• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif. docx"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Penyalahgunaan Narkoba dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Pidana Nasional Oleh Yusriana

Abstrak

Permasalahan penyalahgunaan dan ketergantungan narkotika dan obat berbahaya (narkoba) mempunyai dimensi yang luas dan kompleks, baik dari sudut medis maupun psikososial, ekonomi, politik, sosial, budaya, kriminalitas, kerusuhan massal dan lain sebagainya.Dampak yang sering terjadi ditengah masyarakat dari penyalahgunaan/ketergantungan narkoba antara lain: merusak hubungan kekeluargaan, menurunkan kemampuan belajar dan produktivitas kerja secara drastis, sulit membedakan mana perbuatan baik dan buruk, anti sosial, gangguan kesehatan dan kriminalitas lainnya.Narkoba dalam perspektif hukum Islam termasuk kategori khamar, bahkan narkoba lebih berbahaya dari khamar. Khamar dalam Al-Quran dan Hadis hukumnya haram.Dalam hukum pidana Nasional kejahatan Narkotika diatur dalam UU No.22 Tahun 1997 dan kejhatan psikotropika diatur dalam UU No.5 Tahun 1997 serta penyalahgunaaan dan peredaran gelap narkoba diatur dalam UU No.35 tahun 2009.

Kata kunci: Narkoba, Hukum Islam, Hukum Pidana Nasional.

1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Penyalahgunaan narkoba adalah pemakaian narkoba diluar indikasi medik, tanpa petunjuk atau resep dokter dan pemakaiannya bersifat patologik (menimbulkan kelainan) dan menimbulkan hambatan dalam aktivitas dirumah, sekolah atau kampus, tempat kerja dan lingkungan sosial. Ketergantungan narkoba adalah kondisi yang kebanyakan di akibatkan oleh penyalahgunaan zat yang disertai dengan adanya toleransi zat (dosis semakin tinggi) dan gejala putus zat. ( Luthfi Baraza:2001 )

Semua zat yang termasuk kategori narkoba: ganja, opiat (morphine, heroin, putaw) kokain, alkohol (minuman keras) amphetamine (ekstasi, shabu-shabu), sedative/hipnotika (netrazepam, barbiturat) menimbulkan adikasi (ketagihan) yang nantinya dapat berakibat dependensi(ketergantungan) yang memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Keinginan yang tak tertahankan (an overpowering desire) terhadap zat yang dimaksud. 2. Kecenderungan untuk menambah takaran (dosis)

3. Ketergantungan psikologis yaitu apabila pemakaian zat dihentikan maka akan menimbulkan gejala kejiwaan.

4. Ketergantungan fisik yaitu bila pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan gejala fisik (gejala putus obat)

(2)

tahun, justru mereka sedang dalam usia produktif dan merupakan sumber daya manusia atau aset bangsa dikemudian hari (mahdiah:2002:13)

Kondisi ini sangat memprihatikan sekali karena kalau tidak bisa jelas akan merusak generasi muda Indonesia dan akan menjadi bahaya yang sangat besar bagi kehidupan manusia, bangsa dan negara.

Ditambah lagi, kejahatan narkoba telah bersifat transnasional yang dilakukan dengan modus operandi yang tinggi dan teknologi yang canggih. Peredaran narkoba, secara ilegal di Indonesia sejak beberapa tahun terakhir ini, semakin meningkat. Indonesia yang pada mulanya sebagai negara transit perdagangan narkoba kini sudah dijadikan daerah tujuan operasi oleh jaringan narkoba internasional. Hal ini terbukti dengan banyaknya pengedar berkebangsaan asing yang tertangkap dengan penyitaan barang bukti narkoba dalam jumlah besar.

Peredaran narkoba di dalam negeri hampir meliputi seluruh kota-kota besar sampai sejumlah desa-desa dan sebagai tempa transaksinya biasanya tempat hiburan (diskotik, karaoke) lingkungan kampus, hotel, aprtemen dan tempat kumpul remaja, seperti mall, pusat belanja dan lain-lain (Togar Sianipar:2003:9)

Keseriusan upaya pemerintah dalam hal penanggulangan bahaya narkoba dapat juga diperhatikan dalam kenyataan di undangkannya Undang-Undang No.22 Tahun 1997 tentang narkotika Undang-Undang No.5 Tahun 1997 tentang psikotropikq dan UU No.35 Tahun 2009.

Narkoba dalam Konteks Hukum Islam adalah termasuk masalah Ijtihad, karena narkoba tidak disebutkan secara langsung dalam Al-Quran dan Sunnah serta tidak dikenal pada masa Rasulullah SAW, ketika itu yang ada ditengah-tengah masyarakat yang mayoritas peminum adalah khamar (Khuddari Bik : 20-21)

II . Pembahasan

2.1 Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba serta implikasinya 2.1.1 Menurut Hukum Pidana Islam

Istilah narkoba dalam konteks Hukum Islam, tidak disebutkan secara langsung dalam Al-Quran maupun dalam Sunnah. Dalam Al-Quran hanya menyebutkan istilah khamar. Tetapi karena dalam teori Ilmu Ushul Fiqih, bila suatu hukum belum ditentukan status hukumnya maka bisa diselesaikan melalui metode qiyas (anologi hukum). (khudari bik: 1988: 334).

Atas dasar itu, maka sebelum penulis menjelaskan pengertian narkoba, terlebih dahulu penulis menjelaskan pengertian khamar.

(3)

khususnya zat yang dijadikan untuk minuman keras terkadang terbuat dari anggur dan zat lainnya.

Selanjutnya Ibnu Taimiyah mengatakan “ Khamar dalam bahasa arab adalah sesuatu yang telah disebutkan di dalam Al-Quran yang bila di konsumsi bisa menimbulkan mabuk, terbuat dari kurma atau zat lainnya, tidak terbatas dari yang memabukkan dari anggur saja (Ibnu Taimiyah: 1978: 34)

Khamr dalam istilah Hukum Internasional adalah minuman keras atau minuman yang mengandung alkohol. Minuman yang berakohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi, atau fermentasi tanpa destilasi maupun yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman mengandung alkohol.

Minuman keras berdasarkan kadar alkohol di bagi 3 bagian:

a. Minuman beralkohol golongan A adalah minuman berakohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 1%-5% misalnya berbagai macam jenis bir.

b. Minuman beralkohol golongan B adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) 5%-20% mislanya martin, port

c. Minuman berakohol golongan c adalah minuman beralkohol dengan kadar ethanol (C2H5OH) lebih dari 20%-55%. Contohnya wishky, vodka, brendy (Soejono

Dirjosisworo:1984:135)

Sedangkan kadar alkohol minuman keras yang beredar di pasaran sebagai berikut: a. Rupa-rupa anggur dengan kadar alkohol = 15%

b. Bir hitam dengan kadar alkohol = 15 % c. Tokayer dengan kadar alkohol =15% d. Samsu dengan kadar alkohol =15-17%

e. Anggur spanyol dengan kadar alkohol= 15-20% f. Anggur Honggaria dengan kadar alkohol= 15-20% g. Sherry dengan kadar alkohol= 20%

h. Wishky dengan kadar alkohol =30-40% i. Jenever dengan kadar alkohol = 40% j. Bols dengan kadar alkohol =40%

k. Likevren dengan kadar alkohol = 30-50% l. Cognec dengan kadar alkohol =30-40%

m. Rum dan brendi dengan kadar alkohol = 40-70%

(4)

Secara etimologis narkotika menggunakan istilah narkoba dalam bahasa arab Al-Mukhadirat yang berarti hilang rasa, bingung, membius, tidak sadar, menutup, gelap dan mabuk (Lowis Ma’luf; 1975: 170)

Narkotika secara etimologis adalah setipa zat yang apabila dikonsumsi akan merusak fisik dan akal, bahkan terkadang membuat orang menjadi gila atau mabuk. Hal yang demikian dilarang oleh Undang-Undang positif yang populer seperti: ganja, opium, morpin, heroin, kokain, dan kat (Azat husain: 1984: 187)

Oleh sebab itu, menurut hemat penulis, walaupun narkoba termasuk kategori khamar, tetapi bahayanya lebih berat di banding dengan khamar (minuman keras)

2. Menurut Hukum Pidana Nasional

Secara etimologis narkoba atau narkotika berasal dari Bahasa Inggris narcose atau narcosis yang berarti menidurkan (Poerwadarminta: 1952: 112) dan pembiusan (J.M Elhols dkk: 1996: 360)

Narkotika berasal dari bahasa yunani yaitu narke atau narkam yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa (Sudarto: 1986: 36).

Narkotika berasal dari perkataan narcotic yang artinya sesuatu yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan efek stupor (bengong), bahan-bahan pembius dan obat bius (J.M Elhols: 1996: 360).

Secara terminologi narkoba atau narkotika adalah obat yang dapat menenangkan syaraf, menghilangkan rasa sakit, menimbulkan rasa mengantuk atau merangsang (Anton M: 1998:608)

Soedjono mendefinisikan narkotika adalah : bahan-bahan yang terutama mempunyai efek kerja pembiusan atau dapat menurunkan kesadaran (Soedjono D: 1997: 78).

Menurut istilah kedokteran narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan terutama rasa sakit dan nyeri yang berasal dari daerah viresal atau alat-alat rongga dada dan rongga perut juga dapat menimbulkan efek stupor atau bengong yang lama dalam keadaan masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Hasan Sadily: 1985: 56).

Menurut UU Narkotika No. 35 Tahun 2009 narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Narkotika dibagi menjadi 3 golongan:

a. Golongan 1 terdiri dari :ganja, koka (kokain) opium, heroin b. Golongan 2 terdiri dari morfin, petidin, methadon

c. Golongan 3 terdiri dari kodein

(5)

2. Dekstropropoksifena 3. Dihidrokodeina 4. Kodeina

5. Nikodikodina 6. Palkodina 7. Propiram

8. Garam-garam dari narkotika dalam golongan tersebut diatas

9. Campurkan atau sediaan difenoksin degan bahan lain bukan narkotika 10. Campurn atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika

2.1.3 Status Hukum Pemakai, Produser dan Pengedar Narkoba menurut Hukum Pidana Islam Status hukum narkoba dalam konteks fiqih, memang tidak disebutkan secara langsung baik dalam Al-Qur’an maupun Sunnah karena masalah narkoba tidak dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW Al-Qur’an hanya berbicara tentang kehataman khamar, Pengharaman khamr dalam Al-Qur’an bersifat gradual.

1. Tahap pertama turun Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 219 2. Tahap kedua Surah An-Nisa ayat 43

3. Tahap ketiga (tegas pelarangan khamar) surah Al-Maidah ayat :90-91

Ulama telah sepakat bahwa menyalahgunakan narkoba itu haram karena dapat merusak jasmani dan rohani ummat manusia melebihi khamar. Penetapan hukum ini dilaksanakan dengan pendekatan qiyas (analogi hukum)

Untuk mempertegas pendapat ini maka Rasulullah SAW bersabda: “Dari Abi Hurairah ia berkata: bersabda Rasulullah SAW: Setiap yang memabukkan itu khamar dan setiap yang memabukkan itu haram”. (H.R. An-Nasa’i)

Penyalahgunaan narkoba dapat merusak kesehatan, organ hati, saluran pencernaan, sistem peredaran darah, gangguan pernapasan, perusak paru-paru, gangguan jiwa, tertular virus HIV dan lain-lain. Hal tersebut telah dilarang oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 29 dan Al-Baqarah ayat 195.

Penyalahgunaan narkoba menghancurkan potensi sosial ekonomi, karena pelaku penyalahgunaan narkoba produktivitasnya akan menurun. Penyalahgunaan narkoba dapat merusak keamanan dan ketertiban masyarakat, karena pelaku penyalahgunaan narkoba sering melakukan perbuatan kriminalitas yang meresahkan dan menggelisahkan masyarakat serta sering terjadinya kecelakaan lalu lintas karena mengendarai mobil dalam keadaan pengaruh narkoba. Hal ini sebagaimana dijelaskan Allah dalam Surah Al-Qasas ayat 77.

Penyalahgunaan narkoba membahayakan kehidupan bangsa dan negara, karena narkoba dapat mengakibatkan rusaknya persatuan dan kesatuan yang pada gilirannya merusak stabilitas nasional, mentalitas dan moralitas manusia.

(6)

Ulama telah sepakat bahwa bisnis dan pengedaran narkoba adalah perbuatan yang diharamkan oleh syariah. Mereka berargumentasi kepada nash:

“Dari Jabir r.a : Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan jual beli khamar, bangkai babi dan berhala (H.R. Bukhori-Muslim). (Imam Muslim tt:292)

Larangan terhadap jual beli khamr berlaku juga kepada laranag jual beli narkoba. Bahwa menanam anggur bertujuan untuk dijadikan sebagai khamar hukumannya haram.

Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah SAW yang artinya: sesungguhnya orang yang menyimpan anggur pada hari panen sehingga ia menjualnya dan ia menjadikannya sebagai khamar, maka ia akan masuk neraka(H.R. Abu Daud). (H.R. Abu Daud : 1952:316)

Dari beberapa hadis tersebut diatas, penulis dapat mengambil istinbath hukum, bahwa pelaku/pemakai, penjual, pembeli, produsen, pengambil manfaat dari harga yang menyuruh, memproduksi, pembawa dan penerima narkoba adalah haram.

Adapun sanksi hukum bagi pelaku penyalahagunaan narkoba dianalogikan dengan sanksi peminum khamar yaitu keduanya dapat merusak akal.

Menurut Dr.Ahmad Al-Hasi, Dr.Wahbah zuhaili dan Fatwa Majelis Ulama Indonesia bahwa sanksi bagi pelaku penyalahgunaan narkoba adalah ta’zir karena narkoba tidak ada dalam Al-Quran maupun Sunnah, narkoba lebih berbahaya dibandingkan bahaya khamar.

Ta’zir adalah hukuman yang mendidik yang dijatuhkan hakim terhadap perbuatan kejahatan atau maksiat yang belum ditentukan hukumannya oleh syari’at (Ibnu Taimiyah:168).

Dari uraian mengenai ta’zir maka hakim dengan ijtihadnya mempunyai wewenang untuk menjatuhkan hukum ta’zir terhadap orang yang melakukan delik yang tidak disebutkn dalam ketentuan hukum had. Sanksi bagi pelaku penyalahgunaan narkoba dalam perspektif hukum pidana Islam mempunyai kesamaan dengan saksi hukum pidana Nasional yaitu keduanya sama-sama menjadi wewenang pemerintah/hakim untuk menentukan sanksi hukumannya.

2.1.4 Status hukum pemakai, produser dan pengedar Narkoba “Menurut Hukum Pidana Nasional”

Status hukum pemakai, produsen dan pengedar narkoba munurut Hukum Pidana Nasional adalah perbuatan yang dilarang oleh hukum dan undang-undang serta peraturan. Undang-Undang dan peraturan-peraturan yang berlaku di undangkannya undang-undang No.22 Tahun 1997 tentang narkotika, Undang-undang No.5 Tahun 1997 tentang psikotropika dan UU No.35 tahun 2009 tentang Narkoba.

(7)

paling sedikit Rp.1000.000.000 (satu miliar rupiah) dan paling banyak 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah).

Selanjutnya pasal 114 menjelaskan bahwa: setiap orang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli menukar, atau menyerahkan narkotika golongan I, dipidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikitRp.1000.000.000 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp. 10.000.000.000 (sepuluh miliar rupiah).

Pasal 127 Undang-undang No.35 tahun 2009 menjelaskan tentang penyalahgunaan narkotika golongan I untuk diri sendriri dipidana penjara paling lama 4 tahun, untuk narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana penjara paling lama 2 tahun dan narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana penjara paling lama 1 tahun.

III.Penutup

1. Pengertian narkoba dalam perspektif hukum Islam adalah setiap zat yang apabila dikonsumsi akan merusak fisik dan akal, bahkan terkadang membuat orang menjadi gila atau mabuk. Sedangkan pengertian narkoba dalam perspektif hukum pidana nasional adalah zat-zat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi susunan pusat syaraf. Dalam hal ini sudah termasuk jenis Candu, seperti morpin, cocain dan heroin atau zat-zat yang dibuat dari candu seperti meripidin dan methanol.

2. Pelaku penyalahgunaan narkoba( pemakai, prosedur dan pengedar) dalam perspektif hukum pidana Islam adalah haram (dilarang). Begitu juga penyalahgunaan narkoba (pemakai, prosedur dan pengedar dalam perspektif hukum pidana Nasional adalah perbuatan dilarang).

(8)
(9)

DAFTAR PUSTAKA

Baraza, Luthfi,Dr, Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Narkoba , Makalah Seminar Narkoba di SMK IPTEK Jakarta, Agustus 2011

Bik Muhammad Khudari “Ushul Fiqih, Beirut.Daral-Fikr, Tahun 1988

Echols, Jhon M dan Shadili, Hasan, Kamus Inggeris Indonesia ,Jakarta,PTGramedia Tahun 1996 Cet XXIII

Husnain, Azat, Al-Mushirat Wa Al-Mukhaddirat Bania Al-Syari’ah Waal-Qanun,Riyad:1984 Mahadi SH,SH.M.Hum, Hak Asasi Manusia Untuk Anak Usia Sekolah Korban Narkoba TT:

Direktorat Jenderal Perlindungan HAM Departemen Kehakiman dan HAM RI Tahun 2002

Ma’luf Lowis, Al Muinjid Fi Al-Lughah Wa Al-A’alam Beirut, Dar Al-Masyriq Tahun 1975 Poerwadarminta,Kamus Inggris-Indoneisa, Jakarta Vers Luys Tahun 1952

Sianipar Togar M, Perkembangan Kejahatan Narkoba, Makhluk Dalam Seminar Narkoba di Depkeh dan Ham tanggal 22 Juli 2003

Soekanto, Surjono, Tatacara Penyusunan Karya Ilmiah bidang Hukum, jakarta,Ghali Indonesia Tahun 1987 Cet III

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Islam, Bandung, Alumni Cet II

Referensi

Dokumen terkait

Tokoh dalam teori belajar kognitivisme dari Gestalt yang memandang bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasi, teori belajar

Pada diagram diatas terdiri dari 2 aktor 4 use case. Dari informasi inilah akan diolah oleh aplikasi sehingga menampilkan arah kiblat dan jadwal waktu shalat kepada

Dar i penger tian di atas penulis dapat menyimpulkan bahw a metode tanya jaw ab adalah suatu car a mengajar seor ang gur u di mana adanya umpan balik antar a gur u dan

9 PRIBADI GINTING MUNTE BRIGADIR/80120200 BANIT BINKAMSA SMA TAMTAMA - INSTRUKTUR

Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberian pyraclostrobin hanya berpengaruh nyata terhadap kandungan klorofil daun, jumlah daun, dan produksi jagung pada takaran

Penulisan Skripsi dengan judul “Analisis Kemampuan Memori Jangka Pendek Pada Kelompok Usia Yang Berbeda ” ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

lingkungan terhadap short term memory manusia untuk. informasi

Hasil dari pengujian eksperimen 2 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara usia terhadap tingkat kesalahan memori jangka pendek untuk