• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUKU BUNGA SBI TERHADAP INFLASI

PERIODE 2011 - 2016

Yoga Saputra

Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Malang

Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang Email :

ABSTRACT

This study aims to determine and test empirically influence the interest rate on Inflation in January 2011 - July 2016

The data used are secondary data ie data of Interest Rates of Bank Indonesia Certificates and Inflation Rate Data from Bank Indonesia Website. Secondary data were analyzed by using Regression Analysis of Lag Distribution Model.

The analysis shows that Interest Rate of Bank Indonesia Certificates and Inflation in January 2011 to July 2016 from the research conducted by the authors experienced fluctuations by Indonesia's unstable economic condition. Unstable socio-political conditions also contributed in influencing by development of the Indonesian economy. Changes in the SBI will affect Inflation. Interest rates for the period t, t-1 and t-2 has an effect simultaneously on inflation with 58% contribution. Partially by using the t test can be known the interest rate that has a significant effect on the Inflation Rate the interest rate on day t and period t-2. While the period t-1 has no effect on inflation.

Based on the above conclusions, the suggestion that can be given is the Government and Bank Indonesia as the central bank is expected to be more careful when going to the policy so that the investment climate in Indonesia is maintained and the economic growth in Indonesia is higher and still maintain the policies in controlling the tribe SBI interest by continuing to strengthen coordination with the government in controlling inflation, strengthening growth stimulus, and structural reforms so as to sustain sustainable economic growth.

(2)

PENDAHULUAN

Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan 1997, kinerja pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan diantaranya mengalami kerugian. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi investor untuk melakukan investasi di pasar modal khususnya saham, dan akan berdampak terhadap harga pasar saham di bursa. Selain itu krisis ekonomi juga menyebabkan variabel-variabel ekonomi, seperti suku bunga, inflasi, nilai tukar maupun pertumbuhan ekonomi mengalami perubahan yang cukup tajam. Suku bunga meningkat sampai mencapai angka 68,76% pertahun pada tahun 1998, demikian juga inflasi mencapai angka 77% pertahun (Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, 1998).

Untuk melihat perkembangan pasar modal Indonesia salah satu indikator yang sering digunakan adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Indikator pasar modal ini dapat berfluktuasi seiring dengan perubahan indikator-indikator makro yang ada. Seiring dengan indikator-indikator pasar modal, indikator-indikator ekonomi makro juga bersifat fluktuatif.

Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara, karena pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana jangka panjang yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penggerakan dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. Selain itu pasar modal juga merupakan representasi untuk menilai kondisi perusahaan di suatu negara, karena hampir semua industri di suatu negara terwakili oleh pasar modal. Pasar modal yang mengalami peningkatan (bullish) atau mengalami penurunan (bearish).

Tabel 1. Perkembangan tingkat suku bunga SBI Periode januari 2011 – Juli 2016

TAHUN TINGKAT SUKU BUNGA SBI (%)

2011 6.00%

2012 5.75%

2013 7.50%

2014 7.75%

2015 7.50 %

2016 Juli 6.5

Sumber: Bank Indonesia, 2017

(3)

peningkatan ditunjukkan pada tahun 2013 , di mana indeks suku bunga SBI pada tahun 2013 mencapai 7.50 % yang otomatis mengalami peningkatan sebesar 1,75% dari tahun 2012 yang hanya mencapai 5.75 %. Pada tahun 2014 suku bunga SBI juga mengalami peningkatan hingga mencapai 7,75% atau naik sebesar 0,25% dari tahun sebelumnya.

Perkembangan suku bunga SBI pada tahun 2015 mengalami penurunan dari 7,75% menjadi 7,5% pada bulan Desember 2015. Penurunan suku bunga SBI juga terjadi pada tahun 2012 dan 2016, di mana tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,25% dari tahun 2011 dan pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 1,00 % dari tahun 2015.

Tingkat bunga merupakan sebuah tingkat pengembalian asset yang mempunyai risiko mendekati nol. Umumnya tingkat bunga ini mempunyai hubungan negatife dengan bursa saham. Bila pemerintah mengumumkan tingkat bunga akan naik, maka investor akan menjual sahamnya dan menggantinya dengan instrument berpendapatan tetap (fixed income securities) yang memberikan tingkat bunga yang tinggi.

Tingkat bunga merupakan tingkat pertumbuhan jumlah uang. Artinya jumlah uang yang beredar akan bertumbuh minimal sebesar tingkat suku bunga, sementara produksi barang dan jasa dalam kondisi tidak bertumbuh di bawah tingkat suku bunga, maka nilai uang akan turun secara terus-menerus secara relative terhadap nilai secara agregat (Fabozzi dkk, 1999: 204).

Bank Indonesia selaku bank sentral menggunakan instrumen suku bunga SBI dalam mengendalikan inflasi di Indonesia, Menurut Baroroh dalam Hudaya (2011:28), hubungan antara suku bunga SBI dengan inflasi adalah kenaikan suku bunga SBI akan mendorong kenaikan suku bunga jangka pendek di pasar uang. Demikian juga halnya dengan suku bunga jangka panjang, produsen akan merespon kenaikan suku bunga di pasar uang dengan mengurangi investasinya, maka produksi dalam negeri (output) menurun sehingga tingkat inflasi domestik menurun.

(4)

mempunyai pengaruh lanjutan maka tidak disebut inflasi. Kenaikan harga semacam ini tidak dianggap sebagai masalah atau “penyakit” ekonomi dan tidak memerlukan kebijaksanaan khusus untuk menanggulanginya. Secara umum dan sederhana inflasi dapat disebabkan oleh dua hal yaitu inflasi yang timbul karena adanya permintaan masyarakat yang berlebih dan inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi

Penelitian yang dilakukan oleh Setiowati (2014) dengan judul Analisis Hubungan Kausalitas Antara BI Rate Dengan Inflasi Di Indonesia Periode Juli 2006 - Juli 2013 Menggunakan Metode Granger Dan Final Prediction Error. Diperoleh hasil bahwa terjadi pola hubungan satu arah pada uji kausalitas Granger yaitu perubahan inflasi menyebabkan perubahan BI Rate, dengan melihat probalitas pada lag 4 yaitu sebesar 0.0103 < 0,05. Sedangkan pada uji Final Prediction Error menunjukkan bahwa terdapat pola kausalitas dua arah antara variabel BI Rate dan variabel inflasi yang terjadi di Indonesia Dimana 3.36E-05>2.67E-05 artinya variabel BI Rate mempengaruhi Inflasi, sedangkan 1.61E-06>1.83E-07 artinya variabel inflasi (INF) menyebabkan BI Rate (R).

Adisetiawan (2009) melakukan penelitian dengan mengkaji Penelitian yang dilakukan oleh Adisetiawan (2013) dengan judul Hubungan Tinkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi Dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Stasioneritas, uji Kausalitas Granger, dan uji Vector Auto Regression (VAR) untuk periode Januari 2006 - Desember 2010. Hasil analisis penelitian ini menunjukkan ada hubungan timbal balik yang signifikan antara inflasi dengan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), tetapi tidak ada hubungan timbal balik yang signifikan antara tingkat bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG ), dan juga tidak ada hubungan timbal balik yang signifikan antara inflasi dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

(5)

PERUMUSAN HIPOTESIS

Hipotesis adalah suatu penjelasan sementara tentang perilaku fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi (Kuncoro,2003). Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian serta teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: diduga Terdapat pengaruh yang signifikan antara Tingkat Bunga terhadap Inflasi selama Periode 2011 – 2016

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menemukan masalah penelitian, merumuskan hipotesis, merumuskan konsep-konsep, merumuskan metodologi, merumuskan alat-alat analisis data serta pengukuran data (Bungin,2008). Data suku bunga sertifikat bank Indonesia (SBI) bulanan dan inflasi bulanan didapat melalui website Bank Indonesia (BI) periode Januari 2011 hingga Juli 2016.

Inflasi merupakan Tingkat kenaikan harga secara umum dan terus-menerus. Tingkat Inflasi berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK). Ukuran penelitian yang digunakan adalah data inflasi bulanan dalam bentuk persen (%). Suku Bunga sertifikat bank indonesia (SBI) Surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek yang diperjual belikan dengan diskonto. Proksinya adalah suku bunga SBI bulanan, yang dinyatakan dalam satuan persentase (%).

Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : 1. Model Distribusi Lag

Untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga SBI terhadap Inflasi, maka dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Mulyono, 2000: 105):

Yt = A + B0Xt + B1Xt-1 + B2Xt-2 + … + BkXt-k + ut ………..(3.1) Keterangan:

Yt = Inflasi pada periode t A = Konstanta

(6)

Ut = Variabel pengganggu. 2. Koefisien Determinasi (Uji R2)

Koefisien determinasi (R2) berguna untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel bebas (perubahan tingkat bunga) terhadap variabel terikat (Indeks Harga Saham Gabungan), maka dapat digunakan rumus sebagai berikut (Gujarati, 1978: 139):

R2 =

b1

xty+b2

xt1y+b3

xt2y+. . .+bn

xny

y

t2

Keterangan:

R2 = Koefisien determinasi b1 = Koefisien regresi variabel Xt b2 = Koefisien regresi variabel Xt-1 b3 = Koefisien regresi variabel Xt-2 y = Variabel terikat.

3. Uji Regresi Secara Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara simultan, maka digunakan rumus sebagai berikut:

F =

R2/k−1

(1−R2)/(nk)

Keterangan:

F = Koefisien penentu R2 = Koefisien determinasi

k = Jumlah variabel yang diamati n = Banyaknya sampel.

Dengan menggunakan α = 0,05 (convidence interval 95%) dan degree of freedom (k-1); (n-k), dengan pernyataan sebagai berikut:

H0: b1; b2; b3 = 0, variabel perubahan tingkat bunga SBI tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap Inflasi.

H1: b1; b2; b3 ≠ 0, variabel perubahan tingkat bunga SBI berpengaruh secara

signifikan terhadap Inflasi.

(7)

Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak.

Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima.

4. Uji Regresi Secara Parsial (Uji t)

Digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yaitu perubahan tingkat bunga secara parsial mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat yaitu Inflasi. Rumusnya adalah sebagai berikut (Mulyono, 2000: 83):

thitung =

b Sb

Keterangan:

thitung = Koefisien thitung b = Koefisien regresi

Sb = Standar deviasi variabel bebas.

Dengan menggunakan tingkat kepercayaan α = 0,05, dengan pernyataan sebagai berikut:

Ho : b = 0, variabel tingkat bunga tidak berpengaruh secara parsial terhadap Inflasi

saat ini.

H0 : b ≠ 0, variabel tingkat bunga berpengaruh secara parsial terhadap perubahan

Inflasi saat ini.

Kriteria pengujian:

Jika thitung > (-) ttabel dan thitung < (+) ttabel maka H0 diterima. Jika thitung < (-) ttabel dan thitung > (+) ttabel maka H0 ditolak.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perkembangan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Indonesia Periode 2011-2016

(8)

bahan bakar minyak pada Juni 2013 dan November 2014), untuk mengurangi defisit transaksi berjalan (yang mencapai rekor defisit tertinggi pada tahun 2013) dan untuk mendukung nilai tukar rupiah (yang mulai melemah secara tajam terhadap dollar Amerika Serikat setelah mantan Presiden Federal Reserve Ben Bernanke mulai berspekulasi - di akhir Mei 2013 - mengenai berakhirnya kebijakan moneter yang akomodatif dan yang kemudian mengakibatkan capital outflows dari perekonomian negara-negara berkembang termasuk Indonesia).

Perkembangan nilai tingkat suku bunga pada tahun 2011 bulan Januari sampai dengan bulan September 2011 masih mengalami peningkatan Tingkat suku bunga tersebut tidak bertahan lama dan mengalami penurunan hingga pada akhir tahun Oktober 2011 tingkat suku bunga mencapai tingkat 6.50 %.

Perkembangan nilai tingkat bunga pada periode Nop 2011 mengalami penurunan hingga mei 2013 mencapai 5,75% dibandingkan dengan bulan sebelumnya Hal ini dikarenakan kondisi politik dalam negeri yang berpengaruh terhadap perkembangan tingkat suku bunga. Kondisi yang tidak stabil membuat para investor menarik dananya untuk mengalihkan investasinya pada negara lain yang memberikan jaminan keamanan bagi para investor (Bank Indonesia: 203).

Pada Bulan juni tahun 2013 nilai tingkat suku bunga mencapai level 6,0%. Nilai tingkat suku bunga yang terus menerus mengalami peningkatan hingga desember 2015 BI menetapkan tingkat suku bunga yang lebih tinggi dalam dua tahun terakhir sebagai strategi untuk melawan tingkat inflasi (yang meningkat tajam setelah pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak pada Juni 2013 dan November 2014), untuk mengurangi defisit transaksi berjalan (yang mencapai rekor defisit tertinggi pada tahun 2013) dan untuk mendukung nilai tukar rupiah (yang mulai melemah secara tajam terhadap dollar Amerika Serikat setelah mantan Presiden Federal Reserve Ben Bernanke mulai berspekulasi - di akhir Mei 2013 - mengenai berakhirnya kebijakan moneter yang akomodatif dan yang kemudian mengakibatkan capital outflows dari perekonomian negara-negara berkembang termasuk Indonesia).

(9)

sejalan dengan harga minyak dunia yang turun dan menyebabkan penurunan biaya transportasi dan karena itu mengurangi tingkat inflasi di Indonesia. Meskipun kebanyakan analis memperkirakan Bank Indonesia untuk tetap menerapkan tingkat suku bunga pinjaman yang cukup tinggi pada 7,75% di 2015 karena ancaman naiknya tingkat suku bunga pinjaman Amerika Serikat yang diduga akan menyebabkan serangkaian

capital outflows dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia (terutama karena Indonesia saat ini masih tetap mengalami defisit transaksi berjalan yang besar).

BI melakukan tindakan yang mengejutkan dengan memotong BI rate dan suku bunga fasilitas simpanan BI (Fasbi), masing-masing 25 basis points, menjadi 7,50% dan 5.50 %, di pertengahan Februari (dan karenanya menjadi bank sentral ke-18 yang melonggarkan kebijakan moneter di tahun 2015). Untuk pasar saham Indonesia (terutama saham-saham yang sensitif terhadap perubahan suku bunga seperti sektor keuangan dan otomotif) ini adalah berita baik karena tingkat suku bunga pinjaman yang lebih rendah mendukung pertumbuhan ekonomi dan karena itu indeks saham acuan di Indonesia (Indeks Harga Saham Gabungan) mencatat serangkaian rekor tertinggi selama beberapa minggu terakhir ini.

Harapan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan, kondisi yang stabil terjadi hanya pada awal tahun saja dan tidak berlangsung lama. Penurunan tingkat bunga yang dilakukan oleh pemerintah As Federal Reserve (The Fed) ternyata berpengaruh terhadap kebijakan BI untuk meningkatkan tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kebijakan yang dilakukan oleh BI untuk menaikkan tingkat suku bunga dengan tujuan untuk menekan inflasi yang terjadi pada tahun 2000 yang mencapai 9,35%).

2. Perkembangan Inflasi Indonesia Periode 2011 -2015

Secara historis, tingkat dan volatilitas inflasi Indonesia lebih tinggi dibanding negara-negara berkembang lain. Sementara negara-negara berkembang lain mengalami tingkat inflasi antara 3% sampai 5% pada periode 2005-2014, Indonesia memiliki rata-rata tingkat inflasi tahunan sekitar 8,5% dalam periode yang sama. Bagian ini mendiskusikan mengapa tingkat inflasi Indonesia tinggi, menyediakan analisis mengenai tren-tren terbaru, dan memberikan proyeksi untuk inflasi masa mendatang di Indonesia yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara

(10)

mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukkan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

Meningkatnya tekanan inflasi bersumber dari semakin kuatnya pengaruh kebijakan pemerintah dibandingkan harga dan pendapatan. Melemahnya kurs rupiah, memburuknya ekspektasi inflasi terkait. Perkembangan tingkat inflasi dari Bulan Pebruarai 2011 hingga Maret 2012 mengalami penurunan yang cukup baik bagi perekonomian Indonesia. Kondisi perekonomian Indonesia mulai mengalami perbaikan, namun laju inflasi pada Bulan Januari tahun 2011 mencapai 7.12 %, penyebab laju inflasi tersebut selain kondisi keamanan dalam negri yang kurang kondusif, juga dipicu oleh kebijaksanaan pemerintah dalam penaikan harga BBM, dan tarif dasar listrik.

Pada Bulan April tahun 2012 hingga Januari 2014 Tingkat inflasi mengalami peningkatan. Namun pada bulan pebruari 2014 tingkat inflasi mengalami penurunan kembali hingga Agsutus 2014. Pemerintah mampu menekan Tingkat inflasi hingga meningkat level 3.99 % pada Agsutus 2014, Ditinjau dari faktor yang mempengaruhinya, faktor eksternal yang mempengaruhi rendahnya laju inflasi, yakni kecenderungan menurunnya harga – harga barang yang tercermin dari terjadinya deflasi. Sedangkan dari sisi internal, penurunan inflasi dikarenakan oleh relatif stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar.

(11)

disebabkan karena penyesuaian harga bahan bakar bersubsidi, kami memprediksi akan terjadi lebih sedikit deviasi antara target awal dan realisasi inflasi ke depan.

Krangnya kuantitas dan kualitas infrastruktur di Indonesia juga mengakibatkan biaya-biaya ekonomi yang tinggi. Hal ini menghambat konektivitas di negara kepulauan ini dan karenanya meningkatkan biaya transportasi untuk jasa dan produk (sehingga membuat biaya logistik tinggi dan membuat iklim investasi negara ini menjadi kurang menarik). Gangguan distribusi karena isu-isu yang berkaitan dengan infrastruktur sering dilaporkan dan membuat Pemerintah menyadari pentingnya berinvestasi untuk infrastruktur negara ini. Harga-harga bahan pangan sangat tidak stabil di Indonesia (rentan terhadap kondisi cuaca) dan kemudian meletakkan beban yang besar kepada rumah tangga-rumah tangga yang berada di bawah atau sedikit di atas garis kemiskinan. Rumah tangga-rumah tangga ini menghabiskan lebih dari setengah dari pendapatan yang bisa dibelanjakan mereka untuk makanan, terutama beras. Oleh karena itu, harga-harga makanan yang lebih tinggi menyebabkan inflasi keranjang kemiskinan yang serius yang mungkin meningkatkan persentase penduduk miskin. Panen-panen yang gagal dikombinasikan dengan reaksi lambat dari Pemerintah untuk menggantikan produk-priduk makanan lokal dengan impor adalah penyebab tekanan inflasi.

3. Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap Tingkat Inflasi Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Regresi

Variabel Koefisien Tingkat Bunga Periode t 3.739 1.053 3.550 0.001 Tingkat Bunga Periode t-1 1.029 1.793 0.574 0.568 Tingkat Bunga Periode t-2 -3.807 1.032 -3.690 0.000

Konstanta : -0.882

R2 : : Koefisien Determinasi : 0.580 R : Multiple R : Multiple R : 0.762

T-Tabel : 1.999

Sumber : Data primer diolah ( 2017)

Berdasarkan hasil perhitungan regresi pada tabel diatas didapatkan suatu persamaan garis regresi sebagai berikut:

Y = a + Bo Xt + B1 Xt-1 + B2 Xt -2 +E

(12)

Berdasarkan pada analisis empiris di atas, telah diketahui bahwa variabel tingkat bunga mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap Inflasi. Pengaruh tersebut mempunyai implikasi bahwa setiap perubahan kenaikan tingkat suku bunga akan diikuti oleh penurunan inflasi. Kondisi ini mencerminkan bahwa inflasi di pengaruhi oleh stabilitas perekonomian Indonesia. Pada saat perekonomian menurun yang ditunjukkan oleh tingkat suku bunga yang tinggi, maka perekonomian akan ikut turun dengan indikator naiknya nilai Inflasi. Kontibusi Tingkat Bunga Sbi terhadap Inflasi sebesar 0.580. atau 58 %.

Dengan pengujian uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar 28.092, sedangkan Ftabel pada taraf nyata 5 % menunjukkan nilai sebesar 2.76, karena Fhitung  Ftabel maka hipotesis nol (Ho) di tolak dan Hipotesa alternatif (Hi) diterima. Hal ini menunjukkan bahwa tiga variabel independent secara bersama-sama mempengaruhi Inflasi.

Tabel 3: Rekapitulasi Hasil Uji Parsial

Variabel T hitung T tabel Tingkat Kepercayaan Xt

Berdasarkan hasil perhitungan regresi diperoleh nilai koefisien regresi yang positif antara Tingkat bunga pada priode t dengan tingkat inflasi. Uji t menunjukkan bahwa t hitung > t tabel, hal ini menyatakan bahwa tingkat bunga pada periode t mempunyai pengaruh yang cukup berarti. Pada periode t-1 tidak berpengaruh terhadap Inflasi. Sedangkan pada tingkat bunga periode t-2 menunjukkan bahwa -t hitung > -t tabel, hal ini menyatakan bahwa tingkat bunga pada periode t-2 mempunyai pengaruh yang cukup berarti. Sedangkan angka koefisien regresi dalam perhitungan menunjukkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hal ini menunjukkan bahwa dengan tiap terjadinya peningkatan tingkat bunga t-2 sebesar 1 satuan maka Inflasi akan menurun periode t-2.

(13)

artinya variabel BI Rate mempengaruhi Inflasi, sedangkan 1.61E-06>1.83E-07 artinya variabel inflasi (INF) menyebabkan BI Rate (R).

Tingkat Bunga bank merupakan tingkat pertumbuhan jumlah uang. Dalam hal ini jumlah uang yang beredar akan tumbuh minimal sebesar tingkat suku bunga..Dalam teori klasik, tinggi rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh pemerintah dan penawaran akan modal. Dalam penelitian ini khususnya pada peiode t tingginya penawaran modal yang tercermin dalam tingginya inflaasi menyebabkan tingkat bunga semakin menurun.

Selama ini, Bank Indonesia selaku bank sentral menggunakan instrumen suku bunga SBI dalam mengendalikan inflasi di Indonesia, Menurut Baroroh dalam Hudaya (2011:28), hubungan antara suku bunga SBI dengan inflasi adalah kenaikan suku bunga SBI akan mendorong kenaikan suku bunga jangka pendek di pasar uang. Demikian juga halnya dengan suku bunga jangka panjang, produsen akan merespon kenaikan suku bunga di pasar uang dengan mengurangi investasinya, maka produksi dalam negeri (output) menurun sehingga tingkat inflasi domestik menurun.

Selanjutnya, suku bunga SBI periode t-2 secara parsial memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Kenaikan suku bunga SBI akan menurunkan inflasi. Penurunan inflasi ini disebabkan karena masyarakat lebih termotivasi menyimpan uangnya di bank baik dalam bentuk deposito maupun dalam bentuk tabungan karena mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Oleh karena itu peningkatan suku bunga SBI akan diikuti oleh berkurangnya jumlah uang beredar. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan dalam permintaan barang dan jasa yang disebabkan oleh keengganan masyarakat untuk membeli barang dan jasa tersebut karena menyimpan uang di bank lebih menguntungkan daripada membelanjakan uang tersebut. Selanjutnya, penurunan permintaan barang dan jasa akan memicu penurunan harga sehingga akan menurunkan inflasi

SIMPULAN

(14)

simultan bersama-sama mempengaruhi Inflasi. Secara parsial dengan menggunakan uji t dapat diketahui tingkat suku bunga yang berpengaruh signifikan terhadap IHSG yaitu tingkat suku bunga pada hari ke-t dan periode t-2. Sedangkan periode t-1 tidak berpengaruh terhadap inflasi.

Proporsi pengaruh tingkat suku bunga pada hari ke-t, t-1, t-2 dalam menjelaskan perubahan Inflasi adalah sebesar 58 %. Proporsi perubahan Inflasi yang dijelaskan oleh variabel lain dan tidak dimasukkan dalam model persamaan adalah sebesar 42 %. Variabel-variabel tersebut diantaranya adalah kurs dollar, obligasi dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

Boediono. 1998. Teori Pertumbuhan Ekonomi. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi. No.4. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta

(15)

Gujarati, 1995. Ekonometrika Dasar. Erlangga: Jakarta

Hudaya, Afaqa. 2011. Analisis Kurs, Jumlah Uang Beredar, dan Suku Bunga SBI terhadap Inflasi di Indonesia Periode 2001-2010. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Setiowati, Lilis. 2014. Analisis Hubungan Kausalitas Antara BI Rate Dengan Inflasi Di Indonesia Periode Juli 2006 - Juli 2013 Menggunakan Metode Granger Dan Final Prediction Error. Jurnal Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Adisetiawan. 2009. Hubungan Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, Dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis. Vol 13 No. 1 Juni 2009, hlm.23-33

Gambar

Tabel 2.  Rekapitulasi Hasil Perhitungan Regresi
Tabel 3: Rekapitulasi Hasil Uji Parsial

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Nofriadi Sandra: Analisis Pengaruh Selisih Tingkat Suku Bunga The Fed Dengan BI Rate Dan Jumlah Uang Beredar..., 2006... Nofriadi Sandra: Analisis Pengaruh Selisih Tingkat Suku

Tingkat penyesuaian pada perubahan Bi rate suku bunga pinjaman Bank Pemerintah Daerah lebih bisa menyesuaikan dengan suku bunga acuan dan memiliki

kondisi tingkat suku bunga cenderung mengalami peningkatan maka pendapatan bunga mengalami kenaikan lebih besar dibandingkan dengan kenaikan biaya bunga, sehingga

Pada tanggal 31 Desember 2016, apabila tingkat suku bunga atas pinjaman dengan tingkat suku bunga mengambang (floating) lebih tinggi atau lebih rendah 100 basis poin dengan

Berdasarkan penelitian terdahulu tersebut, peneliti ingin menguji lebih lanjut tentang Pengaruh Suku Bunga FED, Suku Bunga BI, Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia

Tabel 5.1.. Pada tahun 2013 tingkat suku bunga mengalami peningkatan.Pada tahun ini terjadi 4 kali peningkatan tingkat suku bunga. Kenaikan pertama terjadi pada

Sebaliknya, apabila tingkat suku bunga mengalami penurunan, maka terjadi penurunan pendapatan bunga lebih besar dibanding penurunan biaya bunga yang berarti risiko suku bunga

BI rate atau suku bunga Bank Indonesia merupakan tingkat suku bunga untuk satu tahun yang ditetapkan oleh bank indonesia sebagai patokan bagi suku bunga pinjaman maupun