• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan keperawatan pada klien dengan bbl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan keperawatan pada klien dengan bbl"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN

“BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)”

A.KONSEP MEDIS 1. Definisi

Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat

badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (WHO, 1961). Berat badan lahir

rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu

lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).

Menurut Ribek dkk. (2011), berat badan lahir rendah yaitu bayi yang

lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa memperhatikan usia

gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan).

Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang

dari 2500 gram pada waktu lahir. (Amru Sofian, 2012). Dikutip dalam buku

Nanda, (2013).

Keadaan BBLR ini dapat disebabkan oleh :

a. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa

kehamilan dihitung mulai hari pertama haid terakhir dari haid yang

teratur).

b. Bayi small gestational age (SGA); bayi yang beratnya kurang dari berat

semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan

=KMK).

c. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.

2. Klasifikasi

BBLR dibedakan dalam dua golongan, yaitu :

a. Prematuritas murni

Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai untuk

(2)

b. Dismaturitas

Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk

masa gestasi itu, artinya bayi mengalami pertumbuhan intrauterine dan

merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.

3. Etiologi

a) Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan

antepartum, malnutrisi, kelainan uterus, hidramnion, penyakit

jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20

tahun dan lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat,

infeksi trauma , dan lain-lain.

b) Faktor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban

pecah dini.

c) Faktor lingkungan : Kebiasaaan merokok, mionum alkohol, dan status

ekonomi sosial.

4. Manifestasi Klinik 1) Sebelum bayi lahir

a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus

prematurus dan lahir mati.

b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.

c. Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat,

gerakan janin lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.

d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut

seharusnya .

e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula

dengan hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut

dengan toksemia gravidarum atau perdarahan ante partum.

2) Setelah bayi lahir

a. Berat lahir < 2500 gram

b. Panjang badan < 45 cm

c. Lingkaran dada < 30 cm

(3)

e. Umur kehamilan < 37 minggu

f. Kepala relatif lebih besar dari badannya

g. Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak

h. Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus

i. Tangisnya lemah dan jarang

j. Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea

k. Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi

l. Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus dan

kepala mengarah ke satu sisi.

m.Refleks tonik leher lemah dan refleks moro positif

n. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan

o. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama

p. Kulit mengkilat, licin, pitting edema

q. Frekuensi nadi berkisar 100-140 / menit.

5. Patofisiologi

Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih

menjadi masalah utama. Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan

maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR.

Kurang gizi yang kronis pada masa anak-anak dengan/tanpa sakit yang berulang akan menyebabkan bentuk tubuh yang “Stunting/Kuntet” pada masa dewasa, kondisi ini sering melahirkan bayi BBLR.

Faktor-faktor lain selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi

kehamilan, kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat mempengaruhi

pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa ibunya, atau

mempengaruhi pertumbuhan plasenta dan transpor zat-zat gizi ke janin

sehingga menyebabkan bayi BBLR.

Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan

baik. Oleh sebab itu ia akan mengalami kesulitan untuk hidup di luar uterus

ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna

pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya

(4)

Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya, baik

anatomik maupun fisiologik maka mudah timbul masalah misalnya :

a) Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu

tubuh yang disebabkan oleh penguapan yang bertambah akibat dari

kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh yang relatif

lebih luas dibandingkan BB, otot yang tidak aktif, produksi panas yang

berkurang

b) Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada

BBLR, hal ini disebabkan oleh pertumbuhan dan pengembangan paru

yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah

c) Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat

dari motilitas usus kurang, volume lambung kurang, sehingga waktu

pengosongan lambung bertambah

d) Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi

urine berkurang

e) Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang

karena rendahnya kadar IgG gamma globulin. Bayi prematur relatif

belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositas serta reaksi

terhadap peradangan masih belum baik.

f) Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur

sering menderita apnea, hipoksia dan sindrom pernapasan, akibatnya bayi

menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, di mana keadaan ini

menyebabkan aliran darah ke otak bertambah dan keadaan ini disebabkan

oleh karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur

sehingga mudah terjadi perdarahan dari pembuluh kapiler yang rapuh.

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin serta

menemukan gangguan perttumbuhan, misalnya pemeriksaan USG.

b. Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau di laboratorium.

c. Pemerioksaan hematokrit.

(5)

e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita

aspirasi mekonium.

7. Penatalaksanaan

Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai

kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi BBLR, maka perawatan dan

pengawasan bayi BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan , pemberian

makanan bayi, dan menghindari infeksi.

1) Pengaturan Suhu Tubuh Bayi BBLR

Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia bila

berada di lingkungan yang dingin. Kehilangan panas disebabkan oleh

permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan

berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan

lemak coklat ( brown fat).

Untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang

cukup hangat untuk bayi dan dalam keadaan istirahat komsumsi oksigen

paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi dirawat

dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang

dari 2000 gr adalah 35 C dan untuk bayi dengan BB 2000 gr sampai

2500 gr 34 C , agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar 37 C.

Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60 persen . Kelembaban yang

lebih tinggi di perlukan pada bayi dengan sindroma gangguan

pernapasan. Suhu inkubator dapat di turunkan 1 C per minggu untuk

bayi dengan berat badan 2000 gr dan secara berangsur angsur ia dapat

diletakkan di dalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27 C-29 C.

Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan

membungkus bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitarnya atau

dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi atau

(6)

Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekiter 36 C-37 C adalah dengan memakai alat perspexheat shield yang diselimuti pada

bayi di dalam inkubator. Alat ini berguna untuk mengurangi kehilangan

panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai digunakan inkubator

yang dilengkapi dengan alat temperatur sensor (thermistor probe). Alat

ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu inkubator di kontrol oleh alat

servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan

pada derajat yang telah ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat

bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah.

Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting

untuk memudahkan pengawasan mengenai keadaan umum,perubahan

tingkah laku, warna kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya sehingga

penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan tindakan serta

pengobatan dapat dilaksanakan secepat – cepatnya.

2) Pencegahan Infeksi

Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh,

khususnya mikroba. Bayi BBLR sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi

terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap

infeksi disebabkan oleh kadar imunoglobulin serum pada bayi BBLR

masih rendah, aktifitas baktersidal neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga

masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.

Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi

diagnosis dini dapt ditegakkan jika cukup waspada terhadap perubahan

(kelainan) tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi umum.

Perubahan tersebut antara lain : malas menetek, gelisah, letargi, suhu

tubuh meningkat, frekwensi pernafasan meningkat, muntah, diare, berat

badan mendadak turun.

Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap

bayi BBLR dari infeksi. Oleh karena itu, bayi BBLR tidak boleh kontak

dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan

(7)

perawatan mata, hidung, kulit, tindakan aseptik dan antiseptik alat – alat

yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat

pasien yang idea, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang

terlalu lama, mencegah timbulnya asfiksia dan pemberian antibiotik yang

tepat.

3) Pengaturan Intake

Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian

dan jadwal pemberian yang sesuai dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI

(Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jioka bayi mampu mengisap.

ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi jika bayi tidak cukup

mengisap. Jika ASI tidak ada atau tidak mencukupi khususnya pada bayi

BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip mirip

ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.

Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan

pencegahan khusus untuk mencegah terjadinya regurgitasi dan masuknya

udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan kontak yang

minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi

dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan pada bayi lebih besar dapat diberi

makan dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang

giat mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek

pada ibunya, makanan diberikan melalui NGT.

Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan

berat badan bayi BBLR. Pemberian makanan interval tiap jam dilakukan

pada bayi dengan Berat Badan lebih rendah.

4) Pernapasan

Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing,

trachea, bronchiolus, bronchiolus respiratorius, dan duktus alveeolaris ke

alveoli. Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan asfiksia, hipoksia

dan akhirnya kematian. Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi

dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran sehingga dapat lahir

(8)

apneu dan defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh

oksigen yang cukup yang sebelumnya di peroleh dari plasenta. Dalam

kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir

(aspirasi lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan

dengan menepuk atau menjentik tumit. Bila tindakan ini gagal ,

dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian

natrium bikarbonat dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake

dicegah terjadinya aspirasi. Dengan tindakan ini dapat mencegah

sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi

BBLR.

8. Prognosis BBLR

Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masalah

perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda masa gestasi/makin rendah

berat bayi, makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindroma

gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler, displasia

bronkopulmonal, retrolental fibro plasia, infeksi, gangguan metabolik

(asidosis,hipoglikemi,hiperbilirubinemia).

Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan

orang tua dan perawatan pada saat kehamilan, persalinan dan postnatal

(pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah oinfeksi,

mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperilirunbinemia, hipoglikemia,

dan lain-lain).

9. Pengamatan Lanjutan (follow up)

Bila bayi BBLR ini dapat mengatasi problematik yang dideritanya,

maka perlu diamati selanjjutnya oleh karena kemungkinan bayi ini akan

mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor

susunan saraf pusat dan penyakit-penyakit seperti hidrosefalus,serebral

palsy, dsb.

10. Komplikasi

a. Kerusakan bernafas : fungsi organ belum sempurna.

(9)

c. Perdarahan intraventrikuler : perdarahan spontan di ventrikel otak lateral

disebabkan anoksia menyebabkan hipoksia otak yang dapat

(10)

B.KONSEP KEPERAWATAN 1. Pengkajian

a. Aktivitas/ istirahat

Bayi sadar mungkin 2-3 jam bebrapa hari pertama tidur sehari rata-rata

20 jam.

b. Pernafasan

 Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria

atau persentasi bokong.

 Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari

dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu

pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung,

c. Makanan/ cairan

Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari 2500 gr

menunjukkan kecil untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus

diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum

dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum

sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru lahir 120-150ml/kg BB/ hari.

d. Berat badan

Kurang dari 2500 gram

e. Suhu

BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus

dipertahankan.

f. Integumen

Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan

(11)

2. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan Pola Nafas

2. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas

3. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

5. Ketidakefektifan pola minum bayi

6. Hipotermi

(12)

3.Intervensi Keperawatan

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN

(NANDA)

TUJUAN DAN KRITERIA HASIL (NOC)

INTERVENSI KEPERAWATAN (NIC)

1. Ketidakefektifan Pola nafas

Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak adekuat

Batasan karakteristik :

- Penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi. - Penurunan pertukaran udara per menit - Menggunakan otot pernafasan

tambahan - Nasal flaring - Dyspnea - Orthopnea

- Perubahan penyimpangan dada - Nafas pendek

- Pernafasan pursed-lip

- Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama

- Peningkatan diameter anterior-posterior - Pernapasan rata-rata/minimal

Bayi : < 25 atau > 60 Usia 1-4 : < 20 atau > 30 Usia 5-14 : < 14 atau > 25 Usia > 14 : < 11 atau > 24 - Kedalaman pernafasan

- Dewasa volume tidalnya 500 ml saat istirahat

NOC :

1. Respiratory status : Ventilation 2. Respiratory status : Airway patency. 3. Vital sign Status

Kriteria Hasil :

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips).  Menunjukkan jalan nafas yang paten

(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).  Tanda Tanda vital dalam rentang normal

(tekanan darah, nadi, pernafasan).

NIC :

Airway Management

1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat

jalan nafas buatan 4. Pasang mayo bila perlu

5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction 7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan

8. Lakukan suction pada mayo 9. Berikan bronkodilator bila perlu

10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

12. Monitor respirasi dan status O2

Oxygen Therapy

13. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea 14. Pertahankan jalan nafas yang paten 15. Atur peralatan oksigenasi

16. Monitor aliran oksigen 17. Pertahankan posisi pasien

(13)

- Bayi volume tidalnya 6-8 ml/Kg - Timing rasio

- Penurunan kapasitas vital

Faktor yang berhubungan : - Hiperventilasi

- Deformitas tulang

- Kelainan bentuk dinding dada - Penurunan energi/kelelahan

- Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal - Obesitas

- Posisi tubuh

- Kelelahan otot pernafasan - Hipoventilasi sindrom - Nyeri

- Kecemasan

- Disfungsi Neuromuskuler - Kerusakan persepsi/kognitif

- Perlukaan pada jaringan syaraf tulang belakang

- Imaturitas Neurologis

19. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

Vital sign Monitoring

20. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 21. Catat adanya fluktuasi tekanan darah

22. Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau

25. Monitor kualitas dari nadi

26. Monitor frekuensi dan irama pernapasan 27. Monitor suara paru

28. Monitor pola pernapasan abnormal

29. Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit 30. Monitor sianosis perifer

31. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) 32. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign.

2 Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas.

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

NOC :

1. Respiratory status : Ventilation 2. Respiratory status : Airway patency 3. Aspiration Control

Kriteria Hasil :

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada

2. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning

(14)

- Dispneu, Penurunan suara nafas - Orthopneu

- Cyanosis

- Kelainan suara nafas (rales, wheezing) - Kesulitan berbicara

- Batuk, tidak efekotif atau tidak ada - Mata melebar

- Produksi sputum - Gelisah

- Perubahan frekuensi dan irama nafas

Faktor-faktor yang berhubungan:

- Lingkungan : merokok, menghirup asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi - Fisiologis : disfungsi neuromuskular,

hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma.

- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)  Menunjukkan jalan nafas yang paten

(klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)  Mampu mengidentifikasikan dan

mencegah factor yang dapat

6. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal 7. Monitor status oksigen pasien

8. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion

9. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management

10.Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

11.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 12.Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat

jalan nafas buatan 13.Pasang mayo bila perlu

14.Lakukan fisioterapi dada jika perlu

15.Keluarkan sekret dengan batuk atau suction 16.Auskultasi suara nafas, catat adanya suara

tambahan

17.Lakukan suction pada mayo

18.Kolaborasikan pemberian bronkodilator bila perlu

19.Berikan pelembab udara kassa basah NaCl Lembab

(15)

21.Monitor respirasi dan status oksigen.

3 Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh

Definisi : Risiko kegagalan mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal.

Faktor factor resiko:

- Perubahan metabolisme dasar

- Penyakit atau trauma yang mempengaruhi pengaturan suhu

- Pengobatan pengobatan yang menyebabkan vasokonstriksi dan vasodilatasi

- Pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan

- Ketidakaktifan atau aktivitas berat

- Dehidrasi

- Pemberian obat penenang

- Paparan dingin atau hangat/lingkungan yang panas

Temperature Regulation (pengaturan suhu) 1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam

2. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu 3. Monitor TD, nadi, dan RR

4. Monitor warna dan suhu kulit

5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi 6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas

9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan 10.Beritahukan tentang indikasi terjadinya

keletihan dan penanganan emergency yang diperlukan

11.Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan

12.Berikan anti piretik jika perlu.

4 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup untuk keperluan metabolisme tubuh.

NOC :

1. Nutritional Status

2. Nutritional Status : food and Fluid Intake 3. Nutritional Status : nutrient Intake 4. Weight control

NIC :

Nutrition Management

1. Kaji adanya alergi makanan

(16)

Batasan karakteristik :

- Berat badan 20 % atau lebih di bawah ideal

- Dilaporkan adanya intake makanan yang kurang dari RDA (Recomended Daily Allowance)

- Membran mukosa dan konjungtiva pucat

- Kelemahan otot yang digunakan untuk menelan/mengunyah

- Luka, inflamasi pada rongga mulut - Mudah merasa kenyang, sesaat setelah

mengunyah makanan

- Dilaporkan atau fakta adanya kekurangan makanan

- Dilaporkan adanya perubahan sensasi rasa

- Perasaan ketidakmampuan untuk mengunyah makanan

- Miskonsepsi

- Kehilangan BB dengan makanan cukup - Keengganan untuk makan

- Kram pada abdomen - Tonus otot jelek

- Nyeri abdominal dengan atau tanpa patologi

- Kurang berminat terhadap makanan - Pembuluh darah kapiler mulai rapuh - Diare dan atau steatorrhea

Kriteria Hasil :

 Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

 Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

 Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

 Tidak ada tanda tanda malnutrisi

 Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

 Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

pasien.

3. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe 4. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein

dan vitamin C

5. Berikan substansi gula

6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi

7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)

8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.

9. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 10.Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 11.Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan

nutrisi yang dibutuhkan Nutrition Monitoring

12.BB pasien dalam batas normal

13.Monitor adanya penurunan berat badan

14.Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan

15.Monitor interaksi anak atau orangtua selama makan

16.Monitor lingkungan selama makan

17.Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan

18.Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi 19.Monitor turgor kulit

20.Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah

(17)

- Kehilangan rambut yang cukup banyak (rontok)

- Suara usus hiperaktif

- Kurangnya informasi, misinformasi

Faktor-faktor yang berhubungan :

- Ketidakmampuan pemasukan atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor biologis, psikologis atau ekonomi.

22.Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht

23.Monitor makanan kesukaan

24.Monitor pertumbuhan dan perkembangan

25.Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan konjungtiva

26.Monitor kalori dan intake nuntrisi

27.Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah dan cavitas oral. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

5 Ketidakefektifan pola minum bayi NOC :

1. Breastfeeding Estabilshment : infant 2. Knowledge : breastfeeding

3. Breastfeeding Maintenance Kriteria Hasil :

 Klien dapat menyusui dengan efektif  Memverbalisasikan tehnik untk

mengatasi masalah menyusui

 Bayi menandakan kepuasan menyusu  Ibu menunjukkan harga diri yang positif

dengan menyusui

NIC :

Breastfeeding assistance

1. Fasilitasi kontak ibu dengan bayi sawal mungkin (maksimal 2 jam setelah lahir )

2. Monitor kemampuan bayi untuk menghisap 3. Dorong orang tua untuk meminta perawat untuk

menemani saat menyusui sebanyak 8-10 kali/hari

4. Sediakan kenyamanan dan privasi selama menyusui

5. Monitor kemampuan bayi untuk menggapai putting

6. Dorong ibu untuk tidak membatasi bayi menyusu

7. Monitor integritas kulit sekitar putting

8. Instruksikan perawatan putting untuk mencegah lecet.

(18)

10.Monitor peningkatan pengisian ASI

11.Jelaskan penggunaan susu formula hanya jika diperlukan

12.Instruksikan ibu untuk makan makanan bergizi selama menyusui

13.Dorong ibu untuk minum jika sudah merasa haus

14.Dorong ibu untuk menghindari penggunaan rokok danPil KB selama menyusui

15.Anjurkan ibu untuk memakai Bra yang nyaman, terbuat dari cootn dan menyokong payudara 16.Dorong ibu untukmelanjutkan laktasi setelah

pulang bekerja/sekolah

6 Hipotermi

Definisi : temperatur suhu dibawah rentang normal.

Batasan karateristik :

- Penurunan suhu tubuh dibawah rentang normal.

- Pucat - Kulit dingin - Kuku sianosis

NOC :

1. Thermoregulation

2. Thermoregulation : neonate Kriteria Hasil :

 Suhu tubuh dalam rentang normal  Nadi dan RR dalam rentang normal

NIC :

Temperature Regulation

1. Monitor suhu minimal tiap 2 jam

2. Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu 3. Monitor TD, nadi, dan RR

4. Monitor warna dan suhu kulit

5. Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi 6. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

7. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

8. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas

9. Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan kemungkinan efek negatif dari kedinginan 10.Beritahukan tentang indikasi terjadinya

(19)

diperlukan

11.Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganan yang diperlukan

12.Berikan anti piretik jika perlu Vital sign Monitoring

13.Monitor TD, nadi, suhu, dan RR 14.Catat adanya fluktuasi tekanan darah

15.Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri

16.Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

17.Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas

18.Monitor kualitas dari nadi

19.Monitor frekuensi dan irama pernapasan 20.Monitor suara paru

21.Monitor pola pernapasan abnormal

22.Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit 23.Monitor sianosis perifer

24.Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik) 25.Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

7 Resiko infeksi

Definisi : Peningkatan resiko masuknya organisme patogen

Faktor-faktor resiko : - Prosedur Invasif

- Ketidakcukupan pengetahuan untuk

NOC :

1. Immune Status

2. Knowledge : Infection control 3. Risk control

Kriteria Hasil :

 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi  Menunjukkan kemampuan untuk

NIC :

Infection Control (Kontrol infeksi)

1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

2. Pertahankan teknik isolasi 3. Batasi pengunjung bila perlu

(20)

menghindari paparan patogen - Trauma

- Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan

- Ruptur membran amnion - Agen farmasi (imunosupresan) - Malnutrisi

- Peningkatan paparan lingkungan patogen

- Imonusupresi

- Ketidakadekuatan imum buatan - Tidak adekuat pertahanan sekunder

(penurunan Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)

- Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik).

- Penyakit kronik

mencegah timbulnya infeksi

 Jumlah leukosit dalam batas normal  Menunjukkan perilaku hidup sehat

tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung meninggalkan pasien

5. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan 6. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah

tindakan kperawtan

7. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung

8. Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat

9. Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

10. Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing

11. Tingktkan intake nutrisi

12. Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap infeksi) 13. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

lokal

14. Monitor hitung granulosit, WBC 15. Monitor kerentanan terhadap infeksi 16. Batasi pengunjung

17. Saring pengunjung terhadap penyakit menular 18. Partahankan teknik aspesis pada pasien yang

beresiko

19. Pertahankan teknik isolasi k/p

20. Berikan perawatan kuliat pada area epidema 21. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap

(21)

24. Dorong masukan cairan 25. Dorong istirahat

26. Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai resep

27. Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Kathleen. 1994. Pediatric Care Planning, Springhouse: USA

Latief, Abdul. Dkk, 1991, Kuliah Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Bagian Ilmu

Kesehatan Anak: Jakarta

Whalley, F. Lucille; Wong, Donna L, 1991, Nursing Care Of Infant, Mosby

Company: Philadelphia

Wong, Donna L, 1997, Pediatric Nursing, Mosby Company: St Louis, Missouri

Arvin, BMK., Egman. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta. EGC.

Bobak, Irene M, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Edisi Keempat. Jakarta.

EGC

Ilyas, Jumarni, dkk. 1994. Asuhan Keperawatan Perinatal. Jakarta. EGC

MacDonald. 2002. Obstetri Wilms. Jakarta. EGC

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi Kedua. Jakarta. EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta. Yayasan

Referensi

Dokumen terkait

1). Materi Pendidikan Agama yang dituangkan dalam pernyataan berdasarkan kan pasa keruntutan materi. Misalnya untuk materi Ibadah tentang shalat diberikan

Deddy dan Jalaluddin, Komunikasi Antarbudaya , …, h.. terlibat dalam sistem komunikasi masyarakat setempat. Pengetahuan yang telah didapat orang-orang Tionghoa kemudian

2016 pada Unit Layanan Pengadaan (ULP) Pemerintah Kabupaten Simalungun untuk kegiatan tersebut diatas, dengan ini ditetapkan perusahaan-perusahaan dibawah ini sebagai Pemenang,

Given that Japan is one of Indonesia’s larger sources of foreign direct investment, it is possible to gauge the attractiveness of Indonesia as an investment destination from a

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pada studi awal peneliti yang menemukan permasalahan yang terkait dengan sistem e-learning di SMAN Kota Yogyakarta, yaitu belum

Dengan ini ditetapkan Perusahaan Jasa Konsultansi yang masuk / Lulus sebagai DAFTAR PENDEK (SHORT LIST) untuk Kegiatan yang Dikelola Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kab.

DPA-SKPD PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.. TAHUN

Berdasarkan data yang dihimpun, ditabulasikan dan diinterpretasikan, maka dapat di simpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedisiplinan guru Pendidikan Agama Islam dan