• Tidak ada hasil yang ditemukan

Library Research Hukum Dan Ham ANDO and (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Library Research Hukum Dan Ham ANDO and (1)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

HAK MEMPEROLEH PEKERJAAN DI INDONESIA BERDASARKAN

PRINSIP FREEDOM FROM WANT

Disusun Oleh :

Ranadya Kartika Nadhila Putri 8111416065

Ando Tri Kurniawan 8111416102

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SEMARANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan anugerah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul :

HAK MEMPEROLEH PEKERJAAN DI INDONESIA BERDASARKAN PRINSIP FREEDOM FROM WANT. Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Hukum dan HAM yang diampu oleh Ridwan Arifin S.h,. LLm.

(3)

DAFTAR ISI

COVER... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Metode Penelitian... 3

BAB II PEMBAHASAN... 4

A. Seseorang dapat dikatakan Freedom From Want... 4

B. UU yang mengatur hak memperoleh pekerjaan... 6

C. Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pekerja Kontrak... 9

BAB III KESIMPULAN... 14

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki oleh setiap manusia yang sudah melekat pada dirinya semenjak di dalam kandungan hingga ia mati. Hak ini bersifat universal dan kodrati karena berlaku untuk semua manusia dan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Berbicara tentang Hak Asasi Manusia, pada pasal 1 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia menjelaskan bahwa semua manusia dilahirkan merdeka mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Semua orang dikaruniani akal dan hati, karenanya setiap orang hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.1 Menurut Prof. Koentjoro Poerbapranoto, hak asasi adalah hak yang bersifat asasi, artinya hak yang dimiliki oleh manusia secara kodrat dan tidak dapat dipisahkan dari manusia itu sendiri sehingga sifatnya suci. Sehingga dapat juga dikatakan bahwa hak asasi manusia merupakan hak dasar yang dimiliki oleh seseorang sebagai anugerah Tuhan yang dibawa sejak lahir.

Seperti yang dijelaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Pasal 27 (2) yang berbunyi : “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Pada dasarnya manusia berhak mempunyai pekerjaan karena bekerja merupakan wadah bagi warga negara untuk meningkatkan harkat, martabat dan harga diri serta demi kelangsungan kehidupan. Pemerintah memiliki tanggungjawab untuk menciptakan lapangan pekerjaan guna mengurangi pengangguran. Lapangan kerja yang tersedia merupakan bagian kesatuan dari seluruh program pembangunan.2 Ayat ini memuat pengakuan dan jaminan bagi semua orang untuk mendapatkan pekerjaan dan mencapai tingkat kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Negara menjamin setiap warga negaranya untuk mendapatkan penghidupan yang layak dengan cara memperoleh pekerjaan yang layak pula. Maka Undang-undang ini intinya harus memberi perlindungan warga negara yang akan menggunakan haknya untuk mendapat pekerjaan, baik di dalam maupun di luar negeri, agar mereka dapat memperoleh

1 Adnan B. Nasution. 2006. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indoneisa, hlm 135

(5)

pelayanan penempatan tenaga kerja secara cepat dan mudah dengan tetap mengutamakan keselamatan tenaga kerja baik fisik, moral maupun martabatnya.3

Setiap tenaga kerja mempunyai kesempatan yang sama dalam memilih dan mengisi lowongan pekerjaan di dalam wilayah pasar kerja nasional, untuk memperoleh pekerjaan, tanpa diskriminasi karena jenis kelamin, suku, ras, agama, dan aliran politik, sesuai dengan minat, kemampuan tenaga kerja yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap penyandang cacat. Tidak ada larangan untuk memilih pekerjaan sesuai dengan kemampuan masing-masing individu.

Jhon Locke menjelaskan bahwa semua individu mempunyai hak yang melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan yang merupakan miliki mereka sendiri dan tidak dicabut atau dipereteli oleh negara. Pemikiran John Locke mengenai hak – hak dasar ini terlihat jelas dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang dikenal dengan Declaration Of Independence Of The United States. Amanat Presiden Franklin D. Roosevelt tentang “emapat kebebasan” / “the four freedoms” yang diucapkannya di depan Kongres Amerika Serikart tanggal 6 Januari 1941 yakni :

1. Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of speech and expression),

2. Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya (freedom of religion),

3. Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear),

4. Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).

Hak memperoleh pekerjaan berdasarkan prinsip Freedom From Want, dapat dikaitkan karena jika seseorang itu mendapatkan pekerjaan yang layak dan dapat memenuhi kebutuhan keluarganya maka dapat dijamin mereka tidak akan kekurangan atau bahkan kelaparan. Jadi seseorang dapat dikatakan

Freedom From Want apabila ia memiliki pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pekerjaan mempunyai makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Pekerjaan dapat dimaknai sebagai sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya dan keluarganya. Dapat juga

(6)

dimaknai sebagai sarana untuk mengaktualisasikan diri sehingga seseorang merasa hidupnya menjadi lebih berharga baik bagi dirinya, keluarganya maupun lingkungannya. Oleh karena itu hak atas pekerjaan merupakan hak asasi yang melekat pada diri seseorang yang wajib dijunjung tinggi dan dihormati.4

Pekerjaan Layak merupakan hal utama dalam upaya-upaya pengentasan kemiskinan dan merupakan cara untuk mencapai pembangunan yang setara, inklusif dan berkelanjutan. Pekerjaan layak juga melibatkan kesempatan atas kerja yang produktif dan memberikan pendapatan yang adil, memberikan keamanan di tempat kerja dan perlindungan sosial bagi pekerja dan keluarganya serta memberikan masyarakat kebebasan dalam menyatakan kekhawatiran mereka, berorganisasi dan terlibat dalam keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.5

Pembangunan ketenagakerjaan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang dilakukan berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan dalam rangka pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk meningkatkan harkat, martabat, dan harga diri serta mewujudkan masyarakat sejahtera, adil, dan makmur bagi para tenaga kerja. Selain itu, pembangunan terhadap ketenagakerjaan juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja serta peningkatan perlindungan terhadap tenaga kerja dan keluarganya sesuai harkat dan martabat bagi kemanusiaan. Perlindunagn terhadap tenga kerja ini bertujuan untuk menjamin hak-hak dasar yang dimiliki oleh para tenaga kerja dan menjamin kesamaan kesempatan yang diperoleh para tenaga kerja serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun dalam mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha.6

B. Rumusan Masalah

4 Adharinalti, “Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja Indonesia Irregular Di Luar Negeri (Protection of Irregular Indonesian Workers in Overseas)”, Jurnal Rechts Vinding, Vol. 1 No. 1, April 2012, hlm 158

5 International Labour Office, hlm v

(7)

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana seseorang dapat dikategorikan sebagai freedom from want? 2. Apa saja Undang-Undang yang mengatur tentang hak memperoleh

pekerjaan?

3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap hak hak pekerja kontrak (outsourcing)?

C. Metode Penelitian

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian7

Untuk membahas permasalahan yang terdapat dalam makalah ini penulis menggunakan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan masalah dengan melihat, menelaah dan menginterpretasikan hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum yang berupa konsepsi, peraturan perundang-undangan, pandangan, doktrin hukum dan sistem hukum yang berkaitan. Jenis pendekatan ini menekankan pada diperolehnya keterangan berupa naskah hukum yang berkaitan dengan objek yang diteliti.8

Secara oprasional penelitian yuridis normatif dilakukan dengan penelitian kepustakaan.

Analisis data yang diperoleh dilakukan dengan cara analisis kualitatif yaitu analisis kualitatif yang dipergunakan untuk aspek-aspek normatif (yuridis) melalui metode yang bersifat deskriptif analisis, yaitu menguraikan gambaran dari data yang diperoleh dan menghubungakan satu sama lain untuk mendapatkan suatu kesimpulan umum. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui serta diperoleh kesimpulan induktif, yaitu cara berpikir dalam mengambil kesimpulan secara umum yang didasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus.9

7 Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Citra aditya bakti. Bandung. Hlm:112

8 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji. 1985. Penelitian Hukum Normatif SuatuTinjauan Singkat. Rajawali Pers. Jakarta. Hlm:52

(8)

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, yaitu mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait dengan hak memperoleh pekerjan berdasarkan prinsip freedom from want.

BAB II PEMBAHASAN

A. Bagaimana seseorang dapat dikatakan Freedom From Want?

Hak Asasi Manusia di Amerika Serikat

(9)

disebut sebagai hak fundamental. Istilah hak asasi lahir secara monumental sejak terjadinya revolusi Perancis pada tahun 1789 dalam “Declaration des Droits de L’hommeet du Citoyen” (hak-hak asasi manusia dan warga negara Perancis), dengan semboyan Liberte (Kemerdekaan), Egalite (Persamaan) dan Fraternite (Persaudaraan). Istilah hak mempunyai banyak arti. Hak dapat dikatakan sebagai sesuatu yang benar, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu, atau dapat juga diartikan sebagai kekuasaan untuk tidak berbuat

Pemikiran filsuf John Locke (1632-1704) yang merumuskan hak-hak alam, seperti hak atas hidup, kebebasan dan milik (life, liberty and property)

mengilhami sekaligus menjadi pegangan bagi rakyat Amerika sewaktu memberontak melawan penguasa Inggris pada tahun 1776. Pemikiran John Locke mengenai hak-hak dasar ini terlihat jelas dalam Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat yang dikenal dengan Declaration Of Independence Of The United States.11

Revolusi Amerika Serikat dengan Declaration of Independence-nya tanggal 4 Juli 1776, suat deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh 13 negara bagian, merupakan pula piagam hak-hak asasi manusia karena mengandung pernyataan “bahwa sesungguhnya semua bangsa diciptakan sama derajat oleh Maha Pencipta. Bahwa semua manusia dianugerahi oleh Penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan untuk menikmati kebahagiaan. John Locke menggambarkan keadaan status naturalis, ketika manusia telah memiliki hak-hak dasar secara perorangan. Declaration of Independence di Amerika Serikat menempatkan Amerika sebagai negara yang memberi perlindungan dan jaminan hak-hak asasi manusia dalam konstitusinya, kendatipun secara resmi rakyat Perancis sudah lebih dulu memulainya sejak masa Rousseau. Kesemuanya atas jasa presiden Thomas Jeffersin Presiden Amerika Serikat lainnya yang terkenal sebagai “pendekar”

(10)

hak asasi manusia adlah Abraham Licoln, kemudian Woodrow Wilson dan Jimmy Carter.

Amanat Presiden Franklin D. Roosevelt tentang “emapat kebebasan” / “the four freedoms” yang diucapkannya di depan Kongres Amerika Serikart tanggal 6 Januari 1941 yakni :

1. Kebebasan untuk berbicara dan melahirkan pikiran (freedom of speech and expression),

2. Kebebasan memilih agama sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya (freedom of religion)

3. Kebebasan dari rasa takut (freedom from fear),

4. Kebebasan dari kekurangan dan kelaparan (freedom from want).

Kebebasan- kebebasan tersebut dimaksudkan sebagai kebalikan dari kekejaman dan penindasan melawan fasisme di bawah totalitarisme Hitler (Jerman), Jepang, dan Italia. Kebebasan – kebebasan tersebut juga merupakan hak (kebebasan) bagi umat manusia untuk mencapai perdamaian dan kemerdekaan yang abadi. Empat kebebasan Roosevelt ini pada hakikatnya merupakan tiang penyangga hak-hak asasi manusia yang paling pokok dan mendasar.

Pekerjaan Layak merupakan hal utama dalam upaya-upaya pengentasan kemiskinan dan merupakan cara untuk mencapai pembangunan yang setara, inklusif dan berkelanjutan. Pekerjaan layak juga melibatkan kesempatan atas kerja yang produktif dan memberikan pendapatan yang adil, memberikan keamanan di tempat kerja dan perlindungan sosial bagi pekerja dan keluarganya serta memberikan masyarakat kebebasan dalam menyatakan kekhawatiran mereka, berorganisasi dan terlibat dalam keputusankeputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka. Pada bulan September 2008, ILO melakukan Pertemuan Tripartit Para Ahli (TME) tentang Pengukuran Pekerjaan Layak dan sebagai konsekuesinya mengadopsi kerangka Indikator Pekerjaan Layak yang dipaparkan dalam Konferensi Internasional ke 18 Ahli Statistik Perburuhan pada bulan Desember 2008. Dewan Pengatur mendorong proposal untuk menguji kerangka kerja ini di beberapa Negara perintis dengan mengembangkan Profil Pekerjaan Layak dalam suatu Negara.

 Macam-macam hak pekerja meliputi atas :

(11)

Hak atas pekerjaan merupakan hak asasi manusia karena :

1. Kerja melekat pada tubuh manusia. Kerja adalah aktifitas tubuh dank arena itu tidak bisa dilepaskan atau difikirkan lepas dari tubuh manusia.

2. Kerja merupakan perwujudan diri manusia, melalui kerja manusia merealisasikan dirinya sebagai manusia dan sekaligus membangun hidup dan lingkungannya yang lebih manusiawi. Maka dengan bekerja manusia menjadi manusia yang seutuhnya, melalui bekerja manusia dapat menentukan hidupnya sendiri sebagai manusia yang mandiri. 3. Hak atas kerja juga merupakan salah satu hak asasi manusia karena

kerja berkaitan dengan hak atas hidup, bukan tas hidup yang layak. Ha katas pekerjaan ini tercantum dalam UUD Tahun 1945 pasal 27 ayat 2 yang menyatakan bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

b. Hak atas upah yang adil

Hak atas upah yang adil merupakan hak legal yang diterima dan dituntut oleh seseorang sejak ia mengikat diri untuk bekerja pada suatu perusahaan. Dengan hak atas upah yang adil sesungguhnya :

1. Bahwa setiap pekerja berhak mendapatkan upah, artinya setiap pekerja berhak untuk dibayar.

2. Setiap orang tidak hanya berhak memperoleh upah, ia juga berhak memperoleh upah yang adil yaitu upah yang sebanding dengan tenaga yang telah disumbangkannya.

3. Bahwa prinsifnya tidak boleh ada perlakuan yang berbeda atau diskriminatif dalam soal pemberian upah kepada seluruh pekerja, dengan kata lain harus berlaku prinsip upah yang sama bagi pekerjaan yang sama.

(12)

1. Ini merupakan salah satu wujud utama dari hak atas kebebasan yang merupakan salah satu hak asasi manusia.

2. Dengan hak untuk berserikat dan berkumpul, pekerja dapat bersama-sama secara kompak memperjuangkan hak mereka yang lain, khususnya atas upah yang adil.

Beberapa hal yang perlu dijamin dalam kaitan dengan hak dan keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja :

1. Setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan atas keamanan, keselamatan dan kesehatan melalui program jaminan atau asuransi keamanan dan kesehatan yang diadakan perusahaan itu.

2. Setiap pekerja berhak mengetahui kemungkinan resiko yang akan dihadapinya dalam menjalankan pekerjaannya dalam bidang tertentu dalam perusahaan tersebut.

3. Setiap pekerja bebas untuk memilih dan menerima pekerja dengan resiko yang sudah diketahuinya itu atau sebaliknya menolaknya.

d. Hak untuk diproses hukum secara sah.

Hak ini terutama berlaku ketika seorang pekerja dituduh dan diancam dengan hukuman tertentu karena diduga melakukan pelanggaran atau kesalahan tertentu. Pekerja tersebut wajib diberi kesempatan untuk mempertanggungjawabkan tindakannya dan kalau ternyata ia tidak bersalah ia wajib diberi kesempatan untuk membela diri.

e. Hak untuk diperlukan secara sama.

Pada prinsipnya semua pekerja harus diperlukan secara sama, secara fair. Artinya tidak boleh ada diskriminasi dalam perusahaan entah berdasarkan warna kulit, jenis kelamin, etnis, agama dan semacamnya, baik dalam sikap dan perlakuan, gaji, maupun peluang untuk jabatan dipertimbangkan secara rasional. Diskriminasi yang didasarkan pada jenis kelamin, etnis, agama dan semacamnya adalah perlakuan yang tidak adil.

f. Hak atas rahasia pribadi.

(13)

dianggap paling rahasia harus diketahui oleh perusahaan atau karyawan lainnya, misalnya pekerja tersebut menderita penyakit tertentu, dikhawatirkan apabila sewaktu-waktu penyakit tersebut kambuh dan akan merugikan banyak orang atau mencelakakan orang lain. Umumnya yang dianggap sebagai rahasia pribadi dan karena itu tidak perlu diketahui dan dicampuri oleh perusahaan adalah persoalan yang menyangkut keyakinan religius, afiliasi dan haluan politik, urusan keluarga serta urusan sosial lainnya.

g. Hak atas kebebasan suara hati.

Pekerja tidak boleh dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu yang dianggapnya tidak baik, atau mungkin baik menurut perusahaan jadi pekerja harus dibiarkan bebas mengikuti apa yang menurut suara hatinya adalah hal yang baik.

Jadi penting sekali bagi pekerja dan pengambil kebijakan khususnya tentang ketenagakerjaan memahami hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak ini. Sehingga tujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang mandiri dan berkeadilan sosial dapat diwujudkan demi kesejahteraan bersama seluruh warga negara Indonesia.

B. Apa saja Undang-Undang yang mengatur tentang hak memperoleh pekerjaan?

(14)

2003 tentang ketenaga kerjaan dan peraturan pelaksana dari perundang-warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Dalam UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan telah mengatur perlindungan terhadap hak-hak pekerja antara lain:

Dalam Undang yang baru tentang ketenagakerjaan yaitu Undang-Undan Nomor 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja juga memberikan pengertian tentang tenaga kerja yang terdapat dalam Pasal 1 angka 2 bahwa tenaga kerja yaitu setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan / atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pengertian tenaga kerja dalam Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Tenaga Kerja tersebut telah menyempurnakan pengertian tentang tenaga kerja dalam Undang- Undang No. 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Ketenagakerjaan.12

Dalam peraturan yang baru mengenai ketenagakerjaan, yaitu Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dalam pasal 1 angka 4 memberikan pengertian Pekerja / buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Pengertian ini lebih luas karena mencakup semua orang yang bekerjapada siapa saja baik perorangan, persekutuan, badan hukum maupun badan lainnya dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk apapun. Karena upah selama ini diidentikkan dengan uang, padahal ada pula buruh / pekerja yang menerima imbalan dalam bentuk barang.

(15)

Kehadiran Undang-Udang No.13 Tahun 2003 ini telah memberikan nuansa baru dalam hukum ketenagakerjaan, yaitu :

1. istilah buruh / pekerja, istilah majikan diganti dengan pengusaha dan pemberi kerja agar sesuai dengan Hubungan Industrial Pancasila.

2. Menggantikan istilah perjanjian perburuhan (labour agrement) atau Kesepakatan kerja Bersama (KKB) dengan istilah Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang berupaya diganti dengan alasan bahwa perjanjian perburuhan berasal dari negara liberal yang seringkali dalam pembuatannya menimbulkan benturan kepentingan antara pihak buruh dengan pihak majikan.

3. Sesuai dengan perkembangan zaman memberikan kesetaraan antara pekerjaan pria dan wanita, khususnya untuk bekerja pada malam hari. Bagi buruh / pekerja wanita, berdasarkan undang-undang ini tidak lagi dilarang untuk bekerja pada malam hari. Pengusaha diberikan rambu-rambu yang harus ditaati mengenai hal ini.

4. Memberikan sanksi yang memadai serta menggunakan batas minimum dan maksimum, sehingga lebih menjamin kepastian hukum dalam penegakkannya.

5. Mengatur mengenai sanksi administratif mulai dari teguran, peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan kegiatan usaha, pembatalan persetujuan, pembatalan pendaftaran, penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi, dan pencabutan izin. Pada undang-undang yang sebelumnya yang mengatur tentang ketenagakerjaan, sanksi ini tidak diatur.

Seorang pekerja dalam hubungan kerja dengan majikannya menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2003 antara lain memeroleh hak-hak sebagai berikut :

(16)

minimum regional pada tingkat provinsi) atau UMK (upah minimum kabupaten / kota).

2. Tunjangan, Tunjangan adalah penerimaan diluar upah yang menjadi hak dari pekerja.

3. Tunjangan ada beberapa macam, yaitu :

a. Tunjangan pemeliharaan kesehatan, Tunjangan ini perlu diberikan agar kesehatan pekerja terpelihara sehingga mempunyai stamina yang baik dan produktif. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan haruslah diberikan dan menjadi tanggung jawab pemberi kerja atau majikan. jika pemberi kerja tidak menyelenggarakan sendiri pemeliharaan kesehatan, ia dapat mengikutsertakan pekerjanya dalam program pemeliharaan kesehatan yang diselenggarakan oleh badan penyelenggara, yaitu Jamsostek.

b. Tunjangan hari tua, Tunjangan hari tua berupa kumpulan upah yang diterima pada masa akhir tugas pekerja atau pada masa pensiun. Tunjangan hari tua tidak harus selalu menjadi tanggung jawab pemberi kerja, melainkan juga tanggung jawab si pekerja sendiri. Iuran dari pekerja dan si pemberi kerja dikumpulkan dan diberikan pada masa akhir tugas yang biasanya pada usia 55 tahun. Namun, seringkali pengusaha-pengusaha tidak mempunyai program jaminan hari tua yang berupa tunjangan hari tua. Kalaupun pemberi kerja tidak mempunyai program jaminan hari tua, pada masa kini telah banyak lembaga-lembaga uang bergerak dibidang tabungan hari tua seperti DPLK ( Dana Pensiun Lembaga Keuangan) sehingga dapat membantu pengusaha di dalam penyelenggaraannya.

c. Tunjangan kecelakaan kerja, Tunjangan ini diberikan dalam rangka memberikan perlindungan berupa pembiayaan pada saat pekerja mengalami kecelakaan kerja dalam hubungan kerja. Tunjangan ini menjadi tanggung jawab pemberi kerja.13

C. Perlindungan hukum terhadap hak hak pekerja kontrak (outsourcing)

(17)

Outsourcing diartikan sebagai pemanfaatan tenaga kerja untuk memproduksi atau melaksanakan suatu pekerjaan oleh suatu perusahaan, melalui perusahaan penyedia / pengerah tenaga kerja.14 Perlindunagn terhadap tenga kerja ini bertujuan untuk menjamin hak hak dasar yang dimiliki oleh para tenaga kerja dan menjamin kesamaan kesempatan yang diperoleh para tenaga kerja serta perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun dalam mewujudkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha. Seperti yang kita ketahui bahwa tujuan umum dari bangsa Indonesia yang termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum berdasarkan Pancasila untuk terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.15

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dengan adanya undang-undang ini maka diharapkan hak-hak para tenaga kerja serta hal lain mengenai tenaga kerja dapat terjamin. Akan tetapi dalam undang-undang tersebut terdapat satu pasal yang isinya dirasa cukup merugikan bagi para tenaga kerja. Yaitu pasal 64 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur tentang penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya (Outsourcing). Pasal tersebut menyatakan bahwa “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja / buruh yang dibuat secara tertulis”.

Pemanfaatan outsourcing sudah tidak dapat dihindari lagi oleh perusahaan di Indonesia. Berbagai manfaat dapat dipetik dari melakukan outsourcing; seperti penghematan biaya (cost saving) serta perusahaan dapat memfokuskan kepada kegiatan utamanya (core business). Disinlah mulai terjadi adanya pergeseran mengenai fungsi outsourcing, yang seharusnya hanya diberikan untuk pekerjaan-pekerjaan bukan inti, seperti cleaning services atau satpam yangpada kenyataannya outsourcing seringkali mengurangi hak-hak karyawan yang seharusnya dia dapatkan bila menjadi

14 Lalu Husni. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: RajaGrafindo Persada, hlm 188

(18)

karyawan permanen. Karena dengan adanya outsourcing maka akan menutup kesempatan karyawan menjadi permanen. Posisi outsourcing selain rawan secara sosial (kecemburuan antar rekan) juga rawan secara pragmatis (kepastian kerja, kelanjutan kontrak, jaminan pensiun). Gagasan awal berkembangnya outsourcing adalah untuk membagi risiko usaha dalam berbagai masalah, termasuk masalah ketenagakerjaan. Pada tahap awal, outsourcing belum diidentifikasi secara formal sebagai strategi bisnis. Hal ini terjadi karena banyak perusahaan yang semata-mata mempersiapkan diri pada bagian tertentu yang bisa mereka kerjakan, sedangkan untuk bagian-bagian yang tidak bisa dikerjakan secara internal, dikerjakan melalui outsource.16

Ketentuan yang berlaku untuk karyawan kontrak adalah sebagai berikut: 1. Karyawan kontrak dipekerjakan oleh perusahaan untuk jangka waktu

tertentu saja, waktunya terbatas maksimal hanya 3 tahun.

2. Hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan kontrak dituangkan dalam “Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu”.

3. Perusahaan tidak dapat mensyaratkan adanya masa percobaan.

4. Status karyawan kontrak hanya dapat diterapkan untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu tertentu, yaitu :

5. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya

6. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga) tahun ;

a. Pekerjaan yang bersifat musiman; atau

b. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

c. Untuk pekerjaan yang bersifat tetap, tidak dapat diberlakukan status karyawan kontrak.

7. Apabila salah satu pihak mengakhiri hubungan kerja sebelum berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam perjanjian kerja waktu tertentu, atau berakhirnya hubungan kerja bukan karena terjadinya pelanggaran terhadap ketentuan yang telah disepakati

(19)

bersama, maka pihak yang mengakhiri hubungan kerja diwajibkan membayar ganti rugi kepada pihak lainnya sebesar gaji karyawan sampai batas waktu berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja.

8. Jika setelah kontrak kemudian perusahaan menetapkan yang bersangkutan menjadi karyawan tetap, maka masa kontrak tidak dihitung sebagai masa kerja. Perbedaan pokok antara karyawan tetap dan kontrak terletak pada batas masa berlakunya hubungan kerja dan hak pesangon apabila hubungan kerja terputus. Artinya karyawan sebagai pekerja. Pekerjaan Layak merupakan hal utama dalam upaya-upaya pengentasan kemiskinan dan merupakan cara untuk mencapai pembangunan yang setara, inklusif dan berkelanjutan. Pekerjaan layak juga melibatkan kesempatan atas kerja yang produktif dan memberikan pendapatan yang adil, memberikan keamanan di tempat kerja dan perlindungan sosial bagi pekerja dan keluarganya serta memberikan masyarakat kebebasan dalam menyatakan kekhawatiran mereka, berorganisasi dan terlibat dalam keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.

Perlindungan hukum dan hak asasi manusia terhadap pekerja merupakan pemenuhan hak dasar yang melekat dan dilindungi oleh konstitusi sebagaimana yang diatur dalam pasal 27 ayat (2) UndangUndang dasar negara republik Indonesia tahun1945 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, Pasal 33 ayat (1) yang menyatakan bahwa “Pereknomian disusun sebagai usaha bersama atas kekeluargaan”, dengan demikian pelanggaran terhadap hak dasar yang dilindungi oleh konstitusi merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Perlindungan terhadap pekerja dimaksudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja dan menjamin kesamaan kesempatan serta perlakuan tanpa

(20)

diskriminasi atas apapun untuk mewujudkan kesejatraan pekerja dan keluarganya dengan tetap memperhatikan perkembangan kemajuan dunia usaha dan kepentingan pengusaha. Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perlindungan bagi pekerja yakni Undang-Undang no 13 Tahun 2003 tentang ketenaga kerjaan dan peraturan pelaksana dari perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan. Dalam pasal 27 ayat(2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa: Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dari amanat pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dapat kita pahami bahwa tujuan pembangunan ketenagakerjaan adalah menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga negara untuk mendapatkan penghidupan yang layak.

Pemehunan hak-hak pekerja untuk perlindungan hukum terhadap pekerja kontrak (outsourcing) sudah tertera pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 64 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengatur tentang penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya (Outsourcing). Pasal tersebut menyatakan bahwa “Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyedia jasa pekerja / buruh yang dibuat secara tertulis”.

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU-BUKU

Adnan B. Nasution. 2006. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indoneisa.

Maimun. 2007. Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta: PT.Pradnya Paramita.

Rozali Abdullah, Syamsir. 2002. Perkembangan HAM dan Keberadaan Peradilan HAM di Inonesia. Jakarta: Ghalian Indonesia.

Abdulkadir Muhammad. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum.Bandung: Citra aditya bakti.

(21)

Soerjono Soekanto.1986. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Naning, Ramdhon. 1983. Cita dan Citra Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta: Lembaga Kriminologi Universitas Indonesia Program Penunjang Bantuan Hukum Indonesia,

Rhona K. M. Smith dkk. 2008. Hukum HAM. Yogyakarta: PUSHAM UII.

Sendjun H. Manulang. 2001. Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Di Indonesia. Jakarta: Rhineka Cipta.

Sri Harini Dwiyatmi. 2006. Pengantar Hukum Indonesia. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia.

Lalu Husni. 2010. Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

B. JURNAL

Edward Richard, “Tanggung Jawab Pemerintah Terhadap Pelanggaran Hak Asasi Manusia Tenaga Kerja Indonesia”, Jurnal Lex et Societatis, Vol.1 No.5, September 2013.

(Protection of Irregular Indonesian Workers in Overseas)”, Jurnal Rechts Vinding, Vol. 1 No. 1, April 2012.

Tim Redaksi Pustaka Yustisia, Pedoman Terbaru Outsourcing & Kontrak Kerja : Peraturan 2012 Tentang Outsourcing dan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), Pustaka Yustisia: Yogyakarta, 2012.

Barzah Latupono, “Perlindungan Hukum Dan Hak Asasi Manusia Terhadap Pekerja Kontrak (Outsourcing) Di Kota Ambon”, Jurnal Sasi, Vol.17 No.3, Juli-September 2013.

C. LAIN-LAIN

International Labour Office, hlm v

Referensi

Dokumen terkait

c. bahwa perpanjang waktu tadi harus ditetapkan sampai tanggal 26 Juli 1954, karena pada tanggal tersebut akan berakhir masa kerja D.P.R.D. Minahasa, akan tetapi apabila

Hasil penelitian menunjukkan baliwa pada penyuntikan PMSG dengan dosis 40 IU/kg bobot badan memberikan onset berahi tercepat (P<0,05) yaitu 29,81 ± 3,20 jaln sedangkan yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa indikator good corporate governance (ukuran dewan komisaris dan kepemilikan manajerial), karakteristik perusahaan (ukuran perusahaan dan

Jika diperhatikan pendapat Bawengan tersebut diatas, maka timbul kesan bahwa pembunuhan yang dimaksud dalam Pasal 339 KUHPidana dilakukan karena terpaksa, akan

Higiene peralatan makanan menggunakan aspek penilaian berupa penggunaan peralatan masak / makan yang terbuat dari bahan taraf pangan ( food grade ), peralatan

Berbeda hal-nya dengan di Desa Jambu, sebagian besar lansia memiliki kualitas hidup yang kurang pada domain kesehatan fisik, lingkungan dan hubungan sosial dengan

Berdasarkan penelitian tindakan yang telah dilakukan secara umum dapat disimpulkan bahwa menggunakan media gambar dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 Sekolah

Menurut McClelland (dalam Erni, 2009) terdapat enam karakteristik karyawan yang memiliki motivasi berprestasi, antara lain: (a) tanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakan