• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODUL PANDUAN PRAKTIKUM MAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGEMBANGAN MODUL PANDUAN PRAKTIKUM MAT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

M. Farkhan Habib

Jurusan Teknologi Pembelajaran, Pascasarjana Universitas PGRI Adi Buana Surabaya, e-mail:om_farkhan@yahoo.com

Staff Pengajar di SMP Al Hikmah Surabaya, Telp. 031-8288228

ABSTRAK

Tujuan pengembangan adalah menghasilkan modul panduan praktikum dan petunjuk guru pada pembelajaran mata pelajaran ilmu pengetahuan alam kelas tujuh tingkat sekolah menengah pertama yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran dan karakteristik siswa. Produk modul panduan praktikum dan buku petunjuk guru ini dirancang untuk memberikan kesempatan yang luas kepada siswa agar aktif belajar dan melakukan percobaan secara mandiri pada proses pembelajaran di semester genap serta memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

Model pengembangan yang digunakan dalam pengembangan modul pada mata pelajaran IPA adalah model Dick, Carey & Carey yang telah disesuaikan dengan keperluan dalam pengembangan. Pemilihan model ini berdasarkan landasan teoritis desain pembelajaran. Model ini mengarah pada upaya pemecahan masalah belajar serta terprogram dengan urutan-urutan kegiatan yang sistematis, yang terdiri dari 9 langkah, yaitu: 1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran, 2) melakukan analisis pembelajaran, 3) menganalisis perilaku bawaan dan karakteristik siswa, 4) menulis tujuan pembelajaran khusus, 5) mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, 6) mengembangkan strategi pembelajaran, 7) mengembangkan dan memilih materi pembelajaran, 8) mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif, 9) merevisi pembelajaran.

Penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Validator penelitian ini adalah satu orang ahli bidang studi ilmu pengetahuan alam dan satu orang ahli desain pembelajaran. Subjek coba penelitian terdiri dari tiga siswa untuk uji coba satu-satu dan sembilan siswa untuk uji coba kelompok besar tiga puluh siswa dan satu guru untuk uji coba lapangan. Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah angket dan soal post-test. Data dianalisis dengan menggunakan teknik diskriptif berupa rerata persentase.

Hasil penelitian ini adalah: 1) pengembangan panduan praktikum mata pelajaran ilmu pengetahuan alam untuk sekolah menengah pertama kelas tujuh semester genap melalui tahapan berikut, yaitu: mengidentifikasi, menganalisis, mendesain, memproduksi, memvalidasi, merevisi, dan mengujicoba; 2) kualitas paket bahan pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari aspek isi dan desain pembelajaran adalah sangatbaik. Dengan menggunakan rentang skor 1 sampai 5, aspek isi menunjukkan skor rerata 4,9, aspek desain pembelajaran menunjukkan skor rerata 4;

(2)

3) aspek daya tarik, kesesuaian dengan materi ajar, dan kebermanfaatan untuk siswa menunjukkan bahwa paket bahan pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang dikembangkan sangat sesuai. Pada uji coba lapangan skor yang diberikan oleh peserta mencapai rerata 4,37 dan skor yang diberikan oleh guru mencapai rerata 4,5. Hal ini berdampak baik terhadap ketuntasan belajar siswa: pada uji coba lapangan, dari 30 siswa, terdapat 28 siswa (93%) yang tuntas belajar dalam pembelajaran suhu dan perubahannya.

Kata kunci : pengembangan, panduan praktikum, ilmu pengetahuan alam

Keberhasilan proses belajar mengajar antara lain dipengaruhi oleh kesesuaian antara materi pelajaran dan tingkat kemampuan berfikir siswa. Menurut Piaget, setiap individu akan mengalami tingkat perkembangan kognitif, dan siswa sekolah menengah pertama (SMP) di Indonesia pada awal kelas VII masih memiliki tingkat perkembangan kognitif operasional formal, dikarenakan telah berusia rata-rata di atas 11 tahun (Ratna Wilis Dahar, 1989:152). Pada tingkat tersebut, anak-anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi yang lebih kompleks (dapat berfikir abstrak). Penyampaian materi IPA di SMP sebagian besar bersifat abstrak. Agar siswa dapat memahami materi tersebut dengan lebih bermakna maka diharapkan siswa sudah memiliki penalaran formal, jika tidak siswa akan mengalami pseudo learning

yaitu belajar yang tidak fungsional. Siswa yang berada pada tahap konkret operasional bila mencoba mempelajari materi yang memerlukan proporsional

dan probabilitas mungkin akan berhasil dengan menghafal materi tetapi tidak akan mampu melakukan penalaran. Tentu hal ini sangatlah merugikan siswa. Dengan demikian penyajian atau penyampaian materi harus disesuaikan dengan perkembangan kognitif siswa. Piaget menyatakan bahwa anak-anak dianggap siap mengembangkan konsep atau materi khusus jika memperoleh skemata yang diperlukan. Hal ini berarti

anak-anak tidak dapat belajar (tidak dapat mengembangkan skemata) jika tidak memiliki keterampilan kognitif. Artinya proses belajar mengajar menjadi terhambat bila penalaran formal siswa tidak sesuai dengan yang diperlukan.

(3)

sederhana dan sering membingungkan siswa karena langkah-langkah yang tertulis membutuhkan pemahaman lebih lanjut dan kalimat-kalimatnya terlalu sederhana. Sketsa rancangan percobaan yang tersedia kurang menarik dan tidak proporsional, ini dapat dilihat di buku model Dick, Carey & Carey (2001) yang dapat membantu menata seorang guru jika harus menyusun desain pembelajaran sendiri sehingga lebih terarah dan teratur. Model Dick, Carey & Carey adalah salah satu model prosedural. Manfaat model prosedural, yakni: 1) alur pelaksanaan model dilaksanakan dengan jelas, 2) setiap langkah jelas sehingga mudah diikuti, 3) dengan keteraturan ini, maka terjadi efektivitas dan efisiensi pelaksanaan. Sementara keterbatasan model ini pembelajaran, (2) melakukan analisis pembelajaran, (3) mengenali tingkah laku, (4) merumuskan tujuan performansi, yaitu pernyataan spesifik tentang apa yang mampu dikerjakan pebelajar setelah mengikuti pengajaran, (5) mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, (6) mengembangkan strategi pembelajaran yang meliputi kegiatan pra pengajaran, penyajian informasi, latihan dan balikan, dan kegiatan-kegiatan ikutan-lanjutan, (7) memilih dan mengembangkan materi pembelajaran meliputi: buku petunjuk kerja siswa dan

buku petunjuk guru, (8) merancang dan melakukan penilaian formatif yang dilakukan oleh uji para ahli, uji coba perorangan, uji coba lapangan, (9) merevisi pembelajaran, yang dilakukan pada setiap langkah kegiatan yang didasarkan pada hasil tes formatif yang dilakukan, (10) melakukan penilaian sumatif. Dalam penelitian ini penulis meniadakan langkah terakhir ini atau langkah ke-10 yaitu melakukan penilaian sumatif.

Dalam upaya mengetahui tingkat kemenarikan dan keefektifan produk bahan ajar dilakukan serangkaian uji coba terhadap produk tersebut dan kemudian diadakan revisi. Produk yang dihasilkan diuji cobakan melalui beberapa tahap antara lain:

a. Tinjauan ahli isi mata pelajaran, bertujuan untuk mendapatkan data berupa penilaian, pendapat dan saran terhadap ketepatan isi bahan ajar yang terdapat dalam rencana paket bahan ajar yang akan dibuat.

b.Tinjauan ahli media, bertujuan untuk mendapatkan data berupa penilaian, pendapat dan saran terhadap kesesuaian desain media yang dibuat dalam paket bahan ajar.

c. Tinjauan ahli desain, bertujuan mendapatkan penilaian komentar serta saran terhadap ketepatan desain paket pembelajaran, model pengembangan, komponen isi paket pembelajaran yang terdiri dari modul panduan praktikum untuk siswa dan panduan guru.

(4)

interaksi langsung antara perancang dan siswa perseorangan. Selama tahap ini, perancang bekerja sendiri dengan tiga orang siswa yang merupakan wakil dari populasi sasaran. Dalam penilaian tahap ini digunakan baik tes maupun material pengajaran dengan melibatkan siswa. Waktu para siswa menggunakan material itu, mereka akan menemukan kesalahan ketik/cetak, ada isi yang terlewatkan atau terbuang, halaman yang hilang atau tidak ada, grafik yang judulnya tidak tepat. Pada waktu melangsungkan penilaian perlulah perancang membuat catatan mengenai komentar dan saran yang diajukan siswa. Ini semua dicatat pada buku/naskah bahan pengajaran, atau selama pertemuan ini bisa digunakan mesin perekam pita yang bisa kefektifan perubahan yang telah dibuat menyusul dilangsungkannya penilaian satu-satu dan mengenali masalah-masalah belajar yang masih dialami siswa. Kedua ialah menentukan apakah siswa dapat menggunakan pengajaran tanpa adanya interaksi guru. Prosedur pokok yang digunakan dalam penilaian kelompok kecil itu berbeda sekali dengan yang digunakan dalam penilaian seorang-seorang. Penilai (guru) mulai dengan cara membuatnya lebih baik. Setelah mengatakan hal ini, kemudian guru menjalankan material itu menurut cara-cara yang sesuai. Dalam proses pelaksanaan guru hendaknya sedikit

mungkin campur tangan. Ada langkah tambahan yang ditempuh dalam pelaksanaan penilaian kelompok kecil yaitu pemberian angket sikap. Semua data berasal dari berbagai sumber ini dirangkum dan dibuat keputusan mengenai cara-cara bagaimana merevisi material pengajaran.

f. Uji coba lapangan. Dalam tahap terakhir penilaian formatif, pengajar mengusahakan terjadinya situasi belajar yang banyak kemiripannya dengan situasi yang dikehendaki untuk pada akhirnya digunakan bagi pemberlakuan material pengajaran itu.

Dalam pengembangan produk bahan ajar ini dipilih model Dick, Carey & Carey. Penggunaan model Dick, Carey & Carey dalam pengembangan desain pembelajaran ini berdasarkan alasan sebagai berikut:

2. Pengembangan paket pembelajaran dengan Dick, Carey & Carey belum pernah dilakukan di SMP Al Hikmah Surabaya. Paket pembelajaran yang

dikembangkan berdasarkan

karakteristik dan kebutuhan siswa, sehingga mampu meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar mata pelajaran IPA.

(5)

seperti metode pembelajaran, kondisi Teori pembelajaran preskriptif mengemukakan bahwa pembelajaran ini berupaya mempreskripsikan metode pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Teori ini berurusan

dengan penetapan metode

pembelajaran setelah dua variabel lainnya: kondisi dan hasil diketahui. Metode pembelajaran apa pun yang diterapkan haruslah yang paling digunakan untuk pengembangan bahan pembelajaran pada ranah informasi verbal, ketrampilan intelektual, psikomotor, dan sikap sehingga dipandang sangat relevan dengan mata pelajaran IPA.

6. Model Dick, Carey & Carey dalam Munandir (1987:9) menyatakan (1) adanya fokus pada awal proses, pada apa yang harus diketahui siswa atau mampu melakukan pada akhir pembelajaran (ada tujuan), (2) adanya pertanda seksama antara tiap komponen, khususnya adanya

hubungan antara strategi

pembelajaran dan hasil belajar yang dikehendaki dan (3) merupakan penelitiannya menyatakan bahwa penggunaan model Dick, Carey & Carey dalam pengembangan paket pembelajaran Pendidikan Agama Islam SD Ummu Aiman Lawang menunjukkan bahwa tanggapan siswa terhadap bahan ajar mendapat rerata presentase sebesar 89,2% yang berada pada kategori sangat baik. Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan mean hasil posttest (91,84) > pretest (72) dengan taraf signifikan 0,000 < 0,05. t hitung (20,030) > t table (2,064). Dengan

demikian terbukti paket

pembelajaran efektif dapat meningkatkan hasil belajar.

Husen (2003) dalam hasil penelitiannya menemukan bahwa penggunaan model Dick, Care & pengembangan ini adalah menetapkan mata pelajaran yang akan dikembangkan, mata pelajaran yang dikembangkan adalah bahan ajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas VII semester genap yang terdiri dari tiga bab yaitu: bab VII tentang suhu dan perubahannya, bab VIII tentang kalor dan perpindahannya, dan bab IX tentang lingkungan dan interaksinya. Kemudian mengidentifikasi kurikulum dan silabus mata pelajaran yang akan dikembangkan dengan tetap memperhatikan kompetensi inti dan kompetensi dasar. Mengidentifikasi indikator dan tujuan

(6)

Selanjutnya adalah memilih dan mengembangkan bahan ajar ilmu pengetahuan alam berdasarkan materi yang sudah terpilih. Setelah itu menyusun dan menulis bahan ajar berupa panduan praktikum dan panduan guru. Tahap berikutnya adalah uji coba produk yang meliputi tanggapan ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, uji coba perorangan, dan uji coba lapangan.

Analisis Data Hasil Penilaian Ahli Isi Mata Pelajaran

Data hasil penilaian angket ahli isi mata pelajaran terhadap bahan ajar selanjutnya dianalisis. Untuk mengetahui tingkat kelayakan terhadap produk yang telah diujicobakan, data yang telah dianalisis tersebut dicocokkan dengan tabel kelayakan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan hasil data angket dari ahli isi mata pelajaran, dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus Skor yang diperoleh

Untuk mengetahui persentase hasil penilaian bahan ajar secara keseluruhan, maka ke tiga bab dijumlah persentasenya dan dibagi tiga, maka didapat data sebagai berikut : 90.8+90.8+92.3

3 =

91,3%.

Setelah dikonversi dengan tabel kelayakan produk, persentase tingkat pencapaian 93,3% berada pada

kualifikasi sangat baik. Komentar dan saran tertulis dari ahli isi mata pelajaran dijadikan acuan penyempurnaan terhadap bahan ajar.

Analisis Data Hasil Penilaian Ahli Desain

Data angket hasil penilaian ahli desain pembelajaran terhadap bahan ajar dan panduan guru selanjutnya dianalisis. Untuk mengetahui tingkat kelayakan terhadap produk yang telah diujicobakan, maka data yang telah dianalisis tersebut dicocokkan dengan tabel kelayakan yang sudah ditetapkan.

Berdasarkan hasil data angket dari ahli desain pembelajaran sebagaimana terdapat pada tabel 4.3 dapat dihitung persentasenya sebagai berikut: 160

195 x100=82,05 . Setelah dikonversi dengan tabel kelayakan produk, persentase tersebut berada pada kualifikasi baik tidak perlu revisi. Untuk hasil penilaian terhadap buku panduang guru selanjutnya dihitung persentasenya sebagai berikut : 45

55x100=81,81. Setelah dikonversi dengan tabel kelayakan produk, persentase tersebut berada pada kualifikasi baik tidak perlu revisi. Secara umum disimpulkan oleh ahli desain pembelajaran, paket pembelajaran tersebut sudah bisa digunakan untuk pengambilan data.

Analisis Data Hasil Uji Coba Perorangan

(7)

subyek untuk setiap pertanyaan, kemudian skor tersebut dijumlah sehingga menghasilkan skor utuh untuk bahan ajar yaitu sebesar 39,33. hasil persentase tersebut dikonversikan dengan tabel kelayakan produk. Setelah dikonversi dengan tabel kelayakan produk, persentase tingkat pencapaian 71,50% berada pada kualifikasi cukup baik dan perlu revisi kecil untuk penyempurnaan pada bagian-bagian tertentu.

Analisis Data Hasil Uji Coba Lapangan

Data angket hasil penilaian siswa terhadap bahan ajar dan hasil penilaian guru terhadap bahan ajar selanjutnya dianalisis. Untuk mengetahui tingkat kelayakan terhadap produk yang telah diujicobakan, maka data yang telah dianalisis tersebut dicocokkan dengan tabel kelayakan yang sudah ditetapkan. Rerata skor yang diberikan oleh 30 subyek untuk setiap pertanyaan, kemudian skor tersebut dijumlah sehingga menghasilkan skor utuh untuk bahan ajar yaitu sebesar 48,07. hasil persentase tersebut dikonversikan dengan tabel kelayakan produk. Setelah dikonversi dengan tabel kelayakan produk, persentase tingkat pencapaian 83,23% berada pada kualifikasi sangat baik dan tidak perlu direvisi.

Untuk skor yang diberikan oleh guru mata pelajaran pada setiap pertanyaan, kemudian skor tersebut dijumlah sehingga menghasilkan skor utuh untuk bahan ajar yaitu sebesar 50 Selanjutnya skor ini di hitung persentase tersebut dikonversikan dengan tabel kelayakan produk. Setelah dikonversi dengan tabel kelayakan produk, persentase tingkat pencapaian 90,9% berada pada kualifikasi sangat baik dan tidak perlu direvisi.

Begitu juga skor yang diberikan oleh guru terhadap panduan guru. Jumlah skor yang diberikan mencapai 46 dengan persentase 92%. Jika di konversikan dengan tabel kelayakan produk persentase tersebut pada kualifikasi sangat baik dan tidak perlu direvisi.

Analisis Data Nilai Siswa

Dari data hasil nilai rerata yang diperoleh siswa sesudah pembelajaran akan di diskripsikan berdasarkan kreteria ketuntasan minimal nilai yang sudah ditentukan oleh sekolah yaitu sebesar 80.

Rerata nilai sesudah

pembelajaran berlangsung mencapai 87,33, ini berarti bahwa nilai tersebut sudah melampaui batas minimal nilai ketuntasan. Sebanyak 28 dari 30 siswa memperoleh nilai < 80, ini berarti bahwa ketuntasan individu mencapai 93,3 %. Hal ini berarti bahwa bahan ajar panduan praktikum bisa meningkatkan ketuntasan belajar siswa.

(8)

Hasil penelitian ini adalah: (1) pengembangan panduan praktikum mata pelajaran ilmu pengetahuan alam untuk sekolah menengah pertama kelas tujuh semester genap melalui tahapan berikut, yaitu: mengidentifikasi, menganalisis, mendesain, memproduksi, memvalidasi, merevisi, dan mengujicoba; (2) kualitas paket bahan pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari aspek isi dan desain pembelajaran adalah sangat baik. Dengan menggunakan rentang skor 1 pembelajaran ilmu pengetahuan alam yang dikembangkan sangat sesuai. Pada uji coba lapangan skor yang diberikan oleh peserta mencapai rerata 4,37 dan skor yang diberikan oleh guru mencapai rerata 4,5. Hal ini berdampak baik terhadap ketuntasan belajar siswa: pada uji coba lapangan, dari 30 siswa, terdapat 28 siswa (93%) yang tuntas belajar dalam pembelajaran suhu dan perubahannya.

Setelah diadakan uji coba ahli isi mata pelajaran, ahli desain pembelajaran, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba lapangan semua masukan dicatat untuk direvisi demi penyempurnaan paket pembelajaran.

Beberapa masukan saat uji coba lapangan memperlihatkan kekuatan dan kelemahan paket pembelajaran ini. Adapun kekuatan paket pembelajaran ini antara lain:

1. Bahan ajar disusun secara sistematis untuk digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Paket pembelajaran disertai dengan panduan siswa, sehingga siswa dapa

menggunakannya dengan mudah sesuai dengan langkah-langkah yang merangkai kronologi berfikir yang sistematis.

4. Bahan ajar ini dilengkapi dengan ilustrasi gambar alat yang diperlukan dan ilustrasi rancangan percobaan yang memudahkan siswa mengenali alat dan merancangnya.

Sedangkan kelemahan dari paket pembelajaran ini adalah disusun berdasarkan karakteristik siswa kelas VII semester 2 SMP Al Hikmah Surabaya sehingga penggunaan untuk siswa lain perlu penyesuaian.

Saran desiminasi dapat mempertimbangkan hal berikut ini, 1) Agar bahan ajar ini dapat digunakan oleh siswa angkatan berikutnya, sebaiknya diproduksi kembali untuk dijadikan bahan ajar yang lebih efektif, 2) Tahap pengembangan ini hanya pada tahap evaluasi formatif, untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi paket pembelajaran ini, sebaiknya dalam langkah desiminasi terlebih dahulu dilakukan evaluasi sumatif.

(9)

Ditjen Dikti Depdikbud.

Arief, S Sadiman. 2005. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Ayib, Devi Sofia. 2010. Pengembangan Paket Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV dengan Menggunakan Model Dick & Carey di SD Ummu Aiman Lawang. Tesis. PSSJ Teknologi Pembelajaran, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Tesis tidak dipublikasikan

Azhar, Arsyad. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Badan Penelitian dan Pengembangan. 2013. Pedoman Pelaksanaan Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pedidikan dan Kebudayaan.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Degeng, I. N. S. 1988. Pengorganisasian Pengajaran Berdasarkan Teori Elaborasi dan Pengaruhnya Terhadap Perolehan Belajar Informasi Verbal dan Konsep. Desertasi tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang.

Degeng, I.N.S.1997. Asumsi dan Landasan Teoritik Desain Pembelajaran. Jurnal Teknologi Pembelajaran: Teori dan Penelitian 5(1),3-12

Depdiknas. 2008. Pengembangan Bahan Ajar. Sosialisasi KTSP 2008. Didownload pada tanggal 1 Mei 2014 jam 20.00 WIB dari: http://dc218.4shared.com/download/vj4M9KIo/5_PENGEMBANGAN_BAHA N_AJAR.rar?tsid=20120227-061731-a8f2e27.

Dick, Walter, Lou Carey & James O. Carey. 2001.The Systemic Design of Instruction (6th ed).USA: Harper Collins Publisher.

Gagne, Robert M. 1989. Buku Petunjuk Kondisi Belajar dan Teori Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI.

Hamzah B. dan Nina L. 2011. Teknologi Informasi & Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.

(10)

Mirawati, Lisa. 2013. Diagnosis Kesulitan Belajar Fisika Pokok Bahasan Kalor Siswa Kelas X-D Madrasah Aliyah Negeri 3 Malang. (online). (

http://www.google.com/fisika.um.ac.id/download/artikel.doc_download-artikel-diagnosis-lusi-mirawati.html), diakses tanggal 1 Mei 2014.

Munandir. 1987. Rancangan Sistem Pengajaran. Jakarta: P2LPTK.

Muslim. 1995. Pengembangan Bahan Ajar Mekanika Teknik I Sesuai Dengan Kurikulum 1994 Sekolah Menengah Kejuruan Teknologi Pengerjaan Logam.

Tesis Tidak diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang.

Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Pophan, J.W. 1981. Modern Educational Measurement. Londong: Printice-Hall, Inc. Egelwood Cliffts.

Prawiradilaga, Dewi Salma. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Rabinowitz, M & Shaw, E.J.2005. Psychology Instructional Design, and the Use of Wilson. G.B. 2005. Broadening Our Foundation Design: Four Pullars of Practice. Educational Technology. 45(2):10-15.

Seel, B. B., & Richey, R.C. 1994. Instructional Technology: The Definition and Domains of The Field. Washington DC: AECTA.

Sianturi, Emmi. 2010. Pengembangan Paket Pembelajaran Dengan Model Dick, Carey & Carey Pada Mata Pelajaran Fisika Bagi Siswa Kelas X Semester 1 SMA Negeri 5 Palu Sulawesi Tengah. Tesis. PPSJ Teknologi Pembelajaran, Universitas Negeri Malang. Tesis tidak dipublikasikan. (014)

Suharjono. 2003. Meningkatkan Mutu Pembelajaran: Merancang, Menyajikan dan Mengevaluasi Pembelajaran. Malang: Universitas Negeri Malang.

Suparman, A. 1995. Desain Instruksional. Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: PAU-PPAI.

Tillena, H. 1983. Webteaching”Sequencing of Subject Matter in Relation to Prior Knowledge of Pupil”. Instructional Science. Vol.12.(321-332).

(11)

KELAS VII SEMESTER GENAP

DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

ARTIKEL

Oleh:

M. Farkhan Habib

(12)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengitung estimasi produksi padi di Kabupaten Karanganyar menggunakan metode NDVI (Normalized Difference Vegetation index), memetakan lahan sawah

 Untuk memastikan tidak adanya senyawa organik terklorinasi yang terbentuk dalam proses pemutihan adalah dengan menghilangkan semua zat pemutih yang mengandung klor  Bahan

Berdasarkan pemikiran tersebut, penelitian ini penting untuk dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi dan menganalisis keanekaragaman jenis kupu-kupu menurut waktu

Jangkauan kegiatan yang dikontrakkan Pelayanan Preventif dan Promotif: Imunisasi, Promkes, Penyemprotan, Pemeriksaan makanan, Pelayanan Gizi Masyarakat; dll Pelayanan Kuratif:

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament pada mata

Setelah dilakukan penelitian, maka hasil penelitian dapat disimpulakan bahwa Peranan Dinas Pasar, Koperasi Dan UMKM Kota Tanjungpinang Dalam Peningkatan Kualitas

Penyusunan buku Statistik Dinas Kehutanan Provinsi NTB Tahun 2012, dimaksudkan untuk menyajikan data-data di Bidang Planologi dan Pengamanan Hutan,

)ekresi hormon antidiuretik juga disimulasikan dengan penurunan tekanan darah dan olume! kondisi dirasakan oleh reseptor peregangan di arteri jantung dan besar. $erubahan tekanan