• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jenis Musik Terhadap Emosi Negatif Pada Pasien Gigi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jenis Musik Terhadap Emosi Negatif Pada Pasien Gigi"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. EMOSI NEGATIF

1. PENGERTIAN EMOSI

Emosi adalah perasaan baik positif maupun negatif dalam bereaksi yang disertai keterbangkitan perilaku dan fisik (Laura, 2010). Menurut Kleigna dan Kleigna (dalam Plutnick, 1994) emosi adalah interaksi yang kompleks antara faktor subjektif dan objektif yang dimediasi oleh sistem neural-hormonal yang menimbulkan pengalaman afektif, menyebabkan proses kognitif, mengaktifasi perubahan fisiologis, sering mengarahkan pada perilaku yang adaptif..

Scherer (2001) mendefinisikan emosi sebagai respon individu yang muncul karena adanya evaluasi individu terhadap stimulus eksternal maupun internal yang ditandai dengan keterhubungan antar 5 atau sebagian komponen emosi. Emosi dapat dilihat dan diukur dari bentuk respon emosi yang dihasilkan oleh individu. Banyak penelitian yang berusaha untuk mengungkapkan bagaimana emosi bisa muncul. Menurut Lazarus (dalam Scherer & Ekman, 1984; Smith & Ellsworth, 1985) respon emosi muncul karena adanya penilaian individu terhadap suatu event, yang membangkitkan respon emosi yang mengandung pengalaman subjektif, fisiologis dan perilaku.

(2)

appraisal. Dalam Lafreniere (2000), teori appraisal adalah teori kognitif yang dalam psikologi yang menjelaskan bagaimana emosi muncul pada manusia. Emosi muncul karena adanya proses evaluasi (penilaian) terhadap suatu peristiwa (Scherer, 2001). Seperti contoh : Individu yang menilai bahwa putus cinta adalah hal yang mengancam dirinya, maka emosi yang timbul adalah rasa sedih (Roseman,1984; see, e.g., Frijda, 1986; Oatley & Johnson-Laird, 1987; Scherer, 1993b; Smith & Lazarus, 1993; Stein & Levine, 1987).

Menurut Magda Arnold (Arnold, 1960) persepsi secara langsung yang dikenakan pada suatu peristiwa apakah dinilai ‖Baik‖ atau ―buruk‖ akan

membentuk respon emosi yang sejalan. Misalnya ketika orang menilai sesuatu baik maka emosi yang muncul adalah emosi positif. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa emosi yang muncul sangat tergantung bagaimana kita menginterprestasikan stimulus ataupun memberi arti terhadap suatu kejadian (dalam Djohan, 2003). Maka pemahaman yang berbeda akan menimbulkan interpretasi yang berbeda pula pada masing-masing individu.

(3)

pengukuruan keseluruhan komponen emosi. Walaupun begitu, Scherer (2005) menyatakan bahwa emosi sangat sulit untuk diukur karena sangat kompleks terjadi dalam diri manusia. Sampai sekarang belum ada pengukuran emosi yang betul-betul dengan tepat dan lengkap untuk menilai emosi. Oleh sebab itu, Scherer (2005) mengungkapkan bahwa cara mengukur emosi dengan mudah adalah dengan mengukur komponen perasaan subjektif. Perasaan subjektif merupakan representasi dari keseluruhan komponen yang membentuk emosi yang dilihat dari jenis emosi apa yang dipilih individu untuk menggambarkan pengalaman emosi yang dialaminya (Scherer, 2005).

2. PENGERTIAN EMOSI NEGATIF

(4)

Menurut Scherer (2001), emosi negatif memiliki komponen yang sama dengan komponen emosi pada umumnya yakni komponen-komponen emosi seperti melalui ekspresi, gejala fisiologis, kecenderungan perilaku dan lain sebagainya. Emosi negatif sama halnya seperti emosi positif, dapat dibentuk karena penilaian dan berpotensi untuk membentuk suatu kecenderungan perilaku. Pada umumnya, kecenderungan perilaku yang dibentuk oleh emosi negatif adalah menjauhi stimulus. Namun menurut Scherer (2005) tidak selamanya emosi negatif membuat seseorang menjauhi stimulus melainkan tetap mendekati. Hal ini dikarenakan bentuk penilaian atau appraisal yang membentuk gejala fisiologis, kecenderungan perilaku dan ekspresi mtoroik yang berbeda-beda pada individu

Salah satu contoh, bahwa emosi negatif muncul karena adalah penilaian negatif adalah ketika A menilai bahwa B mengancam baginya makan A membentuk gejala fisiologis seperti tangan bergetar, tubuh berkingat, jantung berdebar-debar setiap bertemu dengan orang tersebut. Kemudian membentuk ekspresi seperti mengerutkan dahi dan cenderung membentuk perilaku menghindari orang tersebut. Kemudian A menilai bahwa peristiwa tersebut membentuk emosi takut. Emosi takut merupakan salah satu bentuk perasaan subjektif.

(5)

subjektif sudah merupakan representasi dari interkorelasi dari keeempat komponen emosi lainnya sehingga hanya dengan mengukur perasaan subjektif, peneliti dapat melihat emosi baik positif maupun negatif dari individu (Scherer, 2005). Emosi negatif dapat dilihat dari valensi negatif pada komponen perasaan subjektif.

3. KOMPONEN EMOSI

Emosi merupakan hal yang kompleks untuk diukur. Banyak ahli yang mencoba untuk memaparkan komponen atau aspek dari emosi untuk mencapai pengukuran yang komprehensif. Menurut Scherer (2001), komponen emosi terdiri dari 5 komponen, yaitu :

1. Penilaian (appraisal) : Penilaian secara kognitif terhadap suatu event atau stimulus.Penilaian ini dapat terbentuk karena pengalaman yang membentuk memori seseorang dan mempengaruhi emosi yang terbentuk pada suatu event. Terdapat beberapa penilaian sebagai berikut :

a. Intrinsic Pleasentnes : Perasaan senang yang muncul dari dalam diri (subjektif) yang diakibatkan oleh situasi tertentu. Intrinsic pleasentness ini dilihat dari penilaian bahwa suatu event atau stimulus menyenangkan atau mengancam bagi dirinya.

(6)

penilaian perlu tidaknya suatu stimulus bagi individu untuk mencapai tujuannya. Sedangkan urgency adalah seberapa besar individu memerlukan stimulus untuk mencapai tujuannya.

c. Novelty : Penilaian individu terhadap sifat dari suatu stilumus apakah familiar atau merasa bahwa stimulus ini adalah hal yang baru menurutnya. Indikator dari dimensi ini adalah suddeness dan predictability. Suddeness adalah penilaian individu bahwa stimulus terjadi secara tiba-tiba atau menimbulkan keterkejutan. Sedangkan predictability adalah penilaian individu bahwa stimulus dapat diprediksi atau stimulus merupakan sesuatu yang biasa dilihat atau dialami.

d. Coping Potential : Penilaian individu terhadap kemampuan untuk menghadapi stimulus yang menimbulkan emosi tertentu. Terdapat 2 indikator untuk melihat skor coping potential yaitu power (kemampuan untuk menghadapi stimulus); control (kemampuan untuk mengontrol diri atau beradaptasi dalam menghadapi stimulus)

(7)

keringat. Seperti contoh seorang pasien merasa cemas memiliki beberapa tanda fisiologis seperti kaki pasien bergetar, berkeringat, tubuh terasa kaku, dan lain-lain.

3. Ekspresi Motorik (motor expression) :merupakan reaksi individu terhadap suatu event ataupun stimulus yang dilihat dari ekspresi wajah. Ekspresi tertentu dapat menggambarkan seseorang sedang mengalami emosi tertentu juga. Contoh : seorang anak kecil merasa takut setiap kali melihat tikus dia selalu menutup mata dan mengerutkan dahinya.

4. Kecenderungan Perilaku (action tendencies) : merupakan kecenderungan individu untuk menjauhi atau mendekati event atau stimulus. Kecenderungan perilaku ini juga dapat dinilai sebagai bentuk emosi seseorang. Pada umumnya seseorang yang mengalami emosi positif terhadap suatu event maka orang tersebut cenderung untuk mendekati. Sebaliknya, jika seseorang merasa terancam ataupun emosi negatif lainnya seperti pasien gigi yang takut melakukan perawatan. Maka pasien tersebut cenderung menghindari atau bahkan tidak berniat untuk datang kembali untuk menjalani perawatan.

(8)

dirasakannya, kecenderungan perilakunya, dan ekspresi motorik yang dibentuk, maka individu mendefinisikan emosi yang dialaminya dengan memberikan nama label emosi tersebut. Seperti contoh : seorang pasien menilai bahwa suntik adalah sesuatu yang mengancam, setiap kali pasien hendak suntik maka pasien tersebut pasien secara spontan menutup matanya dan jantungnya berdebar-debar, pasien cenderung ingin menjerit dan menghindari untuk disuntik. Pasien tersebut mendefinisikan hal-hal yang dialaminya tersebut sebagai emosi takut. Pada umumnya perasaan subjektif dapat dilihat dari intensitas, durasi, arousal, tensi, dan valensi. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan valensi dan arousal untuk melihat kinerja keempat komponen diatas pada subjek penelitian. Berikut adalah penjelasan mengenai pengertian dari valensi dan arousal :

a. Arousal adalah ketergugahan individu sehingga ia cenderung berperilaku, menilai dan berekspresi yang menggambarkan emosi yang dirasakan individu. Individu akan merasa tenang atau tergugah yang disebabkan oleh suatu event atau stimulus. Menurut Scherer, ada 2 jenis arousal yaitu active aroused dan passive arroused. Actived aroused menandakan adanya ketergugahan fisiologis dan sebaliknya passive aroused menandakan bahwa tubuh tidak tergugah atau pasif. b. Valensi adalah arah positif ataupun negatif yang menggambarkan

(9)

valensi dan arousal adalah suatu bagian yang tidak terpisahkan. Setiap label emosi memiliki salah satu sifat antar active atau passive arousal. Beberapa contoh label emosi negatifyang memiliki sifat active arousal seperti takut, marah, tegang, cemas dan yang memiliki sifat passive arousal seperti sedih, lesu, tidak nyaman, gelisah. Beberapa contoh label emosi positif yang memiliki sifat active arousal adalah berani, girang, antusias, dan tertarik sedangkan contoh yang memiliki sifat passive arousal adalah tenang, puas, nyaman dan bahagia.

4. FAKTOR-FAKTOR MEMPENGARUHI EMOSI

Emosi merupakan elemen yang tidak terlepas dari kehidupan manusia. Begitu banyak hal yang dapat mempengaruhi emosi baik dari dalam diri maupun dari luar diri manusia.

Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi emosi dalam Scherer, Schorr & Johnstone (2001) adalah sebagai berikut :

a) Kepribadian

(10)

b) Kualitas Tidur

Berdasarkan penelitian, orang yang memiliki kualitas tidur yang baik seperti 7-8 jam per hari lebih cenderung memiliki emosi yang lebih positif dan stabil.

c) Stress

Orang yang memiliki kadar stress yang tinggi cenderung mengalami emosi negatif lebih tinggi.

d) Olahraga

Berdasarkan penelitian, rutin berolahraga akan membuat oksigen lancar mengalir ke seluruh anggota tubuh terutama otak dan produksi hormon oksitosin lebih banyak sehingga orang yang berpontensi mengalami emosi-emosi yang bersifat positif atau menyenangkan.

e) Keadaan hidup sehari-hari selama seminggu ataupun per hari. Tentunya kondisi dan hal-hal yang dilalui setiap hari mempengaruhi emosi manusia. Seperti contoh ; pada hari Senin sampai Jumat, A mengalami banyak tekanan dalam pekerjaan sehingga lebih banyak emosi negatif yang dirasakannya dibanding pada hari Sabtu dan Minggu karena ia dapat bersantai di rumah.

f) Usia

(11)

Feldman, 1992) usia remaja dan dewasa awal pada umumnya memiliki emosi yang belum stabil.

B. JENIS MUSIK

1. PENGERTIAN MUSIK

Musik adalah pola bunyi yang teratur yang bersifat menyenangkan untuk didengar dan juga dapat dipakai sebagai media untuk mengomunikasikan perasaan ataupun suasana hati. North dan Hargreaves (1997) mendefinisikan musik sebagai suatu kumpulan suara yang memiliki frekuensi, amplitudo, dan timbre yang disusun oleh pengarang lagu (komposer) dengan teroganisir dan predictable. Darnley-Smith dan Patey (2003) menyatakan bahwa musik adalah vokal, bunyi instrumental ataupun mekanikal yang memilik ritme, melodi dan harmoni. Pendapat lainnya, musik adalah seni yang dipadukan sedemikian rupa dengan menggunakan suara ataupun alat musik yang memiliki unsur ritme, melodi, harmoni, dan warna nada (Kamien, 2004).

(12)

2. PENGERTIAN JENIS MUSIK

Jenis musik adalah karakteristik dalam memainkan melodi, irama, warna nada, dinamika, harmoni, tekstur, dan bentuk atau karakter elemen yang terkandung dalam suatu musik (Kustap, 2008). Elemen tersebut akan berpengaruh dalam membedakan suatu musik dengan musik yang lainnya. Menurut Kamien (2004), jenis musik terbagi dari 3 jenis yaitu : musik populer, tradisional dan klasik. Adapun jenis musik yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis musik klasik dan musik tradisional Suku Batak Toba.

a. Musik Klasik

Musik klasik adalah musik yang komposisinya lahir dari budaya Eropa dan digolongkan melalui periodisasi tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia,2008). Musik klasik pada umumnya menampilkan atmosfir serius dan ditampilkan oleh orang terlatih secara profesional dalam pendidikan musik.

Merritt (2003) menyatakan bahwa musik klasik dibagi atas 3 zaman yaitu : 1). Musik Zaman Barok (tahun 1600-1750)

(13)

diteliti mempunyai efek menenangkan, menyeimbangkan perasaaan, dan memberi energi.

2).Musik Zaman Klasik (tahun 1750-1820)

Musik ini memiliki ciri khas pada warna nada. Nada-nada yang ditandai dengan aksen dan dinamika yang bisa berubah secara tiba-tiba memberikan efek irama yang tidak monoton. Oleh karena itu, musik ini efektif untuk merangsang otak dalam memicu ingatan dan kreativitas. Contoh musik klasik zaman romantis adalah Eine Kleini Nachtmusik oleh Mozart. Menurut penelitian, karya ini memberi efek semangat dan memotivasi.

3) Musik Zaman Romantis (tahun 1820-1900)

Musik ini ditandai oleh emosional yang kuat. Musik zaman romantis sangat dikenal dengan musik yang mencerminkan perasaan yang kuat oleh komposernya sehingga membuat efek merinding dan menyentuh emosi pada pendengar. Salah satu contoh karya musik zaman romantis adalah Fur Elise oleh Beethoven.

4). Musik Zaman Impresionis (Akhir abad ke-19)

(14)

b. Musik Tradisional Batak Toba

Musik tradisional adalah musik yang digunakan sebagai wujud dari nilai suatu budaya yang berhubungan dengan tradisi (Sedyawati, 1992). Tradisi berdasarkan asal katanya yaitu Traditio (Latin) didefenisikan sebagai kebiasaan turun temurun. Jadi dapat dapat disimpulkan bahwa musik tradisional adalah musik yang mempunyai nilai budaya yang bersifat turun menurun. Namun Purba (2002) mengatakan bahwa musik tradisional tidak berarti selalu bersifat kuno, melainkan bersifat khas dan mencerminkan kebudayaan suatu etnis atau masyarakat.

Salah satu contoh musik tradisional adalah gondang sabangunan dari budaya Batak Toba. Dalam Irfan (2004), gondang sabangunan disebut juga sebagai parhobas na ualu atau perkakas delapan. Gondang sabangunan ini merupakan alat musik yang mengiringi praktik budaya untuk memohon berkat kepada dewa ataupun leluhur. Dalam Simangunsong (2005), gondang sabangunan memiliki delapan alat musik di dalamnya, yakni :

1) Taganing

Simangunsong(2005) mengatakan bahwa taganing terbuat dari kayu jenis Artocarpus integer, Cedrella toona, dan Phite colobium. Taganing memainkan melodi dalam musik gondang sabangunan ini. Tangan kiri memainkan irama sedangkan tangan kanan memainkan melodi.

2) Gordang

(15)

dengan sebuah kayu yang disebut palu-palu. Gordang berfungsi untuk memainkan beat atau irama.

3) Sarune bolon

Sarune bolon adalah alat musik tiup yang terbuat dari batang kayu mahoni berukuran sekitar 60-70 cm. Sarune bolon memiliki 5 lubang dibagian depan dan 1 lubang dibagian belakang batang. Sarune bolon berfungsi untuk memainkan melodi pada lagu.

4) Ogung

Ogung adalah alat musik perkusi yang dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul yang berbalut. Dalam gondang sabangunan, ada 4 ogung yang dipakai yaitu ogung oloan, ogung ihutan, ogung panggora dan ogung doal.Ogung oloan dan ogung ihutan memiliki ukuran lebih besar daripada ogung lainnya. Ogung oloan dan ogung ihutan diletakkan pada suatu rak kayu dan suaranya tidak di redam. Sedangkan Ogung panggora boleh digantung atau diletak di atas paha pemain sehingga bunyinya teredam.

5) Hesek

(16)

Musik gondang sabangunan ini pada umumnya dikenal dengan tabuhan gondang (instrumen musik perkusi suku Batak Toba) yang memiliki beat yang cepat sehingga memberi pengaruh afeksi oleh pendengarnya. Menurut Smith & Noon (dalam Murrock, 2005) bahwa musik yang terdiri dari sebagian besar instrumen perkusi (dimainkan dengan cara dipukul, digosok, atau diadu) berhubungan dengan perasaan gelisah, membangkitkan energi, dan meningkatkan kekuatan. Hal ini berhubungan dengan afek positif yang dihasilkan dari gondang sabangunan. Jika dikaji dari alat musik yang dimainkan, instrumen ogung pada gondang sabangunan dimainkan dengan cara dipukul menggunakan pemukul yang berbalut dan suara yang dihasilkan cukup keras atau nyaring (Simon, 1985). Musik yang memiliki dinamika bunyi yang keras atau nyaring dan pitch yang tinggi akan diinterpretasikan sebagai sesuatu hal yang menarik perhatian dan tubuh akan menimbulkan sensasi-sensasi internal tubuh. Berdasarkan penelitian Siagian (2009) tentang Pengaruh Musik gondang hasapi dan gondang sabangunan terhadap Mood, didapati bahwa gondang sabangunan dapat menaikkan afek positif dan afek negatif.

3. MANFAAT MUSIK

Dalam Satiadarma & Zahra (2004) dan Sloboda & Juslin (2010), musik memiliki banyak manfaat bagi manusia yakni :

a. Merangsang Fungsi Otak

(17)

membantu dalam hal penyembuhan pada otak yang memiliki penurunan fungsi akibat suatu penyakit.

b. Meningkatkan Fungsi Kognitif

Musik membantu seseorang untuk menenangkan pikiran, meningkatkan konsentrasi dan membantu orang dalam meditasi. Selain itu, fungsi kognitif lainnya seperti menganalisa atau aktivitas mental lainnya dapat dipengaruhi oleh musik.

Musik juga dapat berpengaruh pada proses asosiatif yang terjadi pada otak manusia. Hal ini mengakibatkan manusia secara otomatis mengaasosiasikan suatu musik identik dengan suatu kejadian. Misalnya, seseorang akan teringat tentang masa kecilnya ketika dia mendengar lagu yang sering ia dengar pada waktu kanak-kanak. Ketika mendengarkan musik, saraf indera pendengaran mengirim sinyal ke otak untuk mengenali musik tersebut. Otak akan menganalisa dan mencari padanan musik tersebut pada memori. Proses asosiasi yang terjadi pada proses ini membentuk musik menjadi suatu stimulus tunggal yang menggugah individu mengingat suatu peristiwa.

c. Memperkuat emosi positif

(18)

enerjik, bahagia dan lain-lain. Musik juga dapat digunakan untuk memperkuat emosi pendengar dengan suatu peristiwa ataupun ritual-ritual sosial lainya seperti pernikahan, upacara keagamaan, kematian dan lain-lain. Hal ini membuat musik juga dapat membantu seseorang memperkuat emosi positifnya melalui musik-musik yang dapat mengingatkannya pada peristiwa yang menyenangkan (Juslin & Sloboda, 2010).

C. PASIEN GIGI

Pasien adalah individu yang mengunakan jasa medis untuk mengatasi permasalahan sakit fisik ataupun psikis melalui jasa pelayanan kesehatan (Kamus Besar Depkes RI). Gigi adalah bagian dari anatomi mulut yang berfungsi untuk mengunyah makanan, berbicara, estetika wajah dan saraf pengecapan. Dapat disimpulkan bahwa pasien gigi adalah individu yang menggunakan jasa pelayanan medis berupa pelayanan kesehatan gigi dan anatomi mulut.

(19)

individu yang terlibat dalam kegiatan dental yang dilakukan oleh seorang dokter gigi.

Kegiatan dental adalah seluruh kegiatan yang dilakukan dalam perawatan gigi dalam ranah kedokteran gigi (dalam Cohen & Burns, 2004). Kegiatan dental ini tentunya tidak terlepas dari kunjungan pasien gigi untuk melakukan perawatan gigi (kunjungan dental). Beberapa kegiatan dental yang pada umumnya dilakukan adalah pencabutan gigi, pembersihan karang gigi, tambal gigi dan lain-lain (dalam Wheeler’s Dental, Anatomy, Physiology and Occlusion, 2002). Secara fisiologis, kegiatan dental ini menimbulkan rasa sakit.

Rasa sakit didefinisikan sebagai pengalaman tidak menyenangkan yang disebabkan karena kerusakan jaringan atau oleh ancaman kerusakan itu (Potter & Perry, 2006). Sensasi tidak hanya disebabkan oleh kerusakan jaringan, tetapi juga oleh kondisi stimuli seperti suara bur dan jarum (dalam Black & Hawks, 2009). Hal ini disebabkan karena secara normal rasa sakit menimbulkan reaksi fisiologi dan psikologi untuk melindungi tubuh dari kerusakan jaringan, perilaku tidak kooperatif. (dalam Guyton & Hall 2014). Ini reaksi yang wajar saat banyak pasien merasakan sakit atau ketidaknyamanan. Dalam Kumar, Abbas dan Fausto (2009), rasa sakit yang dialami pasien sering menimbulkan perasaan traumatik atau emosi negatif sehingga pasien tidak nyaman setiap kali melakukan perawatan atau bahkan tidak mau melakukan perawatan gigi lain

(20)

pemolisan dan lain-lain (Nunn, 2012). Berdasarkan hasil penelitian Mehboob, Ehtesham dan Khan (2011), pasien yang berada pada rentang usia 18- 35 merupakan rentang usia yang paling banyak mengalami kecemasan dalam melakuakn perawatan gigi. Oleh sebab itu, sudah seharusnya dilakukan perlakukan yang dapat mengurangi emosi negatif yang dialami pasien.

D. DINAMIKA EMOSI NEGATIF PASIEN GIGI YANG MENDENGAR MUSIK SELAMA PERAWATAN

Kesehatan gigi perlu dijaga untuk mencapai kesehatan tubuh secara keseluruhan. Oleh sebab itu, perlulah individu untuk melakukan perawatan gigi. Salah satu bentuk perawatan gigi adalah kunjungan dental. Kunjungan dental adalah bentuk aktivitas individu melakukan perawatan gigi ke praktek gigi. Secara fisiologis, kegiatan dental menimbulkan rasa sakit pada pasien. Menurut Izard (dalam Lafreniere, 2000) rasa sakit yang dialami individu akan menimbulkan respon emosi negatif pada pasien. Emosi negatif akan menimbulkan kecenderungan pasien menghindari kegiatan dental. Namun berdasarkan survei yang dilakukan peneliti, banyak pasien yang tetap pergi melakukan kunjungan dental. Hal ini dikarenakan, persepsi bahwa gigi yang sudah rusak jika tidak diatasi akan menimbulkan penyakit gigi yang lebih parah. Berdasarkan survei yang dilakukan peneliti juga, 48 dari 33 pasien gigi mengakui bahwa mereka tetap melakukan kegiatan dental dengan rasa takut.

(21)

Menurut Fridja (dalam Nyklicek, Vingerhoets, Zeelenberg, 2011) mengatakan bahwa emosi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Emosi memiliki kontribusi besar dalam keefektifan manusia dalam mencapai tujuan dalam hidupnya. Selain itu, menurut Martin (2009) dalam buku Psikologi Belajar, juga menyatakan bahwa emosi berfungsi sebagai pembangkit energi yang memberi kegairahan dalam hidup manusia. Oleh karena itu dapat disimpulkan emosi sangat berperan penting dalam membentuk sikap. Pada konteks perawatan dental, emosi negatif yang dirasakan oleh pasien karena rasa sakit yang dirasakannya, sangat berpotensi membentuk sikap pada pasien untuk enggan melakukan perawatan ataupun perawatan yang dijalankan menjadi tidak optimal. Selain itu, menurut Coleman dan Mammen (dalam Rakhmat, 1994) emosi memiliki fungsi sebagai pembawa informasi. Dalam hal ini, emosi negatif yang dirasakan pasien dapat membentuk perilaku pasien untuk menyampaikan informasi mengenai emosi negatif yang dirasakannya dengan orang lain. Perilaku ini tentunya akan mengakibatkan persepsi negatif yang dibentuk oleh masyarakat awam yang hendak melakukan perawatan gigi ke praktik klinik gigi.

(22)

menimbulkan efek getar pada elemen tubuh manusia (Andrzej, 2009). Efek getar tersebut nantinya akan berdampak pada perubahan emosi, sel-sel ataupun atom tubuh (Kozier, Erb, Berman & Synder, 2010). Selain itu, musik juga dapat menimbulkan perasaan relaks dan meningkatkan aktivitas parasimpatis (Black & Hawk, 2014). Dalam keadaan tersebut, tubuh terpicu untuk memproduksi endorfin yang bereaksi menurunkan rasa sakit dan memberi efek tenang (Smeltzer et al, 2008).

(23)

peneliti ingin melihat jenis musik apa yang efektif mempengaruhi emosi negatif pada pasien gigi.

E.HIPOTESA PENELITIAN

Berdasarkan uraian teoritis di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Ada perbedaan emosi negatif pasien gigi berdasarkan jenis musik.

2. Emosi negatif pada pasien gigi yang diperdengarkan musik klasik lebih rendah daripada yang tidak diperdengarkan jenis musik klasik.

3. Emosi negatif pada pasien gigi yang diperdengarkan musik gondang sabangunan lebih rendah daripada yang tidak diperdengarkan jenis musik gondang.

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian terjadi vasodilatasi pada pembuluh darah serta mengakibatkan transportasi oksigen keseluruh tubuh terutama pada otak lancar, dapat menurunkan tekanan darah dan

Penggunaan oksigen kaleng dapat digunakan sebagai sarana untuk mempersingkat waktu istirahat yang dibutuhkan oleh tubuh setelah berolahraga, terutama bagi atlet

Cedera kepala juga menyebabkan terjadinya kenaikan intracranial dan dapat mengakibatkan pengurangan suplai darah dan oksigen ke otak yang akan mengakibatkan serangkaian

Nafsu makan anak meningkat Kekebalan tubuh anak meningkat Anak sembuh dari penyakit yang diderita Kecerdasan otak anak meningkat Pencernaan anak menjadi lancar. Curcuma

musik terhadap tekanan darah dan denyut nadi dimana terjadi penurunan tekanan darah dan denyut nadi pada siswa SMU yang akan mengikuti UAN. Saloma mengatakan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk mengetahui tingkat kecemasan pasien dalam perawatan gigi yang diberikan terapi musik instrumental dan terapi

musik terhadap tekanan darah dan denyut nadi dimana terjadi penurunan tekanan darah dan denyut nadi pada siswa SMU yang akan mengikuti UAN. Saloma mengatakan

Purin (adenin dan guanin) merupakan konstituen asam nukleat. Purin selain didapat dari makanan juga berasal dari penghancuran sel-sel tubuh yang.. Asam urat disintesis