PENGEMBANGAN STRATEGI
DAN MODEL PEMBELAJARAN
EFEKTIF
Oleh :
SUMARSO, M.Pd.
PENGANTAR
(1) Pendekatan pembelajaran (2) Strategi pembelajaran
Pendekatan Pembelajaran
Roy Killen (1998) mencatat ada dua pendekatan dalam
pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru
(teacher-centred approaches)
dan pendekatan yang berpusat pada siswa(student-centred
Pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung
(direct
instruction),
pembelajaranSedangkan, pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi
pembelajaran
discovery
danStrategi Pembelajaran
Kemp
(1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalahsuatu kegiatan pembelajaran
yang harus dikerjakan guru dan peserta didik agar tujuan
Kozma (
dalam Sanjaya 2007)secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat
memberikan fasilitas atau
bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan
Gerlach dan Ely menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam
lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya dijabarkan oleh mereka bahwa strategi pembelajaran
dimaksud meliputi; sifat, lingkup, dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman
Dick dan Carey (1990 dalam Sanjaya, 2007) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi
pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang/atau digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Menurut mereka strategi pembelajaran
bukan hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan
termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan
Cropper
di dalamWiryawan
danNoorhadi
(1998) mengatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan pemilihan atasberbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. la menegaskan bahwa setiap
Simpulan :
Pertama,
strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode danpemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
Kedua
, strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu.Artinya, arah dari semua
Metode Pembelajaran
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, metode
Dengan demikian, salah satu
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam
pembelajaran adalah
Pemilihan metode terkait
langsung dengan usaha-usaha guru dalam menampilkan
pengajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sehingga
Oleh karena itu, salah satu hal yang sangat mendasar untuk
dipahami guru adalah bagaimana memahami kedudukan metode
sebagai salah satu komponen bagi keberhasilan kegiatan
belajar-mengajar sama
pentingnya dengan komponen-komponen lain dalam
Teknik Pembelajaran
Teknik adalah cara yang
Taktik Pembelajaran
Taktik adalah gaya seseorang
dalam melaksanakan suatu teknik atau metode tertentu. Dengan
Model Pembelajaran
Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000) mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah: “Kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas
Joyce
et al
. (1992: 4) mendefinisikan modelpembelajaran sebagai berikut: “
A
model of teaching is a plan or
pattern that we can use to design
face to face teaching in
classrooms or tutorial settings and
to shape instructional
Arends (2001: 24)
mengemukakan:
“Models of
teaching is an overall plan, or
pattern, for helping students to
learn spesific kinds of knowledge,
Berdasarkan pengertian konsep model pembelajaran seperti itu, maka setiap model pembelajaran berfungsi memberikan arah
Pembelajaran adalah proses
interaksi antarpeserta didik,
antara peserta didik dengan
tenaga pendidik dan sumber
belajar
pada
suatu
lingkungan
belajar.
(Permendikbud
No.
103
Prinsip Pembelajaran K-13
1. peserta didik difasilitasi untuk mencari tahu;
2. peserta didik belajar dari berbagai sumber belajar; 3. proses pembelajaran
menggunakan pendekatan ilmiah;
Lanjutan …
5. pembelajaran terpadu; 6. pembelajaran yang
menekankan pada jawaban divergen yang memiliki
kebenaran multi dimensi; 7. pembelajaran berbasis
Lanjutan …
8. peningkatan keseimbangan, kesinambungan, dan
keterkaitan antara
hard-skills
dan soft-skills;
9. pembelajaran yang
mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta
Lanjutan …
10.pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung
tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani);
11.pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
Lanjutan …
12.pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; 13.pengakuan atas perbedaan
Dan …
14. suasana belajar
Sikap (Tahu Mengapa) Keterampilan (Tahu Bagaimana) Pengetahuan (Tahu Apa) Produktif Inovatif Kreatif Afektif
Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
Langkah-Langkah
Pembelajaran
1. Pendahuluan 2. Inti
Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru: 1. mengondisikan suasana belajar
yang menyenangkan;
2. mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan
dikembangkan sebelumnya
berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan
Lanjutan …
3. menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya
dalam kehidupan sehari-hari; 4. menyampaikan garis besar
cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan; dan
Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
Kegiatan inti menggunakan pendekatan saintifik yang
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan peserta didik. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan proses
mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi/mencoba,
Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada
kompetensi dasar dari 1 dan KI-2 antara lain mensyukuri karunia Tuhan, jujur, teliti, kerja sama,
toleransi, disiplin, taat aturan,
menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus
Kegiatan Penutup
Terdiri atas :
1. Kegiatan Guru dengan Peserta Didik
Kegiatan guru bersama peserta didik yaitu:
a) Membuat rangkuman/simpulan pelajaran;
b) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan; dan
Kegiatan guru yaitu:
(a) melakukan penilaian;
(b)merencanakan kegiatan tindak
lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan,
layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; (c) menyampaikan rencana
1. Number Head Together (NHT) 2. Jig Saw
3. Student Team Achievment Divisions (STAD)
4. Make a match
5. Picture and Picture 6. Stick Talking
Pembelajaran kooperatif
merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya
kerjasama antar siswa dalam
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok
kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.
Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki
tujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik. Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen dalam
Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan
Tujuan yang hendak dicapai
dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT
yaitu :
1. Hasil belajar akademik
stuktural
2. Pengakuan adanya
keragaman
3. Pengembangan
Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai berikut : Kelebihan:
Setiap siswa menjadi siap semua
Dapat melakukan diskusi
dengan sungguh-sungguh.
Siswa yang pandai dapat
Kelemahan:
Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak
karena membutuhkan waktu yang lama.
Tidak semua anggota
Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim
(2000: 29), dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok; b) Diskusi masalah;
Langkah 1. Persiapan
Langkah 2. Pembentukan kelompok
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Langkah 4. Diskusi masalah
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Langkah 6. Memberi kesimpulan
Ada beberapa manfaat pada model
pembelajaran kooperatif tipe NHT antara lain adalah :
1. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi 2. Memperbaiki kehadiran
3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
5. Konflik antara pribadi berkurang 6. Pemahaman yang lebih mendalam
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih siap dalam menguasai materi serta belajar
menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah. Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena setia model atau metode mengajar
masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.
Model Pembelajaran
STAD
dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkins.
Siswa dalam suatu kelas tertentu
dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan
1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara
heterogen.
2. Guru menyajikan pelajaran.
3. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh
anggota-anggota kelompok
4. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada
anggota kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu
5. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat
menjawab kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
6. Guru memberi penghargaan (
rewards
) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin1. Meningkatkan kecakapan individu
2. Meningkatkan kecakapan kelompok
3. Meningkatkan komitmen 4. Menghilangkan prasangka
buruk terhadap teman sebaya 5. Tidak bersifat kompetitif
6. Tidak memiliki rasa dendam
1. Konstribusi dari siswa
berprestasi rendah menjadi kurang
2. Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih dominan
Jigsaw adalah tipe pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh
Elliot Aronson’s. Model pembelajaran
ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga
pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada kelompoknya
Pada model
pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student centered) sangan dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang
beranggotakan 3-5 orang yang terdiri dari kelompok asal dan
Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa
anggota kelompok ahli yang
dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang.
Guru harus trampil dan
mengetahui latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang
Kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang ditugaskan untuk
mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada
Sesuai dengan namanya, teknis
penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji. Menurut
Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:
1. Awal kegiatan pembelajaran 2. Melakukan Pembelajaran
Pendahuluan 3. Kegiatan
1. Mempermudah pekerjaan guru
dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif
dalam berbicara dan berpendapat.
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol
jalannya diskusi.
2. Siswa yang memiliki kemampuan
membaca dan berfpikir rendah akan
mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan
Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu
alternatif yang dapat diterapkan
kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban. 3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal
dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan
kartunya sebelum batas waktu diberi poin. 6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan
kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu
jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move)
5. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam proses
pembelajaran
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (>30
Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada
mulanya digunakan oleh
penduduk asli Amerika untuk
mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat
dalam suatu forum
Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa
1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru
mempersilahkan anggota kelompok untuk
6. Guru mengambil tongkat dan
memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi
pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya, demikian seterusnya
sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
1. Menguji kesiapan siswa. 2. Melatih membaca dan
memahami dengan cepat.
3. Termotivasi lebih giat belajar (belajar dahulu)
Membuat siswa gelisah, bahkan stress dan lain2 (bercanda)
1. Talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara
bergiliran/bergantian. 2. Model pembelajaran ini
membuat anak didik ceria, senang, dan melatih mental anak didik untuk siap pada kondisi dan siatuasi apapun
Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran
Picture and Picture ini merupakan salah satu bentuk model
pembelajaran kooperatif
Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang
menggunakan gambar dan
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa)
bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota
kelompok mempunyai tujuan yang sama 3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus
membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan
keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar
dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara
memasang/mengurutkan
gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga
Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai Di langkah ini guru
diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata
pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus
dikuasainya. Disamping itu guru juga
harus menyampaikan indikator-indikator ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta didik
Menyajikan materi sebagai pengantar
Guru menunjukkan/
Memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan
materi
Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan
Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar
tersebut
Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai
menanamkan konsep/materi
sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis. 3. Membantu siswa belajar berpikir
berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir, 4. Mengembangkan motivasi untuk belajar
yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
1. Memakan banyak waktu 2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas. 4. Banyak siswa tidak senang
apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup