• Tidak ada hasil yang ditemukan

Refleksi Ekonomi Syariah 2010 dan Outloo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Refleksi Ekonomi Syariah 2010 dan Outloo"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

Kolom Opini, Koran Republika, 29 Desember 2010

REFLEKSI EKONOMI SYARIAH 2010 DAN OUTLOOK 2011

Ali Rama

Peneliti Sekjen ISEFID (Isamic Economic Forum for Indonesia Development)

Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dalam satu dekade terakhir ini berkembang secara pesat dan menumbuhkan optimisme pertumbuhan yang semakin meningkat di masa mendatang. Fokus pertumbuhan ekonomi syariah bisa dilihat pada tiga aspek; Pertama, Perbankan dan Keuangan Syariah. Meskipun saat ini size dan market share perbankan syariah masih belum mampu menembus angka 5 persen dari total keseluruhan aset perbankan nasional namun pertumbuhan industri perbankan syariah sebagai infant industry cukup mengesankan, tumbuh rata-rata di atas 30 persen per tahun. Hingga Oktober 2010, perbankan syariah tumbuh 33% jauh lebih tinggi dari perbankan konvensional yang hanya tumbuh secara rata-rata 18% pertahun. Berdasarkan data statistik perbankan syariah Bank Indonesia bulan September 2010, secara kuantitas, pencapaian perbankan syariah cukup membanggakan dan terus mengalami peningkatan dalam jumlah bank. Semenjak berdirinya Bank Muamalat Indonesia tahun 1992 sampai 2005 hanya ada 3 Bank Umum Syariah, 19 Unit Usaha Syariah, 92 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dengan total jumlah kantor baru mencapai 550. Dalam rentang lima tahun, dari tahun 2005 sampai 2010, pertumbuhan perbankan syariah lebih dari dua kali lipat. Jumlah Bank Umum Syariah saat ini telah mencapai 10 unit dengan 23 Unit Usaha Syariah. Selain itu jumlah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah telah mencapai 146 unit dan total jumlah kantor syariah mencapai 1,640 unit pada saat yang sama. Secara geografis, sebaran jaringan kantor perbankan syariah saat ini telah menjangkau masyarakat dilebih dari 89 kabupaten/kota di 33 propinsi. Perkembangan asset perbankan syariah meningkat secara signifikan dari Rp 20,880 milyar tahun 2005 menjadi Rp 83,454 milyar pada September 2010. Sementara itu Dana Pihak Ketiga dan Jumlah pembiayaan mencapai masing-masing Rp 63,912 milyar dan Rp 60,970 milyar. Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya dana pihak ketiga (DPK) yang dinyatakan dalam Financing to Deposit Ratio (FDR), maka bank syariah memiliki rata-rata FDR hampir mencapai 100 persen. Ini mengindikasikan bahwa dana masyarakat yang dikelola oleh perbankan syariah disalurkan secara langsung ke sektor-sektor produktif. Salah satu keunggulan perbankan syariah dari data yang ditunjukkan oleh FDR bahwa meskipun tingkat FDR yang hampir rata-rata mencapai 100 persen, tetapi tingkat kegagalan bayar atau Non Performing Financing (NPF) hanya sekitar rata-rata 4 persen.

Kedua, ZISWAF (Zakat, Infak, Sadakah dan Wakaf). Pengumpulan ZIS (Zakat, Infak dan Sadakah) tumbuh rata-rata lebih dari 50 persen sepanjang 2002-2009. Puncak pertumbuhannya pada tahun 2005 dan 2007 dengan pertumbuhan lebih dari 95 persen dengan jumlah pengumpulan mencapai Rp 295, 32 miliar dan Rp 740 miliar per tahun (The National Board of Zakat, 2009). Pertumbuhan pengumpulan ZIS yang hampir mencapai 100 persen ini disebabkan adanya tzunami Aceh 2005 dan gempa Yogjakarta 2007. Ternyata gempa alam yang sempat memporak-porandakan sebagian wilayah negeri ini cukup efektif untuk menggugah kesadaran masyarakat dalam berzakat, berinfak dan bersadakah.

(2)

Kolom Opini, Koran Republika, 29 Desember 2010

jumlah pengumpulan ini masih jauh dari potensi yang seharusnya, namun angka di atas 1 trilliun sudah boleh dibilang capaian yang menggembirakan, apalagi trendnya semakin meningkat. Ini menunjukkan kesadaran masyarakat akan ZIS semakin bertambah.

Semakin banyak dana-dana masyarakat yang terkumpul melalui ZIS, akan semakin berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan dan kesenjangan kesejahteraan di negeri ini. Dan secara jangka panjang, trend pertumbuhan ini akan menjadikan ZIS sebagai bagian dari kebijakan fiskal nasional dalam pengentasan kemiskinan.

Sementara jumlah tanah wakaf di Indonesia menurut data yang dihimpun oleh Departemen Agama RI mencapai 268.653, 67 hektar yang tersebar di 366.595 lokasi di seluruh Indonesia. Dilihat dari segi resouces capital jumlah harta wakaf di indonesia merupakan jumlah wakaf terbesar di seluruh dunia. Tantangan terbesarnya adalah bagaimana memfungsikan harta wakaf tersebut secara maksimal sehingga tanah-tanah tersebut mampu mensejahterahkan umat islam di Indonesia sesuai denga fungsi dan tujuan yang sebenarnya. Apalagi jumlah wakaf uang (cash wakaf) potensinya lebih besar sehingga bisa menciptakan bisnis investasi yang hasilnya bisa digunakan untuk kepentingan umat islam.

Potensi wakaf yang cukup besar ini sudah seharusnya dikelola secara modern dan professional demi kepentingan umat Islam. Pengelolaannya bisa dikerjasamakan dengan institusi-institusi keuangan syariah yang sudah ada, misalnya perbankan syariah.

Ketiga, Politik Ekonomi Syariah. Proses legislasi hukum ekonomi syariah menjadi Undang Undang Nasional, seperti Undang Undang Waqaf, pengelolaan zakat, perbankan syariah dan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) adalah merupakan perjuangan yang cukup panjang di parlemen. Meskipun negeri ini mayoritas berpenduduk muslim tapi tidak semua elemen masyarakat serta-merta mendukung proses legislasi ini.

Mungkin masih segar dalam ingatan kita tentang polemik antara Departemen Keuangan dan lembaga-lembaga Zakat tentang revisi RUU zakat, infak dan sedekah yang merupakan revisi UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan Zakat yang mendorong adanya zakat pengurang pajak. Ini menunjukkan bahwa antara pelaku ekonomi syariah dan pemerintah belum ada satu pemahaman dalam proses pengutatan ekonomi syariah dalam bentuk regulasi dan UU.

Outlook 2011

Pertama, Zakat, Infak dan Sadakah (ZIS). Komitmen anggota dewan untuk mengandemen UU zakat No. 38/1999 dan penataan kelembagaan BAZ (Badan Amil Zakat) dan LAZ (Lembaga Amil Zakat) menjadi faktor penting dalam pengelolaan lembaga-lembaga Zakat.

Dengan melihat trend kinerja ekonomi yang cukup memuaskan, tumbuh sekitar 6 persen pertahun, akan berpengaruh positif terhadap pengumpulan dana-dana ZIS. Diperkirakan tahun 2011 penghimpunan zakat antara Rp 1,5 – 2 triliun. Adapun target share pengumpulan zakat adalah 0,05 persen dari Gross Domestic Product (GDP). Jika target GDP tahun 2011 sebesar Rp 7.000 triliun maka target penghimpunan zakat sebesar Rp 3,5 trilliun. Target ini bukanlah hal yang mustahil terjadi, apalagi dilihat dari dukungan kebijakan berupa: pembentukan UPZ di lembaga-lembaga BUMN, kewajiban zakat BUMN, kebijakan zakat pengurang pajak, sanksi muzakki pengemplang zakat, peningkatan keamanan dan profesionalitas BAZ/LAZ yang dimana saat ini BAZNAS telah mendapat ISO 9001:2008.

(3)

Kolom Opini, Koran Republika, 29 Desember 2010

share lebih besar dari 5 persen maka diperlukan terobosan khusus, misalnya: penambahan aset baru berupa perluasan/pendirian Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Umum Syariah (BUS) baru, konversi aset perbankan konvensional ke UUS maupun BUS, kampanye penggunaan transaksi keuangan syariah serta keuntungannya secara progresif sampai ke semua level masyarakat, sebagian dana BUMN dan pemerintah ditempatkan di bank syariah, dll.

Pelaku perbankan syariah optimis dengan kondisi ekonomi Indonesia yang cukup stabil serta semangat tinggi bank-bank konvensional yang berminat untuk masuk ke Industri perbankan syariah baik dengan cara konversi ataupun membuka unit usaha syariah (UUS). Faktor lain yang akan mendukung geliat pertumbuhan industri perbankan syariah adalah faktor regulasi yaitu Undang-Undang NO. 42 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang mengatur tentang pajak transaksi perbankan syariah.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul, “Partisipasi Masyarakat dan Willingness to Pay dalam Pembangunan Infrastruktur Ekonomi (Studi Kasus : Desa

Pada tabel di atas diketahui keuntungan yang diharapkan (Expected Return) terbesar adalah E(R) Reksadana PUAS, tetapi ini bukan berarti menim- bulkan kesimpulan bahwa Reksadana

Sampel berpasangan ujian-t digunakan untuk menganalisis min perbezaan antara bilangan kejadian buli dengan buli secara verbal dalam kalangan pelajar sekolah rendah

Dapatan kajian mendapati bahawa konsep kerohanian amat sesuai diamalkan dalam kalangan pesakit kanser wanita dan kepentingan aspek kerohanian seperti mengakui bahawa ujian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui aktivitas guru dalam meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dengan metode debat aktif menggunakan

Penelitian ini terdiri dari dua analisis, yaitu analisis untuk mengetahui pengaruh variasi tiga parameter scan yaitu tegangan tabung, arus-waktu

Berdasarkan hasil percobaan dapat dlihat bahwa untuk percobaan pertama dan kedua yang merupakan percobaan periode panjang 18,6 tahun, menghasilkan nilai amplitudo

Dalam arti, jika anda ingin memperoleh tubuh yang lebih atletis dan maskulin dalam waktu yang singkat, maka disamping anda harus melakukan program latihan, nutrisi dan istirahat,