• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengan Hidup pada Pasien dengan End Colostomy di Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengan Hidup pada Pasien dengan End Colostomy di Kota Medan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stoma

2.1.1 Defenisi stoma

Akhir atau ujung dari usus besar yang dikeluarkan pada abdomen disebut

sebagai stoma. Stoma itu sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti mulut.

Stoma bersifat basah, mengkilat dan permukaannya berwarna merah, seperti

membrane mukosa pada oral. Stoma tidak memiliki ujung syaraf sehingga tidak

terlalu sensitif terhadap sentuhan ataupun nyeri. Akan tetapi stoma kaya akan

pembuluh darah dan mungkin dapat berdarah jika dilakukan pengusapan. Hal ini

termasuk normal, hanya perlu diwaspadai jika darah yang keluar terus menerus

dan dalam jumlah banyak (Melville & Baker, 2010). Perlengkapan stoma terdiri

atas satu lapisan dengan barier kulit hipoalergenik untuk mempertahankan

integritas kulit peristomal. Kantong harus cukup besar untuk menampung feses

dan flatus dalam jumlah sedang tetapi tidak terlalu besar agar tidak membebani.

Perlindungan kulit peristomal adalah aspek penting dari perawatan stoma.

Peralatan yang sesuai ukurannya merupakan hal penting untuk mencegah

kebocoran isi (wong, 2009 dalam Sodikin, 2011).

2.1.2 Komplikasi Stoma

Komplikasi atau masalah pada stoma dapat muncul setelah pembedahan

kolostomi, di antaranya paling banyak terjadi pada tahun pertama pasca

pembedahan (Truven Health Analytics, 2012). Beberapa komplikasi akan

(2)

a) Retraksi Stoma

Retraksi merupakan kondisi dimana stoma tertarik ke dalam abdomen.

Retraksi dapat terjadi bila kolon tidak segera aktif pasca pembedahan kolostomi.

Bertambahnya berat badan juga memungkinkan untuk terjadinya retraksi. Tipe

kantong kolostoma harus disesuaikan agar pas dengan bentuk stoma setelah

terjadi retraksi. Retraksi belum menjadi sebuah komplikasi berat dari stoma jika

retraksi stoma ke dalam abdomen < 5 cm dari batas permukaan abdomen

(Eucomed, 2012).

b) Hernia Peristomal

Hernia dapat terjadi bila ada bagian dari kolon di dalam abdomen yang

menekan atau menonjol di area sekitar stoma. Hernia akan tampak semakin jelas

ketika pasien sedang duduk, batuk ataupun mendesak abdomen (peningkatan

tekanan intra abdomen). Beberapa pasien membutuhkan penggunaan sabuk

khusus, ataupun rekomendasi untuk operasi guna memperbaiki kondisi hernia

tersebut (Eucomed, 2012).

c) Prolaps

Prolaps dapat terjadi akibat proses pembukaan dinding abdomen yang

terlalu lebar, fiksasi bowel pada dinding abdomen yang tidak adekuat ataupun

akibat peningkatan tekanan intra abdomen. Prolaps yang disertai dengan iskemia

atau obstruksi bowel, ataupun prolaps yang berulang dapat direkomendasikan

(3)

d) Perdarahan

Perdarahan stoma segera setelah operasi disebabkan oleh hemostasis yang

tidak adekuat selama konstruksi stoma. Penyebab lain yang mungkin

mengakibatkan perdarahan adalah adanya penyakit penyerta hipertensi portal,

trauma oleh ujung tube saat irigasi atau pencukuran area sekitar abdomen atau

cedera. Perdarahan ringan kadang memerlukan agen hemostasis topical, atau

hanya penekanan langsung. Perdarahan masif atau berulang memerlukan

penanganan factor penyebab perdarahan, sedangkan pasien dengan hipertensi

portal memerluka n sclerotheraphy atau portosystemic shunting (Eucomed, 2012).

e) Iskemik dan Nekrosis Stoma

Iskemik dan nekrosis stoma dapat terjadi akibat adanya penekanan pada

pembuluh darah sekitar stoma. Stoma yang baru dibuat melalui operasi harus di

observasi setiap 4 jam sekali untuk mengkaji kondisi stoma, apakah suplai darah

ke stoma adekuat atau tidak. Stoma yang tersuplai darah yang baik berwarna

merah ataupun pink. Stoma yang berwarna ungu, coklat atau hitam menunjukkan

adanya suplai darah yang inadekuat. Stoma yang sudah nekrotik membutuhkan

operasi sebagai intervensi utama (Eucomed, 2012).

f) Stenosis

Stenosis merupakan penyempitan atau konstriksi pada ujung stoma. Hal

ini dapat terjadi akibat adanya pembentukan jaringan scar di sekitar stoma yang

(4)

2.1.3 Pengertian Perawatan Stoma

Perawatan stoma adalah membersihkan stoma, kulit sekitar stoma dan

mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai kebutuhan (Suratun &

Lusianah, 2010). Perawatan stoma yang rutin akan dilakukan oleh pasien ataupun

care giver baik di rumah sakit ataupun di rumah ialah mengganti kantong

kolostomi dan membersihkan stoma. Kantong kolostomi adalah wadah untuk

menampung feses yang keluar dari stoma. Kantong kolostomi dibuat dari material

disposable atau digunakan hanya sekali, lalu dibuang. Jenis kantong kolostomi

saat ini cukup beragam. Kantong kolostomi yang biasa digunakan ialah kantong

kolostomi one-piece tertutup yang jika terisi harus segera dibuang dan diganti.

Kantong kolostomi one-piece drainable memungkinkan pasien untuk membuang

feses yang ada dalam kantong dengan membuka lubang yang ada di bawah

kantong (Gutman, 2011).

2.1.4 Tujuan Perawatan Stoma

Ada beberapa tujuan perawatan stoma (Menurut Suratun & Lusianah,

2010) antara lain : (a) Menjaga kebersihan klien, (b) Mencegah terjadinya infeksi,

(c) Mencegah iritasi kulit disekitar stoma, (d) Mempertahankan kenyamanan klien

dan lingkungannya.

2.1.5 Cara Merawat Stoma

Perawatan kolostomi yang pertama ialah cara mengganti kantong

kolostomi dan membersihkan area stoma. Kantong kolostomi sebaiknya

dikosongkan atau diganti ketika kantong sudah terisi 1/3 bagian agar pasien tetap

(5)

dikosongkan, dibersihkan dan digunakan kembali adalah jenis kantong kolostomi

two-piece system atau kantong yang memiliki lubang drainase di bawahnya.

(Truven Health Analytics Inc, 2012) memaparkan kantong kolostomi harus

dikosongkan jika sudah 1/3 atau 1/2 penuh. Kantong kolostomi yang penuh akan

menjadi berat dan dapat merusak perlengketan kantong kolostomi dengan kulit

abdomen, selain itu kantong akan beresiko untuk robek atau rusak karena beban

dalam kantong meningkat. Kantong kolostomi yang penuh juga akan membuat

benjolan di balik pakaian dan dapat mengganggu penampilan.

Kantong kolostomi drainable dapat dikosongkan dengan menekan bagian

bawah kantong, kemudian mengeluarkan feses langsung ke dalam toilet.

Kemudian kantong dapat dibersihkan atau dibilas meskipun (Truven Health

Analytics Inc, 2012) mengatakan hal ini tidak begitu penting untuk dilakukan.

Burch (2008 dalam Burch, 2013) menyatakan mayoritas pasien dengan kolostomi

mengganti kantong kolostominya 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu, dengan

rata-rata penggantian kolostomi secara rutin selama satu hari sekali. Ketika akan

mengganti dengan kantong yang baru, perhatikan ukuran dari lubang kantong

kolostomi.

Ukuran lubang kantong kolostomi harus sesuai dengan stoma, beri

kelonggaran sekitar 1/8 inci atau sekitar 0,3 cm (Canada Care Medical, n.d).

Penggantian kantong kolostomi dimulai dengan melepaskan perlekatan kantong

kolostomi dengan kulit abdomen secara perlahan sambil sedikit menekan kulit

abdomen yang menempel dengan kantong, kemudian bersihkan stoma. Stoma

(6)

mengandung minyak ataupun parfum karena dapat mengiritasi (Truven Health

Analytics Inc, 2012). Kulit di sekitar stoma harus dijaga agar tetap kering.

Perawatan kolostomi erat kaitannya dengan perawatan kulit. Perawatan kulit di

sekitar stoma dilakukan bersamaan dengan penggantian kantong kolostomi.

Beberapa orang menggunakan air hangat saat melepaskan kantong stoma dari

kulit abdomen, agar lebih mudah dan nyaman pada kulit. Terkadang kulit akan

terlihat kemerahan atau lebih gelap segera setelah perekat kantong kolostomi

dilepaskan, namun akan segera normal beberapa menit beberapa menit (WOCN

Society, 2008). Hal ini dimungkinkan karena terjadi penekanan pada area kulit

selama kantong terpasang, atau kantong kolostomi dilepaskan secara cepat dari

kulit abdomen.

Irigasi memungkinkan pasien untuk menjadwalkan pengeluaran feses dari

stomanya. Pergerakan bowel baiknya dalam keadaan regular dan bebas dari

masalah saat akan dilakukan irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi tidak dapat

dilakukan bila pasien mengalami iritasi pada ususnya, prolaps stoma, hernia

peristomal ataupun komplikasi stoma lainnya (Putri, 2011). Alat yang dapat

digunakan untuk proses irigasi kolostomi meliputi kontainer atau wadah air, tube

(selang untuk mengalirkan cairan),cone dan plastic sleeve (Burch, 2013). Plastic

sleeve berguna untuk mengalirkan keluaran feses dan cairan irigasi ke dalam

toilet.

Setelah irigasi selesai dilakukan, pasien dapat melakukan aktivitas,

meskipun selama 30-45 menit akan tetap ada pengeluaran baik feses, cairan

(7)

biasa. Readding (2006 dalam Burch, 2013) mengatakan ketika irigasi selesai

dilakukan, small cap untuk stoma dapat digunakan untuk memungkinkan pasien

terbebas dari pengeluaran feses dan flatus hingga irigasi selanjutnya.

Ada beberapa persiapan pasien untuk perawatan kolostomi yaitu : (a)

Memberi penjelasan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan, (b)

Mengatur posisi tidur klien (supinasi), (c) Mengatur tempat tidur klien dan

lingkungan (menutup gorde jendela, pintu, memasang penyekat tempat tidur),

mempersilahkan keluarga untuk menunggu di luar, kecuali jika diperlukan untuk

belajar merawat kolostomi (Menurut Suratun & Lusianah, 2010).

2.1.6 Pendidikan Kesehatan Cara Perawatan Stoma

Pendidikan kesehatan yang perlu diberikan pada klien mengenai cara

perawatan stoma yaitu (Menurut Suratun & Lusianah, 2010) :

(a) Anjurkan klien untuk menghindari penggunaan alkohol dalam

membersihkan daerah stoma. Alkohol mendilatasi kapiler dan dapat menyebabkan

perdarahan pada batas-batas stoma.

(b) Mendemonstrasikan cara membersihkan daerah sekeliling stoma

dengan air dan sabun yang lembut atau dengan set peralatan komersial. Keringkan

kulit dengan menekan-menekan kulit dengan kasa dan bukan dengan menggosok

kulit.

(c) Anjurkan klien untuk tidak menggunakan krim dingin pada kulit

karena hal itu akan mencegah kantung atau barier kulit menempel pada kulit.

(d) Jelaskan pada klien bahwa perioksida merupakan suatu bahan yang

(8)

(e) Anjurkan klien bahwa jika terjadi infeksi jamur, biasanya dapat

ditangani dengan membersihkan keseluruhan kulit, kemudian menepuk-nepuk

daerah tersebut sampai kering lalu semprotkan kenalog atau mycostatin ke dareah

tersebut.

(f) Tunjukan klien cara menginpeksi stoma setiap hari dan cara

mengobservasi stoma yang lembab, mengkilat dan berwarna merah muda gelap

sampai merah.

(g) Ajarkan klien cara menyeleksi dan memasang kantung ostomi serta

barier kulit yang berukuran tepat.

(h) Ajarkan klien cara mengosongkan kantung stoma.

(i) Jelaskan pada klien cara mengurangi bau feses, seperti meningkatkan makanan

dari yogurt, mentega susu, dan membatasi makan ikan, kacang-kacangan, dll.

2.2 Kolostomi

2.2.1 Definisi Kolostomi

Kolostomi adalah prosedur pembedahan untuk memindahkan usus besar

ke dinding abdomen, sehingga feses dapat keluar melalui saluran usus ke kantong

yang menempel pada abdomen. Kolostomi juga didefinisikan sebagai suatu

lubang pada usus besar dan aperture (lubang) pada kulit, sehingga menciptakan

anus buatan (Sodikin, 2011). Franz & Wright (2004 dalam Sodikin, 2011) juga

berpendapat serupa, kolostomi adalah prosedur pembedahan yang membawa

sebagian dari usus besar ke dinding abdomen untuk mengeluarkan feses ke luar

(9)

Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus

besar melalui dinding perut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak bisa

berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena gangguan fungsi

anus (Suratun & Lusianah, 2010).

Kolostomi adalah pembuatan stoma atau lubang pada kolon atau usus

besar (Smeltzer & Bare, 2002). Melville & Baker (2010) mengatakan kolostomi

merupakan tindakan pembedahan untuk membuka jalan usus besar ke dinding

abdomen anterior.

2.2.2 Tujuan Pemasangan Kolostomi

Kolostomi adalah sarana untuk merawat berbagai kelainan pada usus besar

seperti kanker, obstruksi, penyakit radang usus, divertikulum yang ruptur,

iskemia, atau cidera/trauma (Franz & Wright, 2004 dalam Sodikin, 2011).

Menurut Seratun dan Lusianah (2010) tujuan pemasangan kolostomi yaitu: a)

Untuk mengatasi proses patologis pada kolon distal, b) Untuk proses dekompresi

karena sumbatan usus besar distal dan selalu dibuat pada dinding depan abdomen.

Tujuan pemasangan kolostomi yaitu : a) Menampung pengeluaran feses

dari stoma, b) Melindungi kulit terhadap hasil pengeluaran dari stoma, c)

Mencegah terjadinya infeksi, d) Mempertahankan posisi dan fiksasi kantong

kolostomi, e) Menjaga kebutuhan eliminasi klien (Nuari, 2015).

2.2.3 Tipe Kolostomi

Secara umum kolostomi dapat dibagi dalam dua tipe, yaitu tipe kolostomi

terminal (akhir) dan kolostomi loop. Pada kolostomi terminal (akhir), usus

(10)

kolostomi akhir), sedangkan pada kolostomi loop, suatu loop usus dikeluarkan

dari abdomen, dalam hal ini dua apertura yaitu bagian proksimal dan distal.

Kolostomi transversal umumnya merupakan kolostomi loop (Sodikin, 2011).

Potter & Perry (2005) menyatakan ada 3 jenis kolostomi yaitu :

(a) kolostomi loop atau loop colostomy merupakan jenis kolostomi yang dibuat

dengan mengangkat usus ke permukaan abdomen, kemudian membuka dinding

usus bagian anterior untuk memungkinkan jalan keluarnya feses. Biasanya pada

loop colostomy selama 7 hingga 10 hari pasca pembedahan disangga oleh

semacam tangkai plastik agar mencegah stoma masuk kembali ke dalam rongga

abdomen, biasanya dilakukan dalam keadaan darurat. (b) End colostomy, terdiri

dari satu stoma dibentuk dari ujung proksimal usus dengan bagian distal saluran

pencernaan. End colostomy adalah hasil pengobatan bedah kanker kolorektal.

(c) Doubel- barrel colostomy terdiri dari dua stoma yang berbeda stoma bagian

proksimal dan stoma bagian distal.

Kolostomi dibuat berdasarkan indikasi dan tujuan tertentu, sehingga

jenisnya ada beberapa macam tergantung dari kebutuhan klien. Kolostomi dapat

dibuat secara permanen maupun sementara menurut (Suratun & Lusiana, 2010).

a) Kolostomi Permanen

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila klien sudah

tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan,

perlengketan (adhesi), atau pengangkatan kolon sigmoid atau rektum sehingga

tidak memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen biasanya berupa

(11)

b) Kolostomi Temporer / Sementara

Pembuatan kolostomi temporer biasanya untuk tujuan dekompresi kolon

atau untuk mengalirkan feses sementara dan kemudian kolon akan dikembalikan

seperti semula dan abdomen ditutup kembali. Kolostomi temporer ini mempunyai

dua ujung lubang yang di keluarkan melalui abdomen yang disebut kolostomi

doubel barrel.

2.2.4 Indikasi Kolostomi

Ada beberapa alasan dilakukannya kolostomi antara lain: (a) infeksi

intraabdomen, seperti pervorasi divertikulitis, (b) cedera trauma pada kolon atau

rektum, misalnya luka tembak, (c) kanker rektum, (d) luka perineum / fistula

(Campbell, 2005 dalam Sodikin, 2011).

Dilakukannya kolostomi sesuai dengan kasus (Menurut Suratun &

Lusiana, 2010) meliputi:

a) Pada kasus keganasan meliputi : kanker kolon distal, kanker extrakolon

yang menyebabkan kolon distal tersumbat/ tidak berfungsi (kanker pada pelvis),

perforasi kolon karena kanker.

b) Pada kasus non keganasan meliputi : sumbatan di lumen rektum, anus

karena infeksi berat lama, fibrosis pasca infeksi, sumbatan diluar lumen (proses

infeksi pada pelvis), trauma anus rektum.

2.2.5 Risiko Kolostomi

Campbell (2005 dalam Sodikin, 2011) menjelaskan beberapa risiko yang

timbul dari kolostomi, antara lain: (a) risiko karena anestesi (reaksi terhadap obat,

(12)

(c) risiko tambahan lainnya (penyempitan atau obstruksi stoma, terjadinya

hernia pada lokasi insisi, serta iritasi kulit).

2.2.6 Komplikasi Kolostomi

Ada beberapa komplikasi kolostomi(Menurut Suratun dan Lusianah 2010),

antara lain yaitu:

a) Obstruksi/Penyumbatan

Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan usus atau

adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk menghindari terjadinya

sumbatan, klien perlu dilakukan irigasi kolostomi secara teratur. Pada klien

dengan kolostomi permanen tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar klien dapat

melakukannya sendiri di kamar mandi.

b) Infeksi

Kontaminasi feses merupakan faktor yang paling sering menjadi penyebab

infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh karena itu pemantauan stoma secara terus

menerus sangat diperlukan dan tindakan segera mengganti balutan luka dan

kantong stoma sangat bermakna untuk mencegah infeksi.

c) Retraksi Stoma/Mengkerut

Stoma mengalami pengikatan karena kantong yang terlalu sempit dan juga

karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami

pengkerutan.

d) Prolaps Pada Stoma

Prolaps terjadi karena otot abdomen atau karena fiksasi struktur

(13)

e) Perdarahan Stoma

Perdarahan kemungkinan terjadi karena jahitan luka yang kurang baik atau

terjadi proses infeksi.

f) Stenosis Stoma

Terjadinya penyempitan pada stoma, hal ini dapat pula sebagai akibat

retraksi stoma.

2.2.7 Diet Nutrisi

Pasien dengan kolostomi tidak dapat mengontrol pengeluaran feses dan

flatus, oleh karena itu edukasi terkait nutrisi perlu diberikan kepada pasien agar

terhindar dari gangguan odor ataupun konsistensi feses yang tidak normal.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait nutrisi pada pasien dengan kolostomi

ialah (Gutman, 2011) :

a) Mengurangi makanan yang menimbulkan bau, yaitu kubis, kol, keju,

telur, ikan, kacang polong, bawang, jengkol, pete.

b) Mengurangi makanan yang mengandung gas seperti dengan brokoli,

kubis, bawang, timun, jagung dan lobak, serta makan secara perlahan dengan

mulut tertutup untuk meminimalkan udara yang masuk ke dalam sistem

pencernaan.

c) Menambah makanan yang mengandung potassium seperti pisang,

daging (non lemak), jeruk, tomat, kentang jika mengalami diare. Kurangi

konsumsi keju, selai kacang, dan susu.

d) Mengatasi konstipasi (jika terjadi) dengan menambah makanan tinggi

(14)

e) Makan tiga kali sehari penting untuk meningkatkan aktivitas usus dan

mencegah produksi gas.

f) Gangguan pada pencernaan dapat juga berasal dari tekanan emosional,

stress, atau kurangnya aktivitas fisik.

2.2.8 Support Sosial

Individu yang baru memiliki stoma biasanya akan ragu dan bertanya,

bagaimana mereka dapat hidup dengan stoma pada tubuhnya, apakah mereka

masih dapat menjalin hubungan dengan keluarga, relasi ataupun partner kerja,

serta apa yang akan terjadi bila tiba-tiba kantong kolostomi yang sedang terpasang

robek (Burch, 2013). Ketidakyakinan ini dapat diantisipasi dengan adanya

kehadiran perawat spesialis ataupun support group (Ferrer et al, 2010 dalam

Burch, 2013).

2.2.9 10 Hak Ostomate

Ostomate adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan para

penyandang stoma. Sejauh ini ternyata para ostomate banyak yang belum

mengetahui tentang haknya sehingga seringkali para ostomate berhadapan

masalah-masalah yang semestinya tidak terjadi jika 10 hak-hak mereka terpenuhi

seperti: dikucilkan dari lingkungan, dikeluarkan dari pekerjaan, tidak

mendapatkan informasi yang jelas tentang stoma (pre/post operasi), atau

mempunyai stoma yang kurang pas dengan postur tubuh, dll (InOA, 2009).

Berikut adalah 10 hak para ostomate memurut InOA, 2009:

1. Mendapatkan konseling sebelum dilakukannya pembedahan stoma.

(15)

3. Memiliki stoma dengan bentuk yang baik.

4. Mendapatkan perawatan setelah pembedahan atau rehabilitasi pasca

pembedahan.

5. Mendapatkan dukungan emosional

6. Mendapatkan bimbingan baik secara individu atau bersama keluarga.

7. Mendapatkan informasi tentang penggunaan peralatan kantong stoma yang

diperlukan sesuai dengan indikasi.

8. Adanya informasi di masyarakat tentang perkumpulan bagi para Ostomate

dan mendapatkan informasi mengenai hal tersebut.

9. Mendapatkan tindak lanjut dan pengawasan dari perawat Enterostomal

Theraphy (ET) atau perawat stoma tentang perawatan terhadap stomanya.

10.Mendapatkan manfaat dari upaya tim kesehatan yang professional.

Dengan demikian diharapkan banyak orang yang tahu dan faham hak-hak

ostomate, sebagai salah satu bentuk kepedulian kita terhadap mereka, tidak hanya

ostomate saja yang tahu tapi kita semua, baik tenaga kesehatan : dokter, perawat,

keluarga bahkan masyarakat umum diharapkan mengetahui sehingga dapat

menjadi pengawal untuk para ostomate sehingga mendapatkan hak-haknya

tersebut. Dan yang mesti diingat oleh kita semua bahwasanya ostomate juga

adalah manusia biasa namun mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh

manusia lain yaitu memiliki stoma dan itu adalah anugerah dari Yang Maha

Referensi

Dokumen terkait

Menggunakan paradigm konvensional terus menerus tidak akan membuat daya ingat para peserta didik bertahan lama, Karena tidak ada hal lain yang menonjol di dalam

Perpustakaan Sekolah Dasar adalah suatu unit kerja yang berada pada Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar, yang merupakan bagian integral dari sekolah, dan merupakan

[r]

Dengan menganalisa data pada graf, maka akan terbentuk pola permainan suatu tim yang selanjutnya dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya untuk kemudian

Oleh karena itu pelaksanaan tindakan kelas melalui layanan konseling kelompok untuk upaya memperbaiki rasa percaya diri siswa agar menjadi positif dan lebih baik perlu

Sudu gerak merupakan salah satu komponen utama dalam instalasi pengujian turbin kaplan, diameter luar sudu gerak yang akan digunakan dalam pengujian ini sebesar 16 cm..

Selanjutnya Mulyanto (2013, hlm. 28) mengemukakan bahwa gerak dasar yaitu dapat berpindah-pindah tempat sehingga menimbulkan sebuah gerakan maupun besar atau kecil. Gerak dasar

Hal tersebut menunjukkan bahwa P-value &lt; 0,05 sehingga H0 ditolak H1 diterima, artinya pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran shadow lebih signifikan