• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Dan Perkembangan Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara (1982-2005)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Sejarah Dan Perkembangan Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara (1982-2005)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sejarah adalah suatu peristiwa masa lampau yang mengalami

perubahan, dimana peristiwa tersebut mempunyai hubungan dengan masa

sekarang dan untuk akan datang. Dalam hal ini manusia adalah sebagai pelaku

sejarah dan sekaligus perekonstruksi. Manusia adalah faktor yang sangat

dominan. Karena tanpa manusia, sejarah takkan pernah terungkap. Namun

manusia dalam merekonstruksikan peristiwa sejarah tersebut, selalu

dipegaruhi oleh pemikirannya, karena tanpa melalui proses pemikiran maka

peristiwa sejarah tersebut tidak akan diwariskan kepada generasi yang akan

datang.1 Museum sebagai lembaga yang tidak mencari keuntungan, diabdikan

untuk kepentingan masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum,

yang mengumpulkan, melestarikan, meneliti, mengkomunikasikan dan

memamerkan bukti-bukti bendawi manusia dan lingkunangannya untuk tujuan

studi, penelitian dan kesenangan.2

      

1 Louis Gottschalk, Understanding Of History, Mengerti Sejarah, (Terj.) Nugroho Notosusanto, UI Press, Jakarta. 1981, hlm. 2.

(2)

Secara etimologi, kata “museum” berasal dari bahasa Yunani kuno,

“museion”, yang artinya "kuil” untuk melakukan pemujaan terhadap 9 Dewi

Muze.3 Kesembilan dewi tersebut (Calliope, Clio, Erato, Euterpe, Thalia,

Melpomene, Polyhimnia, Terpsichor, dan Urama) merupakan putri-putri dari

Dewa Zeus dan Mnemosyne4 yaitu dewa tertinggi dalam pantheon5 Yunani

kuno. Mereka dipuja dalam suatu acara ritual untuk melengkapi pengabdian

masyarakat pada Zeus dalam mitologi klasik, Muse adalah dewi-dewi

literature (puisi), musik, tarian, dan semua yang berkaitan dengan keindahan,

pengetahuan, dan ilmu pengetahuan.

Museum berdasarkan definisi yang diberikan International Council of

Museums (ICOM)6, museum adalah sebuah lembaga (badan) yang tetap, tidak

mencari keuntungan, melayani masyarakat, perkembangan terbuka untuk

umum, yang memperoleh, merawat, meneliti, dan menyajikan, untuk

kepentingan studi (pendidikan), kesenagan, barang-barang atau benda

pembuktian material manusia dan lingkungannya.7

      

3 Muze merupakan kelompok Dewi Yunani yang melambangkan seni. 4 Mnemosyne Istri dari Dewa Zeus dalam Mitologi Yunani.

5 Pentheon adalah sebuah bangunan yang dikonstruksikan pada tahun 27 SM sebagai kuil berbentuk bulat di pusat kota Roma. Pembangunan kuil ini diselesaikan pada masa pemerintahan Kaisar Hadrian (118 SM-28 M) pada tahun 126 M. Hadrian membangun kuil ini untuk penyembahan terhadap dewa-dewa Romawi. Nama Pantheon berasal dari bahasa Yunani yang berarti Rumah Semua Dewa. Kuil ini digunakan sebagai gereja dari tahun 609 sampai 1885 dan kemudian menjadi gereja dan tempat pemakaman bagi pahlawan nasional Italia.

6 ICOM merupakan sebuah badan yang menaungi tentang permuseumuan di dunia dibawah organisasi UNESCO.

(3)

Di Eropa pengertian Museum telah dikenal sekitar abad VI-XII

Masehi, terutama dikalangan kaum bangsawan, ilmuwan, seniman dan

orang-orang terkemuka. Pada saat itu benda-benda yang dianggap memiliki

keunikan dan keanehan mereka pajang dalam sebuah lemari khusus yang

disebut “Cabinet Coriousty” atau lemari benda aneh. Selanjutnya benda-benda

tersebut diperlihatkan kepada rekan-rekannya, pendek kata hanya sebagai

prestise semata. Kendati begitu, kegiatan ilmiah yang melatar belakangi dan

kelak menjadi dasar pertumbuhan museum-museum besar di Eropa.

Kenyataan ini terjawab seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di

Eropa sekitar abad XVIII Masehi, dimana para ilmuwan selain

mengumpulkan dan memamerkan koleksi juga mulai melakukan penelitian

terhadap benda budaya tinggalan masa lalu, sehingga benda tersebut mampu

bercerita. Hal ini yang mendorong diperlakukannya sebuah bangunan khusus

untuk menghimpun atau menyimpan benda-benda tersebut yang selanjutnya

disebut museum dalam arti sesungguhnya.8

Pengertian museum dipertegas dengan peraturan pemerintah No. 19

tahun 1995 tentang pemeliharaan dan pemaanfaatan benda cagar budaya di

museum, sebagai berikut:

“Museum adalah sebuah lembaga tempat penyimpanan, perawatan

pengamanan dan pemanfaatan benda bukti materil hasil budaya manusia serta

      

(4)

alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian

kebudayaan bangsa”.9

Sebagai bangsa yang mempunyai warisan budaya yang sangat kaya

bangsa Indonesia sejak awal pernyataan kemerdekaannya telah mencanangkan

pentingnya pembinaan dan pengembangan kebudayaan. Hal ini diatur dalam

kekuatan hukum tertinggi Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan dua

hal yaitu pembinaan warisan budaya itu satu pihak dan mengembangkan atau

memanfaatkannya lain pihak. Kedua amanat yang sangat ideal tersebut dalam

prakteknya menjadi tanggungjawab lembaga permuseuman. Usaha untuk

meningkatkan pemahaman, penghayatan atau apresiasi warga masyarakat

terhadap nilai-nilai budaya kelompok etnis yang ada di museum dalam rangka

pembinaan nilai-nilai budaya bangsa dilakukan melalui berbagai wadah dan

lembaga pembinaan, diantaranya dengan mendirikan museum-museum

didaerah-daerah.

Dalam sejarahnya, museum mengalami perubahan dalam arti fungsi

museumnya. Dari fungsi awal sebagai gudang barang, tempat disimpan benda

warisan budaya yang bernilai luhur meluas fungsinya pada pemeliharaan,

pengawetan, penyajian atau pameran. Selanjutnya museum diperluas lagi

fungsinya sebagai pengetahuan pendidikan dalam rangka untuk kepentingan

      

(5)

umum. Namun demikian, walaupun terjadi perubahan dan perluasan fungsi

museum, hakekat pengertian museum tidaklah berubah. Ciri ilmiah dan

kesenian, serta bersenang-senang tetap menjiwai arti musuem sampai saat ini.

Berikut fungsi museum secara hanafiah, yaitu:

a. Media pewarisan nilai budaya

b. Sarana pendidikan

c. Pusat inspirasi

d. Pusat informasi

e. Media pengenalan budaya antar suku dan bangsa.10

Perkembangan suatu museum tidaklah terlepas dari tugas dan fungsi

pokok museum. Baik dari segi peranan museum. peranan museum dapat

dilihat dari segi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada setiap

pengunjung sangat perlu.11 Peranan museum dilihat dari segi pedidikan

tersebut memberikan suatu petunjuk tentang perkembangan secara umum

yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia. Gambaran perkembangan

museum dan permuseuman dapat dibuat iktisar singkatnya yaitu : 

a. Museum sebagai tempat kumpulan barang aneh.

      

10 Moh. Amir Sutaarga, Studi Museologi, Proyek Pembinaan Permuseuman, Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, 1990/1991, hlm. 63.

(6)

b. Museum pernah digunakan sebagai istilah kumpulan pengetahuan

dalam bentuk karya tulis pada zaman ensiklopedis.

c. Museum sebagai tempat koleksi realia bagi lembaga atau

perkumpulan ilmiah.

d. Museum dan istana setelah revolusi Prancis dibuka untuk umum

dalam rangka demokratisasi ilmu dan kesenian.

e. Museum menjadi urusan yang perlu ditangani pembinaan, pengarahan

dan pengembangannya oleh pemerintah sebagai sarana pelaksanaan

kebijakan politik di bidang kebudayaan.

Dalam mengoptimalkan alur perkembangan Museum Negeri Propinsi

Sumatera Utara, museum juga melakukan suatu pedoman kebijakan terhadap

pengelolaan museum. Kebijakan tersebut merupakan pengembangan

permuseuman Indonesia berpegang kepada rumusan International Council of

Museums (ICOM) mengenai fungsi museum yaitu:

a. Mengumpulkan dan pengamanan warisan alam dan budaya

b. Dokumentasi dan penelitian ilmiah

c. Konservasi dan preservasi

d. Penyebaran dan pemerataan ilmu untuk umum

e. Pengenalan dan penghayatan kesenian

f. Pengenalan kebudayaan antar daerah dan bangsa

(7)

h. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia

i. Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

Dari fungsi dan peparan perkembangan di atas menunjukan bahwa

warisan sejarah budaya dan warisan sejarah alam perlu dipelihara dan

diselamatkan dengan demikian dapat dibina nilai-nilai budaya nasional yang

dapat memperkuat kepribadian bangsa, mempertebal harga diri dan

kebanggaan nasional serta memperkokoh kesatuan nasional.12

Sejarah dan perkembangan museum adalah salah satu faktor penting

dalam memperkenalkan cagar budaya nasional khususnya di Sumatera Utara.

hal ini dapat dilihat melalui kunjungan kemuseum yang akan membawa

pengunjungnya kedalam dunia tiga dimensi, yaitu masa lalu, masa sekarang,

dan masa yang akan datang. Museum tempat penyimpanan bendawi yang

dijadikan sebagai suatu lembaga agar masyarakat tampak berbudaya demi

keberlangsungan budaya manusia dimasa yang akan datang.13

Warisan sejarah (benda kepurbakalaan) tersebut sangat berguna bagi

generasi sekarang maupun generasi yang akan datang sebagai identitas

generasi sebelumnya. Setiap generasi yang pernah hidup mempunyai identitas

      

12 Amir Sutaarga, Gambaran Perkembangan Museum dan Permuseuman, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Museum, 1997/1998, hlm. 2.

(8)

kebudayaan tersendiri yang dapat dibanggakan. Untuk melestarikan

benda-benda purbakala tersebut, Pemerintah Indonesia mendirikan sebuah museum,

untuk menjaga benda–benda purbakala jangan sampai hilang. Benda

purbakala tersebut nantinya akan menjadi media komunikasi antara generasi

sekarang dengan generasi sebelumnya.

Sebagai suatu lembaga, Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara

belum sepenuhnya dipahami oleh sebagian masyarakat. Pada umumnya

Museum diartikan hanya dengan tugasnya melestarikan warisan budaya yang

dipilih untuk menjadi wakil masa lalu dimasa kini dan benda yang telah

dipilih itu tentu tidak akan membiarkan rusak dan dijaga kelestariannya.14

Dari sisi ini dapat dideskripsikan perkembangan Museum Negeri Propinsi

Sumatera Utara menjadi hal yang penting dalam rangka pembinaan terhadap

tugas museum guna menunjang apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan

manusia agar tercipta rasa cinta warisan budaya bangsa.

Hubungan antara sejarah dan museum tidak bisa dipisahkan. Museum

sebagai tempat atau gedung yang digunakan sebagai tempat untuk pameran

tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan

sejarah, seni, dan ilmu tempat menyimpan barang kuno. Sejarah sebagai

pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar-benar

(9)

terjadi di masa lampau diabadikan dalam bentuk benda dan juga dokumentasi

yang ditempatkan dalam sebuah gedung yang disebut museum.

Penulis tertarik untuk meneliti tentang permuseuman di Indonesia

khususnya di daerah Sumatera Utara karena museum adalah jendela sejarah.

Dalam mengabadikan peninggalan-peninggalan kebudayaan tersebut,

Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara sebagai suatu lembaga yang

melestarikan cagar budaya lokal melakukan berbagai pelestarian terhadap

peninggalan cagar budaya. Uraian tersebut membuat penulis melakukan

menitikfokuskan penulisan terhadap sejarah dan perkembangan baik dari fisik

bangunan, koleksi, pengunjung, perawatan maupun pengelolaan museum.

Museum Negeri Propinsi Sumatera yang merupakan salah satu museum

terbesar di Sumatera Utara dirangkum dalam judul skripsi yaitu “Sejarah dan

Perkembangan Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara (1982–2005)”.

Rentang waktu yang penulis lakukan yaitu pada tahun 1982 karena museum

ini diresmikan tepatnya pada tanggal 19 April 1982 dan penulis membatasi

tahun 2005 karena akan melihat perkembangan pelestarian museum secara

(10)

1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan alasan mengapa penelitian diperlukan,

dan petunjuk untuk mengarahkan tujuan penelitian.15 Bagian dalam rumusan

masalah ini merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat

pernyataan-pernyataan yang akan dicari jawabannya oleh penulis. Melihat dari latas

belakang diatas maka penulis memberikan batasan-batasan kajian pokok

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana Sejarah berdirinya Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara ?

2. Bagaimana Struktural Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara

1982-2005?

3. Bagaimana perkembangan Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara

1982–2005?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian tentunya memiliki tujuan dan manfaat dari

penelitian yang dilakukannya. Tujuan penelitian ini untuk menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan. Dengan demikian penelitian ini

bertujuan sebagai berikut :

      

(11)

1. Menjelaskan sejarah berdirinya Museum Negeri Propinsi Sumatera

Utara.

2. Menjelaskan struktural Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara

(1982-2005).

3. Menjelaskan perkembangan Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara

(1982-2005).

Adapun manfaat penelitian ini :

1. Mengenal, menghayati dan menghargai warisan budaya dan selanjutnya

timbul kesadaran untuk mencintai dan melestarikan warisan budaya.

2. Memberikan gambaran dan penjelasan kepada pembaca tentang

perkembangan museum.

3. Mendukung perkembangan Ilmu Sejarah sehingga kedepannya menjadi

penggerak bagi penulis lainnya yang ingin menulis sejarah tentang

museum di Indonesia.

1.4Tinjauan Pustaka

Dalam penyelesaian penulisan Museum Negeri Propinsi Sumatera

Utara 1982-2005 ini, maka penulis menggunakan beberapa literatur yang

dapat mendukung penelitan ini. Tinjauan pustaka yang dilakukan bertujuan

(12)

penelitian. Agar pemaparan karya ini lebih objektif, maka selayaknya

menggunakan sumber-sumber yang berkaitan dengan topik yang dibahas baik

berupa buku-buku yang mendukung pemaparan secara teoritis maupun

paparan fakta-fakta. Penulis menggunakan beberapa buku panduan dasar

dalam penelitian ini, yaitu:

Buku pertama yang dipakai dalam referensi penelitian ini adalah buku

Bambang Sumadio, Permuseuman di Indonesia (1986). Buku ini menjelaskan

berbagai hasil pemikiran di bidang museum dan pengembangan di bidang

permuseuman secara garis besar sebagai landasan dan pedoman

pengembangan Museum Nasional, Museum Umum dan Museum Khusus di

Indonesia. Berbagai kebijakan permuseuman akan dijelaskan didalam buku ini

yang mencakup tentang kebijakan pengembangan Museum Nasional,

Museum Umum dan Museum Khusus dalam bidang-bidang koleksi, fisik,

ketenangan, sarana penunjang dan fungsionalisasi. selain itu didalam buku ini

juga secara singkat membahas tentang keadaan permuseuman di Indonesia

berbagai macam permasalahan-permasalahan umum permuseuman di

Indonesia. Buku ini sangat membantu penulis karena didalamnya juga

terdapat keterangan bagaimana mewujudkan fungsi museum secara optimal

sebagai sarana kultural edukatif, inspiratif dan rekreatif dalam rangka

menunjang usaha pemerintah dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan

(13)

Buku kedua yaitu karangan Bambang Subadio dalam buku “Bunga

Rampai Permuseuman” karya Bamabang Sumadio yang terbit pada tahun

1996. Buku ini berisi terdapat berbagai informasi tentang strategi dasar

kebijaksanaan direktorat permuseuman. Strategi ini menjadi pegangan dalam

pelaksanaan pembinaan teknis permuseuman secara menyeluruh, berdasarkan

tugas dan fungsi permuseuman, serta acuan-acuan kebijaksanaan umum

maupun kebijaksanaan dasar pembangunan kebudayaan dan pendidikan

nasional. Pegangan ini menjadi operasional dengan dilengkapi pedoman

pelaksanaan, petunjuk teknis, serta petunjuk pelaksanaan yang diperlukan.

Buku ini memberikan informasi tentang museum dan masa depan

museum, museum sebagai komunikator dan museum yang memikat

pengunjung. Museum yang memikat dalam Pidato P.H Pott16 menyatakan

dalam pengembangan daya pikat museum bagi pengunjung perlu diperhatikan

apa yang menjadi pengalaman masyarakat dalam kehidupan masa kininya.

Beliau mengatakan juga bahwa museum tidak lagi semata–mata menyajikan

benda-benda, bagaimanapun indahnya benda itu. Pengalaman ini diharap akan

mendorong yang bersangkutan untuk mengembangkan minat terhadap hal-hal

menjadi “mission” suatu museum.17

      

16 Guru Besar Museologi di Universitas Leiden, Belanda.

(14)

Moh. Amir Sutaarga dalam buku “Seminar pengelolaan dan

Pendayagunaan Museum di Indonesia” yang diterbitkan pada tahun 1977 oleh

Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum. Referensi ini merupakan

kumpulan dari hasil seminar tersebut yang berisi antara lain tulisan tentang

sistem permuseuman di Indonesia. Dari buku ini menjelaskan bahwa museum

terbagi menjadi tiga tipe museum yaitu museum umum, khusus dan

pendidikan. Buku ini menyebutkan bahwa sistem permuseuman di Indonesia

dewasa ini berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 45 Tahun

1974 serta keputusan surat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

no.079/0/Tahun 1975, dengan adanya Direktorat Museum, maka terdapat dua

unsur: Pembina dan unsur objek pembinaan.

Moh. Amir Sutarga dalam buku “Studi Museologia”, 1990. Buku ini

berisi tentang museum sebagai alat komunikasi antar budaya. Pengarang

menuliskan hubungan museum dan koleksi merupakan suatu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan. Dalam buku ini juga dipaparkan bahwa museum

berkomunikasi dengan cara menggunakan pameran tetapi untuk

mempermudah mengkomunikasikan benda–benda koleksi dengan pengunjung

maka diberi label atau kartu penjelasan. Dari buku ini penulis mengetahui

tentang peranan museum dalam dunia pendidikan, topik mengenai museum

dalam pendidikan sangat actual karena kedua komponen sosial budaya

(15)

Museum juga disebutkan sebagai suatu lembaga pendidikan non–formal

dalam mendidik masyarakat luas mengembangkan pengetahuan dirinya.

Buku seantujutnya yang penulis gunakan yaitu skripsi Anggiat Sinaga

(2007) sebagai tinjauan pustaka. Dalam skripsinya beliau yaitu “Peranan

Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara (1954–1985)”. Dalam penjelasan

Skripsi Anggiat Sinaga tersebut, dijelaskan bahwa Museum Negeri Propinsi

Sumatera Utara adalah suatu lembaga yang berperan untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat baik dibidang rekreasi, konservasi, benteng budaya

bangsa, sarana pendidikan, pusat informasi yang berfokus pada

manfaat/peranan Museum Negeri Propinsi Sumatera Utara (1954-1985).

Bergerak dari tulisan skripsi tersebut penulis memiliki informasi untuk

memilih topik penulisan skripsi dibidang sejarah dan perkembangan museum,

dengan judul skripsi Sejarah dan Perkembangan Museum Negeri Propinsi

Sumatera Utara (1982-2005). Dalam penulisan skripsi ini, penulis

menitikfokuskan pada perkembangan Museum Negeri Propinsi Sumatera

Utara.

1.5Metode Penelitian

Untuk menghasilkan suatu tulisan sejarah maka penulis memerlukan

metode atau teknik pengumpulan data sampai ke tahap penulisan. Oleh karena

(16)

interpretasi, dan historiografi.18 Tahap yang dilakukan dalam melakukan

penelitian sejarah antara lain:

Heuristik merupakan tahap awal yang dilakukan penulis untuk

mencari sumber yang relevan terhadap penelitian yang dilakukan. Dalam

tahap heuristik sumber data penulis dapatkan melalui dua cara, yaitu studi

lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research). Data hasil

studi lapangan penulis peroleh melalui wawancara dengan berbagai informan

yang terkait dengan penelitian. Dalam penelitian lapangan, penulis

menggunakan metode wawancara yang terstruktur dan terbuka.19

Langkah kedua ialah melakukan kritiksumber (verifikasi). tahap ini

sumber-sumber relevan yang diperoleh diverifikasi kembali untuk mengetahui

keabsahannya.20 Penulis dalam melakukan filterisasi fakta atau menyeleksi

sumber-sumber melalui pendekatan intern dan ekstern. Dalam pendekatan

intern yang menelaah dan memverifikasikan kebenaran isi atau fakta sumber

baik yang bersifat tulisan (buku, artikel, laporan dan arsip) maupun lisan

(wawancara). Kritik ekstern yang dilakukan dengan cara memverifikasi untuk

menentukan keaslian sumber (otentisitas) baik sumber tulisan maupun lisan.

Hal ini dilaksanakan agar penulis dapat menghasilkan suatu tulisan yang

      

18 Louis Gooschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI Press, 1992) hlm. 79.

19 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logus Wacana Ilmu, 1999, hlm. 56.

(17)

benar-benar objektif yang tentunya dari data-data yang terjaga

keobjektifannya. Jadi dengan penulisan sejarah itu akan dapat ditentukan

mutu penelitian dan penulisan sejarah itu sendiri.21

Tahapan ketiga adalah intepretasi yang merupakan tahap untuk

menafsirkan fakta lalu membandingkannya untuk diceritakan kembali. Pada

tahapan ini subjektivitas penulis harus dihilangkan paling tidak dikurangi agar

analisis menjadi lebih akurat. Sehingga fakta sejarah yang didapat bersifat

objektif.

Tahapan terakhir yaitu heurustik merupakan kegiatan terakhir dari

penelitian sejarah adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara

kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah.

Kedua sifat uraian itu harus benar-benar tampak, karena kedua hal itu

merupakan bagian dari ciri karya sejarah ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai

ilmuMetode yang dipakai dalam penulisan ini adalah deskripsi-analitis

pemaparan rangkaian peristiwa.

      

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Beberapa motivasi yang mendasari para manajer melakukan motivasi entrenchment / berkubu menurut Brochet dan Gildao 2004 (dikutip oleh Suranta & Merditusti 2004)

Sidi Mantra gave Manik Algkeran the bell to call the dragon.. Sidi I\4antra killeci the dragon and stole

Branding plays the most important variable that has the strongest correlation to the consumer trust in skin care advertising, follow by third party certification, then

Pada kecepatan potong yang rendah, oksigen dalam udara pada celah – celah diantara pahat dengan geram atau benda kerja mempunyai.. kesempatan / peluang untuk bereaksi

The instrument adopted was entrepreneurial intention questionnaire in a series of research works that conducted in different countries and different cultures that produce the

I-ong time ago, there was only the sun that brightened tl. It did not set and there was no night. the Creator olthe universe came to visit. FIe saw men working

Therefore, the study expected to examine the relationship between employees’ psychological empowerment and job satisfaction by using transformational leadership as