• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS Revisi2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB VI SPESIFIKASI TEKNIS Revisi2"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VI

SPESIFIKASI TEKNIS

1. URAIAN UMUM 1.1. Pekerjaan yang akan dilaksanakan adalah :

Pembangunan Lanjutan Ruang Kelas SD Negeri Cibabat Mandiri 5 Kota Cimahi Tahun Anggaran 2010

1.2. Pelaksanaan pekerjaan harus mengacu pada : a. Rencana kerja dan syarat-syarat

b. Bestek, detail dan gambar kerja c. Risalah Aanwizjing

d. Keputusan Direksi lapangan

1.3. Apabila terjadi perbedaan teknis/ persepsi tentang pelaksanaan maka diharuskan berkonsultasi dan persetujuan pihak Direksi 1.4. Pemborong diharuskan menyerahkan contoh material/ bahan/

barang sebelum digunakan/ dipasang di lapangan

2. LINGKUP PEKERJAAN 2.1. Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi pengadaan material, tenaga

kerja dan peralatan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan seluruh pekerjaan yang termasuk dalam kontrak

2.2. Lingkup pekerjaan adalah : a. Pekerjaan persiapan b. Pekerjaan Lantai Dasar

3. SITUASI 3.1. Lokasi Pembangunan Pembangunan Lanjutan Ruang Kelas SD

Negeri Cibabat Mandiri 5 Kota Cimahi adalah : Jl. ……….. – Kota. Cimahi 3.2. Pembangunan yang akan dilaksanakan terdiri dari :

a. b.

c.

Pekerjaan Struktur Lantai Dasar s/d Lantai 2

Pekerjaan Arsitektur Lantai dasar : Pekerjaan Pemasangan Bata, Kuen Jendela dan Pintu

Pekerjaan Lantai Dua Hanya Pekerjaan Struktur

3.3. Pada saat Aanwizjing lapangan lokasi akan ditunjukan pekerjaan yang akan dilaksanakan, Kontraktor wajib meneliti keadan bangunan Existing, sifat dan luasnya pekerjaan, dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi harga penawaran. untuk itu setiap rekanan diharuskan meneliti dengan seksama setiap detail bangunan rencana

3.4. Ukuran luas tersebut dalam pasal 1 ayat-ayat terdahulu dimaksudkan sebagai garis besar/prinsip/patokan pelaksanaan dan pegangan Kontraktor.

(2)

3.6. Apabila dalam pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan pembongkaran ataupun pemindahan hal-hal tersebut diatas, maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali, atau menyelesaikan pekerjaan tersebut sebaik mungkin tanpa mengganggu system yang ada.

3.7. Didalam kasus ini Kontraktor tidak dapat mengajukan “klaim” biaya

pekerjaan tambah, sebelum melakukan pemindahan/pembongkaran segala sesuatu yang ada di lapangan,

Kontraktor diwajibkan melaporkan dahulu ke Konsultan Pengawas/Direksi.

3.8. Kelalaian atau kekurang telitian Kontraktor dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk mengajukan klaim baik dari sehgi waktu maupun biaya.

3.9. Lahan bangunan akan diserahkan kepada pemborong dengan kondisi seperti pada saat Aanwizjing lapangan, seluruh biaya yang dikeluarkan untuk meneliti dan meninjau lapangan adalah menjadi tanggung jawab sepenuhnya pihak rekanan.

4. UKURAN TINGGI DAN

PATOK

4.1. Satuan

Semua ukuran yang ada dalam rencana adalah dalam cm (centi meter) untuk ukuran baja dalam mm atau inch

4.2. Permukaan atas lantai ubin (P + 0,00) adalah Sesuai dengan bangunan yang suadah ada, kecuali ditetapkan lain pada saat rapat penjelasan pekerjaan (sesuai gambar rencana)

4.3. Perbedaan antara gambar Kerja Dokumen dengan keadaan di lapangan harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi, selanjutnya Konsultan Pengawas/Direksi berkonsultasi dengan Konsultan Perencana.

4.4. Tidak dibenarkan Kontraktor mengambil tindakan tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas/Direksi.

5. GAMBAR-GAMBAR

DOKUMEN

5.1. Rencana Kerja dan syarat-syarat ini (RKS) dilampiri

a. Gambar Kerja Struktu dan Arsitektur ( SI danAR ) d. Gambar Kerja Mekanikal / Elektrikal ( ME/EL )

6. PERATURAN TEKNIS

PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN

6.1. Dalam melaksanakan Pekerjan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah ini termasuk segala perubahan dan tambahannya :

a. Keppres no. 24 tahun 1995 lengkap dengan lampiran-lampirannya.

(3)

c. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitasi Teknik dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia.

d. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja.

e. Peraturan Beton bertulang Indonesia NI – 2 PBI 1971. f. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia NI 5 PKKI.

g. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia PPBI 1984.

h. Peraturan Muatan Indonesia PMI.

i. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia NI – PUBI 1970.

j. Peraturan Umum Listrik Indonesia PUIL 1979 dan Peraturan PLN setempat.

k. SK SNI No. T – 15 – 1991 – 03.

l. Peraturan Umum Instalasi Penangkal Petir Indonesia PUIPP. m. Pedoman Plumbing Indonesia PPI 1979.

n. Persyaratan Cat Indonesia NI – 4. o. Peraturan Kapur Indonesia NI – 7.

p. Peraturan Semen Portland Indonesia NI – 8.

q. Peraturan Bata merah sebagai bahan bangunan NI – 10. r. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh

Dinas/Instansi Pemerintah setempat yang bersangkutan dengan masalah bangunan.

s. Untuk melaksanakan Pekerjaan ini, berlaku dan mengikat pula :

•Gambar Kerja yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk pula Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing) yang diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

•Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

•Gambar dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (AANWIJZING).

•Berita Acara Penunjukan.

•Surat Keputusan Pemimpin Pelaksana tentang Penunjukan Kontraktor.

•Tugas.

•Surat Perintah Kerja (SPK).

•Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi dan Pemberi

7. PENJELASAN RKS DAN

GAMBAR

(4)

7.2. Ukuran.

Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja meliputi :

As - As Luar - Luar Dalam - Dalam Luar - Dalam

7.3. Perbedaan Gambar.

a. Bila Gambar Kerja tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat/berlaku adalah Gambar.

b. Bila suatu Gambar tidak cocok dengan Gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang berlaku/mengikat.

7.4. Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing).

a. Gambar Detail Pelaksanaan atau Shop Drawing adalah Gambar Kerja yang wajib dibuat Kontraktor berdasarkan Gambar Kerja Dokumen yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.

b. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing untuk Detail-detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja Dokumen, maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas/Direksi dan atau Konsultan Perencana.

c. Dalam Shop Drawing ini harus dicantum Konsultan Pengawas/Direksi dan digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh jadi dari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/ persyaratan khusus seuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap didalam Gambar Kerja Dokumen maupun Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

d. Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing kepada Konsultan Pengawas/Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan tertulis bagi pelaksanaan.

e. Kontraktor tidak dibenarkan mengtubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum didalam gambar Kerja Dokumen tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas/Direksi.

Segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor, baik dari segi biaya maupun waktu pelaksanaan.

(5)

8. JADWAL PELAKSANAAN 8.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib membuat rencana kerja pelaksanaan dan bagian-bagian pekerjaan berupa Bar Chart & S-Curve Bahan dan Tenaga dan mengkoordinasikan hasilnya kepada Konsultan Pengawas/Direksi, sehingga pelaksanaan pekerjaan terkendali dan tidak mengganggu kelancaran proyek secara keseluruhan dan kelancaran kegiatan di sekitar lokasi pekerjaan.

8.2. Rencana Kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas/Direksi, paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kalender setelah surat keputusan penunjukan (SKP) diterima oleh Kontraktor.

8.3. Rencana Kerja yang disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi, akan disahkan oleh Pemberi Tugas.

8.4. Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada Konsultan Pengawas/Direksi, 1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada bangsal Kontraktor di lapangan yang selaluy diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan/prestasi kerja.

8.5. Konsultan Pengawas/Direksi akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

9. KUASA KONTRAKTOR DI

LAPANGAN

9.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/Pemborong ‘wajib’ menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa disebut ‘Pelaksana’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor/Pemborong, berpendidikan minimal sarjana muda teknik sipil atau sederajat dengan pengalaman minimum 5 (lima) tahun, atau STM jurusan Bangunan dengan pengalaman minimum 10 (sepuluh) tahun.

9.2. Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor/Pemborong lepas tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

9.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberi tahu secara tertulis kepada Tim Pengelola Teknis Wilayah dan Konsultan Pengawas/Direksi, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat persetujuan.

9.4. Bila dikemudian hari menurut Tim Pengelola Teknis Wilayah dan Konsultan Pengawas/Direksi bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’.

9.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor/Pemborong harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor/Pemborong sendiri (penanggung jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.

(6)

10. TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR

10.1. Untuk menjaga kemungkinan kerja diluar jam kerja apabila terjadi hal-hal yang mendesak, Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis alamat dan nomor telepon di lokasi kepada Tim Pengelola Teknis setempat dan Konsultan Pengawas/Direksi.

10.2. Kontraktor wajib memasukan identifikasi dan alamat Bengkel Kerja (Workshop) dan peralatan yang dimiliki dimana pekerjaan pemborongan akan dilaksanakan.

10.3. Alamat Kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak berubah selama pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat Kontraktor dan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis.

11. PENJAGA KEAMANAN

LAPANGAN

11.1. Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap barang-barang milik proyek, Konsultan Pengawas/Direksi dan milik Pihak Ketiga yang ada dilapangan.

11.2. Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui Konsultan Pengawas/Direksi/Konsultan Perencanaan, baik yang telah dipasang maupun yang belum, adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.

11.3. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggungjawab atas akibatnya, baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa. Untuk itu Kontraktor diwajibkan menyediakan alat-alat pemadam kebakaran yang siap ditempatkan yang akan ditetapkan kemudian oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

12. JAMINAN DAN

KESELAMATAN KERJA

12.1. Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan dilapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dan pekerja dilapangan.

12.2. Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi semua petugas yang ada dibawah kekuasaan Kontraktor.

12.3. Kontraktor wajib menyediakan air bersih, Kamar Mandi dan WC yang layak dan bersih bagi semua petugas dan pekerja.

12.4. Tidak diperkenankan, membuat penginapan didalam lapangan pekerjaan untuk Pekerja, kecuali untuk penjaga keamanan.

12.5. Kontraktor Pelaksana Wajib Menjaga Keselamatan seluruh personil yang terlibat di dalamnya

12.6. Segala hal yang menyangkut jaminan social dan keselamatan para pekerja wajib diberikan oleh Kontraktor sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

13. ALAT-ALAT

PELAKSANAAN

(7)

a. Beton molen yang akan ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

b. Theodolit dan Waterpass yang telah diijinkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

c. Perlengkapan penerangan untuk kerja lembur.

d. Pompa air sesuai kebutuhan untuk system pengeringan, jika diperlukan.

e. Penggetar beton yang jumlah dan tipenya akan ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

f. Mesin Pemadat.

g. Alat-alat besar sesuai dengan besaran (magnitude) pekerjaan tanah apabila diperlukan.

14. PEMERIKSAAN BAHAN

DAN KOMPONEN JADI

14.1 Semua bahan dan material dan komponen jadi yang didatangkan harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan dalam buku RKS ini.

14.2. Konsultan Pengawas/Direksi berwenang menanyakan asal bahan/material dan komponen jadi, dan Kontraktor wajib memberi tahu.

14.3. Contoh bahan/material dan komponen jadi yang akan digunakan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas/Direksi dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan “standard of appearance”. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal pelaksanaan. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur, dan produk yang dipilih; akan diinformasikan oleh Konsultan Pengawas/Direksi kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7 (tujuh) hari dari kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut.

14.4. Semua bahan/material dan komponen jadi harus disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas/Direksi sebelum dipasang.

14.5. Bahan/material dan komponen jadi yang telah doidatangkamn oleh Kontraktor dilapangan pekerjaan tetapi ditolak pemakaiannya oleh Konsultan Pengawas/Direksi harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambat-lambatnya dalam waktu 2x27 jam terhitung dari jam penolakan.

14.6. Penyimpanan dan pemeliharaan bahan/material dan komponen jadi harus sesuai dengan persyaratan dari pabrik pembuat, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.

15. PEMERIKSAAN HASIL

PEKERJAAN

(8)

15.2. Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh Konsultan Pengawas/Direksi, Kontraktor diwajibkan meminta persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi. Baru apabila Konsultan Pengawas/Direksi telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya.

15.3. Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam dihitung dari jam diterimanya Surat Permohonan Pemeriksaan, maka Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui Konsultan Pengawas/Direksi. Hal ini dikecualikan bila Konsultan Pengawas/Direksi minta perpanjangan waktu.

16. PEKERJAAN TAMBAH

KURANG DAN PERSIAPAN PEKERJAAN

16.1. Pekerjaan Tambah Kurang.

a. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah kurang diberitahukan dengan tertulis atau ditulis dalam buku harian oleh Konsultan Pengawas/Direksi serta disetujui oleh Pemberi Tugas.

b. Pekerjaan tambah kurang hanya berlaku bila memang nyata-nyata ada perintah tertulis dari Konsultan Pengawas/Direksi atas persetujuan Pemberi Tugas. c. Biaya pekerjaan Tambah Kurang akan diperhitungkan

menurut daftar harga satuan pekerjaan, yang dimasukan oleh Kontraktor sesuai AV 41 Artikel 50 dan 51 yang pembayarannya diperhitungkan bersama angsuran terakhir.

d. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang dimasukan dalam penawaran, maka harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan Pengawas/Direksi bersama-sama Kontraktor dengan persetujuan Pemberi Tugas. e. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alas an

sebagai penyebab kelambatan penyerahan pekerjaan, tetapi Konsultan Pengawas/Direksi/Tim Pengelola Teknis dapat mempertimbangkan perpanjangan waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.

16.2. Persiapan Pekerjaan a.Izin Bangunan

Izin Bangunan secara administrasi akan diurus oleh Pemberi Tugas dalam pelaksanaannya izin bangunan akan diurus oleh Kontraktor. Biaya izin bangunan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

b.Papan Reklame

Kontraktor tidak diperkenankan menempatkan papan reklame dalam bentuk apapun dalam lingkungan halaman tapak pekerjaan atau pada pagar halaman pekerjaan.

c.Papan nama Proyek

(9)

d.Ijin-ijin lain yang berkaitan dengan pelaksanaan, misalnya ijin pemakaian jalan, ijin lingkungan menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

1.1 LINGKUP PEKERJAAN :

Yang dimaksud pekerjaan persiapan meliputi dan tidak terbatas untuk pekerjaan permulaan, penunjang, pendukung atau pelengkap dari seluruh pekerjaan, yang terdiri dari :

a. Pengukuran Kembali Site b. Penyediaan Air Kerja c. Pembersihan Sisa Pekerjaan

1.2 PEKERJAAN PENGUKURAN

a. Untuk memudahkan pekerjaan di lapangan, dasar ukuran dipakai patok koordinat yang ada di lapangan, ataupun sudut-sudut bangunan, serta elevasi lantai bangunan yang ada dilokasi pekerjaan.

d. Untuk mendapatkan posisi dan ketepatan dilapangan, setiap bagian pekerjaan harus diperhatikan dan segala petunjuk yang ada dalam gambar kerja dan semua ketentuan yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat.

e. Alat ukur yang dipakai minimal adalah Waterpass dan Theodolit yang sesuai dan sudah dikalibrasi untuk mendapatkan ukuran yang dapat dipertanggungjawabkan.

f. Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukuran selama pekerjaan berlangsung berikut ahli ukur yang berpengalaman sehingga apabila dianggap perlu setiap saat siap mengadakan pengukuran ulang.

g. Pengukuran titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan menggunakan alat optik dan sudah ditera kebenarannya / dikalibrasi.

Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian yang kecil dan atas persetujuan Pengawas.

1.3 PEKERJAAN PENYEDIAAN AIR & LISTRIK KERJA

a. Kontraktor harus menyediakan sendiri sumber air bersih untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan termasuk pompa dan bak air. Air harus selalu bersih, bebas dari lumpur, minyak, bahan organis lainnya yang merusak.

b. Kontraktor harus mengadakan sendiri fasilitas daya listrik secukupnya, dari generator guna kebutuhan penerangan proyek dan untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan.

c. Semua biaya pengadaan fasilitas tersebut di atas dan lainnya menjadi tanggung jawab Kontraktor. d. Fasilitas air dan listrik yang ada ditapak tidak diperkenankan untuk dipergunakan, terkecuali ada

(10)

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN BETON COR DI TEMPAT (CAST IN SITU)

1. LINGKUP PEKERJAAN

Lingkup pekerjaan ini meliputi struktur beton, yang dilaksanakan sesuai dengan garis mutu dan dimensi sesuai petunjuk dalam Gambar Kerja.

Semua pekerjaan bahan dan unjuk kerja yang berkaitan dengan beton cor di tempat harus sesuai dengan spesifikasi Teknis ini dan standard terkait.

2. STANDAR/RUJUKAN

a. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2, 1971).

b. Standar Industri Indonesia (SII) dan/atau Standar Nasional Indonesia (SNI) :

− SII.0013-81/SNI. 15-2049-1992 Semen Portland, Mutu dan Cara Uji Semen.

− SNI. 03-2847-1992. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan dan Gedung. c. American Concrete Institute (ACI) :

− ACI 318-95 Building Requirements for Reinforced Concrete.

− ACI 347-94 Formwork for Concrete.

d. American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO) :

− AASHTO M6 Standar Specification for Concrete Aggregates.

− ASSHTO T11 Amount of Material Finer Than 0,075 mm (No. 200) Sieve in Aggregate.

− AASHTO T27 Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregate.

− AASHTO T112 Clay Lumps and Friable Particles in Aggregates.

− AASHTO T113 Lighweight Pieces in Aggregates. e. American Society for Testing and Material (ASTM) :

− ASTM C33-93 Specification for Concrete Aggregates.

− ASTM C94-90 Specification for Ready Mixed Concrete.

− ASTM C150-94 Standar for Portland Cement.

− ASTM C260-94 Standar Specification for Air Entraining Admixtures for Concrete.

− ASTM C294-92 Standar Specification for Chemical Admixtures for Concrete

− ASTM C685-94 Specification for Concrete Made by Volumetric Batchinf and Continuous Mixing.

− ASTM C920-87 Specification for Elstomeric Joint Sealants.

3. PROSEDUR UMUM

3.1 Gambar Detail Pelaksanaan

Gambar detail pelaksanaan berikut harus disertakan Kontraktor kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui dan harus meliputi :

• Diagram penulangan yang menunjukkan pembengkokan, kait, lewatan, sambungan dan lainnya sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.

(11)

• Metoda pengecoran termasuk desain campuran, tenaga kerja, peralatan dan alat-alat kerja.

3.2 Pemeriksaan, Pengambilan Contoh dan Pengujian

3.2.1 Pemeriksaan Lapangan

• Sebelum memulai pekerjaan beton, pengujian pendahuluan tesebut di bawah akan dilakukan oleh Pengawas Lapangan dengan biaya Kontraktor.

Kontraktor harus mengacu kepada hasil campuran percobaan dan estimasi yang akan digunakan dalam pekerjaan ini.

• Kontraktor harus membantu Pengawas Lapangan dalam pelaksanaan pengambilan contoh dan pengujian. Pengujian pendahuluan akan meliputi penentuan hal-hal berikut :

− Karakteristik batu pecah.

− Tipe dan kualitas semen.

− Pemilihan dan dosis bahan tambahan.

− Perbandingan kelas batu pecah dan campuran.

− Factor air semen.

− Pengujian slump.

− Karakteristik campuran beton segar.

Pengujian-pengujian ini harus dilakukan sampai diperoleh campuran yang sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Teknis ini.

3.2.2 Pengambilan Contoh dan Pengujian

Semua pengambilan contoh dan pengujian harus dilakukan oleh Kontraktor tanpa tambahan biaya. Pekerjaan ini akan berlangsung terus menerus selama pelaksaan pekerjaan beton.

Pengambilan contoh dan pengujian harus ditentukan oleh Pengawas Lapangan, seperti tersebut di bawah :

a. Semen

Semen harus memiliki sertifikat dari pabrik pembuat, yang menunjukkan berat per zak, bahan alkasi yang sesuai.

b. Aggregate

Aggregate halus sesuai dan tahan uji menurut ASTM C33, pengujian dimulai 30 hari sebelu pelaksanaan pekerjaan beton.

c. Beton

Minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai, Kontraktor harus membuat percobaan campuran untuk pengujia, bahan-bahan yang akan digunakan, dan metoda yang akan digunakan untuk pekerjaan ini.

d. Bahan Tambahan

Semua bahan tambahan untuk beton harus diuji sesuai standard ASTM C260 dan ASTM C494 minimal 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai.

Bahan tambahan tidak diijinkan digunakan tanpa persetujuan Pengawas Lapangan.

(12)

Kontraktor harus melakukan pengujian campuran beton, setiap tipe dan kuat tekan yang diaplikasikan, sebelum pelaksaan pengecoran beton.

Desain campuran harus mengindikasikan rasio air semen, kadar air, kadar bahan tambahan, kadar semen, kadar agregat, gradasi agregat, slump, kadar udara dan kuat tekan.

Pengujian campuran dilakukan ketika contoh benda uji yang dirawat dan diuji dalam kondisi lab, kuat tekannya akan melebihi kuat tekan yang diperlukan. Kuat tekan umur 7 hari harus memiliki nilai minimal 65% dari kuat tekan umur 28 hari.

Pengujian beton harus dilaksanakan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.

Laporan hasil pengujian harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui, dan penempatan beton di lokasi tidak diijinkan tanpa hasil pengujian yang memuaskan.

4. BAHAN-BAHAN

4.1 Beton

Komposisi beton, baik berat atau volume, harus ditentukan oleh Pengawas Lapangan dan harus memenuhi kondisi berikut :

Slump harus ditentukan sesuai ketentuan Spesifikasi Teknis.

• Campuran alternative tidak boleh digunakan sebelum disetujui Pengawas Lapangan.

• Tanpa air yang berasal dari batu pecah.

Beton dikelompokkan dalam kelas yang berbeda, sesuai ketentuan berikut :

• Beton mutu K-225 (fc’ = 18,675 MPa) digunakan untuk pondasi dan balok sloof.

• Beton mutu B-0 digunakan untuk lantai kerja pondasi dan pengisi.

4.2 Semen

Semen harus dari tipe I dan memenuhi persyaratan SII-0013-81/SNI.15-204-1992 atau ASTM C150-89.

Semem harus berasal dari salah satu merk dagang, seperti Semen Tonasa, Semen Tiga Roda, Semen Gresik, Semen Bosowa, Semen Holcim.

4.3 Air

Air untuk campuran, perawatn atau aplikasi lainnya harus bersih dan bebas dari unsur-unsur yang merusak seperti alkali, asam, garam dan bahan organic.

(13)

4.4 Agregat Halus

Agregat halus untuk beton harus terdiri dari pasir keras dan halus disetujui Pengawas Lapangan. Aggregat halus harus memenuhi ketentuan berikut :

NO. DESKRIPSI METODE UJI

AASHTO Batubara dan bahan bakar Bahan lolos saringan no. 200

T112

Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organic, asam, alkali dan bahan lainnya yang merusak.

Agregat halus merata didegradasi dan harus memenuhi ketentuan gradasai berikut :

SARINGAN % BERAT YANG LOLOS (AASHTO T27)

3/8”

Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari batu butiran, batu pecah, kerak dapur tinggi dan bahan lainnya yang disetujui dan memiliki karakteristik serupa yang keras, tahan lama dan bebas dari bahan-bahan yang tidak diinginkan.

Agregat kasar bebas dari bahan-bahan yang merusak dan harus memenuhi ketentuan berikut :

NO. DESKRIPSI METODE UJI

AASHTO Bahan lolos saringan no 200 Bahan tipis panjang lebih dari 5 x ketebalan maksimal

T112

(14)

Ketentuan gradasi batuan kasar harus memenuhi ketentuan ASTM A33 :

UKURAN MAX. BATU PECAH

(CM)

PRESENTASE BERAT LOLOS SARINGAN % UKURAN SARINGAN

Agregat kasar dari ukuran yang berbeda harus digabung dengan ukuran lain dengan pertimbangan berat atau volume untuk menghasilkan batuan yang memenuhi persyaratan gradasi yang ditentukan.

4.6 Bahan Perawatan

Bahan untuk perawatan harus memenuhi ketentuan berikut :

No. DESKRIPSI METODE UJI

AASHTO

1. 2. 3.

Lembaran kain dari sega/goni

Lapisan cairan untuk perawatan beton Lembaran polyethylene putih untuk perawatan beton

N182 M148 M171

Metoda ini untuk perawatan beton harus disetujui Pengawasan Lapangan.

4.7 Bahan Tambahan

Bahan tambahan untuk mengurangi air dan memperlambat pengerasan beton, bila dibutuhkan, harus memenuhi ketentuan ASTM C494 tipe B dan D.

Bahan tambahan untuk mempercepat pengerasan beton bila diperlukan, harus memenuhi ketentuan ASTM C494 dan seiijin Pengawas.

4.8 Pengisi Sambungan (Joint Filler) dan (Jont Sealent)

Joint Filler harus memenuhi persyaratan AASHTO M153 dan US Federal Specification HH-F 341 tipe 1 class B, seperti Pavatex atau setara.

Joint Sealant harus memenuhi persyaratan ASTM C920 seperti Elasto-seal 227 atau setara.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Perancah dan Acuan

Perancah harus dibuat di atas pondasi dengan kekuatan yang memadai untuk menerima beban tanpa penurunan.

(15)

pemasangan/penempatan perancah harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui.

Acuan harus memenuhi ketentuan berikut :

• Semua acuan harus dilengkapi dengan lubang pembersih yang memadai untuk pemeriksaan dan pembersihan setelah pemasangan baja tulangan.

• Bahan acuan harus berasal dari papan kayu tebal minimal 20 mm kayu lapis tebal minimal 9 mm, baja plat lembaran tebal minimal 0,6 mm, atau bahan lain yang disetujui.

• Permukaan beton yang menghendaki penyelesaian halus dan diekspos harus menggunakan acuan kayu lapis.

• Desain dan konstruksi acuan, penopang dan penguat menjadi tanggung jawab Kontraktor.

• Acuan harus dibuat dengan teliti dan diperiksa kemampuan konstruksinya sebelum pengecoran.

• Semua sudut sambungan, pertemuan harus kaku untuk mencagah terbukanya acuan selama pekerjaan pengecoran berlangsung. Kontraktor bertanggung jawab untuk acuan dan penopangnya yang memadai.

• Ikatan metal, penunjang, baut dan batang harus disusun sedemikian ruapa sehingga ketika acuan dibuka, semua metal harus berada tidak kurang 5 mm dari permukaan beton ekspos.

• Untuk permukaan beton ekspos, ikatan metal, bilan diijinkan, harus disingkirkan sampai kedalaman minimal 25 mm dari permukaan beton tanpa merusak.

• Kerucut yang sesuai harus disediakan. Cekungan-cekungan harus diisi dengan adukan dan permukaan harus halus, rata dan seragam dalam warna.

Bila dasar acuan sukar dicapaik, dinding bagian bawah acuan harus dibiarkan terbuka dan acuan kayu harus dibasahi dengan air sebelum penempatan beton.

5.2 Perlakuan Pembukaan Acuan

Semua didinding acuan harus dieri lapisan yang disetujui sebelum penempatan baja tulangan, dan acuan dari kayu harus dibasahi dengan air semelum penempatan beton.

Bahan pelapis yang akan menyebabkan perubahan warna asli beton tidak boleh digunakan.

5.3 Penempatan Pipa Drainase dan Konduit

Pipa-pipa drainas, conduit kabel listrik dan/atau telekomunikasi harus dipasang sebelum pengecoran, dengan tanpa mengurangi kekuatan beton. Pipa-pipa tersebut harus dilindungi sehingga tidak akan terisi adukan beton sewaktu pengecoran.

Pipa drainase dan pipa conduit harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Teknis Mekanikal.

5.4 Sambungan Konstruksi

Sambungan konstruksi harus ditempatkan pada tempat-tempat sesuai Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.

Sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap garis utama tekanan dan umumnya ditempatkan pada titik-titik minimal gaya geser pada sambungan konstruksi horizontal.

Batang pasak, alat penyalur beban dan alat pengikat yang diperlukan harus ditempatkan pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

5.5 Sambungan Terbuka

(16)

kemudian mencabut kepingan kayu, plat metal atau bahan lain yang disetujui.

Penyisipan dan pencabutan cetakan harus dilakukan tanpa merusak pinggiran atau sudut beton.

Penulangan tidak boleh melewati sambungan terbuka kecuali bila ditentukan lain.

5.6 Pengisi Sambungan

Sambungan muai yang diisi harus dibuat serupa dengan sambungan terbuka. Bila ditentukan pembentukan ulang sambungan muai, ketebalan pengisian yang dipasang sesuai dengan ketentuan Gambar Kerja. Pengisi sambungan harus dipotong dengan bentuk dan ukuran yang sama dengan permukaan yang akan disambung.

Pengisi harus dipasang dengan kuat terhadap permukaan beton yang telah ditempatkan dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak begesar bila disampingnya ditempatkan beton.

Bila diperlukan penggunan lebih dari 1 lembar pengisi untuk mengisi sambungan, lembaran harus ditempatkan secara rapat dan celah diantaranya diisi dengan aspla kelas 18 kg, dan salah satu sisinya harus ditutup dengan aspal panas agar tersimpan dengan baik.

Segera setelah pembongkaran acuan, sambungan muai harus diperiksa dengan teliti.

Beton atau adukan yang menutup sambungan harsu dipotong dengan rapih dan dibuang. Bila selama pelaksanaan, bukaan sebesar 3 mm atau lebih muncul pada sambungan yang akan dilalui lalu lintas, bukaan tersebut harus ditutup dengan ter panas atau aspal sesuai petunjuk Pengawas Lapangan.

5.7 Toleransi

Kontraktor harus menjaga dan menyetal acuan untuk memastikan, setelah pembongkaran acuan dan sebelum pekerjaan akhir, bahwa tidak ada bagian beton yang melebihi toleransi yang diijinkan dalam Gambar Kerja. Variasi ketinggian lantai harus diukur sebelum pembongkaran pelindung dan penumpu.

5.8 Perbandingan dan Campuran Beton

Perbandingan bahan ditentukan dengan penimbangan atau dengan metoda yang disetujui Pengawas Lapangan. Perbandingan volume tidak diijinkan tanpa persetujuan Pengawas Lapangan.

Semua beton harus dicampur dengan mesin. Waktu pencampuran harus sesui dengan petunjuk kapasitas alat pencampur.

Slump yang diijinkan minimal 75 mm dan maksimal 150 mm untuk balok, kolom dan plat sedangkan untu pondasi sumuran minimal 50 mm dan maksimal 125 mm. Pencampuran beton tidak boleh dimulai tanpa memastikan persediaan bahan yang memadai, dalam batas yang aman, agar pengecoran beton dapat dilaksanakan.

Bila pengecoran tidak dapat dihentikan, Kontraktor harus menyediakan peralatan tambahan dan memadai yang disetujui Pengawas Lapangan.

Beton redy-mixed harus dicampur dan didatangkan sesuai ketentuan ASTM C94 dan ASTM C685.

5.9 Penempatan Beton dan Pembongkaran Acuan

(17)

Metoda dan urutan pengecoran harus sesuai dengan Spesifikasi Teknis dan petunjuk Gambar Kerja.

Bagian luar permukaan beton harus dikerjakan dengan baik selama pengecoran. Penggetaran terus menerus pada jarak 38 – 40 cm harus tetap terjaga untuk mencegah keropos dan untuk mendapatkan permukaan yang halus.

5.10 Corong dan Saluran

Beton harus ditempatkan sedemikian rupa untuk mencegah terpisahnya bahan-bahan dan bergesernya baja tulangan. Bila dibutuhkan kemiringan yang tajam, corong harus dilengkapi dengan papan-papan berukuran pendek yang mengubah arah gerakan. Semua corong, saluran dan pipa harus dijaga agar bebas dari beton yang mengeras dengan cara menyiram air setiap kali setelah penuangan. Siraman air harus jauh dari beton yang baru sa ditempatkan.

Beton tidak boleh dijatuhkan dari ketinggian lebih dari 150 cm kecuali melalui corong tertutup pipa. Setelah ikatan awal beton, acuan tidak boelh digetarkan dan tekanan tidak boleh dilakukan pada ujung pelindung tulangan. Beton harus diangkat dari mesin pengaduk dan diangkut dalam waktu 1 jam ke lokasi akhir yang disetujui Pengawas Lapanga. Hal ini untuk memastikan bahwa beton sesuai dengan mutu yang disyaratkan pada waktu penempatan dan Kontraktor harus menjaga pengangkutan beton yang menerus/tidak terputus-putus.

Semua peralatan, mesin dan alat-alat yang digunakan untuk pekerjaan ini harus bersih, dan bekerja dengan baik. Bila memungkinkan, sebuah unit pengganti atau suku cadang harus disediakan di lokasi.

Bila digunakan, jalur pompa harus diletakkan sedemikian rupa sehingga aliran beton tidak terganggu. Benda-benda tajam harus disingkirkan.

Kadar air dan ukuran partikel batuan harus diawasi dengan teliti ketika beton dipompa untuk mencegar penempatan. Kemiringan saluran untuk mengalirkan beton segar harus dipilih dengan tepat sehingga beton dengan kadar air rendah dapat mengalir dalam aliran seragam tanpa pemisahan semen dan batuan.

Bila beton ditempatkan langsung di atas tanah, alas atau dasar harus bersih dan padat, dan bebas dari air atau aliran air. Permukaan lantai yang akan diberi beton harus benar-benar bersih dari lumpur, batu lepa, kotoran dan bahan lapisan lain yang mengganggu. Prosedur ini harus diketahui dan disetujui Pengawas Lapangan.

5.11 Pembongkaran Acuan

Acuan dan perancah tidak boleh dibongkar tanpa persetujuan Pengawas Lapanga. Persetujuan Pengawas Lapangan tidak membebaskan Kontraktor dari keamanan pekerjaan tersebut. Jadwal pembongkaran harus ditentukan oleh Pengawas Lapangan.

5.12 Perbaikan Beton

Kontraktor harus meminta Pengawas Lapangan untuk memeriksa permukaan beton segera setelah pembongkaran.

Kontraktor atas biayanya harus mengganti beton yang tidak sesuai dengan garis, detail atau elevasi yang telah ditentukan atau yang rusaknya berlebihan. (Jangan menambal, mengisi, memulas, memperbaiki atau mengganti beton ekspos kecuali atas petunjuk Pengawas Lapangan).

(18)

acuan khusus. Lubang pengikat harus ditutup. Permukaan ekspos dan permukaan yang akan dicat harus bersih dari tambalan, memiliki sirip-sirip dan tetesan adukan yang tersikat halus, dan memiliki permukaan yang bebas dari lapisan penutup dan debu.

Keropos, lubang atau sambungan dingin harus diperbaiki segera setelah pembongkaran acuan.

Bahan tambahan harus kohesif, tidak berkerut dan melebihi kekuatan beton

Singkirkan cacat, karat, noda atau beon ekspos yang luntur warnanya atau beton yang akan dicat dengan.

• Semprotan pasir ringan.

• Pembersihan dengan larutan lembut sabun detergent dan air yang diaplikasikan dengan menggosok secara keras dengan sikat lembut, kemudian disiram dengan air. Hilangkan noda karat dengan mengaplikasikan pasta asam oksalid, biarkan sejenak dan sikat dengan kikir yang disetujui.

• Pembersihan dengan larutan asam muriatik yang mengandung tidak kurang dari 2% dan tidak lebih dari 5% asam dalam volume, yang diaplikasikan pada pemukaanyang sebelumnya telah dilembabkan dengan air bersih.

• Hilangkan asam. Lindungi bahan metal atau lainna yang dapat rusak karena asam.

• Tambahan kapur.

• Mengikir dan menggerinda.

5.13 Penyelesaian Beton

Kecuali ditentukan lain, permukaan beton harus segera diselesaikan setelah pembongkaran dan harus diselesaikan sesuai tingkat dan dimensi seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

Floor Hardener harus diplikasikan pada permukaan beton yang masih segar secara merata, dengan cara pelaksanaan dan dalam jumlah sesuai rekomendasi dari pabrik pembuatnya, atau sebanyak 5 kg/cm2, kecuali bila ditentukan lain oleh Pengawas Lapangan.

5.14 Perawatan dan Perlindungan

Ketentuan-ketentuan berikut harus diperhatikan untuk melindungi beton segar yang baru dicor terhadap matahari, angin dan hujan sampai beton mengeras dengan baik, dan untuk mencegah pengeringan yang terlalu cepat.

• Semua acuan yang berisi beton harus dijaga tetap lembab sempai saat pembongkaran.

• Semua permukaan beton ekspos harus dilembabkan secara terus menerus selama 14 hari setelah pengecoran.

• Perhatian khusus harus diberikan pada permukaan lantai atap yang akan ditutup dengan karung lembab atau dilindungi terhadap kekeringan dengan bahan lain yang sesuai.

(19)

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN BERBAGAI JENIS UBIN

1 LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini mencakup penyediaan bahan dan pemasangan berbagai jenis ubin pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja serta Spesifikasi Teknis ini atau sesuai Petunjuk Pengawas Lapangan.

1.1 Strandar/Rujukan

• Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982).

• Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-1989-F).

• Standar Industri Indonesia (SII)/Standar Nasional Indonesia (SNI).

• Spesifikasi Teknis - Adukan dan Plesteran

1.2 Prosedur Umum

1.2.1 Contoh Bahan dan Data Teknis

Contoh bahan dan data teknis/brosur bahan yang akan digunakan harus diserahkan terlebih dahulu kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirim ke lokasi proyek.

Contoh bahan ubin keramik harus diserahkan sebanya 3 (tiga) buah dengan 4 (empat) gradasi warna untuk setiap bahan. Biaya pengadaan contoh bahan menjadi tanggung jawab Kontraktor.

1.2.2 Pengiriman dan Penyimpanan

Pengiriman ubin keramik ke lokasi proyek harus terbungkus dalam kemasan pabrik yang belum dibuka dan dilindungi dengan label/merk dagang yang utuh dan jelas.

Kontraktor wajib menyediakan cadangan sebanyak 2,5% dari keseluruhan bahan terpasang untuk diserahkan kepada Pemilik Proyek.

1.2.3 Bahan-Bahan

a. Umum

Ubin harus dari kualitas yang baik dan dari merk yang dikenal. Ubin yang tidak rata permukaan dan warnanya, sisinya tidak lurus, sudut-sudutya tidak siku, retak atau cacat-cacat lainnya, tidak boleh dipasang.

b. Ubin keramik

Ubin keramik menggunakan keramik DN ukuran 300 mm x 300 mm untuk lantai kelas dan tempat-tempat lainnya seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

(20)

c. Ubin beton

Ubin beton harus dari jenis dengan permukaan yang terdiri dari butiran batu alam warna hijau, seperti tipe Pearl stone buatan Cisangkan atau yang setara, dengan ukuran dan tebal sesuai ketentuan Gambar Kerja.

d. Adukan

Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yang diberi bahan tambahan penguat dalam jumlah penggunaan sesuai petunjuk dari pabrik setempat.

Adukan perekat khusus untuk memasang ubin keramik, jika ditunjukkan dalam Gambar Kerja atau sesuai petunjuk Pengawas Lapangan, harus memenuhi ketentuan AS 2358, ANSI 118.1, 118.4 dan BS 5383, seperti produk AM 30 Mortarflex atau yang setara.

1.2.4 Pelaksanaan Pekerjaan

a. Persiapan

Pekerjaan pasangan ubin baru boleh dilakkan setelah pekerjaan lainnya benar-benar selesai.

Pemasangan ubin harus menunggu sampai semua alat penggantung, pengunci pintu/jendela dan semua pekerjaan pemipaan air bersih/air kotor atau pekerjaan lainnya yang terletak di belakang atau di bawah pasangan ubin ini telah diselesaikan terlebih dahulu.

b. Pemasangan

Sebelum pemasangan ubin pada dinding dimulai, plesteran harus dalam keadaan kering, padat, rata dan bersih.

Sebelum dipasang, ubin harus direndamair terlebih dahulu.

Adukan untuk pasangan ubin pada lantai, dinding luar dan bagian lain yang harus kedap air harus terdiri dari campuran 1 semen, 2 pasir dan sejumlah bahan tambahan, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kera. Adukan untuk pasangan ubin pada tempat-tempat lainnya menggunakan campuran 1 semen dan 4 pasir.

Tebal adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 25 mm, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

Adukan untuk pasangan ubin pada dinding luar harus diberikan pada permukaan plesteran dan permukaan belakang ubin, kemudian dilekatkan pada tempat yang sesuai dengan direncanakan atau sesuai petunjuk Gambar Kerja.

Adukan untuk pasangan ubin pada lantai harus ditempatkan di atas lapisan pasir padat, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja. Pasangan ubin untuk lantai KM/WC, permukaannya harus dimiringkan dan sedemikian rupa menuju ke arah lubang pembuangan (saringan air kotor)

Ubin harus dipasang dari salah satu agar pola simetris yang dikehendaki dapat terbentuk dengan baik.

Sambungan atau celah-celah antara ubin harus lurus, rata dan seratam, saling tegak lurus. Lebar celah tidak boleh lebih dari 1,6 mm, kesuali bila ditentukan lain. Adukan harus rapih, tidak keluar dari celah sambungan.

Pemotongan ubin harus dengan keahlian dan dilakukan hanya pada satu sisi, bila tidak terhindarkan.

(21)

c. Pengecoran Siar/Celah

Pengecoran siar/celah antara ubin keramik harus dilaksanakan setelah adukan pasangan ubin benar-benar kering. Hal ini perlu diperhatikan untuk mencegah terjadinya ledakan yang disebabkan karena terperangkapnya kandungan air di bawah ubin.

Siar/celah antara ubin dengan semen pengisi/grout yang berwarna sama dengan ubinnya, seperti produk AM 50 Colored Ceramic Grout dengan campuran AM 54 Liquid Grout Additive atau setara yang disetujui oleh Pengawas Lapangan.

Pengecoran dilakukan sedemikian rupa sehingga mengisi penuh garis-garis siar. Setelah semen pengisi cukup mengeras, bekas-bekas penecoran segera dibersihkan dengan kain lunak yang baru dan bersih.

d. Pembersihan dan Perlindungan

(22)

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN KERAMIK DAN HOMOGENEOUS TILE

1. LINGKUP PEKERJAAN

Bagian ini mencakup ketentuan/syarat-syarat (pembayaran, pengiriman, penyimpanan, pemasangan) untuk pekerja, material dan peralatan.

Bagian yang termasuk pekerjaan keramik dan homogeneous tile :

• Keramik untuk lantai dan dinding, termasuk seperti nozong/skirting.

• Additive dan grouting yang diperlukan.

• Bagian yang terkait :

− Pekerjaan sealant

− Pekerjaan lantai beton

− Pekerjaan dinding batu bata

2. PERATURAN-PERATURAN YANG BERKAITAN DENGAN PEKERJAAN

• NI-2-1971.

• NI-3-1970

• NI-8-1972

• SII-0241-1970

2.1 Bahan/Material yang Diperlukan

2.1.1 Bahan Keramik/Ubin

Jenis bahan yang digunakan adalah dari tipe (sesuai dengan material skedul) DN ukuran 30/30 polos.

Schedule untuk tipe dan ukuran dijelaskan dalam gambar dan dokumen penjelasan, warna akan ditentukan oleh Perencana/Arsitek.

Contoh kemasan harus diperlihatkan kepada MK, Pemberi Tugas dan Perencana dan semua keramik yang digunakan harus sesuai dengan sampel yang telah disetujui dan dalam kemasan asli dari pabrik.

Extra Stock

• Jumlah : setelah pekerjaan selesai, Kontraktor harus mengirimkan extra stock sebanyak 5% dari tiap-tiap warna, tipe dan keterangan-keterangan keramik yang digunakan dalam pekerjaan.

• Pengemasan : harus tertutup rapat dan tertera jelas label dengan ini dan lokasi digunakan.

• Tidak ada extra payment terhadap extra stock ini.

Warna yang dipakai secar visual harus sama pda semua kondisi.

Keramik yang digunakan pada area basah harus memiliki water absorbtion antara 0,5% atau kurang.

Keramik yang digunakan bukan pada area basah harus memiliki water absobtion antara 0,5% sampai 3%.

2.1.2 Toleransi

(23)

• Terhadap lebar setiap ubin : 0,6%

• Terhadap panjang pada 2 sisi berlawanan setiap ubin : 0,8 mm

Jangan memasang ubin patah, retak, warna yang pudar atau tidak memiliki finishing yang baik. Hal-hal seperti ini akan ditolak.

2.1.3 Pelaksanaan

a. Inspeksi/Pemeriksaan Permukaan Lantai

Kontraktor harus mengoreksi semua permukaan yang tidak sesuai berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut :

− Permukaan harus kuat, kering, bersih dan bebas dari minyak, kotoran dan sebagainya.

− Pertemuan, angker, pengikat penggantung untuk pekerjaan mekanikal dan elektrikal pada atau di belakng ubin harus dipasang terlebih dahulu sebelum ubin dipasang.

− Dinding –dinding toilet, pantry dan area basah lain harus dipastikan memiliki pasangan transraam setinggi 150 cm dari permukaan finis lantai (ffl = floor finish level).

b. Pemeriksaan Permukaan

Pemeriksaan semua permukaan yang akan dipasang keramik, atas dan perlengkapan yang diperlukan sebelum memulai pekerjaan, deviasi dalam toleransi yang diijinkan untuk permukaan yang akan dipasang ubin.

Perbedaan maksimum pada permukaan vertical adalah 4,0 mm dalam panjang 4,0 meter tetapi tidak berlaku akumulatif.

2.1.4 Prosedur/Pelaksanaan

a. Umum

Layout : pola harus digelar untuk memungkinkan pengaturan ubin dengan pemotongan yang minimum. Ukuran-ukuran harus dikontrol untuk menghindari pengaturan lebih kecil dari setengan ukuran ubin.

− Penempatan ubin ; ubin-ubin harus dipasang sesuai gambar untuk semua lantai dan area dinding, permukaan harus lurus dan rata terhadap garis acuan yang diinginkan. Naad/siar-siar harus salaing tegak lurus.

− Penempatan ubin harus sedapat mungkin mengurangi pemotongan kea rah pasangan terbaik. Perubahan fractional dalam ukuran-ukuran tanpa mengganggu sesatuan hubungan lebar masih diijinkan. Bila dibutuhkan, ubi dipotong dengan peralatan yang sesuai dan permukaan harus dihaluskann. Ubin yang cacad dan rusak harus diganti.

− Pekerjaan hanya boleh dimulai setelah area pemasangan bebas dari lalu-lalang pekerjaan lain.

b. Ubin Keramik untuk Lantai

− Ratakan permukaan yang kasar dan tidak rata dengan peralatan plesteran.

− Dengan hati-hati tempatkan ubin dengan benar dan rata sesuai dengan yang diinginkan.

(24)

c. Ubin Dinding

− Bersihkan debu-debu dan partikel-partikel lain, bersihkan dengan sikat dan air bersih.

− Ratakan dengan lapisan plesteran.

− Tekanlah ke permukaan yang cukup dengan peralatan untuk plester menempel pada dinding.

− Finishing permukaan plester harus lurus dan benar untuk menghasilkan karatan pada jarak tertentu dan memudahkan pemasangan ubin.

d. Mortar Bed

− Terapkan adukan dengan tekanan ke seluruh area yang tidak lebih dari pada permukaan yang dapat ditutup oleh ubin dimana adukan masih plastis.

− Terapkan dengan rata tanpa berlubang.

− Sisirlah/ratakan adukan tanpa menimbulkan lubang dalam 10 menit sebelum ubin dipasang.

− Tebal bantalan adulan adalah sekitar 10 mm sampai 15 mm.

e. Pengaturan Ubin

− Ubin dibasahkan dengan direndam sebentar.

− Tekan ubin dengan secukupny pada adukan yang masih plastis.

− Ratakan ke arah permukaan yang benar.

− Tekan dan ketok ubin untuk mendapatkan minimum 80% permukaan adukan tertutup pada setiap unit ubin tersebut.

− Aturlah ubin sebelum pemasangan sehinga bagian sudut setiap ubin rata dengan bagian sudut ubin sebelahnya.

− Berilah adukan tambahan bila masih kurang rata, pengisisn dengan semen murni tidak diijinkan.

f. Grout

− Penuhi naad dengan maksimum grout.

− Sebelum grout diberi, goreslah naad-naad tersebut.

− Isi naad/siar dengan grouting dan ratakan.

Grouting harus memiliki kesamaan warna, rata tanpa berlubang dan sebagainya.

Grouting : AM50.

2.1.5 Lain-Lain

a. Toleransi Pemasangan

Level toleransi kerataan :

− Proyeksi terhadap tinggi antara 2 ubin adalah 0,5 mm.

− Kerataan dan kelurusan vertical pada 2 meter tepi lurus adalah 4 mm.

− Lebar naad : 2,6 mm atau 2 tepi ubin.

b. Pembersihan

− Bersihkan permukaan sedapat mungkin setelah penyelesaian grouting.

(25)

pembuatnya/manufacture.

− Bersihkan semua permukaan ubin dengan air sebelum dan sesudah pemakaian bahan kimia. Jangna biarkan acid atau chemical cleaner memasuki floor drain. Gosoklah permukaan seluruh ubin dengan kain yang lembut.

2.1.5.1 Umum

Ubin harus dari kualitas yang baik dan dari merk yang dikenal. Ubin yang tidak rata permuakaan dan warnanya, sisinya tidak lurus, sudut-sudutnya tidak siku, retak atau cacat-cacat lainnya, tidak boleh dipasang.

2.1.5.2 Ubin Keramik

Ubin keramik bertipe DN ukuran 30/30 polos.

Tipe dan warna masing-masing ubin keramik harus sesuai skema warna yang ditentukan kemudian, berasal dari merk Roman, Mulia, Asia Tile atau yang setara yang disetujui oleh Pengawas Lapangan.

2.1.5.3 Ubin Beton

Ubin beton harus dari jenis dengan permukaan yang terdiri dari butiran batu alam warna hijau, seperti tipe pearl stone buatan Cisangkan atau yang setara, dengan ukuran dan tebal sesuai ketentuan dalam Gambar Kerja.

2.1.5.4 Adukan

Adukan terdiri dari campuran semen dan pasir yan diberi bahan tambahan penguat dalam jumlah penggunaan sesuai petunjuk dari pabrik pembuat.

(26)

2.1.6 Pelaksanaan Pekerjaan

2.1.6.1 Persiapan

Pekerjaan pasangan ubin baru boleh dilakukan setelah pekerjaan lainnya benar-benar selesai.

Pemasangan ubin harus menunggu sampai semua alat penggantung, pengunci pintu/jendela dan semua pekerjaan pemipaan air berih/air kotor atau pekerjaan lainnya yang terletak di belakang atau di bawah pemasangan ubin ini telah diselesaikan terlebih dahulu.

2.1.6.2 Pemasangan

Sebelum pemasangan ubin pda dinding dimulai, plesteran harus dalam keadaan kering, padat, rata dan bersih.

Sebelum dipasang, ubin harus direndam air terlebih dahulu.

Adukan untuk pasangan ubin pada lantai, dinding luar dan bagian lain yang harus kedap air harus terdiri dari campuran 1 semen, 2 pasir dan sejumlah bahan tambahan, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

Adukan untuk pasangan ubin pada tempat-tempat lainnya menggunakan campuran 1 semen dan 4 pasir.

Tebal adukan untuk semua pasangan tidak kurang dari 25 mm, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja.

Adukan untuk pasangan ubin pada lantai harus ditempatkan di atas lapisan permukaan plesteran dan permukaan belakang ubin, kemudian dilekatkan pada tempat yang sesuai direncanakan atau sesuai petunjuk Gambar Kerja.

Adukan untuk pasangan ubin pada lantai harus ditempatkan di atas lapisan pasir padat, kecuali bila ditentukan lain dalam Gambar Kerja. Pasangan ubin untuk lantai KM/WC, permukaannya harus dimiringkan dan sedemikian rupa menuju kea rah lubang pembuangan (saringan air kotor).

Ubin harus kokoh menempel pada alasnya dan tidak boleh berongga. Harus dilakukan pemeriksaan untuk menjaga agar bidang ubin yang terpasang tetap lurus dan rata.

Ubin yang salah letaknya, cacat atau pecah, harus dibongkar dan diganti.

Ubin mulai dipasang dari salah satu sisi agar pola simetri yang dikehendaki dapat terbentuk dengan baik.

Sambungan atau celah-celah antara ubin harus lurus, rata dan seragam, saling tegak lurus. Lebar tidak boleh lebih dari 1,6 mm, kecuali bila ditentukan lain.

Adukan harus rapih, tidak keluar dari celah sambungan.

Pemotongan ubin harus dengan keahlian dan dilakukan hanya pada satu sisi, bila tidak terhindarkan.

Pada pemasangan khusus seperti pada sudut-sudut pertemuan, pengakhiran dan bentuk-bentuk yang lainnya harus dikerjakan rapih dan sesempurna mungkin.

2.1.6.3 Pengecoran Siar/Celah

(27)

terperangkapnya kandungan air di bawah ubin.

Siar/celah antara ubin dicor dengan semem pengisi/grout yang berwarna sama dengan ubinnya, seperti AM 50 colored ceramic gorut dengan campuran AM 54 liquid grout additive atau setara yang disetujui oleh Pengawas Lapangan.

Setelah semen pengisi cukup mengeras, bekas-bekas pengeoran segera dibersihkan dengan kain lunak yang baru dan bersih.

2.1.6.4 Pembersihan dan Perlindungan

(28)

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATA MERAH

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, alat-alat bantu yang dibutuhkan, bahan dan semua pasangan bata merah pada tempat-tempat seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja dan Spesifiksi Teknis ini.

Pekerjaan ini terdiri dari pada hal-hal berikut :

• Pasangan bata merah,

• Adukan,

• Pengaplikasian bahan penutup celah antara dinding dengan kolom bangunan, dinding dengan bukaan dinding dan dinding dengan peralatan, sesuai dengan petunjuk Gambar Kerja dan Spesifikasi Teknis.

2. STANDAR/RUJUKAN

• Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)

• Standard Industri Indonesia (SII)/Standar Nasional Indonesia (SNI)

• American Society for Testing and Materials (ASTM)

• Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A ( SK SNI S-04-1989-F)

• Spesifikasi Teknis :

− Adukan dan Plesteran

− Penutup dan Pengisi Celah

3. PROSEDUR UMUM

a. Contoh Bahan

Contoh bahan-bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui terlebih dahulu sebelum dikirimkan ke lokasi proyek. Contoh bahan bata merah diserahkan sebanyak minimal 10 buah, untuk keperluan pengujian kuat tekan yang disyaratkan. Biaya pengadaan contoh dan pengujian menjadi tanggung jawab Kontraktor.

b. Pengiriman dan Penyimpanan

Semua bahan harus disimpan dengan baik, terlindung dari kerusakan. Bata harus disusun dengan baik dan teratur dengan tinggi maksimum 150 cm. Semen harus dikirim dalam kemasan aslinya yang tertutup rapat dimana tertera nama pabrik serta merk dagangnya.

4. BAHAN-BAHAN

a. Bata Merah

(29)

mengandung kotoran.

Meskipun ukuran bata yang biasa diperoleh di suatu daerah mungkn berbeda dengan ukuran tersebut di atas, harus diusahakan supaya tidak terlalu menyimpang dari ukuran-ukuran tersebut.

Bata merah yang digunakan harus mempunyai tekan minimal 25 kg/cm2, sesuai ketentuan SII-0021-78/SNI.15-2049-1991 dan SK SNI S-04-1989-F.

b. Adukan dan Plesteran

Adukan dan plesteran untuk pasangan bata merah harus memenuhi ketentuan Spesifikasi Teknis seperti tertera di atas (Spesifikasi Teknis Adukan dan Plesteran)

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

a. Adukan

Adukan harus dicampur dalam alat/tempat mencampur yang telah disetujui. Sangat dilarang memakai adukan yang sudah mulai mengeras dan membubuhkannya untuk dipakai lagi.

Adukan yang dipakai seperti berikut :

− Untuk pasangan kedap air di daerah basah, 15 cm di bawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantai (tergambar ataupun tidak tergambar dalam Gambar Kerja) dan di tempat-tempat lain sesuai petunjuk Gambar Kerja digunakan adukan 1 semen dengan 2 pasir.

− Untuk pasangan biasa digunakan adukan 1 semen dengan 5 pasir.

b. Pemasangan

Sebelum pemasangan pekerjaan ini, Kontraktor wajib memeriksa dengan seksama Gambar Kerja dan melihat keadaan tempat perkerjaan tersebut di atas yang akan dilaksanakan. Sebelum digunakan, bata merah harus direndam dalam air menggunakan bak/drum hingga jenuh. Dinding harus dipasan dan didirikan menurut masing-masing ukuran, ketebalan dan ketinggian yang disyaratkan seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi 50% dan yang patah lebih dari dua.

Pasangan dinding bata merah yang luasnya lebih besar dari 12 m2 harus ditambahkan kolom dan balok penguat dengan ukuran minimal 120 mm x 120 mm, sesuai dengan lebar bata, dengan tulangan pokok minimal 4 ∅ 10 mm, sengkang ∅ 8 mm – 200 mm atau sesuai dengan Gambar Kerja.

Pasangan dinding bata dengan luas setiap 6 m2 yang terletak di luar bangunan yang langsung mendapat beban angin harus diberi kolom praktis ukuran minimum 120 mm x 120 mm dengan tulangan dan beugeul seperti di atas.

(30)

Tebal adukan pengikat tidak kurang dari 10 mm dan adukan harus padat sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan yang lurus/menerus dan rata.

Setelah bata terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok rapih sedalam 10 mm dan dibersihkan dengan sapu lidi untuk kemudian disiram.

Sebelum diplester, pasangan bata harus disiram dengan air terlebih dahulu sampai jenuh.

c. Perawatan dan Perlindungan

Pasangan bata merah harus dibasahi terus menerus.

Pasangan bata merah yang terkena udara terbuka, selama waktu-waktu hujan lebat harus diberi pelindung dengan penutup bagian atas dari tembok.

d. Plesteran

(31)

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN ADUKAN DAN PLESTERAN

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi semua pekerjaan adukan dan plesteran (kasar dan halus), seperti dinyatakan dalam Gambar Kerja atau disyaratkan dalam Spesifikasi Teknis ini.

2. STRANDAR/RUJUKAN

• American Society for Testing and Materials (ASTM)

• American Concrete Institute (ACI)

• Peraturan Beton Bertulang Indonesia (N1-2, 1971)

• Standard Industri Indonesia (SII)/Standar Nasional Indonesia (SNI) :

− SII.0013-18/SNI.115-2049-1992 Cement Portland, Mutu dan Cara Uji Cement.

• American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).

• Spesifikasi Teknis – Beton Cor di tempat

3. PROSEDUR UMUM

3.1 Contoh bahan

Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk terlebih dahulu sebelum dikirimkan ke lokasi proyek.

3.2 Pengiriman dan Penyimpanan

Pengiriman dan penyimpanan bahan semen dan bahan lainnya harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Teknis (Spesifikasi Teknis Beton dan Cor di tempat).

Pasir harus disimpan di atas tanah yang bersih, bebas dari aliran air, dengan kata lain daerah sekitar penyimpanan dilengkapi dengan saluran pembuanganj yang memadai, dan bebas dari benda-benda asing. Tinggi timbunan tidak lebih dari 1200 mm agar tidak berhamburan.

4. BAHAN-BAHAN

4.1 Semen

Semen tipe I harus memenuhi standard SII.0013-18/SNI. 15-2049- 1992 atau ASTM C 150-89 serta Spesifikasi Teknis Beton Cor di tempat.

4.2 Pasir

(32)

Perbandingan butir-butir harus seragam dari yang kasar sampai dengan yang halus, sesuai dengan ketentuan ASTM C 33.

4.3 Air

Air harus bersih, bebas dari asam, minyak, alkali dan zat-zat organic yang bersifat merusak.

Air dengan kualitas yang diketahui dan dapat diminum tidak perlu diuji. Pada dasarnya semua air, kecuali yang telah disebut di atas, harus diuji sesuai ketentuan AASHTO T 26 dan/atau disetujui Pengawas Lapangan.

4.4 Bahan Tambahan

Bahan tambahan untuk meningkatkan kekedapan air terhadap air dan menambah daya lekat harus berasal dari merk yang dikenal luas, seperti Super Cement, Febond SBR, Cemecryl, Barra Emulsion 57 atau yang setara.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Perbandingan Campuran Adukan dan/atau Plesteran

Campuran 1 semen dan 3 pasir digunakan untuk adukan kedap air, adukan kedap air 150 mm di bawah permukaan tanah sampai 200 mm di atas lantai, tergambar atau tidak tergambar dalam Gambar Kerja, plesteran permukaan beton yang terlihat dan tempat-tempat lain seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

Campuran 1 semen dan 5 pasir untuk semua pekerjaan adukan dan plesteran selain tersebut di atas.

Bahan tambahan untuk menambah daya lekat dan meningkatkan kekedapan terhadap air harus digunakan dalam jumlah yang sesuai dengan petunjuk penggunaan dari pabrik pembuat.

5.2 Pencampuran

Semua bahan kecuali air harus dicampur dalam kotak pencampur atau alat pencampur yang disetujui sampai deperoleh campuran yang merata, untuk kemudian ditambahkan sejumlah air dan pencampuran minimal 1 sampai 2 menit sebelum pengaplikasian.

Adukan harus dibuat dalam jumlah tertentu dan waktu pencampuran minimal 1 sampai 2 menit sebelum pengaplikasian.

Adukan yang tidak digunkan dalam jangka waktu 45 menit setelah pencampuran tidak diijinkan digunakan.

5.3 Persiapan dan Pembersihan Permukaan

Semua permukaan yang akan menerima adukan dan/atau plesteran harus bersih, bebas dari serpihan karbon lepas dan bahan lainnya yang mengganggu.

Pekerjaan plesteran hanya diperkenankan setelah selesainya pemasangan instalasi listrik dan air dan seluruh bagian yang akan menerima plesteran telah terlindung di bawah atap.

(33)

sedalam 10 mm dan dibersihkan.

5.4 Pemasangan

a. Adukan dan Plesteran

− Pekerjaan plesteran dapat dimullai setelah pekerjaan persiapan dan pembersihan selesai.

− Untuk memperoleh permukaan yang rapih dan sempurna, bidang plesteran dibagi-bagi dengan kepala plesteran yang dipasangi kelos-kelos sementara dari bambu.

− Kepala plesteran dibuat pada setiap jarak 100 cm, dipasang tegak dengan menggunakan kepingan kayu lapis dengan ketebalan 6 mm untuk patokan kerataan bidang.

− Setelah kepala plesteran diperiksa kesikuannya dan kerataannya, permukaan dinding baru dapat ditutup dengan plesteran sampai rata dan tidak ada kepingan-kepingan kayu yang tertinggal dalam plesteran.

− Seluruh permukaan plesteran harus rata dan rapih, kecuali bila pasangan akan dilapis dengan bahan lain. Sisa-sisa pekerjaan yang telah selesai harus segera dibersihkan.

− Tali air (naad) selebar 4 mm digunakan pada bagian-bagian pertemuan dengan bukaan dinding atau bagian lain yang ditentukan dalam Gambar Kerja, dibuat dengan menggunakan profil kayu khusus untuk itu yag telah diserut rata, rapih dan siku. Tidak diperkenankan membuat tali air dengan menggunakan baja tulangan.

b. Plesteran Permukaan Beton

− Permukaan beton yang akan diberi plesteran harus dikasarkan, dibersihkan dari bagian-bagian yang lepas dan dibasahi air, kemudian diplester.

− Permukaan beton harus dibersihkan dari bahan-bahan cat, minyak, lemak, lumur dan sebagainya sebelum pekerjaan plesteran dimulai.

− Permukaan beton harus dibersihkan menggunakan kawat baja. Setelah plesteran selesai dan mulai mengeras, permukaan plesteran dirawat dengan penyiraman air.

Plesteran yang tidak sempurna, misalnya bergelombang, retak-retak, tidak tegak lurus dan sebagainya harus diperbaiki.

5.5 Ketebalan Adukan dan Plesteran

Tebal adukan dan/atau plesteran minimal 10 mm, kecuali bila dinyatakan lain dalam Gambar Kerja atau sesuai dengan petunjuk Pengawas Lapangan.

5.6 Pengacian

Pengacian dilakukan setelah plesteran disiram air sampai jenuh sehingga plesteran menjadi rata, halus, tidak ada bagian yang bergelombang, tidak ada bagian yang retak dan setelah plesteran berumur 8 (delapan) hari atau sudah kering betul.

Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai dilakukan, Kontraktor harus selalu menyiram bagian permukaan yang diaci dengan air sampai jenuh, sekurang-kurangnya dua kali setiap harinya.

5.7 Pemeriksaan dan Pengujian

(34)
(35)

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN KAYU KASAR

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan secara lengkap tenaga, alat-alat dan bahan-bahan, serta pembuatan dan pemasangan pekerjaan kayu kasar yang terdiri sebagai berikut tetapi tidak terbatas pada :

• Pekerjaan seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja

2. STRANDAR/RUJUKAN

• Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (NI-5, 1961).

• Standar Nasional Indonesia (SNI).

− SNI.03-3233-1992 – Panduan Pengawetan Kayuj dengan Cara Pemulasan, Pencelupan dan Perendaman.

• Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-01-1989-F).

• Spesifikasi Teknis – Pekerjaan Kayu Halus.

3. PROSEDUR UMUM

3.1 Contoh Bahan

Contoh bahan harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui terlebih dahulu sebelum pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan.

Semua kayu harus berasal dari pemasok yang dikenal yang dapat menjamin kualitas dan kadar air yang diminta.

3.2 Pengiriman dan Penyimpanan

Pekerjaan kayu harus didatangkan ke lokasi dalam kondisi terbaik, disimpan dalam gudang tertutup yang memiliki ventilasi, terlindung dari perubahan cuaca dan kelembaban.

4. BAHAN-BAHAN

4.1 Kayu

a. Mutu Kayu

− Kayu untuk jenis yang ditentukan harus dari kualitas yang baik, dengan kelas awet II dan kelas kuat II, sesuai PKII (NI-5, 1961) dan untuk semua jenis pekerjaan kayu kasar seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

(36)

b. Kadar Air

− Kecuali ditentukan lain dalam Spesifikasi Teknis ini, semua kayu untuk pekerjaan kayu konstruksi dalam, rangka, bilah-bilah harus dalam keadaan kering dan ketika didatangkan ke lokasi kadar air harus dalam batas-batas 15 – 18%.

− Harus diperhatikan agar kadar air dimaksud tidak berubah selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasangan.

c. Jenis Kayu

Kayu-kayu terpilih harus dari borneo yang memiliki penampilan baik dengan penyelesaian yang berkualitas.

4.2 Alat Pengencang

Semua alat pengencang seperti kayu, sekrup, baut, angkur dan lainnya harus dari baja lapis galvanis dalam ukuran sesuai petunjuk Gambar Kerja atau sesuai kebutuhan standard yang berlaku.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN

5.1 Ukuran dan Pola

Kayu harus disesuaikan/diratakan pada empat sisinya. Ukuran kayu harus sesuai dengan persyaratan PKKI (NI-5, 1961). Kayu harus dikerjakan sesuai dengan pola/desain yang ditentukan dalam Gambar Kerja.

5.2 Pengawetan

Semua kayu yang dipasang tetap dalam bangunan atau struktur harus diberi bahan pengawet dengan cara pulasan atau leburan sebanyak 2 (dua) kali. Bila kayu yang telah diawetkan dipotong, maka bagian permukaan kayu dipotong tersebut harus diulas/dilabur dengan bahan pengawet yang sama. Bahan pengawet dan pelaksanaannya harus memenuhi ketentuan yang tersebut dalam SNI.03-3233-1992.

5.3 Perbaikan Pekerjaan yang Tidak Sempurna

Bila diketahui pekerjaan-pekerjaan kayu tersebut menjadi mengkerut atau bengkok, atau kelihatan ada cacat-cacat lainnya pada pekerjaan kayu halus sebelum masa pemeliharaan berakhir maka pekerjaan cacat tersebut harus dibongkar atau diganti hingga Pengawas Lapangan merasa puas dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang terganggu akibat pembongkaran terebut harus diperbaiki atas biaya Kontraktor.

6. SUSUT (MENGKERUT)

Persiapan, penyambungan dan pemasangan semua pekerjaan kayu halus sedemikian rupa, hingga susut di bagian mana saja dan ke arah mana pun tidak akan mengurangi/mempengaruhi kekuatan dan bentuk dari pekerjaan kayu yang sudah jadi, juga tidak menyebabkan rusaknya bahan-bahan yang bersentuhan.

7. PEMBERSIHAN

(37)
(38)

SPESIFIKASI TEKNIS

PEKERJAAN KAYU HALUS

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini meliputi penyediaan secara lengkap tenaga, alat-alat dan bahan-bahan, serta pembuatan dan pemasangan pekerjaan kayu arsitektur yang terdiri sebagai berikut tetapi tidak terbatas pada :

• Plin lantai.

• List profil untuk langit-langit.

• Dan pekerjaan lainnya seperti yang ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

2. STRANDAR/RUJUKAN

• Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (NI-5, 1961).

• Standar Industri Indonesia (SII) dan/atau Standar Nasional Indonesia (SNI).

• Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A (SK SNI S-04-01-1989-F).

• Spesifikasi Teknis Lapisan Transparan.

3. PROSEDUR UMUM

3.1 Contoh Bahan

Contoh bahan harus diserahkan kepada Pengawas Lapangan untuk disetujui terlebih dahulu sebelum pengadaan dan pelaksanaan pekerjaan.

Semua kayu, kayu lapis dan papan harus berasal dari pemasok yang dikenal yang dapat menjamin kualitas dan kadar air yang diminta.

3.2 Pengiriman dan Penyimpanan

Pekerjaan kayu harus didatangkan ke lokasi dalam kondisi terbaik, disimpan dalam gudang tertutup yang memiliki ventilasi, terlindung dari perubahan cuaca dan kelembaban.

Bahan penyelesaian interior harus disimpan di lokasi tertutup yang disetujui dan dibawa ke dalam bangunan setelah semua pekerjaan plesteran selesai dan dalam keadaan kering.

4. BAHAN-BAHAN

4.1 Kayu

a. Mutu Kayu

− Kayu untuk jenis yang ditentukan harus dari kualitas yang baik, dengan kelas awet II dan kelas kuat II, sesuai PKII (NI-5, 1961) dan untuk semua jenis pekerjaan kayu kasar seperti ditunjukkan dalam Gambar Kerja.

Gambar

gambar rancangan

Referensi

Dokumen terkait

I /PPBJ-A/BSE/DAK- DAU/OL/2012 , diinformasikan kepada peserta lelang bahwa dalam dokumen pengadaan belum terdapat Spesifikasi Teknis, dikarenakan ada gangguan teknis, maka bersama

Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuan- ketentuan dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Gambar Rencana, Berita Acara

SPESIFIKASI TEKNIS DAN

Ukuran dalam, lebar dan tempat galian untuk pemasangan pipa dan peralatannya, serta bangunan yang termasuk di dalam pekerjaan ini harus dibuat sesuai gambar rencana.. Patokan

Untuk semua yang belum terdapat dalam gambar kerja/RKS, baik karena penyimpangan, perubahan atas perintah Pemberi Tugas/Tim Teknis/Konsultan Pengawas/maupun

Pekerjaan pemasangan langit-langit / Plafond ini, meliputi seluruh detail yang disebutkan / ditunjuk dalam gambar untuk mendapatkan hasil yang baik sesuai dengan petunjuk

Sebelum pemasangan karpet dimulai juga harus diperhatikan ukuran dan pola serta warna dari bahan tersebut yang harus disesuaikan dengan gambar perencanaan

Jika dalam spesifikasi teknis ini tidak disebutkan harus menggunakan material-material dan jenis atau merk tertentu, maka penyedia barang/jasa harus meminta petunjuk direksi untuk