PERKEMBANGAN DINAS PENCEGAH DAN PEMADAM
KEBAKARAN DI KOTA MEDAN (1975-1990)
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NAMA: ROY BORNOK
NIM : 020706013
Pembimbing,
Dra. S.P. Dewi Murni, MA NIP 131412311
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
Lembar Persetujuan Ujian Skripsi
PERKEMBANGAN DINAS PENCEGAH DAN PEMADAM
KEBAKARAN DI KOTA MEDAN (1975-1990)
Yang diajukan oleh:
Nama: Roy Bornok
NIM: 020706013
Telah disetujui untuk diujikan dalam ujian skripsi oleh:
Pembimbing,
Dra. S.P. Dewi Murni, MA tanggal………. NIP 131412311
Ketua Departemen Ilmu Sejarah
Dra. Fitriaty Harahap, SU tanggal……….
NIP 131284309
DEPARTEMEN SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi
PERKEMBANGAN DINAS PENCEGAH DAN PEMADAM
KEBAKARAN DI KOTA MEDAN (1975-1990)
SKRIPSI SARJANA
DIKERJAKAN
O
L
E
H
NAMA: ROY BORNOK
NIM : 020706013
Pembimbing
Dra. S.P. Dewi Murni, MA
NIP 131412311
Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Sastra USU Medan,
Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra
dalam bidang Ilmu Sejarah
DEPARTEMAN SEJARAH
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Lembar Persetujuan Ketua
DISETUJUI OLEH:
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Departemen Sejarah
Ketua,
Dra. Fitriaty Harahap, SU
NIP 131284309
Lembar pengesahan skripsi oleh Dekan dan Panitia Ujian
PENGESAHAN:
Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara
Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra
Dalam Ilmu Sejarah pada Fakultas Sastra USU Medan
Pada :
Tanggal :
Hari :
Fakultas Sastra USU
Dekan,
Drs. Syaifuddin, MA. Ph.D
NIP 132098531
Panitia Ujian:
NO. Nama Tanda Tangan
1………. (………)
2………. (………....)
3………. (………)
PRAKATA
Penulis mengucapkan terimakasih setulus hati kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat anugerah yang diberikanNya kepada penulis, sehingga penulis mampu
menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Tugas yang telah tersusun ini merupakan
sebuah pertanggungjawaban seorang sejarawan dalam merekonstruksikan masa lampau
yang memberikan dampak bagi kehidupan masa kini dan kehidupan masa yang akan
datang. Di lain pihak tugas akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana S-1, pada Jurusan Sejarah pada Fakultas Sastra, Universitas Sumatera
Utara.
Studi ini membahas tentang perkembangan dan aktivitas yang dilakukan oleh
Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan (DP2K) sejak tahun 1975 hingga
tahun 1990. Pokok permasalahan yang ditekankan dalam penelitian ini mencakup
peranan yang dilakukan oleh DP2K untuk mengurangi bencana kebakaran di Kota Medan
dan perkembangan peralatan yang dimiliki oleh DP2K yang akan digunakan sebagai alat
dalam memadamkan api.
Penulis menyadari saat melakukan penelitian ini banyak kendala yang dihadapi,
sehingga penelitian ini berjalan lebih lambat dari yang telah direncanakan. Kendala yang
dihadapi oleh penulis berupa sumber-sumber yang sulit didapatkan, karenanya penulis
mengutamakan sumber-sumber berupa keterangan yang diperoleh dari berbagai pegawai
Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan yang tergolong sebagai pegawai
Untuk itu penulis menyampaikan bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari yang diharapkan, oleh karenanya Penulis terbuka menerima saran dan kritik
yang bertujuan sebagai penyempurnaan dari penelitian ini. Terima kasih
Medan, Juni 2008
Penulis,
ABSTRAK
PERKEMBANGAN DINAS PENCEGAH DAN PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA MEDAN (1975-1990)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan peranan Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan sejak tahun 1975 sampai tahun 1990. Untuk mengetahui fungsi dan peranannya sebagai badan pencegah dan pemadam terhadap bencana kebakaran yang terjadi di wilayah Kota Medan.
Dinas Pemadam kebakaran merupakan salah satu unsur penting penyelamatan kota dari bencana kebakaran. Dalam pertumbuhan selanjutnya, Unit Pemadam Kebakaran Kota Medan mengalami perkembangan, baik nama unit kerja, struktur maupun anggota. Pada setiap tahap pertumbuhannya, unit kerja ini dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan kebutuhan dan pertumbuhan Kota, khususnya mengantisipasi dan mengatasi ancaman bahaya kebakaran.
UCAPAN TERIMA KASIH
Judul penelitian ini adalah “Perkembangan Dinas Pencegah dan Pemadam
Kebakaran di Kota Medan (1975-1990)”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu
persyaratan dalam memperoleh gelar kesarjanaan pada Jurusan Sejarah, Fakultas Sastra,
Universitas Sumatera Utara. Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa dalam
penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan dari penulis
dalam pemahaman tentang Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran (DP2K) di Kota
Medan.
Namun, penulis merasa bersyukur karena dapat menyelesaikan skripsi ini berkat
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua saya tercinta, M. Sihombing Nababan/B.br Silalahi untuk
doa dan cintanya yang begitu besar. Atas pengertian, pengorbanan dan
kesempatan yang telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menikmati
pendidikan.
2. Bapak Drs. Syaifuddin, MA. Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra, Pembantu
Dekan beserta seluruh staf pegawai.
3. Ibu Dra. Fitriaty Harahap, SU selaku Ketua Departemen Sejarah serta Ibu
Nurhabsyah M.Si sebagai Sekretaris Departemen Sejarah yang membantu
kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dra. Hj. Farida Hanum Ritonga selaku Dosen Pembimbing Akademik atas
5. Ibu S.P. Dewi Murni, MA Selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas perhatian,
kritik, saran dan pengarahannya selama penulisan ini.
6. Bapak Drs. V.Redward W. Bakara, Msi selaku Kepala Dinas P2k Kota Medan
dan kepada Bapak James Sihombing, S.Sos, MT dan semua informan yang
telah banyak memberi bantuan data selama penelitian.
7. Saudara dan saudari saya, Verawati, Elyzabeth, Irfan Dani dan Destry Wani
yang telah memberikan dukungan, harapan dan doa kepada saya untuk
menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk keluarga besar di Binjai (Tulang, Inangtulang, Maylan, Leo, Yessy,
Rizky, Abang Sagala dan istri)
9. Untuk Mrs. Pintha. P. P yang selalu berjalan bersama saya dalam menapaki
hari dan memberi semangat serta solusi untuk semua masalah yang telah
terjadi. Yang selalu mengiringi saya dengan keikhlasan dan senyuman tanpa
lelah-lelahnya.
10.Untuk keluarga dekat saya, Lae Goklas, Abang Aji, Lae Bungan, Kak Yanti,
Kak Irma, Pita, Weny dan teman-teman saya: Aprida, Halason, Umar, Titi,
serta seluruh stambuk 02 (Amin, Juleo, Erwin Manalu, Appara Edwin,
Tommi, Dedi, Belli, Bohal, Zul, Daru, Tiomsi, dll)
11.Untuk teman-teman kelompok Immanuel (B’anda, Era, Leo, Amin) dan
kelompak Joyful (Friska, Leli dan Lita). Terimakasih kesempatan yang
diberikan kepada saya dalam satu pelayanan untuk saling berbagi, memahami
12.Yang terutama kepada tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, kasih dan
pencobaan yang diberikanNya untuk mendewasakan serta menjadikan hamba
selalu mensyukuri hidup yang telah dikaruniakanNya.
Medan, Juni 2008
Penulis,
Roy Bornok
DAFTAR ISI
Halaman
Sepata Kata…………. ……….. i
Abstrak…...……… iii
Ucapan Terima Kasih……… iv
Daftar Isi……… vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1
1.2 Rumusan Masalah ………... 7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 8
1.4 Tinjauan Pustaka ………... 9
1.5 Metode Penelitian ……….. 11
1.6 Kerangka Penelitian ………. 13
BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN 2.2 Kondisi Geografi Kota Medan ……… 15
2.1 Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Kota Medan ……….. 16
2.3 Struktur Sosial Budaya Masyarakat Kota Medan ……… 20
BAB III DINAS PENCEGAH DAN PEMADAM KEBAKARAN 3.1 Bahaya Kebakaran dan Antisipasi di Berbagai Kota ……… 23
3.3 Struktur Organisasi Dinas Pencegah dan
Pemadam Kebakaran Kota Medan dan Fungsi
Masing-masing Bagian Kerja ………. 31
3.4 Instansi Pemerintah Pendukung Kegiatan
Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota
Medan ………. 38
BAB IV FUNGSI DAN PERANAN DINAS PENCEGAH DAN
PEMADAM KEBAKARAN
4.1 Kronologi Kebakaran di Kota Medan ………. 44
4.2 Perkembangan Peralatan Dinas Pencegah dan
Pemadam Kebakaran Kota Medan ………. 51
4.3 Fungsi dan Peranan Dinas Pencegah dan Pemadam
Kebakaran Kota Medan ……….. 57
4.4 Kendala-kendala yang menghambat Proses
kerja DP2K ………. 62
BAB V KESIMPULAN ……….. 67
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN
ABSTRAK
PERKEMBANGAN DINAS PENCEGAH DAN PEMADAM KEBAKARAN DI KOTA MEDAN (1975-1990)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan peranan Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan sejak tahun 1975 sampai tahun 1990. Untuk mengetahui fungsi dan peranannya sebagai badan pencegah dan pemadam terhadap bencana kebakaran yang terjadi di wilayah Kota Medan.
Dinas Pemadam kebakaran merupakan salah satu unsur penting penyelamatan kota dari bencana kebakaran. Dalam pertumbuhan selanjutnya, Unit Pemadam Kebakaran Kota Medan mengalami perkembangan, baik nama unit kerja, struktur maupun anggota. Pada setiap tahap pertumbuhannya, unit kerja ini dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan kebutuhan dan pertumbuhan Kota, khususnya mengantisipasi dan mengatasi ancaman bahaya kebakaran.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
“Kecil menjadi kawan besar menjadi lawan” istilah ini digunakan manusia
sebagai wujud mewaspadai bahaya yang diakibatkan oleh api dari peristiwa kebakaran.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sangat dekat dengan api; seperti memasak,
menghangatkan badan saat udara dingin (api unggun).
Api yang memberikan keuntungan bagi manusia seperti penjelasan di atas adalah
jenis api yang dapat dikendalikan oleh manusia dan sifatnya sederhana. Demikianlah
fungsi api yang dapat dimanfaatkan manusia dalam menunjang aktivitasnya.1
Pencegah dan Pemadam Kebakaran yang ada di berbagai kota di Indonesia, pada
dasarnya memiliki kesamaan program-program yang telah mapan dari berbagai kota yang Tidak
selamanya api dapat dikendalikan oleh manusia dan memberikan keuntungan. Kadang
kala api menjadi sumber bencana yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan
ekologi lingkungan, yaitu saat api tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Bahaya
kebakaran merupakan salah satu bencana yang tidak dapat diduga dan tidak dapat
diperkirakan kapan datangnya, namun bahaya kebakaran dapat dikurangi akibatnya
dengan cara memberikan kewaspadaan yang penuh terhadap barang-barang yang dapat
mengakibatkan sumber api dan barang elektronika yang sudah rusak. Strategi sangat
berguna dibandingkan dengan tindakan pemadaman ketika api sudah tidak bisa
dikendalikan lagi.
ada di Eropa dan Amerika Serikat.2
Pemerintah Kota Medan sendiri menempatkan Dinas Pencegah dan Pemadam
Kebakaran pada Dinas Penelitian dan Pengembangan kota Medan yang
mempertanggungjawabkan diri kepada Sekretaris Daerah di mulai tahun 1979.
Penempatan Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan pada Dinas
Penelitian dan Pengembangan Kota Medan bertujuan untuk menyamakan perkembangan
kota dengan strategi mengantisipasi sumber-sumber bencana khususnya sumber-sumber
kebakaran yang baru dan mengetahui tingkat pelayanan publik lainnya.
Dinas Pemadam Kebakaran yang ada di tiap kota di
Indonesia berbeda penempatannya. Sebagian kota menempatkan pemadam kebakaran
pada Dinas Pekerja Umum, Tata Ruang Kota, dan ada yang berdiri sendiri tanpa
menggabungkan diri dengan badan yang lainnya.
Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan dalam perkembangannya
terbentuk berdasarkan keberadaan penjajahan Belanda di Indonesia, kenyataan
kedatangan penjajahan Belanda dimulai Juni 1596 di bawah pimpinan Cornelius De
Houtman3
Pada tahun 1919 pemerintah kolonial Belanda telah membentuk suatu badan
pemadam kebakaran dinamakan dengan Brandwier. Petugas ini pada awalnya berasal
dari petugas ronda di masa Batavia (Belanda) dulu, tugasnya tidak hanya menjaga
keamanan di kampung tapi mereka juga ikut membantu jika terjadi kebakaran. Untuk
memaksimalkan fungsi pemadam kebakaran dalam menghadapi bahaya kebakaran di . Pemerintah Kolonial Belanda membentuk lembaga yang menangani
kebakaran kota, khususnya pada peristiwa kebakaran bangunan atau rumah yang terbakar
karena serangan-serangan yang dilakukan musuh.
lakukan dengan merekrut pemuda pengangguran untuk menghadapi kondisi kebakaran
yang sering melanda kota. Mereka dilatih cara-cara memadamkan api, meski dengan
tindakan sangat sederhana4. Lembaga ini berkembang dan terfokus sejak tahun 1941 yang dinamakan dengan “Pemadam Kebakaran”. Anggota yang bertugas dalam hal ini
adalah anggota dari Standwach/KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch Leger atau Tentara
Kerajaan Hindia Belanda) menggantikan anggota dari penduduk sipil berupa petugas
ronda dengan tujuan pemaksimalan peran dan fungsi yang berkembang saat itu. 5
Masa penjajahan Belanda, Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran ditempatkan
pada markas-markas Polisi Kerajaan Belanda. Pemadam kebakaran ini berakhir setelah
kedatangan Jepang di Indonesia, ketika semua sistem yang dibangun oleh pemerintahan
Belanda di Indonesia dihapuskan oleh Pemerintah Militer Jepang sebab Pemerintah
militer Jepang lebih memfokuskan pada penempatan strategi militer, salah satunya adalah
pemadam kebakaran.
6
Masa setelah kemerdekaan yaitu tahun 1945 hingga tahun 1962, bentuk badan
khusus Pencegah dan Pemadam Kebakaran hanya sebagai pelengkap saja yang
dibebankan kepada Dinas Pekerjaan Umum, meskipun demikian tugas-tugas pelaksanaan
pemadam kebakaran tetap dijalankan dalam kesehariannya. Tahun 1970-an penduduk
Kota Medan mengalami perkembangan secara kuantitas di tandai dengan pertambahan
jumlah penduduk Kota Medan sebesar 1,3 juta jiwa, namun perkembangan kota secara
fisik terlihat lambat. Kebakaran bangunan ataupun pemukiman penduduk hanya terjadi
4
Arsip Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan yang berjudul Sejarah DP2K, hlm. 1
5
Tengku Luckman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Lembaga Penelitian dan Pengembangan Seni Budaya Melayu, 1991, hlm. 110
dalam skala kecil, sebab peristiwa kebakaran ataupun objek-objek yang terbakar mudah
dijangkau oleh petugas, sebab kota tidak begitu padat seperti tahun 1990an.7
Perkembangan kota semakin terlihat nyata tahun 1990-an dibandingkan dari
tahun-tahun sebelumnya (sebelum tahun 1970-an), hal ini dilatarbelakangi oleh Program
Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita) dan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) oleh Pemerintah Kota Medan. Program ini mengalami perkembangan
ditandai dengan perkembangan kota secara kualitatis yaitu dalam bidang pembangunan
secara fisik untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi serta kemajuan masyarakat
Kota Medan.
Sejak tahun
1945 hingga tahun 1962 Dinas Unit Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan
digabung dengan Departemen Pekerjaan Umum (PU). Rasionalisasi ini dilakukan untuk
mempermudah pemenuhan peralatan Dinas Unit Pencegah Pemadam Kebakaran Kota
Medan. Demikian halnya dengan pekerjaan yang dilakukan oleh Dinas Unit Pencegah
Pemadam Kebakaran, ditentukan oleh Dinas Pekerja Umum (PU).
Pemerintah kota Medan menilai bahwa perkembangan kota perlu di ikuti dengan
pencegahan bahaya-bahaya yang bisa menghambat perkembangan kota. Sejak tahun
1979, Dinas Pencegahan dan Pemadam Kebakaran Kota Medan dipindahkan ke Dinas
Penelitian dan Pengembangan Kota Medan. Pemindahan tugas ini diiringi dengan
tugas-tugas baru Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran, yaitu menjadi dinas yang ikut juga
bertanggungjawab sebagai lembaga pertolongan bencana alam yang terjadi di kota
Medan, misalnya bencana alam banjir, gempa bumi, dan bencana alam lainya.
7
Tugas baru yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pencegah dan Pemadam
Kebakaran ini berupa pengevakuasian terhadap korban, rekonstruksi kejadian, dan
pertolongan terhadap korban. Perubahan ini semakin memperbesar tanggung jawab yang
telah dilaksanakan oleh Dinas Pencegah dan Pemadam kebakaran.
Sejak tahun 1980an perkembangan Kota Medan tergolong sangat pesat, hal ini
dapat dilihat dari data yang diperoleh bahwa wilayah kota luasnya mencapai 26.500 Ha,8 dengan pertambahan bangunan-bangunan baru serta pertambahan jumlah penduduk yang
semakin cepat. Pada akhir tahun 1980, jumlah penduduk Kota Medan sudah mencapai
1,3 Juta jiwa dengan kecenderungan kelahiran dibandingkan kematian, sehingga
perhitungan yang dilakukan oleh pemerintah kota Medan, kepadatan penduduk Medan
telah mencapai 250 jiwa/Ha.9
Perkembangan Kota Medan yang tergolong pesat menjadikannya sebagai pusat
kegiatan pemerintahan, pusat kegiatan industri, perdagangan, perhubungan, pusat
kegiatan pendidikan, pusat kegiatan Wisata, dan pusat kegiatan sosial budaya.
Peningkatan kota berupa peningkatan berbagai aktivitas-aktivitas dari barbagai sektor
pemerintahan dan swasta, maka wilayah kota adalah menjadi wilayah yang perlu dijaga
dan diantisipasi dari bahaya-bahaya yang seketika dapat menghambat perkembangan
kota, baik itu bahaya alami, maupun bahaya-bahaya yang disebabkan oleh ulah tangan
manusia.
Pertambahan penduduk yang melaju tinggi diikuti dengan
peningkatan jumlah pemukiman yang dihuni oleh penduduk.
8
Pemerintah Kota Medan, Profil Kota Medan, Medan: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan , 2004, hlm. 36-37
9
Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan mempunyai tanggung
jawab yang besar terhadap peristiwa bahaya kebakaran. Peristiwa kebakaran juga ikut
berkembang di Kota Medan seiring dengan perkembangan kota. Tingginya tingkat
bencana kebakaran disebabkan oleh kurangnya kesadaran departemen-departemen dan
lembaga swasta lainnya dalam memenuhi peralatan pencegah kebakaran, seperti hasil
penelitian yang telah dilakukan oleh tim bersama antara Dinas Pencegah dan Pemadam
Kebakaran, Dinas Tata Ruang Kota, Departemen Pekerja Umum, Direktorat Cipta karya
dan Fakultas Tehknik Universitas Sumatera Utara tahun 1983, bahwa tingkat kesadaran
lembaga-lembaga, dan perusahaan swasta lainnya dinilai sangat kurang dalam
menyediakan peralatan pencegahan kebakaran. 45,76% bangunan yang ada di Kota
Medan dinilai rawan kebakaran, 54,24% bangunan dinilai rawan dan tetapi tidak lengkap,
dan 0% bangunan dinilai lengkap. Kesimpulan dari data ini menyatakan bahwa bangunan
yang ada di Medan sangat minim terhadap antisipasi bahaya kebakaran.10 Latarbelakang inilah yang membuat penulis tertarik mengambil topik “Perkembangan Dinas Pencegah
dan Pemadam Kebakaran kota Medan 1975-1990” sebagai objek kajian tugas akhir.
1.2 Rumusan Masalah
Pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah perkembangan
dan peranan Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan dalam menjaga Kota
Medan dari berbagai bencana kebakaran di Kota Medan. Untuk memfokuskan
permasalahan dalam penelitian ini, ada tiga poin yang dijadikan penulis sebagai
pertanyaan pokok dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana usaha yang dilakukan oleh Dinas Pencegah dan Pemadam
Kebakaran Kota Medan terhadap pencegahan bahaya kebakaran di Kota
Medan?
2. Bagaimana peranan yang dilakukan oleh Dinas Pencegah dan Pemadam
Kebakaran terhadap peristiwa kebakaran di Kota Medan?
3. Sejauh mana fungsi dan tujuan utama dari Dinas Pencegah dan Pemadam
Kebakaran Kota Medan?
Batasan waktu yang diangkat penulis dalam penelitan ini adalah tahun 1975-1990.
Tahun 1975 sebagai batasan awal dari penelitian ini dilatarbelakangi oleh perubahan
tugas dan departemen yang membawahi Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota
Medan. Batasan akhir dari penelitian ini adalah tahun 1990 merupakan latarbelakang
dari penggunaan tahun ini sebagai batasan akhir dilatarbelakangi oleh peristiwa
kebakaran semakin minim, berawal dari semakin efektifnya Dinas Pencegah dan
Pemadam kebakaran Kota Medan dalam melaksanakan tugasnya.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Setiap bidang kehidupan manusia banyak hal yang perlu diketahui sebagai
penelusuran terhadap identitas bangsa. Perkembangan dan peranan Dinas Pencegah dan
Pemadam Kebakaran Kota Medan memiliki tugas dalam misi kemanusiaan tanpa
mengharapkan imbalan dari pihak manapun. Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu;
1. Untuk mengungkapkan bagaimana usaha yang telah dilakukan oleh Dinas
Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan dalam mencegah kebakaran
2. Guna mengetahui bagaimana peranan yang telah dilakukan oleh Dinas
Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan.
3. Mengetahui fungsi dan tujuan dari aktivitas yang telah dilakukan oleh Dinas
Pencegah dan Pemdam Kebakaran Kota Medan.
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:
1. Menambah literatur tentang tugas Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran
Kota Medan.
2. Menambah literatur tentang bencana-bencana kebakaran yang terjadi di Kota
Medan.
3. Memberi masukan pada berbagai pihak yang berminat untuk mengetahui
tentang sejarah dan peranan Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota
Medan.
1.4 Tinjauan Pustaka
Untuk membantu pengkajian tentang perkembangan dan peranan Dinas Pencegah
dan Pemadam Kebakaran Kota Medan, maka penulis menggunakan pendekatan ilmu
sosiologi khususnya sosiologi perkotaan, arsitektur yaitu tata bangunan kota dan tehnik
untuk membantu penjelasan bidang peralatan dan strategi yang dipakai oleh Dinas
Pencegah dan Pemadam kebakaran Kota Medan.
Gatot Soedharto dalam bukunya yang berjudul “Pencegahan dan
Penanggulangan Bahaya Kebakaran (1983)”, Gatot Soedarto mengupas tentang hal-hal
unsur-unsur yang dapat menimbulkan api, serta syarat ganda dalam pengkuran suhu-suhu
dalam ruangan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Gatot Soedharto bahwa unsur yang paling
baik untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran adalah belajar dari
pengalaman-pengalaman sebelumnya. Pada bab selanjutnya yaitu bab II hingga bab IV, Ia membahas
tentang pemadaman kebakaran, tehnik-tehnik pemadaman kebakaran, bahan-bahan
pemadaman yang terdapat dalam ruangan, alat dan instalasi jaringan listrik untuk
mencegah korsleting listrik, untuk mencegah kebakaran dalam ruangan dan rumah.
Hamid Shahab, dalam bukunya yang berjudul “Kebijakan dan Sistematika
Menghadapi Kasus Kebakaran (1999)”, Hamid Shahab menggambarkan suatu kaitan
kondisi bangunan dan asuransi kebakaran baik harta benda maupun kerugian-kerugian
yang lainnya. Ia juga menjelaskan, dalam setiap kebakaran praktis kepanikan sangat
sering menimpa masyarakat khususnya mereka yang ikut menjadi korban, baik harta
benda maupun harta yang lainnya. Masyarakat yang ada disekitarnya menunjukakan hal
yang sama yaitu ikut panik yang dilandasi rasa ingin tahu kejadian yang sebenarnya, dari
mana sumber kebakaran, juga besarnya kerugian yang diderita oleh korban.
Semakin besarnya jumlah masyarakat yang datang, ditambah dengan kepanikan
kebakaran dari pemilik, mengakibatkan terhalangnya petugas dalam melaksanakan tugas
pemadaman. Disisi lain, karena sumber dan penyebab kebakaran belum bisa
diidentifikasi petugas, maka masing-masing masyarakat mengeluarkan penanfsiran yang
berbeda. Kebakaran sangat cepat membakar sebuah objek kebakaran, maka beberapa
pernyataan akan keluar dari masyarakat menyatakan bahwa pemadam kebakaran datang
pernyataan-pernyataan yang lainnya. Untuk memastikan hal inilah, seorang petugas kebakaran harus
memiliki kemampuan identifikasi yang tinggi yang dijelaskan dalam bukunya tersebut.
Buku karangan Said Efendi yang berjudul “Strategi Pembangunan Mewujudkan
Kota Medan Bestari (1996)”, Ia menguraikan bagaimana tingkat perkembangan kota
Medan dari tahun ke tahun serta sarana dan prasarana pendukung. Buku ini menguraikan
perkembangan kota sejak tahun 1945 di tandai sejak Indonesia memproleh kemerdekaan.
Said Efendi menjelaskan faktor-faktor pendukung di dalam menjaga keberlangsungan
dari pembangunan adalah antisipasi terhadap bahaya salah satunya adalah bahaya
kebakaran, untuk itu perlu peningkatan terhadap perlengkapan pemadam kebakaran.
Masih banyak daerah-daerah di Kota Medan yang perumahannya tidak teratur baik dari
susunan dan komposisi bangunan serta dalam penataan struktur kota. Bahaya kebakaran
sangat cepat menyebar sebab kondisi bahan bangunan yang di pakai merupakan bahan
bangunan yang mudah terbakar, oleh karena itu pada tahun 1980-an salah satu proyek
pemerintah Kota Medan ditujukan untuk menciptakan lingkungan yang teratur, rapi dan
aman dari bahaya kebakaran yang secara sendirinya proyek ini merupakan partisipasi
masyarakat dan di dukung oleh Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan.
Ketiga buku tersebut diatas menguraikan tentang bahaya kebakaran secara umum
dan pencegahan terhadap bahaya kebakaran yang terjadi, meskipun uraiannya tidak
berdasarkan kepada tulisan sejarah, namun karya tersebut dapat dijadikan bahan rujukan
dalam penelitian ini.
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, dimana penulis menguraikan secara
terperinci bagaimana Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan dalam
melaksanakan aktivitasnya dan penangganan terhadap bencana-bencana kebakaran yang
terjadi di Kota Medan.
Metode penelitian yang digunakan dalam merekonstruksi masalah ini
menggunakan metodologi penelitian sejarah, yang prosesnya adalah sebagai berikut:
1. Heuristik, yaitu proses pengumpulan sumber sebanyak-banyaknya yang
memberikan penjelasan tentang peristiwa kebakaran dan pelaksanaan tugas
pemadaman oleh Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan.
a. Penelitian kepustakaan (Library research) yaitu pengumpulan berbagai
sumber tertulis seperti buku, majalah, surat kabar, notulen, bulletin, dan
hasil laporan penelitian sebelumnya yang dapat mendukung penelitian ini.
b. Penelitian lapangan, yaitu menggunakan metode wawancara terhadap
petugas Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan, atau pun
orang-orang yang pernah menyaksikan peristiwa kebakaran.
2. Kritik sumber, sebagai cara mengetahui data yang akurat melalui:
a. Kritik Intern, yang ditujukan untuk memperoleh dokumen bersifat
kredibel dengan cara menganalisis sejumlah data tertulis yang berkaitan
dengan peristiwa kebakaran dan pelaksanaan tugas dari Dinas Pencegah
dan Pemadam Kebakaran Kota Medan.
b. Kritik Ekstren, untuk memperoleh data yang autentik dengan cara
3. Interpretasi untuk analisis penafsiran data dengan menggunakan metode
komperatif (membandingkan) dengan hasil penelitian yang dilakukan
sebelumnya. Metode ini dilaksanakan untuk memastikan hasil penelitian
dengan cara menyeragamkan dengan hasil penelitian yang dilakukan
sebelumnya.
4. Historiografi yaitu, menyusun fakta menjadi hasil penelitian yang bentuknya
adalah karya sejarah yang deskriptif analitis. Dari fakta-fakta tentang Dinas
Pencegahan dan Pemadam Kebakaran Kota Medan yang sudah diuji dengan
metode sejarah yang ditulis berdasarkan kronologi waktu.
1.6 Karangka Penelitian
Penelitian ini mengkaji tentang perkembangan yang dialami oleh Dinas Pencegah
dan Pemadam Kebakaran Kota Medan sebagai kajian studi sejarah. Penelitian sejarah
merupakan penelitian yang merekonstruksi masa lampau untuk mengetahui akibat yang
terjadi masa kini dan masa yang akan datang. Penelitian Sejarah ini diharapkan dapat
menguraikan masa lampau dari Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran (DP2K) Kota
Medan, berupa peranan dan perkembangan dinas tersebut dalam pelayanannya kepada
masyarakat Kota Medan.
Kajian ini menguraikan faktor-faktor dari kondisi DP2K Kota Medan, seperti latar
belakang, proses perkembangan, kebijakan ataupun fungsi yang dilakukannya dan
menguraikan peralatan yang digunakan oleh DP2K Kota Medan serta tidak lupa
menguraikan rintangan-rintangan yang dihadapi oleh DP2k Kota Medan saat
DP2K Kota Medan merupakan bagian dari lembaga pemerintah yaitu Pemerintah
Kota Medan tepatnya di dalam pengelolaan Dinas Penelitian dan Pengembangan Kota
Medan. Dengan demikian perkembangan DP2K sendiri tidak terlepas dari kebijakan dan
tanggungjawab yang dilakukan oleh pemerintah Kota Medan yaitu walikota Medan, baik
bidang pendanaan dan penempatan tugas Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran itu
sendiri.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitis dengan metode
penelitian lapangan (Field Research). Penelitian yang dilakukan mencakup penelitian di
lapangan untuk meneliti langsung terhadap masalah yang telah diteliti. Penulis juga
menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research) berupa penelitian
kepustakaan dalam pengumpulan keterangan-keterangan dari buku dan literatur lain yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
Tehnik pengumpulan data dalam mendapat keterangan yang digunakan sebagai
sumber merekonstruksi masa lampau dari Dinas Pencegah dan Pemadam kebakaran Kota
Medan menggunakan tehnik: observasi langsung berupa pengamatan secara langsung,
wawancara dan mereferensi arsip serta buku yang berkaitan dengan Dinas Pencegah dan
Pemadam Kebakaran Kota Medan.
BAB II
GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN
2.1 Kondisi Geografis Kota Medan
Secara geografis, kota Medan berada pada posisi 3, 30º - 3, 43º Lintang Utara dan
98,35 º - 98,44º Bujur Timur dengan topografi Kota Medan cenderung miring kesebelah
utara. Wilayah Medan jauh lebih rendah apabila dibandingkan dengan kabupaten yang
ada disebelahnya, sedangkan ketinggian Kota Medan berada pada 2,5 – 37,5 di atas
permukaan laut.11
Sebagian wilayah Medan sangat dekat dengan wilayah laut yaitu pantai Barat
Belawan dan daerah pedalaman yang dekat dengan kota Medan tergolong dataran tinggi
seperti kabupaten Karo. Akibat yang di timbulkan dengan kondisi ini memberikan
dampak pada suhu di Medan yang tergolong panas.
Dari ketinggian ini daerah Medan sangat rentan dengan bahaya banjir.
12
Kota Medan berbatasan dengan daerah-daerah yang masih tergolong sebagai
teritorial Sumatera Utara yang sebagian besar berbatasan dengan Deli Serdang. Adapun
batas-batas tersebut adalah: sebelah timur Medan berbatasan dengan daerah Deli
Serdang, sebelah utara berbatasan langsung dengan Selat Malaka, sebelah barat
berbatasan dengan daerah Deli Serdang dan sebelah selatan berbatasan dengan kabupaten
Langkat.
Dengan posisi seperti ini dan ditambah dengan faktor kemajuan internal lainnya,
sehingga Kota Medan sangat mudah dijangkau oleh masyarakat Sumatera Utara dan
11
Pemerintah Kota Medan, Profil Kota Medan, Medan: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan, 2004, hlm. 36
12
bahkan masyarakat Indonesia. Sebelum terjadi perluasan wilayah kota Medan hanya
seluas 1.150 hektar. Luas wilayah ini hanya bertahan sampai tahun 1942 yang kemudian
sejak 1943 sampai tahun 1971 luas kota telah mencapai 5.130 hektar. Puncaknya tahun
1973 Luas wilayah Kota Medan mengalami pertambahan lagi menjadi 26.510.13
2.2 Latar Belakang Sejarah dan Perkembangan Kota Medan
Penetapan berdirinya Kota Medan didasarkan pada kenyataan ketika Guru
Patimpus yang berasal dari etnis Karo membuka perkampungan baru. Analisis tentang
terbentuknya Kota Medan tanggal 1 Juli 1590 berdasarkan perhitungan almanak
(kalender) Karo. Setelah melalui beberapa pertimbangan tentang sejarah berdirinya Kota
Medan maka disimpulkan bahwa Kota Medan berdiri pada tanggal 1 Juli 1590 yang
dijadikan sebagai hari ulang tahun Kota Medan14
Beberapa perkampungan yang dekat dengan Medan seperti Pulo Brayan yang
dikuasai oleh penduduk etnis Karo bermarga Tarigan menjadi faktor pendorong
perkembangan wilayah Medan semakin cepat sebab di daerah ini pada akhirnya menjadi
wilayah kekuasaan dari keturunan Guru Patimpus yang bernama Hafidz Muda.
Kekuasaan marga Tarigan beralih kepada kekuasaan keturunan Guru Patimpus yang
dilatarbelakangi Guru Patimpus melakukan perkawinan dengan keturunan Tarigan
(Panglima Hali).
yang dirayakan setiap tahunnya.
15
Wilayah Medan yang masih dalam bagian dari Kesultanan Deli merupakan bagian
dari kerajaan Aceh. Kerajaan Aceh pada dasarnya masih tetap mengirimkan
panglima-13
Mahadi, Hari Djadi dan Garis-garis Besar Perkembangan Sosiologi Kota Medan, Medan: Fakultas Hukum USU, 1967, hlm. 40-41
14
Pemerintah Kota, op. cit., hlm. 34
panglimanya untuk berkuasa di wilayah Deli dengan demikian utusan kerajaan Aceh
masih lebih besar daripada kekuasaan panglima-panglima Medan keturunan Guru
Patimpus.
Sri Paduka Gocah Pahlawan sebagai panglima utusan Kerajaan Aceh di Deli
menjadi panglima pertama yang melakukan hubungan perdagangan dengan VOC yang
berpusat di Medan. Aktivitas perdagangan ini sebenarnya telah menyebabkan Medan
menjadi daerah penting dan berpengaruh di Deli.
Pada tahun 1863 Jacobus Nienhuys, Van Der Falk dan Elliot melakukan
kunjungan ke Deli yang bertujuan untuk melihat situasi Medan ketika itu. Dari hasil
pengamatannya bahwa Deli sangat cocok sebagai areal perkebunan sehingga ketiga
pengusaha tersebut berencana untuk membuka lahan perkebunan.
Sultan Deli secara terbuka menerima tawaran ketiga pengusaha tersebut dengan
menyediakan 4000 bahu tanah. Wilayah inilah yang dijadikan sebagai perkebunan
tembakau pertama di Deli yang berpusat di Medan pada tahun 1875, perkebunan tersebut
telah menjadi badan Usaha milik pengusaha Belanda yang dinamakan dengan Deli
Maatschappaij oleh Jannsen dan Cremer.16
Semakin beragam dan banyaknya suku pendatang ke Medan ternyata
menimbulkan perkembangan kota semakin pesat. Kota segera menjadi daerah
perdagangan setelah banyak masyarakat dari luar daerah yang memperdagangkan
barang-barang dagangannya ke Medan. Seperti keterangan yang diperoleh dari De Chineezen Ter
Oostkust Van Sumatera menjelaskan bahwa tahun 1882 Cina telah mengirimkan Perkebunan ini berpusat di Medan yang
sejumlah utusannya sebagai biro perdagangan yang bertugas di Sumatera Timur dan
berpusat di Medan.17
Selain biro perdagangan, kelompok Tionghoa juga mengirimkan sejumlah
perwira yang bertugas memberikan keamanan perdagangan antara kelompok Tionghoa
dengan kelompok masyarakat yang ada di Medan. Akibatnya kelompok Tionghoa dan
kelompok suku lainnya semakin bertambah di Medan, sehingga menjadi semakin penting
bagi banyak orang. Kedatangan orang-orang ke Medan lengkap dengan unsur budaya
yang mereka miliki dari daerah asal. Status mereka sebagai pedagang ataupun sebagai
kelompok pendatang tidak membatasi mereka dalam mempertahankan kebudayaan
mereka setelah sampai di Medan.
Agama ataupun unsur budaya yang dipertahankam oleh kelompok etnis
pendatang ini di Medan, seperti etnis Jawa, Batak, Nias, Aceh, Banjar, Mandailing,
Tionghoa dan etnis lainnya dengan perlahan-lahan diserap oleh kelompok masyarakat
yang menetap di Medan, namun hal ini terjadi setelah melalui proses yang cukup lama.18 Pada awal tahun 1866 pengusaha dari Belanda membuka sistem perkebunan di
Deli dengan mendirikan Deli Maatschappaij yang berpusat di Medan. Penanaman
tembakau di Medan memberikan dampak terhadap perkembangan Kota Medan selain
banyaknya masyarakat yang mencari pekerjaan ke Medan, kelompok masyarakat juga
menjadikan Kota Medan sebagai pusat perkumpulan pengusaha yang ada di Sumatera
Timur, baik yang datang dari Eropa maupun kelompok pedagang Asia lainnya.
17
Mahadi, loc. cit., hlm. 8
Tahun 1887 Medan diresmikan menjadi pusat residensi untuk wilayah Sumatera
Timur.19 Persetujuan ini dilakukan antara Sultan Deli dengan masyarakat dan kelompok pengusaha yang datang ke Medan. Sejak saat itu Medan telah menjadi pusat aktivitas di
Sumatera Timur, baik sebagai pusat pemerintahan, pusat perdagangan maupun pusat
pemukiman penduduk. Perkembangan Medan sejak saat itu telah jauh meninggalkan
kota-kota lainnya yang ada di Sumatera Timur, seperti Deli Serdang, Langkat, Tanah
Karo, Simalungun, Asahan dan Labuhan Batu.20
Pokok peristiwa dengan adanya pembukaan perkebunan telah menjadikan Medan
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Medan dihuni oleh beragam suku, etnis,
agama dan juga tradisi yang berbeda, berdasarkan masyarakat yang membawanya ke
Medan. Perkembangan perekonomian dilatarbelakangi oleh kedatangan pengusaha dan
pembukaan perkebunan di Sumatera Timur, khususnya di daerah Deli.
Medan sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara yang sekaligus berfungsi sebagai
pusat administrasi untuk wilayah Sumatera Utara memiliki beberapa tujuan yang ingin
dicapai sebagai ibukota propinsi yaitu menjadi pusat kegiatan pemerintahan, kegiatan
industri, perdagangan dan perhubungan serta pusat kegiatan pendidikan, pariwisata,
sosial dan budaya. Dengan demikian Medan terus mengalami perkembangan baik secara
fisik21 maupun dari sudut aktivitas-aktivitasnya yang dilaksanakan di Medan.
19
Mahadi, op. cit., hlm. 39
20
Pemerintah Kota Medan, Profil Kota Medan, Medan: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan, 2004, hlm. 12
21
2.3 Struktur Sosial Budaya Masyarakat Kota Medan
Dari hasil perhitungan yang dilakukan oleh pemerintah, setiap tahunnya penduduk
yang menempati Kota Medan lebih dominan masyarakat yang berusia 15-65 tahun.
Pertambahan ini ditafsir sebagai masyarakat pendatang atau masyarakat karena proses
urbanisasi dengan tujuan untuk bekerja. Hal ini terjadi setelah dibukanya perkebunan di
Sumatera Timur yang wilayahnya termasuk Medan.
Pertambahan etnis yang datang dari luar daerah Medan untuk mencari pekerjaan
atau menjadi buruh di perkebunan yang dibuka oleh pengusaha asing di Indonesia
membuka peluang dalam proses pembauran di Kota Medan. Banyak dari kelompok buruh
ini yang menetap di wilayah Medan atau sekitarnya. Kelompok etnis yang menetap ini
akan menjadi dasar dari pembentukan sistem sosial dan budaya di Medan, mereka yang
datang lengkap dengan kompleks budaya yang mereka miliki.
Sebelum Indonesia merdeka (tahun 1858) hingga pertengahan abad ke-20, segala
sistem yang berlaku di sekitar daerah Kesultanan Medan pada umumnya terbentuk dari
kebijakan kesultanan dan pemerintahan kolonial.22
Setelah kemerdekaan terdapat budaya baru di Kota Medan yang merupakan
budaya percampuran (pluralis) dari berbagai suku yang menempati Kota Medan. Seperti
suku Jawa, Melayu, Batak, Nias, Aceh, Banjar, Mandailing Tionghoa dan suku-suku Dalam bidang administrasi
masyarakat kebijakan datang dari pemerintahan kolonial sedangkan kebijakan yang
berhubungan dengan sistem sosial dan kemasyarakatan pada dasarnya dibentuk oleh
kesultanan. Hal ini berlangsung sampai Indonesia memperoleh kemerdekaannya.
22
yang lainnya yang masing-masing melaksanakan tradisi yang mereka miliki tanpa ada
unsur budaya dari suatu suku yang sistem budayanya diutamakan di Medan.
Sistem sosial yang berlaku dalam kehidupan keseharian masyarakat merupakan
sistem sosial yang diatur berdasarkan sistem sosial yang berlaku di Indonesia. Peraturan
pemerintah dan sistem norma masyarakat menjadi dasar dari kehidupan sosial yang
berlaku dalam masyarakat Medan.
Unsur budaya masyarakat Medan berasal dari inti sari budaya-budaya etnis yang
ada di Kota Medan. Meskipun secara kuantitas terdapat dominasi kelompok masyarakat
atau etnis tertentu di Kota Medan, namun hal ini tidak menjadikan Kota Medan
didominasi oleh unsur budaya etnis tersebut.23
Nilai keagamaan yang ada di Kota Medan telah banyak memberikan manfaat
terhadap terselenggaranya kekerabatan dengan sesama masyarakat. Unsur-unsur budaya
BAB III
DINAS PENCEGAH DAN PEMADAM KEBAKARAN
KOTA MEDAN
3.1 Bahaya Kebakaran dan Antisipasi di Berbagai Kota
Ada pepatah lama menyatakan, kecil menjadi kawan besar menjadi lawan.
Pepatah ini mengajari masyarakat agar berhati-hati terhadap api dan selalu mengontrol
api. Sebagai dampak terhadap bencana kebakaran merupakan bahaya yang proses
datangnya tanpa dapat diperkirakan dan diprediksi sebelumnya.
Api akan membakar segala bahan yang bisa terbakar, bahkan dapat mengancam
keselamatan jiwa manusia. Tidak menjadi hal yang mengherankan, ketika kota-kota di
dunia sejak zaman dahulu tetap menyediakan peralatan lengkap dengan pelaksananya
untuk mencegah dan memadamkan kebakaran.
Masing-masing kota mempunyai strategi yang berbeda dalam mencegah bahaya
kebakaran dan juga bagaimana menghindari kecelakaan ini bisa terjadi. Kota Romawi,
sebagai kota yang pertama menciptakan sistem pencegah dan pemadam kebakaran telah
dimulai sejak 300 tahun Sebelum Masehi. Hal ini menjadi teladan hingga sampai saat ini
bagi banyak dinas pencegah dan pemadam kebakaran.
Strategi pemadaman yang dilakukan dalam mengantisipasi terhadap bahaya
kebakaran bisa dilakukan seperti membuat jalur air melewati kota, menyediakan ember
setiap rumah, melakukan jaga malam untuk antisipasi kebakaran tengah malam,
mewajibkan rakyat tetap mengontrol Api.24
Pada tahun 1189 walikota Inggris memulai peraturan yang tergolong
memberatkan rakyat, ini dilatarbelakangi oleh tingginya tingkat kebakaran setiap
tahunnya di kota-kota Inggris. Walikota memerintahkan rakyat agar melakukan
penggantian terhadap dinding yang terbuat dari kayu dan atap yang mudah terbakar serta
melakukan pengecekan terhadap setiap rumah mengenai letak bahan-bahan yang mudah
terbakar.
Strategi-strategi ini menjadi hal-hal pokok
yang selalu dikembangkan oleh berbagai kota yang mempunyai pemadam kebakaran,
sesuai dengan orientasi kota dan keadaan lingkungan perkotaan.
Larangan terhadap pembakaran lilin dalam ruangan, menjadi peraturan baru yang
berlaku di Inggris. Dalam satu tahun pemerintah mengharuskan departeman yang
bertugas dalam pemadaman dan pencegahan kebakaran untuk mengeluarkan peraturan
baru yang bersifat efektif mengurangi tingkat kebakaran di Inggris.
Berbeda dengan pemerintahan di Amerika Serikat, jika Pemerintahan Inggris
hanya mengharuskan departeman kebakaran harus mengeluarkan paraturan ataupun
kebijakan baru yang efektif untuk mengurangi tingkat kebakaran. Pemerintah Amerika
Serikat melakukan penelitian mengenai kebakaran, baik latar belakang kebakaran,
metode mengatasi kebakaran dan cara pemadaman kebakaran yang lebih cepat dan
efisien. Sistem atau pun metode pemadaman terhadap kebakaran yang baru ditemukan
akan menjadi sebuah peraturan baru yang barlaku di kota-kota yang ada di Amerika
Serikat. Dari hasil penelitian yang diterapkan oleh Amerika Serikat, ternyata dapat
antara perkembangan kota dengan cara yang paling tepat untuk mengatasi kabakaran di
Amerika Serikat.
Pemadam kebakaran yang ada di Indonesia berbeda dari kota-kota yang ada di
luar negeri. Indonesia menyerahkan pengendalian masalah kebakaran kepada
masing-masing pemerintah daerah ataupun pemerintah kota. Hal-hal yang dimaksudkan dalam
pengendalian tersebut adalah dalam bidang pendanaan, tugas pelaksanaan, peraturan
daerah yang menyangkut Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran serta aktivitas
pemadam yang lainnya.25
Kebijakan ini dilaksanakan sesuai dengan keadaan yang ada di Indonesia dimana
setiap daerah memiliki ciri khas daerah yang berbeda. Upaya yang tepat dalam
menyesuaikan kebijakan tersebut dengan kondisi daerah adalah dengan
menyerahkannya kepada masing-masing daerah ataupun pemerintah kota.
Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran dalam kesehariannya berdasarkan
fungsi dan peralatan lebih lengkap di wilayah perkotaan dibandingkan dengan daerah luar
di kota. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi bangunan jumlah penduduk dan
lembaga-lembaga lainnya yang lebih banyak terdapat di daerah perkotaan, sehingga dalam upaya
menjaga kenyamanan kota, Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran lebih diutamakan
untuk daerah perkotaan.
3.2 Latar Belakang Sejarah Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota
Medan (DP2K)
Bencana badai, gempa dan datangnya banjir dengan kemajuan teknologi yang ada
biasanya bisa didahului dengan datangnya peringatan terlebih dahulu. Hal ini menjadi
sangat memungkinkan untuk dapat menekan timbulnya kerugian dan korban jiwa yang
lebih besar yang diakibatkan oleh bencana tersebut, tidak demikian halnya dengan bahaya
kebakaran. Bencana ini bukanlah sebuah fenomena alam melainkan kelalaian. Manusia
tidak akan dapat menebak kapan bahaya kebakaran akan menimpa dirinya? Atau, dimana
kebakaran akan terjadi? Pertanyaan ini dapat dijawab dengan melakukan
persiapan-persiapan antara lain berupa penyediaan alat pemadam kebakaran dan melakukan
tindakan-tindakan pemeriksaan terhadap perlengkapan alat sebagai antisipasi terhadap
terjadinya kebakaran.26
Berlatarbelakang dari kondisi bahaya kebakaran yang dapat dicegah, sehingga
peranan pemerintah selayaknya dapat menyediakan badan Pencegah dan Pemadam
Kebakaran. Seperti yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan sejak tahun 1963 yang
telah menyediakan suatu badan dengan tugas pokoknya adalah khusus pencegahan dan
pemadaman kebakaran. Medan sebagai salah satu kota terbesar di Sumatera dan ibu kota
Sumatera Utara, sejak masa pendudukan Belanda di Indonesia menyebabkan kota ini
selalu diperlengkapi dengan alat-alat pencegah dan pemadam kebakaran. Pada tahun
1919 Pemerintah kolonial Belanda telah membentuk suatu badan pemadam kebakaran
yang dinamakan dengan Brandwier.27
Sebagai badan yang bertugas dalam memadamkan api pada bangunan-bangunan,
badan ini lebih banyak menggunakan tenaga manusia disamping tenaga pompa
sederhana. Petugas yang masuk dalam kelompok ini pada dasarnya adalah anggota dari Tugas pokok dari badan ini merupakan antisipasi
terdapa bahaya kebakaran terjadi di wilayah kota.
26
N. Vinky, Rahman, Kebakaran, Bahaya “UnPredictible”, Upaya dan Kendala Penggulangannya, Medan: Fakultas Tehnik USU, 2000, hlm. 1-3
27
tentara Belanda yang sudah teruji terhadap kondisi yang terjadi. Pembagian anggotanya
ditempatkan pada pos-pos yang telah disediakan. Badan ini berakhir bersamaan dengan
berakhirnya masa pendudukan Belanda di Indonesia.
Selama tahun 1945 hingga tahun 1962 pemadam kebakaran di Kota Medan hanya
sebagai pelengkap tata kota yang di bebankan kepada Dinas Pemerintah Pekerjaan
Umum. Pemerintah kota Medan mempertimbangkan perkembangan kota yang harus
diimbangi dengan antisipasi terhadap bahaya-bahaya yang dapat menimbulkan kerusakan
atau gejala yang dapat menghambat perkembangan kota. Demikian halnya dengan Dinas
Pemadam Kebakaran maka sejak tahun 1963 badan yang bertugas untuk pencegahan dan
pemadaman kebakaran mulai dipisahkan.
Meskipun masih dalam bagian Dinas Pekerjaan Umum namun tugas
masing-masing dinas tersebut mulai berbeda. Dinas Pemadam Kebakaran yang baru dinamakan
dengan Unit Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan. Sebagai pimpinan pertama
dinas ini dipercayakan pemerintah Kota Medan kepada Mohammad Dahlan yang
menjabat sebagai pimpinan sejak tahun 1963 hingga tahun 1967, merupakan periode
yang tergolong berat dalam Dinas Pencegah dan Pemadam kebakaran Kota Medan.
Pemadam kebakaran hanya memproleh perlengkapan yang sangat sederhana, yaitu
peralatan pemadam kebakaran yang digunakan hanyalah peralatan hasil perbaikan
terhadap perlengkapan yang sudah lama dengan keadaan mesin sangat tidak
memungkinkan lagi. Mobil yang efektif digunakan untuk pemadam hanya berjumlah dua
unit, sedangkan mobil pengangkut pasukan, mobil pembantu dan mobil yang jenisnya
Unit Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan yang baru berupaya keras
dalam merancang tugas dalam menghadapi bahaya kebakaran untuk peristiwa kebakaran
masa yang akan datang. Hal inilah yang menjadikan tahun 1963 sampai tahun 1967
sebagai tahap paling penting dalam Dinas Unit Pencegah Pemadam Kebakaran Kota
Medan.
Keberadaan Dinas Unit Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan pada
dasarnya berada dalam pengelolaan pemerintah kota Medan. Segala kebijakan yang
berkaitan dengan perubahan atau pun kegiatan yang telah dilakukan oleh dinas tersebut
didasarkan pada kebijakan pemerintah Kota Medan. Seperti perubahan yang terjadi tahun
1967, Unit Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan dipisahkan dari Dinas Pekerjaan
Umum kepada Dinas Sub Direktorat Ketertiban Umum.
Perubahan yang signifikan dalam perpindahan tugas dari Dinas Pekerjaan Umum
ke Dinas Sub Direktorat Ketertiban Umum tidak terlalu terlihat, hal ini dilatarbelakangi
dengan penyesuaian antara perlengkapan kota dengan perkembangannya. Sejak
perubahan terjadi, pimpinan dalam Unit Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan
dipercayakan kepada Salamuddin Siregar, namun dua tahun kemudian ia diganti oleh
Baharuddin Nur.
Pada masa pimpinan J.L. Girsang terjadi suatu perubahan dalam pengelolaan
dalam Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran, perubahan yang tampak ditandai
perubahan nama Unit Pencegah Pemadam Kebakaran Kota Medan di bawah Dinas Sub
Direktorat Ketertiban Umum menjadi Unit Linmas. J.L. Girsang menduduki jabatan
sebagai pimpinan Dinas Pencegah dan pemadam kebakaran dimulai sejak tahun 1972
pemadam kebakaran yang diarahkan sebagai perlindungan terhadap jiwa manusia
(masyarakat) dari bahaya kebakaran.
Tahun 1972 hingga tahun 1979 kebijakan yang tampak dari Dinas Pencegah dan
Pemadam Kebakaran berupa efektivitas pencegahan terhadap bahaya kebkaran.
Keputusan ini merupakan sebagai langkah menutupi kekurangan perlengkapan yang
terjadi di tubuh Unit Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan.
Perubahan nama Pemadam Kebakaran Kota Medan, terakhir kali dilakukan pada
tahun 1979, yaitu menjadi Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan
(DP2K). Nama ini berlaku hingga tahun 2008, dimana Dinas Pemadam Kebakaran ini di
gabung dengan Badan Penelitian dan Pengembangan kota Medan.
Pergantian nama dan penggabungan Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran ke
bidang Penelitian dan Pengembangan kota Medan menyebabkan semakin luasnya tugas
yang akan dilaksanakan oleh Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan.
Sebagai pimpinan baru dalam dinas tersebut adalah P.T. Girsang. Jabatan ini diduduki
oleh PT Girsang hingga tahun 1991.
Aktivitas yang terlihat dari kebijakan pimpinan P.T. Girsang saat menduduki
jabatan DP2K berupa pemulihan suasana darurat bahaya kebakaran kota Medan yang
terjadi sejak 1980. Strategi tersebut salah satunya ditandai penempatan hidran air di
berbagai sudut kota yang mudah dijangkau oleh mobil pemadam guna mengatasi
kekurangan peralatan yang dimiliki oleh Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran.29
29
Luas kota Medan pada tahun 1990 yang menjadi tugas DP2K telah mencapai 26.510 Ha,
dan jumlah penduduk inilah yang membuat DP2K lebih mengutamakan pencegahan
sebagai tugas pokok yang telah dilaksanakan oleh dinas tersebut.
Seiring dengan pergantian nama ini Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran
Kota Medan selalu diimbangi dengan perubahan-perubahan program kerja yang telah di
laksanakan Dinas ini. Hal ini disesuaikan dengan perkembangan Kota Medan, baik dari
segi bangunan, jumlah penduduk, dan pembangunan sektor-sektor fisik di sekitar wilayah
kota yang menjadi wilayah tugas Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota
Medan.
Perkembangan kota yang terus menerus mengharuskan pemadam kebakaran
melakukan peningkatan alat siram (pompa) maupun alat pencegahan kebakaran lainnya.
Seperti bertambah tingginya bangunan yang setiap tahunnya tinggi tingkatan suatu
bangunan selalu mengalami peningkatan. Di sisi lain perkembangan fisik, seperti
pertambahan jumlah bangunan hunian dan bangunan untuk kegiatan yang lainnya selalu
meningkat, mengharuskan Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran memperlengkapi
peralatan dan teknis-teknis pemadaman terhadap bahaya kebakaran yang terjadi.
3.3 Struktur Organisasi Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan
dan Fungsi Masing-Masing Bagian Kerja
Proses penyusunan struktur organisasi Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran
di masing-masing daerah di Indonesia, ditentukan oleh pemerintah daerah ataupun
pemerintah kota. Hal ini didasarkan pada kondisi daerah yang memiliki perbedaan
masing-masing. Pemadam Kebakaran yang berada di Kota Medan berbeda
Surabaya, Kalimantan. Bahkan berbeda dari pencegah dan pemadam kebakaran di
masing-masing daerah kabupaten ataupun pemerintah kota lainnya yang masih tergolong
sebagai wilayah Sumatera Utara.30
Sebagai dinas yang berada dalam pengelolaan Pemerintah Kota Medan
berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Darurat Tahun 1956, tentang Pembentukan Daerah
Otonom Kota-kota Besar dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara maka
susunan jabatan ataupun struktur yang berlaku dalam Dinas Pencegah dan Pemadam
Kebakaran Kota Medan, disusun berdasarkan kebijakan pemerintah Kota Medan,31
Susunan birokrasi ataupun organisasi dalam Dinas Pencegah dan Pemadam
Kebakaran Kota Medan, sejak tahun 1968 hingga saat ini tetap sama. Perubahan yang
terjadi hanya pada makanisme yang membentuk sub-sub dinas yang dilatarbelakangi
perkembangan peralatan dan perkembangan Kota Medan yang menjadi wilayah tugas
Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan.
dalam
hal ini walikota Medan.
Susunan organisasi yang berlaku sejak tahun 1979-1991 pada Dinas Pencegah dan
Pemadam Kebakaran Kota Medan adalah:
a. Kepala Dinas
b. Sub Bagian Tata Usaha
c. Sub Dinas Perencanaan
d. Sub Dinas Operasi
e. Sub Dinas Pemeliharaan Peralatan
f. Sub Dinas Pengendalian
30
Hasil wawancara dengan Elias Sebayang di Kantor DP2K Kota Medan tanggal 3 Maret 2008
g. Sub Dinas Retribusi
h. Kelompok Jabatan Fungsional.32
Secara umum, semua bagian yang berada dalam struktur organisasi Dinas
Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan adalah untuk mempermudah pekerjaan
dinas tersebut. Disamping tugas bersama, masing-masing sub dinas memiliki tugas pokok
yang saling berkaitan. Tugas pokok masing-masing adalah:
a. Bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas yang berkaitan dengan penyusunan rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran (DP2K).Tugas tersebut antara
lain: melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum lainnya,
mengelola urusan administrasi kepegawaian, mengelola urusan keuangan dan laporan
keuangan dinas, mengelola urusan perlengkapan, kerumahtanggaan dan pengadaan
barang, Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan
bidang tugasnya.
b. Sub Dinas Perencanaan :
Sub Dinas Perencanaan pada dasar kegiatannya memiliki fungsi yaitu untuk:
menyusun rencana kegiatan kerja, merencanakan penyusunan kegiatan program dinas,
menyusun dan merencanakan anggaran, melaksanakan kegiatan penelitian dan
penyelidikan atas sebab terjadinya kebakaran dan bencana alam lainnya. Fungsi lainnya
menganalisa serta membuat data statistik, membuat, mempersiapkan, menyajikan data
statistik dan dokumen dinas lainnya akibat kebakaran maupun bencana lainnya,
melaksanakan kegiatan penyuluhan dan bimbingan masyarakat, mengevaluasi kegiatan
atas rencana program kerja yang dilaksanakan dan melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan bidang tugasnya. Tugas masing seksi yang ada
pada Sub ini adalah:
1. Seksi Penyusunan Program: bertugas menyusun program kerja dinas dan
pengembangan, mengevaluasi dan membuat prosedur kerja dalam mencegah
bahaya kebakaran serta bencana lainnya yang masih dapat di ditanggulangi.
2. Seksi Penelitian dan Statistik: bertugas melaksanakan kegiatan penelitian dan
penyelidikan atas terjadinya kebakaran dan bencana alam serta menghimpun data
statistik pencegahan/penanggulangan, penyelamatan bahaya kebakaran serta
bencana alam lainnya.
3. Seksi Bimas dan Penyusunan: bertugas melaksanakan pembinaan dan penyuluhan
terhadap pegawai/karyawan baik di instansi pemerintah, swasta maupun
organisasi kemasyarakatan dan masyarakat umum dalam
mengatasi/menanggulangi bahaya kebakaran dan bencana alam lainnya.
c. Sub Dinas Operasi :
Tugas pokok dari Sub Dinas Operasi antara lain: menyusun rencana kegiatan
pemadaman dalam upaya pertolongan/penyelamatan jiwa dan harta benda pemiliknya di
lokasi bencana, mengkoordinasi dan melaksanakan kegiatan dibidang penanggulangan
dengan instansi terkait, memelihara dan mengawasi sumber-sumber air yang dapat
digunakan untuk menanggulangi kebakaran di Kota Medan dan melaksanakan
tugas-tugas lain yang diberikan kepala dinas sesuai dengan bidang tugas-tugasnya.
d. Sub Dinas Pemeliharaan Peralatan.
Dalam melaksanakan pemadaman terhadap tempat kejadian kebakaran maka
peralatan harus dalam keadaan siap pakai, maka perlu selalu diperhatikan kondisi
peralatan. Fungsi lain dari bidang ini adalah, menyusun rencana kegiatan kerja,
menyediakan kebutuhan peralatan/alat-alat perlengkapan serta bahan pemadam
kebakaran dan bencana alam lainnya, menerima serta menyalurkan peralatan yang berada
di gudang sesuai dengan pengalokasian serta melaksanakan pengecekan pemakaian
peralatan sesuai permintaan yang dibutuhkan, melaksanakan pemeliharaan dan perawatan
termasuk perbaikan peralatan pemadam dan kendaraan, melaksanakan tugas-tugas lain
yang diberikan kepala dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
Masing-masing seksi yang ada dalam Sub Dinas Peralatan berfungsi untuk:
1. Seksi Pengadaan Peralatan dan Penyediaan Bahan Pemadam: bertugas
merencanakan dan menyediakan kebutuhan peralatan/perlengkapan serta
bahan pemadam lainnya untuk kegiatan penanggulangan pencegahan bahaya
kebakaran dan bencana alam lainnya.
2. Seksi Pergudangan dan Penyaluran: bertugas menerima serta menyalurkan
peralatan yang ada digudang sesuai dengan kebutuhan serta melakukan
3. Seksi Perawatan dan Perbengkelan: bertugas memelihara dan merawat
termasuk memperbaiki kendaraan dan alat-alat pemadam lainnya.
e. Sub Dinas Pengendalian:
Adapun tugas pokok Sub Dinas Pengendalian antara lain: menyusun rencana
kegiatan kerja dan pola operasional, membantu mengatur strategi operasional
penanggulangan kebakaran dan pertolongan pertama pada para korban berupa pelayanan
Ambulance, Rescue, dan Evakuasi sebagai akibat bencana kebakaran ataupun bencana
lainnya. Melaksanakan usaha pencegahan kebakaran dengan melakukan pemeriksaan
Alat Proteksi Kebakaran yang beredar dipasaran melalui distributor (termasuk sarana
proteksi kebakaran yang terpasang pada setiap bangunan), melaksanakan bimbingan
teknis terhadap unit-unit bantuan kebakaran pada instansi pemerintah dan swasta,
perusahaan-perusahaan, pusat-pusat perbelanjaan, bangunan umum dan industri serta
bangunan lainnya serta bimbingan terhadap warga masyarakat dalam hal
pencegahan/penanggulangan bahaya kebakaran,melaksanakan tugas-tugas lain yang
diberikan kepala dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
f. Sub Dinas Retribusi :
Keberadaan bangunan yang ada diwilayah perkotaan dan diluar perumahan
penduduk berada dalam pemeriksaan Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota
Medan, sebagai upaya keselamatan penghuninya. Dengan tugas ini, Pemadam
Kebakaran berhak memungut retribusi dari bangunan- bangunan yang ada. Fungsi lain
dari Sub Dinas Retribusi berupa penyusunan rencana kegiatan kerja, mengkaji
penagihannya yang disesuaikan dengan ketentuan, melaksanakan pengawasan
(monitoring) terhadap kegiatan yang menyangkut bidang retribusi agar tidak terjadi
penyimpangan dalam pelaksanaannya, melaporkan kegiatan pelaksanaan tugas yang telah
dilaksanakan baik secara rutin maupun, melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan
kepala dinas sesuai dengan bidang tugasnya.
1. Seksi Pendataan: bertugas melaksanakan kegiatan pendataan dibidang
retribusi untuk bahan kajian penetapan retribusi sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
2. Seksi Penetapan: bertugas melaksanakan kajian dibidang penetapan retribusi
dan menyusun konsep penetapan retribusi serta menetapkan besarnya retribusi
yang harus dibayar oleh wajib retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Seksi Penagihan: bertugas melaksanakan pengawasan dan penagihan retribusi
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.33
3.4 Instansi-Instansi Pemerintah Pendukung Kegiatan Dinas Pencegah dan
Pemadam Kebakaran Kota Medan
Saat melaksanakan tugasnya sebagai pencegah dan pemadam kebakaran, banyak
dukungan yang diberikan kepada Pemadam Kebakaran agar mereka dapat menghantikan
Pencegah dan Pemadam Kebakaran Kota Medan pada dasarnya adalah instansi-instansi
pemerintah yang diantaranya adalah:
a. Koordinasi DP2K Dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
Bahan yang selalu digunakan oleh Dinas Pencegah dan Pemadam Kebakaran
Kota Medan pada dasarnya hanya menggunakan air sebagai bahan tunggal pemadaman
api. Hal ini terbukti dari alat pokok yang masih digunakan saat pemadaman api adalah
mobil penyiram.
Untuk memperlancar proses pendapatan air maka kerjasama antara PDAM harus
terkoordinasi. Koordinasi ini mengenai penyediaan air melalui hidran-hidran di berbagai
kecamatan yang ada di Medan, dengan penambahan kapasitas dan jumlah hidran serta
kapasitas sumber air bisa dimaksimalkan untuk mengantisipasi bahaya kebakaran. Tujuan
dari koordinasi ini agar pemadam mengetahui hidran-hidran yang terdekat sebagai tempat
mendapatkan air yang akan disiramkan untuk memadamkan api. Kerjasama ini adalah hal
yang penting diupayakan.34
Penempatan hidran air yang paling tepat berdasarkan acuan Dinas Pencegah dan
Pemadam Kebakaran Kota Medan adalah yang ditempatkan di pinggir jalan dan
menyebar di wilayah tugas Pemadam Kebakaran. Tujuan penyebaran hidran tersebut
adalah untuk mempercepat proses isi ulang tangki, ketika isi air di dalam tangki mobil
sudah habis disiramkan.
Koordinasi antara Polisi Lalulintas dengan DP2K berhubungan dengan sarana
jalan. Gerak pemadaman yang sangat singkat guna memadamkan tempat yang terbakar,
memaksa DP2K menggunakan jalan sesuai dengan kepentingan strategis untuk
mengurangi akibat yang ditimbulkan kebakaran.35
Tujuan kerjasama Pemadam Kebakaran dengan Polisi Lalu lintas berupa
kelancaran transportasi mobil pemadam kebakaran dijalan raya untuk tiba secepatnya di
lokasi kebakaran. Polisi diharapkan lebih mengutamakan jalur lalu lintas khusus ketika
pemadam kebakaran menuju lokasi kebakaran.
Keterlambatan pertolongan karena
buruknya sistim komunikasi dan kemacetan lalu lintas yang memaksa Dinas Pencegah
dan Pemadam kebakaran Kota bekerja ekstra keras menuju lokasi kebakaran.
Koordinasi lainnya adalah mengenai keterangan jalur-jalan alternatif yang dapat
dilalui mobil pemadam kebakaran. Jalan khusus yang dapat dilalui mobil pemadam
kebakaran sangat efektif bagi anggota pemadam kebakaran dalam melaksanakan
penyelamatannya. Ketika menuju lokasi kebakaran, Polisi Lalulintas mendahului mobil
pemadam kebakaran, agar pengguna jalan lainnya memberikan kelonggaran kepada
kendaraan tersebut. Disamping itu mobil pemadam kebakaran akan mengikuti polisi dari
jalur khusus yang paling tepat menuju lokasi kebakaran.36
c. Koordinasi DP2K Dengan Dinas Bangunan
Perencanaan kawasan bangunan yang kurang terencana di tandai daerah terbuka
antar dan di sekitar bangunan maupun bangunan pemukiman yang terbatas serta
akses-35
Hasil wawancara dengan Abdul Junaidi Hasibuan di Kantor DP2K Kota Medan tanggal 4 Maret 2008
akses ke lokasi kecelakaan kebakaran yang sering menyulitkan pemadam kebakaran
untuk menjalankan kegiatannya. Perlindungan bangunan terhadap bahaya kebakaran
sering kali kurang memenuhi syarat, hal ini umumnya di sebabkan kurang tersedianya
persyaratan perlindungan kebakaran pada bangunan dan tidak adanya kontrol
pengawasan yang berkaitan dengan sistem penggulangan kebakaran pada saat proses
pelaksanaan kontruksi.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 02/KPTS/1985,
tentang Pencegahan dan penangulangan serta persyaratan bangunan terhadap bahaya
kebakaran dijelaskan bahwa, bangunan harus menyediakan peralatan keselamatan, yang
termasuk didalamnya adalah peralatan pencegah pemadam kebakaran.37
Kegiatan pemadam kebakaran yang berkaitan dengan bangunan dibebankan
kepada tugas Sub Retribusi.38
Kegiatan bidang retribusi terhadap bangunan tergolong besar. Pemadam
kebakaran melalui bidang retribusi berhak melakukan koreksi bangunan, baik dari segi
ketahanan, kenyamanan bangunan, kesehatan bagunan, identitas bangunan dan
unsur-unsur administrasi yang lainnya.
Bangunan bertingkat ataupun bangunan besar lainnya diupayakan memiliki
persiapan pencegah kebakaran, seperti alarm api dan gas pemadam kebakaran yang
ditempatkan pada tingkat-tingkat ataupun ruangan tertentu. Tugas-tugas ini pada
dasarnya adalah tugas pemadam kebakaran yang bekerjasama dengan Dinas Bangunan.
Dengan melakukan koordinasi maka pemadam kebakaran telah terbantu dalam
37
Universitas Sumatera Utara, Laporan penelitian Sarana Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Pada Bangunan Bertingkat di Medan, Medan: Universitas Sumatera Utara, 1986, hlm. i