• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDUM DESA PERCONTOHAN (draf ok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEDUM DESA PERCONTOHAN (draf ok)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

1. Dilihat dari jumlah masyarakat miskin, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki tingkat kemiskinannya mencapai 16,05 %. Jumlah di atas sekaligus menempatkan DIY pada urutan 9 dari 33 provinsi yang memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi. Terdapat 20 kecamatan yang merupakan kecamataan “kantong kemiskinan” yang tersebar di 5 Kabupaten/Kota dan terdapat 80 desa rawan pangan yang tersebar di 4 kabupaten.

2. Dari desa yang masuk kategori rawan pangan terdapat kelompok masyarakat yang rawan pangan sebesar 11 %, kurang pangan 15 %, rentan pangan 29 %, yang sangat memerlukan intervensi dari berbagai pihak.

3. Dari beberapa hasil observasi menyebutkan bahwa penanganan rawan pangan dan kemiskinan bersifat multi issue, multi sektor dan multi dimensional. Pemecahannya bersifat sangat mendasar, sesuai akar penyebab masing-masing.

4. Implementasi penanggulangan kemiskinan belum bersinergi satu dengan lainnya, belum sinkron dalam satu sistem yang saling berhubungan antara perlindungan sosial, penguatan masyarakat, peningkatan UKM dan pemberdayaan masyarakat miskin.

Contoh: Perlindungan sosial pangan Raskin sering tidak tepat sasaran, jumlah, kualitas, waktu dan harga, menimbulkan kecemburuan sosial. Distribusi Beras Raskin di desa surplus beras sering mengganggu mekanisme pasar lokal yang telah dibangun.

5. Telah banyak program/kegiatan dari instansi/lembaga yang masuk ke suatu wilayah yang sama, masing-masing dengan daya dan dana yang cukup besar tetapi masih bersifat sektoral dan instansional, yang sasarannya pada kelompok masyarakat yang sama, namun hasilnya belum mampu menghilangkan masyarakat yang miskin dan rawan pangan. Akibatnya dampak dari hasil kegiatan kurang signifikan dan bersifat parsial, sehingga belum mampu menguraikan dan memecahkan penyebab dasar dari kerawanan pangan dan kemiskinan.

6. Oleh karena itu diperlukan program/kegiatan terpadu, terencana, berkesinambungan yang bisa mengampu seluruh program/kegiatan dari seluruh sektor/instansi/lembaga terkait. Diharapkan program terpadu tersebut mampu menumbuhkan sinergitas dan integrasi antar pelaksana untuk mengurangi kemiskinan dan kerawanan pangan di suatu wilayah.

(2)

Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan secara berkelanjutan selama 4 tahun, dimulai tahun 2013.

B. DASAR HUKUM

1. Undang – undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo.Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah dirubah dan ditambah terakhir dengan Undang – undang Nomor 26 Tahun 1959 ;

2. Undang – undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008;

3. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan;

4. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin; 5. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah

Istimewa Yogyakarta;

6. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan;

8. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2006 tentang Dewan Ketahanan Pangan ;

9. Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaraman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal;

10. Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor 15/Permentan/OT.140/II/2013 tentang Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat;

11. Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2011 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan;

12. Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 32 Tahun 2010 tentang Dewan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;

(3)

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Program/Kegiatan Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan dimaksudkan untuk menindaklanjuti arahan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pada pertemuan Dewan Ketahanan Pangan tanggal 3 November 2011 tentang dibutuhkannya program/kegiatan yang terpadu, terkoordinasi, dan terintegrasi bersifat multi sektor, multi dimensi.

Bappeda sebagai instsitusi teknis penyusun kebijakan dan program, diposisikan sebagai anggota Tim Pengarah, yang implementasinya berupa arahan teknis program/kegiatan, yang diawali sejak dari perencanaan, pelaksanaan sampai kepada monotoring dan evaluasi. Program/kegiatan ini bersifat “multi years” selama 4 (empat) tahun yang dimulai tahun 2013.

Tujuan Program/Kegiatan :

1. Mengurangi kemiskinan dan kerawanan pangan melalui program/kegiatan terpadu berbasis pada pemberdayaan masyarakat di lokasi Desa Rawan pangan yang berada di Wilayah Kecamatan Kantong Kemiskinan sesuai data dari BPS.

2. Memadukan, mensinergikan dan mengintegrasikan berbagai program/ kegiatan instansi/SKPD/lembaga untuk menggarap lokasi desa yang telah ditentukan secara bersama-sama.

3. Meningkatkan potensi yang dimiliki masyarakat dalam bentuk peningkatan kapasitas, agar mereka siap, mau dan mampu mengelola program/kegiatan secara mandiri saat fasilitasi program/kegiatan berakhir.

4. Mempercepat terlaksananya pengurangan kemiskinan dan kerawanan pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. SASARAN PROGRAM

Target sasaran utama adalah Keluarga/Rumah Tangga , dengan kriteria : 1. KK miskin sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh BPS dan merupakan

data Bappeda DIY (by name, by address) yang telah ditetapkan untuk dientaskan dari kemiskinan dan kerawanan pangan.

2. Berdomisili di desa rawan pangan yang masuk wilayah kecamatan kantong kemiskinan dan telah ditetapkan dengan Keputusan Gubernur DIY Nomor 434/Kep/2012.

(4)

E. INDIKATOR KEBERHASILAN PROGRAM/KEGIATAN

Mengingat bahwa penyebab kerawanan pangan dan kemiskinan bersifat multi sektor dan multi dimensi maka indikator keberhasilan program secara kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya ketersediaan pangan yang beragam (sesuai delapan komposisi jenis sumber pangan) di tingkat rumah tangga dan di wilayah;

2. Meningkatnya daya beli dan akses pangan rumah tangga masyarakat;

3. Meningkatnya pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman (sesuai PPH dan AKG).

4. Berkembangnya usaha produktif berbasis sumberdaya lokal (pangan segar atau olahan) yang mampu menjangkau pasar yang lebih luas;

5. Berkembangnya lembaga layanan permodalan lokal (LKM atau koperasi) yang melayani kebutuhan permodalan bagi masyarakat setempat;

6. Desa (lokasi) penerima manfaat sudah tidak lagi masuk kategori rawan pangan, tidak lagi dijumpai orang yang kelaparan/rawan pangan

7. Mantapnya organisasi/kelembagaan yang ada (TPD, GAPOKTAN, LKM/Koperasi, Asosiasi Komoditas/Olahan Pangan)

8. Pembentukan jaringan usaha/kemitraan dan pemupukan sumber permodalan masyarakat

9. Jajanan anak sekolah aman dari cemaran mikrobiologi, kimia dan fisik 10. Menurunnya prosentase jumlah keluarga miskin

11. Tingkat partisipasi masyarakat bertambah

12. Prosentase tingkat laju pertumbuhan penduduk tidak mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya (berkaitan dengan angka kelahiran)

13. Tersedia air bersih dan infrastruktur fisik memadai/lebih baik

14. Terfasilitasinya kelompok-kelompok belajar untuk meningkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia.

(5)

Program/kegiatan ini dilaksanakan melalui kegiatan pemberdayaan potensi lokal yang datanya telah dikumpulkan dengan kegiatan Survei “ Data Dasar Rumah Tangga (DDRT)” dan “Survei Rumah Tangga (SRT)” dan hasilnya telah dipaparkan melalui serangkaian lokakarya serta sosialisasi kepada semua pemangku kepentingan yang terlibat.

Karena masing-masing program dan kegiatan memiliki kepentingan, maka dibuat panduan yang dapat mensinergikan, mengkoordinasikan, mensinkronkan dan mengintegrasikan serta dapat mewadahi seluruh kepentingan dan persyaratan teknis kegiatan.

Untuk itu maka disusun sebuah panduan yang ruang lingkup dan sistematika penyajiannya sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN, berisi Latar Belakang, Dasar Hukum, Maksud dan Tujuan, Sasaran Program dan Indikator Keberhasilan.

BAB II. ORGANISASI PENGELOLA PROGRAM, berisi Struktur Organisasi, Tim Pengarah, Tim Pelaksana dan Sekretariat Organisasi Pengelola.

(6)

BAB II. ORGANISASI PENGELOLA PROGRAM

Program/Kegiatan Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan merupakan “program dan kegiatan”terpadu yang berasal berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Instansi vertikal, Lembaga Kemasyarakatan dan Lembaga Swadaya Masyarakat, didukung berbagai Perguruan Tinggi, BUMN, BUMD dan Perusahaan Swasta yang saling bersinergi dan diintegrasikan pelaksanaannya di suatu wilayah desa yang telah ditunjuk.

Bentuk pengorganisasian bersifat umum, agar program dan kegiatan dapat berlangsung dengan terpadu, lancar, tertib, berkesinambungan mulai dari tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta, kabupaten/kota, kecamatan sampai dengan desa, dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang berada di tingkatan adminitrasi pemerintah yang ada.

Institusi (para pemengku kepentingan) yang terlibat dalam kegiatan antara lain :

Tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta

TP-PKK, InProsula, Asosiasi Pengusaha Jasa Boga Indonesia (APJI), Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Suluh Desa, Lembaga Konsumen Yogyakarta, HKTI, KTNA, Asosiasi Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat, Asosiasi Pengolah Pangan Lokal.Perguruan Tinggi (LPM/LPPM/DPM) negeri dan swasta, Badan Usaha Pemerintah dan swasta.

Tingkat Kabupaten/Kota

TP-PKK , HKTI, KTNA, Asosiasi Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat, Asosiasi Pengolah Pangan Lokal. Perguruan Tinggi (LPM/LPPM/DPM) negeri dan swasta, Badan Usaha Pemerintah Daerah dan swasta, Balai Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Tingkat Desa/Kelurahan

TP-PKK Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN), Kelompok Tani, Kelompok Wanita Tani (KWT). Lembaga Keuangan Desa (LKD)/Lembaga Keuangan Masyarakat (LKM), Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB). Kelompok-kelompok binaan (USEP-KM; KUBE; Desa Prima; Koperasi Wanita; Kelompok Afinitas; Kelompok Lumbung Pangan; Lembaga Akses Pangan Masyarakat; dll.)

Organisasi Pelaksana program/kegiatan merupakan gabungan antar tingkatan pemerintahan (Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten/kota, kecamatan sampai dengan desa dan para personilnya berasal dari berbagai pihak yaitu aparat pemerintah, PT (PTS/PTN), NGO, Swasta, BUMN/BUMD, Tokoh Masyarakat yang mendukung dan berperan dalam keberhasilan program/kegiatan ini.

(7)

Struktur organisasi ini secara umum terdiri dari Tim Pelaksana Program/Kegiatan disamping Tim Pengarah. Tim Pengarah berada di level Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dan kabupaten/kota, sedangkan Tim Pelaksana berada di semua level pemerintahan mulai dari tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan Kelurahan/Desa

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pengelola Program Desa Pecontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan

A. TIM PENGARAH PROGRAM/KEGIATAN

Tim Pengarah berada di tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta dan kabupaten/kota yang masing-masing diketuai oleh Gubernur selaku Ketua DKP Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bupati/Walikota selaku Ketua DKP Kabupaten/Kota. Adapun tugas Tim Pengarah antara lain sebagai berikut :

1. Tugas Tim Pengarah Daerah Istimewa Yogyakarta

a. Merumuskan tujuan, dan sasaran program b. Menyusun organisasi pengelola program c. Mengarahkan program dan kegiatan

d. Merumuskan kebijakan pelaksanaan program dan kegiatan

Provinsi

Ketua : Asisten II Ekbang/Wakahar DKP

Sekretaris : Ka. BKPP/Dinas

(8)

e. Mengkoordinasikan perumusan pemecahan masalah atas pelaksanaan program/kegiatan

2. Tugas Tim Pengarah Kabupaten

a. Mengkoordinasikan, mensinkronkan, serta mengintegrasikan pelaksanaan program antar SKPD, dan Institusi/lembaga dari level Daerah Istimewa Yogyakarta dan kabupaten/kota yang terlibat dalam program di wilayah administrasinya

b. Melakukan pengawasan dan rekomendasi perbaikan, penyesuaian pelaksanaan kegiatan

c. Menginventarisasi permasalahan atas pelaksanaan program/kegiatan untuk disampaikan pada rapat koordinasi

B. TIM PELAKSANA PROGRAM/KEGIATAN

1. Tugas Tim Pelaksana Daerah Istimewa Yogyakarta

a. Menyusun rencana operasional kegiatan agar berjalan sesuai dengan tujuan

b. Mengkoordinasikan, mensinkronkan dan memadukan program/ kegiatan lintas sektor

c. Melakukan monitoring dan evaluasi program/kegiatan

d. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Tim Pengarah e. Merumuskan perbaikan/revisi program/kegiatan

2. Tugas Tim Pelaksana Kabupaten/Kota

a. Mengkoordinasikan kegiatan lintas sektor b. Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan

c. Melakukan pengawasan dan rekomendasi perbaikan, penyesuaian kegiatan d. Merumuskan permasalahan pelaksanaan kegiatan

e. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan

3. Tugas Tim Pelaksana Desa/Kelurahan

a. Melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan

b. Melakukan koordinasi lapangan dengan para pelaku kegiatan c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan

d. Melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan kepada Tim Pelaksana Kabupaten e. Mengumpulkan dan melaporkan permasalahan dalam pelaksanaan

kegiatan

4. Tugas Tim Supervisi

a. Melakukan supervisi terhadap pelaksanaan kegiatan

b. Mengumpulkan dan merumuskan permasalahan pelaksanaan kegiatan c. Memberikan saran perbaikan atas pelaksanaan kegiatan

d. Melaporkan hasil supervisi kepada Ketua Tim Pelaksana Kabupaten

(9)

Dalam pelaksanaan program Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan ini, diperlukan lembaga pendukung yang bertugas melayani operasionalisasi organisasi dalam bentuk dukungan administrasi dan keuangan. Oleh karena itu Sekretariat DKP Daerah baik di tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta dan kabupaten/kota yang selama ini sudah berfungsi sebagai unit kerja yang menjadi pusat pelayanan administrasi dan keuangan DKP, juga difungsikan sebagai Sekretariat Organisasi Pelaksana Program ini.

Hal ini juga terkait dengan hasil Konferensi Dewan Ketahanan Pangan (DKP) Tahun 2012 yang diikuti Gubernur se Indonesia selaku Ketua DKP yang dalam salah satu kesepakatannya menyatakan bahwa Sekretariat DKP Daerah merupakan “simpul sinergi” antarpihak, baik SKPD, Instansi Vertikal, Lembaga Kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat, Perguruan Tinggi, BUMN, BUMD dan Perusahaan Swasta dalam pembangunan ketahanan pangan yang kuat untuk mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan.

Sebagai Sekretariat Organisasi Pengelola Program, maka Sekretariat DKP Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten/Kota memiliki peran :

1. Menyiapkan dan menyajikan bahan serta data untuk menyusun kebijakan pelaksanaan program.

2. Menyiapkan dan menyajikan bahan serta data untuk pelaksanaan program/kegiatan di lokasi desa sasaran.

3. Menyiapkan dan menyelenggarakan pertemuan serta rapat-rapat, baik rapat Kelompok Kerja Ahli, Kerlompok Kerja Teknis, rapat gabungan berkaitan dengan program yang dilaksanakan.

4. Menyiapkan bahan untuk melaksanakan monitoring dan evaluasi program secara makro.

BAB III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. PRINSIP PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN

Mengingat pelaksanaan Program/Kegiatan Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan ini melibatkan berbagai pihak, berbagai sektor, berbagai disiplin ilmu, maka diperlukan prinsip-prinsip yang perlu dipertimbangkan agar pelaksanaan di lapangan tidak menyimpang dari ketentuan yang ada.

(10)

1. Digunakan data kk miskin dengan nama dan alamat sebagaimana ketentuan dalam program penanggulangan kemiskinan di DIY, data awal merujuk kepada data BPS.

2. Pelaksanaan intervensi (kegiatan) sesuai dengan potensi/kemampuan/ kebutuhan keluarga/kelompok/desa yang bersangkutan.

3. Didukung dan dilaksanakan oleh berbagai instansi/SKPD dan lembaga dengan program/ kegiatan masing-masing (multi sektor, multi aspek, multi demensi) secara bertahap selama 4 (empat) tahun.

4. Secara teknis perencanaan keseluruhan program/kegiatan diarahkan oleh Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta.

5. Di wilayah dikoordinasikan oleh Bupati selaku Ketua Dewan Ketahanan Pangan

B. ALUR PROSES PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN

Gambar 3.1. Alur Proses Pengelolan Program Desa Pecontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan

C. PENYELENGGARAAN PROGRAM/KEGIATAN

(11)

kelompok/desa sasaran diselenggarakan melalui tahapan-tahapan dalam Gambar 3.2 sebagai berikut :

Gambar 3.2. Tahapan Pengurangan Keluarga/Kelompok Miskin pada Program Desa Pecontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan

(12)

Gambar 3.3. Strategi Pengurangan KK Miskin dan Tingkat Kemiskinan di Desa Rawan Pangan pada Program Desa Pecontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan.

Dalam intervensi dan penyelenggaraan program/kegiatan di lokasi/desa sasaran, masing-masing SKPD/instansi/lembaga kemasyarakatan/lembaga swadaya masyarakat/BUMD/BUMN/Swasta diharap memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Sesuai Keputusan Gubernur DIY Nomor 434/Kep/2012 tentang Penetapan 8 (delapan) Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, pengarah teknis rencana integrasi program/kegiatan dilaksanakan oleh Bappeda Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan monitoring program/kegiatan terintegrasi dilaksanakan oleh Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan Daerah DIY dan monitoring intervensi program/kegiatan dilaksanakan oleh SKPD/Instansi Vertikal/Lembaga yang bersangkutan.

2. Pelaksana program/kegiatan mengacu pada 14 (empat belas) indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dan memilih indikator keberhasilan yang akan dicapai melalui jenis-jenis kegiatan yang sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

(13)

4. Pelaksanaan di lapangan sesuai dengan persyaratan/kriteria yang ditetapkan dalam Pedoman Umum/Petunjuk Pelaksanaan/Petunjuk Teknis masing-masing program/ kegiatan yang diintegrasikan ke dalam Program Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan di DIY.

5. Sasaran utama adalah Rumah Tangga Miskin yang dilaksanakan melalui kelompok-kelompok masyarakat. Mekanisme pengentasan kemiskinan dan kerawanan pangan dilaksanakan melalui pemberdayaan masyarakat mulai proses penyusunan kegiatan, pelaksanaan dan revisi program kesemuanya dengan melibatkan peran serta masyarakat melalui musyawarah dan mufakat. 6. Memperhatikan hasil Survei Data Dasar Rumah Tangga (DDRT) dan Sasaran

Rumah Tangga (SRT) di 8 Desa Percontohan yang telah ditetapkan dengan Keputusan Gubernur DIY Nomor 434/Kep/2012.

7. Mengangkat “petugas pendamping” kegiatan yang sekaligus berperan sebagai sebagai motivator, dinamisator, fasilitator dan innovator di 8 desa percontohan pengurangan kemiskinan dan kerawanan pangan. Petugas pendamping diharapkan berasal dari wilayah sasaran yang memiliki persyaratan teknis sesuai dengan kegiatan yang akan dilaksanakan dan disepakati oleh SKPD, Lembaga pelaksana kegiatan.

D. MONITORING DAN EVALUASI

Sebagaimana amanat dalam Keputusan Gubernur DIY Nomor 434/Kep/2012 tentang Penetapan 8 (delapan) Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan, diselenggarakan monitoring dan evaluasi sebelum, selama dan sesudah pelaksanaan kegiatan. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan sebagai bentuk pembinaan, pengawasan, pengendalian program/kegiatan dan dilaksanakan oleh :

1. Tim Monitoring dan Evaluasi dari Dewan Ketahanan Pangan Daerah DIY, melaksanakan monitoring dan evaluasi secara makro untuk program pengurangan kemiskinan dan kerawanan pangan, baik melalui kuistioner maupun kunjungan/monitoring di lapangan. (Model Blanko Monev, terlampir) 2. Tim Monitoring dan evaluasi masing-masing SKPD/Lembaga yang

melaksanakan monitoring dan evaluasi untuk kegiatan yang dilaksanakan secara terintegrasi di dalam Program Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan, sesuai pedoman umum/petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis kegiatan yang bersangkutan.

(14)

E. PEMBIAYAAN

Program/Kegiatan Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta ini dibiayai dengan :

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bersangkutan.

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Kabupaten melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang bersangkutan.

3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

4. Sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat dari BUMN, BUMD, Swasta

F. KETENTUAN-KETENTUAN LAIN

Dilampirkan dalam Panduan Pelaksanaan Program/Kegiatan Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan ini :

1. Blanko Kuistioner Monitoring dan Evaluasi Program Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, secara makro.

2. Rekomendasi hasil survey Data Dasar Rumah Tangga (DDRT) dan Sasaran Rumah Tangga (SRT) 8 desa percontohan.

3. Dimensi Ketahanan Pangan di Daerah Istimewa Yogyakarta, hasil penelitian Fakultas Pertanian UGM

(15)

BAB IV. PENUTUP

Demikian Panduan Pelaksanaan Program/Kegiatan ini diterbitkan untuk digunakan dalam pelaksanaan Program/Kegiatan Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan oleh SKPD/Instansi/Lembaga Kemasyarakatan/Lembaga Swadaya Masyarakat/BUMD/BUMN/Swasta dalam mensinkronkan, mensinergikan dan mengintegrasikan program/kegiatan masing-masing.

Apabila pada saat dilaksanakannya program/kegiatan ini terdapat hal-hal atau kasus atau permasalahan yang perlu segera diselesaikan dan tidak ada ketentuan dalam panduan ini, maka Dewan Ketahanan Pangan Daerah akan menyelenggarakan pertemuan atau rapat koordinasi dalam rangka mencari solusi penanganan kasus yang bersangkutan.

Hal hal lain yang belum diatur dalam panduan ini sesuai dengan kebutuhan, akan dilakukan perbaikan atau perubahan seperlunya oleh Sekretariat DKP Daerah DIY selaku Sekretariat Organisasi Pengelola Program Desa Percontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan, dengan memperhatikan usulan, saran serta masukan dari berbagai pihak.

Gambar

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Pengelola Program Desa Pecontohan PenguranganKERAWANAN PANGAN
Gambar 3.1. Alur Proses Pengelolan Program Desa Pecontohan Pengurangan
Gambar 3.2. Tahapan Pengurangan Keluarga/Kelompok Miskin pada Program DesaPecontohan Pengurangan Kemiskinan dan Kerawanan Pangan
Gambar 3.3. Strategi Pengurangan KK Miskin dan Tingkat Kemiskinan di Desa RawanPangan pada Program Desa Pecontohan Pengurangan Kemiskinan danKerawanan Pangan.

Referensi

Dokumen terkait

Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, dan hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada kunjungan berbeda,

proporsi mereka yang kurang atau tidak puas sama sekali dengan proporsi mereka yang kurang atau tidak puas sama sekali dengan respon pemerintah dalam menangani masalah ledakan

Setiap dokter dituntut bertindak secara profesional dan senantiasa mengembangkan ilmunya. Sehingga pekerjaan kedokteran tidak pernah lepas dari riset dan pengembangan

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, penulis dapat mengidentifikasi masalah umum yang akan diungkap dalam penelitian ini yaitu tradisi seba

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ordo yang termasuk insekta parasitic potensial dan untuk mengetahui ordo insekta parasitic potensial yang mendominasi serta

Menimbang, bahwa terhadap keberatan Pembanding pada huruf d, tidak dapat dipertimbangkan karena Majelis Hakim Tingkat Pertama telah cukup memberikan kesempatan

Hal yang sebaliknya terjadi para era reformasi, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang memberikan ruang gerak pada dunia pers, dan SIUPP dihapuskan.Tapi pada

Fokus penelitian ini yaitu menekankan pada program Pemerintah Kota Bandung yang berpihak kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dalam menyelesaikan permasalahan