kontribusi pendapatan perempuan pesisir terhadap pendapatan rumah tangga setelah menerima bantuan (2008-2011)

Tahun 2008, pemerintah melalui Kementrian Kelautan dan Perikanan dan Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Manado memberikan bantuan melalui BLM dengan rata-rata per kelompok sebesar Rp. 1.500.000, melalui suatu prosedur dan mekanisme yang telah ditetapkan, salah satunya adalah pembentukan kelompok perempuan pesisir. Kelompok tersebut mendapat bantuan pendampingan dari tenaga penyuluh sebagai tongkat penggerak yang bertugas membimbing, mengarahkan, serta mendampingi dalam menggunakan fasilitas pemerintah dan mulai membuka usaha dengan kegiatan kerajinan (di Kelurahan Bunaken Kepulauan). Usaha dan kerajinan yang dibuat, misalnya pembuatan baso ikan, pembuatan kripik ikan (di Kelurahan Malalayang I Timur), dan kegiatan menjual hasil tangkapan. Pendapatan mereka pun pada setiap lokasi meningkat (Tabel 1). Bahkan rata-rata disetiap lokasi penelitian terjadi perubahan pendapatan perempuan pesisir yang sangat signifikan sebelum dan sesudah mendapatkan bantuan.

Melalui peran serta tenaga tim teknis (penyuluh) anggota kelompok perempuan pesisir pada 3 lokasi mengerti tentang kelembagaan, terutama kelembagaan kelompok karena dari situlah pengetahuan tentang sumberdaya kelautan dan perikanan untuk diolah menggunakan teknologi tepat-guna diketahui untuk dijadikan sebagai sumber pendapatan mereka.

(4)

73

Tabel 1 menunjukkan bahwa BLM pada tahun 2008-2011 menunjukkan adanya peningkatan yang sangat signifikan tapi pada tahun 2012-2013 menurun menjadi 37,87%. Hal ini dikarenakan kurangnya modal dan tidak adanya pemantauan dari tenaga teknis yang datang melihat perkembangan kelompok perempuan pesisir di 3 lokasi penelitian.

Beberapa anggota kelompok perempuan pesisir masih bertahan dengan kegiatan dengan cara mengolah modal dengan baik, misalnya di Kelurahan Bunaken, yaitu Keluarga DTa saat menerima bantuan persentase pendapatan perempuan pesisir sebesar 40 % (Tahun 2008-2011) dan meningkat menjadi 42,54% pada tahun 2013. Di Kelurahan Malalayang I Timur, Keluarga PM menerima 40% (Tahun 2008-2011) meningkat 53,44% pada Tahun 2012-2013. Tetapi ada juga yang memang tidak dapat menggunakan modal tersebut dengan sebaik-baiknya, sehingga pada tahun 2013 mereka tidak dapat berkegiatan lagi karena kehabisan modal, contohnya di Kelurahan Bunaken, Keluarga CL dari 34,78% pada tahun 2008-2011 kemudian pada tahun 2012-2013 tidak ada kontribusi sama sekali. Tetapi ada juga yang tidak berpengaruh terhadap BLM, misalnya di Kelurahan Tumumpa, Keluarga ST di mana sebelum tahun 2008 sebesar 40%, kemudian pada tahun 2008-2011 menjadi 40%, demikian pula halnya pada tahun 2013.

Dari data yang diperoleh, ternyata rata-rata peresentase kontribusi perempuan pesisir yang tidak dapat meningkat disebabkan oleh jumlah anggota keluarga yang bertambah, jumlah pengeluaran keluarga yang meningkat, serta pemakaian modal yang diperuntukkan dengan kebutuhan yang bertambah. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusnadi (2009) bahwa persoalan yang dihadapi oleh nelayan berkisar pada beberapa hal diantaranya; 1) keterbatasan akses modal dan teknologi; 2) kualitas sumberdaya manusia (keterbatasan pengetahuan); 3) degradasi lingkung-an; dan 4) kebijakan yang tidak memihak.

Dampak program pemerintah BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) terhadap pendapatan perempuan pesisir

Hasil analisis menunjukkan bahwa bantuan yang diberikan oleh pemerintah melalui program BLM berupa modal bergulir melalui Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Manado tahun 2008 menunjukkan perubahan pendapatan yang cukup

signifikan bagi kelompok perempuan pesisir yang ada di Kota Manado. Hal ini berarti bahwa pemberian bantuan pemerintah sangat menunjang kelangsungan hidup rumah tangga nelayan (RTN) dan didampingi oleh tenaga penyuluh perikanan yang menjadi tenaga pendamping dalam program yang dilaksanakan. Tetapi pada saat tidak lagi menerima bantuan dari pemerintah tahun 2009-2012, di ketiga lokasi penelitian mengalami penurunan secara total, yaitu 46,21 % (tahun 2008-2011) turun menjadi 37,87 % (tahun 2012-2013).

Hal ini disebabkan kerena tidak sedikit yang belum mengetahui cara mengelola bantuan yang disebabkan oleh tingkat pendidikan yang rendah di kalangan masyarakat pesisir sehingga penyuluhan dalam rangka memberikan pelatihan dan bimbingan sangat dibutuhkan. Beberapa responden dalam penelitian ini menyatakan bahwa bantuan yang diberikan sebagian dimanfaatkan untuk kebutuhan yang mendesak, misalnya membayar uang sekolah anak sehingga pendapatan tidak seperti kelompok masyarakat yang lain.

Dampak lain yang bisa dirasakan oleh masyarakat dari program BLM Dana Bergulir adalah masyarakat mengerti tentang kelembagaan dan pentingnya kelembagaan kelompok dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Dampak alokasi anggaran pemerintah Kota Manado terhadap kegiatan perempuan pesisir

Alokasi anggaran pemerintah terhadap kegiatan perempuan pesisir dapat di lihat pada Tabel 2. Bantuan itu hanya terjadi pada Tahun 2008, itupun berasal dari Pemerintah Pusat lewat Pemerintah Kota Manado dengan persentase 0,11%. Hal ini tidak sejalan dengan komitmen MDG’s yang telah disepakati oleh Indonesia di mana salah satu prioritas yang akan dicapai Tahun 2015 di Kota Manado adalah kesetaraan gender lewat pemberdayaan perempuan.

(5)

Perempuan pesisir di Kota Manado belum diberdayakan sepenuhnya oleh pemerintah kota di mana bantuan yang diberikan tidak memberikan dampak yang menguntungkan yang ditunjukkan oleh persentase pendapatan perempuan pesisir terhadap pendapatan RTN tahun 2012-2013. Hal ini disebabkan karena pemberian bantuan yang diberikan tidak berkelanjutan bahkan tidak dapat dimanfaatkan sepenuhnya oleh masyarakat dalam

hal ini perempuan pesisir. Bahkan ada sebagian responden yang tidak dapat mengembangkan

usahanya atau ‘gulung tikar’ dan tidak dapat

berbuat apa-apa, karena usahanya bangkrut disebabkan tidak ada lagi tenaga pendamping ataupun penyuluh yang turun mendampingi kegiatan mereka ataupun kurang berkembangnya modal sosial perempuan pesisir yang dibina. Tabel 1. Persentase pendapatan perempuan pesisir terhadap

pendapatan rumah tangga nelayan (RTN)

No Rumah Tangga Nelayan (KK)

Pendapatan PP terhadap RTN (KK) (%)

Pendapatan PP terhadap RTN (KK) (%)

Pendapatan PP terhadap RTN (KK) (%) 2007 2008-2011 2012-2013 Kelurahan Bunaken

1 Kel. LK 23,07 50,0 40,0

2 Kel. KH 20,00 48,48 -

3 Kel. UL 33,33 55,55 45,94

4 Kel. DT 14,28 36,17 33,33

5 Kel. DU 62,50 66,66 63,63

6 Kel. DTa 36,36 40 42,54

7 Kel. KP - 55,55 55,55

8 Kel. SK 41.67 33,33 33,33

9 Kel. CL - 34,78 -

10 Kel. TS 66,67 40,29 34,78

Kelurahan Malalayang I Timur

11 Kel. LT 33,33 54,54 50

12 Kel. S 41,66 54,05 33.33

13 Kel. DL 50,0 60,00 60

14 Kel. PM 50.0 40,00 53.44

15 Kel. MT 50,0 73,07 40

16 Kel. SB 50,04 25,00 57.14

17 Kel. ST 38,09 63,63 63.63

18 Kel. ET 29,41 33,33 33.33

19 Kel. NA - 40,00 40

20 Kel. MT 37,5 27,27 33.33

Kelurahan Tumumpa II

21 Kel. HH 9,09 50,00 42.85

22 Kel. TM 40,72 40,00 28.57

23 Kel. SD 28,57 50,00 -

24 Kel. MA - 53,84 42.28

25 Kel. MU 33,33 37,5 28.57

26 Kel. ST 40,00 40,00 40

27 Kel. PT 20,00 50,00 50

28. Kel. KP 23,07 33,33 -

29 Kel. MG - 40,00 40

30 Kel. SK 33,33 60,00 50

(6)

75

Tabel 2. Presentase pendapatan perempuan pesisir (PP) terhadap pendapatan rumah tangga nelayan (RTN) yang menerima Banatuan pemerintah dan alokasi anggaran Pemerintah terhadap kegiatan perempuan

pesisir dalam APBD Kota Manado Periode 2008-2012

No PENDAPATAN/

ANGGARAN

T A H U N

2008 2009 2010 2011 2012

1.

Pendapatn PP terhadap pendapatan

RTN (KK) yang menerima bantuan

Pemerintah

Jumlah (Rp) 8.500.000 - - - -

% 3.01 - - - -

2.

Alokasi Anggaran Pemerintah terhadap

kegiatan PP dalam APBD

Jumlah

(Rp) 750.000.000 - - - -

% 0,11 - - - -

Sebagian responden lain terus melakukan kegiatan mereka dengan penambahan modal ke koperasi dan rentenir dengan bunga yang tinggi. Sutomo (2003) mengungkapkan bahwa dalam mengembangkan usaha di pesisir secara optimal dan berkelanjutan maka perlu dianalisis berbagai faktor pembatas sehingga mencapai titik equlibrium yang optimal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Djalal (2012) yang menemukan bahwa tidak adanya perubahan pendapatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh input program, yaitu tidak adanya bantuan dari lembaga permodalan sehingga menyebabkan sebagian usaha masyarakat macet karena tingkat pengeluaran lebih besar dibandingkan dengan permintaan yang diperoleh, dan jika tidak ada dana stimulan maka usaha tersebut gagal.

Tanpa dilakukan uji lanjut untuk melihat peran pemerintah terhadap kegiatan perempuan pesisir sudah jelas terlihat dalam Tabel 2 bahwa pemerintah kurang memberikan perhatian terhadap kegiatan perempuan pesisir yang digambarkan melalui alokasi anggaran yang diberikan pemerintah Kota Manado. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, keinginan dan kemauan keras untuk membantu meningkatkan pendapatan keluarga oleh perempuan pesisir sangat terlihat dari cara mereka mencari tambahan modal lewat koperasi dan upaya lainnya.

Minimnya ketrampilan yang dimiliki dan upah kerja yang rendah menyebabkan tidak adanya jaminan sosial di mana merupakan sebagian dari kendala-kendala yang selalu dihadapi oleh perempuan nelayan. Transfer pengetahuan berkenaan dengan pengelolaan hasil laut pasca

penangkapan didukung dengan strategi pemasaran dan manajemen pengelolaan keuangan merupakan salah satu di antara program-program pengembang-an masyarakat pesisir ypengembang-ang berorientasi pada perempuan yang bisa dilakukan oleh pemerintah, sehingga apa yang telah dilakukan oleh para perempuan nelayan selama ini tidak lagi dipandang sebelah mata dan harapan untuk dapat hidup sejahtera serta bebas dari belenggu kemiskinan dapat pula terwujud.

KESIMPULAN

Dari penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1. Persentase pendapatan perempuan pesisir (PP) terhadap pendapatan rumah tangga di lokasi penelitian sesudah mendapatkan Bantuan pemerintah berupa BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) tahun 2013 berupa modal (Tahun 2008) tidak berarti apa-apa bahkan tidak dapat dirasakan manfaatnya karena pemberian modal ini tidak berkelanjutan.

(7)

Ucapan terima kasih. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Pegawai Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Manado yang telah membantu dalam pengambilan data, kepada teman-teman Angkatan 2011 Ilmu Perairan Pascasarjana UNSRAT, keluarga serta semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

REFERENSI

ANONYMOUS (2007) Tim Pengendali PNPM Mandiri, 2007. Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Jakarta: Tim Koordinasi Penanggu-langan Kemiskinan.

ANONYMOUS (2010) Laporan Tahun 2010. Manado: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Manado.

ANONYMOUS (2011) Rencana Strategi Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Manado. Manado: Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Manado.

DJALAL, N. (2012) Analisis Kebijakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)-Mandiri Kelautan Perikanan Di Wilayah Kota Ternate. Thesis. Manado: Unsrat Manado.

ELIZABETH, R. (2007) Pemberdayaan Wanita Mendukung Strategi Gender Mainstreaming dalam Kebijakan Pembangunan Pertania di Pedesaan. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 25 (2).

HYAS, S. et al. (1997) Glosari Istilah Perencanaan dan Pengelolaan Sumber daya Laut dan Pesisir. Jakarta.

JUSMINANDAR, SUNADJI, Y. and TOBUKU, R. (2005) Peranan Istri Nelayan dalam Usaha Meningkatkan Pendapatan Keluarga di Namosain, Alak. Kupang. Malang: Jurnal Penelitian Perikanan, Fakultas Perikanan, Universitas Brawijaya.

KUSNADI, E. (2009) Keberdayaan Nelayan dan Dinamika Ekonomi Pesisir. Yogyakarta: Ar- Ruzz Media.

KEMENTERIAN KOORDINASI KESEJAHTE-RAAN RAKYAT (2013) Program Nasional PNPM Kelautan dan Perikanan. Jakarta: www.pnpm-mandiri.org/index.php?...id. TIM PENGENDALI PNPM MANDIRI. (2007)

Pedoman Umum Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Jakarta.

SUGIONO (2012) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R@D. Bandung: CV ALFABETA.

SUNADJI, TOBUKU, R. dan EOH, C.B. (2002) Kontribusi Gender dalam Usaha Pengeringan Ikan Guna Meningkatkan Pendapatan Keluarga di Kelurahan Oesapa Kodya Kupang. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian Undana.

SUTOMO (2003)Evaluasi Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir di Kabupaten Bangai Propinsi Sulawesi Tenggara. Tesis. Program Studi PSPL. Bogor: IPB.

Gambar

Tabel 1. Persentase pendapatan perempuan pesisir terhadap pendapatan rumah tangga nelayan (RTN)
Tabel 2. Presentase pendapatan perempuan pesisir (PP) terhadap pendapatan rumah tangga nelayan (RTN) yang menerima Banatuan pemerintah dan alokasi anggaran Pemerintah terhadap kegiatan perempuan                       pesisir dalam APBD Kota Manado Periode 2008-2012

Referensi

Dokumen terkait

$ntpalancarn tharyx $utpa X

KOTA K Tg.. Proklamasi, Desa Antutan).. KOTA K

[r]

Pengawasan terhadap pelaksanaan program Jamsostek bagi tenaga kerja harian lepas, borongan, dan perjanjian kerja waktu tertentu pada sektor jasa konstruksi di Daerah,

I. Fakior-faktor internal yang menjadi .kekuatan dalam strategi pemasaran bibit jati super adalah kualitas bibit jati super yang baik, penggunaan tenaga kerja yang ahli dan

Kepala Badan, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Bulungan, Kepala Satuan, Sekretaris Dewan Pengurus KORPRI Kabupaten Bulungan, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub

[r]

Adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sehubungan dengan penelitian skripsi berjudul : "Pengaruh Komitmen