• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR. Manggar, November 2012 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR. Ir. SYAIFUL BAKHRI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGANTAR. Manggar, November 2012 KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR. Ir. SYAIFUL BAKHRI."

Copied!
230
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ii

PENGANTAR

Kemiskinan merupakan tantangan pembangunan yang terdapat di negara berkembang termasuk Indonesia. Tantangan ini membuat pemerintah berkepentingan untuk lebih serius memformulasikan kebijakan yang utuh dalam penanggulangan kemiskinan. Pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Belitung Timur tahun 2011 -2015 telah dirumuskan pondasi kebijakan yang secara eksplisit bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin dan sekaligus memberikan kontribusi dalam mengurangi jumlah penduduk miskin nasional. Bersama-sama dengan pihak DPRD, Pemerintah Kabupaten Belitung Timur juga telah menyusun Peraturan Daerah nomor 18 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Kemiskinan. Hal ini menunjukan perhatian yang besar bagi terwujudnya percepataan penanggulangan kemiskinan dan tercapainya kesejahteraan masyarakat. untuk mendorong percepatan penanggulangan kemiskinan agar selaras dengan target pencapaian penanggulangan kemiskinan ditingkat nasional yang ditetapkan pada dokumen Rencana Pembangunan Menengah Nasional (RPJMN) 2009 -2014, pemerintah pusat melalui Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 mengamanatkan kepada Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kabupaten untuk menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD). Dokumen SPKD akan digunakan sebagai rancangan kebijakan pembangunan daerah dibidang penanggulangan kemiskinan yang akan diintegrasikan pada proses penyusunan RPJMD. Dokumen ini penting disusun secara mandiri oleh sumberdaya TKPK agar bersifat implementatif dan menjadi payung bagi rencana aksi daerah dalam percepatan penanggulangan kemiskinan.

Sebagai sekretariat TKPK Kabupaten, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah bertanggungjawab dalam mendorong keberhasilan TKPK untuk mengkoordinasikan penyusunan SPKD. Melalui dokumen ini, diharapkan akan memudahkan pengarusutamaan kebijakan (mainstreaming of policy) terhadap dokumen teknokratik lainnya yaitu RPJMD, Renstra-SPKD, RKPD, dan RENJA SKPD ditingkat kabupaten. Pada akhirnya, Kami menyampaikan terimakasih atas kerjasama semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya dokumen SPKD ini. Melalui dokumen ini, kita berharap agar mampu mewujudkan cita-cita percepatan penanggulangan kemiskinan dan pencapaian kesejahteraan bagi seluruh masyarakat Belitung Timur.

Manggar, November 2012

KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR

Ir. SYAIFUL BAKHRI

(3)

iii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Tingkat kemiskinan Kabupaten Belitung Timur pada tahun 2010 berada diangka 10.36%. Jika menggunakan standar target yang termuat pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) 2009-2014, angka kemiskinan nasional ditargetkan turun menjadi sebesar 8% (target ideal) sampai dengan 10% (target konservatif). Dengan tolok ukur tersebut dan mengacu pada capaian tingkat kemiskinan di tahun 2010, Kab. Belitung Timur masih memungkinkan untuk mengejar target ideal nasional yakni 8%. Salah satu pertimbangan dari optimisme itu adalah kemungkinan besar publikasi tingkat kemiskinan oleh BPS pada tahun 2011 dan 2012 akan kembali menurun. Disisi lain, masih terdapat cukup waktu yakni 2 tahun sebelum 2014 untuk mewujudkan target tersebut.

Indikator kemiskinan lain seperti indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan berkembang relevan dengan dinamika indikator ditingkat nasional dan provinsi. Oleh karenanya, meskipun tingkat kemiskinan di Kabupaten Belitung Timur merupakan yang paling tinggi diantara 7 kabupaten/kota lainnya, perkembangan proses penanggulangan kemiskinan dari waktu ke waktu masih menunjukan intervensi kebijakan berlangsung efektif.

Pada saat yang sama, indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga menunjukan capaian menggembirakan. Dari tahun ketahun, tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Belitung Timur selalu berada dilevel yang semakin baik. Pada tahun 2011, TPT berada pada angka 2.3% sementara capaian nasional masih diangka 4%. RPJMN menargetkan angka tingkat pengangguran di 5.4% pada tahun 2014. ini berarti capain Kabupaten Belitung Timur relevan terhadap kebijakan nasional dan intervensi kebijakan disektor tersebut berjalan efektif.

Analisis pada 13 indikator kesehatan menunjukan perkembangan positif. Analisis efektifitas intervensi kebijakan menampilkan mayoritas kebijakan yang dijalankan berdampak positif terhadap perkembangan indikator. Hanya terdapat 3 indikator yakni Angka kematian balita, prevelansi balita gizi buruk, dan penduduk dengan keluhan kesehatan yang memerlukan pengkajian ulang kebijakan mengingat pada masing-masing indikator terdapat kecenderungan peningkatan temuan kasus.

Disektor pendidikan, beberapa indikator yang garis kecenderungan (trendline) menampilkan pola menurun dari hasil simulasi data deret waktu adalah Indikator Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs, Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs, Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA, Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs, Rasio Siswa/Kelas SMA/MA, Rasio Guru/Kelas SMP/MTs, Rasio Guru/Kelas SMA/MA, Rasio Siswa/Guru SD/MI, Rasio Siswa/Guru SMP/MTs, dan Rasio Siswa/Guru SMA/MA penting untuk mendapatkan penanganan khusus dari sektor yang terkait.

Sedangkan isu infrastruktur dasar, satu-satunya indikator dari 3 indikator utama yang dianalisis dan berada pada posisi yang kurang baik adalah indikator Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak. Capaian indikator lain seperti proporsi tangga rumah sanitasi layak dan Proporsi rumah tangga dengan akses listrik secara kumulatif bergerak naik.

Indikator ekonomi makro daerah yakni pertumbuhan ekonomi dan tingkat inflasi berkembang baik. Sampai pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi bergerak positif dan secara kumulatif inflasi bergerak turun. Akan tetapi, pada indikator ketahanan pangan yakni Perkembangan Harga Beras dan Perkembangan harga Kebutuhan Kebutuhan Pokok Utama masih merangkak naik. Dalam kajian kemiskinan, perkembangan harga beras dan harga kebutuhan pokok yang tidak terkendali berpotensi menyebabkan pelemahan daya beli masyarakat miskin yang disebabkan oleh terlalu besarnya porsi pendapatan yang digunakan mereka untuk membiayai kebutuhan tersebut. Hal ini akan sangat berdampak langsung pada pergerakan indikator utama kemiskinan lainnya. Oleh karenanya perlu mendapatkan perhatian khusus oleh penanggung jawab sektor terkait.

(4)

iv Dalam melakukan analisis kondisi kemiskinan, terdapat beberapa kendala diantaranya, ketersediaan data yang masih belum sampai pada level kecamatan dan desa. Ini menyebabkan, analisis prioritas kewilayahan tidak bisa dilakukan. Masalah lain adalah rentang waktu dari data yang tersedia relatif beragam. Pada sektor kesehatan misalnya, terdapat indikator yang tersedia hanya dalam durasi 2 tahun. Sementara itu, untuk memperoleh kesimpulan yang baik, diperlukan series data yang lebih panjang sehingga mampu mencerminkan kecenderungan dari capaian indikator yang sebenarnya. Pada analisis proporsi belanja, besaran belanja untuk kebutuhan perlindungan sosial, kesehatan dan pendidikan di Kabupaten Belitung Timur berada dalam komposisi yang cukup. Untuk kebutuhan masa depan, analisis anggaran ini perlu dilakukan secara mendalam dengan melibatkan instansi tekhnis terkait untuk mengidentifikasi gap of budgeting antara kebutuhan pembiyaan dengan ketersediaan dana bagi program-program penanggulangan kemiskinan.

Pengembangan kebijakan dan program pemerintah Kabupaten Belitung Timur khusus diisu penanggulangan kemiskinan pada tahu 2012 semakin baik. Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden No. 15 tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dan Permendagri Nomor 42 tahun 2010 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota, maka fungsi dan peran TKPK di Kabupaten Belitung Timur terus ditingkatkan. Melalui Peraturan Daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Penanggulangan Kemiskinan, penanggulangan kemiskinan dipertajam arah kebijakannya, sekaligus memberikan payung hukum bagi proses integrasi dan harmonisasi kebijakan penanggulangan kemiskinan. Pada perda ini, didefinisikan hak dan kewajiban pemangku kepentingan, diatur mekanisme perencanaan dan pemanfatan data, penyusunan strategi dan program penanggulangan kemiskinan, pelaksanaan, pemantauan, dan aspek pembiyaan. Secara khusus, perda ini merekomendasikan agar kebijakan nasional yakni penetapan sasaran berdasarkan database terpadu penanggulangan kemiskinan, serta penyusunan program unggulan daerah yang merupakan best practise dari program nasional seperti Program Keluarga Pelangi yang merupakan modifikasi program nasional yaitu Program Keluarga Harapan, Program Masyarakat Berdayaguna Terpadu Pelangi sebagai program pemberdayaan lokal untuk menjadi exit strategy PNPM di tahun 2014.

Hal lain yang penting untuk mendapatkan perhatian adalah isu penguatan kapasitas SDM baik SDM di TKPK, maupun SDM ditingkat SKPD pelaksana. Pada tahun 2012, penguatan kapasitas dilakukan masih secara sektoral. Masing-masing SKPD melakukan penguatan kapasitas pelaksana program/kegiatan sesuai kebutuhan sektoral. Paradigma baru tentang percepatan penanggulangan kemiskinan yang menekankan keterpaduan mensyaratkan kesamaan cara pandang terhadap pentingnya koordinasi dari pelaksana kegiatan. Oleh karenanya, dipandang perlu untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari kegiaatn penguatan kapasitas yang selama ini berjalan.

Isu lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan adalah mendorong sinergi yang lebih baik terhadap sektor swasta. Koordinasi yang lebih intensif perlu didorong untuk memastikan program-program sosial yang dilakukan oleh perusahaan memiliki keselarasan dengan berbagai program yang dilakuakn oleh pemerintah daerah.

Melalui identifikasi permasalahan yang ada diatas, maka dirumuskan rancangan kebijakan penanggulangan kemiskinan pada dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) yang diharapkan pada agenda Tinjau Ulang (review) RPJMD Tahun 2013 bisa diintegrasikan kedalam dokumen RPJMD 2011-2015. Integrasi ini menjadi penting untuk menjamin agar masalah penanggulangan kemiskinan mendapatkan dukungan yang memadai dalam proses perencanaan dan penganggaran pembangunan dan menjadi bagian yang utuh dari dokumen perencanaan pembangunan reguler.

(5)

v

DAFTAR SINGKATAN

AKB Angka Kematian Bayi PKH Program Keluarga Harapan

AKABA Angka Kematian Balita PISEW Pembangunan

Infrastruktursosial Ekonomi Wilayah

AKI Angka Kematian Ibu PNPM Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat

APBD Angka Pendapatan Dan

Belanja Daerah Posyandu Pos Pelayanan Terpadu

APBN Angka Pendapatan Dan

Belanja Negara

PPLS08 Pendataan Program

Perlindungan Socialtahun 2008

APM Angka Partisipasi Murni PSE05 Pendataan Sosial Ekonomi

Penduduk,Tahun 2005

BAPPENAS Badan Perencanaan

Pembangunan Nasional Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat

BPMD Badan Pembangunan

Masyarakat Desa Raskin Beras Miskin

BPS Badan Pusat Statistik RKPD Rencana Kerja

Pembangunan Daerah

BRI Bank Rakyat Indonesia RPJM Rencana Pembangunan

Jangka Menengah

CSR Corporate Social

Responcibility RPJMD Rencana Pembngunan Jangka Menengah Daerah

DIPA Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran RSUD Rumah Sakit Umum Daerah

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat RTSM Rumah Tangga Sangat

Miskin

K/L Kementrian Atau Lembaga SD/MI Sekolah Dasar/Madrasah

Ibtidaiyah

KB Keluarga Berencana SKPD Satuan Kerja Perangkat

Daerah

KIA Kesehatan Ibu Dan Anak SKTM Surat Keterangan Tidak

Mampu

Km Kilometer SMA/MA Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah

KUR Kredit Usaha Rakyat SMP/MTs Sekolah Menengah

Pertama/Madrasah Tsanawiyah LP2KD Laporan Pencapaian Penanggulangan Kemiskinan Daerah SPKD Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah LSM Lembaga Swadaya

Masyarakat SPM Standar Pelayanan Minimum

MDGS Millenium Development

Goals

SUSENAS Survei Sosial Ekonomi

Nasional

Musrenbang Musyawarah Perencanaan

Pembangunan TKPK Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan

PDRB Produk Domestik Regional

Bruto TNP2K Tim Nasional Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan

Permendagri Peraturan Menteri Dalam

Negeri

UMK Usaha Mikro Dan Kecil

Permendiknas Peraturan Menteri

(6)

vi

DAFTAR ISI

PENGANTAR ... i

RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii

DAFTAR SINGKATAN ...v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 2

1.3 Landasan Hukum ... 2

1.4 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II KONDISI KEMISKINAN ... 6

2.1 Kondisi Umum Kemiskinan... 6

2.1.1 Analisis Antar Wilayah ... 8

2.1.2 Analisis Antar Waktu ... 11

2.2 Bidang Ketenagakerjaan ... 18

2.2.1 Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu ... 18

2.2.2 Relevansi dan Efektivitas Program ... 20

2.3 Bidang Kesehatan... 21

2.3.1 Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu ... 21

2.3.2 Relevansi dan Efektivitas Program ... 39

2.4 Bidang Pendidikan... 53

2.4.1 Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu ... 53

2.4.2 Relevansi dan Efektivitas Program ... 93

2.5 Bidang Infrastruktur Dasar ... 114

2.5.1 Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu ... 114

2.5.2 Relevansi dan Efektivitas Program ... 124

2.6 Bidang Ketahanan Pangan ... 130

2.6.1 Analisis Antar Wilayah dan Perkembangan Antar Waktu ... 130

2.6.2 Relevansi dan Efektivitas Program ... 134

BAB III PENENTUAN WILAYAH PRIORITAS DAN INTERVENSI ... 138

3.1 Kesimpulan Analisis Relevansi dan Efektivitas ... 138

3.2 Prioritas Bidang/Sektor ... 140

3.2.1 Bidang Ketenagakerjaan ... 140

3.2.2 Bidang Kesehatan ... 143

(7)

vii

3.2.4 Bidang Infrastruktur Dasar ... 156

3.2.5 Bidang Ketahanan Pangan ... 159

BAB IV ANALISIS PENGANGGARAN ... 160

4.1 Komposisi Anggaran Belanja ... 160

4.2 Analisis Anggaran Belanja Sektoral ... 162

4.2.1 Bidang Kemiskinan ... 162

4.2.2 Bidang Ketenagakerjaan ... 163

4.2.3 Bidang Kesehatan ... 164

4.2.4 Bidang Pendidikan ... 165

4.3 Relevansi dan Efektivitas Anggaran Penanggulangan Kemiskinan ... 168

4.3.1 Bidang Kemiskinan ... 168

4.3.2 Bidang Ketenagakerjaan ... 169

4.3.3 Bidang Kesehatan ... 169

4.3.4 Bidang Pendidikan ... 170

BAB V TARGET DAN PRIORITAS PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH ... 172

5.1 Target Intervensi Bidang/Sektoral... 172

5.2 Prioritas Intervensi Bidang/Sektoral ... 174

BAB VI RENCANA AKSI DAERAH UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN ... 179

PRINSIP UTAMA ... 179

STRATEGI ... 180

KEBIJAKAN ... 180

Kebijakan Umum ... 181

Kebijakan Pemenuhan Hak Dasar ... 181

Kebijakan Peningkatan Keadilan Dan Kesetaraan Gender ... 183

Kebijakan Pengembangan Wilayah ... 184

RENCANA AKSI DAERAH ... 185

Kelompok Program Cluster 1 : Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga ... 185

Kelompok Program Cluster 2 : Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat ... 188

Kelompok Program Cluster 3 : Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro Dan Kecil ... 189

Kelompok Program Cluster 4 : Program Penanggulangan Kemiskinan Sektoral ... 190

BAB VII PENGUATAN KELEMBAGAAN DALAM PELAKSANAAN SPKD ... 192

7.1 Tinjauan Kelembagaan yang Berjalan ... 192

7.1.1 Format Kelembagaan ... 192

7.1.2 Pelaksanaan Koordinasi ... 194

7.1.3 Permasalahan dalam Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan ... 195

7.2 Penguatan Kelembagaan Penanggulangan Kemiskinan ... 197

(8)

viii

7.2.2 Penguatan Pelaksanaan Tugas Kesekretariatan ... 198

7.2.3 Pengutaan Kinerja Kelompok Program ... 202

BAB VIII KAJI ULANG DAN INTEGRASI KEBIJAKAN ... 203

8.1 Potret Kebijakan berjalan ... 203

8.1.1 Kebijakan dan Strategi Penanggulangan Kemiskinan ... 204

8.1.2 Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan ... 207

8.2 Fokus Penyesuaian Anggaran Belanja ... 210

8.3 Kaji Ulang Kebijakan dan Integrasi kebijakan ... 212

KAJI ULANG KEBIJAKAN ... 212

INTEGRASI KEBIJAKAN ... 213

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1.1 Target Pencapaian Tingkat Kemiskinan ... 1

Gambar 2.1.1 Tingkat Kemiskinan Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 ... 8

Gambar 2.1.2 Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2010 ... 9

Gambar 2.1.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010 ... 9

Gambar 2.1.4 Indeks keparahan (P2) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010 ... 10

Gambar 2.1.5 Perkembangan Tingka Kemiskinan Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2002 - 2011 ... 11

Gambar 2.1.6 Perkembangan Tingkat Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun 2003 - 2010 ... 11

Gambar 2.1.7 Tingkat Kemiskinan Nasional, Provinsi Kep. Bangka Belitung & Kab. Belitung Timur Tahun 2003 -2010 ... 12

Gambar 2.1.8 Analisis Efektivitas Tingkat Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun 2003-2010 ... 12

Gambar 2.1.9 Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingka Kemiskinan Kab. Belitung Timur Tahun 2003 - 2010 ... 13

Gambar 2.1.10 Dinamika Pertumbuhan Penduduk, Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan (%) ... 13

Gambar 2.1.11 Analisis Efektivitas Pengurangan Jumlah Penduduk Miskin Tahun 2003-2010 ... 14

Gambar 2.1.12 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Nasional, Provinsi dan Kabupaten Belitung Timur Tahun 2002 - 2011 ... 14

Gambar 2.1.13 Dinamika Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kabupaten Belitung Timur Tahun 2003 - 2010 ... 15

Gambar 2.1.14 Analsisis Efektivitas Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kab. Belitung Timur Tahun 2003-2010 ... 16

Gambar 2.1.15 Dinamika Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kabupaten Belitung Timur Tahun 2003 - 2010 ... 16

Gambar 2.1.16 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P2) Nasional, Provinsi dan Kabupaten Belitung Timur Tahun 2002 - 2011 ... 17

Gambar 2.2.1 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 ... 18

Gambar 2.2.2 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 ... 18

Gambar 2.2.3 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kabupaten Belitung Timur Tahun 2007-2011 ... 19

Gambar 2.2.4 Relevansi Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002-2011 ... 20

Gambar 2.2.5 Analisis Efektivitas Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2007-2011 ... 20

Gambar 2.3.1 Angka Kematian Bayi (%) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2009 ... 22

Gambar 2.3.2 Angka Kematian Bayi (%) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2008 ... 22

Gambar 2.3.3 Angka Kematian Bayi (%) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kab. Belitung TimurTahun 2005 - 2009... 22

Gambar 2.3.4 Angka Kematian Bayi Tahun 2007-2011 ... 23

Gambar 2.3.5 Angka Kematian Balita (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kab. Belitung TimurTahun 2007– 2011 ... 23

Gambar 2.3.6 Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per 1.000 Kelahiran Hidup)Kab. Belitung TimurTahun 2007 - 2011 ... 24

Gambar 2.3.7 Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Kab. Belitung Timur Tahun 2010-1011 ... 24

Gambar 2.3.8 Rasio Bidan (Per 100.000 Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011 ... 25

Gambar 2.3.9 Rasio Bidan (Per 100.000 Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2008 ... 25

Gambar 2.3.10 Analisis Rasio Bidan (per 100.000 Penduduk ) Kab. Belitung TimurTahun 2005-2011 ... 26

Gambar 2.3.11 Rasio Bidan Tahun 2007 - 2011... 26

Gambar 2.3.12 Rasio Dokter (Per 100.000 Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011 ... 27

Gambar 2.3.13 Rasio Dokter (Per 100.000 Penduduk) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2008 ... 27

Gambar 2.3.14 Analisis Rasio Dokter (per 100.000 Penduduk ) Kab. Belitung Timur Tahun 2005-2011... 28

Gambar 2.3.15 Rasio Dokter Tahun 2007 - 2011 ... 28

Gambar 2.3.16 Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2007 - 2011 ... 29

Gambar 2.3.17 Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2007 - 2011 ... 29

Gambar 2.3.18 Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011 ... 30

Gambar 2.3.19 Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2008 ... 30

Gambar 2.3.20 Jarak Puskesmas Terdekat (Km) Kab. Belitung Timur Tahun 2005-2011 ... 31

Gambar 2.3.21 Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 ... 32

Gambar 2.3.22 Penduduk Dengan Keluahan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2009 ... 32

Gambar 2.3.23 Analisis Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitun Timur Tahun 2005-2010 ... 33

Gambar 2.3.24 Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 ... 34

Gambar 2.3.25 Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2009 ... 34

(10)

x

Gambar 2.3.27 Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010 ... 36

Gambar 2.3.28 Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2009 ... 36

Gambar 2.3.29 Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2007-2010... 37

Gambar 2.3.30 Angka Morbiditas (%) Propinis Bangka Belitung Tahun 2010 ... 38

Gambar 2.3.31 Angka Morbiditas (%) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2019 ... 38

Gambar 2.3.32 Analisis Angka Morbiditas Kab. Belitung Timur Tahun 2005-2010 ... 39

Gambar 2.3.33 Relevansi Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 100.000 Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 - 2009... 39

Gambar 2.3.34 Analisis Efektivitas Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 100.000 Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2009 ... 40

Gambar 2.3.35 Relevansi Angka Kematian Balita (AKABA) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun 2007 - 2011 ... 41

Gambar 2.3.36 Analisis Efektivitas Angka Kematian Balita (AKABA) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur ... 41

Gambar 2.3.37 Relevansi Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per 100.000 Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur Tahun 2007 - 2011 ... 42

Gambar 2.3.38 Analisis Efektivitas Angka Kematian Ibu Melahirkan (Per 100.000 Kelahiran Hidup) Kab. Belitung Timur ... 42

Gambar 2.3.39 Relevansi Prevalensi Balita Kekurangan Gizi (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2010 - 2011 ... 43

Gambar 2.3.40 Analisis Efektivitas Prevalensi Balita Kekurangan Gizi (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2010 - 2011 ... 43

Gambar 2.3.41 Relevansi Rasio Bidan (Per 100.000 Penduduk) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2011 .... 44

Gambar 2.3.42 Analisis Efektivitas Rasio Bidan (Per 100.000 Penduduk) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2011 ... 44

Gambar 2.3.43 Relevansi Rasio Dokter (Per 100.000 Penduduk) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2011 .. 45

Gambar 2.3.44 Analisis Efektivitas Rasio Dokter (Per 100.000 Penduduk) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2011 ... 45

Gambar 2.3.45 Relevansi Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2007 - 2011 ... 46

Gambar 2.3.46 Analisis Efektivitas Prevalensi Balita Gizi Buruk (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2007 - 2011 ... 46

Gambar 2.3.47 Relevansi Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2007 - 2011 ... 47

Gambar 2.3.48 Analisis Efektivitas Prevalensi Balita Gizi Kurang (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2007 - 2011 ... 47

Gambar 2.3.49 Relevansi Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2011 ... 48

Gambar 2.3.50 Analisis Efektivitas Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2011 ... 48

Gambar 2.3.51 Relevansi Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 - 2010 ... 49

Gambar 2.3.52 Analisis Efektivitas Penduduk dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010 ... 49

Gambar 2.3.53 Relevansi Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 - 2010 ... 50

Gambar 2.3.54 Analisis Efektivitas Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010 ... 50

Gambar 2.3.55 Relevansi Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2007 - 2010 ... 51

Gambar 2.3.56 Analisis Efektivitas Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2007 - 2010 51 Gambar 2.3.57 Relevansi Angka Morbiditas (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2007 - 2010 ... 52

Gambar 2.3.58 Analisis Efektivitas Angka Morbiditas (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010... 52

Gambar 2.4.1 Angka Partisipasi Murni SD/MI Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010... 53

Gambar 2.4.2 Angka Partisipasi Kasar SD/MI Provinsi Bangka Belitung Tahun 2009 ... 54

Gambar 2.4.3 Analisis Angka Partisipasi Kasar SD/MI Kab. Belitung Timur Tahun 2005-2010 ... 54

Gambar 2.4.4 Angka Partisipas Kasar SD/MI Kab. Belitung Timur Tahun 2008-2011 ... 55

Gambar 2.4.5 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 55

Gambar 2.4.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 56

Gambar 2.4.7 Analisis Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2010 56 Gambar 2.4.8 Angka Partisipasi Kasar SMP/MTS Tahun 2008-2011 ... 57

Gambar 2.4.9 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 58

Gambar 2.4.10 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 58

Gambar 2.4.11 Analisis Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2010 ... 59

(11)

xi

Gambar 2.4.13 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 60

Gambar 2.4.14 Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 60

Gambar 2.4.15 Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2010 61 Gambar 2.4.16 Angka Partisipasi Murni SD/MI Tahun 2008-2011 ... 61

Gambar 2.4.17 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 62

Gambar 2.4.18 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 62

Gambar 2.4.19 Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2010 ... 63

Gambar 2.4.20 Angka Partisipasi Murni SMP/MTS Tahun 2008-2011 ... 63

Gambar 2.4.21 Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 64

Gambar 2.4.22 Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 64

Gambar 2.4.23 Analisis Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2010 ... 64

Gambar 2.4.24 Angka Partisipasi Murni SMA/MA Tahun 2008-2011 ... 65

Gambar 2.4.25 Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 ... 66

Gambar 2.4.26 Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 ... 67

Gambar 2.4.27 Analisis Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2011 ... 67

Gambar 2.4.28 Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 ... 68

Gambar 2.4.29 Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 ... 68

Gambar 2.4.30 Analisis Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2011 ... 69

Gambar 2.4.31 Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 ... 70

Gambar 2.4.32 Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 ... 70

Gambar 2.4.33 Analisis Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2011 ... 71

Gambar 2.4.34 Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 72

Gambar 2.4.35 Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 72

Gambar 2.4.36 Analisis Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2010 ... 73

Gambar 2.4.37 Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 74

Gambar 2.4.38 Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 ... 74

Gambar 2.4.39 Analisis Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2009 ... 75

Gambar 2.4.40 Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 76

Gambar 2.4.41 Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 76

Gambar 2.4.42 Analisis Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2010 ... 77

Gambar 2.4.43 Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 78

Gambar 2.4.44 Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 78

Gambar 2.4.45 Analisis Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2006 - 2010 ... 79

Gambar 2.4.46 Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 80

Gambar 2.4.47 Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 80

Gambar 2.4.48 Analisis Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2010 ... 81

Gambar 2.4.49 Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 82

Gambar 2.4.50 Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 ... 82

Gambar 2.4.51 Analisis Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2009 ... 83

Gambar 2.4.52 Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 84

Gambar 2.4.53 Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 84

Gambar 2.4.54 Analisis Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2009 ... 85

Gambar 2.4.55 Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 86

Gambar 2.4.56 Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 86

Gambar 2.4.57 Analisis Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2010 ... 87

Gambar 2.4.58 Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 88

(12)

xii

Gambar 2.4.60 Analisis Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2010 ... 89

Gambar 2.4.61 Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 90

Gambar 2.4.62 Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 90

Gambar 2.4.63 Analisis Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2010 ... 91

Gambar 2.4.64 Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 92

Gambar 2.4.65 Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 92

Gambar 2.4.66 Analisis Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2006 - 2010 ... 93

Gambar 2.4.67 Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 - 2010 93 Gambar 2.4.68 Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010 ... 94

Gambar 2.4.69 Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 - 2010 ... 94

Gambar 2.4.70 Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010 ... 95

Gambar 2.4.71 Relevansi Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 - 2010 ... 95

Gambar 2.4.72 Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 – 2010 ... 96

Gambar 2.4.73 Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 - 2010 ... 96

Gambar 2.4.74 Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010 ... 97

Gambar 2.4.75 Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 - 2010 ... 97

Gambar 2.4.76 Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010 ... 98

Gambar 2.4.77 Relevansi Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 - 2010 ... 98

Gambar 2.4.78 Analisis Efektivitas Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010 ... 99

Gambar 2.4.79 Relevansi Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2011 ... 99

Gambar 2.4.80 Analisis Efektivitas Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2011 ... 100

Gambar 2.4.81 Relevansi Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2011 ... 100

Gambar 2.4.82 Analisis Efektivitas Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2011 .... 101

Gambar 2.4.83 Relevansi Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 – 2011 ... 101

Gambar 2.4.84 Analisis Efektivitas Jarak Sekolah Menengah Kejuruan SMK (km) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2011 .... 102

Gambar 2.4.85 Relevansi Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2004 - 2010 ... 102

Gambar 2.4.86 Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010... 103

Gambar 2.4.87 Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 – 2009 .. 103

Gambar 2.4.88 Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Kelas SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 – 2009 ... 104

Gambar 2.4.89 Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2004 - 2010 ... 104

Gambar 2.4.90 Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Kelas SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010 ... 105

Gambar 2.4.91 Relevansi Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2004 - 2010 ... 105

Gambar 2.4.92 Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Kelas SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun 2006 – 2010 ... 106

Gambar 2.4.93 Relevansi Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2004 - 2010 ... 106

Gambar 2.4.94 Analisis Efektivitas Rasio Guru/Kelas SD/MI (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010 ... 107

Gambar 2.4.95 Relevansi Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2009 .... 107

Gambar 2.4.96 Analisis Efektivitas Rasio Guru/Kelas SMP/MTs (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2009 ... 108

Gambar 2.4.97 Relevansi Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2004 - 2010 ... 108

Gambar 2.4.98 Analisis Efektivitas Rasio Guru/Kelas SMA/MA (Guru) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 – 2010 ... 109

Gambar 2.4.99 Relevansi Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2004 – 2010 ... 109

Gambar 2.4.100 Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Guru SD/MI (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 – 2010... 110

Gambar 2.4.101 Relevansi Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2004 – 2010. 110 Gambar 2.4.102 Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 – 2010 ... 111 Gambar 2.4.103 Relevansi Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 – 2010 . 111

(13)

xiii

Gambar 2.4.104 Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Guru SMA/MA (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 – 2010 ... 112

Gambar 2.4.105 Relevansi Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2006 – 2010 ... 112

Gambar 2.4.106 Analisis Efektivitas Rasio Siswa/Guru SMK (Siswa) Kab. Belitung Timur Tahun 2006 - 2010... 113

Gambar 2.5.1 Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 114

Gambar 2.5.2 Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 115

Gambar 2.5.3 Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2006 - 2010 ... 115

Gambar 2.5.4 Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 116

Gambar 2.5.5 Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 116

Gambar 2.5.6 Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2010 ... 117

Gambar 2.5.7 Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 118

Gambar 2.5.8 Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 118

Gambar 2.5.9 Analisis Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2006 - 2010 ... 119

Gambar 2.5.10 Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 ... 119

Gambar 2.5.11 Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 ... 120

Gambar 2.5.12 Analisis Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2011 ... 120

Gambar 2.5.13 Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 ... 121

Gambar 2.5.14 Analisis Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2010 ... 121

Gambar 2.5.15 Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 ... 122

Gambar 2.5.16 Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2008 ... 122

Gambar 2.5.17 Analisis Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2011 ... 123

Gambar 2.5.18 Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 - 2010 ... 124

Gambar 2.5.19 Analisis Efektivitas Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2006 - 2010 ... 124

Gambar 2.5.20 Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 - 2010 ... 125

Gambar 2.5.21 Analisis Efektivitas Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kab. Belitung TimurTahun 2005 - 2010 ... 125

Gambar 2.5.22 Relevansi Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 - 2010 ... 126

Gambar 2.5.23 Analisis Efektivitas Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2006 - 2010 126 Gambar 2.5.24 Relevansi Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 - 2011 ... 127

Gambar 2.5.25 Analisis Efektivitas Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2011 ... 127

Gambar 2.5.26 Relevansi Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 – 2011 ... 128

Gambar 2.5.27 Analisis Efektivitas Proporsi Desa dengan Jaringan Listrik (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2011 ... 128

Gambar 2.5.28 Relevansi Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2005 - 2011.... 129

Gambar 2.5.29 Analisis Efektivitas Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2011 ... 129

Gambar 2.6.1 Analisis Perkembangan Harga Beras (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2009– 2011 ... 130

Gambar 2.6.2 Analisis Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2009 - 2011 ... 131

Gambar 2.6.3 Pertumbuhan Ekonomi (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 ... 132

Gambar 2.6.4 Pertumbuhan Ekonomi (%) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 132

Gambar 2.6.5 Analisis Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2006- 2010 ... 133

Gambar 2.6.6 Analisis Tingkat Inflasi (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002 – 2011 ... 133

Gambar 2.6.7 Analisis Efektivitas Perkembangan Harga Beras (Rp) Kab. Belitung Timur Tahun 2002 – 2011 ... 134

Gambar 2.6.8 Kecenderungan pergerakan harga kebutuhan pokok Tahun 2009-2011 ... 135

(14)

xiv

Gambar 2.6.10 Analisis Efektivitas Pertumbuhan Ekonomi (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2002 - 2011 ... 136

Gambar 2.6.11 Analisis Efektivitas Tingkat Inflasi (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2002 - 2011... 137

Gambar 3.2.1 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kemiskinan Kabupaten Belitung Timur Tahun 2003-2010 ... 140

Gambar 3.2.2 Prioritas Intervensi Wilayah TingkatPengangguran Terbuka (%) Terhadap Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 ... 141

Gambar 3.2.3 Prioritas Intervensi Wilayah Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 ... 142

Gambar 3.2.4 Prioritas Intervensi Wilayah Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Terhadap Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010 ... 142

Gambar 3.2.5 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator AKB Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2011 ... 143

Gambar 3.2.6 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator AKABA Kab. Belitung Timur Tahun 2002-2011 ... 144

Gambar 3.2.7 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator Angka Kematian Ibu Melahirkan Kab. Belitung Timur Tahun 2007 - 2011... 145

Gambar 3.2.8 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Kesehatan Indikator Prevalensi Balita Kekuangan Gizi (%) Tahun 2003-2011 ... 145

Gambar 3.2.9 Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Terhadap Jarak Puskesmas Terdekat (km) Kepulauan Bangka Belitung 2008 ... 146

Gambar 3.2.10 Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Terhadap Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 147

Gambar 3.2.11 Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Terhadap Angka Morbiditas (%) Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 147

Gambar 3.2.12 Angka Kematian Bayi (AKB) (Per 1.000 Kelahiran Hidup) Terhadap Penduduk dengan Pengobatan Sendiri (%) Kepulauan Bangka Belitung 2009 ... 148

Gambar 3.2.13 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APK Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010 ... 149

Gambar 3.2.14 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APK SMP/MTS Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010 ... 150

Gambar 3.2.15 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APM Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010 ... 150

Gambar 3.2.16 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Pendidikan Indikator APM SMP/MTS Kab. Belitung Timur Tahun 2005 - 2010 ... 151

Gambar 3.2.17 Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI (%) Terhadap Rasio Siswa/Kelas SD/MI (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 152

Gambar 3.2.18 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Terhadap Jarak Sekolah Menengah Pertama SMP/MTs (km) Kepulauan Bangka Belitung 2008 ... 153

Gambar 3.2.19 Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs (%) Terhadap Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 154

Gambar 3.2.20 Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs (%) Terhadap Rasio Siswa/Guru SMP/MTs (Siswa) Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 155

Gambar 3.2.21 Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/MA (%) Terhadap Jarak Sekolah Menengah Atas SMA/MA (km) Kepulauan Bangka Belitung 2008 ... 155

Gambar 3.2.22 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Infrastruktur DasarKepulauan Bangka Belitung Tahun 2005 - 2010 ... 156

Gambar 3.2.23 Proporsi Rumah Tangga dengan Sanitasi Layak (%) Terhadap Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 157

Gambar 3.2.24 Proporsi Rumah Tangga dengan Akses Listrik (%) Terhadap Proporsi Rumah Tangga dengan Air Minum Layak (%) Kepulauan Bangka Belitung 2010 ... 157

Gambar 3.2.25 Proporsi Desa Dengan Akses Jalan R4 (%) Terhadap Aksesibilitas Pasar Tradisional (km) Kepulauan Bangka Belitung 2011 ... 158

Gambar 3.2.26 Analisis Prioritas Intervensi Bidang Ketahanan PanganKepulauan Bangka Belitung Tahun 2002 – 2011 ... 159

Gambar 4.1.1 Analisis Komposisi Penerimaan Daerah Kab. Belitung Timur Tahun 2008 - 2011 ... 160

Gambar 4.1.2 Analisis Komposisi Belanja Daerah menurut Fungsi Kab. Belitung Timur Tahun 2008 - 2011... 161

Gambar 4.1.3 Perbandingan Persentase Alokasi Belanja Berdasarkan Fungsi Kab. Belitung Timur Tahun 2008-2011 ... 161

Gambar 4.2.1 Komposisi Belanja Anggaran Sosial Tahun Anggaran 2011 ... 162

Gambar 4.2.2 Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran 2011 ... 162

Gambar 4.2.3 Komposisi Belanja Anggaran ketenagakerjaan Tahun Anggaran 2011 ... 163

(15)

xv

Gambar 4.2.5 Komposisi Belanja Anggaran Kesehatan Tahun Anggaran 2011 ... 164

Gambar 4.2.6 Belanja Kesehatan Menurut Penyedia Layanan Tahun Anggaran 2011 ... 164

Gambar 4.2.7 Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran 2011 ... 165

Gambar 4.2.8 Komposisi Belanja Anggaran Pendidikan Tahun 2011 ... 166

Gambar 4.2.9 Belanja Pendidikan Menurut Penyedia Layanan Tahun Anggaran 2011 ... 166

Gambar 4.2.10 Belanja Pendidikan Menurut Jenis Program Tahun Anggaran 2011 ... 167

Gambar 4.3.1 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Fungsi Sosial Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kemiskinan Tahun 2007 - 2011... 168

Gambar 4.3.2 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Fungsi Ketenagakerjaan Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kemiskinan Tahun 2008 - 2011 ... 169

Gambar 4.3.3 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Fungsi Kesehatan Kab. Belitung Timur terhadap Capaian Bidang Kesehatan Tahun 2007 - 2011... 169

Gambar 4.3.4 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Kab. Belitung Timur terhadap Capaian APK Tahun 2007 - 2011 ... 170

Gambar 4.3.5 Analisis Efektivitas Anggaran Belanja Kab. Belitung Timur terhadap Capaian APM Tahun 2007 - 2011... 171

Gambar 5.2.1 Analisis Prioritas Indikator Kemiskinan Terhadap Capaian Tingkat Kemiskinan ... 174

Gambar 5.2.2 Analisis Prioritas Bidang Kesehatan Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan... 175

Gambar 5.2.3 Analisis Prioritas Bidang Pendidikan Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan ... 176

Gambar 5.2.4 Analisis Prioritas Bidang Infrasturktur Dasar Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan ... 177

Gambar 5.2.5 Analisis Prioritas Bidang Ekonomi Terhadap Capaian Penanggulangan Kemiskinan ... 178

Gambar 7.1.1 Struktur Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kab. Belitung Timur Tahun Anggaran 2012 ... 193

Gambar 7.2.1 Alur Penanganan Pengaduan Masyarakat ... 201

Gambar 8.3.1Komposisi Jumlah Rumah Tangga Berdasarkan Desil Kesejahteraan ... 211

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi (%) Indonesia Tahun 2003 - 2011 ... 6

Tabel 2.1.2 Nilai Indeks Komponen IPM 2005 – 2011 Kabupaten Belitung Timur ... 6

Tabel 2.1.3 Garis Kemiskinan (GK) Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2003 - 2010... 7

Tabel 3.1.1 Kesimpulan Analisis Relevansi dan Efektivitas Indikator ... 138

Tabel 5.1.1 Target beberapa indikator utama Sektoral dengan acuan Nasional ... 172

Tabel 5.1.2 Target beberapa indikator utama Sektoral dengan acuan RPJMD dan Kebijakan Bupati ... 173

Tabel 7.2.1 Mekanisme Penanganan Pengaduan Masyarakat ... 201

(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistemik, terpadu dan menyeluruh. Millenium Development Goals (MDG’s) mempunyai target pengurangan angka kemiskinan pada tahun 2015 yaitu setengah dari angka kemiskinan tahun 1990. Target MDG’s disikapi dengan kebijakan RPJMN 2010-2014 yang mencanangkan target penurunan tingkat kemiskinan menjadi 8-10 persen pada akhir 2014. Skenario optimis penurunan tingkat kemiskinan berkisar pada angka 8 persen, sedangkan skenario moderat terdapat pada kisaran angka 10 persen dengan pertimbangan terjadi faktor-faktor eksternal seperti krisis ekonomi dunia yang berpengaruh pada kenaikan tingkat kemiskinan.

Gambar 1.1.1 Target Pencapaian Tingkat Kemiskinan

Dalam rangka pencapaian target penurunan tingkat kemiskinan RPJMN 2010-2014 dan MDG’s maka pada tahun 2010 telah diterbitkan kebijakan operasional berupa Perpres No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan memuat 4 (empat) pokok strategi yaitu (1) perbaikan program perlindungan sosial; (2) peningkatan akses terhadap pelayanan dasar; (3) pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; dan (4) pembangunan inklusif; yang dilaksanakan sesuai dengan kondisi daerah. Tujuan Perpres No. 15 Tahun 2010 adalah meningkatkan efektivitas upaya pemerintah bersama-sama dengan masyarakat dan sektor swasta dalam penanggulangan kemiskinan. Efektivitas tersebut berjalan melalui penguatan kapasitas pemerintah dan peran masyarakat oleh Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).

Implikasi kelembagaan penanggulangan kemiskinan didaerah adalah pembentukan TKPK (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan) yang dilegitimasi dengan Permendagri No. 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sistem kelembagaan bekerja untuk mencapai target pengurangan angka kemiskinan di daerah sebagaimana direncanakan dalam RPJMD, sekaligus memantau relevansi arah kebijakan pembangunan daerah dalam RPJMD terhadap pemenuhan target pengurangan angka kemiskinan nasional dan MDG’s.

(18)

2 Kinerja TKPK Kabupaten salah satunya diukur dengan mengkoordinasikan penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD). Dokumen SPKD adalah dokumen strategi penanggulangan kemiskinan daerah yang selanjutnya digunakan sebagai rancangan kebijakan pembangunan dibidang penanggulangan kemiskinan dalam proses penyusunan RPJMD dengan masa berlaku selama 1 periode kepemimpinan daerah. Oleh karena itu, dokumen SPKD penting sekali untuk disusun secara mandiri oleh sumberdaya TKPK sendiri (bukan pihak ketiga), bersifat evaluatif dan menjadi payung bagi program penanggulangan kemiskinan selanjutnya.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud penyusunan Dokumen Strategi Penanggulangan kemiskinan Daerah (SPKD) adalah untuk menyediakan acuan kebijakan bagi pemangku kepentingan dalam sinergi pelaksanaan upaya penanggulangan kemiskinan.

Sedangkan tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut:

a. Mempertegas komitmen pemerintah daerah dan pemangku kepentingan dalam memecahkan isu kemiskinan

b. Membangun konsensus bersama untuk mengatasi masalah kemiskinan melalui pendekatan hak-hak dasar dan pendekatan partisipatif dalam perumusan strategi dan kebijakan

c. Menyelaraskan dan membentuk sinergitas lintas sekotral dan lintas pemangku kepentingan dalam upaya penanggulangan kemiskinan

1.3 Landasan Hukum

Penyusunan SPKD didasarkan pada dasar hukum dan acuan kebijakan sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.

Aturan perundangan tentang RPJPN 2005-2025 memuat tujuan pembangunan nasional jangka panjang termasuk didalamnya mengamanatkan penanggulangan kemiskinan berbasis hak. Presiden terpilih menghasilkan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang merencanakan kebijakan penanggulangan kemiskinan dalam skala lima tahunan.

2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010-2014.

Aturan perundangan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional memuat manajemen pembangunan nasional secara teknokratik, demokratis, partisipatif serta top down dan bottom up. Kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan secara substantif diletakkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Rencana Kerja Pemerintah, dan dokumen teknokratik lainnya. Dalam lingkup kebijakan nasional ini, Pemerintah Daerah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan mengacu kepada kebijakan RPJMN yang memuat kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan. 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Aturan perundangan Keuangan Negara menjadi dasar bagi analisis penganggaran percepatan penanggulangan kemiskinan.

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah jo. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Aturan perundangan ini menjadi dasar bagi peran TKPK Provinsi dan Kabupaten/Kota sebagai bagian dari kinerja kelembagaan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam paradigma desentralisasi dan otonomi daerah.

(19)

3 5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant On Economic, Social And Cultural Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial Dan Budaya).

Aturan perundangan yang berisi tentang sejumlah hak-hak yang dikategorikan ke dalam hak-hak ekonomi, sosial dan budaya, antara lain hak atas kehidupan yang layak, hak atas pangan dan sebagainya. Prinsip-prinsip hak ekonomi, sosial dan budaya menjadi dasar implementasi kebijakan percepatan penanggulangan kemiskinan.

6. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2011-2015.

Aturan perundangan tentang RPJMD 2011-2015 memuat tujuan pembangunan jangka menengah daerah yang didalamnya mengamanatkan peningkatan kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas pembangunan. Bupati terpilih telah menyusun misi pembangunan daerah yang diterjemahkan kedalam kebijakan dan strategi sektoral melalui rencana stratgis 5 (lima) tahunan dan rencana kerja pemerintah daerah 1 (satu) tahunan.

7. Peraturan daerah Kabupaten Belitung Timur Nomor 18 Tahun 2012 tentang Penanggulangan Kemiskinan yang merupakan perundangan daerah khusus mengenai penangulangan kemiskinan.

Bersama-sama legislatif, pemerintah daerah Kabupaten Belitung Timur telah merumuskan pendekatan pembangunan yang memberikan prioritas terhadap penanggulangan kemiskinan berbasis hak. Dalam peraturan daerah ini dimuat hak dan kewajiban bagi pemangku kepentingan untuk secara bersama-sama mensinergikan peran dalam usaha mempercepat penanggulangan kemiskinan didaerah.

Kebijakan operasional sebagai basis legitimasi penyusunan SPKD adalah:

1. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan yang mendelegasikan pembentukan, tugas pokok dan fungsi TKPK di daerah.

2. Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan sebagai arah implementasi program-program percepatan penanggulangan kemiskinan. 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010 tentang TKPK Provinsi dan

Kabupaten/Kota yang mengatur fungsi TKPK dalam koordinasi dan pengendalian.

4. Keputusan Presiden No. 10 Tahun 2011 tentang Tim Koordinasi Peningkatan dan Perluasan Program Pro-Rakyat.

Kebijakan operasional ini tidak langsung terkait dengan SPKD namun dapat dirujuk secara konvergen khususnya dalam hal penyusunan kebijakan untuk meningkatkan dan memperluas program Pemerintah yang bersifat pro-rakyat, yang meliputi rancangan produk, tindakan, sasaran, target penyelesaian, sumber pembiayaan dan penanggung jawab.

(20)

4

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kabupaten Belitung Timur menyesuaikan dengan format yang disusun oleh Kementrian Dalam Negeri yakni disusun sebagai berikut:

RINGKASAN EKSEKUTIF

TKPK Provinsi dan Kabupaten menulis narasi singkat terhadap materi analisis kondisi kemiskinan sampai dengan bagian kaji ulang dan integrasi kebijakan SPKD.

BAB I PENDAHULUAN

Uraian singkat tentang Mengapa SPKD penting bagi daerah, dasar hukum dan kebijakan operasional tentang penanggulangan kemiskinan, tujuan dan manfaat SPKD bagi daerah.

BAB II KONDISI KEMISKINAN

Uraian yang menjelaskan data-data terkait dengan kondisi kemiskinan di daerah dan hasil analisis kondisi kemiskinan yang bertujuan untuk merumuskan prioritas bidang dan prioritas wilayah. Perumusan prioritas dilakukan dengan analisis tren, analisis relevansi dan efektivitas, dan analisis keterkaitan.

BAB III PENENTUAN WILAYAH PRIORITAS DAN INTERVENSI

Uraian tentang analisis penentuan wilayah prioritas yang berhasil menentukan wilayah mana yang segera memerlukan intervensi berdasarkan pengamatan terhadap indikator utama dan indikator pendukung.

BAB IV ANALISIS ANGGARAN

Uraian yang menjelaskan hasil analisis terhadap alokasi anggaran. Sumber data tentang anggaran di daerah harus mencantumkan sumber data yang valid dan dianalisis dengan mengikuti Panduan Penyusunan SPKD. Analisis penganggaran yang efektif dalam penanggulangan kemiskinan terdiri dari:

a. Komposisi Anggaran Belanja; b. Analisis Anggaran Belanja Sektoral;

c. Analisis Relevansi dan Efektivitas Anggaran.

BAB V TARGET DAN PRIORITAS PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

Uraian yang menjelaskan singkat tentang target dan prioritas yang direkomendasikan oleh Kabupaten bagi perumusan RPJMD, RAPBD dan dokumen pembangunan lainnya.

BAB VI RENCANA AKSI DAERAH UNTUK PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Strategi-strategi berdasarkan hasil analisis kondisi kemiskinan dan analisis lainnya. Termasuk pula diantaranya adalah kapasitas dalam melakukan kaji ulang (review) dan integrasi dengan dokumen perencanaan dan dokumen penganggaran di daerah, yaitu RPJMD sampai dengan RAPBD. Rencana Aksi Daerah dioperasionalkan dalam Matriks Rencana Aksi Daerah yang berisikan kebijakan unggulan, program, kegiatan, SKPD pengelola, dan pagu indikatif.

(21)

5

BAB VII PENGUATAN KELEMBAGAAN DALAM PELAKSANAAN SPKD

Koordinasi yang bersifat substansial dan sistem kelembagaan TKPK Kabupaten yang sedikitnya terlaksana 3 (tiga) kali dalam setahun dengan hasil yang bermanfaat pada publik. Materi pengendalian terarah pada mekanisme kelembagaan yang tepat dalam mengkoreksi implementasi SPKD.

BAB VIII KAJI ULANG DAN INTEGRASI KEBIJAKAN

Kaji ulang dan integrasi kebijakan antara hasil analisis kebijakan dalam SPKD dengan (1) RPJMD yang telah ditetapkan atau rancangan RPJMD yang masih dibahas dalam Musrenbang tingkat desa, kecamatan, kabupaten; dan (2) dokumen perencanaan pembangunan daerah lainnya.

BAB IX PENUTUP

Kesimpulan terhadap seluruh hasil analisis dan rekomendasi bagi penyusunan/penyempurnaan RPJMD, RAPBD dan dokumen pembangunan lainnya agar terkonsolidasi untuk mencapai penurunan angka kemiskinan dalam skala nasional (8-10 persen).

(22)

6

BAB II KONDISI KEMISKINAN

2.1 Kondisi Umum Kemiskinan

Pada masa lalu, pembangunan lebih diorientasikan pada usaha pemerintah untuk mengejar dan mewujudkan angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan cara menambah jumlah investasi-investasi baru yang pada akhirnya akan menyerap banyak tenaga kerja. Dengan cara ini, diharapkan akan terjadi "Trickle Down Effects" atau efek tetesan. Kesejahteraan diasumsikan akan menetes sampai kesemua level sosial ekonomi masyarakat.

Tabel 2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi (%) Indonesia Tahun 2003 - 2011

Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

Pertumbuhan Ekonomi (%) 4.88 5.13 5.69 5.5 6.3 6.1 4.5 6.1 6.5

Sumber: Badan Pusat Statistik

Namun pendekatan yang hanya terpusat pada pertumbuhan ekonomi ternyata memiliki dampak yang kurang baik. Peningkatan pendapatan nasional tidak otomatis berarti kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik. Yang terjadi kemudian adalah pendapatan terdistribusi secara tidak merata, sehingga meskipun secara nasional perhitungan pendapatan lebih tinggi, mayoritas rumah tangga tetap berada pada keadaan sosial ekonomi yang buruk. Oleh karena itu, banyak kritik yang terlontar dan mengatakan bahwa pembangunan yang lebih menekankan pada sisi peningkatan PDB akan berorientasi materialis dan mendorong masyarakat untuk terus memproduksi barang-barang tak berguna. Belajar dari pengalaman serta perkembangan pemikiran mengenai pengukuran keberhasilan pembangunan, maka United Nation Development Programme (UNDP) menyusun paradigma baru yang tidak hanya menonjolkan sisi material tetapi juga kemajuan-kemajuan yang terkait dengan sisi harkat kesejahteraan manusia. Kemudian dikenalkanlah paradigma pembangunan yang lebih berorientasi kepada human development center.UNDP mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir (the ultimate end) sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana (principal means) untuk mencapai tujuan tersebut.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu indikator yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai bagian dari haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Nilai IPM ini menunjukkan seberapa jauh wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup , pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat, dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak.

Tabel 2.1.2 Nilai Indeks Komponen IPM 2005 – 2011 Kabupaten Belitung Timur

Tahun Indeks Harapan Hidup Indeks Pendidikan Indeks Paritas Daya

Beli IPM (1) (2) (3) (4) (5) 2005 71,00 79,16 56,13 68,76 2006 71,50 80,11 56,87 69,49 2007 71,65 80,86 59,23 70,58 2008 72,27 80,97 60,29 71,18 2009 72,67 81,02 61,24 71,64 2011 73,05 81,08 61,73 71,96

(23)

7 Disamping pergeseran paradigma dalam mengukur keberhasilan pembangunan, pemerintah juga terus memperbaiki kebijakan yang terkait dengan isu pencapaian kesejahteraan masyarakat. Untuk mengukur dan mengidentifkasi keberhasilan usaha mendorong sebanyak mungkin masyarakat ke tingkat kesejahteraan, maka pemerintah mengembangkan berbagai pendekatan perhitungan.

Dalam usaha untuk melakukan pengukurannya tersebut, maka Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan(GKBM). Penghitungan GK dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan di bawah garis kemiskinan.

Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori per kapita perhari. Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan.

Tabel 2.1.3 Garis Kemiskinan (GK) Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2003 - 2010

Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Provinsi Babel 144.233 151.243 186.531 212.094 235.379 254.112 280.862 286.334 Bangka 140.030 139.607 170.715 197.372 221.655 243.483 254.400 280.089 Belitung 150.533 155.463 192.054 232.804 269.924 293.222 334.165 367.883 Bangka Barat 141.727 142.131 176.929 192.411 206.514 206.514 206.514 271.761 Bangka Tengah 142.576 143.381 229.350 229.350 258.815 281.739 311.419 342.841 Bangka Selatan 141.585 141.976 177.859 194.114 208.921 213.756 249.001 274.125 Belitung Timur 149.484 154.379 183.485 218.566 250.523 289.369 305.974 336.847 Pangkalpinang 145.139 223.095 212.865 224.229 234.580 262.302 303.694 334.337 Berdasarkan garis kemiskinan ini kemudian akan diukur berapa banyak penduduk yang memiliki pengeluaran dibawah standar nilai tersebut. Perbandingan dalam persentase antara jumlah penduduk yang pengeluarannya berada dibawah GK terhadap jumlah keseluruhan penduduk disebut sebagai Tingkat Kemiskinan.

Oleh karenanya, permasalahan kemiskinan harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah baik dipusat, maupun bagi pemerintah daerah. Berbagai kebijakan dan program disusun dalam upaya mendorong sebanyak mungkin masyarakat Indonesia keluar dari kemiskinan dan kerentanan kemiskinan. Untuk mengukur tingkat keberhasilan kebijakan dan program tersebut, maka digunakan beberapa indikator statistik kemiskinan umum diantaranya:

 Tingkat Kemiskinan (%)

Tingkat Kemiskinan adalah indikator yang digunakan untuk memotret besaran porsi penduduk miskin pada suatu wilayah. Tingkat kemiskinan atau sering juga disebut sebagai persentase penduduk miskin merupakan nilai yang menunjukan proporsi penduduk miskin terhadap total penduduk disuatu wilayah.

 Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)

Jumlah Penduduk Miskin adalah jumlah manusia yang bertempat tinggal/berdomisili pada suatu wilayah tertentu dengan pengeluaran di bawah garis kemiskinan

(24)

8

Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index – P1)

Indeks kedalaman kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan.

Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index - P2)

Indeks keparahan kemiskinan memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin

2.1.1 Analisis Antar Wilayah A. Tingkat Kemiskinan

Jika dilihat lebih jauh kelevel kabupaten, maka akan diperoleh gambaran bahwa angka capaian prestasi Tingkat kemiskinan kecil oleh provinsi tidak diikuti capaian yang baik oleh semua kabupaten.

Gambar 2.1.1 Tingkat Kemiskinan Provinsi Bangka Belitung Tahun 2010

Data statistik terakhir pada tahun 2010 menunjukan tingkat kemiskinan terendah dicapai oleh Kabupaten Bangka Barat dengan kisaran 5.25% dan tingkat kemiskinan tertinggi terdapat di Kabupaten Belitung Timur dengan angka mencapai 10,36%. Angka ini cukup besar mengingat nilainya hampir 2 kali lipat dari nilai pada kabupaten dengan tingkat kemiskinan terendah dan masih lebih besar dari tingkat kemiskinan Provinsi yaitu sebesar 7.51%.

B. Jumlah Penduduk Miskin

Sebaran jumlah penduduk miskin sangat ditentukan oleh jumlah penduduk diwilayah tersebut. Dari pola ini, Provinsi Bangka Belitung memiliki keuntungan demografis. Kombinasi antara jumlah penduduk Provinsi yang relatif sedikit dengan tingkat kemiskinan yang rendah menempatkan Provinsi Bangka Belitung kedalam capaian terendah dari jumlah penduduk miskin pada tahun 2011 yaitu sebesar 65.548 jiwa. Hal ini sangat kontras dengan beban jumlah penduduk miskin Provinsi jawa tengah yang mencapai lebih dari 5 juta jiwa.

Keuntungan demografi yang sama juga dialami oleh Kabupaten Belitung Timur. Meskipun berada pada posisi pertama dari indikator Tingka Kemiskinan (%), namun dari sisi jumlah Belitung Timur pada tahun 2010 menempati posisi keempat terendah dengan jumlah penduduk miskin sebesar 11.027 Jiwa.

(25)

9 Gambar 2.1.2 Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Provinsi Kep. Bangka Belitung Tahun 2010

C. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Selain memiliki keunggulan dari sisi jumlah penduduk miskin, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga menampilkan capaian yang cukup baik dari indikator Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Keparahan Kemiskinan (P2). Secara nasional, pada tahun 2011 Indeks P1 Provinsi Bangka Belitung semakin baik dengan nilai 0.66. pada saat yang sama secara nasional indeks P1 juga bergerak turun menjadi 2.08. Penurunan ini menunjukan hal positif yang menjelaskan bahwa kesenjangan pengeluaran masyarakat miskin terhadap GK semakin kecil.

Gambar 2.1.3 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010

Jika ditingkat nasional capaian Provinsi Bangka Belitung cukup baik, tidak demikian dengan capaian Kabupaten Belitung Timur. Indeks P1 memperoleh nilai terbesar dibandingkan 6 kabupaten/kota lainnya. Tentu fenomena ini menghawatirkan karena indeks kesenjangan ini bahkan melampaui nilai P1 Provinsi yang hanya sebesar 0.93.

(26)

10 D. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Pola yang sama terjadi pada indeks P2 Provinsi Bangka Belitung. Nilai P2 pada tahun 2010 sebesar 0.23 pada saat capaian nasional sebesar 0.58 yang kemudian ditahun berikutnya turun menjadi 0.13. Pada tahun yang sama capaian indeks keparahan kemiskinan Kabupaten Belitung Timur masih berada pada nilai yang kurang baik dibandingkan indeks kabupaten/kota se-Bangka Belitung yakni sebesar 0.32. Nilai yang berada diatas capaian kabupaten, namun masih lebih dari pada nilai besaran P2 nasional.

Gambar 2.1.4 Indeks keparahan (P2) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010

Besarnya nilai indeks keparahan kemiskinan P2 di Kabupaten Belitung Timur menunjukan bahwa diperlukan usaha yang relatif besar untuk mendorong agar masyarakat miskin mampu bergerak meninggalkan kemiskinan karena jarak rata-rata yang cukup besar antar masyarakat miskin. Pada saat yang sama, terdapat juga kesenjangan pengeluaran antara sesama penduduk miskin dalam rata-rata yang signifikan.

Gambar

Gambar 2.1.16 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P2) Nasional, Provinsi dan Kabupaten Belitung Timur Tahun 2002 - 2011
Gambar 2.2.4 Relevansi Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Kab. Belitung Timur Terhadap Nasional Tahun 2002-2011
Gambar 2.3.23 Analisis Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan (%) Kab. Belitun Timur Tahun 2005-2010
Gambar 2.3.29 Kelahiran ditolong Tenaga Kesehatan Terlatih (%) Kab. Belitung Timur Tahun 2007-2010
+7

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun ia mendapat liputan meluas daripada akhbar, keterlibatan orang-orang Cina dalam gerakan PKM hanyalah segenap lapisan jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan yang

Pelayanan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan di Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon dalam bentuk pengujian sampel uji baik kualitas air maupun identifikasi hama dan

Mesin S80ME-C7 milik MAN yang bermesin diesel mengkonsumsi 155 grams (5.5 oz) bahan bakar per kWh dan menghasilkan efisiensi sebesar 54.4%, sehingga

Sebagai naskah Sunda Kuno, Fragmen Carita Parahyangan merupakan salah satu naskah Sunda dari abad XVI Masehi yang berbahan lontar dan ditulis dalam bahasa serta aksara Sunda

Hamdani Citra Pradana dan Tri Atmojo Kusmayadi ……… 202 Dimensi Metrik pada Graf Closed Helm.. Deddy Rahmadi dan Tri

kelompok air beroksigen turun 2,05 mmol/l dibanding 1,25 mmol/l kelompok plasebo. Hal ini terjadi mungkin karena sampel pada penelitian ini hanya sehari mendapat minuman

Perubahan nilai ~ daD HVL tersebut sebagai basil dari perhitungan menggunakan persamaan (I) yang tidak menyertakan faktor koreksi pertumbuhan, yang nilain.,j'a semakin

Untuk itu, penyediaan sarana promosi dan pusat pemasaran di dalam komplek ini dapat menjadi wadah penyediaan informasi, pemasaran dan promosi mengenai produk yang dihasilkan oleh