ANALISIS JURNAL
“PERILAKU SUKU BUNGA PERBANKAN DI INDONESIA”
Ratu Nabila Saras Putri
Staff Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Jakarta
Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis(JPEB) vol. 4 no. 2 (2016) Oktober 2016
Oleh: Ratna Kurnia
Model BI rate untuk suku simpanan kelompok Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran serta Bank Umum terjadi Interest rate pass-through Terhadap suku bunga acuan (BI Rate). Interestrate pass-through pada suku bunga pinjaman dan simpanan kelompok perbankan rata rata menunjukkan hasil koefisien yang < 1 dengan kata lain perbankan tidak merespon kebijakan secara penuh. Melihat tingkat efisiensi suku bunga pinjaman antar kelompok bank menunjukkan hasil bahwa suku bunga pinjaman Bank Pemerintah Daerah memiliki tingkat efisiensi yang lebih rendah. Mengingat hal demikian bahwa Bank Pemerintah Daerah adalah bank pemerintah yang sangat membutuhkan tingkat efisiensi yang baik karena Bank Pemerintah Daerah sebagai jembatan antara pemerintah dan masyarakat serta sebagai pengelola dana untuk kegaiatan pembangunan di daerah. Kemudian suku bunga simpanan Bank Asing dan Campuran menunjukkan tingkat efisiensi tetapi bernilai negative.
Tingkat penyesuaian pada perubahan Bi rate suku bunga pinjaman Bank Pemerintah Daerah lebih bisa menyesuaikan dengan suku bunga acuan dan memiliki tingkat flexsibilitas yang baik, berbeda pada suku bunga simpanan pada semua kelompok bank menunjukkan tingkat persistensi yang sangat tinggi. Hasil statistic menunjukkan suku bunga pinjaman Bank Persero, Bank Pemerintah Daerah, Bank Swasta Nasional, Bank Asing dan Campuran, serta Bank Umum memilki perilaku simetris sedangkan untuk suku bunga simpanan padakelompok bank hanya Bank Pemerintah Daerah dan Bank Umum yang memiliki perilaku simetri. Berdasarkan Uji t-test untuk Interest rate pass-through suku bunga pinjaman menunjukkan hasil bahwa Interest rate pass-through untuk suku bunga pinjaman dan simpanan pada kelompok bank tidak sempurna. Ini menegaskan bahwa Interest rate pass-throughdalam perbankan Indonesia kurang responsive Dalam menyesuaikan perubahan suku bunga acuan BI rate.
Keterkatian dampak Perilaku Suku Bunga Perbankan di Indonesia dengan Masalah Ekonomi Makro
Ekonomi makro adalah suatu ilmu ekonomi yang mempelajari variabel-variabel ekonomi pada suatu Negara secara menyeluruh, variabel-variabel tersebut diantaranya seperti tingkat pendapatan nasional, jumlah uang yang beredar, kesempatan kerja, laju dari inflasi, pertumbuhan ekonomi nasional, investasi nasional dan lain-lain. Suku bunga merupakan tolak ukur dari kegiatan perekonomian suatu negara yang berimbas pada kegiatan perputaran arus keuangan perbankan, inflasi, investasi dan pergerakan currency disuatu negara.
Kita mengetahui bahwa dalam perekonomian tidak akan bisa secara otomatis mengatasi permasalahan pengangguran dan inflasi. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan tindakan dari pemerintah, yaitu dengan melalui berbagai macam kebijakan, berupa kebijakan moneter dan kebijakan fisikal. Kita telah mempelajari ekonomi makro dan dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan suku bunga perbankan yang berdada di Indonesia.
Ilmu ekonomi mempelajari variabel-variabel ekonomi pada suatu Negara secara menyeluruh, variabel tersebut diantaranya seperti tingkat pendapatan nasional, jumlah uang yang beredar, kesempatan kerja, laju dari inflasi, pertumbuhan ekonomi nasional, investasi nasional dan lain-lain.
Seperti pendahuluan analisis dari jurnal yang telah dibuat oleh Saudari Ratu Nabila Saras Putri mengenai Perilaku Suku Bunga Perbankan di Indonesia, beliau menjelaskan bahwa tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan itu Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI rate sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian inflasi.
proyek pembangunan macet atau terlantar, dan Kesadaran menabung masyarakat berkurang.
Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya dengan masalah krisis nilai tukar rupiah dan krisis perbankan yang selama ini terjadi. Hal tersebut terjadi karena harga barang-barang terus naik sebagai akibat dari dorongan permintaan yang tinggi. Tingginya laju inflasi tersebut jelas melebihi sasaran inflasi BI sehingga BI perlu melakukan pengetatan di bidang moneter. Pengetatan moneter tidak dapat dilakukan secara drastic dan berlebihan karena akan mengancam kelangsungan proses penyehatan perbankan dan program restrukturisasi perusahaan.
Jika di suatu Negara terjadi sebuah inflasi, harga pokok pasti akan ikut naik / mahal dibandingkan luar negeri. Hal itu mengakibatkan produk domestic akan lebih sulit untuk bersaing demgan produk produk impor. Akibatnya nilai ekspor akan lebih kecil daripada nilai impor sehingga neraca perdagangan mengalami defisit dan defisit ini dapat menghabiskan cadangan devisa Negara.
DAFTAR PUSAKA
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jpeb/article/view/742/646 Jurnal