• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Aus Pahat pada pembubutan Baja Aisi 4340 Menggunakan Pahat Karbida PVD Berlapis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Aus Pahat pada pembubutan Baja Aisi 4340 Menggunakan Pahat Karbida PVD Berlapis"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Pembubutan

Pembubutan (turning) adalah proses permesinan yang menghasilkan bagian-bagian mesin berbentuk silinder yang dikerjakan dengan mengunakan

mesin bubut (lathe). Prinsip dasarnya dapat didefinisikan sebagai proses permesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata dengan benda kerja

yang berputar, dengan satu mata pahat bermata potong tunggal (single-point cutting tool), dan dengan gerakan-gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja.

Untuk setiap proses yang ditinjau akan diperkenalkan dua sudut pahat

yang penting yaitu sudut potong utama (principal cutting edge) dan sudut geram (rake angle). Kedua sudut tersebut berpengaruh antara lain pada penampang

geram, gaya pemotongan, serta umur pahat. Dengean memperhatikan kedua sudut

ini pada setiap proses permesinan yang ditinjau dapatlah disimpulkan bahwa

sesungguhnya semua proses permesinan adalah serupa.

Proses bubut merupakan proses yang paling penting dan sangat sering

dilakukan dalam industri manufaktur komponen mesin. Hal ini didasari oleh

beberapa faktor, yaitu:

1. Kebanyakan dari bagian konstruksi mesin (poros) dan perkakas (bor)

2. Perkakas mesin bubut relative sederhana dan murah

3. Proses pembubutan dengan daya sayat yang baik dan mudah dicapai

Untuk mesin bubut Pahat dipasang pada dudukan pahat dan kedalaman

potong (a) diatur dengan mengeser peluncur silang melalui roda pemutar

menunjukan selisih harga diameter, dengan demikian kedalaman gerak translasi

bersama-sama dengan kereta dan gerak makannya diatur dengan lengan pengatur

(2)

Elemen dasar permesinan bubut dapat dihitung dengan rumus-rumus berikut :

1. Kecepatan potong

� = � . . min ...………(2.1)

Dimana:

n = putaran poros utama benda kerja (rpm)

d = diameter rata- rata, yaitu:

= �+ �= ...(2.2)

Dimana:

d0 = diameter awal benda kerja (mm)

dm = diameter akhir benda kerja (mm)

2. Kecepatan makan

�� = � . ( ⁄ )...(2.3)

Dimana:

f = gerak makan (mm/rev)

n = putaran poros benda kerja (rpm)

3. Waktu pemotongan

� = �

⁄ (min)...(2.4)

Dimana:

lt = panjang permesinan (mm)

vf = kecepatan pemakanan (mm/min)

(3)

= − ...(2.5)

5. Material Removal Rate

�� = �. . � / � ...(2.6) Dimana:

f = kecepatan makan (mm/min)

a = kedalaman potong (mm)

v = keceatan potong (m/min)

2.2Pembubutan Keras

Pembubutan keras dilakukan pada material dengan kekerasan diantara 45

sampai 68 Rockwell menggunakan variasi mata potong yang solid, seperti CBN

(carbon boron nitride). Walaupun gerinda dikenal dengan memproduksi benda kerja dengan permukaan yang baik pada laju pemakanan yang tinggi, pembubutan

dapat memproduksi sama baiknya atau lebih baik permukaan akhir pada MRR

(material removal rates) yang signifikan tinggi.

Pembubutan keras adalah keadaaan dimana permesinan dengan kecepatan

tinggi dengan kecepatan permukaan pada umumnya sekitar 250 m/min, terkadang

bahkan lebih dari ini. Jadi kemampuan alat mesin harus mencakup kekakuan alat

permesinan, kecepatan potong yang tinggi, permukaan yang tetap untuk

membentuk permukaan ahir yang baik dan akurasi yang tinggi dengan permintaan

permukaan akhir. Pembubutan keras kebanyakan dilakukan tanpa cairan

pendingin sementara banyak dari peneliti merasa bahwa cairan pendingin dapat

digunakan dalam pembubutan kering untuk meminimalisir ketebalan lapisan

putih.[1]

Keuntungan dari permesinan keras dibandingkan proses gerinda adalah

pengurangan harga yang cukup besar dari proses manufaktur, mengurangi dari

waktu proses permesinan; meningkatkan kekasaran permukaan akhir termesin dan

lebih ramah lingkungan yag disebabkan oleh tidak dipakainya cairan pendingin

yang berbahaya. Permesinan keras mengeliminasi proses dan waktu permesinan

(4)

2.3Pembubutan Kering

Pada saat ini pemotongan logam dan industri tidak ramah lingkungan.

Lebih buruknya, tempat kerja tidak aman dan sehat untuk industri seperti ini.

Yang ada sekarang dalam dunia manufaktur mengdindikasikan bahwa kondisi ini

tidak dapat diterima di masa depan dan usaha yang dapat dipertimbangkan adalah

hal – hal yang perlu dilakukan untuk menyempurnakan peraturan lingkungan. Permesinan hijau semakin terkenal mengacu kepada kebersihan, keselamatan

perkerja, biaya dan kualitas benda kerja yang dihasilkan.[6]

Untuk pembubutan baja yang dikeraskan, pembubutan kering sangat

direkomendasikan dengan permukaan alat dilapisi dengan kekerasan yang tinggi.

Suhu pemotongan yang tinggi pada pembubutan kering dari baja yang dikeraskan

akan melunakkan benda kerja yang membuat produksi geram yang lebih baik,

pemotongan yang stabil, dan permukaan akhir benda kerja yang baik. Permesinan

tanpa cairan pemotong atau permesinan kering sangat diperlukan sekali untuk

bersih, aman, dan biaya yang efektif dengan kualitas produk yang tinggi.

Permesinan kering atau permesinan hijau dapat diterima ketika permesinan

tersebut dapat menjamin bahwa kualitas bahan dan waktu produksi setara dengan

permesinan basah atau dapat ditingkatkan.[2]

Penggunaan cairan pendingin untuk meingkatkan umur pahat adalah suatu

pokok persoalan dengan pandangan yang cukup beragam. Terdapat perbedaan,

ada yang menemukan bahwa cairan pendingin menaikkan umur pahat dalam

permesinan. Kerapuhan yang melekat pada karbida membuat pahat tersebut rentan

untuk kerusakan yang berat oleh retak jika beban panas tiba – tiba diberikan kepada pahat. Konig dan Klinger juga mengklaim bahwa performa pahat karbida

lebih baik jika dilakukan dalam kondisi pemotongan kering.[9]

2.4Keausan pahat

Selama proses pembentukan geram berlangsung pahat dapat mengalami

kegagalan dari fungsinya yang normal karena berbagai sebab antara lain:

1. Keausan yang secara bertahap membesar (tumbuh) pada bidang aktif

(5)

2. Retak yang menjalar sehingga menimbulkan patahan pada mata

potong pahat

3. Deformasi plastik yang akan mengubah bentuk dan geometri pahat

Jenis kerusakan yang terakhir diatas jelas disebabkan tekanan temperature

yang tinggi pada bidang aktif pahat dimana kekerasan dan kekuatan material pahat

akan turun bersama dengan naiknya temperatur. Keretakan dan terutama keausan

disebabkan oleh berbagai faktor, oleh sebab itu akan dibahas secara terpisah.

Keausan dapat terjadi dapat terjadi pada bidang geram ( ) dan/atau pada

bidang utama ( ) pahat. Karena bentuk dan letaknya yang spesifik, keausan pada

bidang geram disebut dengan keausan kawah (crater wear) dan keausan pada bidang utama/ mayor dinamakan sebagaikeausan tepi (flank wear).

Berdasarkan hasil-hasil penelitian mengenai keausan pahat dapat

disimpulkan bahwa penyebab keausan dan kerusakan pahat dapat merupakan

suatu faktor yang dominan atau gabungan dari beberapa factor yang tertentu.

Faktor-faktor penyebab tersebut antara lain :

a. Proses Abrasif

Permukaan dapat rusak / aus karena adanya partikel yang keras pada

benda kerja yang menggesek bersama – sama dengan aliran material benda kerja pada bidang geram dan bidang utama pahat. Partikel – partikel keras dalam struktur besi tuang yang berupa karbida, oksida

ataupun nitride (juga dalam struktur baja paduan Ni) akan mampu

merusakkan permukaan pahat HSS yang sebagian besar strukturnya

terdiri atas martesit atau pahat karbida dengan persentase pengikat

cobalt yang cukup besar. Proses abrasif merupakan faktor dominan

sebagai penyebab keausan pada pahat HSS dengan kecepatan potong

yang relative rendah (sekitar 10 sampai 20 m/min). Bagi pahat karbida

pengaruh proses abrasif ini tidak begitu mencolok karena sebagian

(6)

Untuk pemotongan material benda kerja yang sangat abrasif (misalnya

chilled iron rolls), diperlukan jenis pahat karbida dengan persentase pengikat Co yang rendah dengan besar butir karbida yang halus.

b. Proses Kimiawi

Dua permukaan yang saling bergesekan dengan tekanan yang cukup

besar beserta lingkungan kimiawi yang aktif (udara maupun cairan

pendingin dengan kondisi tertentu) dapat meyebabkan interaksi antar

material pahat denga benda kerja. Permukaan benda kerja yang baru

saja terbentuk (permukaan geram dan permukaan benda kerja yang

telah terpotong) sangat kimiawi aktif sehingga mudah bereaksi kembali

dan menempel pada permukaan pahat.

Pada kecepatan potong yang rendah, oksigen dalam udara pada celah – celah diantara pahat dengan geram atau benda kerja mempunyai

kesempatan / peluang untuk bereaksi dengan material benda kerja

sehingga akan mengurangi derajat penyatuan (afinitas) dengan

permukaan pahat. Akibatnya daerah kontak dimana pergeseran antara

metal dengan metal (pahat dengan geram / benda kerja) akan lebih luas

sehingga proses keausan karena gesekan akan terjadi lebih cepat. Pada

kecepatan potong yang rendah, temperatur pemotongan masih cukup

tinggi untuk mengubah air atau cairan pendingin / pelumas menjadi uap

yang dapat berfungsi sebagai oksigen sebagaimana yang dibahas diatas.

Dengan demikian, pelumas amat diperlukan untuk mengurangi kontak

antara metal dengan metal (boundary lubrication), seperti halnya yang dilakukan dalam praktek untuk proses penggurdian (kecepatan potong

didekat sumbu gurdi amat rendah) atau proses gear hobbing (waktu

pemotongan untuk setiap gigi pahat hob sangat singkat).

c. Proses Adhesi

Pada tekanan dan temperature yang relatif tinggi, permukaan metal

yang baru saja terbentuk akan menempel (bersatu seolah - olah dilas)

dengamn permukaan metal yang lain. Proses adhesi tersebut terjadi di

(7)

Dengan demikian permukaan bidang geram dan bidang utama di dekat

mata potong tidak pernah mengalami gesekan langsung dengan aliran

material benda kerja (geram). Kontak hanya mungkin terjadi pada

daerah di sebelah belakang daerah penempelan tersebut. Karena pada

semua keadaan / kondisi pemotongan, proses adhesi didaerah dekat

mata potong hampir selalu terjadi, maka pada daerah tersebut dapat

dinamakan sebagai daerah aliran (flow zone). Hal ini dapat diumpamakan sebagai aliran fluida yang mempunyai kecepatan aliran

nol pada batas pemisah (dinding pipa).

Bentuk dan distribusi kecepatan aliran metal tergantung pada jenis

material benda kerja dan kondisi pemotongan sebagai contoh:

• Benda kerja nickel (dan paduannya) dengan pahat karbida

(cemented carbide) mempunyai afinitas yang besar sehingga geram akan menempel dengan kuat, sebaliknya benda kerja

mangnesium mempunyai afinitas yang lemah terhadap pahat

HSS.

• Pada kecepatan potong rendah aliran metal (lapisan tipis diatas daerah penempelan) akan kurang teratur (irregular), sedangkan pada kecepatan potong yang tinggi aliran metal tersebut lebih

teratur (seperti halnya aliran laminar daris suatu fluida didekat

batas pemisah).

Karena aliran metal yang kurang teratur pada kecepatan potong yang

rendah dan bila daya adhesi atau afinitas antar material benda kerja dan

material pahat cukup kuat maka akan terjadi proses penumpukan

lapisan material benda kerja pada bidang geram didaerah dekat mata

potong. Penumpukan lapisan material tersebut dalam proses permesinan

terkenal dengan nama BUE (Built Up Edge) yang mengubah geometri pahat (sudut geram ỳo) karena berfungsi sebagai mata potong yang baru

dari pahat yang bersangkutan. BUE merupakan struktur yang dinamik,

sebab selama proses pemotongan pada kecepatan potong rendah

(8)

BUE akan tumbuh dan pada suatu saat lapisan atas atau seluruh BUE

akan tergeser / terkelupas dan berulang dengan proses penumpukan

lapisan metal yang baru. Karena telah mengalami regangan yang tinggi,

BUE dalam proses pemotongan baja akan menjadi sangat keras (strain hardenend) dengan kekerasan antara 600 sampai 700 HV, dengan struktur perlit yang patah dan tersebar. Jikalau kecepatan potong

dinaikkan maka temperatur.

d. Proses Difusi

Pada daerah dimana terjadi pelekatan (adhesi) antara material benda

kerja dengan pahat di bawah tekanan dan temperatur yang tinggi serta

adanya aliran metal (geram dan permukaan potong relatif terhadap

pahat) akan menyebabkan timbulnya proses difusi tergantung pada

beberapa faktor, antara lain:

• Daya larut (solubility) dari berbagai fasa dalam struktur pahat terhadap material benda kerja

• Temperatur

• Kecepatan aliran metal yang melarutkan

Untuk pahat HSS, atom besi dan karbon terdifusi sehingga butir

karbidanya akan kehilangan pegangan dan terkelupas terbawa oleh

geseran metal benda kerja yang melekat karena adanya tegangan geser

yang tinggi. Pada pahat karbida (cemented carbide) cobalt sebagai pengikat butiran karbida akan terdifusi, akan tetapi butiran karbida tidak

mudah terkelupas. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, pertama karena

ikatan antara butiran karbida cukup kompak (80% volumenya terdiri

atas butiran karbida) dan kedua karena atom besi dari benda kerja akan

terdifusi ke dalam struktur pahat sehingga menggantikan cobalt sebagai

pengikat. Atom karbon dalam karbida sendiri tidak mudah terdifusi,

karena ikatan karbon dalam karbida sangat kuat dan stabil. Apabila

temperatur dan kecepatan aliran metal yang melarutkan makin tinggi,

(9)

e. Proses Oksidasi

Pada kecepatan potong yang tinggi (temperatur yang tinggi) ketahanan

karbida atas proses oksidasi akan menurun.

Karbida dapat teroksidasi apabila temperaturnya cukup tinggi dan tidak

ada perlindungan terhadap serangan oksigen dalam atmosfir. Akibatnya

struktur material pahat akan lemah dan tidak tahan akan deformasi yang

disebabkan oleh gaya pemotongan. Cairan pendingin dalam batas – batas tertentu mampu mencegah terjadinya oksidasi.

f. Proses Deformasi Plastik

Kekuatan pahat untuk menahan tegangan tekan (compressive stress) merupakan sifat material pahat yang diperngaruhi oleh temperature. Hal

inilah yang merupakan faktor utama yang membatasi kecepatan

penghasilan geram bagi suatu jenis pahat. Penampang geram harus

direncanakan supaya tekanan yang diderita ujung / pojok pahat tidak

melebihi batas kekuatan pahat untuk menghindari terjadinya proses

deformasi plastik. Pahat HSS jauh lebih lemah dibandingkan dengan

pahat karbida, sehingga kekerasan benda kerja yang dapat dipotong

dengan HSS umumnya tidak lebih dari 350 HV (mungkin juga sampai

450 HV asalkan kecepatan potong dan penampang geram diperkecil).

Pojok pahat harus diberi radius yang disesuaikan dengan besarnya

penampang geram, sebab deformasi akibat tegangan akan dimulai pada

pojok pahat.

g. Proses Keretakan dan Kelelahan

Umur pahat mungkin sangat singkat karena diakibatkan oleh patahnya

pojok pahat sebelum timbul tanda terjadinya keausan. Hal ini umumnya

terjadi bila pojok pahat menderita beban kejut (impact load) seperti halnya yang sering terjadi pada proses permulaan pemotongan dengan

gerak makan atau kedalaman potong yang besar. Untuk itu perlu dipilih

pahat dari jenis yang lebih ulet (ductile, misalnya pahat karbida dengan presentasi Co yang besar atau dipilih pahat HSS) atau digunakan

geometri yang cocok (sudut penanmpang dan atau sudut miring yang

(10)

Retak yang sangat lembut (micro crack, retak rambut) dapat terjadi

pada mata potong atau pojok pahat.

Retak tersebut makin lama makin besar (menjalar) sampai akhirnya

terjadi konsentrasi tegangan (stress concentration) yang besar sehingga pahat akan patah. Gejala ini sering disebut sebagai kelelahan (fatique). Kelelahan dapat dianggap sebagai kelelahan mekanik atau kelelahan

termik ataupun gabungan dari kedua hal tersebut. Kelelahan mekanik

disebabkan oleh beban yang berfluktuasi misalnya dalam proses freis

atau proses bubut dengan permukaan benda kerja yang tidak rata (hasil

tuang atau tempa).

Kelajuan Aus pahat yang terjadi pada mata pahat dapat dihitung dengan

symbol � ̇ dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

� ̇ = ��

� (mm/sec)...(2.7)

Dimana:

� ̇ = kelajuan aus pahat (mm/sec)

� = aus pahat (mm)

� = waktu pemotongan (sec)

2.5Umur pakai pahat

Semakin besar keausan/kerusakan yang diderita pahat maka kondisi pahat

akan semakin kritis. Jikalau pahat tersebut masih tetap digunakan maka

pertumbuhan keausan akan semakin cepat dan pada suatu saat ujung pahat akan

sama sekali rusak.

Kerusakan fatal seperti ini tidak boleh terjadi sebab gaya pemotongan akan

sangat tinggi sehingga dapat merusak seluruh pahat, mesin perkakas dan benda

kerja , serta dapat membahayakan operator yang menjalankan mesin tersebut.

Oleh sebab itu, untuk menghindari hal tersebut ditetapkan suatu batas harga

keausan (dimensi dari keausan tepi dan keausan kawah) yang dianggap sebagai

(11)

Pengukuran dimensi keausan secara langsung memerlukan

penghentian/interupsi, proses permesinan, pengambilan pahat, pengukuran

keausan dengan mikroskop dan pemasangan kembali. Dalam praktek hal ini tidak

selalu mudah untuk dilakukan, terutama dalam proses produksi yang

sesungguhnya dimana gangguan atas kelancaran proses produksi tidaklah

diizinkan.

Keausan pahat akan menimbulkan efek samping yaitu:

1. Kenaikan gaya potong

2. Getaran/chatter

3. Penurunan kehalusan permukaan

4. Perubahan dimensi/geometri produk

Kenaikan gaya potong (atau momen punter) dapat dilakukan bila mesin

perkakas dilengkapi dengan dynamometer. Karenakan kenaikan gaya akan

mengakibatkan kenaikan daya maka Wattmeter atau mungkin juga Amperemeter

(bila ada pada mesin perkakas) dapat digunakan untuk mengetahui pada saat

penggantian pahat. Getaran atau chatter, yang dapat diketahui dari kebisingan

yang ditmbulkan, dapat pula digunakan sebagai tanda bahwa pahat harus diganti

Dengan menentukan kriteria saat habisnya umur pahat seperti diatas maka umur

pahat dapat ditentukan yaitu mulai dengan pahat baru (setelah diasah) sampai

pahat yang bersangkutan dianggap tidak bisa digunakan lagi.

Dimensi dari umur dapat merupakan besaran waktu (menit), yang dapat

dihitung secara langsung dengan mengorelasikan terhadap besaran lain. Hal

tersebut dimaksudkan untuk mempermudah prosedur penghitungan sesuai dengan

jenis pekerjaan yang dilakukan, sebagai contoh dimensi umur pahat ditentukan

oleh :

1. � = waktu total pemotongan sesungguhnya (min)

2. " = jumlah total geram yang dihasilkan ( )

3. = panjang total permesinan (mm)

(12)

2.6Material Pahat

Proses pembentukan geram dengan cara permesinan berlangsung dengan

cara mempertemukan dua jenis material, untuk menjamin kelangsungan proses ini

maka jelas diperlukan material pahat yang lebih unggul daripada material benda

kerja. Keunggulan tersebut dapat dicapai karena pahat dibuat memperhatikan

berbagai segi yaitu :

1. Kekerasan yang cukup tinggi melebihi kekerasan benda kerja tidak

saja pada temperature ruang melainkan juga pada temperature tinggi

pada saat proses pembentukan geram berlangsung.

2. Keuletan yang cukup besar untuk menahan beban kejut yang terjadi

sewaktu permesinan dengan interupsi maupun sewaktu pemotongan

benda kerja yang mengandung partikel/bagian yang keras (hard spot). 3. Ketahanan beban kejut termal diperlukan bila terjadi perubahan

temperature yang cukup besar secara berkala/periodik.

4. Sifat adhesi yang rendah untuk mengurangi afinitas benda kerja

terhadap pahat, mengurangi laju keausan, serta penurunan gaya

pemotongan.

5. Daya larut elemen/komponen material pahat yang rendah dibutuhkan

demi untuk memperkecil laju keausan akibat mekanisme difusi.

Secara berurutan, material-material tersebut akan diurutkan dari yang

paling “lunak” tetapi “ulet” sampai yang paling “keras” tetapi “getas” yaitu :

1. Baja karbon (High Carbon Steels; Carbon Tool Steels; CTS)

Baja dengan kandungan karbon relative tinggi (0,7%-1,4% C)

tanpa unsur lain dengan persentase unsur lain yang rendah (0,2% Mn,

W, Cr) mampu mempunyai kekerasan permukaan yang cukup tinggi.

2. HSS (High Speed Steels; Tool Steels)

Pada tahun 1898 ditemukan jenis baja paduan tinggi dengan unsur

paduan krom (Cr) dan tungsten/wolfram (W), melalui proses

(13)

Pada kondisi lunak (annealed) bahan tersebut dapat diperoses secara permesinan menjadi berbagai bentuk pahat potong. Setelah

proses laku panas dilaksanakan, kekerasannya akan cukup tinggi

sehingga dapat digunakan pada kecepatan potong yang tinggi (sampai

3 kali kecepatan potong pahat CTS yang dikenal pada saat itu sekitar

10 m/menit, sehingga dinamakan dengan “baja kecepatan tinggi” ;

HSS, (High Speed Steel)

3. Paduan Cor Non Ferro (Cast Nonferous Alloys; Cast Carbides)

Sifat-sifat paduan cor non ferro adalah diantara HSS dan Karbida

(Cemented Carbide) dan digunakan dalam hal khusus diantara pilihan dimana karbida terlalu rapuh dan HSS mempunyai hot hardness dan

wear resistance yang terlalu rendah. Jenis material ini dibentuk secara

tuang menjadi bentuk-bentuk yang tidak terlampau sulit misalnya tool

bit (sisipan) yang kemudian diasah menurut geometri yang dibutuhkan

4. Karbida (Cemented Carbides; Hardmetals)

Jenis karbida yang “disemen” (cemented carbides) ditemukan pada tahun 1923 (KRUPP WIDIA) merupakan bahan pahat yang

dibuat dengan cara menyinter (sintering) serbuk karbida (Nitrida,

Oksida) dengan bahan pengikat yang umumnya dari cobalt (Co),

dengan carburizing masing-masing bahan dasar (serbuk) Tungsten (Wolfram,W) Titanium (Ti), Tantalum (Ta) dibuat menjadi karbida

yang kemudian digiling (Ball Mill) dan disaring. Salah satu atau

campuran serbuk karbida tersebut dicampur dengan bahan pengikat

(Co) dan dicetak tekan dengan memakai bahan pelumas (lilin).

Setelah itu dilakukan presintering (1000℃ pemanasan mula untuk

menguapkan bahan pelumas) dan kemudian sintering (1600℃)

sehingga bentuk keeping (sisipan) sebagai hasil proses cetak tekan (Cold, atau HIP) akan menyusut menjadi sekitar 80% dari volume

semula. Hot hardness karbida yang disemen (diikat) ini akan menurun bila terjadi pelunakan elemen pengikat. Semakin besar persentase

pengikat Co maka kekerasannya menurun dan sebaliknya keuletannya

(14)

Modulus elastisitasnya sangat tinggi demikian pula berat jenisnya

(density, sekitar 2 kali baja). Koefisien muainya setengah daripada baja dan konduktivitas panas HSS. Ada 3 jenis utama pahat karbida sisipan,

yaitu :

1. Karbida tungsten (WC+Co) yang merupakan jenis pahat

karbida untuk memotong besi tuang (cast iron cutting grade).

Karbida tungsten (WC+Co)

Merupakan jenis yang paling sederhana dimana hanya terdiri

dari dua elemen yaitu karbida tungsten (WC) dan pengikat

colbat (Co), jenis yang cocok untuk permesinan dimana

mekanisme keausan pahat terutama disebabkan oleh proses

abrasi seperti pada permesinan bebagai jenis besi tuang.

Apabila digunakan pada benda kerja baja (geram kontinu) akan

terjadi keausan yang berlebihan.

2. Karbida tuang paduan (TiC+Co; TaC-TiC+Co;

WC-TaC+Co; WC-TiC-TiN+Co; TiC+Ni, Mo)

Karbida WC-TiC-Co

Pengaruh dari TiC adalah mengurangi tendensi dari geram

untuk melekat pada muka pahat (BUE, Built Up Edge) serta menaikan daya tahan terhadap keausan kawah. Hot hardness

dinaikkan, sebaliknya tranverse repture strength, compressive strength dan impact strength menurun dengan penambahan TiC. Dengan memperhalus butir WC dan mengurangi pengikat

Co dapat memperbaiki transverse rapture strength sampai sekitar 30%.

Karbida WC-TaC-TiC+Co

Penambahan TaC memperbaiki efek samping TiC yang

menurunkan transverse rupture strength. Hot hardeness dan

(15)

Karbida WC-TaC+Co

Pengaruh TaC adalah hamper serupa dengan pengaruh TiC,

akan tetapi TaC lebih lunak dibandingkan dengan TiC. Jenis

ini lebih tahan terhadap thermal shock sehingga cocok untuk penggunaan khusus seperti pembuatan alur dalam pada mana

penggunaan cairan pendingin (cutting fluid) sulit dilakukan sedangkan panas akibat pemotongan relatif besar.

3. Keramik (Ceramics)

Keramik menurut definisi sempit adalah material paduan

metalik dan non metalik, sedangkan menurut definisi yang luas

berarti semua material kecuali metal dan material organic.

Keramik dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu, keramik

tradisional dan keramik industri.

4. CBN (Cubic Boron Nitrides)

CBN termasuk dalam jenis keramik, diperkenalkan oleh GE

(USA, 1957, Borazon). Dibuat dengan penekanan panas (HIP,

60 kbar, 1500℃) sehingga serbut graphit putih nitride boron

dengan struktur atom heksagonal berubah menjadi struktur

kubik.

5. Intan (Sintered Diamonds and Natural Diamonds)

Sintered Diamonds (GE, 1995) merupakan proses sintering

serbuk intan tiruan dengan bahan pengikat Co (5%-10%).

Hot hardness sangat tinggi dan tahan terhadap deformasi

plastik. Sifat ini ditentukan oleh besar butir intan serta

presentase dan komposisi material pengikat.[5]

2.6.1 Pahat Karbida PVD Berlapis

Coated cemented carbide pertama kali diperkenalkan pada tahun

1968 dan sampai sekarang terus berkembang dan banyak dimanfaatkan

(16)

Umumnya sebagai material dasar karbida tungsten (WC-Co) yang

dilapisi dengan bahan keramik (karbida, nitride, dan oksida yang keras

tahan temperatur tinggi serta non-adhesif). Karbida lapis (coated cemented carbides) merupakan jenis pahat karbida tungsten yang dilapis (satu atau beberapa lapisan) karbida, nitride atau oksida lain yang lebih rapuh tetapi

kekerasannya tinggi.

Sejak 1970 banyak penemuan baru yang telah dibuat pada alat

pemotongan untuk meningkatkan umur pahat dan juga kecepatan potong.

Lapisan pada alat potong karbida ditemukan biasanya dengan

menggunakan teknik chemical vapor deposition (CVD). Sekarang ini, untuk mata potong HSS dan mata potong karbida, cara pelapisan

melibatkan Physical vapor deposition (PVD). Yang menarik dari proses PVD adalah proses ini jauh lebih bersih dan formasi kerapuhan antara

substrat dari mata potong dan coating – yang dimana bertanggung jawab untuk adhesi yang lebih rendah dari coating dengan substrat mata potong – yang dieliminasi untuk jangkauan yang luas, sejak suhu substrat lebih kecil

dibandingkan dengan proses CVD (450o daripada 1000oC).[3]

PVD (physical vapor deposition) adalah teknik dasar pelapisan dengan cara penguapan, yang melibatkan transfer material pada skala

atomik. Lapisan setebal 1-8 micron diperoleh dari CVD (Chemical Vapour Deposition) atau PVD (Physical Vapour Deposition). Pelapisan CVD menghasilkan ikatan yang lebih kuat daripada PVD. CVD dilaksanakan

dengan mengendapkan elemen atau paduan elemen (keramik) yang terjadi

akibat reaksi pada fase uap antara elemen/paduan tersebut dengan gas

pereaksi sehingga menempel dengan kuat pada material yang dilapisi.

Pelapisan dapat diulang untuk kedua atau ketiga kalinya dengan

menggunakan elemen pelapis yang berbeda.

Kegunaan PVD adalah sebagai berikut:

• Meningkatkan kekerasan dan ketahanan terhadap aus

• Mengurangi gesekan

(17)

Keuntungan Proses PVD:

• Material yang telah dilapisi memiliki sifat yang lebih baik jika dibandingkan dengan material yang sebelumnya

• Proses PVD lebih ramah lingkungan

Perbandingan PVD dan CVD dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2.1 Perbandingan PVD dan CVD

PVD CVD

Tidak ada reaksi kimia pada

permukaan

Terjadi reaksi kimia pada

permukaan

Kualitas lebih baik karena lapisan

yang dihasilkan lebih murni

Selalu terdapat pengotor pada

lapisan yang dihasilkan

Konduktivitas lebih baik Konduktivitas rendah

Ikatan tidak terlalu kuat Ikatan lebih kuat

2.6.1.1Lapisan AlTiN

Lapisan AlTiN mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

• Warna : hitam

• Kekerasan lapisan : 90 HRc

• Ketebalan : 1 – 4 micron

• Temperature maksimal : 900oC

• Kekasaran Permukaan : 15 μm

Aplikasi dan Penggunaan: Umumnya digunakan untuk drilling,

milling, permesinan kering, lapisan untuk mata pahat dengan karbida; dengan kadar aluminium yang lebih tinggi dan tahan terhadap panas.

2.7Material Benda Kerja

(18)

Bahan logam ferro diantaranya adalah :

1. Besi tempa (wrought iron) 2. Baja karbon (carbon steel) 3. Baja paduan

4. Baja dan besi tuang

2.7.1 Baja AISI 4340

Baja AISI 4340 merupakan baja paduan rendah yang tersedia di pasaran

setelah mengalami proses pengerolan hitam atau kondisi normalisasi.

Baja tersebut memiliki kekuatan tarik sebesar 930 – 1080 MPa, densitas 7.85 g/cm3 dan titik lebur adalah 1427oC. Baja AISI 4340 ini memiliki

karakteristik mampu dilas, mampu ketermesinan, kekuatan yang

tangguh serta ketahanan impak. Baja yang digunakan di sini yaitu Baja

AISI 4340 banyak digunakan untuk memproduksi komponen mobil dan

alat – alat permesinan seperti roda gigi, spindle, gigi transmisi dan kopling.

Komposisi kimia dan sifat mekanis Baja AISI 4340 dapat dilihat pada

tabel 2.2 dan 2.3 di bawah ini:

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Baja AISI 4340

Elemen Kadar

Karbon, C 0.410 %

Silika, Si 0.220 %

Cu 0.050 %

Mangan, Mn 0.650 %

Fosfor, P 0.015 %

Sulfur, S 0.006 %

Nickel, Ni 1.790 %

Chromium, Cr 0.790 %

Molibdenum, Mo 0.220 %

V 0.020 %

(19)

Sumber: Sertifikat uji bahan PT. SUMINSURYA MESINDOLESTARI Tahun 2016

Tabel 2.3 Sifat Mekanis Baja AISI 4340

Sifat Mekanis Besaran

Kekuatan Tarik, Maks 935 MPa

Kekuatan Tarik, lulur 795 MPa

Elongasi pada saat patah (dalam

ukuran 50 mm)

22.0 %

Reduksi Area 55.0 %

Modulus Elastisitas 190 GPa – 210 GPa

Modulus Bulk 140 GPa

Modulus Geser 80 GPa

Gambar

Tabel 2.1 Perbandingan PVD dan CVD
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Baja AISI 4340
Tabel 2.3 Sifat Mekanis Baja AISI 4340

Referensi

Dokumen terkait

Pada daerah dimana terjadi pelekatan (adhesi) antara material benda kerja dengan pahat dibawah tekanan dan tem- peratur yang tinggi serta adanya aliran metal (geram

Oleh karena itu pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam proses penulisan laporan tugas akhir ini :.. Ikhwansyah Isranuri

Keyword : Turning process, Tool life, dry turning, hard turning, design expert. Universitas

memilih material mata pahat yang sangat keras, mata pahat dengan pelapis. permukaan dan memilih kondisi pemotongan

pembubutan pertama dilakukan dengan v = 300m/min, maka terjadi catastrophic failure karena pahat yang digunakan tidak hanya langsung habis tetapi langsung rusak pada

Tabel Karateristik

Pada daerah dimana terjadi pelekatan (adhesi) antara material benda kerja dengan pahat dibawah tekanan dan tem- peratur yang tinggi serta adanya aliran metal (geram

yang biasanya digunakan untuk modifikasi dari permukaan pahat adalah dengan. metode Chemical Vapor Deposition dan Physical Vapor