52
LAMPIRAN 1
DATA HASIL PERCOBAAN
L1.1 DATA HASIL PERCOBAAN
L1.1.1 Data Hasil Percobaan Penentuan Waktu Optimum
Tabel L1.1 menunjukkan data hasil percobaan penentuan waktu optimum pada variasi waktu 30, 60, 90, dan 120 menit.
Tabel L1.1 Data Hasil Percobaan Penentuan Waktu Optimum
Jenis Pektin
Bobot
L1.1.2 Data Hasil Percobaan Pengaruh Bobot Biosorben
Tabel L1.2 menunjukkan data hasil percobaan pengaruh bobot biosorben pada variasi bobot 0,25; 0,50; 0,75; dan 1,00 gr.
Tabel L1.2 Data Hasil Percobaan Pengaruh Bobot Biosorben
Bobot Biosorben (gr)
Waktu (menit)
Nilai Absorptivitas
53
L1.1.3 Data Hasil Percobaan Pengaruh Ukuran Biosorben
Tabel L1.3 menunjukkan data hasil percobaan pengaruh ukuran biosorben pada variasi ukuran 60 dan 100 mesh.
Tabel L1.3 Data Hasil Percobaan Pengaruh Ukuran Biosorben
Ukuran Biosorben (mesh)
Waktu (menit)
Nilai Absorptivitas
Konsentrasi Sisa Logam Pb (ppm)
60
90 0,0016 0,0116
100 -0,0015 -0,0912
L1.1.4 Data Hasil Percobaan Analisa Isoterm Adsorpsi
Tabel L1.4 menunjukkan data hasil percobaan yang digunakan untuk menghitung analisa isoterm Freundlich dan Langmuir pada variasi konsentrasi 15, 20, 25, 30, dan 35 ppm.
Tabel L1.4 Data Hasil Percobaan Analisa Isoterm Adsorpsi
Konsentrasi
Konsentrasi Sisa Logam Pb (ppm)
L1.1.5 Data Hasil Analisa FTIR (Fourier Transform Infra Red)
Gambar L1.1 menunjukkan hasil uji analisa FTIR pektin non-modifikasi.
54
Gambar L1.2 menunjukkan hasil uji FTIR pektin modifikasi.
Gambar L2.2 Hasil Uji FTIR Pektin Modifikasi
L1.1.6 Data Hasil Analisa Penentuan Derajat Esterifikasi Pektin
Tabel L1.5 menunjukkan hasil analisa penentuan derajat esterifikasi pektin.
Tabel L1.5 Hasil Analisa Penentuan Derajat Esterifikasi Pektin
Jenis Pektin Initial Titration (ml) Final Titration (ml)
Pektin Markisa Non Modif 2,5 2,8
55
L1.2 DATA HASIL PERHITUNGAN
L1.2.1 Data Hasil Perhitungan Penentuan Waktu Optimum
Tabel L1.6 menunjukkan data hasil perhitungan penentuan waktu optimum pada variasi waktu 30, 60, 90, dan 120 menit.
Tabel L1.6 Data Hasil Perhitungan Penentuan Waktu Optimum
Jenis
L1.2.2 Data Hasil Perhitungan Pengaruh Bobot Biosorben
Tabel L1.7 menunjukkan data hasil percobaan pengaruh bobot biosorben pada variasi bobot 0,25; 0,50; 0,75; dan 1,00 gr.
Tabel L1.7 Data Hasil Perhitungan Pengaruh Bobot Biosorben
Bobot
L1.2.3 Data Hasil Perhitungan Pengaruh Ukuran Biosorben
Tabel L1.8 menunjukkan data hasil perhitungan pengaruh ukuran biosorben pada variasi ukuran 60 dan 100 mesh.
Tabel L1.8 Data Hasil Perhitungan Pengaruh Ukuran Biosorben
56
L1.2.4 Data Hasil Perhitungan Analisa Isoterm Adsorpsi
Tabel L1.9 menunjukkan data hasil perhitungan yang digunakan untuk analisa isoterm adsorpsi dengan variasi konsentrasi 15, 20, 25, 30, dan 35 ppm.
Tabel L1.9 Data Hasil Perhitungan Analisa Isoterm Adsorpsi
Co (mg/L) Ce (mg/L) Qe (mg/g) Ce/Qe log Ce log Qe
L1.2.5 Data Hasil Perhitungan Analisa Derajat Esterifikasi Pektin
Tabel L1.10 menunjukkan data hasil perhitungan analisa derajat esterifikasi pektin.
Tabel L1.10 Data Hasil Perhitungan Analisa Derajat Esterifikasi Pektin
Jenis
Derajat Esterifikasi (%)
Pektin Markisa Non Modif 2,5 2,8 52,83
57
LAMPIRAN 2
CONTOH HASIL PERHITUNGAN
L2.1 PERHITUNGAN PERSENTASE PENYERAPAN
Dari persamaan 3.1 dapat dihitung persentase penyerapan. Maka untuk contoh perhitungan diambil contoh yaitu absorpsi pada konsentrasi 15 ppm, massa biosorben 1 gr, ukuran partikel biosorben 60 mesh, waktu pengadukan selama 90 menit.
= 99,92 %
Keterangan:
C1 = konsentrasi awal larutan (mg/l)
C2 = konsentrasi akhir larutan (mg/l)
L2.2 PERHITUNGAN ISOTERM ADSORPSI
Tabel L2.1 menunjukkan data yang digunakan untuk perhitungan isoterm adsorpsi.
Tabel L2.1 Data Penentuan Isoterm Adsorpsi
58
Diplot kurva isotherm yang dapat mewakili penyerapan ion logam Pb
Trial I (Isoterm Langmuir)
Diplot Ce vs dengan intersep adalah dan slope adalah . Kurva Ce vs dapat dilihat pada gambar L2.1.
Gambar L2.1 Kurva Isoterm Adsorpsi Langmuir Pektin Kulit Buah Markisa Terhadap Ion Logam Pb2+
Dari gambar L2.1 diperoleh persamaan isotherm Langmuir adalah y = 0,7181x + 0,0319. Maka dapat dihitung nilai bqm dan qm seperti
cara berikut:
0,7181 =
Maka diperoleh nilai bqm (konstanta kesetimbangan) sebesar
59
Trial II (Isotherm Freundlich)
Untuk isotherm Freundlich akan diplot kurva log Ce vs log qe. Kurva
tersebut akan memberikan nilai intersep adalah log k dan slope adalah . Kurva isotherm Freundlich dapat dilihat pada gambar L2.2.
Gambar L2.2 Kurva Isoterm Adsorpsi Freundlich Pektin Kulit Buah Markisa Terhadap Ion Logam Pb2+
Dari gambar L2.2 diperoleh persamaan isotherm Freundlich adalah y = 0,1472x + 0,1393. Maka dapat dihitung nilai n dan k dengan cara sebagai berikut:
0,1393 = log k
60
L2.3 PERHITUNGAN DERAJAT ESTERIFIKASI
Dari persamaan 4.1 dapat dihitung nilai derajat esterifikasi. Sebagai contoh diambil data pektin non-modifikasi dengan intial titration 2,5 ml dan final titration 2,8 ml.
DE =
= 52,83%
Keterangan:
DE = Degree of Esterification (%)
Final Titration = jumlah NaOH yang digunakan pada titrasi terakhir (ml)
61
LAMPIRAN 3
FOTO HASIL PERCOBAAN
L3.1 EKSTRAKSI PEKTIN
Gambar L3.1 Kulit Markisa Kuning Kering
62
Gambar L3.3 Penyaringan Filtrat Pektin
Gambar L3.4 Hasil Penyaringan Filtrat Pektin
63
Gambar L3.6 Penyaringan Gel Pektin
Gambar L3.7 Pencucian Gel Pektin
64
Gambar L3.9 Pektin Kering
L3.2 MODIFIKASI PEKTIN
Gambar L3.10 Hasil Pelarutan Pektin dan Pengaturan pH
65
Gambar L3.12 Penikubasian Pektin Dengan Es Batu
66
Gambar L3.14 Pencucian Pektin Dengan Aseton
Gambar L3.15 Pektin Hasil Penyaringan
67
L3.3 PROSES BIOSORPSI DENGAN LOGAM Pb
Gambar L3.17 Proses Pengkontakan Pektin dengan Logam
68
Gambar L3.19 Hasil Larutan Logam yang Telah Diadsorpsi
L3.4 ALAT ANALISA PEKTIN
69