• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemodelan Data Curah Hujan di Kabupaten Simalungun Dengan Metode Arima Box-Jenkins

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemodelan Data Curah Hujan di Kabupaten Simalungun Dengan Metode Arima Box-Jenkins"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Iklim

Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode

tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada

kurun waktu tertentu. Untuk mengetahui besarnya curah hujan digunakan alat

pengukur curah hujan yang disebut dengan penakar hujan (Rain Gauge).

2.2 Data

Keterangan atau ilustrasi mengenai sesuatu hal bisa berbentuk kategori, misalnya:

rusak, baik, senang, puas, berhasil, gagal dan sebagainya, atau bisa berbentuk

bilangan. Kesemuanya ini dinamakan data atau lengkapnya data statistik,

(Sudjana, 2000).

Menurut sifatnya, data dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Data kualitatif, yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata-kata yang

mengandung makna (tidak berbentuk angka)

2. Data kuantitatif, yaitu data yang dipaparkan dalam bentuk angka-angka

Berdasarkan cara memperolehnya, data dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan atau suatu

organisasi secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan study

yang bersangkutan yang dapat berupa interview atau observasi.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan oleh

study-study sebelumnya data yang diterbitkan oleh instansi lain.

3. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang

diteliti, biasanya data tersebut diperoleh dari pihak ketiga baik dari objek

secara individual (responden) maupun dari suatu badan yang secara sengaja

(2)

tersebut mengeksploitasi fakta dimaksud pada media massa atau media lainnya,

untuk kemudian data (fakta) tersebut digunakan kembali oleh peneliti sebagai

acuan dalam penulisannya.

Berdasarkan teknik pengumpulannya, data digolongkan menjadi dua, yaitu:

1. Data cross section, adalah datang yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu

untuk menggambarkan keadaan dan kegiatan pada waktu tersebut. Misalnya

data penelitian yang menggunakan kuesioner

2. Data time series/berkala, adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

untuk melihat perkembangan suatu kejadian/kegiatan selama periode tersebut,

misalnya perkembangan yang beredar.

Data menurut sumbernya dibagai menjadi dua, yaitu:

1. Data Internal, yaitu data yang menggambarkan keadaan dalam suatu organisasi

(suatu badan) yang digunakan untuk keperluan sendiri.

2. Data eksternal, yaitu data yang diperoleh dari luar untuk keperluan suatu

instansi (lembaga) tersebut, (Andi S,2007)

2.3 Peramalan

Peramalan merupakan teknik untuk memprediksi keadaan di masa yang akan

datang berdasarkan kondisi di masa lalu maupun kondisi saat ini. Berdasarkan

periodenya, peramalan dibagi menjadi 3 bentuk (Montgomery, dkk, 2008):

1. Jangka Pendek (Short Term)

Peramalan jangka pendek meliputi kurun waktu mulai dari hari, minggu,

sampai bulan. Data historis sangat relevan dalam peramalan ini, karena jangka

waktu peramalan sangat singkat. Contoh peramalan jangka pendek adalah

peramalan penjualan produk satu bulan ke depan.

2. Jangka Menengah (Medium Term)

Peramalan jangka menengah meliputi kurun waktu mulai dari satu musim

(3)

jangka menengah, data historis masih dianggap relevan. Salah satu contoh

peramalan jangka menengah adalah peramalan anggaran produksi.

3. Jangka Panjang (Long Term)

Data di masa lalu kurang relevan dalam peramalan jangka panjang. Hal ini

disebabkan oleh peramalan jangka panjang meliputi kurun waktu dua tahun ke

depan atau lebih. Dalam peramalan harga saham, peramalan jangka panjang

biasanya menggunakan analisis fundamental dan intuisi.

Jenis-jenis Peramalan

Peramalan dapat dibedakan atas peramalan kuantitatif dan peramalan kualitatif.

Pada dasarnya metode peramalan kuantitatif dapat dibedakan atas:

a. Metode Regresi (kausal)

Metode peramalan kausal ini didasarkan atas penggunaan analisa pola

hubungan antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel lain yang

mempengaruhinya, yang bukan waktu. Metode ini mengasumsikan bahwa

faktor-faktor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab akibat

dengan satu atau lebih variabel bebas.

Metode regresi ini terdiri dari:

1. Metode regresi dan korelasi

2. Metode ekonometrika

3. Metode input dan output.

b. Runtun Waktu

Metode peramalan deret berkala (time series) didasarkan atas penggunaan

analisa pola hubungan antar variabel yang diperkirakan dengan variabel waktu,

yang merupakan deret waktu (time series). Metode peramalan deret waktu data

historis dianalisa untuk mengidentifikasi pola data dan diasumsikan bahwa

pola data tersebut akan terus berlanjut pada masa yang akan datang. Pola data

yang diperoleh kemudian dianalisa untuk memperoleh peramalan pada masa

(4)

menemukan faktor yang mempengaruhi terhadap data historis yang dianalisa.

Metode peramalan deret waktu ini terdiri dari:

1. Metode Smoothing

2. Metode Box-Jenkins

3. Metode Trend dan regresi

2.4 Beberapa Uji yang Digunakan

2.4.1 Uji Musiman

Untuk mengetahui adanya komponen musiman, dilakukan uji musiman. Hipotesa

ujinya adalah sebagai berikut:

: Data tidak dipengaruhi musiman

: Data dipengaruhi musiman

Untuk mencari jumlah kuadrat (JK) untuk rata-rata digunakan rumus sebagai

berikut:

dengan:

= Jumlah kuadrat (JK) untuk rata-rata

= Jumlah nilai pengamatan

= Ukuran sampel percobaan

dengan:

= Jumlah kuadrat (JK) antar kelompok

= Jumlah kuadrat (JK) untuk rata-rata

= Jumlah nilai pengamatan

(5)

= Jumlah kuadrat (JK) dalam kelompok

= Jumlah kuadrat (JK) untuk rata-rata

= Jumlah kuadrat (JK) antar kelompok

(6)

2.5 Klasifikasi Model Box–Jenkins

Model Box–Jenkins dikelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu:

1. Model Autoregressive (AR)

2. Model Rataan Bergerak/Moving Average (MA)

3. Model Campuran Autoregressive Moving Average (ARMA)

4. Model Autoregressive Integrate Moving Average (ARIMA)

2.5.1Model Autoregressive (AR)

Model Autoregressive (AR) pertama kali diperkenalkan oleh Yule (1926) dan

kemudian dikembangkan oleh Walker (1931) Model AR (Autoregressive) pada

orde p menyatakan pengamatan pada waktu ke-t berhubungan linier dengan

pengamatan waktu sebelumnya (t – 1), (t – 2) ,…, (t – p). Bentuk fungsi

persamaan untuk model AR pada orde p dinyatakan sebagai berikut:

Persamaan umum dari model ARIMA (p, 0, 0):

dengan:

= Nilai data pada suatu periode t

= Nilai Konstanta

= Parameter Autoregressive ke – 1

= Nilai galat pada saat t

2.5.2 Model Rataan Bergerak/ Moving Average (MA)

Model Moving Average (MA) pertama kali digunakan oleh Slutzky (1937). Akan

tetapi Wold (1938) yang menghasilkan dasar-dasar teoritis dan proses kombinasi

ARMA. Wold membentuk model ARMA yang dikembangkan pada tiga

arah-identifikasi efisien dan prosedur penaksiran (untuk proses AR,MA dan ARMA

campuran), perluasan dari hasil tersebut untuk mencakup deret berkala musiman

(seasonal time series) dan pengembangan sederhana yang mencakup

proses-proses non stasioner (non-stasionary processes) dan berguna untuk menjelaskan

suatu pengamatan pada waktu t dinyatakan sebagai kombinasi linier dari sejumlah

residual. Bentuk fungsi persamaan umtuk model MA pada orde q dinyatakan

(7)

ARIMA (0, 0, q) :

dengan:

: Parameter-parameter Moving Average

: nilai galat pada saat t-q

2.5.3 Model Autoregressive Moving Average (ARMA)

Model ARMA merupakan model gabungan antara model AR (Autoregressive)

dan MA (Moving Average) yang kadang ditulis dengan notasi ARMA (p, q).

Bentuk fungsi model ARMA pada orde p dan q dinotasikan sebagai berikut:

ARIMA (1, 0, 1)

2.5.4 Model Autoregressive Integrate Moving Avegare (ARIMA)

Model ARIMA (p, d, q) yang dikenalkan oleh Box dan Jenkins (1976) dengan p

sebagai orde operator dari AR, d merupakan orde differencing dan q sebagai orde

operator dari MA. Model ini digunakan untuk data time series yang telah stasioner

setelah dilakukan differencing sebanyak d kali yaitu dengan menghitung selisih

pengamatan dengan pengamatan sebelumnya dimana bentuk persamaan untuk

model ARIMA adalah sebagai berikut:

ARIMA (1, 1, 1)

dengan:

: Pembedaan Pertama

: AR(1)

: MA(1)

atau bisa juga dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(8)

2.6 Kestasioneran Data

Menurut Lerbin R, dkk (2002) kestasioneran data diperiksa dengan analisis

autokorelasi dan autokorelasi parsial. Data yang dianalisis dalam ARIMA adalah

data yang bersifat stasioner, yaitu data yang rata-rata dan variansinya relatif

konstan dari periode ke periode.

Pemeriksaan kestasioneran suatu data lazim juga dilakukan dengan

menggambarkan data tersebut untuk setiap periode sehingga dapat diamati apakah

secara rata-rata nilai datanya relative konstan atau tidak, dan apakah

penyebarannya (variansinya) relatif konstan atau tidak. Jika rata-rata dan

variansinya relatif konstan, berarti data tersebut tergolong stasioner, dan

sebaliknya.

2.7 White Noise

Proses White noise dapat dideteksi menggunakan uji autokorelasi residual pada

analisis error-nya. Uji korelasi residual digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya

korelasi residual antar lag. Statistik uji yang digunakan yaitu uji Ljung

Box-Pierce.

2.8 Fungsi Autokorelasi dan Fungsi Autokorelasi Parsial

2.8.1 Fungsi Autokorelasi

Koefisien Autokorelasi merupakan derajat hubungan antara dan .

dengan:

= Koefisien Autokorelasi

= Data aktual pada periode t

= Nilai tengah mean dari data aktual

= Data aktual pada periode t dengan time lag (ketinggalan) k

2.8.2 Fungsi Autokorelasi Parsial

Koefisien autokorelasi parsial digunakan untuk mengukur tingkat keeratan antara

(9)

analisa deret berkala koefisien autokorelasi persial digunakan untuk membentuk

menetapkan model ARIMA yang tepat untuk peramalan.

Koefisien autokorelasi parsial berorde m didefinisikan sebagai koefisien

autoregressive terakhir dari model AR(m). Nilai koefisien autokorelasi parsial

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:

dengan:

= Data aktual

= Parameter autoregressive ke-k

= Nilai keterlambatan pada saat k periode = Kesalahan ramalan

2.9 Pemeriksaan Ketepatan Model

Setelah berhasil menaksir nilai-nilai parameter, langkah selanjutnya adalah

menguji apakah model yang didefinisikan telah tepat. Untuk itu dilakukan

pemeriksaan terhadap:

2.9.1 Nilai Sisaan Residual

Model yang telah ditetapkan akan memperlihatkan perbedaan residu atau

kesalahan antara nilai-nilai data deret waktu dan nilai-nilai estimasi dari model

sangat kecil atau tidak berarti. Kesalahan ramalan dapat diperoleh dari persamaan

berikut:

dengan:

= Kesalahan ramalan

= Data aktual

(10)

2.9.2 Statistik Box-Pierce

Untuk memeriksa apakah autokorelasi nilai-nilai sisaan (residu) berpola acakan

(bersifat white noise), digunakan statistik box-pierce dengan rumus sebagai

berikut:

dengan:

T : banyaknya data

K : banyaknya lag yang diuji

: dugaan autokorelasi residual periode k

2.10 Peramalan Dengan Model ARIMA Box–Jenkins

Setelah parameter-parameter model ARIMA diestimasi, maka langkah selanjutnya

adalah menggunakan model tersebut untuk peramalan. Agar model yang telah

didapat dapat diramalkan, maka model tersebut harus dikembangkan dalam

bentuk persaman regresi biasa, yaitu:

dengan:

= Data aktual

= Nilai keterlambatan pertama = Parameter autoregressive ke-i

= Konstanta

= Nilia rata-rata bergerak Moving Average

= Sisaan (residu) ke-t

Untuk meramalkan satu periode ke depan yaitu (1), maka ditambahkan satu

angka indeks yang menunjukkan waktu, yaitu:

dengan:

= Nilai peramalan satu periode ke depan = Data aktual

(11)

= Konstanta

= Nilia rata-rata bergerak Moving Average

= Sisaan (residu) ke-t

Untuk mengetahui ketepatan ramalan dapat dihitung nilai MSE dan MAPE yang

merupakan ukuran ketepatan ramalan.

1. MSE (Mean Square Error)

dengan:

= Data aktual

= Data hasil ramalan = Banyak sistem (residu)

2. RMSE (Root Mean Square Error)

RMSE merupakan hasil akar dari nilai MSE

3. MAPE (Mean Absolute Presentase Error)

dengan:

= Data aktual

Referensi

Dokumen terkait

peramalan penjualan yang baik untuk perusahaan, sehingga perusahaan dapat. memanfaatkannya dalam menentukan keputusan di

Peramalan Curah Hujan Dengan Menggunakan Metode Arima Box-Jenskins Sebagai Pendukung Kalender Tanam Padi di Kabupaten Bojonegoro. Surabaya : Institut Teknologi

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Lamongan dengan unit penelitian berupa

Berdasarkan tabel 4.14 dapat disimpulkan residual data pada semua model telah memenuhi asumsi distribusi normal, karena nilai Kolmogorov-Smirnov lebih kecil dari

Berdasarkan tabel 4.14 dapat disimpulkan residual data pada semua model telah memenuhi asumsi distribusi normal, karena nilai Kolmogorov-Smirnov lebih kecil dari

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah bagaimana peramalan curah hujan di Kabupaten Bojonegoro

Untuk menggambarkan kondisi NTP pada masa yang akan datang dilakukan peramalan Nilai Tukar Petani dimasa mendatang dan dapat dijadikan sebagai masukan dalam

Pada tugas akhir ini hanya meramalkan curah hujan bulanan yang akan datang (bulan Januari 2011–Desember 2011) dengan menggunakan data curah hujan bulanan pada bulan