• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Seorang Warga Negara di Negara As (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Status Seorang Warga Negara di Negara As (1)"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Shofiatul Hanani

Kelas : Kimia-B

NIM : 145090201111002

Tugas : Mata Kuliah Kewarganegaraan – Status Kewarganegaraan

Status Seorang Warga Negara di Negara Asing

Negara dapat diakui sebagai sebuah negara apabila mememenuhi persyaratan unsur-unsur terbentuknya negara, yaitu unsur-unsur pokok (konstitutif) dan unsur deklaratif. Unsur pokok adalah unsur yang paling penting, karena merupakan syarat wajib yang harus dimiliki oleh suatu negara. Unsur deklaratif adalah unsur tambahan yang bisa saja tidak dimiliki oleh suatu negara. Terkait unsur negara, pada tahun 1933 terdapat suatu konvensi yang mengatur tentang apa-apa yang harus dimiliki untuk membentuk suatu negara, konvensi tersebut ialah Konvensi Montevideo (Anonim, 2015). Menurut konvensi ini, unsur-unsur berdirinya sebuah negara terdiri dari rakyat, wilayah yang permanen, penguasa yang berdaulat, kesanggupan berhubungan dengan negara lain dan pengakuan dari negara lain.

Berdasarakan unsur pokok negara (konstitutif), berdirinya suatu negara terdiri atas unsur-unsur pembentuknya yang tidak dimiliki oleh negara lain. Unsur pembentuk berdirinya suatu negara, yaitu rakyat, wilayah, pemerintah yang berdaulat. Ketiga unsur ini disebut unsur pokok yang menjadi syarat mutlak terbentuknya negara. Suatu negara tidak dapat disebut sebagai negara jika salah satu unsur tersebut tidak ada.

Warga negara merupakan salah satu unsur hakiki dan unsur pokok suatu negara. Status kewarganegaraan menimbulkan hubungan timbal balik antara warga negara dan negaranya. Setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban terhadap negaranya. Sebaliknya, negara mempunyai kewajiban memberikan perlindungan terhadap warga negaranya (BPKP, 2015).

Berdasarkan undang-undang no. 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, dijelaskan siapa saja yang menjadi WNI (Warga Negara Indonesia), syarat dan tata cara memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia, kehilangan Kewarganegaraan Republik Indonesia, syarat dan tata cara memperoleh kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia, dan ketentuan pidana. Dasar dari undang-undang ini tidak mengenal kewarganegaraan ganda (bipartide) ataupun tanpa kewarganegaraan (appartide). Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak dalam undang-undang ini merupakan suatu pengecualian (BPKP, 2015).

Berdasarkan undang-undang no. 12 tahun 2006, asas-asas kewarganegaraan umum terbagi menjadi :

1. Asas Ius Sanguinis (Law of The Blood), yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara tempat kelahiran.

2. Asas Ius Soli (Law of The Soil), yaitu asas yang secara terbatas menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran yang diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

(2)

4. Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas, yaitu asas yang menentukan kewarganegaraan ganda bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.

Selain asas-asas kewarganegaraan umum diatas, dasar penyusunan undang-undang mengenai Kewarganegaraan Republik Indonesia lainnya ialah asas kepentingan nasional, asas perlindungan maksimum, asas persamaan di depan hukum dan pemerintah, asas kebenaran substantif, dan asas nondiskriminatif (BPKP, 2015).

Problematika mengenai status kewarganegaraan ada tiga macam, yaitu appatride, bipatride dan multipatride (Snuterz, 2013). Appatride adalah seseorang yang tidak memiliki status kewarganegaraan. Bipatrideadalah seseorang yang memiliki status kewarganegaraan rangkap dua (dwi-kewarganegaraan). Multipatrideadalah seseorang yang memiliki lebih dari dua status kewarganegaraan.

Kasus-kasus status kewarganegaraan pada warga negara Indonesia sebagai contoh, banyak warga negara Indonesia yang karena sesuatu keperluan misalnya menuntut ilmu, berkarir, urusan medis atau keperluan lain yang membuat mereka harus keluar atau tinggal di luar negeri. Misalnya suatu keluarga dari Indonesia bermukim di Amerika Serikat, Brazil, Kamboja dan negara-negara lainnya yang menganut asas kewarganegaraan Ius Soli ( Godam, 2001) dalam waktu yang lama sampai melahirkan keturunan. Keluarga tersebut tetap mempertahankan status kewarganegaraan Republik Indonesia meski sudah lebih dari lima tahun tinggal di luar negeri. Keturunan mereka ini dapat memperoleh status kewarganegaraan Indonesia dengan cara registrasi biasa yang prosesnya tentu jauh lebih sederhana daripada proses naturalisasi.

Contoh kasus diatas tidak berlaku bagi negara yang menganut asas kewarganegaraan Ius Sangunis. Beberapa negara yang menganut asas kewarganegaraan Ius Sangunis adalah Korea Selatan, Jepang, Rusia, Turki dan masih banyak lagi (Godam, 2001). Asas Ius Sangunis memang lebih mengutamakan warga keturunan asli dari negara tersebut, sehingga warga negara dari negara yang menganut ius sangunis bersifat etnis majemuk. Kedua asas kewarganegaraan baik Ius Soli maupun Ius Sangunis memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri, namun hal tersebut kembali kepada sistem hukum pemerintahnya. Apabila pemerintah benar-benar mampu memberikan perlindungan penuh kepada warga negaranya, asas manapun yang dipilih tentu merupakan asas terbaik dari hasil kesepakatan bersama suatu negara.

Kasus lain dapat terjadi apabila keluarga tersebut karena sesuatu sebab seperti kelalaian, alasan politik atau alasan lainnya, dapat kehilangan status kewarganegaraan Indonesia. Keluarga tersebut kemudian berkeinginan untuk kembali mendapatkan status kewarganegaraan Indonesianya maka prosesnya tidak disamakan dengan seorang warga negara asing yang ingin memperoleh status kewarganegaraan Indonesia. Sebab alasan hilangnya kewarganegaraan itu hendaknya dijadikan pertimbangan yang penting, apabila yang bersangkutan ingin kembali mendapatkan status kewarganegaraan Indonesianya.

(3)

Kasus status kewarganegaraan lainnya yaitu, negara Indonesia sebagai negara yang pada dasarnya menganut asas kewarganegaraan Ius Sangunis namun juga Ius Soli Terbatas pada keadaan terbatas sesuai undang-undang nomor 12 tahun 2006 (BPKP, 2015) mengatur kemungkinan warganya untuk mendapatkan status kewarganegaraan melalui prinsip kelahiran. Sebagai contoh banyak warga keturunan Cina yang masih berkewarganegaraan Cina ataupun yang memiliki dwi-kewarganegaraan antara Indonesia dan Cina, tetapi bermukim di Indonesia dan memiliki keturunan di Indonesia. Anak-anak mereka sepanjang yang bersangkutan tidak berusaha untuk mendapatkan status kewarganegaraan dari negara asal orang tuanya, dapat saja diterima sebagai warga negara Indonesia karena kelahiran. Status kewarganegaraan mereka dapat dikenakan ketentuan mengenai kewarganegaraan melalui proses registrasi biasa, bukan melalui proses naturalisasi yang mempersamakan kedudukan mereka sebagai orang asing sama sekali.

Status kewarganegaraan memang suatu hal yang crusial, kerugian bagi seseorang yang tidak memperdulikan status kewarganegaraannya salah satunya mengenai perlindungan atas diri sendiri ketika ia tinggal di suatu negara. Orang tersebut juga mengalami kesulitan dalam hal kepemilikan barang-barang yang menjadi haknya, hak mendapatkan fasilitas layanan umum dan mengalami stress berat sebab orang tersebut akan dikucilkan oleh masyarakat.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan undang-undang kewarganegaraan yang mampu menerima warga negara asing menjadi warga negara Indonesia secara ramah dengan asas kewarganegaraan yang Indonesia anut. Warga negara Indonesia sendiri juga seharusnya tidak mengabaikan akan layanan yang diberikan pemerintah ketika mereka harus tinggal cukup lama di luar negeri dengan alasan tertentu agar status sebagai warga negara Indonesia tidak hilang. Status warga negara menjadi hal pokok dalam kehidupan seseorang. Jadi, status warga negara bukanlah sekedar formalitas pengakuan, namun menjadi kebutuhan hidup setiap orang.

Daftar Pustaka :

Anonim. 2015. Unsur-unsur Negara. www.ilmusiana.com/2015/04/unsur-unsur-negara.html

dikutip pada hari Selasa, 29 September 2015 pukul 21.35 WIB

Badan Pengawasan dan Pembangunan. 2015. UU No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. www.bpkp.go.id - file:///C:/Users/Owner/Downloads/Undang-Undang-tahun-2006-12-06.pdf , dikutip pada hari Selasa, 29 September 2015 pukul 22.00 WIB

Direktorat Perlindungan WNI & BHI. 2014. Penanganan Kasus Periode 2014.

http://perlindungan.kemlu.go.id/portal/news/detail/pananganan-kasus-periode-2014 , dikutip pada hari Selasa, 29 September 2015 pukul 22.07 WIB

Godam. 2001. Daftar Negara Penganut Asas Ius Soli dan Ius Sanguinis.

http://www.organisasi.org/1970/01/daftar-negara-penganut-asas-kewarganegaraan-ius-soli-dan-ius-sanguinis.html , dikutip pada hari Selasa, 29 September 2015 pukul 22.15 WIB

Referensi

Dokumen terkait

• Kerja di bidang Teknik Elektro di industri merupakan segala aktivitas yang berkaitan dengan hal-hal kelistrikan seperti pembangkitan, transmisi, distribusi,

Olehkarena itu diperlukan strategi atau cara yang dapat digunakan guru untuk menarik minat dan motivasi para siswa pada pembelajaran aksara Jawat adalah dengan menggunakan

[r]

Budaya Berakhlak Berprestasi Program in Its Attempt to Prevent Tendencies of Teenagers Misbehaviors at SMA Darul Hikam Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas partisipasi dan kerjasama Saudara/i dalam mensukseskan penelitian ini...

Perbedaan tarif angkutan kota (mikrolet) berdasarkan biaya operasi kendaraan antara trayek Terminal Kupang-Penfui dan Trayek Terminal Kupang-Perumnas dipengaruhi oleh

Budaya organisasi merupakan salah satu elemen terpenting dalam suatu perusahaan, karena dengan budaya organisasi yang diciptakan dan dikomunikasikan dengan baik,

BPJS yang merupakan program negara yang bertujuan memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat (UU BPJS Nomor 40/2011) adalah