• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Ketahanan Fraktur Antara Dentin Saluran Akar Yang Diirigasi Naocl 5% Dan Edta 17% Dengan Dan Tanpa Medikasi Ca(Oh)2 (Penelitian In Vitro)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perbedaan Ketahanan Fraktur Antara Dentin Saluran Akar Yang Diirigasi Naocl 5% Dan Edta 17% Dengan Dan Tanpa Medikasi Ca(Oh)2 (Penelitian In Vitro)"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KETAHANAN FRAKTUR ANTARA

DENTIN SALURAN AKAR YANG DIIRIGASI

NaOCl 5% DAN EDTA 17% DENGAN DAN

TANPA MEDIKASI Ca(OH)

2

(PENELITIAN

IN VITRO

)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

OLEH :

SHERLIANA YANITA NIM : 080600040

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 20 NOVEMBER 2012

OLEH:

Pembimbing

NIP: 19410830 1965091 1 001 Prof. Dr. RasintaTarigan, drg., Sp. KG (K)

Mengetahui

Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi Berjudul

PERBEDAAN KETAHANAN FRAKTUR ANTARA DENTIN SALURAN AKAR YANG DIIRIGASI NaOCl 5% DAN EDTA 17% DENGAN DAN

TANPA MEDIKASI Ca(OH)2 (PENELITIAN IN VITRO)

Yang dipersiapkan dan disusun oleh :

NIM : 080600040 SHERLIANA YANITA

Telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 20 November 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Susunan Tim Penguji Skripsi Ketua Penguji

NIP: 19410830 1965091 1 001 Prof. Dr. Rasinta Tarigan, drg., Sp. KG (K)

Anggota Tim Penguji

Prof. Trimurni Abidin,drg.,M.Kes,Sp.KG(K)

NIP.19500828 197902 2 001 NIP. 19631127 199203 2 004 Nevi Yanti,drg.,M.Kes

Medan, 20 November 2012 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Ketua,

(4)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Tahun 2012

Sherliana Yanita

Perbedaan Ketahanan Fraktur Antara Dentin Saluran Akar yang

Diirigasi NaOCl 5% dan EDTA 17% dengan dan Tanpa Medikasi Ca(OH)2

x + 51 halaman (Penelitian In Vitro)

Dentin adalah jaringan keras yang alami, terhidrasi dan termineralisasi yang

membentuk sebagian besar gigi. Larutan irigasi dan medikasi yang digunakan selama

perawatan endodonti dapat menyebabkan perubahan sifat kimia maupun sifat fisik

dentin. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh medikasi Ca(OH)2

Dua puluh tujuh gigi premolar mandibula digunakan dalam penelitian ini yang

dibagi ke dalam 3 kelompok. Kelompok Iakar gigi diirigasi NaOCl 5% dan EDTA

17%, kelompok II diirigasi kemudian diberi medikasi Ca(OH)

jangka

pendek terhadap ketahanan fraktur dentin saluran akar yang telah diirigasi dengan

NaOCl 5% dan EDTA 17%.

2 selama 7 hari dan

kelompok III diirigasi dan dimedikasi Ca(OH)2 selama 30 hari. Bagian 1/3 tengah

akar gigi dibelah secara horizontal untuk menghasilkan keping dentin setebal 1 mm.

Ketahanan fraktur dentin saluran akar diukur dengan alat uji tekan Torsee’s Universal

(5)

Dari hasil uji tekan diperoleh rata-rata ketahanan fraktur kelompok I =

2310,4±681,7 ; kelompok II = 2534,4±880,8 ; kelompok III = 1792,4±728,8. Uji

T-Independent menunjukkan perbedaan rata-rata tiap kelompok tidak signifikan yang

dapat dilihat dari P > 0,05.

Kata kunci : dentin, Calcium Hydroxide, ketahanan fraktur

(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

karunia-Nya, skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara.

Rasa hormat dan terima kasih penulis persembahkan kepada kedua orang tua,

Joko Mulia dan Yenni, serta adik-adik Lydia Angelia Yanita dan Timmothy

Yonathan atas segala kasih sayang, doa, dan dukungan baik moril maupun materiil

yang telah diberikan kepada penulis selama ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Cut Nurliza, drg.,M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas saran, dukungan dan

bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Prof. Dr. Rasinta Tarigan, drg., Sp. KG(K) selaku dosen pembimbing

skripsi, atas keluangan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

(7)

4. Dennis, drg. selaku penasehat akademik, yang telah banyak memberikan

motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh Staf Pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas keluangan waktu, saran, dukungan

dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmunya selama penulis

menjalani masa pendidikan.

7. Sri Rahayu Sanusi, SKM, M.Kes atas keluangan waktu, saran, dukungan

serta bimbingan kepada penulis dalam analisa statistik hasil penelitian.

8. Sahabat-sahabat penulis Okta, Dharma, Mahari, Tio, Yudha serta

teman-teman stambuk 2008 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan

dan motivasi yang diberikan kepada penulis.

9. Kak Simfo yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi

ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi

fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, November 2012

Penulis,

(8)

DAFTAR ISI

2.3 Ketahanan Fraktur Dentin Saluran Akar ... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN ... 19

3.1 Kerangka Konsep ... 20

4.5 Identifikasi Variabel Penelitian ... 23

4.6 Definisi Operasional ... 26

4.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 27

4.8 Prosedur Penelitian ... 30

4.9 Analisa Data ... 34

(9)

BAB 6 PEMBAHASAN ... 37

BAB 7 PENUTUP ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Uji One-Way ANOVA ... 35

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1 Permukaan Saluran Akar ... 12

Gambar 2 Alat-alat Penelitian I ... 28

Gambar 3 Alat-alat Penelitian II ... 28

Gambar 4 Alat Uji Tekan ... 29

Gambar 5 Bahan Penelitian ... 30

Gambar 6 Persiapan Sampel ... 31

Gambar 7 Persiapan Sampel dan Preparasi Saluran Akar ... 31

Gambar 8 Aplikasi Bahan Medikasi Saluran Akar ... 33

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur ... 47

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Preparasi khemomekanik adalah salah satu faktor terpenting untuk

keberhasilan perawatan endodonti. Debridemen khemomekanik pada sistem saluran

akar dicapai dengan penggunaan instrumen dan larutan irigasi yang efektif. Tujuan

instrumentasi dan irigasi adalah untuk mempersiapkan saluran yang bersih, bebas

debris untuk obturasi.

Sekarang ini, irigasi merupakan metode terbaik untuk lubrikasi, penghancuran

mikroba, penyingkiran sisa jaringan dan debris dentin selama instrumentasi. 1

2

Instrumentasi khemomekanik yang cermat dan menyeluruh pada kunjungan pertama

dapat membuat saluran akar terbebas dari bakteri. Akan tetapi, pada kebanyakan

keadaan hanya menyebabkan pengurangan yang efektif pada jumlah bakteri, dan

medikamen antiseptik harus diberikan ke dalam saluran akar selama periode waktu

tertentu untuk menjamin sisa terakhir flora saluran akar tersingkirkan.

Larutan irigasi dan medikasi yang digunakan selama perawatan endodonti

dapat menyebabkan perubahan sifat kimia maupun sifat fisik dentin. Bahan ini

bereaksi dengan jaringan organik dan inorganik, mengubah struktur kimia dan

mempengaruhi sifat mekanis dentin.

3

4

Perubahan rasio Ca/P dapat mengubah

perbandingan komponen organik dan inorganik yang kemudian mengubah kekerasan

(14)

permukaan dentin juga mempengaruhi kemampuan sealing dan adhesi bahan-bahan

pengisi ke dentin.

Telah dibuktikan bahwa gigi terutama rentan terhadap fraktur bila pulpa telah

disingkirkan. Fraktur dentin adalah gambaran umum yang sering merupakan

kesulitan klinis yang penting. Sifat mekanik dentin adalah penting dalam menentukan

bagaimana beban pengunyahan dan traumatik terdistribusi sepanjang gigi. Salah satu

fungsi dentin adalah untuk meneruskan dan menghilangkan beban ini. Dentin

memiliki kekuatan yang menjadi sifatnya yaitu mampu menahan fraktur sebagai hasil

orientasi serat kolagen yang melawan efek terarah tubulus dentin, dengan demikian

memperlihatkan perilaku penghentian keretakan. 5

Dentin adalah jaringan keras yang alami, terhidrasi dan termineralisasi yang

membentuk sebagian besar gigi. Dentin terdiri dari ribuan tubulus mikroskopik

dengan diameter ± 0,5-4,0 µm, dan kepadatan tubulus dentin ± 10000-96000 tubulus

per mm

6

2

. Dentin tersusun atar ± 70% material inorganik dalam bentuk hidroksiapatit.

Matris organik ±15-20%, terdiri dari kolagen tipe I yang sangat berperan terhadap

sifat mekanis dentin. Protein non-kolagen merupakan 1-2% dari jaringan, sedangkan

sisanya 10-12% adalah air.

Mineral inorganik dipercaya memberikan strength dan kolagen organik

memberikan toughness. Pemahaman mekanistis terhadap sifat mekanik dentin adalah

penting dari perspektif pengembangan kerangka kerja untuk prediksi kegagalan

dalam gigi manusia, terutama mengingat efek modifikasi mikrostruktur dari proses

karies, sklerosis, penuaan dan restoratif. 3,7,8

(15)

Pada dasarnya, keberhasilan perawatan saluran akar bergantung pada tiga

faktor yaitu: pembersihan dan pembentukan; desinfeksi; serta obturasi sistem saluran

akar yang tiga dimensi. Pembersihan adalah kombinasi proses kimia dan mekanik,

sedangkan pembentukan hanya proses mekanik saja. Pembersihan memerlukan

penggunaan instrumen untuk menyingkirkan zat-zat secara fisik. Instrumen berkontak

dan mengerok dinding saluran akar untuk melepaskan debris. Selanjutnya irigan

secara kimiawi akan melarutkan sisa-sisa zat organik dan inorganik, menghancurkan

mikroorganisme dan kemudian irigan ini akan membersihkan semua debris dari

rongga saluran akar.

Selama preparasi saluran akar, keping dentin disingkirkan dari dinding saluran

akar dan terbentuk suatu lapisan yang disebut smear layer. Smear layer merupakan

suatu endapan yang amorf (tidak berbentuk), tidak teratur, melekat kuat pada dinding

saluran akar dan terdiri atas komponen organik (prosesus odontoblas,

mikroorganisme, dan jaringan pulpa) dan komponen inorganik (matriks inorganik

dentin). Smear layer ini dapat menghalangi terbukanya tubulus dentin sehingga

menghalangi penetrasi larutan irigasi dan medikasi ke dalam tubulus dentin.

Penyingkiran lapisan ini sangat penting untuk menunjang keberhasilan perawatan

endodonti.

10,11,12

Berbagai larutan irigasi telah digunakan seperti NaOCl (Natrium Hipoklorit)

5% dan 2,5%, H 10,13,14

2O2 (Hidrogen Peroksida) 3%, EDTA (Ethylenediaminetetraacetic

Acid) 17% dan CHX (Chlorhexidine) 0,2%. Larutan irigasi yang paling banyak

digunakan adalah NaOCl. Namun NaOCl tidak efektif dalam menyingkirkan smear

(16)

melarutkan material inorganik dentin digunakan EDTA. Penggunaan NaOCl dan

EDTA yang bergantian direkomendasikan sebagai cara irigasi yang efektif untuk

menyingkirkan sisa-sisa material organik dan inorganik smear layer.

Selama perawatan saluran akar, adalah penting untuk menyingkirkan bakteri

sebanyak-banyaknya dari saluran akar. Penggunaan medikamen saluran akar telah

dianggap sebagai salah satu langkah penting yang diperlukan untuk mengurangi

populasi mikroba sebelum pengisian akar. Meskipun preparasi khemomekanik yang

cermat dapat membantu mengurangi populasi bakteri, penyingkiran yang menyeluruh

sulit untuk dikerjakan. Dengan meninggalkannya di dalam saluran akar di antara

kunjungan, medikamen intrakanal dapat membantu menyingkirkan bakteri yang

bertahan.

1,5,15

Medikamen intrakanal yang banyak digunakan di endodonti adalah Ca(OH) 16,17

2

(Calcium Hydroxide) karena tingginya pH dan efek yang baik seperti antibakteri dan

stimulasi jaringan keras. Bahan ini dipergunakan secara luas sebagai dressing

intrakanal jangka pendek maupun jangka panjang dan telah dimasukkan ke dalam

beberapa sealer saluran akar. Pengisian saluran akar jangka panjang dengan Ca(OH)2

telah diterima secara luas,terutama ketika merawat gigi traumatik yang muda dan

imatur atau gigi dengan area radiolusen periapikal yang luas. Pada kasus ini,

Ca(OH)2 digunakan selama beberapa variasi periode waktu berjarak dari 2-3 bulan

sampai 2-3 tahun. Telah dilaporkan bahwa perawatan jangka panjang dengan

Ca(OH)2 dapat melemahkan akar gigi dan memperbesar fraktur gigi imatur.18Pada

(17)

meletakkan Ca(OH)2 di dalam saluran akar untuk periode yang singkat, 1-4

minggu.

Bertolak dari pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh

medikasi Ca(OH) 19

2 jangka pendek terhadap ketahanan fraktur dentin saluran akar

yang telah diirigasi dengan NaOCl dan EDTA.

1.2 Rumusan Masalah

Uraian ringkas dalam latar belakang masalah diatas memberikan dasar bagi

peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Apakah ada perbedaan ketahanan fraktur antara dentin saluran akar yang telah

diirigasi NaOCl 5% dan EDTA 17% dengan dan tanpa medikasi Ca(OH)2?

1.3 Tujuan Penelitian

Dengan merujuk pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin

dicapai pada penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui perbedaan ketahanan fraktur antara dentin saluran akar

yang telah diirigasi NaOCl 5% dan EDTA 17% dengan dan tanpa medikasi Ca(OH)2.

1.4 Manfaat Penelitian

Secara teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kepustakaan pendidikan

kedokteran gigi, khususnya mengenai pengaruh bahan irigasi dan medikasi saluran

akar terhadap sifat fisik dentin saluran akar.

(18)

1. Memberi informasi kepada dokter gigi mengenai jangka waktu yang baik

yang dibutuhkan untuk medikasi saluran akar.

2. Meningkatkan kualitas perawatan saluran akar terutama dalam hal irigasi dan

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Telah diketahui bahwa irigasi saluran akar memegang peranan yang sangat

penting dalam keberhasilan perawatan saluran akar. Jumlah bakteri yang ditemukan

setelah instrumentasi pada saluran yang tidak diirigasi lebih banyak daripada saluran

yang diirigasi. 20 Penyakit endodonti akan bertahan sampai sumber iritasi

disingkirkan.

Pada tahap instrumentasi mekanis, jaringan nekrotik dan koloni bakteri

disingkirkan dari saluran akar utama secara fisis. Instrumentasi mekanis tidak

mempunyai efek pada celah dan saluran akar aksesori atau lateral yang tidak

terjangkau instrumen. 21

3

Hal ini disebabkan oleh desain interior saluran akar yang

kompleks dengan adanya ceruk, cekungan, komunikasi antar saluran, saluran buntu,

saluran kecil yang tidak terjangkau, ramifikasi di daerah apeks dan daerah-daerah

tertutup lainnya yang tidak mungkin dicapai oleh instrumen.

Instrumentasi yang cermat pada saluran akar yang terinfeksi akan mengurangi

jumlah bakteri secara signifikan tetapi instrumentasi saja tidak bisa membersihkan

semua permukaan dalam saluran akar. Bakteri dapat ditemukan pada dinding kanal,

diantara tubulus dentin dan di kanal lateral.

12

22

Efek instrumentasi mekanis dapat

ditingkatkan dengan penggunaan irigan saluran akar yang disuntikkan secara

terus-menerus atau pada selang waktu tertentu ke dalam saluran akar selama

(20)

meminimisasi bakteri, mengeliminasi sisa-sisa jaringan organik dan inorganik serta

mendesinfeksi area tersebut yang tidak tercapai instrumen.

Selama preparasi saluran akar, dentin akar terpapar faktor mekanik dan

khemis yang berbeda. Bahan irigasi dan medikasi dapat mempengaruhi sifat fisik,

mekanikdan khemis dentin. Perubahan-perubahan pada sifat fisik dentin timbul

dikaitkan dengan perubahan pada fase inorganik dan organik dentin.Kekuatan

dan/atau peningkatan energi ketegangan diberikan oleh fraksi organik, terutama

sekali kolagen pada dentin.

23

Kekuatan dentin mungkin, sebagian, bergantung pada hubungan antara dua

komponen utamanya, jaringan hidroksiapatit dan kolagen. 90% fase organik adalah

kolagen, yang semata-mata Tipe I. Kolagen tipe I adalah polimer fibrous yang kuat,

tiga dimensi yang biasanya berada di lingkungan biologis yang aqueous. Kolagen ini

sering dihubungkan dengan proteoglikan, yang mengandung banyak air yang

mengelilinginya. Dugaan umum adalah bahwa ada dua jenis air di dalam dentin. Satu

jenis terhubung dengan kristal apatit dari fase inorganik, dan protein matriks kolagen

dan non-kolagen dari fase organik. Air ini secara alamiterikat kuat. Jenis kedua

adalah air yang bebas atau tidak terikat, dan jenis air ini mengisi tubulus dentin dan

celah lainnya di dalam matriks dentin. 7,24,25

Kolagen merupakan protein struktural dan sifat mekanik material ini

berhubungan erat dengan mekanisme molekuler daripada kimia dan morfologi secara

keseluruhan. Ketika beban kompresi diterapkan pada spesimen dentin yang secara

penuh terhidrasi, air yang bebas di tubulus dentin dan ruang pulpa menghasilkan

(21)

menghasilkan respon khas dari material brittle. Telah ditunjukkan bahwa lapisan

mono molekul air akan diserap ke permukaan hidroksiapatit oleh ikatan hidrogen.

Dari perpektif mekanik teoritis, stabilitas struktural dentin adalah fungsi dari

mineralisasi dan kadar kelembaban. Dentin adalah jaringan termineralisasi yang

berpori, berisi cairan yang memberikan dukungan mekanik kepada enamel yang

melapisinya dan integritas gigi. Cairan dentin memberikan integritas biomekanik

pada gigi dan cairan yang mengisi tubulus berfungsi untuk memindahkan dan

meringankan secara hidrolik beban yang diberikan pada gigi.

7

Ada kesan klinis bahwa gigi yang dirawat endodonti lebih rapuh.

Pengurangan struktur gigi karena karies, intervensi restorasi dan endodonti dengan

jelas melemahkan struktur gigi membuatnya lebih rentan terhadap fraktur. Persepsi

kerapuhan ini juga telah dihubungkan dengan penurunan kadar kelembaban.

Penurunan kadar kelembaban pada gigi yang dirawat endodonti tidaklah signifikan

secara statistik. Oleh karena itu, kadar kelembaban antara gigi vital dan yang dirawat

endodonti dianggap serupa.

6

6

2.1 Irigasi Saluran Akar

Pembersihan atau debridemen saluran akar meliputi penyingkiran seluruh

mikroorganisme dan zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya. 21 Kebanyakan

bakteri yang ditemukan di ruang kanal dapat disingkirkan dengan aksi mekanik

instrumen endodonti. Tetapi, pada beberapa situasi, oleh karena anatomi saluran akar

yang sangat kompleks, sisa-sisa materi organik dan bakteri tersangkut jauh di dalam

(22)

mekanis yang cermat. Pada keadaan demikian, penggunaan bahan irigasi penting

untuk meminimisasi dan eliminsasi sisa jaringan organik.

Bahan irigasi yang digunakan selama preparasi saluran akar harus mempunyai

sifat-sifat yaitu antimikroba spektrum luas; tidak mutagenik, karsinogenik ataupun

sitotoksik; membantu lubrikasi dinding kanal; melunakkan dentin; menyingkirkan

debris dan smear layer; melarutkan materi organik, sisa jaringan pulpa nekrotik;

membunuh mikroorganisme dan memiliki tegangan permukaan yang rendah sehingga

dapat membersihkan area yang tidak tercapai instrumen. Irigan tidak boleh

mencederai jaringan periradikuler, tetap aktif dalam penyimpanan dan relatif tidak

mahal.

23

Tujuan akhir perawatan saluran akar adalah untuk mempersiapkan saluran

akar yang bersih, bebas bakteri dan debris untuk obturasi. Kakehashi et al. (cit.

Farhad et al.) menyatakan bahwa mikroorganisme dan produk samping mereka

adalah faktor penyebab utama penyakit pulpa dan periradikular, dan perawatan

endodonti yang berhasil bergantung pada penyingkiran bakteri-bakteri ini disertai

dengan pencegahan terhadap rekontaminasi yang akan terjadi. 12,22,26,27

Larutan irigasi yang paling sering digunakan dalam perawatan endodonti

adalah NaOCl. Bahan ini merupakan basa lemah yang beraksi pada albumin (sisa

jaringan pulpa, makanan dan mikroorganisme) dan mengubah sifat mereka menjadi

larut dalam air.Keberhasilan sifat antimikrobial larutan ini dikarenakan

kemampuannya mengoksidasi dan menghidrolisis protein sel dan, sampai tingkat

tertentu, mengeluarkan cairan secara osmotik dari sel untuk hipertonisnya. 14

2,28

NaOCl

(23)

detoksifikasi jaringan nekrotik, mempunyai efek antibakteri yang pasti, dan ditolerir

dengan baik oleh jaringan vital. 3 Larutan ini digunakan sebagai agen irigasi utama

untuk menyingkirkan komponen organik karena mempunyai sifat bakterisidal,

mampu melarutkan materi organik dan jaringan nekrotik, kemampuan antimikrobial

spektrum luas yang telah terbukti efektif menghilangkan bakteri, spora, jamur dan

virus.

Efek antimikroba NaOCl tergantung pada beberapa faktor, diantaranya pH,

waktu kontak, temperatur dan juga konsentrasi yang digunakan. NaOCl mempunyai

aktivitas antibakteri yang tinggi dengan waktu kontak singkat. Makin tinggi

konsentrasi larutan, maka makin kuat daya antimikroba yang dihasilkan, namun juga

menyebabkan makin besarnya iritasi terhadap jaringan. Telah banyak kontroversi

mengenai konsentrasi larutan hipoklorit yang digunakan di endodonti. 15,29

27,28,29,30

NaOCl

pada konsentrasi 0,5-5,25% adalah konsentrasi yang dianjurkan untuk pemakaian

pada endodonti dan pada konsentrasi ini, NaOCl mampu melarutkan debris organik

pulpa pada area yang tidak terjangkau instrumen endodonti. NaOCl 0,5% dengan

NaOCl 5% terbukti sebagai antimikroba yang efektif pada penelitian klinik tetapi

NaOCl 5% lebih efektif dibandingkan NaOCl 0,5% dalam hal pelarut organik.

Walaupun NaOCl tampil sebagai larutan irigasi yang ideal, larutan ini juga

memiliki kekurangan yaitu tidak mampu melarutkan partikel inorganik dentin

sehingga tidak dapat menghilangkan smear layer secara keseluruhan selama

instrumentasi, serta mempunyai rasa dan bau yang tidak menyenangkan. Meskipun

banyak penelirian telah menunjukkan bahwa larutan NaOCl dan saline tidak efektif

(24)

NaOCl dapat menyingkirkan predentin dengan efek proteolitik. Penyingkiran smear

layer yang tuntas memerlukan penggunaan agen khelasi yang diikuti dengan pelarut

jaringan karena tidak ada irigan tunggal yang mampu melarutkan komponen organik

dan inorganik sekaligus (Gambar 1). Oleh karena itu, dalam penggunaannya larutan

irigasi NaOCl dikombinasikan dengan EDTA yang berfungsi sebagai agen khelasi

dan melarutkan komponen inorganik. 5,10,29

EDTA merupakan agen khelasi yang umum digunakan sebagai larutan irigasi

dengan konsentrasi 17%. 1 EDTA digunakan dalam meningkatkan pembesaran

khemomekanik kanal untuk menyingkirkan smear layer yang terbentuk setelah

preparasi saluran akar. 7,28 EDTA tidak antibakteri, tidak melarutkan jaringan nekrotik

ataupun menyingkirkan debris superfisial tetapi sangat efektif dalam melarutkan

materi inorganik. Telah dibuktikan bahwa EDTA mempunyai sifat antibakteri dan Gambar 1. A. Kehadiran smear layer pada permukaan

pertengahan saluran akar yang diirigasi dengan NaOCl 5,25% dan irigasi final dengan larutan yang sama. B. Penyingkiran

smear layer pada apikal saluran akar dengan NaOCl 5,25% sebagai irigan saluran akar dan 5 menit EDTA 17% sebagai irigan final. Masih ada debris di dalam tubulus dentin. (Magnifikasi x5000) 31

(25)

antifungal yang lemah bahkan hampir tidak mempunyai aktivitas

antibakteri.22,28,30 Mekanisme kerja EDTA adalah membentuk khelat dengan ion

kalsium dari dentin dan debris dentin (smear layer) sehingga mudah larut dalam air

dan dikeluarkan dari saluran akar.

EDTA mampu menyingkirkan ion kalsium dentin, meningkatkan

demineralisasi dan sebagai akibatnya, meningkatkan permeabilitas saluran akar.

Efektifitas agen khelasi umumnya bergantung pada banyak faktor, misalnya panjang

saluran akar, kedalaman penetrasi material, kekerasan dentin, waktu aplikasi, pH, dan

konsentrasi. Agen khelasi mempersiapkan permukaan dinding kanal sehingga aksi

antibakteri pembersih dan medikasi menjadi efektif. 29

2

EDTA sangat biokompatibel,

dapat mengakibatkan demineralisasi dentin intertubular dan mengurangi kekerasan

permukaan dinding dentin saluran akar. Harus diperhatikan bahwa perpanjangan

pemaparan terhadap khelator kuat seperti EDTA dapat melemahkan dentin akar.

Torabinejad et al. (2003), tidak ada perbedaan yang signifikan pada

kemampuan air destilasi dan NaOCl untuk menyingkirkan smear layer dari

permukaan saluran akar yang terinstrumentasi karena kedua irigan tersebut tidaklah

efektif. Smear layer terdiri dari komponen organik dan inorganik. Untuk

menyingkirkan smear layer, larutan irigasi harus melarutkan kedua komponen

tersebut. Ketika EDTA digunakan secara bergantian dengan NaOCl 5,25%, smear

layer tersingkirkan semuanya pada sepertiga tengah dan korona kanal, tetapi

kombinasi ini kurang efektif pada sepertiga apikal.

27,30

Irigasi saluran akar menggunakan NaOCl 5% dan EDTA 17% secara

(26)

kemampuan NaOCl dalam melarutkan jaringan dan lebih efisien dalam mengurangi

mikroba intraradikular daripada NaOCl sendiri. Setelah irigasi kanal dengan EDTA,

NaOCl harus digunakan untuk menetralisasi efek keasaman EDTA dan untuk

memperkenankan NaOCl penetrasi ke dalam tubulus dentin, yang telah terbuka

setelah penggunaan EDTA. 30

2.2 Desinfeksi Saluran Akar

Perawatan endodonti pada gigi non vital menurut aturan seharusnya tidak

diselesaikan pada kunjungan pertama, tetapi pada kunjungan kedua setelah satu

periode desinfeksi final akar dan sistem saluran akar. Selama perawatan saluran akar,

diperlukan untuk menyingkirkan bakteri sebanyak mungkin dari saluran akar.

Penggunaan medikamen intrakanal telah dipertimbangkan sebagai langkah yang

diperlukan untuk mengurangi populasi mikroba tepat sebelum pengisian saluran akar.

Bakteri yang bertahan setelah preparasi dan irigasi akan dengan sangat cepat

berlipatganda di antara kunjungan jika tidak ada medikamen intrakanal yang

digunakan.

Medikamen antar kunjungan harus mampu melanjutkan penyingkiran bakteri

yang tersisa setelah preparasi khemomekanik dan bertahan lama; mencegah

kebocoran mikro koronal dan tidak berdifusi sepanjang restorasi sementara;

membantu mengeringkan kanal yang terus-menerus basah; tidak diinaktivasi dengan

kehadiran materi organik, tetapi seharusnya menetralisasi dan melarutkan debris

jaringan yang tersisa; mengurangi inflamasi periapikal dan toksisitas rendah terhadap

jaringan periapikal serta harus tidak menurunkan sifat fisik struktur akar. 3,10,16,21

(27)

Telah terbukti pada penelitian klinis bahwa sekitar 50% saluran akar yang

terinfeksi tidak didesinfeksi, hanya dengan irigan antibakteri saja selama perawatan

saluran akar. Meskipun preparasi khemomekanik yang cermat dapat membantu

mengurangi populasi bakteri, penyingkiran yang total sangat sulit dicapai. Tersisanya

medikamen di dalam saluran akar di antara kunjungan, akan dapat membantu

menyingkirkan bakteri yang bertahan. Medikamen antibakteri digunakan di antara

kunjungan untuk menyingkirkan sisa bakteri dan mencegah re-infeksi saluran akar.

Agen seperti Ca(OH)2 ditunjukkan sangat efektif. Agen harus mempunyai spektrum

antibakteri yang luas, dan harus tetap aktif selama periode di antara kunjungan.

Pilihan medikamen intrakanal terkini adalah Ca(OH)

17,22

2. Sejak diperkenalkan

pada tahun 1920, calcium hydroxide telah banyak digunakan di endodonti sebagai

medikamen intrakanal antar kunjungan. Bahan ini merupakan basa kuat yang

diperoleh melalui calcination (pemanasan) dari calcium carbonate sampai berubah

menjadi calcium oxide. Calcium hydroxide diperoleh melalui hidrasi calcium oxide,

dan reaksi kimia antara calcium hydroxide dan carbon dioxide membentuk calcium

carbonate. Merupakan bubuk putih dengan pH tinggi (±12,6) dan mudah larut dalam

air (kelarutan 1,2 g/L pada temperatur 25ºC). Bahan ini mempunyai berbagai sifat

biologis misalnya aktivitas antimikroba, mampu melarutkan jaringan, menghambat

resorpsi gigi, dan mempengaruhi perbaikan pembentukan jaringan keras.

Sifat Ca(OH)

16,17,32

2 berasal dari disosiasinya menjadi ion kalsium dan hidroksil.

Ca(OH)2 mendorong deposisi jembatan jaringan keras yang biasanya melindungi

pulpa. Kemampuannya untuk menstimulasi mineralisasi dihubungkan dengan

(28)

mempunyai aktivitas antimikroba spektrum luas dan aksi durasi panjang. Bahan ini

relatif aman, mudah digunakan dan kombinasi dengan NaOCl dapat membantu

melarutkan materi organik.

Ca(OH)

10

2 telah dinyatakan sebagai agen antibakteri intrakanal yang paling

baik dan paling efektif. Efek antibakterial Ca(OH)2 dikarenakan pH yang tinggi yaitu

±12,5 dan pelepasan ion hidroksil. Tidak ada patogen endodonti yang diketahui dapat

bertahan pada pH ini, dan akan langsung mati seketika saat terpapar langsung dengan

pasta. 3,28,33 Di dalam pulpa, Ca(OH)2 telah digunakan sebagai agen pulp capping

karena kemampuannya menstimulasi mineralisasi; sebagai dressing intrakanal

mempunyai aksi antimikroba yang sangat baik, yang mendukung penyingkiran

mikroorganisme setelah pembersihan dan pembentukan, untuk menetralisasi toksin

yang tersisa, di samping mempertahankan sealing sementara.

Efek terapeutik Ca(OH)

32

2 berhubungan dengan ion hidroksil yang

menyebabkan penurunan tekanan oksigen dan peningkatan pH pada jaringan

periapikal yang terinflamasi. Tekanan oksigen yang rendah pada jaringan

memperkenankan pembentukan dan perbaikan tulang. Tingginya pH dikombinasikan

dengan ketersediaan ion kalsium dan ion hidroksil mempunyai efek pada jalan

enzimatik dan karena itu terjadi mineralisasi. Ion kalsium dan pH yang alkali

dikemukakan untuk bereaksi secara terpisah atau bersamaan dalam mendorong

terjadinya kalsifikasi.

Efek terapeutik ion kalsium menstimulasi enzim jaringan seperti alkali

(29)

menghambat enzim bakteri sehingga menghasilkan sifat antimikroba. Aktivasi enzim

alkali fosfatase mendorong terjadinya restorasi jaringan melalui mineralisasi.

Efek antibakteri pasta Ca(OH)

3,32

2 yang tahan lama sangat bergantung pada

tingginya alkalinitas pasta yang konstan. Darah, eksudat, jaringan gigi, dan cairan

jaringan akan segera menurunkan pH pasta Ca(OH)2yang memiliki sifat destruktif

pada dinding sel bakteri dan struktur protein. Bahan ini bekerja lambat dan harus

berada dalam kuantitas yang cukup, minimal 1 minggu dalam saluran akar agar

menjadi efektif. 3,10,33

2.3 Ketahanan Fraktur Dentin Saluran Akar

Fraktur gigi telah digambarkan sebagai masalah utama di kedokteran gigi, dan

kasus ketiga tersering yang menyebabkan kehilangan gigi setelah karies dan penyakit

periodontal. Umumnya, gigi yang dirawat endodonti mengalami kehilangan jaringan

mahkota dan akar. Kehilangan struktur gigi ini merupakan faktor penting dalam

mengurangi ketahanan terhadap fraktur pada gigi yang dirawat endodonti.

Fraktur gigi yang dirawat endodonti telah dipahami asal mulanya yang

multifaktorial. Salah satu faktor resiko terjadinya fraktur gigi yang dirawat endodonti

adalah faktor kimia berupa irigan endodonti dan medikamen pada dentin.

Perubahan-perubahan pada sifat fisik dentin timbul karena Perubahan-perubahan fase organik dan inorganik

dentin. Irigasi EDTA 17% diikuti irigasi NaOCl menyebabkan terbukanya orifisi

tubulus dentin, perusakan dentin intertubular dan penurunan kekerasan mikro dentin.

(30)

menyingkirkan fase organik dentin, menghasilkan permukaan dentin yang poreus

dengan banyak kanal.

Pemaparan jangka panjang terhadap Ca(OH) 7

2 mengubah sifat fisik dentin. Hal

ini mungkin disebabkan oleh perubahan matriks organik. Telah dibuktikan bahwa

Ca(OH)2 melarutkan jaringan pulpa, suatu proses yang terjadi karena denaturasi dan

hidrolisis. Sebagai tambahan, peningkatan pH yang diamati setelah pemaparan

terhadap Ca(OH)2 juga mengurangi dukungan organik matriks dentin. Proses ini

dapat mengganggu interaksi fibril kolagen dan kristal hidroksiapatit yang dapat

(31)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Perawatan Saluran Akar

• Melarutkan komponen organik dan inorganik dentin

• Mengubah rasio Ca/P

• Mengubah sifat kimia dan fisik dentin

Berkali-kali Kunjungan Sekali Kunjungan

Irigasi dengan NaOCl 5% dan EDTA 17%

Perbedaan Ketahanan Fraktur Dentin Saluran Akar ??

Irigasi dengan NaOCl 5% dan EDTA 17% Disertai dengan

Medikamen Intrakanal Ca(OH)2 selama 7 dan 30 hari

• Melarutkan komponen organik dan inorganik dentin

• Mengubah rasio Ca/P

• Mengubah sifat kimia dan fisik dentin

(32)

3.1 Kerangka Konsep

Konsep menyelesaikan perawatan saluran akar pada gigi berakar satu dalam

satu kunjungan sudah bukan merupakan hal yang baru. Telah banyak publikasi

mengenai perawatan endodonti sekali kunjungan. Perawatan ini telah menjadi pilihan

perawatan untuk kebanyakan kasus endodonti. Perawatan endodonti sekali kunjungan

lebih hemat dalam hal waktu dan biaya; pasien merasa nyaman karena mengurangi

jadwal kunjungan; tidak mengalami anestesi lokal yang berulang-ulang; mengurangi

risiko kontaminasi antar kunjungan; dan klinisi lebih mengenali sudut kanal,

kelekungan dan jalur masuk instrumen.

Perawatan saluran akar berkali-kali kunjungan meningkatkan waktu kontak

Ca(OH)2

Dalam endodonti modern, pembentukan dan pembersihan memegang

kepentingan yang lebih besar daripada medikamen intrakanal untuk desinfeksi

saluran akar. Tetapi efektifitasnya masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti dan

klinisi karena pada perawatan endodonti sekali kunjungan, medikamen intrakanal

tidak dapat dilakukan sebagai perantara untuk medikasi yang lebih jauh ke dalam

sistem saluran akar.

dengan kanal; waktu kontak irigan. Proses pembentukan dan pembersihan

saluran akar saja tidak cukup untuk mengeliminasi seluruh bakteri. Oleh karena itu,

pemilihan bahan medikamen yang tepat sebagai dressing antar kunjungan sangat

penting untuk dilakukan.

Larutan irigasi yang digunakan adalah NaOCl 5% dan EDTA 17%. NaOCl

(33)

Salah satu sifat terpenting NaOCl adalah kemampuan melarutkan jaringan dan aksi

antimikroba. Efek NaOCl pada dentin dapat dihubungkan dengan kemampuan

penetrasinya ke tubulus dentin dan kemampuannya melarutkan komponen organik

dentin. NaOCl tidak dapat melarutkan komponen inorganik dentin yang terdapat

dalam smear layer sehingga dibutuhkan agen demineralisasi seperti EDTA. EDTA

adalah agen khelasi yang dapat melarutkan komponen inorganik dentin seperti ion

kalsium pada dentin sehingga menyebabkan demineralisasi. NaOCl dan EDTA tidak

boleh digunakan secara bersamaan karena elemen aktif dalam NaOCl dapat

diinaktivasi oleh EDTA. Hal ini akan menyebabkan NaOCl tidak efektif terhadap

bakteri dan jaringan nekrotik. Ca(OH)2

Larutan irigasi dan medikasi yang digunakan selama perawatan endodonti

dapat menyebabkan perubahan sifat fisik dentin. Melemahnya dentin diakibatkan

oleh kerusakan struktur protein yang dikarenakan alkalinitas material yang digunakan. telah banyak digunakan sebagai dressing

saluran akar. Bahan ini mempunyai sifat antimikrobial, mampu melarutkan jaringan,

menghambat resorpsi gigi dan induksi perbaikan jaringan keras gigi.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan ketahanan kekuatan

fraktur antara dentin saluran akar pada perawatan endodonti sekali kunjungan dan

berkali-kali kunjungan.

3.2 Hipotesa Penelitian

Dari uraian di atas, maka hipotesa untuk penelitian ini adalah :

Ada perbedaan ketahanan fraktur antara dentin saluran akar yang telah

(34)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Eksperimental laboratorium komparatif

4.2 Tempat dan waktu

Tempat : 1. Departemen Ilmu Konservasi Gigi FKG USU

2. Laboratorium Pusat PenelitianFMIPA USU

Waktu : 3 bulan

4.3 Sampel

Sampel : gigi premolar mandibula bersaluran akar tunggal yang telah dicabut

untuk keperluan ortodonti dengan kriteria sebagai berikut :

a. akar utuh dan relatif lurus

b. hanya memiliki satu saluran akar

c. tidak ada karies pada akar

d. gigi dengan foramen apikal yang telah tertutup sempurna

Gigi yang diperoleh tersebut direndam dalam larutan saline fisiologis (NaCl 0.9%)

sampai diberi perlakuan.

4.4 Besar sampel

Jumlah sampel dari tiap perlakuan akan dihitung dengan menggunakan rumus

(35)

Rumus Federer : (n-1) (t-1) ≥ 15 ; dengan t = jumlah kelompok = 3

n = jumlah sampel

(n-1) (3-1) ≥ 15

(n-1) 2 ≥ 15

(n-1) ≥ 7,5

n ≥ 8,5

Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel minimal yang

diperlukan adalah 8,5. Sampel yang digunakan untuk setiap perlakuan ini adalah

sebanyak9. Dalam penelitian ini digunakan 27 buah gigi yang dibagi kedalam tiga

kelompok masing-masing 9 buah gigi dengan perincian perlakuan sebagai berikut :

Kelompok 1 : diirigasi dengan NaOCl 5%, EDTA 17% dan NaOCl 5% sebagai irigan

final

Kelompok 2 : diirigasi dengan NaOCl 5%, EDTA 17% dan NaOCl 5% sebagai irigan

final, kemudiandiberi bahan medikamen intrakanal Ca(OH)2 selama 7

hari.

Kelompok 3 : diirigasi dengan NaOCl 5%, EDTA 17% dan NaOCl 5% sebagai irigan

final, kemudiandiberi bahan medikamen intrakanal Ca(OH)2 selama 30

hari.

4.5 Identifikasi variabel penelitian

4.5.1 Variabel bebas

(36)

• Kombinasi irigasi NaOCl 5% dan EDTA 17% dengan medikasi

intrakanal Ca(OH)2selama 7 hari.

• Kombinasi irigasi NaOCl 5% dan EDTA 17% dengan medikasi

intrakanal Ca(OH)2 selama 30 hari.

4.5.2 Variabel tergantung

• Ketahanan fraktur antara dentin saluran akar yang diirigasi NaOCl 5%

dan EDTA 17% dengan dan tanpa medikasi Ca(OH)2.

4.5.3 Variabel terkendali

• Gigi yang bersaluran akar tunggal

• Kecepatan putar dari turbin bur sama untuk tiap perlakuan

• Jumlah larutan irigasi sama banyak untuk tiap akar gigi

• Teknik irigasi: manual

• Tekanan spuit sewaktu irigasi

• Lamanya waktu irigasi 1 menit untuk masing-masing larutan irigasi

dan medikasi selama 7 dan 30 hari

• Konsentrasi larutan irigasi NaOCl 5% dan EDTA 17%

4.5.4 Variabel tidak terkendali

• Variasi struktur anatomi akar gigi

• Jangka waktu antara pencabutan gigi dengan perlakuan

• Jenis kelamin dan umur dari gigi yang dicabut

(37)

Variabel bebas

• Larutan irigasi NaOCl 5% dan EDTA 17%

• Medikasi intrakanal Ca(OH)2selama 7 dan 30 hari

Variabel tergantung

• Ketahanan fraktur antara dentin saluran akar yang diirigasi NaOCl 5% dan EDTA 17% dengan dan tanpa medikasi Ca(OH)2

Variabel terkendali

• Gigi yang bersaluran akar tunggal

• Kecepatan putar dari turbin bur yang sama untuk tiap perlakuan

• Jumlah larutan irigasi sama banyak untuk tiap akar gigi

• Teknik irigasi : manual

• Lamanya waktu irigasi 1 menit untuk masing-masing larutan irigasi dan medikasi selama 7 dan 30 hari

• Konsentrasi larutan irigasi NaOCl 5% dan EDTA 17%

Variabel tidak terkendali

• Variasi struktur anatomi akar gigi

• Jangka waktu pencabutan dengan perlakuan

• Jenis kelamin dan umur dari gigi yang dicabut

• Ketebalan dentin saluran akar

(38)
(39)

No Variabel Definisi

Operasional Hasil Ukur

Skala

4.7 Alat dan bahan penelitian

4.7.1 Alat penelitian

Micromotor (Strong, Korea)

• Diamond disc (Edenta, Switzerland)

• Bais untuk menahan gigi ketika melakukan pemotongan mahkota

• K File #15-#40 dan #45-#80 (FKG Dentaire, Swiss)

• Jarum ekstirpasi / Barbed-broaches (FKG Dentaire, Swiss)

• Jarum Lentulo (FKG Dentaire, Swiss)

• Spuit 1 ml dan 5 ml untuk keperluan irigasi (OneMed, Indonesia)

• Paper Point (DiaDent, Korea)

• Glass pad

• Spatula semen (Franzy)

• Jarum 27G (OneMed, Indonesia)

• Penggaris endodonti (Diadent, Korea)

(40)

A

D C

B

1 2 3

4

5

Gambar 2. A. Micromotor, B. Bais, C. Glass Slab, D. 1. Barbed Broaches, 2.

K-Files #15-#40 dan #45-#80, 3. Paste-Fillers, 4. Paper Points, 5. Penggaris Endodonti

A B

3 2 1

4

3 2 1

(41)

4.7.2 Bahan penelitian

• 27 gigi premolar mandibula yang telah diekstraksi

• Larutan saline fisiologis (Widatra, Indonesia)

• Larutan NaOCl 5.25% (Bayclin, Indonesia)

• Larutan EDTA 17% (Produits Dentaires SA, Switzerland)

• Pasta Ca(OH)2 (DiaDent, Korea)

Zinc Phosphate Cement (Elite Cement 100, Japan)

• Cat kuku (Rose, Indonesia)

• Gips

(42)

4.8 Prosedur Penelitian

4.8.1 Persiapan Sampel

Sebanyak 27 gigi Premolar bawah yang telah diekstraksi digunakan dalam

penelitian ini. Sampel-sampel gigi dibersihkan dari debris dan kalkulus kemudian

direndam dalam larutan saline fisiologis sampai penelitian dimulai.

Foramen apikal setiap gigi dilapisi dengan cat kuku untuk mencegah

kebocoran larutan irigasi pada saat penelitian sedang berlangsung. Mahkota gigi

dipisahkan dari akar gigi pada batas semento-enamel dengan menggunakan diamond

disc. Panjang semua akar gigi diukur untuk menentukan panjang kerja. Gambar 5. A. Larutan saline fisiologis, B. Larutan NaOCl 5,25%, C. Larutan EDTA 17%, D. Pasta Ca(OH)2, E. Semen

Zinc Phosphate

A B

D

(43)

Akar gigi tersebut kemudian ditanam dalam balok gips untuk memudahkan

pengerjaan sampel. Jaringan pulpa diekstirpasi dengan teknik step back untuk

memperbesar saluran akar. Preparasi dimulai dari ukuran file 15 sesuai dengan

panjang kerja akar gigi sampai ukuran MAF 45, dilanjutkan dengan memakai file satu

nomor lebih besar dari file sebelumnya dan panjang kerja dikurangi 1mm. Tindakan

diulang sampai tiga nomor lebih besar dari MAF dan tiap peningkatan ukuran file

diikuti dengan rekapitulasi MAF.Saluran akar diirigasi dengan larutan salinefisiologis

selama instrumentasi dan dikeringkan dengan paper point.

Gambar 6. A. Pemotongan mahkota gigi, B. Akar gigi yang telah dilapisi dengan cat kuku.

Gambar 7. A. Penanaman sampel akar gigi pada balok gips, B. Ekstirpasi saluran akar dengan Barbed Broaches, C. Preparasi saluran akar dengan K-File.

A B

C B

(44)

4.8.2 Irigasi dan Medikasi Saluran Akar

Semua akar gigi yang telah dipreparasi dengan K File kemudian dibagi secara

acak ke dalam 3kelompok dengan masing-masing terdiri dari 9 akar gigi.

Kelompok 1 : 9 akar gigi diirigasi dengan NaOCl 5% 1 menit, EDTA 17% 1 menit

dan irigasi final NaOCl 5% 1 menit.

Kelompok 2 : 9 akar gigi diirigasi denganNaOCl 5% 1 menit, EDTA 17% 1 menit

dan irigasi final NaOCl 5% 1 menit kemudian diberi bahan

medikamen intrakanal Ca(OH)2

Kelompok 3 : 9 akar gigi diirigasi dengan NaOCl 5%1 menit, EDTA 17% 1 menit

dan irigasi final NaOCl 5% 1 menit kemudian diberi bahan

medikamen intrakanal Ca(OH)

selama 7 hari.

2

Pada saat saluran akar diirigasi, setiap penggantian bahan irigasi, saluran akar

dibilas dengan menggunakan aquadest untuk membersihkan saluran akar dari larutan

irigasi sebelumnya yang tersisa di dalam saluran akar. Setelah dibilas dengan

aquadest, saluran akar dikeringkan dengan paper point. Setelah proses irigasi selesai,

akar gigi dikeringkan dengan paper point.

selama 30 hari.

Pada kelompok 2 dan 3, setelah akar gigi diberikan bahan medikamen

intrakanal, pada bagian koronal akar gigi direstorasi dengan bahan restorasi

sementara yaitu Zinc Phosphate Cement.Semen ini dicampur dengan P/L rasio

(45)

4.8.3 Pemotongan Akar Gigi

Akar gigi kemudian dibagi secara melintang, membagi akar gigi menjadi 3

bagian yaitu servikal, tengah dan apikal. Pada 1/3 tengah akar gigi, akar gigi dibelah

secara horizontal menjadi spesimen dengan ketebalan 1mm menggunakan diamond

disc sehingga didapatkan 27 keping disk dentin.

4.8.4 Proses Uji

Spesimen dari ketiga grup yang akan diukur ketahanan fraktur diletakkan di

mesin testing universal dan beban kekuatanditurunkan ke spesimen pada kecepatan

1,2mm/menit sampai spesimen fraktur.Tekanan diberikan oleh metal baja berukuran

5x5x0,5 cm yang berbentuk pipih dengan ujung membulat. Load yang terjadi segera

dicatat segera setelah terjadi fraktur pada sampel. Data yang diperoleh berupa load

atau gaya tarik dalam satuan kgf dan kemudian satuan diubah ke Newton (N). Gambar 8. A. Pengeringan saluran akar dengan paper point,

B. Aplikasi pasta Ca(OH)2 dengan Paste Filler, C. Pencampuran semen Zinc Phosphate, D. Akar gigi yang telah diberi Ca(OH)2 dan direstorasi dengan semen Zinc Phosphate.

C

D B

(46)

4.9 Analisis Data

Data yang diperoleh dilakukan uji statistik analisis varians satu arah (One

Way ANOVA)dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 untuk mengetahui perbedaan

rata-rataketahanan fraktur dentin saluran akar antara tiap kelompok perlakuan.

Selanjutnya dilakukan uji T-Independent dengan derajat kemaknaan α = 0,05 untuk

mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata ketahanan fraktur antara tiap kelompok

perlakuan.

Gambar 9. A. Uji ketahanan fraktur pada sampel, B. Keadaan dentin disc sebelum uji tekan, C. Keadaan dentin disc setelah uji tekan.

A

B

(47)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Dari penelitian ini, diperoleh data hasil pengukuran ketahanan fraktur dentin

saluran akar dalam satuan kgf (kilogram force) yang kemudian dikonversikan ke

dalam satuan Newton dan stroke yang adalah kecepatan regangan pada saat fraktur

dalam satuan mm/menit. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata ketahanan fraktur

antara tiap kelompok perlakuan dan signifikansi perbedaan tersebut, maka digunakan

uji analisa varians satu arah (One Way ANOVA) dan uji T-Independent (

Independent-T Independent-Test).

Tabel 1. Uji One Way ANOVA

Kelompok

Ketahanan Fraktur

P

N X ± SD

I 9 2310,4±681,7

0,132

II 9 2534,4±880,8

III 9 1792,4±728,8

Keterangan : I : Kelompok yang diirigasi NaOCl 5%, EDTA 17% dan NaOCl 5%

II : Kelompok yang diirigasi NaOCl 5%, EDTA 17% dan NaOCl 5%

kemudian dimedikasi Ca(OH)2

III : Kelompok yang diirigasi NaOCl 5%, EDTA 17% dan NaOCl 5%

kemudiandimedikasi Ca(OH)

selama 7 hari

(48)

Tabel 1 menunjukkan nilai rata-rata ketahanan fraktur dentin saluran akar dan

standar deviasi masing-masing kelompok perlakuan. Nilai P > 0,05 menunjukkan

bahwa pada α = 0,05, secara statistik tidak terdapat perbedaan rata-rata ketahanan

fraktur pada tiap kelompok perlakuan. Terlihat bahwa kelompok II memiliki nilai

ketahanan fraktur yang paling besar yang disusul oleh kelompok I dan III namun nilai

rata-rata ini tidak bermakna secara statistik.

Tabel 2. Uji T-Independent

Kelompok P

I dan II 0,555

I dan III 0,139

II dan III 0,069

Untuk mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata ketahanan fraktur dentin

saluran akar antara 2 kelompok perlakuan, maka digunakan uji T-Independent. Tabel

2 menunjukkan antara kelompok perlakuan terdapat perbedaan tetapi tidak signifikan

(49)

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian ini dimulai dengan menyeleksi gigi premolar mandibula dengan

beberapa kriteria yaitu akar relatif lurus, memiliki satu saluran akar, tidak ada karies

pada akar dan foramen apikal yang telah tertutup sempurna. Premolar mandibula

digunakan pada penelitian ini karena gigi ini lebih mudah untuk diperoleh.

Pada penelitian ini digunakan 27 sampel gigi premolar mandibula yang telah

diekstraksi. Gigi ini direndam dalam larutan saline sampai diberi perlakuan dan

dibagi ke dalam tiga kelompok secara random. Masing-masing kelompok terdiri dari

sembilan sampel. Kelompok I mendapat perlakuan berupa irigasi dengan NaOCl 5%,

EDTA 17% dan NaOCl 5%. Kelompok II mendapat irigasi seperti pada kelompok I

yang kemudian diberi medikasi Ca(OH)2 selama 7 hari. Kelompok III mendapat

irigasi seperti kelompok I yang kemudian diberi medikasi Ca(OH)2

Pada saat akar gigi dipreparasi dengan K-File, akar gigi diirigasi larutan saline

fisiologis dengan menggunakan jarum 27G dan syringe 5ml, irigasi ini untuk

menyingkirkan debris dentin yang tertinggal di dalam saluran akar setelah

instrumentasi.. Saluran akar tidakdiirigasi dengan NaOCl karena larutan ini dapat

menurunkan modulus elastisitas dan kekuatan fleksural dentin, dan ini dihubungkan

dengan hilangnya substansi organik dentin.

selama 30 hari.

Telah banyak kontroversi mengenai konsentrasi larutan hipoklorit yang

digunakan dalam endodonti.

18

27

Konsentrasi NaOCl yang banyak digunakan dalam

(50)

yang ideal, namun larutan ini tidak mampu melarutkan partikel inorganik dentin yang

ada pada smear layer, oleh karena itu, dikombinasikan dengan EDTA 17% yang

dapat melarutkan partikel inorganik dentin. Konsentrasi NaOCl 5% dan EDTA 17%

dianggap efektif dalam menyingkirkan smear layer.

Ca(OH)

1,29

2 merupakan antiseptik yang bekerja lambat, yang sering digunakan

dalam waktu yang panjang di dalam saluran akar sebagai medikamen

intrakanal.17 Waktu yang dibutuhkan bahan ini untuk desinfeksi sistem saluran akar

secara optimal masih belum diketahui secara pasti. Pada gigi dengan lesi, dianjurkan

penggunaan Ca(OH)2 selama satu minggu. Efek menghancurkan dilaporkan ketika

Ca(OH)2 kontak dengan jaringan pulpa hanya dalam 1 minggu.16,18 Pada gigi matur

yang terinfeksi dengan periodontitis apikal, perawatan umumnya adalah meletakkan

Ca(OH)2 di dalam saluran akar untuk periode waktu yang singkat, 1-4 minggu.

Banyak penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa penggunaan jangka panjang

Ca(OH)2 dapat melemahkan akar dan menyebabkan kegagalan fraktur gigi imatur. 19

Penelitian ini membandingkan efek medikasi Ca(OH)2

Daerah uji dilakukan pada dentin disc yang diperoleh dari 1/3 tengah akar gigi.

Pengukuran ketahanan fraktur dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan Torsee’s

Universal Testing Machine. Pengujian dilakukan dengan menekan sampel dentin disc

sampai terjadi fraktur. Besar beban yang didapat berupa satuan kilogram force (kgf)

yang kemudian dikonversikan ke dalam satuan Newton (N).

jangka pendek pada gigi

matur.

Dari hasil yang diperoleh setelah dilakukan proses uji tekan, terdapat

(51)

T-Independent menunjukkan perbedaan pada rata-rata ketahanan fraktur antara tiap

kelompok tetapi perbedaan ini tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi

Ca(OH)2

Telah dibuktikan bahwa ketahanan fraktur dentin lebih rendah dengan

ketidakadaan air (in vacuo), menyatakan bahwa peranan air dalam membentuk

struktur molekuler dan fibrilar kolagen mempunyai efek pada sifat fraktur. Dentin

dehidrasi memerlukan energi yang lebih sedikit untuk mempengaruhi fraktur daripada

dentin hidrasi.

sebagai medikasi intrakanal antar kunjungan dalam jangka waktu singkat

tidak terlalu berpengaruh terhadap ketahanan fraktur dentin saluran akar secara

statistik.

6,34

Pada penelitian ini terdapat berbagai kesalahan. Sampel gigi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sampel gigi yang tidak diketahui kapan gigi tersebut

diekstraksi. Jangka waktu yang bervariasi antara waktu ekstraksi gigi dengan waktu

perendaman gigi dalam larutan saline mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Telah mengeringnya cairan tubulus dentin terlebih dahulu sebelum gigi direndam

dalam larutan saline dapat mempengaruhi sifat fisik dan mekanik dentin.Pada tahap

irigasi saluran akar, dimana prosedur irigasi yang dilakukan tidak sesuai dengan

prosedur irigasi yang dilakukan secara klinis juga dapat mempengaruhi sifat dentin. Meski kelembaban antara gigi vital dan gigi yang dirawat

endodonti dianggap serupa, namun untuk menjaga hidrasi akar gigi, sampel selalu

direndam dalam larutan saline sebelum dan sesudah perlakuan serta sebelum diuji.

Ca(OH)2 merupakan salah satu bahan medikasi saluran akar yang

direkomendasikan karena memiliki sifat antimikroba terhadap hampir semua spesies

(52)

sebagai physical barrier untuk mencegah rekontaminasi saluran akar, membantu

kelarutan jaringan dan mencegah resorpsi osteo-cementum-dentin, merangsang

restorasi jaringan melalui mineralisasi. Terurainya Ca(OH)2 menjadi ion kalsium dan

ion hidroksil dalam larutan yang encer, menghasilkan pH di atas 11. Tingginya pH

merangsang pembentukan jaringan keras melalui mineralisasi dan mempunyai efek

bakterisidal. 32,35 Peningkatan pH setelah pemaparan terhadap Ca(OH)2 juga dapat

mengurangi dukungan organik matriks dentin. Alkalinitas ini dapat menyebabkan

kerusakan pada struktur protein yang secara tidak langsung mempengaruhi sifat

mekanis dentin. Aksi proteolitik Ca(OH)2 mampu melemahkan gigi sampai 50%

dalam setahun.

Penurunan kekuatan fraktur untuk kekuatan kompresi setelah akar gigi diisi

dengan Ca(OH) 17

2 dapat dijelaskan dengan reaksi Ca(OH)2 dengan dentin dan

perubahan pada matriks organik. Kekuatan dentin ditentukan oleh hubungan antara

hidroksiapatit dan serat kolagen dan gangguan pada hubungan ini muncul karena

kuatnya alkalinitas Ca(OH)2. Ini dapat merusak grup karboksilat dan fosfat yang

mengarah ke runtuhnya struktur dentin. Gangguan ini dapat terjadi karena netralisasi,

disolusi atau perubahan sifat protein asam dan proteoglikan yang berfungsi sebagai

agen bonding antara jaringan kolagen dan kristal hidroksiapatit pada dentin.

Pada penelitian ini, kelompok II dengan medikasi Ca(OH)

18,19

2 selama 7 hari

tidak terjadi penurunan ketahanan fraktur, justru sebaliknya yaitu lebih

tingginyaketahanan fraktur dibandingkan kelompok tanpa medikasi Ca(OH)2 meski

peningkatan ini sangat tidak signifikan. Kenaikan ketahanan fraktur ini dapat terjadi

(53)

adalah terdapat selang waktu untuk pengukuran ketahanan fraktur pada kelompok

I.Pengukuran ketahanan fraktur kelompok pertama tidak dilakukan segera setelah

perlakuan irigasi, tetapi dilakukan bersamaan dengan pengukuran ketahanan fraktur

kelompok II. Terdapat selang waktu 7 hari untuk mengukur ketahanan fraktur pada

kelompok I. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya tingkat hidrasi pada dentin

saluran akar. Dalam penelitian Shin et al. (2011), rata-rata ketahanan fraktur

kelompok yang dimedikasi dengan Ca(OH)2 selama 7 hari tidak mengalami

penurunan dibandingkan dengan kelompok yang tanpa medikasi.

Kelompok III yang mendapatkan medikasi Ca(OH) 19

2

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan ketahanan fraktur

pada dentin saluran akar tiap kelompok yang signifikan. Oleh karena itu, hipotesis

penelitian ini ditolak.

selama 30 hari

mengalami penurunan ketahanan fraktur meskipun penurunan ini tidak signifikan

secara statistik ( P = 0,132 ). Hal ini mungkin dikarenakan bahan ini adalah bahan

yang bekerja lambat, memerlukan waktu yang lebih lama untuk menimbulkan

perubahan sehingga pada medikasi selama 7 hari, tidak terjadi penurunan ketahanan

fraktur yang bermakna. Kemungkinan penyebab lainnya adalah penetrasi bahan

irigasi ke tubulus dentin, kurang optimalnya pembilasan yang dilakukan sebelum

medikasi saluran akar sehingga bahan irigasi terus bekerja dan mempengaruhi sifat

fisik dan mekanik dentin.

Bentuk akar dan saluran akar gigi, serta ketebalan dentin saluran akar juga

mempengaruhi ketahanan fraktur dentin saluran akar. Sampel gigi yang digunakan

(54)

dipengaruhi oleh preparasi dinding saluran akar. Pembesaran saluran akar yang

berlebihan dapat melemahkan gigi dan meningkatkan kerentanan untuk fraktur akar

vertikal. Makin banyak dentin akar yang disingkirkan, maka akan ada peningkatan

kemungkinan untuk fraktur.

Pada penelitian ini mungkin terdapat kesalahan pada alat uji yang digunakan,

dimana peneliti menggunakan alat uji untuk mengukur macrohardness. Kesalahan

alat ini juga mungkin berpengaruh pada hasil yang didapatkan pada penelitian ini.

Ujung penampang alat uji yang besar, tidak sesuai dengan penampang keping dentin

yang kecil karena tidak terfokus pada dentin saluran akar, tetapi juga mengenai

(55)

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Penelitian ini menggunakan uji tekan untuk mengukur ketahanan fraktur

antara dentin saluran akar yang diirigasi dengan dan tanpa medikasi intrakanal. Pada

hasil load setelah dilakukan uji tekan terdapat perbedaan rata-rata ketahanan fraktur

tetapi perbedaan ini tidak signifikan pada tiap kelompok perlakuan (P=0,132). Hasil

uji T-Independent menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar tiap

kelompok perlakuan (P > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa bahan medikasi intrakanal

Ca(OH)2 tidak terlalu berpengaruh pada ketahanan fraktur dentin saluran akar secara

statistik. Hal ini juga menunjukkan bahwa lamanya medikasi intrakanal baik 7 hari

maupun 30 hari dapat dilakukan pada saat perawatan saluran akar sebagai medikasi

antar kunjungan.

7.2 Saran

1. Agar dilakukan penelitian kembali yang sesuai dengan protokol klinis

2. Diharapkan penelitian ulang yang meneliti tentang waktu yang diperlukan

untuk medikasi sehingga dapat menyebabkan penurunan ketahanan fraktur dentin

saluran yang signifikan.

3. Agar dilakukan penelitian serupa tetapi dengan alat uji yang tepat yaitu

(56)

DAFTAR PUSTAKA

1. Patil CR, Uppin V. Effect of Endodontic Irrigating Solutions on the Microhardness and Roughness of Root Canal Dentin : An in vitro Study. Indian J Dent 2011; 22: 22-7.

2. Pascon FM, Kantovitz KR, Puppin-Rontani RM. Influence of cleansers and irrigation methods on primary and permanent root dentin permeability : a literature review. Braz J Oral Sci 2006; 5(18) : 1063-9.

3. Tronstad L. Clinical Endodontics A Textbook 2nd Revised Edition. Stuttgart: Thieme, 2003: 1-4, 105-13, 167.

4. Slutzky-Goldberg I, Maree M, Liberman R, Heling I. Effect of Sodium Hypochlorite on Dentin Microhardness. J Endod 2004; 30(12): 880-2.

5. Sayin TC, Serper A, Cehreli ZC, Otlu HG. The effect of EDTA, EGTA, EDTAC and tetracycline-HCl with and without subsequent NaOCl treatment on the microhardness of root canal dentin. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2007; 104(3): 418-24.

6. Kahler B. An Investigation Of The Nature And Mechanism Of Crack Propagation For Dentine. Thesis: Sydney: The University of Sydney, 2002: 1-98,116-47.

7. Kishen A. Mechanisms and Risk Factors for Fracture Predilection in Endodontically Treated Teeth. Endodontic Topics 2006; 13: 57-83.

8. Mohammadi Z. Sodium Hypochlorite in Endodontics: An Update Review. Int Dent J 2008; 58: 329-41.

9. Kruzic JJ, Nalla RK, Kinney JH, Ritchie RO. Crack Blunting, Crack Bridging and Resistance-Curve Fracture Mechanics in Dentin : Effect of Hydration. Elsevier Ltd. 2003; 24: 5209-21.

10. Rhodes JS. Advanced Endodontics Clinical Retreatment and Surgery. London: Taylor & Francis, 2006: 129-39.

11. Peters OA,Peters CI. Cleaning and Shaping the Root Canal System. In: Cohen S, Hargreaves KM. Pathways of the Pulp. Ninth Edition. India: Mosby, 2006: 318-23.

(57)

13. Menezes ACSC, Zanet CG, Valera MC. Smear layer removal capacity of disinfectant solutions used with and without EDTA for the irrigation of canals : a SEM study. Pesqui Odontol Bras 2003; 17(4): 349-55.

14. Farhad AR, Barekatain B, Koushki AR. The effect of three different root canal irrigant protocols for removing smear layer on apical microleakage of AH26 sealer. Int Endod J 2008; 3(3): 62-7.

15. Pérez-Heredia M, Ferrer-Luque CM, González-Rodríguez MP, Martín-Peinando FJ, González-López S. Decalcifying Effect of 15% EDTA, 15% Citric Acid, 5% Phosphoric Acid and 2.5% Sodium Hypochlorite on Root Canal Dentine. Int Endod J 2008; 41: 418-23.

16. Hasheminia SM, Norozynasab S, Feizianfard M. The Effect of Different Calcium Hydroxide Combinations on Root Dentine Microhardness. Medwell J 2009; 4(1): 121-5.

17. Koshy M, Prabu M, Prabhakar V. Long Term Effect of Calcium Hydroxide on the Microhardness of Human Radicular Dentin – A Pilot Study”. The Internet Journal of Dental Science 2011; 9(2): 1-8.

18. Sahebi S, Moazami F, Abbott P. The Effects of Short-Term Calcium Hydroxide Application on the Strength of Dentine. Dent Traumatology 2010; 26: 43-6.

19. Shin EJ, Park YJ, Lee BN, et al. The Effects of Short-Term Application of Calcium Hydroxide on Dentin Fracture Strength. JKACD 2011;36(5):425-30.

20. Khedmat S, Shadi A. A Scanning Electron Microscopic Comparison of the Cleaning Efficacy of Endodontic Irrigants. Int Endod J 2007; 2(3): 95-100.

21. Ingle JI, Bakland LK. Endodontics. 5th ed. Hamilton: BC Decker Inc, 2002: 77-9.

22. Pitt Ford TR, Rhodes JR, Pitt Ford HE. Endodontics Problem –Solving in Clinical Practice. London: Martin Dunitz, 2002: 111-7.

23. Gomes-Filho JE, Aurélio KG, Costa MMTM, Bernabé PFE. Comparison of the Biocompatibility of Different Root Canal Irrigants. J Appl Oral Sci 2008; 16(2): 137-44.

(58)

25. Gulabivala K, Patel B, Evans G, Ng YL. Effects of Mechanical and Chemical Procedures on Root Canal Surfaces. Endodontic Topics 2005; 10: 103-22.

26. Ng RPY. Sterilization in Root Canal Treatment : Current Advances. Hong Kong Dent J 2004; 1: 52-7.

27. Zehnder M. Root Canal Irrigants. J Endod 2006; 32(5): 389-98.

28. Hauman CHJ, Love RM. Biocompatibility of Dental Materials Used in Contemporary Endodontic Therapy :AReview. Part 1. Intracanal Drugs and Substances. Int Endod J 2003; 36: 75-85.

29. Prabaswari IR, Untara RTE, Siswandi YL. Pengaruh Kombinasi Berbagai Konsentrasi Larutan Irigasi Natrium Hipoklorit dengan EDTA 17% terhadap Kebersihan Dinding Saluran Akar. J Ked Gi 2010; 1(3): 157-63.

30. Schäfer E. Irrigation of the Root Canal. QuintessenceInt 2007; 1(1): 11-27.

31. Torabinejad M, Khademi AA, Babagoli J, et al. A New Solution for the Removal of the Smear Layer. J Endod 2003; 29(3): 170-5.

32. Estrela C, Holland R. Calcium Hydroxide : Study Based on Scientific Evidence. J Appl Oral Sci 2003; 11(4): 269-82.

33. Khan S, Inamdar NK, Akash, Meshram GK, Singh MP, Chaurasia H. Calcium Hydroxide – A Great Calcific Wall. J Orofac Res 2011; 1(1): 26-30.

34. Nalla RK, Balooch M, Ager III JW, Kruzic JJ, Kinney JH, Ritchie RO. Effects of Polar Solvents on the Fracture Resistance of Dentin: Role of Water Hydration. Elsevier 2004; 1: 31-43.

35. Vianna ME, Zilio DM, Ferraz CCR, Zaia AA, Souza-Filho FJ, Gomes BPFA.

(59)

Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur

Kelompok No. Sampel

Load

Stroke

Kgf Newton

I 1 324,3 3178,14 5,70

2 265,8 2604,84 4,33

3 133,4 1307,32 3,55

4 235,4 2306,92 3,67

5 184,3 1806,14 4,23

6 259,2 2540,16 3,67

7 303,1 2970,38 4,62

8 279,7 2741,06 3,87

9 136,6 1338,68 2,94

II 1 374,6 3671,08 4,53

2 165,8 1624,84 4,18

3 165,8 1624,84 3,07

4 189,7 1859,06 4,16

5 312,1 3058,58 3,82

6 261,7 2564,66 3,79

7 324,6 3181,08 5,21

8 371,1 3636,78 4,52

(60)

Kelompok No. Sampel

Load

Stroke

Kgf Newton

III 1 227,2 2226,56 3,61

2 282,3 2766,54 4,35

3 96,4 944,72 2,34

4 138,5 1357,3 2,97

5 145,7 1427,86 3,98

6 154,8 1517,04 3,73

7 85,6 838,88 3,02

8 264,5 2592,1 4,26

(61)

Lampiran 2. Hasil Uji Statistik Pengukuran Ketahanan Fraktur Dentin Saluran Akar

Tabel Distribusi Normal

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

load

N 27

Normal Parametersa,,b Mean 2212.4044

Std. Deviation 803.38422

Most Extreme Differences Absolute .138

Positive .138

Negative -.103

Kolmogorov-Smirnov Z .718

Asymp. Sig. (2-tailed) .682

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Tabel One-Way ANOVA

ANOVA

load

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 2606984.244 2 1303492.122 2.207 .132

Within Groups 1.417E7 24 590587.380

(62)

Tabel Uji T-Independent antara Kelompok I dan II

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of

the Difference

Difference Lower Upper

load Equal variances

assumed

1.694 .212 -.603 16 .555 -223.98444 371.27063 -1011.04301 563.07412

Equal variances

not assumed

-.603 15.054 .555 -223.98444 371.27063 -1015.08292 567.11403

Tabel Uji T-Independent antara Kelompok I dan III

Independent Samples Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

95% Confidence Interval of

the Difference

Difference Lower Upper

load Equal variances

assumed

.355 .559 1.557 16 .139 517.98444 332.65932 -187.22182 1223.19071

Equal variances

not assumed

Gambar

Gambar 1 Permukaan Saluran Akar .....................................................
Gambar 1.  A. Kehadiran smear layer pada permukaan pertengahan saluran akar yang diirigasi dengan NaOCl 5,25% dan irigasi final dengan larutan yang sama
Gambar 2. A. Micromotor, B. Bais, C. Glass Slab, D. 1. Barbed Broaches, 2. K-Files #15-#40 dan #45-#80, 3
Gambar 4. Alat uji tekan (Torsee’s Universal Testing Machine)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun kegiatan ini tanpa didukung dengan aplikasi abatisasi, dalam beberapa hari akan meningkat lagi kepadatan nyamuk dewasanya, karena jentik yang tidak mati oleh

Ítems (tipo y ámbito de las manifestaciones de violencia) justificados por la disparidad existente en las definiciones vistas al respecto precisamente en cuanto al ámbito

(2) Rumah ikatan bata atau setengah ikatan bata – rumah-rumah yang lebih baru (dibangun setelah tahun 1990) dibangun dengan ikatan atau setengah ikatan bata, batako atau batu

Skripsi berjudul “Pengaruh Lamanya Menderita Tuberkulosis Paru Terhadap Tingkat Depresi Pada Pasien di Puskesmas Sumbersari Kabupaten Jember” telah diuji dan disahkan

Berbicara tentang saat demi saat, inilah letak kontemporernya. Penyesuaian terhadap sesuatu yang kita ketahui sebagai zaman. Berpikir sesuai zaman tanpa kehilangan identitas

ok, saya menambahi komentar sedikit saja: perhitungan kolom kalau melihat dari soal diatas: gaya yang terjadi pada kolom itu tidak hanya aksial saja (momen juga

Untuk memastikan integritas data diperlukan Nota Kesepakatan Pemanfaatan Basis Data Terpadu, memastikan bahwa nama & alamat dari Basis Data Terpadu hanya akan dipakai

Pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Belitung Timur tahun 2011 -2015 telah dirumuskan pondasi kebijakan yang secara eksplisit