• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jenis Musik Terhadap Emosi Negatif Pada Pasien Gigi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jenis Musik Terhadap Emosi Negatif Pada Pasien Gigi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tubuh yang sehat secara menyeluruh akan cenderung memberikan kenyamanan bagi individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari (dalam Sarafino & Smith, 2011). Sebaliknya, jika kesehatan tubuh terganggu atau mengalami suatu penyakit, maka sangat potensial membuat aktivitas dan produktivitas seseorang tidak nyaman atau terganggu. Oleh sebab itu, sudah seharusnya manusia untuk menjaga kesehatan seluruh anggota tubuhnya. Salah satu bagian tubuh yang penting untuk diperhatikan kesehatannya adalah gigi (Kumar, Abbas & Fausto, 2009).

(2)

Tyas (2010) tentang Kecemasan Anak Selama Perawatan Gigi, keadaan sakit gigi juga dapat menggangu lingkungan sekitar.

Berdasarkan uraian fungsi-fungsi gigi diatas dan juga masalah-masalah yang mungkin timbul seperti kerusakan gigi, terganggunya proses pencernaan, ataupun terganggunya kesehatan anggota tubuh lainnya yang berhubungan dengan saraf gigi, dapat disimpulkan bahwa sudah seharusnya setiap individu menjaga kesehatan giginya sejak dini dan secara rutin. Untuk memperoleh kesehatan yang optimal, individu dapat melakukan perawatan gigi secara rutin seperti menyikat gigi siang dan malam dan juga melakukan perawatan gigi ke dokter gigi atau kunjungan dental (Nelson, 2014).

Pada umumnya, kunjungan dental disarankan untuk dilakukan secara rutin minimial 6 bulan sekali jika gigi tidak mengalami gangguan tertentu (dalam Malik, 2008). Namun, jika individu mengalami suatu gangguan pada gigi, maka saran kunjungan dental yang dilakukan tergantung dari tingkat keparahan dan saran kunjungan oleh dokter gigi yang menangani masalah gigi tersebut. Kunjungan dental pada pasien gigi tentunya akan melibatkan aktivitas-aktivitas dental juga seperti mengecek kondisi gigi pasien dan adanya treatment pada gigi pasien.

(3)

hasil penelitian dan wawancara peneliti dengan beberapa dokter gigi dan pasien juga, treatment lainnya seperti cabut, bedah mulut, scaling juga menyebabkan rasa sakit oleh pasien gigi.

Rasa sakit didefinisikan oleh IASP (The International Association for The Study of Pain) sebagai pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang dikarenakan kerusakan jaringan atau ancaman kerusakan tersebut (Potter & Perry, 2006). Menurut Black dan Hawks (2009), perasaan yang tidak menyenangkan karena suatu stimulus mekanis, kimia dan elektrik pada ujung-ujung syaraf. Selain karena kerusakan jaringan, sensasi rasa sakit juga dapat timbul karena stimulus yang berkaitan dengan rasa sakit seperti suara bor gigi ataupun jarum operasi.

Dalam aktivitas dental, rasa sakit yang dirasakan oleh pasien disebabkan karena proses maupun alat yang digunakan yang menyebabkan sensasi sakit pada jaringan yang terdapat dalam mulut dan gigi. Oleh sebab itu, rasa sakit yang dialami pasien menimbulkan memori yang tidak menyenangkan sehingga membentuk rasa cemas ataupun emosi negatif pada pasien gigi setiap kali hendak melakukan perawatan gigi (Bergenholtz, 2003). Hal ini sejalan dengan survei yang dilakukan oleh peneliti terhadap 61 orang yang pernah menjalani perawatan gigi ke klinik gigi, didapatkan bahwa lebih dari 50% mengaku bahwa takut setiap kali menjalani perawatan gigi. Selain itu, Marks (1978) juga menyatakan bahwa pasien gigi mengalami rasa cemas ataupun takut karena rasa sakit yang timbul selama proses perawataan.

(4)

melakukan perawatan gigi karena mengalami kecemasan dental. Kecemasan dental tersebut disebabkan pengalaman rasa sakit yang diperoleh ketika perawatan gigi berlangsung. Selain menimbulkan kecemasan pada pasien itu sendiri, menurut Varley (1997) dan Cohen dan Burns (2004), masyarakat awam juga membentuk persepsi asing terhadap aktivitas dental di klinik gigi dan mengasosiasikan praktik dokter gigi dengan rasa nyeri. Rasa sakit ataupun nyeri yang dirasakan oleh pasien gigi dapat menimbulkan efek trauma dan emosi negatif sehingga enggan untuk kembali melakukan perawatan gigi (Kumar, Abbas & Fausto, 2009). Hal ini tentunya akan mengurangi perilaku perawatan gigi dan restorasi gigi pasien ke dokter gigi (Bergenholtz dalam Erik, 2005). Melihat fenomena ini tidak mengherankan pasien yang mengalami kecemasan dental menghindari kunjungan ke dokter gigi (Hmud, 2009). Prevalensi terjadinya kecemasan dental pada perawatan gigi dilaporkan berkisar 5 – 20 % di berbagai negara (Alaki, Alanoud, Eman, & Ebtehal, 2012)

(5)

Menurut Scherer (2001), emosi dapat diklasifikasikan dengan emosi negatif dan positif. Selain itu Scherer juga membuat beberapa label emosi seperti marah, jijik, takut, senang, dan lain-lain. James dan kawan-kawan (dalam Lafreniere, 2000), mengatakan bahwa emosi merupakan respon dari perasaan terhadap suatu keadaan yang spesifik. Dalam hal ini, emosi yang muncul pada pasien gigi merupakan emosi negatif seperti takut, marah ataupun cemas. Emosi tersebut merupakan respon psikologis yang ditimbulkan dari rasa sakit yang diterimanya secara fisiologis. Hal ini sejalan dengan pernyataan Palakanis, DeNobile, Sweeney, dan Blankenship (1994), yang mengatakan bahwa rasa cemas pasien gigi merupakan efek negatif dari prosedur perawatan gigi yang diterima oleh pasien. Bahkan menurut Bergenholtz (2003), efek negatif ini bukan saja membentuk emosi takut pada pasien, melainkan juga dapat membentuk perasaan nyeri hal-hal yang sebenarnya tidak menimbulkan rasa nyeri sama sekali.

(6)

merasa takut adalah mencegah penyakit pada gigi semakin parah dan semakin kompleks.

Alasan yang dikemukakan oleh pasien gigi tersebut sejalan dengan teori appraisal yang dikemukakan oleh Scherer (2001), bahwa manusia tidak serta merta menghindari merespon rasa sakit dengan emosi negatif dan menghindari stimulus yang membentuk rasa sakit tersebut. Hal ini dikarenakan menurut Scherer (2001), respon emosi yang dibentuk manusia adalah tergantung dengan penilaiannya secara kognitif terhadap stimulus yang ada secara subjektif. Stimulus yang dinilai positif akan menimbulkan emosi yang positif juga dan sebaliknya stimulus yang dinilai negatif akan membentuk emosi negatif juga. Selama proses perawatan gigi (cabut, pengeboran, dan lain-lain), pada umumnya pasien maupun orang awam menilai hal itu sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan karena rasa sakit yang muncul.

(7)

Oleh karena itu, perlu adanya perlakuan diberikan yang dapat berguna dalam manajemen rasa sakit.

Scherer (2001) mengatakan bahwa emosi manusia dapat dimodifikasi melalui pemberian stimulus yang dinilai sebagai sesuatu yang baik maupun buruk. Hal ini sejalan dengan teori appraisal yang dikemukakannya bahwa emosi muncul karena adanya penilaian terhadap suatu stimulus. Scherer (2001) juga mengatakan bahwa emosi yang muncul dapat dilakukan dengan cara melakukan pengukuran terhadap respon emosi pada individu. Oleh sebab itu, perlu adanya perlakuan yang dinilai positif oleh pasien dan menimbulkan emosi positif pada pasien gigi sehingga kecemasannya dalam menjalani perawatan gigi dapat berkurang dan proses perawatan dapat berjalan dengan lancar.

(8)

enggan melakukan perawatan ataupun perawatan yang dijalankan menjadi tidak optimal (Nelson, 2014). Selain itu, menurut Coleman dan Mammen (dalam Rakhmat, 1994) emosi memiliki fungsi sebagai pembawa informasi. Dalam hal ini, emosi negatif yang dirasakan pasien dapat membentuk perilaku pasien untuk menyampaikan informasi mengenai emosi negatif yang dirasakannya dengan orang lain. Perilaku ini tentunya akan mengakibatkan persepsi negatif yang dibentuk oleh masyarakat awam yang hendak melakukan perawatan gigi ke praktik klinik gigi.

(9)

Menurut Juslin dan Sloboda (2010), musik dapat meningkatkan arousal dan membentuk pengalaman emosi. Perubahan emosi yang tergugah yang terjadi akibat musik tersebut, diasumsikan dapat mempengaruhi respon emosi pasien gigi yang nantinya akan berpengaruh terhadap persepsi rasa sakit selama proses perawatan. Dalam Levitin & Chanda (2013) dikatakan bahwa musik dapat digunakan untuk manajemen rasa sakit, psikoterapi dan perkembangan personal. Mekanisme utama musik yang membuktikan bahwa musik dapat mempengaruhi emosi adalah kemampuan musik dapat meregulasi stress, arousal dan emosi yang merupakan respon batang otak. Efek musik ini secara fisiologis dapat diukur dari detak jantung, tekanan darah, suhu tubuh dan ketegangan pada otot.

Beberapa penelitian juga mengungkap bahwa musik yang mempengaruhi respon emosi memiliki fungsi untuk memodifikasi perilaku non-musikal (Panksepp, 1998). Hal itu dikarenakan selama mendengarkan musik, otak berusaha melakukan dua aktivitas yang bersamaan yakni mengontrol proses hedonis dan fluktuasi arousal pada sistem limbik (Olds, 1962). Dalam juga mengungkapkan bahwa musik dapat memproduksi perasaan euforia pada pendengarnya (dalam Levitin & Chanda, 2013). Bahkan emosi yang bertolak belakang juga dapat ditimbulkan seperti dari sedih menjadi senang, dapat dirasakan oleh pendengarnya. Oleh sebab itu, stimulus musik dipercaya dapat mempengaruhi aspek-aspek perilaku manusia yang berhubungan dengan aktivitas otak seperti emosi.

(10)

sakit (dalam Sarafino & Smith, 2011). Intervensi pemberian musik dalam ini bekerja melalui pemberian stimulus musik yang dipercaya dapat mempengaruhi emosi pasien sehingga pasien merasa lebih tenang dan tidak terlalu memikirkan rasa sakit, melainkan lebih fokus terhadap musik yang membantu mendiskriminasi emosi negatif pasien akibat rasa sakit yang timbul. Menurut Utoyo (2008), ada banyak yang bisa dilakukan dalam praktik gigi yang dapat membantu pasien agar lebih relaks dan nyaman dalam melakukan perawatan seperti sambil menonton televisi, membuat warna dinding klinik dengan warna lembut seperti hijau dan putih, dan pemasangan musik. Juslin dan Sloboda (2010) menyatakan bahwa musik dapat digunakan untuk memberi relaksasi sehingga pasien dapat menjadi lebih tenang sehingga pasien lebih relaks serta meminimalisir emosi-emosi negatif terhadap perawatan yang sedang dilakukan.

(11)

Berdasarkan beberapa penelitian emosi musikal satu orang terhadap suatu musik dapat dipengaruhi oleh faktor budaya yang dianutnya sehingga dia lebih merepson positif suatu lagu dari budayanya daripada musik lainnya. Salah satu musik tradisional yang sudah diteliti dapat membentuk emosi positif adalah musik gondang sabangunan. gondang dalam suku Batak Toba dibagi atas dua jenis, yaitu gondang sabangunan dan gondang hasapi (Simangungsong, 2013). Purba (2002) menyatakan bahwa gondang sabangunan merupakan praktik kultural dari leluhur suku Batak Toba untuk mengiringi permohonan berkat kepada dewa melalui pemberian sesajian, doa, dan pelaksanaan upacara. Bunyi-bunyian pada gondang sabangunan berasal dari sarunei bolon, ogung, drum taganing, hesek dan bass drum gordang. Sebagian besar instrumen musik pada gondang sabangunan adalah dipukul/ditabuh, yaitu instrumen taganing, gordang, dan ogung.

(12)

berpengaruh pada kontraksi jantung dan pernafasan. Hal ini sejalan dengan penelitian Siagian (2009) tentang pengaruh musik gondang sabangunan dengan musik hasapi terhadap mood. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa musik gondang sabangunan dapat menaikkan afek positif. Hal ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa musik-musik yang memiliki tempo lambat dan nada rendah-lah yang dapat meningkatkan emosi positif. Hal ini dikarenakan elemen dari musik gondang sabangunan memiliki tempo yang cepat dan nada berubah-ubah. Oleh sebab itu, peneliti hendak melihat perbedaan manakah dari kedua jenis musik ini yang dapat mempengaruhi emosi negatif pasien gigi.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka timbul pertanyaan peneliti apakah ada pengaruh jenis musik klasik dan tradisional terhadap respon emosi negatif pada pasien gigi. Mengacu pada pertanyaan tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul Pengaruh Jenis Musik Terhadap Emosi Negatif pada Pasien Gigi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh jenis musik terhadap emosi negatif pada pasien gigi? 2. Apakah emosi negatif pada pasien gigi yang diperdengarkan musik klasik

(13)

3. Apakah emosi negatif pada pasien gigi yang diperdengarkan musik gondang sabangunan lebih rendah daripada yang tidak diperdengarkan musik jenis gondang.

4. Apakah emosi negatif pada pasien gigi yang diberikan musik klasik lebih rendah daripada yang diberikan musik gondang sabangunan.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang diuraikan diatas, tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh jenis musik terhadap emosi negatif pada pasien gigi.

2. Untuk mengetahui apakah emosi negatif pada pasien gigi yang diperdengarkan musik klasik lebih rendah daripada yang tidak diperdengarkan jenis musik klasik.

3. Untuk mengetahui apakah emosi negatif pada pasien gigi yang diperdengarkan musik gondang sabangunan lebih rendah daripada yang tidak diperdengarkan musik jenis gondang.

4. Untuk mengetahui apakah emosi negatif pasien gigi yang diberikan musik klasik lebih rendah daripada yang diberikan musik gondang sabangunan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

(14)

mengenai manfaat musik terhadap emosi negatif. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber kepustakaan dan penelitian Psikologi Umum dan Eksperimen sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai penunjang untuk bahan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi praktisi kesehatan gigi untuk mempertimbangkan intervensi musik untuk kenyaaman pasien selama proses perawatan gigi. Selan itu juga dapat memberi kontribusi kepada para ahli psikologi kesehatan sebagai acuan untuk mengelola sistem perawatan pada klinik gigi di suatu instansi kesehatan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang yang mendasari penelitian ini, rumusan masalahnya, tujuan diadakannya penelitian, manfaat penelitian dari segi teoritis dan praktis, serta sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tinjauan teoritis mengenai emosi, fungsi musik dan kondisi dental. Bab ini juga mengemukakan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian.

(15)

Bab ini berisi identifikasi variabel yang diuji dalam penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel yang akan diteliti, metode yang digunakan dalam pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, serta metode dalam menganalisis hasil data penelitian.

BAB IV : HASIL DAN ANALISIS

Berisikan penjelasan hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum emosi negatif setiap kelompok eksperimen dan kontrol, serta hasil analisis dan interpretasi dari hasil utama penelitian.

BAB V : KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Algoritma ini merupakan modifikasi dari pengujian perkalian (trial multiplication). Sementara itu, algoritma Pohlig-Hellman adalah sebuah algoritma untuk komputasi dari

Dapat dilakukan pengembangan perangkat lunak sistem, dengan cara menambah kemampuan analisis data hasil pengukuran untuk keperluan prediksi kecepatan dan arah angin

Ini adalah karya-karyanya yang berhubungan dengan perempuan, karya-karya Quraish Shihab secara keseluruhan akan dijelaskan pada pembahasan berikutnya.... Mengenai persoalan asal

Adapun ditinjau berdasar Fatwa DSN- MUI ketentuan tentang modal (sejumlah uang dan/atau aset yang diberikan oleh penyedia dana kepada mudharib untuk tujuan usaha) secara

"Am at m en gherankan sekali keadaan oran g m u'm in itu, sesun gguhn ya sem ua keadaan n ya itu adalah m erupakan kebaikan bagin ya dan kebaikan yang sedem ikian itu

Akad hibrid yang diimplementasikan dalam produk qardh beragun emasterdiri dari beberapa akad yaitu akad qardh, rahn dan ijarah ; pertama akad qardh untuk pengikatan pinjaman

Machiavelli mengatakan bahwa agama memiliki nilai politis yang dapat digunakan dalam kehidupan bernegara, Numa Pompilius seorang pemimpin Romawi berhasil mengkontruksikan

[r]