BAB III
GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI
A. Saat Terutang Pajak
Setiap wajib pajak diwajibkan untuk membayar hutang pajaknya dengan
tidak menggantungkan dengan adanya surat ketetapan pajak. Pada prinsipnya
pajak terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenakan pajak,
namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut
adalah :
1. Pada suatu saat, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak ketiga.
2. Pada akhir masa, untuk Pajak Penghasilan karyawan yang dipotong oleh
pemberi kerja, atau yang dipungut oleh pihak lain atas kegiatan usaha, atau
oleh Pengusaha Kena Pajak atas pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah.
3. Pada akhir Tahun Pajak, untuk Pajak Penghasilan.
B. Defenisi dan Jenis – jenis Surat Ketetapan Pajak
Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan pajak yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
1.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang
masih harus dibayar.
2.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
3.Surat Ketetapan pajak Lebih Bayar(SKPLB)
Surat Ketetapan pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih
besar dari pada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.
4.Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit.
C. Penjelasan Tentang Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
1.Menurut Mardiasmo (2011 : 41) SKPKB diterbitkan apabila :
1.1Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang
1.2Surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan dan setetah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana telah ditentukan dalam Surat Teguran.
1.3Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai pajak
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak
seharusnya tidak dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenai 0% (nol persen)
1.4Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak dipenuhi
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang
1.5Kepada wajib pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan
2.Sanksi administrasi
2.1Apabila SKPKB dikeluarkan dengan alasan pada poin 1.1 dan 1.5, maka
jumlah kekurangan pajak terutang ditambah dengan saksi administrasi 2%
(dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung
sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun
pajak, atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar.
2.2Apabila SKPKB dikeluarkan karna alasan pada poin 1.2, 1.3, dan 1.4,
maka dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :
b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang potong, tidak atau kurang
dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi
tidak atau kurang disetorkan
c. 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar
3. Fungsi SKPKB
3.1Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya
3.2Sarana untuk mengenakan sanksi
3.3Alat untuk menagih pajak
4. Jangka Waktu Penerbitan SKPKB
Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, Direktur Jendral Pajak dapat
menerbitkan SKPKB.
Walaupun jangka waktu 5 (lima) taun telah lewat, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar masih tetap diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak
atau kurang bayar, apabila wajib pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana
karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana
lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
5.Wajib Pajak yang karena kealpaan tidak menyampaikan SPT atau
keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana bila kealpaan tersebut
pertama kali dilakukan dan WP wajib melunasi kekurangan bayar pajak
terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari
jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan
SKPKB.
D. Jenis – Jenis Sanksi Administrasi
Sanksi administrasi merupakan sanksi yang dikenakan terhadap wajib pajak yang
melakukan tindakan pelanggaran administrasi perpajakan.Pengenaan sanksi ini
dimaksudkan untuk menghukum wajib pajak sehingga wajib pajak menjadi sadar dan
patuh untuk menjalankan kewajiban perpajakannya.Jenis – jenis sanksi sanksi
administrasi yang diatur dalam Undang – Undang Ketentuan Umum dan Tata cara
Perpajakan adalah sebagai berikut :
1.Berkaitan dengan Denda
Sanksi administrasi berupa dendaRp. 500.000 untuk SPT masa PPN, Rp.
100.000 untuk SPT masalainnya, Rp. 1.000.000 untuk SPT TahunanPPh WP
Badan, Rp. 100.000 SPT TahunanPPh WP Orang Pribadi diatur dalamPasal7
ayat (1), 2% dari DPP diatur dalamPasal 14 ayat (4) dan (5), denda 150% dari
2.Berkaitan dengan Kenaikan
Sanksi administrasi 50% dari pajak yang tidak/kurang dibayar diatur dalam
pasal 8 ayat (5), dan 13 ayat (3a). Sanksi administrasi 100% dari jumlah
kekurangan pajak diatur dalam pasal 13 ayat (3) huruf b dan c, 15 ayat (2),
17C ayat (5), 17D ayat (5). Dan sanksi administrasi 200% dari jumlah pajak
yang kurang dibayar diatur dalam pasal 13A.
3.Berkaitan dengan Bunga
Sanksi administrasi 2% perbulan dari jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak jatuh tempo pembayaran s/d tanggal pembayaran maksimal 24
bulan diatur dalam Pasal8 ayat (2), 8 ayat (2a), 9 ayat (2a), 9 ayat (2b), 13
ayat (2), 14 ayat (3), 19 ayat (1), 19 ayat (2), 19 ayat (3). Sedangkan sanksi
administrasi 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar diatur
dalam pasal 13 ayat (5) dan 15 ayat (4).
Dalam tugas akhir ini penulis mengambil pembatasan masalah
pada sanksi pasal 13 ayat (2) saja. Pasal 13 ayat (2) berbunyi “jumlah
kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk selama – lamanya 24
bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak,
bagian tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak
E. Tatacara Pemungutan Pajak
Menurut Siti Resmi (2011 : 8), tata cara pemungutan pajak terdiri atas :
1.Stelsel pajak
Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel :
1.1Stelsel nyata
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata),
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak,
yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui.
1.2Stelsel anggapan
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang – undang. Misal : pada suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditentukan
besarnya pajak terutang untuk tahun berjalan.
1.3 Stelsel campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
2.Asas Pemungutan Pajak
2.1Asas domisili (tempat tinggal)
Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak
yang bertempat tinggal ditempatnya, baik penghasilan yang berasal dari
2.2Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di
wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
2.3Asas kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara.
3.Sistem Pemungut an Pajak
3.1Official Assessment System
Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
wajib pajak.
Ciri – cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
b. Wajib pajak bersifat pasif
c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
3.2Self assessment system
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang.
Ciri – cirinya :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada
b. Wajib pajak bersifat aktif.
c. Fiskus hanya dapat mengawasi.
3.3With Holding System
Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak.
Ciri –cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada
pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.
Ada 4 macam tarif pajak menurut Mardiasmo (2011 : 9), yaitu :
1. Tarif sebanding/propesional
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah
yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang profesional
terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. Contoh, untuk penyerahan
barang kena pajak didalam daerah pabean akan dikenakan Pajak
Pertambahan Nilai 10%
2. Tarif tetap
Tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. Contoh,
3. Tarif progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah pajak yang
dikenai semakin besar. Contoh, pasal 17 Undang – Undang pajak
penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi dalam negri.
4. Tarif degresif
5. Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah pajak yang
dikenai pajak semakin besar
F. Dasar Hukum Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
Peraturan perundang – undangan perpajakan yang terkait dengan penerapan
sanksi administrasi dalam SKPKB dan penerbitan SKPKB antara lain sebagai
berikut:
1. Undang – Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tatacara Perpajakan. Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang –
Undang Nomor 16 tahun 2009.
2. Undang – Undang Nomor 7 tahun 1984 tentang pengenaan Pajak Penghasilan
sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang – undang nomor 36 tahun
3. Undang – undang Nomor 8 tahun 1983 tentang PPN dan PPn BM
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 42 tahun
2009
4. Peraturan Mentri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tentang tatacara
pemeriksaan pajak.
5. Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor Kep-22/PJ/1995 tentang pelimpahan
wewenang Direktur Jendral Pajak Para Pejabat di Lingkungan Direktorat
Jendral Pajak.
6. Surat edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-01/PJ.7/2003 tentang
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
A.Prosedur Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
Adapun prosedur penerbitan SKPKB adalah sebagai berikut :
1. Penagihan Anggota Tim Pemeriksa melakukan pemeriksaan terhadap wajib
pajak.
2. Setelah proses pemeriksaan selesai, Anggota Tim Pemeriksa melakukan input
data, mencek Nota Perhitungan Pajak.
3. Ketua Tim Pemeriksa meneliti, memberi persetujuan dan memaraf Nota
Perhitungan Pajak.
4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan memaraf Nota Perhitungan
Pajak.
5. Nota Perhitungan yang telah disetujui kemudian diproses oleh sistem untuk
dapat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
6. Berdasarkan Nota Perhitungan pajak yang telah disetujui oleh Kantor
Pelayanan Pajak, fungsional menginput data Surat Ketetapan Pajak Kurang
7. Kepala seksi pelayanan menugaskan pelaksana seksi pelayanan untuk
mencetak Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar diterbitkan dalam rangkap 3, yaitu :
Lembar ke – 1 : untuk wajib pajak.
Lembar ke – 2 : untuk arsip seksi pelayanan.
Lembar ke – 3 : untuk seksi.
8. Pelaksana seksi pelayanan melakukan pencetakan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar dan menyampaikannya kepada kepala seksi pelayanan.
9. Setelah dicetak, kepala seksi pelayanan memparaf kemudian disampaikan
kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
10.Kepala Kantor Pelayanan menandatangani Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar.
11.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut disampaikan kepada wajib
pajak.
B.Kendala Yang Terjadi Dalam Penerapan Sanksi Administrasi Dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Adapun kendala yang terjadi dalam penerapan sanksi administrasi SKPKB
adalah sebagai berikut :
1. Tidak sampainya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ketangan wajib pajak
3. Perlawanan pasif.
4. Perlawanan aktif.
5. Wajib pajak tidak sanggup membayar hutang pajaknya lagi.
C.Data penerapan sanksi administrasi Pasal 13 ayat (2) dalam SKPKB PPh pasal 25/29 Badan
Tabel 4.1
Data Penerapan Sanksi Pasal 13 ayat (2) Undang – Undang KUP dalam SKPKB
PPh Badan tahun 2014
113/14
9.302.261 4.465.085 48,00% 24 13.767.34
6
Sumber : seksi PENAGIHAN KPP Pratama Medan Timur
• SKPKB nomor 00001/206/10/113/14
Tanggal terbit 20-Januari-2014 dengan jumlah kurang bayar 38.506.695,jumlah
sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar 2% x 24 x 38.506.695 =
• SKPKB nomor 00001/206/12/113/14
Tanggal terbit 10-Maret-2014 dengan jumlah kurang bayar 631.313,jumlah sanksi
administrasi Pasal 132(2) yang harus dibayar = 2% x 11 x 631.313 =138.889
• SKPKB nomor 00002/206/10/113/14
Tanggal terbit 02-April-2014 dengan jumlah kurang bayar 9.302.261,jumlah
sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 9.302.261 =
4.465.085
• SKPKB nomor 00003/206/10/113/14
Tanggal terbit 08-Mei-2014 dengan jumlah kurang bayar 7.466.693,jumlah sanksi
administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 7.466.693= 3.584.013
• SKPKB nomor 00001/206/09/113/14
Tanggal terbit 08-Mei-2014 dengan jumlah kurang bayar 17.756.020 , jumlah
sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 17.756.020 =
8.522.890
• SKPKB nomor 00001/206/13/113/14
Tanggal terbit 14-Mei-2014 dengan jumlah kurang bayar 11.685.000 , jumlah
sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 12 x 11.685.000 =
Tabel 4.2
Data Penerapan Sanksi Pasal 13 ayat (2) Undang – Undang KUP dalam SKPKB
PPh Badan tahun 2015
01/12/
Sumber : seksi PENAGIHAN KPP Pratama Medan Timur
• SKPKB nomor 00013/203/11/133/15
Tanggal terbit 20-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 1,425,660 , jumlah
sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 1,425,660 = Rp.
684,316
• SKPKB nomor 00015/203/11/133/15
Tanggal terbit 20-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 1,649,660 , jumlah
sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 1,649,660 = Rp.
• SKPKB nomor 00016/203/11/133/15
Tanggal terbit 02-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 1,729,660 , jumlah
sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 1,729,660 = Rp.
830,237
• SKPKB nomor 00017/203/11/133/15
Tanggal terbit 20-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 2,617,660 , jumlah
sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar= 2% x 24 x 2,617,660= Rp.
1,256,477
• SKPKB nomor 00008/205/19/133/15
Tanggal terbit 27-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 60,911,000 , jumlah
sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 60,911,000 = Rp.
29,237,680
• SKPKB nomor 00010/205/19/133/15
Tanggal terbit 27-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 60,911,000 , jumlah
sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar= 2% x 24 x 60,911,000 = Rp.
Dari kedua tabel diatas semua SKPKB perhitungan sanksi administrasi
bunga pasal 13 ayat (2) sudah sesuai dengan ketentuan bunga pasal 13 ayat (2)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dari uraian pada bab – bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil
kesimpulan antara lain :
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar berfungsi sebagai sarana untuk
melakukan koreksi atas jumlah pajak yang terutang dan dilaporkan wajib
pajak dalam Surat Pemberitahuan, sebagai sarana untuk mengenakan
sanksi administrasi, dan sebagai alat untuk melakukan penagihan pajak.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan oleh Seksi Pelayanan
berdasarkan Nota Perhitungan yang dibuat oleh seksi pengawasan dan
konsultasi (WASKON) dan fungsional pemeriksa.
3. Pemungutan pajak harus adil secara umum dan merata berdasarkan
kemampuan masing – masing wajib pajak serta harus efisien dan
sederhana berdasarkan undang –undang.
4. Dalam peraktiknya sanksi bunga dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur sudah
sesuai dengan prosedur yang diterbitkan dalam Undang – Undang
Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Tetapi ada baiknya andai
pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.
B.Saran
Dari permasalahan yang terjadi dilapangan serta berdasarkan pengamatan
penulis, ada beberapa masukan yang ingin penulis berikan.Hal ini berkaitan
dengan penerapan sanks iadministrasi Pasal 13 ayat (2) Undang –Undang Nomor
28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan pada Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh pasal 25/29. Saran – saran dari penulis
sebagai berikut :
1. Perlunya mempercepat dilakukannya penelitian dan persetujuan yang
dilakukan oleh kepala seksi Pemeriksaan, Kepala Seksi Pelayanan, dan kepala
kantor pelayanan pajak terhadap Nota Penghitungan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar yang tertanggal mendekati akhir bulan.
2. Peningkatan disiplin para petugas/pegawai Seksi Pelayanan supaya
pengiriman Nota Penghitungan tidak terlambat.
3. Peningkatan profesionalisme pegawai dengan jalan pembinaan oleh atasan
Sumber : KPP Pratama Medan Timur Seksi Sub Bagian Umum KPDJ
Kanwil DJP Sumut I
Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Timur
Kelompok Fungsional
Pemeriksa Pajak