• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DEN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN KONTEKS GERHANA MATAHARI TOTAL MATERI BARISAN DAN DERET ARITMETIKA

Gita Cahyaningtyas; M. Dammiri Saputra; Reska Permatasari Mahasiswa S-1 Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya

Email:gita_cahya28@yahoo.co.id

Abstrak

Matematika dapat diajarkan dengan tepat apabila model pembelajaran yang digunakan tepat. Dari berbagai model pembelajaran yang ada, model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran biasa digunakan dalam pembelajaran matematika. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dimana dalam pembelajaran siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran dalam kelas, tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari (real world). Gerhana Matahari Total (GMT) yang baru saja terjadi di Indonesia merupakan peristiwa nyata yang dapat dijadikan konteks untuk pembelajaran matematika. Dengan konteks GMT yang membentuk pola, di dapatlah pembelajaran matematika yang sesuai, yaitu Barisan dan Deret Aritmatika. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemahaman mahasiswa dan hasil belajar mahasiswa dengan desain pembelajaran berbasis masalah menggunakan materi Barisan dan Deret Aritmatika di kelas Pendidikan Matematika 2015 Kampus Palembang Universitas Sriwijaya.

Kata Kunci: Problem Based Learning, GMT, barisan dan deret aritmetika Abstract

Math can be taught appropriately if the learning model is used appropriate too. Of the various existing models of learning, problem based learning is an instructional model used in the study of mathematics. Implementation of learning activities by applying the learning model Problem Based Learning (PBL) in which student during learning will be used to facing problems (problem posing) and solve problems, not only related to the learning in the class, but also face the problems that exist in everyday life (real world). Total Solar Eclipse (GMT) just happened in Indonesia is a real event that can be used as a context for learning mathematics. With GMT context that forms a pattern, in it can be learning mathematics that corresponding, i.e. Arithmetic Sequences and Series. This study aimed to describe the student's understanding and learning outcomes of students with problem-based learning design using materials Arithmetic Sequences and Series in Mathematics Education 2015, Sriwijaya University, Palembang.

(2)

Pendidikan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan, yaitu suatu usaha manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran sehingga dapat menciptakan kehidupan yang lebih baik. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan kualitas kehidupan yang lebih baik. (Syuro, 2012)

Salah satu inti dari dunia pendidikan adalah pendidikan Matematika dimana Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan, baik di jenjang pendidikan dasar, menengah, maupun perguruan tinggi. Peranan matematika sangat penting dalam menunjang pembangunan di bidang pendidikan. Bagi siswa, penguasaan matematika akan menjadi sarana yang ampuh untuk mempelajari mata pelajaran lain. (Zaura dan Sulastri, 2012)

Menurut As’ari, karakteristik

pembelajaran matematika saat ini lebih terfokus kepada kemampuan prosedural, komunikasi satu arah, pengaturan kelas yang monoton, low order thinking skill, selalu bergantung dengan buku paket, lebih dominan menggunakan soal rutin dan pertanyaan rendah. (Lewy dkk, 2009)

Sanjaya (2011:1) juga berpendapat jika salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran, dimana anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir yang dimilikinya. (Yulianti dkk, 2015)

Trianto (2009) menyatakan bahwa masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) adalah masih rendahnya kemampuan daya serap peserta

didik terhadap materi yang diberikan guru dimana dalam hal ini tampak dari hasil belajar peserta didik yang senantiasa memprihatinkan. (Bungel, 2014)

Selain itu, berdasarkan hasil PISA 2009 kualitas pembelajaran matematika Indonesia berada pada peringkat 68 dari 74 negara. Demikian pula dalam tes Trends in International Mathematicsand Science Study (TIMSS) yang diadakan 4 tahun sekali, di bidang matematika dan sains. Hasil tes juga menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa Indonesia berada di bawah rata-rata skor internasional. Berdasarkan Hasil TIMSS 2011 kualitas pembelajaran matematika Indonesia berada pada peringkat 38 dari 42 negara. Berdasarkan hasil studi TIMSS dan PISA di bidang matematika, siswa Indonesia belum mampu menyelesaikan soal yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti kemampuan pemecahan masalah. (Dewi dkk, 2014)

Banyak penyebab dari kesulitan-kesulitan tersebut terjadi karena pembelajaran terlalu berpusat pada guru. Seperti pada hasil observasi langsung yang dilakukan di SMP Negeri 6 Kintamani tahun ajaran 2013/2014 kelas VIIA, bahwa strategi yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar cenderung bersifat konvensional, yaitu proses pembelajaran masih didominasi oleh guru dan tidak memusatkan pembelajaran kepada siswa (student center learning). Tentunya metode ini akan membuat siswa cenderung pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. (Karmajaya, 2014)

(3)

adalah menggunakan model pembelajaran yang bersifat student centered learning atau yang berpusat kepada siswa. Dari berbagai model pembelajaran yang ada, model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran biasa digunakan dalam pembelajaran matematika. Langkah-langkah yang digunakan dalam strategi pembelajaran PBL dapat memberikan pengaruh yang baik dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. (Udhayani, 2014)

Sejalan dengan pendapat menurut Sumiati dan Asra (2007:57) yang menyatakan bahwa hasil belajar yang dicapai dengan orientasi pada masalah lebih tinggi nilai kemanfaatannya dibandingkan dengan belajar melalui pembelajaran konvensional. (Syuro, 2012)

Wahyuningtyas (2013) dalam penelitiannya juga menyimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, pelaksanaan aktivitas-aktivitas kelas berlangsung efektif dan hasil belajar siswa pun bagus dan tuntas.

Sesuai dengan pengertian PBL yang dikemukakan oleh Nurhadi, bahwa PBL adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir dan keterampilan memecahkan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata pelajaran. (Karmajaya, 2014)

Sehubungan dengan konteks yang berkaitan dengan real world, bertepatan dengan tanggal 9 Maret 2016 kemarin terjadi peristiwa alam yang terjadi di Indonesia, yaitu Gerhana Matahari Total. Peristiwa tersebut secara tidak langsung

tanpa kita sadari telah membentuk suatu pola yang berkaitan dengan materi barisan dan deret aritmatika. Oleh karena itu, penulis bermaksud memperbaiki pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berkaitan dengan materi barisan dan deret aritmatika.

Ada banyak metode maupun model pembelajaran yang lazimnya dipakai oleh guru maupun peneliti untuk mengajarkan siswa berorientasi dengan masalah, salah satunya adalah model pembelajaran Problem-Based Learning (pembelajaran berbasis masalah). Savery & Duffy (2012)

menyatakan bahwa: “Problem-based

learning as a curriculum design that identified students not as passive recipients of knowledge but as problem solvers who could develop disciplinary knowledge” yang artinya pembelajaran berbasis masalah sebagai desain kurikulum yang mengidentifikasikan siswa tidak sebagai penerima yang pasif dari pengetahuan tetapi sebagai pemecah masalah yang bisa mengembangkan pengetahuan. (Bungel, 2014)

Menurut Qomaruddin, Rahman, dan Iahad (2014) sebagai berikut: “Teaching and learning in the PBL approach differ from the traditional approaches. PBL encourages students to be, specifically: active learners, self-directed learners and worktogether in a group. It enables various methods of assessing students, including, for example: assessing the outcomes of the PBL (such as a group project report) and assessing the performance of an individual

student” yang artinya kegiatan belajar dan

(4)

dari pendekatan tradisional atau konvensional. PBL mendorong siswa secara khusus menjadi: siswa aktif, siswa mandiri dan kerjasama dalam sebuah grup. Hal itu memungkinkan berbagai macam metode dalam pendugaan terhadap siswa, contohnya: dugaan terhadap hasil dari PBL (seperti laporan hasil diskusi) dan dugaan hasil kerja dari masing-masing siswa. (Lathiifah dkk, 2015)

Roh (2003) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran di kelas yang mengatur atau mengelola pembelajaran matematika di sekitar pemecahan masalah dan memberikan kepada siswa kesempatan untuk berpikir secara kritis, mengajukan ide kreatif mereka sendiri, dan mengkomunikasikan dengan temannya secara matematis. (Juliana dkk, 2014)

Warsono dan Hariyanto (2012:152) mengatakan bahwa kelebihan dari PBL adalah 1) Siswa akan terbiasa menghadapi masalah (problem posing) dan merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah, tidak hanya terkait dengan pembelajaran dalam kelas, tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari (real world). 2) Memupuk solidaritas sosial dengan terbiasa berdiskusi dengan teman-teman sekelompok kemudian berdiskusi dengan teman sekelasnya. 3) Makin mengakrabkan guru dengan siswa. 4) Karena ada kemungkinan suatu masalah harus diselesaikan siswa melalui eksperimen hal ini juga akan membiasakan siswa dalam menerapkan metode eksperimen. (Hidayah, 2015). Maka dari itu, pembelajaran Problem Based Learning sangatlah baik digunakan

dalam pengimplementasian siswa dikehidupan nyata.

Langkah-langkah dalam pengajaran PBL terjadi dalam 5 fase, berikut ini adalah tahap pembelajaran menurut Rusman (2012 : 243) :

Tabel 1. Sintaks Problem Based Learning

Fase Aktivitasi guru

(5)

dengan temannya Fase 5 :

Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa melakukan refleksi terhadap

penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya pemecahan masalah.

Dalam kehidupan nyata, terdapat berbagai macam peristiwa yang dapat diorientasikan menjadi suatu permasalahan. Salah satu peristiwa yang dapat dijadikan suatu konteks yang bersesuaian adalah peristiwa Gerhana Matahari Total (GMT). Gerhana Matahari adalah peristiwa ketika terhalanginya cahaya Matahari oleh Bulan sehingga tidak semuanya sampai ke Bumi. Peristiwa yang merupakan salah satu akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada saat fase bulan baru dan dapat diprediksi sebelumnya. Pada tahun 2016 ini diprediksi terjadi lima kali gerhana, yaitu:

1. Gerhana Matahari Total (GMT) 9 Maret 2016 yang dapat diamati dari Indonesia.

2. Gerhana Bulan Penumbra (GBP) 23 Maret 2016 yang diamati dari Indonesia.

3. Gerhana Bulan Penumbra (GBP) 18 Agustus 2016 yang diamati dari Indonesia

4. Gerhana Matahari Cincin (GMC) 1 September 2016 yang tidak dapat diamati dari Indonesia

5. Gerhana Bulan Penumbra (GBP) 16-17 September 2016 yang dapat diamati dari Indonesia Berdasarkan data di atas, maka Gerhana Matahari Total telah terjadi pada 9 Maret 2016 kemarin. Jalur totalitas gerhana ini melewati 45 kota dan kabupaten di 12 provinsi, yaitu Sumatera Barat bagian Selatan, Bengkulu, Jambi bagian Selatan, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat bagian Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara.

Gerhana dimulai saat Kontak Pertama terjadi, yaitu ketika piringan Bulan, yang ditampilkan berupa lingkaran putih dengan garis putus-putus, mulai menutupi piringan Matahari, yang ditampilkan berupalingkaran berwarna kuning. Seiring berjalannya waktu, piringan Matahari yang tergerhanai akan semakin besar hingga akhirnya Bulan mulai menutupi seluruh piringan Matahari. Waktu saat peristiwa ini terjadi disebut Kontak Kedua dan akan berakhir saat Bulan terakhir kali menutupi seluruh piringan Matahari, yaitu saat Kontak Ketiga.

Gambar 1. Ilustrasi proses GMT

(6)

tersebut, kecerlangan langit di lokasi-lokasi yang terlewati jalur totalitas tersebut akan meredup, hingga seperti saat fajar atau senja. Puncak keredupannya adalah saat terjadinya Puncak Gerhana, yaitu waktu di tengah-tengah fase totalitas ini. Pada saat puncak gerhana terjadi, akan tampak cahaya redup di sekitar Matahari, yang disebut sebagai korona atau mahkota Matahari. Setelah Kontak Ketiga dilalui, piringan Matahari yang tampak tergerhanai akan semakin kecil hingga akhirnya Bulan terakhir kali menutupi piringan Matahari, yaitu saat Kontak Keempat. Lama waktu dari Kontak Pertama hingga Kontak Keempat disebut sebagai Durasi Gerhana dan lama waktunya bervariasi dari satu kota ke kota lainnya.

Adalah kesalahpahaman besar jika mengganggap Gerhana Matahari Total adalah kejadian langka. Justru sebaliknya, kira-kira sekali setiap 18 bulan Gerhana Matahari Total terlihat di lokasi-lokasi yang berbeda di Bumi. Selain itu, Gerhana Matahari Total di Indonesia bukan terjadi tiap 33 tahun sekali, atau bahkan 350 tahun sekali. Gerhana Matahari Total terakhir di Indonesia terjadi tahun 1995 (hanya melintasi sedikit bagian Utara Kalimantan) dan yang berikutnya akan terjadi tahun 2023, saat Gerhana Matahari Hibrida, sebagian wilayah Indonesia akan menyaksikan Gerhana Matahari Total.

Gerhana Matahari Total di Indonesia memang langka karena tidak setiap Gerhana Matahari Total terjadi di tempat yang sama di dunia. Berdasarkan perhitungan statistik, dari seluruh Gerhana Matahari Total yang sudah terjadi, rata-rata, Gerhana Matahari Total akan kembali ke lokasi yang sama (catat: bukan negara) dalam kurun waktu

375 tahun. Artinya satu lokasi yang sama secara rata-rata bisa mengalami Gerhana Matahari Total, satu kali dalam 375 tahun (ya, bukan 350 tahun!).

Akan tetapi, ini hanya perhitungan statistik. Pada kenyataannya, satu lokasi yang sama bisa mengalami Gerhana Matahari Total kurang dari 375 tahun atau bahkan bisa menunggu lebih dari 1000 tahun untuk mengalami kembali Gerhana Matahari Total.

U1, U2, U3, U4, … , Un disebut barisan aritmetika jika U2 - U1= U3 – U2 = ... = Un – Un-1 = konstanta. Konstanta dalam hal ini disebut dengan beda (b). (Noormandiri, 2007: 244). Sehingga barisan aritmetika ialah suatu barisan bilangan-bilangan di mana beda (selisih) di antara dua suku berurutan merupakan bilangan tetap. (Noormandiri, 2007: 244). Rumus umum suku ke-n barisan aritmetika adalah Un = a + (n – 1)b di mana: a adalah suku pertama dan b adalah beda.

Jika diketahui U1, U2, U3, …, Un merupakan suku-suku dari suatu barisan aritmetika, maka U1 + U2 + U3 + … + Un disebut deret aritmetika, dengan Un = a + (n

– 1)b . (Noormandiri, 2007: 249). Jika Sn merupakan jumlah n suku pertama dari suatu deret aritmetika, maka rumus umum untuk

Sn sebagai berikut: Sn = � + � atau

Sn= �[ + � − ].

(7)

menggunakan materi barisan dan deret aritmatika dengan konteks gerhana matahari total.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 April 2016. Subjek dari penelitian ini adalah 14 mahasiswa pendidikan matematika 2015 kampus Palembang Universitas Sriwijaya dalam menyelesaikan permasalahan nyata dengan konteks gerhana matahari total yang berhubungan langsung pada materi barisan dan deret aritmatika. Dalam penelitian ini, seorang mahasiswa yang bertindak sebagai pengajar, dan 2 orang teman sejawat peneliti S1 program studi pendidikan matematika 2014 yang bertindak sebagai pengamat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung. Subjek dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kelompok belajar, dengan anggota masing-masing 4 sampai 5 siswa.

Perangkat pembelajaran dalam penelitian ini adalah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan LKPD Pembelajaran. Intrumen penelitian dalam penelitian ini adalah lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran, lembar observasi aktivitas siswa, tes hasil belajar siswa, lembar pengamatan penilaian sikap dan lembar pengamatan penilaian keterampilan.

Prosedur penelitian ini terbagi menjadi empat tahap, yakni persiapan, pelaksanaan, analisis data, pengumpulan data dan pembuatan laporan.

Tahapan pertama yang dilakukan ketika peneliti melakukan penelitian adalah memilih pembelajaran yang sesuai dengan konteks Gerhana Matahari Total serta melakukan refleksi dan pencerminan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing dan teman sejawat untuk mempertajam pemilihan dan memperkuat penelitian yang akan diambil. Adapun tahapan yang dilakukan sesuai dengan tahapan prosedur diatas :

Tahapan persiapan

1. Mempersiapkan dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan materi barisan dan deret aritmatika dengan menggunakan konteks Gerhana Matahari Total.

2. Membuat dan menyusun pokok materi bahasan Barisan dan Deret Aritmatika dengan menggunakan konteks Gerhana Matahari Total 3. Mempersiapkan Lembar Kerja

Peserta Didik (LKPD) berupa LKPD-Konsep dan LKPD-Soal 4. Mempersiapkan instrumen penilaian

Peserta Didik

Tahapan Persiapan

Tahapan Pelaksanaan

Tahapan Analisis

Tahapan Pengumpulan Data

(8)

5. Memilih waktu yang bersesuaian untuk melakukan penelitian

Tahapan pelaksanaan

Peneliti memberikan permasalahan yang berhubungan dengan konteks Gerhana Matahari Total berupa Lembar Kerja Peserta Didik dalam mencari Konsep Barisan dan Deret Aritmatika kepada 14 mahasiswa Pendidikan Matematika 2015 Kampus Palembang Universitas Sriwijaya. Dari pengimplementasian Desain Pembelajaran dengan menggunakan konteks Gerhana Matahari Total berupa Lembar Kerja Peserta Didik, akan diperoleh kesalahan dalam mencari Konsep Barisan dan Deret Aritmatika oleh siswa.

Tahapan Analisis data

Tahapan analisis data pada penelitian ini adalah analisis terhadap lembar kerja peserta didik baik berupa LKPD-Konsep dan Latihan.

Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan Hasil Observasi Langsung selama kegiatan Belajar mengajar berlangsung. Hasil tes dan Observasi merupakan data utama dalam penelitian ini.

Tes

Bentuk tes yang digunakan adalah tes uraian yaitu soal yang berhubungan dengan materi Barisan dan Deret Aritmatika menggunakan konteks Gerhana Matahari Total. Alasan memilih tes uraian ini agar lebih mudah melihat tahapan penyelesaian soal dikerjakan dan tingkat kepemahaman mahasiswa baik dalam pengerjaan kelompok maupun pengerjaan individual.

Observasi

Observasi pada penelitian dilakukan oleh pengamatan kegiatan terhadap subjek yang diteliti selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Alasan memilih Observasi sebagai data utama dalam penelitian karena dengan menggunakan observasi secara langsung selama pembelajaran dapat melihat kegiatan mahasiswa. Alasan lainnya, adalah dapat melihat cara pengerjaannya serta dapat mengikut sertakan observer dalam kegiatan pembelajaran pada kegiatan kelompok.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada sub bab ini akan dijelaskan hasil dari pengumpulan data yang telah dilakukan. Hasil dari pengimplementasian Desain Pembelajaran Model Problem Based Learning dengan menggunakan konteks Gerhana Matahari Total pada materi Barisan dan Deret Aritmatika.

Tabel 3. Data Hasil Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Materi Tahapan M CM TM M CM TM M CM TM

B

arisa

n

Ar

it

matika

1 √ √ √

2 √ √ √

3 √ √ √

(9)

5 √ √ √

De

re

t

Ar

it

matika

1 √ √ √

2 √ √ √

3 √ √ √

4 √ √ √

Keterangan : M : Mengerti

CM : Cukup Mengerti TM : Tidak Mengerti

Berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dirancang, peneliti memberikan LKPD kepada siswa agar siswa dapat menemukan sendiri konsep dari barisan dan deret aritmetika dimana siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Siswa juga diminta untuk memberi nama kelompok mereka masing-masing agar dapat dikenali oleh guru juga kelompok lain. Setelah itu, siswa pun membaca petunjuk pengerjaan LKPD Konsep yang telah diberikan dan kemudian mengerjakannya sesuai dengan alokasi waktu yang tertulis dalam Petunjuk.

Kelompok kecil dalam kelas peneliti terbagi menjadi 3 kelompok, dengan nama Kelompok 1, Kelompok 2, dan Kelompok 3. Tiga kelompok ini menjalankan diskusi kelompok sebagaimana yang diperintahkan oleh guru. Selama pengerjaan LKPD Konsep ini, terlihat bahwa Kelompok 1 dan Kelompok 2 dapat mengerjakan LKPD Konsep dengan baik dan terlibat diskusi yang aktif pula. Namun agak berbeda pada Kelompok 3. Kelompok ini juga terlibat diskusi yang aktif bahkan sering terjadi adu mulut antar anggota Kelompok 3 selama pengerjaan LKPD Konsep.

Pengerjaan LKPD ini terbagi atas 2 permasalahan. Untuk permasalahan pertama

membahas mengenai konsep barisan aritmatika. Berdasarkan hasil observasi, Kelompok 1 dan Kelompok 2 tidak mengalami kesulitan dalam menemukan konsep barisan aritmatika dan dapat menyelesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan. Mereka dapat memahami konsep seperti yang diharapkan. Berikut adalah jawaban dari Kelompok 1:

Gambar 2. Hasil isian mahasiswa pada LKPD Konsep Langkah 4

Transkip percakapan peneliti terhadap salah satu mahasiswa dalam kelompok:

1 Peneliti Ini berapa?

2 R 1983 kak,

3 Peneliti Mengapa isiannya 1983? 4 R Karena U1-nya kak,

(10)

Kelompok 1. Namun, pada Kelompok 3 ternyata memiliki isian yang sedikit berbeda terutama pada saat langkah ke-4 di LKPD Konsep.

Gambar 3. Isian mahasiswa

Gambar 4. Diskusi kelompok 3 Transkip percakapan:

1 Peneliti Mengapa ini hasilnya 2016?

2 NPS Iya kak, ini salah (menyalahkan teman satu kelompok)

3 Peneliti Tadi bingung, eh 9 + 9 berapa? (menanyakan teman satu kelompok) 4 NPS 18 kamu ni. Ini bukan

2016

5 Peneliti Jadi kalau bukan 2016, berapa isiannya? 6 NPS Oh 2016 + 33, nah kan

benar kalau 2016 + (1 x 33)

7 Peneliti Mengapa ini isiannya masih 2016? Ini juga mengapa 1?

8 NPS Nah yang ini mengapa 1983 kak?

9 Peneliti Coba kalian lihat polanya (menunjuk LKPD). Kan ini 0, kemudian 1, ini kan pola jadi secara berurutan

10 NPS Nah, berarti ini 2, benar tadi 2 dong. Terus 1983

11 Peneliti Itu bisa

12 NPS Terus ini benar 33 kan kak? Jangan dicoret lagi

Kelompok 3 terlihat kesulitan menyesuaikan pola yang telah diketahui sebelumnya. Mereka belum bisa menyebutkan 1983 sebagai suku pertama dari barisan yang ada. Selain itu, mereka juga belum bisa menyesuaikan pola ke-n dari yang diketahui.

Tabel 4. Data Hasil Latihan Subjek No Nama Skor Keterangan

1 FGS 50 Tidak Tuntas

2 HZ 90 Tuntas

(11)

6 NS 100 Tuntas 7 DKS 100 Tuntas 8 ANS 100 Tuntas 9 NWS 100 Tuntas

10 R 100 Tuntas

11 IFI 100 Tuntas 12 WAN 100 Tuntas 13 IM 100 Tuntas 14 ZA 100 Tuntas

Tabel 4 diatas merupakan hasil latihan dari Mahasiswa Pendidikan Matematika 2015 yang telah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan Desain Pembelajaran berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada materi Barisan dan Deret Aritmatika. Berdasarkan dari semua subjek yang diteliti diatas, dalam mengerjakan Latihan mandiri terdapat 4 subjek yang masih belum bisa mencapai target yang di harapkan. Hal ini disebabkan masih ada beberapa mahasiswa yang masih belum bisa memahami konsep dari Barisan dan Deret Aritmatika. Alasan lain, dikarenakan beberapa mahasiswa mencontek jawaban temannya yang jelas-jelas salah dalam menyelesaikan soal latihan.

Setelah kami identifikasi lebih lanjut latihan yang dikerjakan oleh mahasiswa, kami menemukan beberapa masalah baik dari kurang telitinya mahasiswa dalam mengerjakan soal dan membaca soal yang diberikan pengajar. Dari hasil pengamatan kami, mahasiswa sebenarnya sudah paham dengan konsep yang diajarkan tetapi mahasiswa masih kurang teliti.

Pengajar memberikan latihan sebanyak 2 soal. Dari hasil latihan mahasiswa pada soal yang pertama, 4 dari 14 mahasiswa masih kurang teliti dalam

menjawab soal. Di soal dijelaskan bahwa mahasiswa diminta untuk menghitung tinggi tangga yang ke-20 dan menentukan pola barisannya. Tetapi 4 mahasiswa hanya menjawab pertanyaan mengenai tinggi tangga yang ke-20, dan tidak menjawab pertanyaan mengenai pola barisan. Disini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak teliti dalam membaca dan memahami soal.

(a)

(b)

Gambar 4. (a) Soal; (b) Jawaban mahasiswa

(12)

siswa menjawab seperti gambar di bawah ini:

Gambar 5. Jawaban mahasiswa

Tampak pada gambar di atas bahwa jawaban mahasiswa tidak sesuai dengan lembar penilaian.

Gambar 6. Jawaban mahasiswa

Lalu dari analisis jawaban mahasiswa, ada 2 mahasiswa yang masih tidak memakai pola dan tidak paham konsep beda. Soal menanyakan berapa tinggi tangga yang ke-20 dan tentukanlah pola barisannya, kedua mahasiswa ini memang menggunakan

rumus yang benar tetapi dalam menentukan mana beda mana � serta � masih belum bisa. Jadi, kedua mahasiswa ini masih belum paham konsep.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan data yang telah diambil pada tabel yang ada pada hasil dan pembahasan. Pelaksanaan Desain Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) kepada 14 mahasiswa pendidikan matematika 2015 Kampus Palembang Universitas Sriwijaya sudah sangat baik. Hasil belajar siswa dapat dikatakan hanya baik, hal ini dikarenakan terdapat 4 mahasiswa yang belum tuntas dalam pengerjaan latihan. Dari 4 mahasiswa, 2 diantaranya, ternyata masih belum bisa memahami konsep mencari selisih antara suku awal dengan suku berikutnya.

Dilihat dari analisis data yang telah diperoleh, peneliti mengajukan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu penelitian ini menggunakan mahasiswa sebagai subjek penelitian, sehingga data yang didapatkan tidak begitu sesuai dengan yang diharapkan. Jadi, untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan siswa sebagai subjek penelitian. Lalu untuk latihan yang diberikan kepada subjek sebaiknya dapat lebih menggali lagi pemahaman siswa akan konsep barisan dan deret Aritmatika

DAFTAR PUSTAKA

(13)

Prisma. Dalam Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, Vol 2, No 1. Diakses tanggal 1 Mei 2016 dari http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/in dex.php/JEPMT/article/downloa d/3230/2285

Dewi, ET dkk. (2014). Penerapan Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Kelas X SMA Negeri Tugumulyo Tahun Pelajaran 2014/2015. Diakses tanggal 1

Mei 2016 dari

http://mahasiswa.mipastkipllg.co m/repository/Artikel%20Elda%2 0Tiara%20Dewi%20%28401105 1%29.pdf

Hidayah, M. (2015). Penerapan Problem Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Peningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Pada Siswa Kelas VIII Semester II SMPN 1 Teras Tahun 2014/2015. Diakses

1 Mei 2016 dari

http://eprints.ums.ac.id/33199/21 /NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Karmajaya. “Upaya Meningkatkan Aktivitas

Dan Prestasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Bangun Datar Segiempat Melalui Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Siswa Kelas VIIA SMP Negeri 6 Kintamani Tahun Pelajaran

2013/2014”, Skripsi (Denpasar:

Universitas Mahasaraswati Denpasar, 2014). Diakses 2 Mei 2016 dari http://unmas-

library.ac.id/wp- content/uploads/2014/11/skripsi-karmajaya-pdf.pdf

Lathiifah, IJ dkk. (2015). Pengembangan Bahan Ajar Materi Aturan Pencacahan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah di SMA. Dalam Jurnal Didaktik Matematika, Vol 2 No 2. Diakses tanggal 1 Mei 2016 dari www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/art icle/download/2817/2689

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional. Gerhana Matahari Total 9 Maret. Diakses 1 Mei

2016 dari

http://lapan.go.id/files_arsip/Ger hana_Matahari_Total_9_Maret_2 016.pdf

Lewy dkk. (2009). Pengembangan Soal Untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan Dan Deret Bilangan di Kelas IX Akselerasi SMP Xaverius Maria Palembang. Diakses 15 Maret

2016 dari

http://eprints.unsri.ac.id/820/1/2_ Lewy_14-28.pdf

(14)

Syuro, MC dkk. (2012). Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VII MTs Al-Maarif 01 Singosari. Diakses 2 Mei 2016

dari

http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artik elCB39169F6EB7DF723E503D 7F110D0E33.pdf

Udhayani, L. (2014). Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematika Melalui Strategi Problem Based Learning Bagi Siswa SMK. Diakses 1 Mei 2016 dari

http://eprints.ums.ac.id/28716/14 /11._NASKAH_PUBLIKASI.pd f

Wahyuningtyas, Mila dan Kusrini. (2013). Penerapan Model Problem Based Instruction (PBI) Pada Materi Barisan Dan Deret Di Kelas XII SMA Muhammadiyah 1 Jombang. Dalam Ejournal Unesa, Vol 2, No 2. Diakses tanggal 1 Mei 2016 dari http://ejournal.unesa.ac.id/index. php/mathedunesa/article/view/26 99/4715

Yulianti, E dkk. (2015). Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Lubuklinggau. Diakses tanggal 1

Mei 2016 dari

http://mahasiswa.mipastkipllg.co m/repository/Artikel%20Evimaz %20Yulianti.pdf

Zaura, B dan Sulastri. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar SIswa Pada Materi Barisan Dan Deret Bilangan Di Kelas IX SMP Negeri 1 Labuhanhaji Aceh Selatan. Dalam Jurnal Peluang, Vol 1, No 1. Diakses tanggal 1

Mei 2016 dari

Gambar

Tabel 1Fase
Gambar 1. Ilustrasi proses GMT
Gambar 2. Hasil isian mahasiswa pada LKPD Konsep Langkah 4
Gambar 4. Diskusi kelompok 3
+3

Referensi

Dokumen terkait

Infeksi odontogen merupakan salah satu diantara beberapa infeksi yang paling sering kita jumpai pada manusia. Pada kebanyakan pasien infeksi ini bersifat minor

Perencanaan : Proses yang menyangkut upaya untuk menentukan tujuan yang akan dicapai di masa yang akan datang, merumuskan tindakan- tindakan yang perlu dijalankan untuk

Pada siklus 1 aspek peserta didik yang diamati oleh observer yaitu dalam proses pembelajaran,baik sikap belajar peserta didik, keiginan untuk berdiskusi dalam

Berdasarkan hasil penelitian setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan media pembelajaran “Sipete” pada Siklus I aktivitas belajar peserta didik mengalami

Namun hal ini tidak bisa dijelaskan hanya dengan Gambar saja namun patut dilakukan penelitian lebih lanjut sehingga perlunya analisis apakah ekspor non migas

Laporan keuangan dapat dijadikan dasar untuk mengukur kondisi financial distress suatu perusahaan melalui analisis laporan keuangan dengan menggunakan rasio – rasio keuagan yang

[r]

Selanjutnya bayangkan bahwa matriks hasil ( payoff matrix ) berupa perkiraan nilai sekarang dari aliran kas bersih (nilai sekarang keuntungan ekonomis) untuk tiga