• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN HUKUM ISLAM DALAM PERLINDUNGAN DA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN HUKUM ISLAM DALAM PERLINDUNGAN DA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN HUKUM ISLAM DALAM PERLINDUNGAN DAN

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dosen Pembimbing Ridwan Arifin, S.h., Ll.m.

Disusun Oleh :

Agus Taufiqur Rohman

agustaufiqur.r@students.unnes.ac.id Aminullah Ibrahim

aminullahibrahim@students.unnes.ac.id

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah Wasyukurillah. Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Hukum Lingkungan ini.

Makalah Hukum Lingkungan ini telah penulis susun dalam rangka tugas tentang “Kajian Hukum Islam Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, yang dibimbing oleh Bapak Ridwan Arifin. Untuk itu penulis sangat bersyukur kepada Allah SWT telah memberikan kelancaran bagi penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki makalah Hukum Lingkungan ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah Hukum Lingkungan tentang “Kajian Hukum Islam Dalam Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup” ini dapat memberikan manfaat dan pengalaman bagi pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb

Semarang, 12 Oktober 2017

(3)

DAFTAR ISI

JUDUL... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR... iv

DAFTAR PUTUSAN... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 4

C. Metode Penulisan... 4

DAFTAR GAMAR... iv

PUTUSAN KASUS…... iv

BAB II PEMBAHASAN

A. Hubungan Manusia dengan Lingkungan

dalam Perspektif Hukum Islam... 5

B. Posisi Alam dan Manusia dalam Islam... 9

BAB III PENUTUP

(4)

DAFTAR PUSTAKA... 15

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Hubungan Manusia dengan Lingkungan

dalam Perspektif Hukum Islam…... 5 Gambar 2 Posisi Alam dan Manusia dalam Islam…... 9

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hak atas lingkungan yang baik dan sehat dijamin oleh Pancasila dan UUD 1945 yang berimplikasi terhadap perlunya kebijakan, rencana dan/atau program mengenai hak atas lingkungan tersebut diatur dalam perundang-undangan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Dalam konteks otonomi daerah hak atas lingkungan tersebut termasuk dalam kelompok bidang urusan wajib pemerintahan. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis dampak pengaturan hak atas lingkungan hidup dalam bidang sumber daya air. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dampak pengaturan hak atas lingkungan hidup dalam sistem hukum pengelolaan sumber daya air sungai tidak terintegrasi dengan daerah lain, sehingga kebijakan pemerintah daerah lebih ditujukan untuk peningkatan pendapatan daerah masing-masing. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya perusakan sumber daya air sungai di bagian hulu dan hilir dan tidak optimalnya pemanfaatan air sungai. Berdasarkan hal tersebut dibutuhkan sistem hukum pengelolaan sumber daya air dengan pendekatan ekoregion, dimana batas darat dan perairan tidak ditentukan oleh batas secara politik, akan tetapi oleh batas geografis dari komunitas manusia dan sistem lingkungan.1

Masalah lingkungan kini merupakan masalah global yang dihadapi oleh semua orang diseluruh dunia. Lingkungan yang berupa merosotnya daya dukung lingkungan dan kerusakan alam, itu disebabkan oleh dampak negatif aktivitas manusia, terlihat dari pengembangan teknologi yang mencemari lingkungan, konsumsi yang berlebihan, bermewah-mewahan, dan penggunaan sumber daya alam tanpa mempertimbangkan dampaknya, atau kebiasaaan hidup tidak sehat dimasyarakat, seperti: tidak mengelola pembuangan sampah dan limbah dengan baik, membiarkan air kotor

(6)

tergenang sehingga menjadi sarang penyakit, menggunakan kendaraan bermotor berlebihan sehingga mencemari udara, tidak merawat ruang terbuka hijau dan sebagainya.2

Permasalahan lainnya adalah kurangnya koordinasi antar wilayah antar daerah. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Tata Ruang, Badan Lingkungan Hidup, Dinas Perumahan dan Bangunan, Dinas Pariwisata di daerah yang satu kurang beroordinasi dengan daerah lainnya, hal ini mengakibatkan berbagai kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang ada sekarang bersifat sektoral atau regional/lokal dan kurang memperhatikan permasalahan lintas sektoral. konsep pengaturan pengelolaan sumber daya air yang bersifat holistik dan terpadu dengan berbasis kearifan lokal diperlukan sebagai salah satu alternatif dalam melaksanakan pengelolaan sumber daya air.3

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kembali kepada amanat dari konstitusi, permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air sungai harus segera diperbaiki. Sistem hukum yang selama ini ada di daerah-daerah perlu dibangun kembali untuk mengurangi salah kelola yang berakibat timbulnya berbagai bencana dan kerugian yang amat besar karena tidak maximalnya hasil yang didapatkan dari sumber daya air sungai tersebut. Untuk itu perlu diperhatikan bekerjanya sistem hukum dalam pengelolaan sumber daya air sungai. Proses bekerjanya sistem hukum, yang menurut L. Friedman terdiri atas tiga aspek (Friedman,1975). Pertama, Struktur Hukum, yaitu bagian-bagian yang bergerak di dalam suatu mekanisme yang merupakan kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum dan mempunyai fungsi untuk mendukung bekerjanya sistem hukum (seperti lembagalembaga hukum dan hubungan atau pembagian kekuasaan antar lembaga hukum). Kedua, Substansi Hukum, yaitu hasil aktual yang diterbitkan oleh sistem hukum yang berupa norma-norma hukum, baik peraturanperaturan, keputusan-keputusan yang digunakan oleh para penegak hukum maupun oleh mereka yang diatur hukum. Keempat, Kultur atau Budaya hukum, Friedman mengatakan bahwa substansi dan struktur

(7)

merupakan komponen nyata dari sistem hukum, akan tetapi hal itu merupakan cetak biru saja atau blueprint desain hukum dan belum mendeskripsikan yang sebenarnya dari cara kerja mesin hukum. Dengan demikian budaya hukum merupakan ide-ide, sikap, harapan dan pendapat tentang hukum sebagai keseluruhan faktor yang menentukan bagaimana sistem hukum memperoleh tempatnya yang logis.4

Menurut Friedman, kultur hukum adalah suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari atau disalahgunakan. Tanpa kultur hukum, maka sistem hukum itu sendiri tidak berdaya, seperti “ikan mati yang terkapar di keranjang, dan bukan seperti ikan hidup yang berenang di laut”. Komponen kultural yaitu terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi bekerjanya hukum, atau yang menurut Friedman disebut sebagai kultur hukum. Kultur hukum inilah yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara peraturan hukum dengan tingkah laku hukum seluruh warga masyarakat.5

Tanpa upaya serius untuk memperbaiki dan melestarikan lingkungan, sumber daya alam dan sistem lingkungan hidup akan tidak dapat diperbaiki lagi sehingga mengancam keberlangsungan hidup manusia itu sendiri. Tanda-tanda kerusakan lingkungan tampak dari peristiwa-peristiwa bencana yang tak henti melanda Indonesia. Pada sisi lain Islam sendiri sebenarnya telah banyak menawarkan berbagai solusi untuk mengatasi permasalahan lingkungan. Dalam berbagai kesempatan Allah SWT dan Nabi Muhammad saw, sering kali mengingatkan umatnya untuk menjaga kelestarian lingkungan agar terhindar dari bencana. Dalam kitab suci Al-Qur’an Allah telah memperingatkan dalam QS Ar-Ruum ayat 41 “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah mengehendaki agar mereka merasakan sabagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”6 Kerusakan

lingkungan seharusnya tidak hanya dipandang dari segi kepentingan manusia semata, namun difokuskan pada menurunnya kualitas dan daya

4 Ibid. 5 Ibid.

(8)

dukung bagi hewan, tumbuhan, ataupun makhluk hidup lainnya yang pada akhirnya mempengaruhi kehidupan manusia.

Agama Islam adalah Rahmatan Lilalamin, sebagai agama rahmat begi seluruh alam memberikan pedoman bagi manusia dalam seluruh aspek kehidupannya, termasuk dalam menjalin hubungan dengan alam. Perintah berbuat baik pada alam dan tidak merusaknya merupakan cermin misi manusia di dunia, yaitu manusia bertugas sebagai memakmurkan bumi sebagaimana tersebut dalam QS Al-A’raf ayat 56 “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi setelah (diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat kebaikan.”7.

Tidak hanya itu sebagai Rahmatan Lilalamin Islam juga memberi pesan moralnya melalui ayat-ayat suci Alquran.

Ajaran Islam tidak hanya berisi perintah dan larangan , tetapi juga pandangan hidup yang dapat membentuk sikap hidup para pemeluknya.8

Pandangan hidup tersebut memberikan pemahaman bagi manusia tentang makna alam semesta dan lingkungan, kedudukan baik alam maupun manusia sebagai ciptaan Allah SWT yang sempurna, peran alam dalam kehidupan dan peribadahan manusia, dan sebagainya. Itu semua berpengaruh menimbulkan pengharggan terhadap alam ciptaan Allah yang besar dalam diri manusia sehingga manusia dari dalam hati merasa enggan untuk merusaknya atau berbuat yang melampui batas.

Kewajiban memelihara lingkungan hidup diatur dalam pasal 6 ayat (1) dan (2), menyatakan dalam ayat (1) bahwa setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Ayat (2) menyatakan bahwa, setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban memberi informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan lingkungan hidup.9

2. Rumusan Masalah 7 Ibid, hlm.212.

(9)

Berdasarkan latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa ada beberapa permasalahan pokok tentang ribuan rumah warga rohingnya rata dengan tanah

1. Bagaimana hubungan manusia dengan lingkungan dalam Perspektif Hukum Islam ?

2. Bagaimana posisi alam dan manusia dalam Islam ?

3. Metode Penulisan

1. Pengumpulan Data

 Metode Studi pustaka

Pengumpulan informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan mencari referensi-referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, referensi dapat diperoleh dari buku-buku, jurnal-jurnal atau internet.

2. Sumber Data

 Sumber Data Sekunder, Diperoleh dari buku-buku literatur dan jurnal

ilmiah.

BAB II PEMBAHASAN

A. Hubungan Manusia dengan Lingkungan dalam Perspektif Hukum Islam

Manusia mempunyai peran yang ideal yang harus dijalankan, yakni memakmurkan bumi, mendami dan memelihara serta mengembangkannya demi keselamatan hidup mereka sendiri, bukan mengadakan pengrusakan di dalamnya.10

Tugas atau fungsi manusia di dalam kehidupan ini adalah menjalankan peranan itu dengan sempurna dan senantiasa menambah kesempurnaan itu dengan sempurna dan senantiasa menambah

(10)

kesempurnaan itu sampai akhir hayat. Hal itu dilakukan agar manusia benar-benar menjadi makhluk yang paling mulia dan bertaqwa dengan sebenar-benar taqwa. (Q.S. Ali Imran: 102 dan Q.S. Al-Hujurat: 13).11

Kedudukan yang di pegang dan peranan yang dimainkan manusia dalam panggung kehidupannya di dunia pasti berakhir dengan kematian. Sesudah itu, dia akan dibangkitkan atau dihidupkan kembali di alam akhirat. Di alam akhirat ini segala peranan yang dilaksanakan manusia selama hidup di dunia, sekecil apapun peranan itu, akan dipertanggungjawabkan, lalu dinilai dan diperhitungkan oleh Allah Yang Maha Adil. Setiap peranan akan mendapat balasan. Peranan yang baik akan mendapat balasan yang baik, sementara peranan yang buruk akan mendapatkan balasan yang buruk pula. Manusia yang mendapatkan balasan yang buruk akan merasakan kesengsaraan yang teramat sangat, dan manuusia yang memperoleh balasan yang baik akan merasakan kebahagiaan yang abadi.12

Dalam hubungannya dengan Tuhan, manusia menempati posisi sebagai ciptaan dan Tuhan sebagai pencipta. Posisi ini memiliki konsekuensi adanya keharusan manusia untuk taat dan patuh kepada Penciptanya. Hal ini sudah termaktub dalam Al-Quran tentang tujuan Allah menciptakan manusia, yakni untuk menyembah kepada-Nya. Konsekuensi manusia sebagai hamba Allah, dia harus senantiasa beribadah hanya kepada-Nya. Hanya Allah-lah yang disembah dan hanya kepada Allah-lah manusia mohon pertollongan (Q.S. Al-Fatihah : 5). Beribadah kepada Allah merupakan prinsip hidup yang paling hakiki bagi orang islam, sehingga perilakunya sehari-hari senantiasa mencerminkan pengabdian itu di atas segala-galanya.13

Al-Quran banyak memperkenalkan ayat tentang hakikat dan sifat-sifat manusia sebagai makhluk yang menempati posisi unggul. Jauh sebelum manusia diciptakan, Tuhan telah menyampaikan kepada malaikat bahwa Dia akan menciptakan khalifah (wakil) di muka bumi. Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. Dia yang bertugas mengurus bumi dengan seluruh isinya, dan memakmurkannya sebagai amanah dari Allah. Sebagai

11 Ibid.

(11)

penguasa di bumi, manusia berkewajiban membudidayakan alam semesta ini guna menyiapkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Tugas dan kewajiban ini merupakan ujian dari Allah kepada manusia, siapa antaranya yang paling baik menunaikan amanah itu.14

Konsekuensi kekhalifahan manusia di muka bumi adalah membangun, mengelola dan memakmurkan bumi ini dengan sebaik-baiknya. Dengan demikian kehidupan seorang muslim akan dipenuhi dengan amaliah dan kerja keras yang tiada henti. Kerja keras bagi seorang muslim adalah salah satu dari bentuk ibadah kepada Allah.15

Manusia yang dianggap sebagai khalifah tidak akan menjunjung tinggi tangung jawab kekhalifahannya tanpa dilengkapi dengan potensi-potensi yang memungkinkannya mampu melaksanakan tugasnya. M. Quraish Shihab mengemukakan beberapa potensi tersebut yang diberikan Allah kepada manusia sehubungan dengan kedudukannya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yakni:

a. Kemampuan untuk mengetahui sifat, fungsi, dan kegunaan, segala macam benda. Melalui potensi ini manusia dapat menemukan hukum-hukum dasar alam semesta, menyusun konsep, mencipta, menggembangkan, dan mengemukakan gagasan untuk melaksanakannya serta memiliki pandangan menyeluruh terhadapnya.

b. Pengalaman selama berada di sorga, baik yang manis seperti kedamaian dan kesejahteraan, maupun yang pahit seperti keluanya Adam dan Hawa dari sorga akibat terbujuk oleh rayuan syaitan. Pengalaman ini amat berharga dalam menghadapi rayuan syaitan di dunia, sekaligus peringatan bahwa jangankan yang belum masuk sorga, yang sudah masuk sorga pun, bila mengikuti rayuan syaitan akan diusir dari sorga.

c. Tuhan telah menaklukkan dan memudahkan alam semesta ini untuk diolah oleh manusia. Penaklukkan yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia sendiri. Perlu digaris bawahi bahwa kemudahan dan penaklukkan tersebut bersumber dari Allah. Dengan demikian, manusia ,dan seluruh isi alam semesta itu mempunyai kedudukan yang sama dari segi ketundukkan (penghambaan diri) kepada Allah.

(12)

d. Tuhan memberikan petunjuk kepada manusia selama berada di bumi.16

Keinginan manusia yang tidak pernah puas terhadap apa yang sudah dimiliki, mendorong manusia untuk selalu berupaya dan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun kadang-kadang melebihi apa yang sebenarnya diperlukan. Upaya dan usaha manusia tersebut disadari apa tidak, sering menimbulkan pengaruh yang saling kait mengait yang tidak pernah berhenti itulah, yang kini disebut masalah lingkungan hidup yaitu lingkungan manusia dengan alam disekitarnya maupun secara global.17

Pada hakikatnya hukum mengandung ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak yang dibuat untuk mengatur kehidupan manusia. Di dalam ide atau konsep yang abstrak ini terdapat ide tenang keadila, kepstian, dan kemafaatan sosial. Sebagai salah satu cabang ilmu hukum yang relatif muda, hukum lingkungan memuat ide, konsep dan prinsip-prinsip hukum yang bertujuan untuk mengatur perbuatan manusia yang berkaitan dengan lingkungan. Hukum lingkungan memiliki dua fungsi, yaitu mengatur perilaku manusia dalam mengelola lingkungan dan sekaligus memberikan perlindungan terhadap lingkungan itu sendiri. Meskipun hukum lingkungan telah berkembang, maslah-maslah lingkungan yang disebabkan oleh manusia sering saja terjadi.18

Peminat masalah lingkungan selalu dalam keadaan senang sekaligus cemas. Hati senang melihat hasil pembangunan yang membawa kesejahteraan, tetapi disaat yang sama hatinya pun risau dan cemas melihat lingkungan hidup yang terganggu. Sungai, gunung, burung, gajah, harimau, dan lain-lain sudah lama hidup secara turun temurun tanpa gangguan. Namun setelah tangan dan ulah manusia muncul, mengolah dan merubaah sumber alam untuk keperluan hidupnya tanpa mempertimbangkan akibat sampingan dan pengaruh negatifnya terhadap

16 Ibid. hlm. 44-45. 17 Ibid. hlm. 44-45.

(13)

lingkungan, maka alam menjadi rusak, dan hilanglah keindahannya dan hilang pula kegunaannya bagi manusia.19

Kini kebijakan pengelolaan lingkungan telah tertuang melalui Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2009 yang menginstruksikan salah satu tujuan pengelolaan lingkungan dilaksanakan harus memperhatikan lingkungan atau disebut dengan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang rumusan pengertiannya dicantumkan secara yuridis dalam pasal 1 angaka 3 Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa “Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana, yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial dan ekonomi ke dalam setrategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan”.20 Akan tetapi, manusia

memang makhluk yang paling banyak cerita kesulitannya. Keluar dari kesulitan, memasuki kesulitan yang lain, namun demikian manusia adalah makhluk yang paling bertanggung jawab terhadap dirinya, terhadap alam, atau lingkungan hidupnya, kepada Allah yang menitahnya.21

Agama yang berfungsi agar manusi menjadi bermakna dan bertujuan, mempunyai peranan penting dalm mencapai kebahagiaan hidup abadi. Setiap orang tanpa terkecuali selalu ingin mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Banyak teori yang mengemukakan tentang kebahagiaan mulai dari pemenuhan kebutuhan materi sampai pemenuhan kebutuhan seksual. Tetapi semua itu menunjukkan kenyataan jalan buntu. Untuk itu seorang yang sudah sampai waktunya menyadari bahwa kebahagiaan abadi itu dapat dicapai dengan memulai agama. Agama bertujuan untuk kebahagiaan umat manusia. Agama juga memberikan motivasi dan bertujuan hidup manusia.22

Agama yang berdimensi dunia akhirat, tentu saja mempunyai pedoman dasar yang fundamental yang bersifat universal. Tetapi disamping itu peraturan-peraturan agama mempunyai ide perkembangan yang

19 Anirotul, Qoriah dkk. Loc. Cit.

20 Hadin, Muhjad. 2015. Hukum Lingkungan. Yogyakarta. GENTA Publishing. hlm. 13. 21 Anirotul, Qoriah dkk. Loc. Cit.

(14)

evaluatif. Jadi akan selaras dengan keadaan seluruh tempat dan masa. Kaitannya dengan permasalahan hubungan manusia dengan alam atau lingkungan hidupnya, agama mempunyai konsep-konsep pemecahan sesuai dengan ajaran yang ada dalam kitab suci.23

a. Contoh kasus lingkungan :

Kasus kebakaran lahan PT Jatim Jaya Perkasatelah melakukan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) atas kebakaran di lokasi kebun sawit mereka. Kebakaran tersebut membakar lahan seluas 1.000 Hektar di lokasi PT JJP.Direktur Jenderal Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rasio Ridho Sani, mengatakan KLHK meyakini bahwa luas lahan yang terbakar adalah 1.000 hektar sementara majelis hakim berpendapat luas yang terbakar 120 hektar.

b. Putusan kasus :

Pengadilan Negeri Jakarta Utara memutus perkara kebakaran lahan PT Jatim Jaya Perkasa, dalam putusanya, majelis hakim yang diketuai Inrawaldi mengabulkan sebagian gugatan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan menyatakan bahwa PT JJP telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum (PMH) atas kebakaran dilokasi kebun sawit mereka. Untuk itu majelis hakim menjatuhkan ganti rugi Rp7.196.188.475 dan biaya pemulihan Rp22.277.130.852. Ganti rugi dan biaya pemulihan ini lebih kecil dari yang digugat oleh KLHK yaitu sebesar Rp 491.025.500.000,.

B. Posisi Alam dan Manusia dalam Islam

Lingkungan merupakan bagian dari integritas kehidupan manusia. Sehingga lingkungan harus dipandang sebagai salah satu komponen ekosistem yang memiliki nilai untuk dihormati, dihargai, dan tidak disakiti, lingkungan memiliki nilai terhadap dirinya sendiri. Integritas ini menyebabkan setiap perilaku manusia dapat berpengaruh terhadap lingkungan disekitarnya. Perilaku positif dapat menyebabkan lingkungan tetap lestari dan perilaku negatif dapat menyebabkan lingkungan menjadi rusak. Integritas ini pula yang menyebabkan manusia memiliki tanggung jawab untuk berperilaku baik dengan kehidupan di sekitarnya. Kerusakan alam diakibatkan dari sudut pandang manusia yang anthroposentris,

(15)

memandang bahwa manusia adalah pusat dari alam semesta. Sehingga alam dipandang sebagai objek yang dapat dieksploitasi hanya untuk memuaskan keinginan manusia.24

Sejumlah ilmuan berpandangan bahwa kerusakan alam dan lingkungan yang terjadi berakar dari cara pandang manusia terhadap alam yang bersifat antroposentris (berpusat pada manusia dan dikotomis (memisahkan antara manusia dan alam serta memposisikan manusia berhadapan dengan alam). Dalam cara pandang tersebut, manusia sebagai ciptaan tuhan dipandang sebagai penakluk dan penguasa alam, bukan bagian dari alam. Alam dipandang ada untuk manusia sehingga dapat dieksploitasi untuk kepentingan manusia. Cara pandang seperti itu tidak sesuai dengan ajaran Islam. Dalam Islam, alam bukanlah tuhan atau dewa-dewa yang berkuasa atas manusia sehingga manusia perlu takut dan tunduk menyembahnya ataupun wujud yang dikuasai dan ditundukkan oleh manusia demi kepentingannya.25

Islam menempatkan alam sebagai ciptaan Allah keberadaannya tergantung pada Allah yang menciptakan dan memeliharanya. Manusia pun sama seperrti alam, yaitu sebagai ciptaan Allah, dalam fungsinya sebagai khalifah allah boleh memanfaatkan alam demi kepentingannya, namun dalam hal itu ia bukanlah penguasa alam dan harus memperlakukan alam sesuai pedoman yang Allah berikan demi kebaikan dirinya sendiri.26

Hubungan anatara manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan sesamanya bukan merupakan hubungan antara penakluk dan yang ditaklukkan atau antara tuan dengan hamba tetapi hubungan kebersamaan dalam ketundukan kepada Allah SWT. Karena kemampuan manusia dalam mengelola bukanlah akibat kekuatan yang dimilikinya tetapi akibat anugerah Allah SWT.27 Islam menempatkan alam sebagai ciptaan Allah yang

keberadaannya tergantung pada Allah yang menciptkan dan memeliharanya. Manusia pun sama seperti alam, yaitu sebagai ciptaan Allah, dalam fungsinya sebagai khalifah Allah boleh memanfaatkan alam 24 Rabiah Z. Harahap, “Etika Islam Dalam Mengelola Lingkungan Hidup”, Jurnal EduTech, Vol .1, No.1, Maret 2015,

25 Zaim, Elmubarok. Op. Cit. hlm. 137. 26 Ibid.

(16)

demi kepentingannya, namun dalam hal itu ia bukanlah penguasa alam dan harus memperlakukan alam sesuai pedoman yang Allah berikan demi kebaikan dirinya sendiri. Pedoman yang diberikan Allah terhadap manusia tentang memperlakukan alam terdapat pada Al-qur’an dan Hadis. Sehingga manusia wajib mengamalkan apa yang tedapat pada Al-qur’an dan Hadis.

Dalam kitab suci Al-Qur’an manusia diajarkan untuk memahami sejumlah konsep Islam tentang alam dan penciptanya, serta tujuan penciptaannya. Berikut konsep Islam tentang alam, penciptanya dan tujuan penciptaannya diantaranya :

1) Allah adalah Rabb semesta alam, Tuhan yang menciptakan alam semesta, yang membina, menyempurnakan, dan memelihara ciptaan-Nya (Qs Al Anbiya 56, Al Fathir 40-41, An Naba 78)

2) Allah menciptkan langit dan bumi cukup dengan mengatakan “Kun/Jadilah” dengan kehendak-Nya sendiri, dan tak ada yang membantunya (QS- Az-zumar 38, Al Baqarah 117, Ar-Rum 25, Fatir 40) 3) Allah menciptakan alam raya dengan sungguh-sungguh, tidak main-main

dan bertujuan, serta secara rapi dan teratur (QS Al-Anbiya 16, Al-Furon 2, Al-Ankabut 44)

4) Tujuan penciptaan alam adalah sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang yang berakal (QS Ali Imran 190), bertaqwa (QS Yunus 6), mau mendengarkan pelajaran (QS An-Nahl 65), dan mau memikirkan (QS Ar-Ra’ad 2)

5) Tujuan penciptaan alam adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan untuk kepentingan manusia ( QS Al-Baqarah 29 dan QS Luqman 20)

6) Alam semesta adalah rahmat dari Allah untuk manusia (QS Al-Jatsiyah 13)

7) Alam semesta adalah untuk menyempurnakan nikmat dan menjadi ujian bagi manusia untuk mengetahui siapa yang lebih baik amalnya dalam hidup (QS Hud 7 dan QS Al-Mulk 2)28

Sebagai khalifah di bumi, manusia pun setidaknya memiliki dua tugas, yang mana dengan memahami tugas-tugas ini, ia mengetahui apa yang seharusnya diperbuatnya dengan bumi tempat tinggalnya:

(17)

1) Beribadah Kepada Allah

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” QS Az-Zariyat 56)29

Manusia sebagai hamba Allah di bumi memiliki tugas untuk mengabdi kepada Allah, secara khusus dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang telah ditetapkan Allah, seperti Shalat, Zakat, dan Puasa dan secara umum dengan melaksanakan segala amalan yang diizinkan Allah dengan niat ikhlas karena Allah, termasuk segala aktivitas manusia yang bertujuan memanfaatkan dan memelihara lingkungan tempat hidup. 2) Sebagai Khalifah Allah, Memakmurkan Bumi

Tugas manusia sebagai khalifah adalah menegakkan agama dan syariat Islam di muka bumi, terutama dalam konteks lingkungan, sebagai pemakmur bumi, bukan perusaknya. Untuk dapat melakukan itu, manusia perlu menanamkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dalam hidupnya, menyiarkan kabikan, dan tidak memperturutkan hawa nafsu, demi kemaslahatan bersama antara manusia dan lingkungan (QS Sad 26 dan Hud 61).

Dalam mengelola bumi, manusia tidak diperkenankan memperturutkan hawa nafsunya sehingga melakukan perbuatan yang dilarang oleh agama. Posisi manusia sebagai khalifah atau penguasa dibumi bukanlah izin baginya untuk berbuat apa saja terhadap alam, meskipun alam diciptakan demi kepentingan manusia. Manusia berhak memanfaatkan alam, tetapi bukan memilikinya, sehingga dalam memanfaatkan alam ia tidak boleh melampaui batas dan merusak (QS Asy-Syu’ara 26). Posisi sebagai khalifah adalah amanat bagi manusia untuk menjaga kelestarian, keseimbangan, dan keteraturan di alam.30

Di dalam Al-Qur’an manusia dilarang untuk melakukan perbuatan yang berakibat merusak lingkungan. Perbuatan-perbuatan itu adalah:

1) Merusak alam yang telah Allah ciptakan dan pelihara bagi kepentingan manusia (QS Al-A’raf 56 dan 74 dan QS Al-Baqarah 60)

2) Berbuat kecurangan (QS Hud 85 dan QS Asy-Syura 181-183)

(18)

3) Pemanfaatan yang tidak seimbang, berlebihan (QS Isra’ 25-26 QS Al-An’am 141, QS Al-A’raf 31, QS Ar-Rahman 7-9 dan QS A-Furqon 67)

4) Mengurangi atau mengiubah ciptaan Allah di bumi (QS An-Nisa 118-119) 5) Memperkuat dorongan hawa nafsu yang menyuruh untuk melanggar hak

orang lain, hidup berlebihan, bermewah-mewahan, boros dan sebagainya (QS Muhammad 22, QS Al-An’am 123, QS Al-Isra’ 16)31

Kemudian dalam Hadis Rasulullah juga menerangkan tentang lingkungan hidup diantaranya yakni Rasulullah SAW. Bersabda “Tidak boleh melakukan perbuatan bahaya bagi diri sendiri dan oran lain. Siapa yang membuat celaka orang lain maka Allah akan mencelakakannya. Siapa yang mempersulit orang lain, Allah akan mempersulitnya.” (HR Baihaqi)32

Muawiyyah bin Amr menyampaikan kepada kita dari Abu Ishaq dari seseorang yang beradal dari syam (syria) dari Abi Ustman dari Abu Khaddas, ia berkata: “Kami berada dalam sebuah peperangan, lalu segerombolan orang mendatangi sebuah tempat dan melakukan blokade jalan dan membentangkan tali diatas rumput. Ketika ia menyaksikan itu (Abu Khaddas) ia berkata: Maha Suci Allah, aku telah mengikuti beberapa peperangan bersama Rasulullah SAW. Dan aku mendengar beliau bersabda: Manusia memiliki hak (pemanfaatan) bersama dalam tiga hal: Sumber air, padang rumput, dan api.”33

Dari ibnu Abbas ra. Bahwa Sha’ab bin Jutsama berkata “Rasulullah SAW bersabda: Semua hima (lahan konservasi) adalah milik Allah dan Rasul-Nya jutsama menambahkan keterangan lagi bahwa nabi SAW membuat lahan konservasi di Naqi’ dan umar dikawasan Syaraf dan Rabadzah. (HR Bukhari)34

Dari Abu Hurairah, mengatakan: “Rasulullah SAW bersabda: Hindarilah dua hal yang terkutuk. Mereka bertanya: Ya Rasulullah, apakah dua hal terkutuk itu? Beliau menjawab: Orang yang buang air dijalan (tempat lalu lalang orang) dan tempat berteduh” (HR Muslim)35

31 Ibid. hlm. 139.

32 Zaim Elmubarok, op.cit: 139. 33 Ibid.hlm.140.

(19)

Dari Abu Hurairah berkata Rasulullah SAW bersabda: “Iman itu terdiri atas 73 cabang, yang paling rendah adalah menyingkirkan (benda yang menyebabkan) celaka dari jalan dan yang paling tinggi adalah ucapan La ilaha Illallah” (HR Turmudzi).36

Allah melarang umat manusia untuk berbuat kerusakan di atas bumi, baik sedikit maupun banyak, sebgaimana dalam Q.S. Al-A’raf ayat 56 manusia lantas harus menggunakan haknya sesuai dengan perintah dan seijin syarak atau aturan agama. Maka dari itu ia tidak boleh menggunakan haknya dengan cara yang menimbulkan mudarat (kerusakan, keruguan, dan bahaya) bagi orang lain, baik secara individual maupun secara komunal baik dilakukan dengan sengaja atau tidak.37

Dari keterangan yang ada dalam Al-Qur’an dan Hadis maka manusia wajib melindungi dan mengelola lingkungan hidup dengan baik dan bijaksana dalam berhubungan dengan alam. Maka dari itu untuk salah satu daerah yaitu Semarang, daerah yang salah satu belum bisa menerapkan konsep yang terdapat pada Al-Qur’an dan Hadis. Bukti bahwa Semarang belum bisa menerapkan konsep terdapat pada beberapa daerah, diantranya :

1) Kasus Kali Beringin, merupakan wujud persoalan tata ruang di daerah Beringin. Sebagian daerah tangkapan air berubah menjadi permukiman, sementara upaya untuk normalisasi yang mulai didengungkan sejak tahun 2003 belum terlaksana tuntas.

2) Kasus pencemaran di pantai terus berlangsung selama puluhan tahun terakhir, misalnya pencemaran Kali Tapak di Tugurejo yang bermuara di pantai utara. Seharusnya pemerintah mengevaluasi dan mengkaji ulang keberadaan industri di pesisir.

BAB III PENUTUP 36 Ibid.hlm.141.

(20)

A. KESIMPULAN

Manusia mempunyai peran ideal dalam alam yakni memakmurkan bumi, mendami dan memelihara serta mengembangkannya demi keselamatan hidup. Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. Dia yang bertugas mengurus bumi dengan seluruh isinya, dan memakmurkannya sebagai amanah dari Allah. Sebagai penguasa di bumi, manusia berkewajiban membudidayakan alam semesta ini guna menyiapkan kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Tugas dan kewajiban ini merupakan ujian dari Allah kepada manusia, siapa antaranya yang paling baik menunaikan amanah itu. Keinginan manusia yang tidak pernah puas terhadap apa yang sudah dimiliki, mendorong manusia untuk selalu berupaya dan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, meskipun kadang-kadang melebihi apa yang sebenarnya diperlukan. Upaya dan usaha manusia tersebut disadari apa tidak, sering menimbulkan pengaruh yang saling kait mengait yang tidak pernah berhenti itulah, yang kini disebut masalah lingkungan hidup yaitu lingkungan manusia dengan alam disekitarnya maupun secara global. Lingkungan merupakan bagian dari integritas kehidupan manusia. Islam menempatkan alam sebagai ciptaan Allah yang keberadaannya tergantung pada Allah yang menciptkan dan memeliharanya. Manusia pun sama seperti alam, yaitu sebagai ciptaan Allah, dalam fungsinya sebagai khalifah Allah boleh memanfaatkan alam demi kepentingannya, namun dalam hal itu ia bukanlah penguasa alam dan harus memperlakukan alam sesuai pedoman yang Allah berikan demi kebaikan dirinya sendiri. Pedoman yang diberikan Allah terhadap manusia tentang memperlakukan alam terdapat pada Al-qur’an dan Hadis. Yang mana dalam Al-Qur’an dan Hadis manusia dilarang untuk melakukan perbuatan yang berakibat merusak lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

(21)

Kementrian Agama RI. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV. Pustaka Agung Harapan.

Elmubarok, Zaim. Dkk. 2016. Islam Rahmatan Lil’Alamin. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Handoyo, Eko. 2009. Aspek Hukum Pengelolaan lingkungan Hidup. Semarang: jurnal Ilmu Hukum Pandecta.

Anirotul, Qoriah dkk. 2013. Islam Rahmatan Lil’Alamin. Semarang. Univertas Negeri Semarang Press.

Akib, Muhammad. 2014. Pergeseran Paradigma Penegakan Hukum Lingkungan: Dari Mekanistik-Reduksionis Ke Holistik-Ekologi. Lampung: Jurnal Masalah-Masalah Hukum.

Hadin, Muhjad. 2015. Hukum Lingkungan. Yogyakarta. GENTA Publishing.

Referensi

Dokumen terkait

Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Sumber Daya Kelautan secara optimal sesuai dengan daya dukung dan daya tampung wilayah perairan KSN Kawasan Jabodetabekpunjur

Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pelajaran sekaligus membimbing dan mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan

Dari hasil penelitian ditinjau dari masing-masing kriteria pada pemeriksaan menggunakan kriteria Amsel didapatkan bahwa ditemukannya clue cells pada

Aktivitas FT-ase tertinggi 788,29 dicapai dengan pemberian ekstrak ragi sebesar 1,2 g/100ml media fermentasi (Tabel 1), Namun persentase peningkatan aktivitas di antara perlakuan

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada buah melon mengandung gula sukrosa lebih diperoleh menunjukkan bahwa pada buah melon mengandung gula sukrosa lebih

Dalam Pra Proposal dan Proposal Lengkap, harus mencakup dan menguraikan tentang: (a) Pendekatan strategis, (b) Technology roadmap dan rekayasa sosial yang relevan,

Pengendalian penyakit layu Fusarium pada tanaman pisang dapat dilakukan dengan menggunakan biofungisida berbahan aktif Trichoderma spp... Cara aplikasi biofungisida

Pendapat senada juga diungkapkan oleh Sarason dalam Smet (1999) yang menyatakan bahwa dukungan sosial adalah adanya transaksi interpersonal yang ditunjukkan dengan memberikan