PERBEDAAN KETAHANAN FRAKTUR ANTARA
DENTIN SALURAN AKAR YANG DIIRIGASI
NaOCl 5% DAN EDTA 17% DENGAN DAN
TANPA MEDIKASI Ca(OH)
2(PENELITIAN
IN VITRO
)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
OLEH :
SHERLIANA YANITA NIM : 080600040
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI UNTUK DISEMINARKAN PADA TANGGAL 20 NOVEMBER 2012
OLEH:
Pembimbing
NIP: 19410830 1965091 1 001 Prof. Dr. RasintaTarigan, drg., Sp. KG (K)
Mengetahui
Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi Berjudul
PERBEDAAN KETAHANAN FRAKTUR ANTARA DENTIN SALURAN AKAR YANG DIIRIGASI NaOCl 5% DAN EDTA 17% DENGAN DAN
TANPA MEDIKASI Ca(OH)2 (PENELITIAN IN VITRO)
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
NIM : 080600040 SHERLIANA YANITA
Telah dipertahankan di hadapan tim penguji Pada tanggal 20 November 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Susunan Tim Penguji Skripsi Ketua Penguji
NIP: 19410830 1965091 1 001 Prof. Dr. Rasinta Tarigan, drg., Sp. KG (K)
Anggota Tim Penguji
Prof. Trimurni Abidin,drg.,M.Kes,Sp.KG(K)
NIP.19500828 197902 2 001 NIP. 19631127 199203 2 004 Nevi Yanti,drg.,M.Kes
Medan, 20 November 2012 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Ketua,
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Tahun 2012
Sherliana Yanita
Perbedaan Ketahanan Fraktur Antara Dentin Saluran Akar yang
Diirigasi NaOCl 5% dan EDTA 17% dengan dan Tanpa Medikasi Ca(OH)2
x + 51 halaman (Penelitian In Vitro)
Dentin adalah jaringan keras yang alami, terhidrasi dan termineralisasi yang
membentuk sebagian besar gigi. Larutan irigasi dan medikasi yang digunakan selama
perawatan endodonti dapat menyebabkan perubahan sifat kimia maupun sifat fisik
dentin. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh medikasi Ca(OH)2
Dua puluh tujuh gigi premolar mandibula digunakan dalam penelitian ini yang
dibagi ke dalam 3 kelompok. Kelompok Iakar gigi diirigasi NaOCl 5% dan EDTA
17%, kelompok II diirigasi kemudian diberi medikasi Ca(OH)
jangka
pendek terhadap ketahanan fraktur dentin saluran akar yang telah diirigasi dengan
NaOCl 5% dan EDTA 17%.
2 selama 7 hari dan
kelompok III diirigasi dan dimedikasi Ca(OH)2 selama 30 hari. Bagian 1/3 tengah
akar gigi dibelah secara horizontal untuk menghasilkan keping dentin setebal 1 mm.
Ketahanan fraktur dentin saluran akar diukur dengan alat uji tekan Torsee’s Universal
Dari hasil uji tekan diperoleh rata-rata ketahanan fraktur kelompok I =
2310,4±681,7 ; kelompok II = 2534,4±880,8 ; kelompok III = 1792,4±728,8. Uji
T-Independent menunjukkan perbedaan rata-rata tiap kelompok tidak signifikan yang
dapat dilihat dari P > 0,05.
Kata kunci : dentin, Calcium Hydroxide, ketahanan fraktur
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya, skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara.
Rasa hormat dan terima kasih penulis persembahkan kepada kedua orang tua,
Joko Mulia dan Yenni, serta adik-adik Lydia Angelia Yanita dan Timmothy
Yonathan atas segala kasih sayang, doa, dan dukungan baik moril maupun materiil
yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala
kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Cut Nurliza, drg.,M.Kes selaku Ketua Departemen Ilmu Konservasi Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas saran, dukungan dan
bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Prof. Dr. Rasinta Tarigan, drg., Sp. KG(K) selaku dosen pembimbing
skripsi, atas keluangan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
4. Dennis, drg. selaku penasehat akademik, yang telah banyak memberikan
motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
5. Seluruh Staf Pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, atas keluangan waktu, saran, dukungan
dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara yang telah banyak membimbing dan memberikan ilmunya selama penulis
menjalani masa pendidikan.
7. Sri Rahayu Sanusi, SKM, M.Kes atas keluangan waktu, saran, dukungan
serta bimbingan kepada penulis dalam analisa statistik hasil penelitian.
8. Sahabat-sahabat penulis Okta, Dharma, Mahari, Tio, Yudha serta
teman-teman stambuk 2008 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan
dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
9. Kak Simfo yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi
ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi
fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, November 2012
Penulis,
DAFTAR ISI
2.3 Ketahanan Fraktur Dentin Saluran Akar ... 17
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN ... 19
3.1 Kerangka Konsep ... 20
4.5 Identifikasi Variabel Penelitian ... 23
4.6 Definisi Operasional ... 26
4.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 27
4.8 Prosedur Penelitian ... 30
4.9 Analisa Data ... 34
BAB 6 PEMBAHASAN ... 37
BAB 7 PENUTUP ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 44
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Uji One-Way ANOVA ... 35
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1 Permukaan Saluran Akar ... 12
Gambar 2 Alat-alat Penelitian I ... 28
Gambar 3 Alat-alat Penelitian II ... 28
Gambar 4 Alat Uji Tekan ... 29
Gambar 5 Bahan Penelitian ... 30
Gambar 6 Persiapan Sampel ... 31
Gambar 7 Persiapan Sampel dan Preparasi Saluran Akar ... 31
Gambar 8 Aplikasi Bahan Medikasi Saluran Akar ... 33
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur ... 47
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Preparasi khemomekanik adalah salah satu faktor terpenting untuk
keberhasilan perawatan endodonti. Debridemen khemomekanik pada sistem saluran
akar dicapai dengan penggunaan instrumen dan larutan irigasi yang efektif. Tujuan
instrumentasi dan irigasi adalah untuk mempersiapkan saluran yang bersih, bebas
debris untuk obturasi.
Sekarang ini, irigasi merupakan metode terbaik untuk lubrikasi, penghancuran
mikroba, penyingkiran sisa jaringan dan debris dentin selama instrumentasi. 1
2
Instrumentasi khemomekanik yang cermat dan menyeluruh pada kunjungan pertama
dapat membuat saluran akar terbebas dari bakteri. Akan tetapi, pada kebanyakan
keadaan hanya menyebabkan pengurangan yang efektif pada jumlah bakteri, dan
medikamen antiseptik harus diberikan ke dalam saluran akar selama periode waktu
tertentu untuk menjamin sisa terakhir flora saluran akar tersingkirkan.
Larutan irigasi dan medikasi yang digunakan selama perawatan endodonti
dapat menyebabkan perubahan sifat kimia maupun sifat fisik dentin. Bahan ini
bereaksi dengan jaringan organik dan inorganik, mengubah struktur kimia dan
mempengaruhi sifat mekanis dentin.
3
4
Perubahan rasio Ca/P dapat mengubah
perbandingan komponen organik dan inorganik yang kemudian mengubah kekerasan
permukaan dentin juga mempengaruhi kemampuan sealing dan adhesi bahan-bahan
pengisi ke dentin.
Telah dibuktikan bahwa gigi terutama rentan terhadap fraktur bila pulpa telah
disingkirkan. Fraktur dentin adalah gambaran umum yang sering merupakan
kesulitan klinis yang penting. Sifat mekanik dentin adalah penting dalam menentukan
bagaimana beban pengunyahan dan traumatik terdistribusi sepanjang gigi. Salah satu
fungsi dentin adalah untuk meneruskan dan menghilangkan beban ini. Dentin
memiliki kekuatan yang menjadi sifatnya yaitu mampu menahan fraktur sebagai hasil
orientasi serat kolagen yang melawan efek terarah tubulus dentin, dengan demikian
memperlihatkan perilaku penghentian keretakan. 5
Dentin adalah jaringan keras yang alami, terhidrasi dan termineralisasi yang
membentuk sebagian besar gigi. Dentin terdiri dari ribuan tubulus mikroskopik
dengan diameter ± 0,5-4,0 µm, dan kepadatan tubulus dentin ± 10000-96000 tubulus
per mm
6
2
. Dentin tersusun atar ± 70% material inorganik dalam bentuk hidroksiapatit.
Matris organik ±15-20%, terdiri dari kolagen tipe I yang sangat berperan terhadap
sifat mekanis dentin. Protein non-kolagen merupakan 1-2% dari jaringan, sedangkan
sisanya 10-12% adalah air.
Mineral inorganik dipercaya memberikan strength dan kolagen organik
memberikan toughness. Pemahaman mekanistis terhadap sifat mekanik dentin adalah
penting dari perspektif pengembangan kerangka kerja untuk prediksi kegagalan
dalam gigi manusia, terutama mengingat efek modifikasi mikrostruktur dari proses
karies, sklerosis, penuaan dan restoratif. 3,7,8
Pada dasarnya, keberhasilan perawatan saluran akar bergantung pada tiga
faktor yaitu: pembersihan dan pembentukan; desinfeksi; serta obturasi sistem saluran
akar yang tiga dimensi. Pembersihan adalah kombinasi proses kimia dan mekanik,
sedangkan pembentukan hanya proses mekanik saja. Pembersihan memerlukan
penggunaan instrumen untuk menyingkirkan zat-zat secara fisik. Instrumen berkontak
dan mengerok dinding saluran akar untuk melepaskan debris. Selanjutnya irigan
secara kimiawi akan melarutkan sisa-sisa zat organik dan inorganik, menghancurkan
mikroorganisme dan kemudian irigan ini akan membersihkan semua debris dari
rongga saluran akar.
Selama preparasi saluran akar, keping dentin disingkirkan dari dinding saluran
akar dan terbentuk suatu lapisan yang disebut smear layer. Smear layer merupakan
suatu endapan yang amorf (tidak berbentuk), tidak teratur, melekat kuat pada dinding
saluran akar dan terdiri atas komponen organik (prosesus odontoblas,
mikroorganisme, dan jaringan pulpa) dan komponen inorganik (matriks inorganik
dentin). Smear layer ini dapat menghalangi terbukanya tubulus dentin sehingga
menghalangi penetrasi larutan irigasi dan medikasi ke dalam tubulus dentin.
Penyingkiran lapisan ini sangat penting untuk menunjang keberhasilan perawatan
endodonti.
10,11,12
Berbagai larutan irigasi telah digunakan seperti NaOCl (Natrium Hipoklorit)
5% dan 2,5%, H 10,13,14
2O2 (Hidrogen Peroksida) 3%, EDTA (Ethylenediaminetetraacetic
Acid) 17% dan CHX (Chlorhexidine) 0,2%. Larutan irigasi yang paling banyak
digunakan adalah NaOCl. Namun NaOCl tidak efektif dalam menyingkirkan smear
melarutkan material inorganik dentin digunakan EDTA. Penggunaan NaOCl dan
EDTA yang bergantian direkomendasikan sebagai cara irigasi yang efektif untuk
menyingkirkan sisa-sisa material organik dan inorganik smear layer.
Selama perawatan saluran akar, adalah penting untuk menyingkirkan bakteri
sebanyak-banyaknya dari saluran akar. Penggunaan medikamen saluran akar telah
dianggap sebagai salah satu langkah penting yang diperlukan untuk mengurangi
populasi mikroba sebelum pengisian akar. Meskipun preparasi khemomekanik yang
cermat dapat membantu mengurangi populasi bakteri, penyingkiran yang menyeluruh
sulit untuk dikerjakan. Dengan meninggalkannya di dalam saluran akar di antara
kunjungan, medikamen intrakanal dapat membantu menyingkirkan bakteri yang
bertahan.
1,5,15
Medikamen intrakanal yang banyak digunakan di endodonti adalah Ca(OH) 16,17
2
(Calcium Hydroxide) karena tingginya pH dan efek yang baik seperti antibakteri dan
stimulasi jaringan keras. Bahan ini dipergunakan secara luas sebagai dressing
intrakanal jangka pendek maupun jangka panjang dan telah dimasukkan ke dalam
beberapa sealer saluran akar. Pengisian saluran akar jangka panjang dengan Ca(OH)2
telah diterima secara luas,terutama ketika merawat gigi traumatik yang muda dan
imatur atau gigi dengan area radiolusen periapikal yang luas. Pada kasus ini,
Ca(OH)2 digunakan selama beberapa variasi periode waktu berjarak dari 2-3 bulan
sampai 2-3 tahun. Telah dilaporkan bahwa perawatan jangka panjang dengan
Ca(OH)2 dapat melemahkan akar gigi dan memperbesar fraktur gigi imatur.18Pada
meletakkan Ca(OH)2 di dalam saluran akar untuk periode yang singkat, 1-4
minggu.
Bertolak dari pemikiran di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh
medikasi Ca(OH) 19
2 jangka pendek terhadap ketahanan fraktur dentin saluran akar
yang telah diirigasi dengan NaOCl dan EDTA.
1.2 Rumusan Masalah
Uraian ringkas dalam latar belakang masalah diatas memberikan dasar bagi
peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Apakah ada perbedaan ketahanan fraktur antara dentin saluran akar yang telah
diirigasi NaOCl 5% dan EDTA 17% dengan dan tanpa medikasi Ca(OH)2?
1.3 Tujuan Penelitian
Dengan merujuk pada rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin
dicapai pada penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui perbedaan ketahanan fraktur antara dentin saluran akar
yang telah diirigasi NaOCl 5% dan EDTA 17% dengan dan tanpa medikasi Ca(OH)2.
1.4 Manfaat Penelitian
Secara teoritis:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kepustakaan pendidikan
kedokteran gigi, khususnya mengenai pengaruh bahan irigasi dan medikasi saluran
akar terhadap sifat fisik dentin saluran akar.
1. Memberi informasi kepada dokter gigi mengenai jangka waktu yang baik
yang dibutuhkan untuk medikasi saluran akar.
2. Meningkatkan kualitas perawatan saluran akar terutama dalam hal irigasi dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Telah diketahui bahwa irigasi saluran akar memegang peranan yang sangat
penting dalam keberhasilan perawatan saluran akar. Jumlah bakteri yang ditemukan
setelah instrumentasi pada saluran yang tidak diirigasi lebih banyak daripada saluran
yang diirigasi. 20 Penyakit endodonti akan bertahan sampai sumber iritasi
disingkirkan.
Pada tahap instrumentasi mekanis, jaringan nekrotik dan koloni bakteri
disingkirkan dari saluran akar utama secara fisis. Instrumentasi mekanis tidak
mempunyai efek pada celah dan saluran akar aksesori atau lateral yang tidak
terjangkau instrumen. 21
3
Hal ini disebabkan oleh desain interior saluran akar yang
kompleks dengan adanya ceruk, cekungan, komunikasi antar saluran, saluran buntu,
saluran kecil yang tidak terjangkau, ramifikasi di daerah apeks dan daerah-daerah
tertutup lainnya yang tidak mungkin dicapai oleh instrumen.
Instrumentasi yang cermat pada saluran akar yang terinfeksi akan mengurangi
jumlah bakteri secara signifikan tetapi instrumentasi saja tidak bisa membersihkan
semua permukaan dalam saluran akar. Bakteri dapat ditemukan pada dinding kanal,
diantara tubulus dentin dan di kanal lateral.
12
22
Efek instrumentasi mekanis dapat
ditingkatkan dengan penggunaan irigan saluran akar yang disuntikkan secara
terus-menerus atau pada selang waktu tertentu ke dalam saluran akar selama
meminimisasi bakteri, mengeliminasi sisa-sisa jaringan organik dan inorganik serta
mendesinfeksi area tersebut yang tidak tercapai instrumen.
Selama preparasi saluran akar, dentin akar terpapar faktor mekanik dan
khemis yang berbeda. Bahan irigasi dan medikasi dapat mempengaruhi sifat fisik,
mekanikdan khemis dentin. Perubahan-perubahan pada sifat fisik dentin timbul
dikaitkan dengan perubahan pada fase inorganik dan organik dentin.Kekuatan
dan/atau peningkatan energi ketegangan diberikan oleh fraksi organik, terutama
sekali kolagen pada dentin.
23
Kekuatan dentin mungkin, sebagian, bergantung pada hubungan antara dua
komponen utamanya, jaringan hidroksiapatit dan kolagen. 90% fase organik adalah
kolagen, yang semata-mata Tipe I. Kolagen tipe I adalah polimer fibrous yang kuat,
tiga dimensi yang biasanya berada di lingkungan biologis yang aqueous. Kolagen ini
sering dihubungkan dengan proteoglikan, yang mengandung banyak air yang
mengelilinginya. Dugaan umum adalah bahwa ada dua jenis air di dalam dentin. Satu
jenis terhubung dengan kristal apatit dari fase inorganik, dan protein matriks kolagen
dan non-kolagen dari fase organik. Air ini secara alamiterikat kuat. Jenis kedua
adalah air yang bebas atau tidak terikat, dan jenis air ini mengisi tubulus dentin dan
celah lainnya di dalam matriks dentin. 7,24,25
Kolagen merupakan protein struktural dan sifat mekanik material ini
berhubungan erat dengan mekanisme molekuler daripada kimia dan morfologi secara
keseluruhan. Ketika beban kompresi diterapkan pada spesimen dentin yang secara
penuh terhidrasi, air yang bebas di tubulus dentin dan ruang pulpa menghasilkan
menghasilkan respon khas dari material brittle. Telah ditunjukkan bahwa lapisan
mono molekul air akan diserap ke permukaan hidroksiapatit oleh ikatan hidrogen.
Dari perpektif mekanik teoritis, stabilitas struktural dentin adalah fungsi dari
mineralisasi dan kadar kelembaban. Dentin adalah jaringan termineralisasi yang
berpori, berisi cairan yang memberikan dukungan mekanik kepada enamel yang
melapisinya dan integritas gigi. Cairan dentin memberikan integritas biomekanik
pada gigi dan cairan yang mengisi tubulus berfungsi untuk memindahkan dan
meringankan secara hidrolik beban yang diberikan pada gigi.
7
Ada kesan klinis bahwa gigi yang dirawat endodonti lebih rapuh.
Pengurangan struktur gigi karena karies, intervensi restorasi dan endodonti dengan
jelas melemahkan struktur gigi membuatnya lebih rentan terhadap fraktur. Persepsi
kerapuhan ini juga telah dihubungkan dengan penurunan kadar kelembaban.
Penurunan kadar kelembaban pada gigi yang dirawat endodonti tidaklah signifikan
secara statistik. Oleh karena itu, kadar kelembaban antara gigi vital dan yang dirawat
endodonti dianggap serupa.
6
6
2.1 Irigasi Saluran Akar
Pembersihan atau debridemen saluran akar meliputi penyingkiran seluruh
mikroorganisme dan zat-zat yang diperlukan untuk pertumbuhannya. 21 Kebanyakan
bakteri yang ditemukan di ruang kanal dapat disingkirkan dengan aksi mekanik
instrumen endodonti. Tetapi, pada beberapa situasi, oleh karena anatomi saluran akar
yang sangat kompleks, sisa-sisa materi organik dan bakteri tersangkut jauh di dalam
mekanis yang cermat. Pada keadaan demikian, penggunaan bahan irigasi penting
untuk meminimisasi dan eliminsasi sisa jaringan organik.
Bahan irigasi yang digunakan selama preparasi saluran akar harus mempunyai
sifat-sifat yaitu antimikroba spektrum luas; tidak mutagenik, karsinogenik ataupun
sitotoksik; membantu lubrikasi dinding kanal; melunakkan dentin; menyingkirkan
debris dan smear layer; melarutkan materi organik, sisa jaringan pulpa nekrotik;
membunuh mikroorganisme dan memiliki tegangan permukaan yang rendah sehingga
dapat membersihkan area yang tidak tercapai instrumen. Irigan tidak boleh
mencederai jaringan periradikuler, tetap aktif dalam penyimpanan dan relatif tidak
mahal.
23
Tujuan akhir perawatan saluran akar adalah untuk mempersiapkan saluran
akar yang bersih, bebas bakteri dan debris untuk obturasi. Kakehashi et al. (cit.
Farhad et al.) menyatakan bahwa mikroorganisme dan produk samping mereka
adalah faktor penyebab utama penyakit pulpa dan periradikular, dan perawatan
endodonti yang berhasil bergantung pada penyingkiran bakteri-bakteri ini disertai
dengan pencegahan terhadap rekontaminasi yang akan terjadi. 12,22,26,27
Larutan irigasi yang paling sering digunakan dalam perawatan endodonti
adalah NaOCl. Bahan ini merupakan basa lemah yang beraksi pada albumin (sisa
jaringan pulpa, makanan dan mikroorganisme) dan mengubah sifat mereka menjadi
larut dalam air.Keberhasilan sifat antimikrobial larutan ini dikarenakan
kemampuannya mengoksidasi dan menghidrolisis protein sel dan, sampai tingkat
tertentu, mengeluarkan cairan secara osmotik dari sel untuk hipertonisnya. 14
2,28
NaOCl
detoksifikasi jaringan nekrotik, mempunyai efek antibakteri yang pasti, dan ditolerir
dengan baik oleh jaringan vital. 3 Larutan ini digunakan sebagai agen irigasi utama
untuk menyingkirkan komponen organik karena mempunyai sifat bakterisidal,
mampu melarutkan materi organik dan jaringan nekrotik, kemampuan antimikrobial
spektrum luas yang telah terbukti efektif menghilangkan bakteri, spora, jamur dan
virus.
Efek antimikroba NaOCl tergantung pada beberapa faktor, diantaranya pH,
waktu kontak, temperatur dan juga konsentrasi yang digunakan. NaOCl mempunyai
aktivitas antibakteri yang tinggi dengan waktu kontak singkat. Makin tinggi
konsentrasi larutan, maka makin kuat daya antimikroba yang dihasilkan, namun juga
menyebabkan makin besarnya iritasi terhadap jaringan. Telah banyak kontroversi
mengenai konsentrasi larutan hipoklorit yang digunakan di endodonti. 15,29
27,28,29,30
NaOCl
pada konsentrasi 0,5-5,25% adalah konsentrasi yang dianjurkan untuk pemakaian
pada endodonti dan pada konsentrasi ini, NaOCl mampu melarutkan debris organik
pulpa pada area yang tidak terjangkau instrumen endodonti. NaOCl 0,5% dengan
NaOCl 5% terbukti sebagai antimikroba yang efektif pada penelitian klinik tetapi
NaOCl 5% lebih efektif dibandingkan NaOCl 0,5% dalam hal pelarut organik.
Walaupun NaOCl tampil sebagai larutan irigasi yang ideal, larutan ini juga
memiliki kekurangan yaitu tidak mampu melarutkan partikel inorganik dentin
sehingga tidak dapat menghilangkan smear layer secara keseluruhan selama
instrumentasi, serta mempunyai rasa dan bau yang tidak menyenangkan. Meskipun
banyak penelirian telah menunjukkan bahwa larutan NaOCl dan saline tidak efektif
NaOCl dapat menyingkirkan predentin dengan efek proteolitik. Penyingkiran smear
layer yang tuntas memerlukan penggunaan agen khelasi yang diikuti dengan pelarut
jaringan karena tidak ada irigan tunggal yang mampu melarutkan komponen organik
dan inorganik sekaligus (Gambar 1). Oleh karena itu, dalam penggunaannya larutan
irigasi NaOCl dikombinasikan dengan EDTA yang berfungsi sebagai agen khelasi
dan melarutkan komponen inorganik. 5,10,29
EDTA merupakan agen khelasi yang umum digunakan sebagai larutan irigasi
dengan konsentrasi 17%. 1 EDTA digunakan dalam meningkatkan pembesaran
khemomekanik kanal untuk menyingkirkan smear layer yang terbentuk setelah
preparasi saluran akar. 7,28 EDTA tidak antibakteri, tidak melarutkan jaringan nekrotik
ataupun menyingkirkan debris superfisial tetapi sangat efektif dalam melarutkan
materi inorganik. Telah dibuktikan bahwa EDTA mempunyai sifat antibakteri dan Gambar 1. A. Kehadiran smear layer pada permukaan
pertengahan saluran akar yang diirigasi dengan NaOCl 5,25% dan irigasi final dengan larutan yang sama. B. Penyingkiran
smear layer pada apikal saluran akar dengan NaOCl 5,25% sebagai irigan saluran akar dan 5 menit EDTA 17% sebagai irigan final. Masih ada debris di dalam tubulus dentin. (Magnifikasi x5000) 31
antifungal yang lemah bahkan hampir tidak mempunyai aktivitas
antibakteri.22,28,30 Mekanisme kerja EDTA adalah membentuk khelat dengan ion
kalsium dari dentin dan debris dentin (smear layer) sehingga mudah larut dalam air
dan dikeluarkan dari saluran akar.
EDTA mampu menyingkirkan ion kalsium dentin, meningkatkan
demineralisasi dan sebagai akibatnya, meningkatkan permeabilitas saluran akar.
Efektifitas agen khelasi umumnya bergantung pada banyak faktor, misalnya panjang
saluran akar, kedalaman penetrasi material, kekerasan dentin, waktu aplikasi, pH, dan
konsentrasi. Agen khelasi mempersiapkan permukaan dinding kanal sehingga aksi
antibakteri pembersih dan medikasi menjadi efektif. 29
2
EDTA sangat biokompatibel,
dapat mengakibatkan demineralisasi dentin intertubular dan mengurangi kekerasan
permukaan dinding dentin saluran akar. Harus diperhatikan bahwa perpanjangan
pemaparan terhadap khelator kuat seperti EDTA dapat melemahkan dentin akar.
Torabinejad et al. (2003), tidak ada perbedaan yang signifikan pada
kemampuan air destilasi dan NaOCl untuk menyingkirkan smear layer dari
permukaan saluran akar yang terinstrumentasi karena kedua irigan tersebut tidaklah
efektif. Smear layer terdiri dari komponen organik dan inorganik. Untuk
menyingkirkan smear layer, larutan irigasi harus melarutkan kedua komponen
tersebut. Ketika EDTA digunakan secara bergantian dengan NaOCl 5,25%, smear
layer tersingkirkan semuanya pada sepertiga tengah dan korona kanal, tetapi
kombinasi ini kurang efektif pada sepertiga apikal.
27,30
Irigasi saluran akar menggunakan NaOCl 5% dan EDTA 17% secara
kemampuan NaOCl dalam melarutkan jaringan dan lebih efisien dalam mengurangi
mikroba intraradikular daripada NaOCl sendiri. Setelah irigasi kanal dengan EDTA,
NaOCl harus digunakan untuk menetralisasi efek keasaman EDTA dan untuk
memperkenankan NaOCl penetrasi ke dalam tubulus dentin, yang telah terbuka
setelah penggunaan EDTA. 30
2.2 Desinfeksi Saluran Akar
Perawatan endodonti pada gigi non vital menurut aturan seharusnya tidak
diselesaikan pada kunjungan pertama, tetapi pada kunjungan kedua setelah satu
periode desinfeksi final akar dan sistem saluran akar. Selama perawatan saluran akar,
diperlukan untuk menyingkirkan bakteri sebanyak mungkin dari saluran akar.
Penggunaan medikamen intrakanal telah dipertimbangkan sebagai langkah yang
diperlukan untuk mengurangi populasi mikroba tepat sebelum pengisian saluran akar.
Bakteri yang bertahan setelah preparasi dan irigasi akan dengan sangat cepat
berlipatganda di antara kunjungan jika tidak ada medikamen intrakanal yang
digunakan.
Medikamen antar kunjungan harus mampu melanjutkan penyingkiran bakteri
yang tersisa setelah preparasi khemomekanik dan bertahan lama; mencegah
kebocoran mikro koronal dan tidak berdifusi sepanjang restorasi sementara;
membantu mengeringkan kanal yang terus-menerus basah; tidak diinaktivasi dengan
kehadiran materi organik, tetapi seharusnya menetralisasi dan melarutkan debris
jaringan yang tersisa; mengurangi inflamasi periapikal dan toksisitas rendah terhadap
jaringan periapikal serta harus tidak menurunkan sifat fisik struktur akar. 3,10,16,21
Telah terbukti pada penelitian klinis bahwa sekitar 50% saluran akar yang
terinfeksi tidak didesinfeksi, hanya dengan irigan antibakteri saja selama perawatan
saluran akar. Meskipun preparasi khemomekanik yang cermat dapat membantu
mengurangi populasi bakteri, penyingkiran yang total sangat sulit dicapai. Tersisanya
medikamen di dalam saluran akar di antara kunjungan, akan dapat membantu
menyingkirkan bakteri yang bertahan. Medikamen antibakteri digunakan di antara
kunjungan untuk menyingkirkan sisa bakteri dan mencegah re-infeksi saluran akar.
Agen seperti Ca(OH)2 ditunjukkan sangat efektif. Agen harus mempunyai spektrum
antibakteri yang luas, dan harus tetap aktif selama periode di antara kunjungan.
Pilihan medikamen intrakanal terkini adalah Ca(OH)
17,22
2. Sejak diperkenalkan
pada tahun 1920, calcium hydroxide telah banyak digunakan di endodonti sebagai
medikamen intrakanal antar kunjungan. Bahan ini merupakan basa kuat yang
diperoleh melalui calcination (pemanasan) dari calcium carbonate sampai berubah
menjadi calcium oxide. Calcium hydroxide diperoleh melalui hidrasi calcium oxide,
dan reaksi kimia antara calcium hydroxide dan carbon dioxide membentuk calcium
carbonate. Merupakan bubuk putih dengan pH tinggi (±12,6) dan mudah larut dalam
air (kelarutan 1,2 g/L pada temperatur 25ºC). Bahan ini mempunyai berbagai sifat
biologis misalnya aktivitas antimikroba, mampu melarutkan jaringan, menghambat
resorpsi gigi, dan mempengaruhi perbaikan pembentukan jaringan keras.
Sifat Ca(OH)
16,17,32
2 berasal dari disosiasinya menjadi ion kalsium dan hidroksil.
Ca(OH)2 mendorong deposisi jembatan jaringan keras yang biasanya melindungi
pulpa. Kemampuannya untuk menstimulasi mineralisasi dihubungkan dengan
mempunyai aktivitas antimikroba spektrum luas dan aksi durasi panjang. Bahan ini
relatif aman, mudah digunakan dan kombinasi dengan NaOCl dapat membantu
melarutkan materi organik.
Ca(OH)
10
2 telah dinyatakan sebagai agen antibakteri intrakanal yang paling
baik dan paling efektif. Efek antibakterial Ca(OH)2 dikarenakan pH yang tinggi yaitu
±12,5 dan pelepasan ion hidroksil. Tidak ada patogen endodonti yang diketahui dapat
bertahan pada pH ini, dan akan langsung mati seketika saat terpapar langsung dengan
pasta. 3,28,33 Di dalam pulpa, Ca(OH)2 telah digunakan sebagai agen pulp capping
karena kemampuannya menstimulasi mineralisasi; sebagai dressing intrakanal
mempunyai aksi antimikroba yang sangat baik, yang mendukung penyingkiran
mikroorganisme setelah pembersihan dan pembentukan, untuk menetralisasi toksin
yang tersisa, di samping mempertahankan sealing sementara.
Efek terapeutik Ca(OH)
32
2 berhubungan dengan ion hidroksil yang
menyebabkan penurunan tekanan oksigen dan peningkatan pH pada jaringan
periapikal yang terinflamasi. Tekanan oksigen yang rendah pada jaringan
memperkenankan pembentukan dan perbaikan tulang. Tingginya pH dikombinasikan
dengan ketersediaan ion kalsium dan ion hidroksil mempunyai efek pada jalan
enzimatik dan karena itu terjadi mineralisasi. Ion kalsium dan pH yang alkali
dikemukakan untuk bereaksi secara terpisah atau bersamaan dalam mendorong
terjadinya kalsifikasi.
Efek terapeutik ion kalsium menstimulasi enzim jaringan seperti alkali
menghambat enzim bakteri sehingga menghasilkan sifat antimikroba. Aktivasi enzim
alkali fosfatase mendorong terjadinya restorasi jaringan melalui mineralisasi.
Efek antibakteri pasta Ca(OH)
3,32
2 yang tahan lama sangat bergantung pada
tingginya alkalinitas pasta yang konstan. Darah, eksudat, jaringan gigi, dan cairan
jaringan akan segera menurunkan pH pasta Ca(OH)2yang memiliki sifat destruktif
pada dinding sel bakteri dan struktur protein. Bahan ini bekerja lambat dan harus
berada dalam kuantitas yang cukup, minimal 1 minggu dalam saluran akar agar
menjadi efektif. 3,10,33
2.3 Ketahanan Fraktur Dentin Saluran Akar
Fraktur gigi telah digambarkan sebagai masalah utama di kedokteran gigi, dan
kasus ketiga tersering yang menyebabkan kehilangan gigi setelah karies dan penyakit
periodontal. Umumnya, gigi yang dirawat endodonti mengalami kehilangan jaringan
mahkota dan akar. Kehilangan struktur gigi ini merupakan faktor penting dalam
mengurangi ketahanan terhadap fraktur pada gigi yang dirawat endodonti.
Fraktur gigi yang dirawat endodonti telah dipahami asal mulanya yang
multifaktorial. Salah satu faktor resiko terjadinya fraktur gigi yang dirawat endodonti
adalah faktor kimia berupa irigan endodonti dan medikamen pada dentin.
Perubahan-perubahan pada sifat fisik dentin timbul karena Perubahan-perubahan fase organik dan inorganik
dentin. Irigasi EDTA 17% diikuti irigasi NaOCl menyebabkan terbukanya orifisi
tubulus dentin, perusakan dentin intertubular dan penurunan kekerasan mikro dentin.
menyingkirkan fase organik dentin, menghasilkan permukaan dentin yang poreus
dengan banyak kanal.
Pemaparan jangka panjang terhadap Ca(OH) 7
2 mengubah sifat fisik dentin. Hal
ini mungkin disebabkan oleh perubahan matriks organik. Telah dibuktikan bahwa
Ca(OH)2 melarutkan jaringan pulpa, suatu proses yang terjadi karena denaturasi dan
hidrolisis. Sebagai tambahan, peningkatan pH yang diamati setelah pemaparan
terhadap Ca(OH)2 juga mengurangi dukungan organik matriks dentin. Proses ini
dapat mengganggu interaksi fibril kolagen dan kristal hidroksiapatit yang dapat
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
Perawatan Saluran Akar
• Melarutkan komponen organik dan inorganik dentin
• Mengubah rasio Ca/P
• Mengubah sifat kimia dan fisik dentin
Berkali-kali Kunjungan Sekali Kunjungan
Irigasi dengan NaOCl 5% dan EDTA 17%
Perbedaan Ketahanan Fraktur Dentin Saluran Akar ??
Irigasi dengan NaOCl 5% dan EDTA 17% Disertai dengan
Medikamen Intrakanal Ca(OH)2 selama 7 dan 30 hari
• Melarutkan komponen organik dan inorganik dentin
• Mengubah rasio Ca/P
• Mengubah sifat kimia dan fisik dentin
3.1 Kerangka Konsep
Konsep menyelesaikan perawatan saluran akar pada gigi berakar satu dalam
satu kunjungan sudah bukan merupakan hal yang baru. Telah banyak publikasi
mengenai perawatan endodonti sekali kunjungan. Perawatan ini telah menjadi pilihan
perawatan untuk kebanyakan kasus endodonti. Perawatan endodonti sekali kunjungan
lebih hemat dalam hal waktu dan biaya; pasien merasa nyaman karena mengurangi
jadwal kunjungan; tidak mengalami anestesi lokal yang berulang-ulang; mengurangi
risiko kontaminasi antar kunjungan; dan klinisi lebih mengenali sudut kanal,
kelekungan dan jalur masuk instrumen.
Perawatan saluran akar berkali-kali kunjungan meningkatkan waktu kontak
Ca(OH)2
Dalam endodonti modern, pembentukan dan pembersihan memegang
kepentingan yang lebih besar daripada medikamen intrakanal untuk desinfeksi
saluran akar. Tetapi efektifitasnya masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti dan
klinisi karena pada perawatan endodonti sekali kunjungan, medikamen intrakanal
tidak dapat dilakukan sebagai perantara untuk medikasi yang lebih jauh ke dalam
sistem saluran akar.
dengan kanal; waktu kontak irigan. Proses pembentukan dan pembersihan
saluran akar saja tidak cukup untuk mengeliminasi seluruh bakteri. Oleh karena itu,
pemilihan bahan medikamen yang tepat sebagai dressing antar kunjungan sangat
penting untuk dilakukan.
Larutan irigasi yang digunakan adalah NaOCl 5% dan EDTA 17%. NaOCl
Salah satu sifat terpenting NaOCl adalah kemampuan melarutkan jaringan dan aksi
antimikroba. Efek NaOCl pada dentin dapat dihubungkan dengan kemampuan
penetrasinya ke tubulus dentin dan kemampuannya melarutkan komponen organik
dentin. NaOCl tidak dapat melarutkan komponen inorganik dentin yang terdapat
dalam smear layer sehingga dibutuhkan agen demineralisasi seperti EDTA. EDTA
adalah agen khelasi yang dapat melarutkan komponen inorganik dentin seperti ion
kalsium pada dentin sehingga menyebabkan demineralisasi. NaOCl dan EDTA tidak
boleh digunakan secara bersamaan karena elemen aktif dalam NaOCl dapat
diinaktivasi oleh EDTA. Hal ini akan menyebabkan NaOCl tidak efektif terhadap
bakteri dan jaringan nekrotik. Ca(OH)2
Larutan irigasi dan medikasi yang digunakan selama perawatan endodonti
dapat menyebabkan perubahan sifat fisik dentin. Melemahnya dentin diakibatkan
oleh kerusakan struktur protein yang dikarenakan alkalinitas material yang digunakan. telah banyak digunakan sebagai dressing
saluran akar. Bahan ini mempunyai sifat antimikrobial, mampu melarutkan jaringan,
menghambat resorpsi gigi dan induksi perbaikan jaringan keras gigi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan ketahanan kekuatan
fraktur antara dentin saluran akar pada perawatan endodonti sekali kunjungan dan
berkali-kali kunjungan.
3.2 Hipotesa Penelitian
Dari uraian di atas, maka hipotesa untuk penelitian ini adalah :
Ada perbedaan ketahanan fraktur antara dentin saluran akar yang telah
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian
Eksperimental laboratorium komparatif
4.2 Tempat dan waktu
Tempat : 1. Departemen Ilmu Konservasi Gigi FKG USU
2. Laboratorium Pusat PenelitianFMIPA USU
Waktu : 3 bulan
4.3 Sampel
Sampel : gigi premolar mandibula bersaluran akar tunggal yang telah dicabut
untuk keperluan ortodonti dengan kriteria sebagai berikut :
a. akar utuh dan relatif lurus
b. hanya memiliki satu saluran akar
c. tidak ada karies pada akar
d. gigi dengan foramen apikal yang telah tertutup sempurna
Gigi yang diperoleh tersebut direndam dalam larutan saline fisiologis (NaCl 0.9%)
sampai diberi perlakuan.
4.4 Besar sampel
Jumlah sampel dari tiap perlakuan akan dihitung dengan menggunakan rumus
Rumus Federer : (n-1) (t-1) ≥ 15 ; dengan t = jumlah kelompok = 3
n = jumlah sampel
(n-1) (3-1) ≥ 15
(n-1) 2 ≥ 15
(n-1) ≥ 7,5
n ≥ 8,5
Berdasarkan perhitungan tersebut, maka jumlah sampel minimal yang
diperlukan adalah 8,5. Sampel yang digunakan untuk setiap perlakuan ini adalah
sebanyak9. Dalam penelitian ini digunakan 27 buah gigi yang dibagi kedalam tiga
kelompok masing-masing 9 buah gigi dengan perincian perlakuan sebagai berikut :
Kelompok 1 : diirigasi dengan NaOCl 5%, EDTA 17% dan NaOCl 5% sebagai irigan
final
Kelompok 2 : diirigasi dengan NaOCl 5%, EDTA 17% dan NaOCl 5% sebagai irigan
final, kemudiandiberi bahan medikamen intrakanal Ca(OH)2 selama 7
hari.
Kelompok 3 : diirigasi dengan NaOCl 5%, EDTA 17% dan NaOCl 5% sebagai irigan
final, kemudiandiberi bahan medikamen intrakanal Ca(OH)2 selama 30
hari.
4.5 Identifikasi variabel penelitian
4.5.1 Variabel bebas
• Kombinasi irigasi NaOCl 5% dan EDTA 17% dengan medikasi
intrakanal Ca(OH)2selama 7 hari.
• Kombinasi irigasi NaOCl 5% dan EDTA 17% dengan medikasi
intrakanal Ca(OH)2 selama 30 hari.
4.5.2 Variabel tergantung
• Ketahanan fraktur antara dentin saluran akar yang diirigasi NaOCl 5%
dan EDTA 17% dengan dan tanpa medikasi Ca(OH)2.
4.5.3 Variabel terkendali
• Gigi yang bersaluran akar tunggal
• Kecepatan putar dari turbin bur sama untuk tiap perlakuan
• Jumlah larutan irigasi sama banyak untuk tiap akar gigi
• Teknik irigasi: manual
• Tekanan spuit sewaktu irigasi
• Lamanya waktu irigasi 1 menit untuk masing-masing larutan irigasi
dan medikasi selama 7 dan 30 hari
• Konsentrasi larutan irigasi NaOCl 5% dan EDTA 17%
4.5.4 Variabel tidak terkendali
• Variasi struktur anatomi akar gigi
• Jangka waktu antara pencabutan gigi dengan perlakuan
• Jenis kelamin dan umur dari gigi yang dicabut
Variabel bebas
• Larutan irigasi NaOCl 5% dan EDTA 17%
• Medikasi intrakanal Ca(OH)2selama 7 dan 30 hari
Variabel tergantung
• Ketahanan fraktur antara dentin saluran akar yang diirigasi NaOCl 5% dan EDTA 17% dengan dan tanpa medikasi Ca(OH)2
Variabel terkendali
• Gigi yang bersaluran akar tunggal
• Kecepatan putar dari turbin bur yang sama untuk tiap perlakuan
• Jumlah larutan irigasi sama banyak untuk tiap akar gigi
• Teknik irigasi : manual
• Lamanya waktu irigasi 1 menit untuk masing-masing larutan irigasi dan medikasi selama 7 dan 30 hari
• Konsentrasi larutan irigasi NaOCl 5% dan EDTA 17%
Variabel tidak terkendali
• Variasi struktur anatomi akar gigi
• Jangka waktu pencabutan dengan perlakuan
• Jenis kelamin dan umur dari gigi yang dicabut
• Ketebalan dentin saluran akar
No Variabel Definisi
Operasional Hasil Ukur
Skala
4.7 Alat dan bahan penelitian
4.7.1 Alat penelitian
• Micromotor (Strong, Korea)
• Diamond disc (Edenta, Switzerland)
• Bais untuk menahan gigi ketika melakukan pemotongan mahkota
• K File #15-#40 dan #45-#80 (FKG Dentaire, Swiss)
• Jarum ekstirpasi / Barbed-broaches (FKG Dentaire, Swiss)
• Jarum Lentulo (FKG Dentaire, Swiss)
• Spuit 1 ml dan 5 ml untuk keperluan irigasi (OneMed, Indonesia)
• Paper Point (DiaDent, Korea)
• Glass pad
• Spatula semen (Franzy)
• Jarum 27G (OneMed, Indonesia)
• Penggaris endodonti (Diadent, Korea)
A
D C
B
1 2 3
4
5
Gambar 2. A. Micromotor, B. Bais, C. Glass Slab, D. 1. Barbed Broaches, 2.
K-Files #15-#40 dan #45-#80, 3. Paste-Fillers, 4. Paper Points, 5. Penggaris Endodonti
A B
3 2 1
4
3 2 1
4.7.2 Bahan penelitian
• 27 gigi premolar mandibula yang telah diekstraksi
• Larutan saline fisiologis (Widatra, Indonesia)
• Larutan NaOCl 5.25% (Bayclin, Indonesia)
• Larutan EDTA 17% (Produits Dentaires SA, Switzerland)
• Pasta Ca(OH)2 (DiaDent, Korea)
• Zinc Phosphate Cement (Elite Cement 100, Japan)
• Cat kuku (Rose, Indonesia)
• Gips
4.8 Prosedur Penelitian
4.8.1 Persiapan Sampel
Sebanyak 27 gigi Premolar bawah yang telah diekstraksi digunakan dalam
penelitian ini. Sampel-sampel gigi dibersihkan dari debris dan kalkulus kemudian
direndam dalam larutan saline fisiologis sampai penelitian dimulai.
Foramen apikal setiap gigi dilapisi dengan cat kuku untuk mencegah
kebocoran larutan irigasi pada saat penelitian sedang berlangsung. Mahkota gigi
dipisahkan dari akar gigi pada batas semento-enamel dengan menggunakan diamond
disc. Panjang semua akar gigi diukur untuk menentukan panjang kerja. Gambar 5. A. Larutan saline fisiologis, B. Larutan NaOCl 5,25%, C. Larutan EDTA 17%, D. Pasta Ca(OH)2, E. Semen
Zinc Phosphate
A B
D
Akar gigi tersebut kemudian ditanam dalam balok gips untuk memudahkan
pengerjaan sampel. Jaringan pulpa diekstirpasi dengan teknik step back untuk
memperbesar saluran akar. Preparasi dimulai dari ukuran file 15 sesuai dengan
panjang kerja akar gigi sampai ukuran MAF 45, dilanjutkan dengan memakai file satu
nomor lebih besar dari file sebelumnya dan panjang kerja dikurangi 1mm. Tindakan
diulang sampai tiga nomor lebih besar dari MAF dan tiap peningkatan ukuran file
diikuti dengan rekapitulasi MAF.Saluran akar diirigasi dengan larutan salinefisiologis
selama instrumentasi dan dikeringkan dengan paper point.
Gambar 6. A. Pemotongan mahkota gigi, B. Akar gigi yang telah dilapisi dengan cat kuku.
Gambar 7. A. Penanaman sampel akar gigi pada balok gips, B. Ekstirpasi saluran akar dengan Barbed Broaches, C. Preparasi saluran akar dengan K-File.
A B
C B
4.8.2 Irigasi dan Medikasi Saluran Akar
Semua akar gigi yang telah dipreparasi dengan K File kemudian dibagi secara
acak ke dalam 3kelompok dengan masing-masing terdiri dari 9 akar gigi.
Kelompok 1 : 9 akar gigi diirigasi dengan NaOCl 5% 1 menit, EDTA 17% 1 menit
dan irigasi final NaOCl 5% 1 menit.
Kelompok 2 : 9 akar gigi diirigasi denganNaOCl 5% 1 menit, EDTA 17% 1 menit
dan irigasi final NaOCl 5% 1 menit kemudian diberi bahan
medikamen intrakanal Ca(OH)2
Kelompok 3 : 9 akar gigi diirigasi dengan NaOCl 5%1 menit, EDTA 17% 1 menit
dan irigasi final NaOCl 5% 1 menit kemudian diberi bahan
medikamen intrakanal Ca(OH)
selama 7 hari.
2
Pada saat saluran akar diirigasi, setiap penggantian bahan irigasi, saluran akar
dibilas dengan menggunakan aquadest untuk membersihkan saluran akar dari larutan
irigasi sebelumnya yang tersisa di dalam saluran akar. Setelah dibilas dengan
aquadest, saluran akar dikeringkan dengan paper point. Setelah proses irigasi selesai,
akar gigi dikeringkan dengan paper point.
selama 30 hari.
Pada kelompok 2 dan 3, setelah akar gigi diberikan bahan medikamen
intrakanal, pada bagian koronal akar gigi direstorasi dengan bahan restorasi
sementara yaitu Zinc Phosphate Cement.Semen ini dicampur dengan P/L rasio
4.8.3 Pemotongan Akar Gigi
Akar gigi kemudian dibagi secara melintang, membagi akar gigi menjadi 3
bagian yaitu servikal, tengah dan apikal. Pada 1/3 tengah akar gigi, akar gigi dibelah
secara horizontal menjadi spesimen dengan ketebalan 1mm menggunakan diamond
disc sehingga didapatkan 27 keping disk dentin.
4.8.4 Proses Uji
Spesimen dari ketiga grup yang akan diukur ketahanan fraktur diletakkan di
mesin testing universal dan beban kekuatanditurunkan ke spesimen pada kecepatan
1,2mm/menit sampai spesimen fraktur.Tekanan diberikan oleh metal baja berukuran
5x5x0,5 cm yang berbentuk pipih dengan ujung membulat. Load yang terjadi segera
dicatat segera setelah terjadi fraktur pada sampel. Data yang diperoleh berupa load
atau gaya tarik dalam satuan kgf dan kemudian satuan diubah ke Newton (N). Gambar 8. A. Pengeringan saluran akar dengan paper point,
B. Aplikasi pasta Ca(OH)2 dengan Paste Filler, C. Pencampuran semen Zinc Phosphate, D. Akar gigi yang telah diberi Ca(OH)2 dan direstorasi dengan semen Zinc Phosphate.
C
D B
4.9 Analisis Data
Data yang diperoleh dilakukan uji statistik analisis varians satu arah (One
Way ANOVA)dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 untuk mengetahui perbedaan
rata-rataketahanan fraktur dentin saluran akar antara tiap kelompok perlakuan.
Selanjutnya dilakukan uji T-Independent dengan derajat kemaknaan α = 0,05 untuk
mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata ketahanan fraktur antara tiap kelompok
perlakuan.
Gambar 9. A. Uji ketahanan fraktur pada sampel, B. Keadaan dentin disc sebelum uji tekan, C. Keadaan dentin disc setelah uji tekan.
A
B
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Dari penelitian ini, diperoleh data hasil pengukuran ketahanan fraktur dentin
saluran akar dalam satuan kgf (kilogram force) yang kemudian dikonversikan ke
dalam satuan Newton dan stroke yang adalah kecepatan regangan pada saat fraktur
dalam satuan mm/menit. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata ketahanan fraktur
antara tiap kelompok perlakuan dan signifikansi perbedaan tersebut, maka digunakan
uji analisa varians satu arah (One Way ANOVA) dan uji T-Independent (
Independent-T Independent-Test).
Tabel 1. Uji One Way ANOVA
Kelompok
Ketahanan Fraktur
P
N X ± SD
I 9 2310,4±681,7
0,132
II 9 2534,4±880,8
III 9 1792,4±728,8
Keterangan : I : Kelompok yang diirigasi NaOCl 5%, EDTA 17% dan NaOCl 5%
II : Kelompok yang diirigasi NaOCl 5%, EDTA 17% dan NaOCl 5%
kemudian dimedikasi Ca(OH)2
III : Kelompok yang diirigasi NaOCl 5%, EDTA 17% dan NaOCl 5%
kemudiandimedikasi Ca(OH)
selama 7 hari
Tabel 1 menunjukkan nilai rata-rata ketahanan fraktur dentin saluran akar dan
standar deviasi masing-masing kelompok perlakuan. Nilai P > 0,05 menunjukkan
bahwa pada α = 0,05, secara statistik tidak terdapat perbedaan rata-rata ketahanan
fraktur pada tiap kelompok perlakuan. Terlihat bahwa kelompok II memiliki nilai
ketahanan fraktur yang paling besar yang disusul oleh kelompok I dan III namun nilai
rata-rata ini tidak bermakna secara statistik.
Tabel 2. Uji T-Independent
Kelompok P
I dan II 0,555
I dan III 0,139
II dan III 0,069
Untuk mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata ketahanan fraktur dentin
saluran akar antara 2 kelompok perlakuan, maka digunakan uji T-Independent. Tabel
2 menunjukkan antara kelompok perlakuan terdapat perbedaan tetapi tidak signifikan
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian ini dimulai dengan menyeleksi gigi premolar mandibula dengan
beberapa kriteria yaitu akar relatif lurus, memiliki satu saluran akar, tidak ada karies
pada akar dan foramen apikal yang telah tertutup sempurna. Premolar mandibula
digunakan pada penelitian ini karena gigi ini lebih mudah untuk diperoleh.
Pada penelitian ini digunakan 27 sampel gigi premolar mandibula yang telah
diekstraksi. Gigi ini direndam dalam larutan saline sampai diberi perlakuan dan
dibagi ke dalam tiga kelompok secara random. Masing-masing kelompok terdiri dari
sembilan sampel. Kelompok I mendapat perlakuan berupa irigasi dengan NaOCl 5%,
EDTA 17% dan NaOCl 5%. Kelompok II mendapat irigasi seperti pada kelompok I
yang kemudian diberi medikasi Ca(OH)2 selama 7 hari. Kelompok III mendapat
irigasi seperti kelompok I yang kemudian diberi medikasi Ca(OH)2
Pada saat akar gigi dipreparasi dengan K-File, akar gigi diirigasi larutan saline
fisiologis dengan menggunakan jarum 27G dan syringe 5ml, irigasi ini untuk
menyingkirkan debris dentin yang tertinggal di dalam saluran akar setelah
instrumentasi.. Saluran akar tidakdiirigasi dengan NaOCl karena larutan ini dapat
menurunkan modulus elastisitas dan kekuatan fleksural dentin, dan ini dihubungkan
dengan hilangnya substansi organik dentin.
selama 30 hari.
Telah banyak kontroversi mengenai konsentrasi larutan hipoklorit yang
digunakan dalam endodonti.
18
27
Konsentrasi NaOCl yang banyak digunakan dalam
yang ideal, namun larutan ini tidak mampu melarutkan partikel inorganik dentin yang
ada pada smear layer, oleh karena itu, dikombinasikan dengan EDTA 17% yang
dapat melarutkan partikel inorganik dentin. Konsentrasi NaOCl 5% dan EDTA 17%
dianggap efektif dalam menyingkirkan smear layer.
Ca(OH)
1,29
2 merupakan antiseptik yang bekerja lambat, yang sering digunakan
dalam waktu yang panjang di dalam saluran akar sebagai medikamen
intrakanal.17 Waktu yang dibutuhkan bahan ini untuk desinfeksi sistem saluran akar
secara optimal masih belum diketahui secara pasti. Pada gigi dengan lesi, dianjurkan
penggunaan Ca(OH)2 selama satu minggu. Efek menghancurkan dilaporkan ketika
Ca(OH)2 kontak dengan jaringan pulpa hanya dalam 1 minggu.16,18 Pada gigi matur
yang terinfeksi dengan periodontitis apikal, perawatan umumnya adalah meletakkan
Ca(OH)2 di dalam saluran akar untuk periode waktu yang singkat, 1-4 minggu.
Banyak penelitian sebelumnya yang melaporkan bahwa penggunaan jangka panjang
Ca(OH)2 dapat melemahkan akar dan menyebabkan kegagalan fraktur gigi imatur. 19
Penelitian ini membandingkan efek medikasi Ca(OH)2
Daerah uji dilakukan pada dentin disc yang diperoleh dari 1/3 tengah akar gigi.
Pengukuran ketahanan fraktur dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan Torsee’s
Universal Testing Machine. Pengujian dilakukan dengan menekan sampel dentin disc
sampai terjadi fraktur. Besar beban yang didapat berupa satuan kilogram force (kgf)
yang kemudian dikonversikan ke dalam satuan Newton (N).
jangka pendek pada gigi
matur.
Dari hasil yang diperoleh setelah dilakukan proses uji tekan, terdapat
T-Independent menunjukkan perbedaan pada rata-rata ketahanan fraktur antara tiap
kelompok tetapi perbedaan ini tidak signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa aplikasi
Ca(OH)2
Telah dibuktikan bahwa ketahanan fraktur dentin lebih rendah dengan
ketidakadaan air (in vacuo), menyatakan bahwa peranan air dalam membentuk
struktur molekuler dan fibrilar kolagen mempunyai efek pada sifat fraktur. Dentin
dehidrasi memerlukan energi yang lebih sedikit untuk mempengaruhi fraktur daripada
dentin hidrasi.
sebagai medikasi intrakanal antar kunjungan dalam jangka waktu singkat
tidak terlalu berpengaruh terhadap ketahanan fraktur dentin saluran akar secara
statistik.
6,34
Pada penelitian ini terdapat berbagai kesalahan. Sampel gigi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sampel gigi yang tidak diketahui kapan gigi tersebut
diekstraksi. Jangka waktu yang bervariasi antara waktu ekstraksi gigi dengan waktu
perendaman gigi dalam larutan saline mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian.
Telah mengeringnya cairan tubulus dentin terlebih dahulu sebelum gigi direndam
dalam larutan saline dapat mempengaruhi sifat fisik dan mekanik dentin.Pada tahap
irigasi saluran akar, dimana prosedur irigasi yang dilakukan tidak sesuai dengan
prosedur irigasi yang dilakukan secara klinis juga dapat mempengaruhi sifat dentin. Meski kelembaban antara gigi vital dan gigi yang dirawat
endodonti dianggap serupa, namun untuk menjaga hidrasi akar gigi, sampel selalu
direndam dalam larutan saline sebelum dan sesudah perlakuan serta sebelum diuji.
Ca(OH)2 merupakan salah satu bahan medikasi saluran akar yang
direkomendasikan karena memiliki sifat antimikroba terhadap hampir semua spesies
sebagai physical barrier untuk mencegah rekontaminasi saluran akar, membantu
kelarutan jaringan dan mencegah resorpsi osteo-cementum-dentin, merangsang
restorasi jaringan melalui mineralisasi. Terurainya Ca(OH)2 menjadi ion kalsium dan
ion hidroksil dalam larutan yang encer, menghasilkan pH di atas 11. Tingginya pH
merangsang pembentukan jaringan keras melalui mineralisasi dan mempunyai efek
bakterisidal. 32,35 Peningkatan pH setelah pemaparan terhadap Ca(OH)2 juga dapat
mengurangi dukungan organik matriks dentin. Alkalinitas ini dapat menyebabkan
kerusakan pada struktur protein yang secara tidak langsung mempengaruhi sifat
mekanis dentin. Aksi proteolitik Ca(OH)2 mampu melemahkan gigi sampai 50%
dalam setahun.
Penurunan kekuatan fraktur untuk kekuatan kompresi setelah akar gigi diisi
dengan Ca(OH) 17
2 dapat dijelaskan dengan reaksi Ca(OH)2 dengan dentin dan
perubahan pada matriks organik. Kekuatan dentin ditentukan oleh hubungan antara
hidroksiapatit dan serat kolagen dan gangguan pada hubungan ini muncul karena
kuatnya alkalinitas Ca(OH)2. Ini dapat merusak grup karboksilat dan fosfat yang
mengarah ke runtuhnya struktur dentin. Gangguan ini dapat terjadi karena netralisasi,
disolusi atau perubahan sifat protein asam dan proteoglikan yang berfungsi sebagai
agen bonding antara jaringan kolagen dan kristal hidroksiapatit pada dentin.
Pada penelitian ini, kelompok II dengan medikasi Ca(OH)
18,19
2 selama 7 hari
tidak terjadi penurunan ketahanan fraktur, justru sebaliknya yaitu lebih
tingginyaketahanan fraktur dibandingkan kelompok tanpa medikasi Ca(OH)2 meski
peningkatan ini sangat tidak signifikan. Kenaikan ketahanan fraktur ini dapat terjadi
adalah terdapat selang waktu untuk pengukuran ketahanan fraktur pada kelompok
I.Pengukuran ketahanan fraktur kelompok pertama tidak dilakukan segera setelah
perlakuan irigasi, tetapi dilakukan bersamaan dengan pengukuran ketahanan fraktur
kelompok II. Terdapat selang waktu 7 hari untuk mengukur ketahanan fraktur pada
kelompok I. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya tingkat hidrasi pada dentin
saluran akar. Dalam penelitian Shin et al. (2011), rata-rata ketahanan fraktur
kelompok yang dimedikasi dengan Ca(OH)2 selama 7 hari tidak mengalami
penurunan dibandingkan dengan kelompok yang tanpa medikasi.
Kelompok III yang mendapatkan medikasi Ca(OH) 19
2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan ketahanan fraktur
pada dentin saluran akar tiap kelompok yang signifikan. Oleh karena itu, hipotesis
penelitian ini ditolak.
selama 30 hari
mengalami penurunan ketahanan fraktur meskipun penurunan ini tidak signifikan
secara statistik ( P = 0,132 ). Hal ini mungkin dikarenakan bahan ini adalah bahan
yang bekerja lambat, memerlukan waktu yang lebih lama untuk menimbulkan
perubahan sehingga pada medikasi selama 7 hari, tidak terjadi penurunan ketahanan
fraktur yang bermakna. Kemungkinan penyebab lainnya adalah penetrasi bahan
irigasi ke tubulus dentin, kurang optimalnya pembilasan yang dilakukan sebelum
medikasi saluran akar sehingga bahan irigasi terus bekerja dan mempengaruhi sifat
fisik dan mekanik dentin.
Bentuk akar dan saluran akar gigi, serta ketebalan dentin saluran akar juga
mempengaruhi ketahanan fraktur dentin saluran akar. Sampel gigi yang digunakan
dipengaruhi oleh preparasi dinding saluran akar. Pembesaran saluran akar yang
berlebihan dapat melemahkan gigi dan meningkatkan kerentanan untuk fraktur akar
vertikal. Makin banyak dentin akar yang disingkirkan, maka akan ada peningkatan
kemungkinan untuk fraktur.
Pada penelitian ini mungkin terdapat kesalahan pada alat uji yang digunakan,
dimana peneliti menggunakan alat uji untuk mengukur macrohardness. Kesalahan
alat ini juga mungkin berpengaruh pada hasil yang didapatkan pada penelitian ini.
Ujung penampang alat uji yang besar, tidak sesuai dengan penampang keping dentin
yang kecil karena tidak terfokus pada dentin saluran akar, tetapi juga mengenai
BAB 7
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan uji tekan untuk mengukur ketahanan fraktur
antara dentin saluran akar yang diirigasi dengan dan tanpa medikasi intrakanal. Pada
hasil load setelah dilakukan uji tekan terdapat perbedaan rata-rata ketahanan fraktur
tetapi perbedaan ini tidak signifikan pada tiap kelompok perlakuan (P=0,132). Hasil
uji T-Independent menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar tiap
kelompok perlakuan (P > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa bahan medikasi intrakanal
Ca(OH)2 tidak terlalu berpengaruh pada ketahanan fraktur dentin saluran akar secara
statistik. Hal ini juga menunjukkan bahwa lamanya medikasi intrakanal baik 7 hari
maupun 30 hari dapat dilakukan pada saat perawatan saluran akar sebagai medikasi
antar kunjungan.
7.2 Saran
1. Agar dilakukan penelitian kembali yang sesuai dengan protokol klinis
2. Diharapkan penelitian ulang yang meneliti tentang waktu yang diperlukan
untuk medikasi sehingga dapat menyebabkan penurunan ketahanan fraktur dentin
saluran yang signifikan.
3. Agar dilakukan penelitian serupa tetapi dengan alat uji yang tepat yaitu
DAFTAR PUSTAKA
1. Patil CR, Uppin V. Effect of Endodontic Irrigating Solutions on the Microhardness and Roughness of Root Canal Dentin : An in vitro Study. Indian J Dent 2011; 22: 22-7.
2. Pascon FM, Kantovitz KR, Puppin-Rontani RM. Influence of cleansers and irrigation methods on primary and permanent root dentin permeability : a literature review. Braz J Oral Sci 2006; 5(18) : 1063-9.
3. Tronstad L. Clinical Endodontics A Textbook 2nd Revised Edition. Stuttgart: Thieme, 2003: 1-4, 105-13, 167.
4. Slutzky-Goldberg I, Maree M, Liberman R, Heling I. Effect of Sodium Hypochlorite on Dentin Microhardness. J Endod 2004; 30(12): 880-2.
5. Sayin TC, Serper A, Cehreli ZC, Otlu HG. The effect of EDTA, EGTA, EDTAC and tetracycline-HCl with and without subsequent NaOCl treatment on the microhardness of root canal dentin. Oral Surg Oral Med Oral Pathol Oral Radiol Endod 2007; 104(3): 418-24.
6. Kahler B. An Investigation Of The Nature And Mechanism Of Crack Propagation For Dentine. Thesis: Sydney: The University of Sydney, 2002: 1-98,116-47.
7. Kishen A. Mechanisms and Risk Factors for Fracture Predilection in Endodontically Treated Teeth. Endodontic Topics 2006; 13: 57-83.
8. Mohammadi Z. Sodium Hypochlorite in Endodontics: An Update Review. Int Dent J 2008; 58: 329-41.
9. Kruzic JJ, Nalla RK, Kinney JH, Ritchie RO. Crack Blunting, Crack Bridging and Resistance-Curve Fracture Mechanics in Dentin : Effect of Hydration. Elsevier Ltd. 2003; 24: 5209-21.
10. Rhodes JS. Advanced Endodontics Clinical Retreatment and Surgery. London: Taylor & Francis, 2006: 129-39.
11. Peters OA,Peters CI. Cleaning and Shaping the Root Canal System. In: Cohen S, Hargreaves KM. Pathways of the Pulp. Ninth Edition. India: Mosby, 2006: 318-23.
13. Menezes ACSC, Zanet CG, Valera MC. Smear layer removal capacity of disinfectant solutions used with and without EDTA for the irrigation of canals : a SEM study. Pesqui Odontol Bras 2003; 17(4): 349-55.
14. Farhad AR, Barekatain B, Koushki AR. The effect of three different root canal irrigant protocols for removing smear layer on apical microleakage of AH26 sealer. Int Endod J 2008; 3(3): 62-7.
15. Pérez-Heredia M, Ferrer-Luque CM, González-Rodríguez MP, Martín-Peinando FJ, González-López S. Decalcifying Effect of 15% EDTA, 15% Citric Acid, 5% Phosphoric Acid and 2.5% Sodium Hypochlorite on Root Canal Dentine. Int Endod J 2008; 41: 418-23.
16. Hasheminia SM, Norozynasab S, Feizianfard M. The Effect of Different Calcium Hydroxide Combinations on Root Dentine Microhardness. Medwell J 2009; 4(1): 121-5.
17. Koshy M, Prabu M, Prabhakar V. Long Term Effect of Calcium Hydroxide on the Microhardness of Human Radicular Dentin – A Pilot Study”. The Internet Journal of Dental Science 2011; 9(2): 1-8.
18. Sahebi S, Moazami F, Abbott P. The Effects of Short-Term Calcium Hydroxide Application on the Strength of Dentine. Dent Traumatology 2010; 26: 43-6.
19. Shin EJ, Park YJ, Lee BN, et al. The Effects of Short-Term Application of Calcium Hydroxide on Dentin Fracture Strength. JKACD 2011;36(5):425-30.
20. Khedmat S, Shadi A. A Scanning Electron Microscopic Comparison of the Cleaning Efficacy of Endodontic Irrigants. Int Endod J 2007; 2(3): 95-100.
21. Ingle JI, Bakland LK. Endodontics. 5th ed. Hamilton: BC Decker Inc, 2002: 77-9.
22. Pitt Ford TR, Rhodes JR, Pitt Ford HE. Endodontics Problem –Solving in Clinical Practice. London: Martin Dunitz, 2002: 111-7.
23. Gomes-Filho JE, Aurélio KG, Costa MMTM, Bernabé PFE. Comparison of the Biocompatibility of Different Root Canal Irrigants. J Appl Oral Sci 2008; 16(2): 137-44.
25. Gulabivala K, Patel B, Evans G, Ng YL. Effects of Mechanical and Chemical Procedures on Root Canal Surfaces. Endodontic Topics 2005; 10: 103-22.
26. Ng RPY. Sterilization in Root Canal Treatment : Current Advances. Hong Kong Dent J 2004; 1: 52-7.
27. Zehnder M. Root Canal Irrigants. J Endod 2006; 32(5): 389-98.
28. Hauman CHJ, Love RM. Biocompatibility of Dental Materials Used in Contemporary Endodontic Therapy :AReview. Part 1. Intracanal Drugs and Substances. Int Endod J 2003; 36: 75-85.
29. Prabaswari IR, Untara RTE, Siswandi YL. Pengaruh Kombinasi Berbagai Konsentrasi Larutan Irigasi Natrium Hipoklorit dengan EDTA 17% terhadap Kebersihan Dinding Saluran Akar. J Ked Gi 2010; 1(3): 157-63.
30. Schäfer E. Irrigation of the Root Canal. QuintessenceInt 2007; 1(1): 11-27.
31. Torabinejad M, Khademi AA, Babagoli J, et al. A New Solution for the Removal of the Smear Layer. J Endod 2003; 29(3): 170-5.
32. Estrela C, Holland R. Calcium Hydroxide : Study Based on Scientific Evidence. J Appl Oral Sci 2003; 11(4): 269-82.
33. Khan S, Inamdar NK, Akash, Meshram GK, Singh MP, Chaurasia H. Calcium Hydroxide – A Great Calcific Wall. J Orofac Res 2011; 1(1): 26-30.
34. Nalla RK, Balooch M, Ager III JW, Kruzic JJ, Kinney JH, Ritchie RO. Effects of Polar Solvents on the Fracture Resistance of Dentin: Role of Water Hydration. Elsevier 2004; 1: 31-43.
35. Vianna ME, Zilio DM, Ferraz CCR, Zaia AA, Souza-Filho FJ, Gomes BPFA.
Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Ketahanan Fraktur
Kelompok No. Sampel
Load
Stroke
Kgf Newton
I 1 324,3 3178,14 5,70
2 265,8 2604,84 4,33
3 133,4 1307,32 3,55
4 235,4 2306,92 3,67
5 184,3 1806,14 4,23
6 259,2 2540,16 3,67
7 303,1 2970,38 4,62
8 279,7 2741,06 3,87
9 136,6 1338,68 2,94
II 1 374,6 3671,08 4,53
2 165,8 1624,84 4,18
3 165,8 1624,84 3,07
4 189,7 1859,06 4,16
5 312,1 3058,58 3,82
6 261,7 2564,66 3,79
7 324,6 3181,08 5,21
8 371,1 3636,78 4,52
Kelompok No. Sampel
Load
Stroke
Kgf Newton
III 1 227,2 2226,56 3,61
2 282,3 2766,54 4,35
3 96,4 944,72 2,34
4 138,5 1357,3 2,97
5 145,7 1427,86 3,98
6 154,8 1517,04 3,73
7 85,6 838,88 3,02
8 264,5 2592,1 4,26
Lampiran 2. Hasil Uji Statistik Pengukuran Ketahanan Fraktur Dentin Saluran Akar
Tabel Distribusi Normal
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
load
N 27
Normal Parametersa,,b Mean 2212.4044
Std. Deviation 803.38422
Most Extreme Differences Absolute .138
Positive .138
Negative -.103
Kolmogorov-Smirnov Z .718
Asymp. Sig. (2-tailed) .682
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Tabel One-Way ANOVA
ANOVA
load
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 2606984.244 2 1303492.122 2.207 .132
Within Groups 1.417E7 24 590587.380
Tabel Uji T-Independent antara Kelompok I dan II
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
the Difference
Difference Lower Upper
load Equal variances
assumed
1.694 .212 -.603 16 .555 -223.98444 371.27063 -1011.04301 563.07412
Equal variances
not assumed
-.603 15.054 .555 -223.98444 371.27063 -1015.08292 567.11403
Tabel Uji T-Independent antara Kelompok I dan III
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of
the Difference
Difference Lower Upper
load Equal variances
assumed
.355 .559 1.557 16 .139 517.98444 332.65932 -187.22182 1223.19071
Equal variances
not assumed