PENGARUH STRES TERHADAP AKTIVITAS MOTORIK MENCIT DENGAN METODE SANGKAR PUTAR
DAN KETAHANAN BERENANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Maria Fransisca Shinta NIM : 068114139
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
PENGARUH STRES TERHADAP AKTIVITAS MOTORIK MENCIT DENGAN METODE SANGKAR PUTAR
DAN KETAHANAN BERENANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Maria Fransisca Shinta NIM : 068114139
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
v
Lagi aku melihat di bawah matahari bahwa
kemenangan perlombaan bukan untuk yang
cepat, dan
keunggulan
perjuangan bukan untuk yang kuat,
juga roti bukan untuk yang berhikmat, kekayaan
bukan untuk yang cerdas, dan karunia bukan
untuk yang cerdik cendekia, karena waktu dan
nasib dialami mereka semua.
Pengkotbah 9:11
“
Tuhanlah yang memberi
HARAPAN
hingga
MUJIZAT
menjadi
NYATA”
Karya ini kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristusyang telah memberi kekuatan, pertolongan, harapan, penghiburan, bimbingan dan semangat
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia dan anugerah-Nya yang senantiasa menjadi kekuatan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Stres Terhadap Aktivitas Motorik Mencit Jantan Dengan Metode Sangkar Putar dan Metode Ketahanan Berenang” ini dipersiapkan dan disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan strata satu Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini dapat selesai dengan baik atas doa dan dukungan dari berbagai pihak yang telah banyak membantu penulis. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih atas segala dukungannya kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan hikmat, tuntunan, dan pertolongan kepada penulis sehingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan sesuai dengan rencana-Nya.
2. Bapak Mulyono, Apt. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar mengarahkan serta memberikan bimbingan, bantuan dan saran kepada penulis delama menyelesaikan skripsi ini.
3. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dosen penguji atas kesediaan menguji serta saran-saran yang diberikan.
vii
5. Bapak Yohanes Dwiatmaka selaku Kepala Penanggungjawab Laboratorium Fakultas Farmasi yang telah memberi izin dalam penggunaan fasilitas Laboratorium Farmakologi demi terselesaikannya skripsi ini.
6. Papaku tersayang atas perhatian, dukungan dan doa yang begitu besar kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Henny, Vivin, Amel, Lita, Meli dan Deffy atas dukungan, doa dan bantuannya yang diberikan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 8. Laboran Laboratorium (Mas Kayat, Mas Parjiman, dan Mas Heru) yang
telah banyak membantu penyediaan sarana dan prasarana penelitian. 9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada
penulis yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekeurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun terhadap skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Tuhan memberkati.
ix DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii
HALAMAM PENGESAHAN... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN... v
PRAKARTA... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... viii
DAFTAR ISI... ix
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
INTISARI... xx
ABSTRACT... xxi
BAB I. PENGANTAR... 1
A. Latar Belakang... 1
1. Rumusan permasalahan... 4
2. Keaslian penelitian... 4
3. Manfaat penelitian... 4
B. Tujuan Penelitian... 5
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 6
A. Stres... 6
x
C. Eustres... 9
D. Stres danStressor... 10
E. Hubungan Stres dengan Sistem Endokrin... 12
F. Reaksi terhadap Stres... 12
G. Stres Meningkatkan Aktivitas Motorik... 13
H. Sistem Otot... 13
I. Mekanisme Gerak Otot... 14
J. Obat Relaksan Otot... 15
K. Diazepam... 15
L. Metode Sangkar Putar... 17
M. Metode Ketahanan Berenang... 18
N. Landasan Teori... 19
O. Hipotesis... 20
BAB III. METODE PENELITIAN... 21
A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 21
B. Variabel penelitian dan Definisi Operasional... 21
C. Bahan Penelitian... 23
D. Alat Penelitian... 23
E. Tata Cara Penelitian... 24
F. Analisis Hasil... 27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 28
xi
B. Hasil Uji Pengaruh Stres Terhadap Aktivitas Motorik Mencit Dengan
Metode Ketahanan Berenang... 34
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 39
A. Kesimpulan... 39
B. Saran... 39
DAFTAR PUSTAKA... 40
LAMPIRAN... 43
xii
DAFTAR TABEL
Hal Tabel I Data jumlah kumulatif putaran mencit pada kelompok kontrol
(pemberian aquadest), kelompok pemberian aquadest yang diberikan pra-perlakuan stres, dan kelompok pemberian diazepam yang diberikan pra-perlakuan stres……… 29 Tabel II Tabel yang menggambarkan ketiga kelompok perlakuan
(kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan
stres)……… 30
Tabel III Rata-rata ketahanan berenang mencit pada kelompok kontrol (pemberian aquadest), kelompok pemberian aquadest yang diberikan pra-perlakuan stres, dan kelompok pemberian diazepam yang diberikan pra-perlakuan stres……… 34 Tabel IV Tabel yang menggambarkan ketiga kelompok perlakuan
(kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal Gambar 1. Hubungan stres dengan sistem endokrin... 12 Gambar 2. Gambar struktur diazepam... 15 Gambar 2. Kurva banyaknya putaran kelompok kontrol, kelompok
aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBB yang diberi pra-perlakuan
stres………... 29
Gambar 3. Diagram lamanya berenang kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1. Foto sangkar putar... 43
Lampiran 2. Foto mencit diatas sangkar putar... 43
Lampiran 3. Foto aquarium... 44
Lampiran 4. Foto mencit di dalam aquarium... 44
Lampiran 5. Foto pipa pralon yang digunakan untuk memberikan kondisi stres... 45
Lampiran 6. Foto mencit yang diberi perlakuan stres di dalam pipa pralon... 45
Lampiran 7. Perhitungan pembuatan diazepam dosis 0,65 mg/kgBBdari diazepam dosis 5 mg/ml dengan volume ampul 2 ml... 46
Lampiran 8. Data banyaknya putaran mencit akibat pemberian aquadest…… 47
Lampiran 9. Data lamanya berenang mencit akibat pemberian aquadest……... 47
Lampiran 10. Data banyaknya putaran mencit akibat pemberian aquadest dan pra-perlakuan stres………. 47
Lampiran 11. Data lamanya berenang mencit akibat praperlakuan stres dan pemberian aquadest……… 48
Lampiran 12. Data banyaknya putaran mencit akibat praperlakuan stres dan pemberian diazepam………... 48
xv
Lampiran 14. Data uji distribusi normal total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres, pada saat t = 0-15 menit, t = 15-30menit, t = 30-45 menit, t = 45-60menit, t = 60-75 menit, t = 75-90 menit……… 49 Lampiran 15 Data uji homogenitas total banyaknya putaran mencit pada setiap
kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres, pada saat t = 0-15 menit, t = 15-30menit, t = 30-45 menit, t = 45-60menit, t = 60-75 menit, t = 75-90
menit……… 49
Lampiran 16. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres, pada t = 0-15 menit dengan one-way Anova
tests………. 50
Lampiran 17. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres, pada t = 15-30 menit dengan one-way Anova
tests………. 50
xvi
kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres, pada t = 30-45 menit dengan one-way Anova
tests………. 50
Lampiran 19. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres, pada t = 45-60 menit dengan one-way Anova
tests………. 51
Lampiran 20. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres, pada t = 60-75 menit dengan one-way Anova
tests………. 51
Lampiran 21. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres, pada t = 75-90 menit dengan one-way Anova
tests………. 52
xvii
(Scheffe test)………... 52
Lampiran 23. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres, pada t = 15-30 menit dengan Post-Hoc tests
(Scheffe test)……… 52
Lampiran 24. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres, pada t = 30-45 menit dengan Post-Hoc tests
(Scheffe test)……… 53
Lampiran 25. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres, pada t = 45-60 menit dengan Post-Hoc tests
(Scheffe test)……… 53
Lampiran 26 Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres, pada t = 60-75 menit dengan Post-Hoc tests
(Scheffe test)……… 54
xviii
stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres, pada t = 75-90 menit dengan Post-Hoc tests
(Scheffe test)……… 54
Lampiran 28. Tabel yang menggambarkan ketiga kelompok perlakuan (kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres)……….. 55 Lampiran 29. Data uji distribusi normal total lamanya berenang mencit pada
setiap kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres……… 55 Lampiran 30. Data uji homogenitas total lamanya berenang mencit pada setiap
kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres………. 55 Lampiran 31. Data uji statistik total lamanya berenang mencit pada setiap
kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres denganone-way Anova tests………... 56 Lampiran 32. Data uji statistik total lamanya berenang mencit pada setiap
xix
Lampiran 33. Tabel yang menggambarkan ketiga kelompok perlakuan (kelompok kontrol, kelompok aquadest yang diberi pra-perlakuan stres, dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBByang diberi pra-perlakuan stres)……… 57 Lampiran 34. General Linear Model kelompok perlakuan (kelompok
xx INTISARI
Stres merupakan sebuah keadaan ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntuan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Stres juga mempengaruhi saraf simpatik sehingga menyekresikan epinefrin dan norepinefrin, yang akan mengalihkan darah ke otot sehingga aktivitas motorik akan meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh stres terhadap aktivitas motorik mencit dengan metode sangkar putar dan ketahanan berenang.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan mencit jantan putih galur Swiss, umur 2-3 bulan, dan berat ± 20-30 gram. Mencit dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol (hanya diberikan aquadest), kelompok perlakuan stres yang diberikan aquadest dan kelompok perlakuan stres yang diberikan diazepam dengan dosis terapi 0.65mg/kgBB. Data hasil percobaan metode sangkar putar berupa banyaknya putaran per 15 menit, sedangkan data hasil percobaan metode ketahanan berenang berupa lamanya mencit memiliki ketahanan berenang dalam hitungan waktu (detik). Dari data metode sangkar putar dan metode ketahanan berenang tersebut dianalisis secara statistik dengan one-sample Kolmogorov-Smirnov tests sehingga dapat diketahui distribusi datanya normal/tidak dan dilakukan uji homogenitas antar kelompok yang dibandingkan. Apabila data yang akan diuji terdistribusi normal dan homogen maka pengujian dapat dilanjutkan dengan one-way Anova tests dan Post Hoc tests dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil analisis pada metode sangkar putar dan metode ketahanan berenang menunjukkan bahwa stres mampu mempengaruhi aktivitas motorik yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah putaran pada metode sangkar putar dan semakin cepat mencit tenggelam pada metode ketahanan berenang.
xxi ABSTRACT
Stres represent a situation when there is an imbalance between accepted compulsion and ability to overcoming it. Stres also influence sympathetic nerve so that epinefrin and norepinefrin are produced, to transfer blood to muscle so that activity of motorik will mount. This research aim to know influence of stres mice’s activity motoric with cylinder cage and resilience swim.
The genre of this researchis pure experimental in which the program of this research is random research plan, complete, and one-direction pattern. The research use male mice of Swiss strain; 2-3 months, and 20-30 gram. The mice are into 3 groups based on its treatment, i.e: control group is given aquadest per orally (p.o); and stress treatment group is given aquadest per orally; and stress treatment group is given diazepam per orally. The output data result of attempt cylinder cage and output data result of resilience swim are put in together in the tabel. The mean result of cylinder cage and resilience swim which is got from the calculation, later, is analyzed statistically with one sampel Kolmogorov-smirnov and homogeneity test. After being known that the distribution of the data is normal and homogen, it is continued withone-way Anova testand Post Hoc tests with interval 95%.
The result of research shows that stress can increase motoric activity in both of two methods.
1 BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kondisi lingkungan saat ini telah mengalami banyak perubahan tatanan secara dramatis, maka tekanan atau stressor yang harus dihadapi seseorang menjadi semakin bervariasi (Anonim, 2009a). Adanya stressor dapat menyebabkan stres, stres dapat berakibat baik, yakni sebagai motivator, atau juga buruk. Hal ini disebabkan karena pengaruh stres pada manusia tergantung pada keseimbangan antara kebutuhan yang menyebabkan stres dan kemampuan manusia untuk mengatasinya (Wilkinson, 2002).
Perubahan yang terlalu besar dan cepat dibandingkan dengan kemampuan manusia untuk menerimanya bisa menimbulkan stres. Tetapi, stres tidak hanya bergantung pada jumlah stres dan beratnya stres tersebut, tetapi juga bergantung pada stres tersebut diingikan atau tidak diinginkan. Jadi, stres juga dapat ditimbulkan karena peristiwa yang mengembirakan dan peristiwa menyedihkan. Salah satu contoh stressor dari peristiwa menyenangkan yaitu pernikahan, sedangkan dari peristiwa yang menyedihkan yaitu problem kesehatan. Setiap penyakit, berat atau ringan, pasti menimbulkan ketegangan dan penderitaan (Hartono, 2007).
2
menghadapi stresor, yang dapat berasal dari dalam di individu maupun dari lingkungannya. Bila proses adaptasi berhasil dan stressor yang dihadapi dapat diatasi secara memadai, maka tidak akan timbul stres. Baru bila gagal dan terjadi ketidakmampuan, timbullah stres (Karnadi, 1999).
Kondisi sehat dapat dipertahankan karena individu mempunyai ketahanan tubuh yang baik. Stres terjadi karena tidak adekuatnya kebutuhan dasar manusia yang akan dapat bermanifes pada perubahan fungsi fisiologis, kognitif, emosi dan perilaku. Paradigma yang banyak dianut pada saat ini adalah memfokuskan pada hubungan antara perilaku, sistem saraf pusat (SSP), fungsi endokrin dan imunitas. Dalam keadaan stres, sistem simpatik akan memproduksi epinefrin dan norepinefrin. Dimana akan membantu menggerakkan glukosa ke dalam darah dan membuat energi mencapai otak dan otot. Dalam otot rangka, epinefrin membantu memobilisasi sumber-sumber gula sehingga otot dapat menggunakan gula itu lebih cepat. Ketegangan otot dan tingkat pernafasan yang diperantarai oleh sistem saraf somatis cenderung meningkat dalam keadaan stres (Anonim, 2009b).
Responsivitas sistem imun terhadap stres menjadi konsep dasar psikoneuroimunologi. Mekanisme hubungan tersebut diperantarai oleh mediator kimiawi seperti glukokortikoid, zat golongan amin dan berbagai polipeptida melalui aksis limbik hipotalamus-hipofisis-adrenal yang dapat menurunkan respon imun seperti aktifitas sel natural killer (NK), interleukin (IL-2R mRNA), TNF-αdan produksi interferon gama (IFNγ). (Gunawan dan Sumadiono, 2007).
3
istilah psikologi respon ini dapat disebut sebagai perilaku coping. Ada beberapa cara coping stres yang dilakukan yaitu cara yang terfokus pada masalah, atau problem-focused oriented, dan yang terfokus pada emosi, atau emotional-focused
oriented(Karnadi, 1999).
Dalam menanggulangi stres, seseorang dapat mengkonsultasikan pada dokter umum, psikiater atau psikolog, dan dapat juga mengunakan obat seperti sedatif misalnya diazepam, atau obat-obat yang secara umum memiliki sifat yang sama dengan sedatif.
Diazepam digunakan untuk mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang berlebihan, sehingga diazepam dapat memberikan efek yang menenangkan, diazepam juga dapat digunakan untuk kejang otot (Aisyah, 2009).
Menurut Suwendar, Iskendiarso, dan Sopiah, (2004), aktivitas motorik mencit dapat diukur dengan metode sangkar putar dan metode ketahanan berenang, sehingga untuk dapat menguji pengaruh stres terhadap aktivitas motorik mencit dapat menggunakan kedua metode tersebut.
4
1. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut muncul permasalahan sebagai berikut:
Apakah stres dapat mempengaruhi aktivitas motorik mencit pada metode sangkar putar dan metode ketahanan berenang?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengamatan penulis, telah dilakukan penelitian Efek Stimulasi Sistem Saraf Pusat oleh Infusa Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rose.) pada Mencit oleh Suwendar, dkk (2004) dan penelitian Pengaruh Stres terhadap Efek Analgesik Petidin pada Mencit Jantan Putih dengan Metode Lempeng Panas oleh Santoso (2009). Penelitian mengenai pengaruh stres terhadap aktivitas motorik mencit jantan dengan metode sangkar putar dan metode ketahanan berenang belum pernah dilakukan sebelumnya.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai suatu informasi baru kepada masyarakat tentang pengaruh stres terhadap aktivitas motorik.
b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya bidang kefarmasian tentang pengaruh stres terhadap aktivitas motorik.
5
dengan menggunakan metode sangkar putar dan metode ketahanan berenang yang digabungkan dengan metode perlakuan stres.
B. Tujuan Penelitian
6 BAB II
PENELAHAAN PUSTAKA
A. Stres
Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau diluar batasan kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut. Stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi tantangan-tantangan (challenge) yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman (threat), atau ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungannya. Hans Selye, seorang ahli fisiologi dari Universitas Montreal merumuskan bahwa stress adalah tanggapan tubuh yang sifatnya nonspesifik terhadap aksi tuntutan atasnya. Sehingga tubuh bereaksi secara emosi dan fisis untuk mempertahankan kondisi fisis yang optimal reaksi ini disebutGeneral Adaptation Syndrome(GAS) (Liza, 2008).
Stres dapat diukur dengan beberapa cara antara lain : 1. Pengukuranself-report
Merupakan metode yang paling sering digunakan karena mudah dalam memberi penilaian.
2. Pengukuran prestasi
7
3. Pengukuran fisiologi
Pengukuran dilakukan pada peningkatan banyaknya denyut jantung, tekanan darah, dan respirasi, atau perubahan daya tahan kulit pada daya arus listrik sebagai hasil adanya aktivasi saraf simpatik.
4. Pengukuran biokimia
Stres juga mempunyai dampak yang penting terhadap sistem endokrin, yaitu adanya peningkatan sekresi kortikosteroid oleh korteks ardenal dan katekolamin oleh medula adrenalis. Peningkatan jumlah hormon ini dapat dideteksi pada darah dan urin melalui serangkaian uji (Bishop, 1994).
Stres merupakan sebuah terminologi yang sangat populer dalam percakapan sehari-hari. Stres adalah salah satu dampak perubahan sosial dan akibat dari suatu proses modernisasi yang biasanya diikuti oleh proliferasi teknologi, perubahan tatanan hidup serta kompetisi antar individu yang makin berat. Pada awal tahun 1950-an para ahli perilaku mempelajari hubungan perilaku dengan sistem kekebalan tubuh yang sangat kompleks dan salah satu isu menarik adalah hubungan antara stres dengan sistem kekebalan tubuh. Akhir-akhir ini berkembang penelitian tentang hubungan antara perilaku, kerja saraf, fungsi endokrin dan imunitas. Penelitian-penelitian tersebut telah mendorong munculnya konsep baru yaitu psikoneuroimunologi (Gunawan dan Sumadiono, 2007).
8
9
B. Distres
Ketika individu menghadapi jumlah tuntutan yang semakin meningkat atau memandang tuntutan-tuntutan yang menghadangnya sebagai sesuatu yang sulit atau mengancam, individu tersebut perlu membuat satu penilaian tentang kemampuannya untuk menghadapinya (Looker and Gregson, 2005).
Distres dapat juga muncul karena terlalu sedikitnya tuntutan yang merangsang, yang menyebabkan kebosanan dan frustasi. Terlampau sedikit hal yang dikerjakan atau terlampau sedikit tugas yang menuntut bisa menjadi sama menyedihkannya dengan memiliki terlampau banyak tugas atau menangani pekerjaan yang kompleks. Situasi ini umumnya muncul ketika orang-orang memasuki masa pensiun atau diberi pekerjaan-pekerjaan yang tidak sesuai dengan kemampuan-kemampuan mereka (Looker and Gregson, 2005).
C. Eustres
10
D. Stres danStressor
Dalam ilmu psikologi, stres diartikan sebagai suatu kondisi kebutuhan tidak terpenuhi secara adekuat, sehingga menimbulkan adanya ketidakseimbangan. Taylor mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres (Gunawan dan Sumadiono, 2007).
Teori stres bermula dari penelitian Cannon yang kemudian diadopsi oleh Meyer yang melatih para dokter untuk menggunakan riwayat hidup penderita sebagai sarana diagnostik karena banyak dijumpai kejadian traumatik pada penderita yang menjadi penyebab penyakitnya (Gunawan dan Sumadiono, 2007).
Menurut Hans Selye teori stressor fisik maupun psikologik akan mengakibatkan 3 tingkatan gejala adaptasi umum; tahap reaksi alarm (alarm reaction), resistensi (resistance) dan tahap kehabisan tenaga (exhaustion) (Gunawan dan Sumadiono, 2007).
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stres disebut stressor. Stresor dibedakan atas 3 golongan yaitu :
a. Stressor fisik biologik : dingin, panas, infeksi, rasa nyeri, pukulan dan lain-lain.
b. Stressor psikologis : takut, khawatir, cemas, marah, kekecewaan, kesepian, jatuh cinta dan lain-lain.
11
12
E. Hubungan Stres Dengan Sistem Endokrin
SistemSympathoacdreno- Sistem
Hypothalmic-
pituitary-medullary(SAM) adrenocortical(HPAC)
(Bishop, 1994)
F. Reaksi Terhadap Stres
Respon tubuh terhadap stres tersebut yang disebut GAS (General Adaptation Syndrome) terdiri dari 3 fase yaitu:
a. Waspada, (alarm reaction/reaksi peringatan).
Respons Fight or flight (respons tahap awal). Apabila tubuh kita menghadapi stres, maka akan mengaktifkan sistem saraf simpatis dan sistem hormon seperti kotekolamin, epinefrin, norepinefrine, glukokortikoid, kortisol dan kortison. b. Reaksi pertahanan (the stage of resistance).
Adrenal Medula menyekresikan Mengalihkan darah ke otot Menstimulasi aktivitas mental Meningkatkan metabolisme
13
Reaksi terhadap stressor sudah melampaui batas kemampuan tubuh, maka akan timbul gejala psikis dan somatik.
c. Tahap kelelahan
Pada fase ini gejala akan terlihat jelas. Karena terjadi perpanjangan tahap awal stres yang telah terbiasa, energi sudah terkuras, individu tidak dapat lagi mengambil energi dari berbagai sumber, maka timbullah gejala penyakit seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, hipertensi, dispepsia (keluhan pada gastrointestinal), depresi, ansietas, frigiditas, impotensia (Liza, 2008).
G. Stres Meningkatkan Aktivitas Motorik
Emosi mempengaruhi kelakuan (behaviour), saraf otonom dan sistem hormon (sistem endokrin). Karena adanya situasi yang mengancam, maka saraf otonom dan sistem hormon merespon. Saraf simpatik dari saraf otonom menjadi aktif. Kondisi stres meningkatkan pelepasan norepinefrin dan epinefrin. Norepinefrin akan meningkatkan darah mengalir ke otot dengan meningkatkan pengeluaran darah dari jantung. Sedangkan epinefrin mempengaruhi metabolisme glukosa menyebabkan penyimpanan nutrisi di otot meningkat, sehingga aktivitas motorik menjadi tinggi (Carlson, 1988).
H. Sistem Otot
14
berbagai hal yang menunjang kehidupannya. Manusia mempertahankan keselamatannya dengan bergerak; refleks menghindar; berlari, menunduk, memungkinkan seseorang menjaga diri dari hal yang membahayakan tubuhnya. Di dalam tubuh kita, sistem yang mengatur dan mengendalikan keterampilan motorik adalah sistem motorik somatik (Sudarsono, 2004).
Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot memendek jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot terjadi jika otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat (Abdillah, 2008).
Yang dimaksud sistem otot adalah semua otot tubuh, yang terikat tulang, yang menyusun dinding sebagian besar organ internal, dan yang menyusun jantung. Namun demikian, secara umum mengacu pada otot kerangka saja, yaitu otot yang mengikat tulang dan menggerakkanya yang orang awam menyebutnya sebagai “daging” itu. Otot kerangka menerima serabut syarat dari sistem cerebrospinal dan karenanya dibawah kendali kehendak, atau volunter (Basoeki, 1988).
I. Mekanisme Gerak Otot
15
menyebabkan aktomiosin mengerut (kontraksi). Kontraksi ini memerlukan energi. Ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisisnya menjadi ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke miosin yang berubah bentuk ke konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang. Kemudian simpanan energi miosin dilepaskan, dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah, pada saat inilah terjadi relaksasi. Relaksasi ini mengubah sudut perlekatan ujung myosin menjadi miosin ekor. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin terpecah ketika molekul baru ATP bergabung dengan ujung miosin. Kemudian siklus tadi berulang lagi (Abdillah, 2008).
J. Obat Relaksan Otot
Obat relaksan otot adalah obat yang digunakan untuk melemaskan otot rangka atau untuk melumpuhkan otot. Biasanya digunakan sebelum operasi untuk mempermudah suatu operasi atau memasukkan suatu alat ke dalam tubuh (Anonim, 2007).
K. Diazepam 1. Struktur Diazepam :
N N O
Cl
16
Diazepam merupakan golongan benzodiazepin yang mempunyai efek ansiolitik atau sedativa. Obat ansiolitik akan mengurangi ansietas, menimbulkan ketenangan tanpa mempengaruhi fungsi motorik dan mental. Diazepam dapat digunakan untuk pasien depresi khususnya yang beresiko bunuh diri, untuk pasien dengan sejarah ketergantungan obat. Kejang demam dan spasma otot. Efek samping mengantuk, kelemasan otot, depresi pernafasan, gangguan mental. Dan kontraindikasi dengan depresi pernafasan, gangguan hati berat, kondisi fobia dan obsesi (Anonim, 2001). Efek samping pada pernafasan adalah apnea, asthma, menurunkan kecepatan bernafas (Lacy, 2006). Dosis ansietas (sedativa) oral untuk dewasa: 2-10 mg 2-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat sekali sehari, dosis untuk anak-anak > 6 bulan: 1-2,5 mg 3-4 kali sehari, dosis untuk dewasa secara intramuskular dan intravena: 2-10 mg, dapat diulang dalam 3-4 jam bila perlu. Dosis relaksasi otot untuk dewasa: 2-10 mg 3-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat satu kali sehari dan 2-2,5 mg 1-2 kali sehari diawal pada lansia atau pasien yang sangat lemah (Aisyah, 2009).
Diazepam bekerja secara bersama-sama dengan GABA (asam gama aminobutirat) meningkatkan afinitas terhadap sisi ikatannya tanpa perubahan jumlah total sisi tersebut.GABA adalah neurotransmitter (suatu senyawa yang digunakan oleh sel saraf untuk saling berkomunikasi) yang
17
konduksi klorida. Aliran ion klorida yang masuk menyebabkan hiperpolarisasi lemah menurunkan potensi postsinaptik dari ambang letup dan meniadakan pembentukkan kerja potensial. Benzodiazepin terikat pada sisi spesifik dan berafinitas tinggi pada membran sel, yang terpisah tetapi dekat reseptor GABA. Reseptor benzodiazepin terdapat hanya pada SSP dan lokasinya sejajar dengan neuron GABA. Pengikatan benzodiazepin (diazepam) memacu afinitas reseptor GABA untuk neotransmiter yang bersangkutan, sehingga saluran klorida yang berdekatan lebih sering terbuka. (Tanu, 1995).
18
L. Metode Sangkar Putar
Manifestasi pertama dari depresi pada sistem saraf pusat di tikus adalah melemahnya aktivitas motorik. Metode yang pernah dilakukan khusus untuk uji myorelaksan, dimana adanya rangsang pada spinal cord. Obat diberikan secara oral pada 10 mencit galur Swiss-Webster dengan interval dosis. Melemahnya aktivitas motorik ditandai dengan kesalahan mencit untuk melekat pada rotarod, sangkar putar. Dosis median menyebakan melemahnya aktivitas motorik dapat dihitung dengan metode Miller dan Tanter (1944), dan pada saat yang sama mencit kehilangan reflek dan terjadi toksisitas akut. Jadi, uji ini dapat disesuaikan atau digunakan pada cara atau pola termasuk dari metodenya juga, dan secara khusus untukblind screeming(Turner, 1954).
Aktivitas motorik dapat diuji dengan mengamati kemampuan mencit memutar alat roda sangkar putar. Mencit dipilih terlebih dahulu yang mampu memutar alat sebanyak 150-300 putaran dalam waktu 15 menit (Suwendar, dkk, 2004).
M. Metode Ketahanan Berenang
19
18cm. Suhu air disesuaikan pada suhu 20±0,5ºC. Wadahnya harus luas agar mencit dapat berleluasa berenang. Diambil lima mencit, diletakkan pada wadah tersebut, dan dicatat waktunya. Obat diberikan secara subkutan dengan interval dosis yang tepat sebelum uji ketahanan berenang dimulai. Ketahanan berenang dari mencit dapat dilihat ketika kepala mencit sudah berada di bawah air selama 7 detik. Dengan segera mencit dipindahkan dari wadah berenang tersebut, jika tidak segera, maka mencit tidak akan dapat bertahan. Rata-rata waktu uji ketahanan berenang pada kontrol mencit adalah 5,6 menit (Turner, 1954).
Tiga faktor penting yang digunakan untuk uji ketahahan berenang adalah: kecepatan berenang, daya tahan mencit dalam berenang, dan kelelahan otot dari mencit selama berenang (Akiyama, dkk, 2009).
N. Landasan Teori
Stres dapat diartikan sebagai sebuah keadaan ketika ada sebuah ketidaksesuaian antara tuntutan-tuntuan yang diterima dan kemampuan untuk mengatasinya. Stres juga mempengaruhi saraf simpatik sehingga menyekresikan epinefrin dan norepinefrin, yang akan mengalihkan darah ke otot sehingga aktivitas motorik akan meningkat.
Metode yang dapat mengukur aktivitas motorik adalah metode ketahanan berenang dan metode sangkar putar (Suwendar, dkk, 2004).
20
yang dihasilkan oleh mencit. Sedangkan pada metode ketahanan berenang, pengukuran aktivitas motorik yang meningkat ditandai dengan semakin menurunnya ketahanan berenang (semakin cepat mencit tenggelam).
Efek dari penggunaan diazepam adalah untuk merelaksasi otot dengan cara membuka kanal ion Cl sehingga terjadilah hiperpolarisasi yang akan mengakibatkan sel menjadi sulit terangsang. Hal ini akan menurunkan aktivitas motorik mencit pada metode sangkar putar dan metode ketahanan berenang.
O. Hipotesis
21 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dimana dilakukan manipulasi atau perlakuan terhadap subjek uji dan bersifat eksploratif yaitu untuk mengetahui pengaruh stres terhadap aktivitas motorik.
Rancangan penelitian ini termasuk rancangan acak lengkap pola searah. Acak berarti pengelompokan mencit dilakukan secara random. Rancangan lengkap berarti variabel dalam penelitian ini sudah dipertimbangkan sebelumnya dalam hal bahan uji, sampel uji, maupun hewan uji yang digunakan. Termasuk penelitian pola searah karena hanya digunakan satu variabel bebas saja yaitu kondisi mencit yang mengalami stres/tidak yang menentukan variabel tergantungnya yaitu berupa banyaknya putaran per lima belas menit dan lamanya ketahanan berenang dalam satuan waktu.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian
Variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini, antara lain : a. Variabel bebas yaitu adanya perlakuan stres terhadap mencit.
22
c. Variabel pengacau terkendali yaitu kondisi hewan uji (mencit putih jantan galur Swiss, berat badan ± 20 - 30 gram, umur : 2–3 bulan, mampu memutar alat sebanyak 150-300 putaran dalam waktu 15 menit.
d. Variabel pengacau tidak terkendali meliputi kondisi patologis dari mencit yang digunakan sebagai hewan uji dalam penelitian ini dan suhu air pada metode ketahanan berenang.
2. Definisi operasional
a. Stres yang dialami mencit dalam penelitian ini adalah saat mencit dimasukkan ke dalam pralon tertutup dengan ukuran: panjang 5cm dan lebar 2,5cm selama 30 menit.
b. Pra-perlakuan stres adalah di mana mencit di letakkan ke dalam pralon selama 30 menit sebelum mencit diberikan diazepam dan aquadest.
c. Aktivitas motorik mencit dapat dilihat dari banyaknya mencit memutar alat dan lamanya ketahanan berenang.
d. Obat relaksan otot adalah obat yang digunakan untuk melemaskan otot rangka atau untuk melumpuhkan otot.
e. Jumlah putaran dihitung dalam waktu 15 menit selama 90 menit setelah 5 menit pertama diletakkan dengan menggunakan metode sangkar putar. f. Lamanya ketahanan berenang diukur sewaktu mencit mulai berenang
23
g. Diameter sangkar putar yang digunakan adalah 14 cm dan terbuat dari bahan plastik.
h. Ukuran aquarium untuk ketahanan berenang dengan tinggi 50 cm, tinggi 25 cm, lebar 30 cm dan kedalaman air 18 cm, aquarium terbuat dari kaca.
C. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tiga puluh ekor mencit jantan putih galur Swiss (berat badan ± 20 – 30 gram, umur : 2–3 bulan), ampul diazepam 2 ml yang diperoleh dari Apotek Panti Rapih Yogyakarta, dan aquadest yang diproduksi oleh Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi USD Yogyakarta.
D. Alat Penelitian
24
E. Tata Cara Penelitian
1. Pembuatan larutan stok diazepam dosis 0,65mg/kgBB
Pembuatan larutan diazepam dengan dosis 0,65mg/kgBB berasal dari konversi dosis terapi pada manusia yaitu 5mg/70kg BB untuk efek relaksan otot. Diazepam dengan dosis 0,65 mg/kgBB diambil dengan seksama 0,052 ml diazepam dosis 5 mg/ml lalu ditambah aquadest ad 10 ml. Perhitungan konversi dosis relaksan otot pada manusia ke mencit terlampir pada lampiran ke-7.
2. Pemilihan hewan uji
Penelitian ini menggunakan mencit putih jantan, galur Swiss, sehat, umur 2 - 3 bulan dengan berat badan 20-30 gram. Subyek uji diperoleh dari LPPT-Universitas Gadjah Mada.
3. Perlakuan pada mencit sebelum pengujian
Sebelum mencit jantan digunakan dalam penelitian ini, terlebih dahulu mencit jantan diadaptasikan dengan lingkungan laboratorium selama ± 2 minggu. Selain itu sebelum mencit jantan digunakan terlebih dahulu dipuasakan selama 18 jam tetapi tetap diberi minum.
4. Metode sangkar putar
25
jantan). Lalu untuk kelompok pemberian diazepam, semua mencit ditimbang berat badannya dan dicatat sehingga dapat digunakan untuk menentukan volume pemberian diazepam dosis terapi (0,65 mg/kgBB) ke mencit. Setelah itu, mencit pada kelompok kontrol (pemberian aquadest) langsung dimasukkan ke dalam sangkar putar dan dihitung banyaknya berputar per-15 menit sampai 90 menit setelah 5 menit pertama diletakkan. Pada kelompok mencit pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, masing-masing mencit dimasukkan ke dalam pralon terlebih dahulu untuk perlakuan stres selama 30 menit (Santoso, 2009) lalu diletakkan ke dalam sangkar putar, dan dihitung banyaknya putaran per-15 menit selama 90 menit setelah 5 menit pertama diletakkan. Kemudian pada kelompok mencit pemberian diazepam 0.65 mg/kgBB dengan pra-perlakuan stres juga masing-masing mencit dimasukkan ke dalam pralon terlebih dahulu untuk perlakuan stres selama 30 menit lalu langsung diberikan diazepam secara oral, setelah itu diletakkan ke dalam sangkar putar, dan dihitung banyaknya putaran per-15 menit selama 90 menit setelah 5 menit pertama diletakkan. Lalu masing-masing data yang diperoleh pada masing-masing kelompok dikumpulkan pada satu tabel.
5. Metode ketahanan berenang
26
27
F. Analisis Hasil
Pada metode sangkar putar, data banyaknya putaran setiap mencit dikumpulkan pada satu tabel dan dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, setelah hasil yang didapatkan lebih dari 0.005 berarti data sudah
terdistribusi normal dan homogen, maka dapat dilanjutkan dengan one-way Anova untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna antara kelompok uji, bila ada perbedaan bermakna dapat dilanjutkan dengan Post-Hoc test yaitu Scheffe test dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan bermakna secara lebih jelas antar masing-masing kelompok.
Pada metode ketahanan berenang, data dibuat dalam satuan detik, kemudian dianalisis menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, setelah hasil yang didapatkan lebih dari 0.005 berarti data sudah terdistribusi normal dan homogen, maka dapat dilanjutkan dengan one-way Anova untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan yang bermakna antara kelompok uji, bila ada perbedaan bermakna dapat dilanjutkan denganPost-Hoc testyaitu Scheffe test dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui perbedaan bermakna secara lebih jelas antar masing-masing kelompok.
28 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Pengaruh Stres terhadap Aktivitas Motorik dengan Metode Sangkar Putar
29
Tabel I. Data jumlah kumulatif putaran mencit pada kelompok kontrol (pemberian aquadest), kelompok pemberian aquadest yang diberikan pra-perlakuan stres, dan kelompok pemberian diazepam yang diberikan pra-perlakuan stres
Banyak putaran (mean±SD)
0-15 172,4±13,9 227,9±41,1 129,9±14,2
15-30 220,0±43,4 239,3±41,2 93,7±52,2
30-45 155,3±38,3 226,3±55,8 42,3±32,6
45-60 160,6±28,4 245,1±37,9 27,4±23,9
60-75 145,7±30,0 243,0±33,4 15,43±7,3
75-90 128,6±43,7 231,9±22,4 9,3±10,5
0
30
Tabel II. Tabel yang menggambarkan ketiga kelompok perlakuan (kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres.
Kelompok 1 2 3
Kelompok 1= kelompok pemberian aquadest
Kelompok 2= kelompok pemberian aquadest dan pra-perlakuan stres
Kelompok 3= kelompok pemberian diazepam dan pra-perlakuan stres.
Data dari dari tabel diatas dilampirkan dengan GLM pada lampiran ke-34.
Dari data di atas, dapat dipastikan apakah ketiga kelompok tersebut berbeda bermakna atau tidak, perlu dilakukan uji statistik yang didahului dengan uji distribusi normal dengan menggunakan uji statistik one-sample Kolmogorov-Smirnov test, kemudian setelah itu dilakukan uji homogenitas.
31
pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres) ternyata terdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi ≥ 0,05 (p ≥ 0,05) dimana saat t = 0-15 menit diperoleh nilai signifikasi 0,574 ≥ 0,05, t = 15-30 menit diperoleh nilai signifikasi 0,733 ≥ 0,05, t = 30-45 menit diperoleh nilai signifikasi 0,971 ≥ 0,05, t = 45-60 menit diperoleh nilai signifikasi 0,805≥0,05, t = 60-75 menit diperoleh nilai signifikasi 0,320 ≥ 0,05, t = 75-90 menit diperoleh nilai signifikasi 0,574 ≥ 0,05. Lalu dilanjutkan dengan uji homogenitas dimana tujuannya yaitu untuk mengetahui apakah data antar kelompok yang akan diuji dapat/layak dibandingkan atau tidak.
32
Dari hasil uji statistik one-way Anova tests (data terlampir pada lampiran ke-16 sampai 21) ternyata didapatkan hasil bahwa banyaknya putaran mencit kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres pada saat t = 0-15 menit, t = 15-30menit, t = 30-45 menit, t = 45-60menit, t = 60-75 menit, t = 75-90 menit ternyata berbeda bermakna. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi ≤ 0,05 (p ≤ 0,05) dimana pada saat t = 0-15 menit diperoleh nilai signifikasi 0,000≤ 0,05, t = 15-30 menit diperoleh nilai signifikasi 0,000≤0,05, t = 30-45 menit diperoleh nilai signifikasi 0,000 ≤ 0,05, t = 45-60 menit diperoleh nilai signifikasi 0,000 ≤ 0,05, t = 60-75 menit diperoleh nilai signifikasi 0,000 ≤ 0,05, t = 75-90 menit diperoleh nilai signifikasi 0,000 ≤ 0,05. Lalu perlu dilanjutkan dengan uji Post-Hoc test dengan tujuan untuk mengetahui secara lebih jelas perbedaan bermakna antar ketiga kelompok.
33
Pada penelitian ini ingin membuktikan adanya stres dapat meningkatkan aktivitas motorik, hal ini telah ditujukan dengan hasil analisis statistik yang telah membuktikan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres pada saat t = 0-15 menit, t = 15-30 menit, t = 30-45 menit, t = 45-60menit, t = 60-75 menit, t = 75-90 menit. Hal ini dapat diketahui dengan nilai signifikasi ≤ 0,05 (p ≤ 0,05) pada tiap interval waktu, kecuali pada menit 15-30 pada antara kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres.
34
penurunan dibandingkan dengan kelompok pemberian aquadest, hal ini dikarenakan diazepam yang digunakan dalam penelitian ini berfungsi untuk merelaksasi otot, sehingga putaran yang dihasilkan akan semakin menurun.
B. Hasil Uji Pengaruh Stres terhadap Aktivitas Motorik dengan Metode Ketahanan Berenang
Pada metode ini, ingin melihat pengaruh stres terhadap ketahanan berenang mencit. Metode yang digunakan adalah ketahanan berenang, dimana mencit akan berenang (bertahan di permukaan air sampai tenggelam) dalam hitungan waktu. Pada metode ini, suhu air tidak dikontrol dan dipertahankan Pada penelitian ini digunakan aquadest sebagai kontrol karena diazepam larut dalam air, kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres. Ketiga kelompok ini diuji dengan metode ketahanan berenang lalu diperoleh data lamanya berenang mencit dalam satuan waktu berupa detik.
Tabel III. Rata-rata ketahanan berenang mencit pada kelompok kontrol (pemberian aquadest), kelompok pemberian aquadest yang diberikan pra-perlakuan stres, dan kelompok pemberian diazepam yang diberikan pra-perlakuan stres
35
Keterangan: Kelompok 1= kelompok pemberian aquadest (kontrol)
Kelompok 2= kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres
Kelompok 3= kelompok pemberian diazepam dengan pra-perlakuan stres
Lamanya ketahanan berenang dalam satuan detik.
Gambar 2. Diagram lamanya berenang (detik) kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres
Tabel IV. Tabel yang menggambarkan ketiga kelompok perlakuan (kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres.
Kelompok 1 2 3
1 BB BB
2 BB BTB
3 BB BTB
Keterangan: BB=Berbeda Bermakna
BTB=Berbeda Tidak Bermakna
36
Kelompok 2= kelompok pemberian aquadest dan pra-perlakuan stres
Kelompok 3= kelompok pemberian diazepam dan pra-perlakuan stres.
Dari data di atas, dapat dipastikan apakah ketiga kelompok tersebut berbeda bermakna atau tidak, perlu dilakukan uji statistik yang didahului dengan uji distribusi normal dengan menggunakan uji statistik one-sample Kolmogorov-Smirnov test, kemudian setelah itu dilakukan uji homogenitas.
Dari hasil uji distribusi normal (data terlampir pada lampiran ke-29) banyaknya putaran pada ketiga kelompok (kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres) dengan one-sample Kolmogorov-Smirnov test, menunjukkan bahwa lamanya berenang ketiga kelompok (kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres) ternyata terdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi≥0,05 (p
≥ 0,05) dimana lamanya berenang diperoleh nilai signifikasi 0,210 ≥ 0,05. Lalu
dilanjutkan dengan uji homogenitas dimana tujuannya yaitu untuk mengetahui apakah data antar kelompok yang akan diuji dapat/layak dibandingkan atau tidak.
37
stres ternyata homogen. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi ≥ 0,05 (p ≥ 0,05) dimana lamanya berenang diperoleh nilai signifikasi 0,047 ≥ 0,05. Setelah diketahui bahwa data tersebut terdistribusi normal dan homogen maka data tersebut dapat dilanjutkan uji statistikone-way Anova test.
Dari hasil uji statistik one-way Anova tests (data terlampir pada lampiran ke-31) ternyata didapatkan hasil bahwa lamanya berenang mencit kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres ternyata berbeda bermakna. Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi ≤ 0,05 (p ≤ 0,05) dimana lamanya berenang diperoleh nilai signifikasi 0,000 ≤ 0,05. Lalu perlu dilanjutkan dengan uji Post-Hoc test dengan tujuan untuk mengetahui secara lebih jelas perbedaan bermakna antar ketiga kelompok.
Post-Hoc test yang dipilih yaitu Scheffe tests. Hasil Scheffe tests (data terlampir pada lampiran ke-32) menunjukkan bahwa nilai signifikasi antara kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres ≤ 0,05 (p ≤ 0,05), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres dan kelompok pemberian diazepam dosis 0,65mg/kgBB dengan pra-perlakuan stres berbeda tidak bermakna.
38
mencit yang hanya diberikan aquadest dibandingkan dengan kelompok mencit pemberian aquadest dengan praperlakuan stres dan kelompok diazepam dosis 0.65mg/kgBB yang diberi pra-perlakuan stres. Hal ini dapat diketahui dengan nilai signifikasi≤0,05 (p≤0,05).
39 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Stres dapat meningkatkan aktivitas motorik mencit dengan dibuktikan banyaknya putaran dari metode sangkar putar dan semakin cepatnya mencit tenggelam pada metode ketahanan berenang.
B. Saran
Beberapa saran yang diajukan oleh penulis berdasarkan hasil penelitian pengaruh stres terhadap aktivitas motorik mencit :
1. Metode sangkar putar dapat dimodifikasi dengan cara menggabungkan counter dengan sangkar putarnya.
2. Dapat dilakukan pengukuran terhadap kadar epineprin dan norepineprin atau hormon lain yang berkaitan dengan meningkatnya stres dan aktivitas motorik.
3. Dapat dilakukan penelitian yang serupa dengan mempertimbangkan dan mempertahankan suhu air pada metode ketahanan berenang.
40
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, I.A., 2008, Sistem Mekanisme Gerak Otot , http://fanatoria.blogspot.com/2008/11/sistem-mekanisme-gerak-otot.html, diakses tanggal 20 September 2009
Aisyah, R.G.M., 2009,Profil Diazepam, http://rgmaisyah.wordpress.com/ 2009/01/05 /profil-diazepam/, diakses tanggal 26 Oktober 2009.
Akiyama, S., Arimoto, T., dan Purbayanto, A., 2009, Fisiologi Penglihatan dan Kemampuan Renang dari Japanese Whiting dalam Hubungannya dengan Proses Penangkapan dengan Menggunakan Alat Tangkat Sweeping Trammel Net, www.achongtakeshi.multiply.com/reviews, diakses tanggal 20 Agustus 2009
Anonim, 2001, Informasi Obat Nasional Indonesia 2000, CV Sagung Seto, Jakarta
Anonim, 2007, Obat Relaksan Otot, www.medicastore.com/apotik_online/obat_ saraf_ otot/obat_relaksan_otot.htm - 22k -, diakses pada tanggal 27 April 2009
Anonim, 2009a,Bersahabat dengan Alam. http://www.tauhidinstitute.org/articles/ bersahabat-dengan-alam.pdf., diakses tanggal 3 September 2009
Anonim, 2009b, Emosi dan Stress, http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/ psikologi_umum2/bab2_emosi_dan_stress.pdf, diakses tanggal 3 September 2009
Basoeki, S.,Anatomi dan Fisiologi Manusia, 76-127, Depdikbud, Jakarta
Bishop, G.D., 1994, Health Psychology: Integrating Mind and Body, 125-127, Allyn and Bacon, Boston
Carlson, N.R., 1988, Foundation of Physiological Psychology, 3rd edition, 332-370, Allyn & Bacon, Massachusetts
Dollery, S.C., 1999,Therapeutic Drugs, Vol. I, D80-D82, Churchill Livingstone, Edinburgh
41
Gunawan, B., dan Sumadiono, 2007, Stres dan Sistem Imun Tubuh:Suatu Pendekatan Psikoneuroimunologi, Cermin Dunia Kedokteran, Bagian Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Hartono, L.A., 2007,Stres dan Stroke, 9-12, Penerbit Kanisius, Yogyakarta Karnadi, J., 1999, Stres Dalam Kehidupan Sehari-hari,Cermin Dunia Kedokteran Lacy, C.F., 2006,Drug Information Handbook, 14th Edition, 452-453, Lexi-comp
inc, Ohio
Looker, T., dan Gregson, O., 2005, Mengatasi Stres Secara Mandiri, 1-2, 44, 48-50, Penerbit Baca, Yogyakarta
Liza, 2008, Hubungan Motivasi Beribadah dan Kekebalan Stress dengan Pencegahan Gangguan Psikosomatik (Studi Kasus pada Puskesmas
Astapada Kabupaten Cirebon tahun 2008),
http://www.scribd.com/doc/15962943/HUBUNGAN-MOTIVASI-BERIBADAH-DAN-KEKEBALAN-STRESS. Diakses pada tanggal 25 Agustus 2009
Purbayanto, A., Akiyama, S., dan Arimoto, T., 1997,Fisiologi Penglihatan dan Kemampuan Renang dari Japanese Whiting dalam Hubungannya dengan Proses Penangkapan dengan Menggunakan Alat Tangkap Sweeping Trammel Net, http://www.scribd.com/suggested_users?from=download &next_url=http%3A%2F%2Fwww.scribd.com%2Fdocument_downloads %2F16989680%3Fextension%3Dpdf%26secret_password%3D, diakses pada tanggal 23 Agustus 2009
Santoso, W.K., 2009, Pengaruh Stres terhadap Efek Analgesik Petidin pada Mencit Jantan Putih dengan Metode Lempeng Panas, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Sudarsono, N.C., 2004, Sistem Motorik Somatik, http://lib.farmasi.unpad.ac.id/ media_detail.aspx?id=2732%20-%2011k, diakses tanggal 20 Januari 2009 Sigit, J.I., Suwendar, dan Sopiah, P., 2004, Efek Stimulasi Sistem Saraf Pusat oleh
Infusa Rimpang Jahe (Zingiber officinale Rose.) pada Mencit ddy, Acta Pharmaceutica Indonesia, 29(2), 34-42, Institut Teknologi Bandung, Bandung
Tanu, I., 1995,Farmakologi dan Terapi edisi 4, Fakultas Kedokteran-Universitas Indonesia, Jakarta
42
43
Lampiran 1. Foto sangkar putar
44
Lampiran 3. Foto aquarium.
45
Lampiran 5. Foto pipa pralon yang digunakan untuk memberikan kondisi stres
46
Lampiran 7. Perhitungan pembuatan diazepam dosis 0,65 mg/kgBB dari diazepam dosis 5 mg/ml dengan volume ampul 2 ml
Dosis diazepam dalam 1 ampul (volume 2ml) = 5 mg/ml
Perhitungan:
Konversi dosis diazepam dari manusia ke mencit 20 g BB =
Kg mg 70
5
x 0,0026 = 0,013mg/20gBB = 0,00065mg/gBB = 0,65 mg/kgBB
Perhitungan konsentrasi diazepam :
D x BB = C x V
0,00065 mg/gBB x 20 g = C x 0,5 ml 0,013 mg = C x 0,5 ml
C = 0,026 mg/ml
Konsentrasi 0,026 mg/ml diazepam dibuat stok sebanyak 10 ml Pengenceran :
V1 x C1 = V2 x C2
V1 x 5 mg/ml = 10 ml x 0,026 mg/ml V1 = 0,052 ml
47
Lampiran 8. Data banyaknya putaran mencit kelompok pemberian aquadest (kontrol)
Jumlah putaran dalam kurun 15 menit selama 90 menit Kelompok
kontrol 0-15 15-30 30-45 45-60 60-75 75-90 TOTAL
Mencit 1 178 257 152 197 183 156 1123
Mencit 2 158 198 129 147 102 45 879
Mencit 3 196 242 204 147 146 147 1082
Mencit 4 181 165 195 206 148 107 1002
Mencit 5 156 181 105 148 174 159 923
Mencit 6 169 211 179 144 111 171 985
Mencit 7 169 286 123 135 156 115 984
Lampiran 9. Data banyaknya putaran mencit kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres
Lampiran 10. Data banyaknya putaran mencit kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres
Jumlah putaran dalam kurun 15 menit selama 90 menit Kelompok
stres + aquadest
0-15 15-30 30-45 45-60 60-75 75-90 TOTAL
Mencit 1 182 188 320 312 305 224 1531
Mencit 2 174 227 187 228 271 233 1320
Mencit 3 272 268 247 235 219 212 1453
Mencit 4 220 191 140 211 223 213 1198
Mencit 5 282 236 245 261 243 274 1541
Mencit 6 241 298 228 267 215 248 1497
Mencit 7 224 267 217 202 225 219 1354
Jumlah putaran dalam kurun 15 menit selama 90 menit Kelompok
stres + diazepam
0-15 15-30 30-45 45-60 60-75 75-90 TOTAL
48
Lampiran 11. Data lamanya berenang mencit kelompok pemberian aquadest (kontrol)
Kelompok perlakuan Lama berenang (detik)
Mencit 1 5581
Lampiran 12. Data lamanya berenang mencit kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres
Kelompok perlakuan Lama berenang (detik)
Mencit 1 2588
Lampiran 13. Data lamanya berenang mencit kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres
Kelompok perlakuan Lama berenang (detik)
49
Lampiran 14. Data uji distribusi normal total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada saat t = 0-15 menit, t = 0-15-30menit, t = 30-45 menit, t = 45-60menit, t = 60-75 menit, t = 75-90 menit
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
21 21 21 21 21 21
176.71 184.33 141.29 144.38 134.71 123.24 48.119 79.165 87.855 96.318 98.737 97.164
.171 .150 .106 .140 .209 .171
.171 .095 .106 .140 .209 .171
-.093 -.150 -.095 -.136 -.125 -.153
.782 .687 .488 .642 .956 .782
.574 .733 .971 .805 .320 .574
N
t15 t30 t45 t60 t75 t90
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
Lampiran 15 Data uji homogenitas total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada saat t = 0-15 menit, t = 0-15-30menit, t = 30-45 menit, t = 45-60menit, t = 60-75 menit, t = 75-90 menit
Test of Homogeneity of Variances
4.921 2 18 .020
50
Lampiran 16. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada t = 0-15 menit denganone-way Anova tests
ANOVA
t15
33806.857 2 16903.429 24.338 .000 12501.429 18 694.524
Squares df Mean Square F Sig.
Lampiran 17. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada t = 15-30 menit denganone-way Anova tests
ANOVA
t30
87525.810 2 43762.905 20.830 .000 37816.857 18 2100.937
Squares df Mean Square F Sig.
Lampiran 18. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada t = 30-45 menit denganone-way Anova tests
ANOVA
t45
120554.0 2 60277.000 32.087 .000 33814.286 18 1878.571
51
Lampiran 19. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada t = 45-60 menit dengan one-way Anova tests
ANOVA
t60
168650.7 2 84325.333 89.844 .000 16894.286 18 938.571
Squares df Mean Square F Sig.
Lampiran 20. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada t = 60-75 menit denganone-way Anova tests
ANOVA
t75
182531.1 2 91265.571 131.981 .000 12447.143 18 691.508
Squares df Mean Square F Sig.
Lampiran 21. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada t = 75-90 menit denganone-way Anova tests
ANOVA
t90
173681.8 2 86840.905 103.286 .000 15134.000 18 840.778
52
Lampiran 22. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada t = 0-15 menit denganPost-Hoc tests (Scheffe test)
Multiple Comparisons
Dependent Variable: t15 Scheffe
-55.429* 14.087 .004 -92.99 -17.87
42.571* 14.087 .025 5.01 80.13
55.429* 14.087 .004 17.87 92.99
98.000* 14.087 .000 60.44 135.56
-42.571* 14.087 .025 -80.13 -5.01
-98.000* 14.087 .000 -135.56 -60.44 (J) perlakuan
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level. *.
Lampiran 23. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada t = 15-30 menit dengan Post-Hoc tests (Scheffe test)
Multiple Comparisons
Dependent Variable: t30 Scheffe
-19.286 24.500 .737 -84.61 46.04
126.286* 24.500 .000 60.96 191.61
19.286 24.500 .737 -46.04 84.61
145.571* 24.500 .000 80.25 210.90
-126.286* 24.500 .000 -191.61 -60.96 -145.571* 24.500 .000 -210.90 -80.25 (J) perlakuan
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval
53
Lampiran 24. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada t = 30-45 menit dengan Post-Hoc tests (Scheffe test)
Multiple Comparisons
Dependent Variable: t45 Scheffe
-71.000* 23.168 .023 -132.77 -9.23
113.000* 23.168 .001 51.23 174.77
71.000* 23.168 .023 9.23 132.77
184.000* 23.168 .000 122.23 245.77 -113.000* 23.168 .001 -174.77 -51.23 -184.000* 23.168 .000 -245.77 -122.23 (J) perlakuan
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level. *.
Lampiran 25. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada t = 45-60 menit dengan Post-Hoc tests (Scheffe test)
Multiple Comparisons
Dependent Variable: t60 Scheffe
-84.571* 16.376 .000 -128.23 -40.91
133.143* 16.376 .000 89.48 176.81
84.571* 16.376 .000 40.91 128.23
217.714* 16.376 .000 174.05 261.38 -133.143* 16.376 .000 -176.81 -89.48 -217.714* 16.376 .000 -261.38 -174.05 (J) perlakuan
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval
54
Lampiran 26 Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada t = 60-75 menit dengan Post-Hoc tests (Scheffe test)
Multiple Comparisons
Dependent Variable: t75 Scheffe
-97.286* 14.056 .000 -134.76 -59.81
130.286* 14.056 .000 92.81 167.76
97.286* 14.056 .000 59.81 134.76
227.571* 14.056 .000 190.09 265.05 -130.286* 14.056 .000 -167.76 -92.81 -227.571* 14.056 .000 -265.05 -190.09 (J) perlakuan
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval
The mean difference is significant at the .05 level. *.
Lampiran 27. Data uji statistik total banyaknya putaran mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres, pada t = 75-90 menit dengan Post-Hoc tests (Scheffe test)
Multiple Comparisons
Dependent Variable: t90 Scheffe
-103.286* 15.499 .000 -144.61 -61.96
119.286* 15.499 .000 77.96 160.61
103.286* 15.499 .000 61.96 144.61
222.571* 15.499 .000 181.25 263.90 -119.286* 15.499 .000 -160.61 -77.96 -222.571* 15.499 .000 -263.90 -181.25 (J) perlakuan
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval
55
Lampiran 28. Tabel yang menggambarkan ketiga kelompok perlakuan (kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres pada metode sangkar putar.
Kelompok 1 2 3
1 BB BB
2 BB BB
3 BB BB
Lampiran 29. Data uji distribusi normal total lamanya berenang mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Test distribution is Normal. a.
Calculated from data. b.
Lampiran 30. Data uji homogenitas total lamanya berenang mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres
Test of Homogeneity of Variances
lamaBerenang_menit
3.646 2 18 .047 Levene
56
Lampiran 31. Data uji statistik total lamanya berenang mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres denganone-way Anova tests
ANOVA
lamaBerenang_menit
34296246 2 17148122.90 20.546 .000 15022845 18 834602.492
Squares df Mean Square F Sig.
Lampiran 32. Data uji statistik total lamanya berenang mencit pada setiap kelompok pemberian aquadest (kontrol), kelompok pemberian aquadest dengan pra-perlakuan stres, kelompok pemberian diazepam 0,65mg/kgBB (dosis terapi) dengan pra-perlakuan stres denganPost-Hoc tests (Scheffe test)
Multiple Comparisons
Dependent Variable: lamaBerenang_menit Scheffe
2318.429* 488.321 .001 1016.42 3620.44 2980.714* 488.321 .000 1678.71 4282.72 -2318.429* 488.321 .001 -3620.44 -1016.42 662.286 488.321 .417 -639.72 1964.29 -2980.714* 488.321 .000 -4282.72 -1678.71 -662.286 488.321 .417 -1964.29 639.72 (J) perlakuan
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound 95% Confidence Interval