• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pencapaian Nihil Kecelakaan (zero accident) di PT. PLN (Persero) Area Medan Tahun 2017 Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pencapaian Nihil Kecelakaan (zero accident) di PT. PLN (Persero) Area Medan Tahun 2017 Chapter III VI"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode wawancara dan telaah dokumen untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan (zero accident) di PT. PLN (Persero) Area Medan Tahun 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di PT. PLN (Persero) Area Medan Jalan Listrik No. 8 Medan yakni pada divisi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L). PT. PLN (Persero) Area Medan meliputi 9 rayon, yaitu rayon Medan Johor, rayon Medan Selatan, rayon Medan Baru, rayon Medan Kota, rayon Sunggal, rayon Belawan, rayon Helvetia, rayon Labuhan, dan rayon Medan Timur.

(2)

3.2.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai dari Januari 2017 sampai dengan Mei 2017.

3.3. Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2013) dalam penelitian kualitatif, instrumen utama adalah peneliti sendiri. Namun, dalam pelaksanaannya untuk memudahkan pengumpulan data, peneliti membutuhkan alat bantu. Alat bantu yang digunakan dalam peneitian kualitatif ini yaitu :

1. Pedoman wawancara

Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini besifat semiterstruktur (semistructure interview) untuk mengingat peneliti mengenai aspek-aspek yang akan dibicarakan dan menjadi daftar pengecekan (check list) tentang aspek yang telah dan belum dibicarakan. Pada pelaksanaannya, pedoman wawancara ini digunakan lebih bebas. Tidak tertutup kemungkinan bagi peneliti untuk menanyakan hal-hal di luar pedoman wawancara agar data yang dihasikan lebih lengkap dan bervariasi.

2. Alat Perekam

(3)

3.4 Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini, pemilihan informan menggunakan teknik nonprobability sampling secara purposive, ialah teknik pengambilan sampel atau penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yakni dikarenakan peneliti membuat kriteria tertentu siapa yang akan dijadikan informan. Informan yang diambil dalam penelitian ini adalah pihak yang berkaitan dengan dengan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja sehingga tercapai nihil kecelakaan (zero accident), yaitu : Divisi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) yang berjumlah dua orang, yang terdiri atas satu orang supervisor divisi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) dan satu orang junior techician divisi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) karena lebih mengetahui dan bertanggung jawab dalam hal melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan keselamatan kesehatan kerja pada tenaga kerja supaya lingkungan kerja tetap aman dan selamat.

3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari informan dengan menggunakan pedoman wawancara kepada pihak terkait.

3.5.2 Data Sekunder

(4)

diperoleh dari studi literatur mengenai peraturan atau standar yang berhubungan dengan pencapaian nihil kecelakaan (zero accident).

3.6 Definisi Istilah

Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan makna atau definisi istilah, sebagai berikut :

1. Komitmen adalah niat atau tekad untuk melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan yang tercermin dalam sikap dan tindakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ialah memuat kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan operasional.

3. Komunikasi dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kegiatan penyampaian informasi-informasi keselamatan dan kesehatan kerja kepada semua pekerja untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pekerja.

4. Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja dan penyelidikan kecelakaan adalah kegiatan pemeriksaan secara umum terhadap unit operasi dan menemukan faktor penyebab kecelakaan sehingga kejadian serupa dapat dicegah dan tidak terulang kembali di kemudian hari.

(5)

6. Nihil kecelakaan yaitu tidak terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan hari kerja kurang dari 48 jam.

3.7Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis tematik dan analisis isi. Analisis tematik digunakan untuk mengidentifikasi tema-tema yang terpola dari hasil wawancara yang telah diperoleh. Analisis ini dikodekan secara induktif yaitu dimulai dengan observasi khusus yang akan memunculkan tema, kategori, dan pola hubungan diantara kategori-kategori tersebut.

(6)

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Sejarah keberadaan PT. PLN (Persero) Wilayah Indonesia yaitu pada tahun 1893 dan di Wilayah Sumatera Utara pada tahun 1923, yakni ketika perusahaan swasta belanda bernama NV NIGEM/OGEM (Overzeese Gase dan Electritiest Maathappy) membangun sentral listrik di tanah pertapakan yang saat ini menjadi lokasi kantor PLN Cabang Medan di Jl. Listrik No. 8 Medan. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan pada tahun 1924,

Tebing Tinggi tahun 1927, Sibolga (oleh NV ANIWM) Berastagi dan Tarutung tahun 1929, Tanjung Balai tahun 1931, Labuhan Bilik tahun 1936, dan Tanjung Tiram pada tahun 1937.

4.1.2 Visi, Misi, dan Motto PT. PLN (Persero) Area Medan 4.1.2.1 Visi PT. PLN (Persero) Area Medan

PT. PLN (Persero) Area Medan kelas dunia yang bertumbuh kembang yang unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani yang dilandasi dengan tata nilai integritas, peduli, pembelajar, dan saling percaya.

4.1.2.2 Misi PT. PLN (Persero) Area Medan

1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham.

(7)

3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan yang berwawasan lingkungan.

4.1.2.3 Motto PT. PLN (Persero) Area Medan

PT. PLN (Persero) Area Medan memiliki motto “Listrik Untuk Kehidupan yang Lebih Baik”. Dengan motto tersebut PT. PLN (Persero) Area

Medan berharap akan mencapai kesuksesan dalam pelayanan dan pembangunan ketenagalistrikan.

4.1.3 Proses Produksi Perusahaan

Gardu Induk (GI) dengan tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik akan disalurkan melalui saluran transmisi. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada GI distribusi, selanjutnya dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari GI distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.

(8)

untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel, sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.

4.2 Keterbatasan Penelitian

(9)

4.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pencapaian Nihil Kecelakaan (zero accident)

Pencapaian nihil kecelakaan (zero accident) merupakan prestasi kerja di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Pemerintah akan memberikan penghargaan nihil kecelakaan kerja dalam bentuk piagam dan bendera emas kepada perusahaan yang berhasil mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja yang dapat mengakibatkan pekerja sementara tidak mampu bekerja (STMB) selama 2 x 24 jam dan atau menyebabkan terhentinya proses dan atau rusaknya peralatan tanpa korban jiwa dimana kehilangan waktu kerja tidak melebihi shift berikutnya pada kurun tertentu dan jumlah jam kerja orang tertentu.

4.3.1 Komitmen Perusahaan

Inti manajemen keselamatan kerja adalah komitmen perusahaan dan usaha-usaha keselamatan kerja yang komprehensif. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area Medan telah memiliki komitmen manajemen yang diatur dalam Manual Kebijakan SMK3 perusahaan, dalam pelaksanaannya sudah mencakup kerja sama yang tidak bisa dipisahkan antara manajemen, pekerja, dan orang lain yang berada di lingkungan kerja serta adanya pendekatan.

Hal tersebut dapat terlihat dari komitmen PT. PLN (Persero) Area Medan yang diungkapkan oleh Supervisor K3L, yaitu :

“PT. PLN (Persero) Area Medan mempunyai komitmen meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja ke tingkat yang paling tinggi melalui

(10)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Pendekatannya

juga ada seperti pendekatan organisasi. Di pendekatan organisasi ini namanya

kebijakan K3 dan sudah tertera di komitmen perusahaan dan memiliki komite K3

untuk membahas dan mengkaji tentang masalah-masalah K3-nya. Lalu ada yang

namanya pendekatan teknis seperti APD, dan ini merupakan pengendalian yang

terakhir setelah substitusi dan engineering seperti fuce cut out pada pekerja

PDKB. Pendekatan untuk individunya juga ada lebih ke komunikasinya dan

pelatihannya.”

Hal tersebut juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja ke tingkat yang paling tinggi dengan adanya proses perbaikan secara berkelanjutan dan sistematik, yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk menerapkan komitmen perusahaan, ialah :

“Kalau untuk keselamatan dan kesehatan kerjanya dalam bekerja itu

biasanya kita ada namanya harus melengkapi formulir JSA (Job Safety Analysis),

hal yang harus diisi seperti area, lokasi, tanggal, kondisi peralatan, nama

pekerjaan, tahapan pekerjaan, potensi bahaya, dan pengendaliannya juga ada;

terus ada work permit, work permit itu ada check list. Jadi sebelum pegawai

melakukan pekerjaan pegawai harus melakukan izin kerja (work permit) di situ

ada job describtion bahwa penggunaan APD dan lainnya. Di situ jika memang

work permit-nya jalan biasanya otomatis di lapangan seperti itu. Kalau untuk

Rayon banyak dari sisi tekniknya, seperti JSA PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan

(11)

Pemeliharaan. JSA dan work permitt-nya langsung dari pusat (Jakarta). Kalau

JSA PDKB itu namanya komitte PDKB dan ini termasuk pendekatan organisasi

dan individu.”

1. Anggaran Khusus Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, untuk anggaran K3 di PT. PLN (Persero) Area Medan telah disediakan khusus oleh pihak manajemen dan digunakan secara terinci sesuai dengan panduan Work Plan yang telah dibuat. Hal tersebut dapat terbukti dari ungkapan Supervisor K3L, yaitu :

“Kalau untuk anggaran dana keselamatan dan kesehatan kerja itu sudah

ditentukan di Work Plan. Jadi, kita ada yang namanya Work Plan yang berisi

tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan melalui rapat P2K3. Jadi

semua kegiatan dan dananya sudah termuat di dalam Work Plan.”

Hal ini juga terbukti dari ungkapan Junior Techician K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang mengatakan bahwa :

“Untuk anggaran dana keselamatan dan kesehatan kerja biasanya kita ada

work plan lalu diusulkan dananya ke Wilayah kemudian ke Pusat (Jakarta).Work

plan itu adalah pekerjaan yang akan dilakukan untuk semester selanjutnya. Jadi

kita sudah dapat gambaran dari tahun sebelumnya bahwasanya untuk tahun

berikutnya pekerjaan apa-apa saja yang akan dibuat, jadi kita sudah tahu.

Pembuatan work plan itu melalui rapat P2K3 yang membahas apa saja item yang

perlu ditambah. Rapat P2K3 diadakan secara terjadwal setiap triwulan atau satu

semester dua kali, yaitu pada akhir bulan. Hal yang tertera dalam work plan

(12)

(Rencana Kerja Anggaran Perusahaan); sosialisasi bahaya listrik dan

penggunaan energi listrik ke Sekolah Dasar; melaksanakan Diklat (pendidikan

dan latihan) K2K3 untuk pengawas dan pelaksana bagi pegawai di Unit;

melaksanakan sosialisasi K2K3 kepada seluruh pegawai, calon pegawai, dan

mitra kerja; melaksanakan safety briefing setiap memulai pekerjaan;

melaksanakan lock out tag out, serta memasang rambu-rambu peringatan bahaya

termasuk membuat papan monitoring progress pekerjaan; memasukan klausal

safety pada dokumen pengadaan barang dan jasa, dan memberikan penjelasan

kepada vendor (mitra kerja). Jadi semua itu sudah ditentukan dananya.”

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area Medan memiliki Work Plan dan Manual Kebijakan SMK3, dalam mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara menyeluruh.

PT. PLN (Persero) Area Medan menunjukkan komitmennya terhadap K3 yang tertuang dalam Manual Kebijakan SMK3 yang diwujudkan sebagai berikut : 1. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan

di PT. PLN (Persero) Area Medan.

2. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas, dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang K3.

3. Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3.

4. Membuat perencanaan K3 yang terkoordinasi.

(13)

6. Setiap pimpinan dalam PT. PLN (Persero) Area Medan harus menunjukkan komitmennya terhadap K3 sehingga SMK3 berhasil diterapkan dan dikembangkan.

7. Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada ditempat kerja harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.

PT. PLN (Persero) Area Medan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara menyeluruh, antara lain :

1. Keberlangsungan organisasi K3.

2. Pelatihan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam mewujudkan kompetensi kerja.

3. Pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evaluasi, peralatan pengendalian, dan peralatan pelindung diri.

2. Fasilitas K3 dan pemeliharaannya

Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, untuk fasilitas kerja di PT. PLN (Persero) Area Medan, pihak manajemen telah menyediakan fasilitas K3 untuk pegawai dan melakukan pemeliharaan untuk mengontrol fasilitas tersebut dan sudah memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Hal tersebut dapat terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang mengatakan :

“Fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja itu memang itu tanggung jawab

perusahaan untuk ke pegawainya. Jadi, banyak fasilitas yang memang

mendukung untuk pegawai kita seperti kita menyediakan sistem proteksi

(14)

Ringan) dan di seluruh Unit Rayon; alat pelindung diri seperti helm safety, safety

belt, sepatu tahan tegangan, pakaian kerja lapangan, safety glasses, sarung

tangan; kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan); rambu-rambu K3

seperti papan informasi K3 yang menandakan adanya tegangan, material rusak,

jalur evakuasi, alat pemadam api, dan sebagainya yang tersebar di tempat kerja;

serta pemasangan kunci pengaman pada instalasi ketenagalistrikan yang

berpotensi bahaya dan sudah terpelihara melalui Formulir Laporan Inspeksi dan

Formulir Check List Inspeksi yang dilakukan secara terjadwal di awal bulan. Alat

yang sudah rusak di simpan di gudang dan alat yang masih bisa kita perbaiki,

kita akan perbaiki di bengkel Medan Baru.”

Berdasarkan hasil wawancara, Junior Techician K3L juga mengatakan bahwa:

“Untuk fasilitas K3 sudah disediakan oleh perusahaan dan terpelihara

melalui Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inspeksi yaitu APD

seperti helm safety, sabuk pengaman, sepatu tahan tegangan, kotak P3K yang

disediakan dalam ruang penyimpanan, APAR yang terletak pada tempat yang

mudah terlihat atau tercapai dan APAR ini telah diperiksa dengan pengisian

setiap bulan. Jadi, kami punya namanya Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir

Check List Inspeksi untuk memonitor penerapan K3, dalam formulir tersebut ada

pertanyaan per item baik dari area kantor sampai dengan lapangan. Adapun

untuk pengkalibrasian alat yang ada di PT. PLN (Persero) Area Medan dilakukan

oleh Puslitbang (Pusat Penelitian dan Pengembangan) di Jakarta setiap enam

(15)

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area Medan memiliki Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inspeksi, dalam pelaksanaan inspeksi tersebut tidak hanya mencakup area kantor, tetapi juga area kerja lapangan.

4.3.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja PT. PLN (Persero) Area Medan ditetapkan secara jelas yang menyatakan tujuan-tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dan komitmen PT. PLN (Persero) Area Medan dalam meningkatkan kinerja pegawai. PT. PLN (Persero) Area Medan menetapkan kebijakan K3 dalam Manual Kebijakan SMK3, sebagai berikut :

1. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.

PT. PLN (Persero) Area Medan selalu bertindak untuk mencegah dan mengendalikan atau menghilangkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara menghilangkan atau meminimalkan faktor-faktor yang berbahaya dan berisiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja di dalam lingkungan kerja.

2. Mematuhi peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

PT. PLN (Persero) Area Medan akan mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.

(16)

1. Keterlibatan pegawai dalam pembuatan Kebijakan K3

Berdasarkan hasil wawancara, dalam hal keterlibatan pegawai untuk menyusun kebijakan, Supervisor K3L menyatakan bahwa :

“Dalam menyusun kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja memang

itu wewenang top manajemen, tetapi dari top manajemen diturunkan ke pegawai,

kita hanya menjalankan saja. Semua itu ada di dalam dokumen Manual

Kebijakan SMK3 perusahaan.”

Berdasarkan data sekunder, penyusunan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja PT. PLN (Persero) Area Medan, dilakukan melalui :

1. Tinjauan Awal Kondisi K3

a. Melakukan identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko.

b. Perbandingan penerapan K3 dengan PT. PLN (Persero) Area Medan dan sektor lain yang lebih baik.

c. Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan.

d. Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan.

e. Penilaian efisiensi dan efektivitas sumberdaya yang disediakan. 2. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus menerus. 3. Proses konsultasi antara manajemen dengan wakil pekerja (P2K3).

(17)

PT. PLN (Persero) Area Medan dalam meningkatkan kinerja K3. PT. PLN (Persero) Area Medan menetapkan Kebijakan K3 sebagai berikut :

1. Pernyataan kebijakan K3 secara tertulis dan bertanggal yang ditanda tangani/disahkan oleh Manajer PT. PLN (Persero) Medan.

2. Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3.

3. Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja, tamu, kontraktor, pemasok, dan pelanggan.

4. Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik. 5. Bersifat dinamik.

6. Ditinjau ulang minimal secara berkala melalui rapat P2K3 untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam PT. PLN (Persero) Area Medan dan peraturan perundang-undangan.

Hal ini juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan bahwa :

“Pegawai hanya menjalankan saja, perubahan kebijakan keselamatan dan

kesehatan kerja harus dikaji ulang minimal setiap satu tahun dan ditandatangani

oleh Manajer Area sebagai persetujuan untuk penerbitan. Tinjauan itu biasanya

kalau mau ada perubahan di kebijakannya. Sejauh ini belum ada pergantian

kebijakan. Kebijakan K3 didokumentasikan di Manual SMK3.”

2. Implementasi Kebijakan K3 dan Sanksi

(18)

kebijakan K3. Hal ini dapat terlihat dari ungkapan Supervisor K3L yang mengatakan bahwa :

“Kalau di lapangan itu kita juga ada pihak vendor (pihak ketiga). Kalau

di lapangan itu untuk penerapan APD-nya kami harus bisa aktif, harus

sering-sering ingatkan karena terkadang petugas vendor (pihak ketiga) itu malas pakai

APD, karena terkadang petugasnya itu belum merasa APD itu adalah hal yang

penting. Jadi kita akan berikan sanksi berupa teguran yang ditujukan kepada

pengawasnya. Jadi sanksi itu ada tiga tahap, yang pertama teguran kepada

pengawasnya melalui pemberian surat, teguran kedua yaitu orangnya harus

sudah dipanggil dan jika masih melakukan pelanggaran, sanksi selanjutnya ialah

pemutusan kontrak. Tapi sejauh ini hanya sampai teguran pertama saja. Biasanya

vendor ini diberi peringatan pertama (teguran) karena tidak kompeten seperti

penggunaan APD tadi padahal di surat perjanjian kontrak sudah tertera

bahwasanya pekerja harus memiliki kompetensi. Kalau untuk pegawai PLN

(Persero) Area Medan seperti PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan)

di lapangan sudah selalu safety, mereka sudah tidak lagi diingatkan untuk

pemakaian APD.”

Junior Techician K3L PT. PLN (Persero) Area Medan mengungkapkan bahwa :

“Seluruh pegawai dan atau pekerja di PT. PLN (Persero) Area Medan

bertanggung jawab mendukung dan menerapkan pernyataan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja dan prosedur-prosedur yang menyangkut

(19)

mendapat pelatihan yang sesuai dengan kebijakan ini untuk memastikan aktifitas

yang dilaksanakan tidak bertentangan dengan pernyataan kebijakan keselamatan

dan kesehatan kerja.”

Pelaksanaan rencana K3 dilaksanakan oleh PT. PLN (Persero) Area Medan atau penanggung jawab tempat kerja dengan menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi dan menyediakan prasarana dan sarana yang memadai, penyediaan sumber manusia ialah dalam prosedur pengadaan sumber daya manusia, PT. PLN (Persero) Area Medan telah membuat posedur pengadaan secara efektif meliputi :

1. Pengadaan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan dan memiliki kompetensi kerja serta kewewenangan di bidang K3, dibuktikan melalui :

a. Sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang berwewenang.

b. Surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi berwewenang.

2. Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan.

3. Pembuatan ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara efektif.

4. Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli. 5. Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan

(20)

4.3.3 Komunikasi dan Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4.3.3.1 Komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Untuk mendorong keselamatan kerja pegawai adalah dengan melibatkan pegawai di setiap kesempatan dalam pertemuan-pertemuan komite dan pemberian edukasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara terus menerus. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan melakukan komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut :

1. Safety Meeting : pertemuan yang dilakukan rutin yaitu ada yang setiap seminggu dan satu kali dalam setiap triwulan yang dilaksanakan pada akhir bulan, yang melibatkan manajer, supervisor, dan P2K3 untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Briefing : pertemuan singkat yang dilakukan selama 15-20 menit sebelum memulai pekerjaan setiap hari.

3. Safety Induction: pembinaan mengenai area dan kegiatan proses produksi yang diberikan kepada semua tamu atau pengunjung, pegawai serta mitra bisnis untuk meningkatkan kesadaran dan memastikan kepatuhan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Hal ini juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan bahwa :

“Jadi setiap hari senin pagi di Lantai I (satu) itu ada namanya COC

(Code Of Conduct) seperti rapat, hal yang dibahas tentang yang ada di PLN ini,

(21)

manajemen ini yang akan menurunkan ke pegawai di COC ini juga. Dalam COC

ini juga ada sesi arahan dari supervisor K3L yang membahas rancangan

kegiatan yang akan dilaksanakan seminggu ke depan. COC ini dihadiri semua

pegawai, baik itu manajer maupun supervisor. Kalau untuk yang triwulan itu

rapat P2K3 yang diadakan pada akhir bulan yang dihadiri oleh manaejer, K3L,

supervisor, dan P2K3. Hal yang diabahas dalam rapat ini ialah semua aspek di

Kuesioner Maturity Level K2K3 dan Keamanan akan dievaluasi, termasuk hasil

temuan di lapangan dan juga program-program keselamatan dan kesehatan

kerja. Yang mengevaluasi ialah Wilayah. Hal yang dievaluasi apa-apa saja yang

kurang, misalkan sosialisasi kurang kemudian diberi tahu ke kita dan kita bisa

melengkapi dan hanya sampai di bagian manajemen saja tidak diturunkan ke

seluruh pegawai. Kalau di Rayon untuk pekerjaannya supervisor teknik-nya

langsung yang memberikan briefing karena supervisornya sudah memiliki

sertifikasi K3 kelistrikan jadi kalau untuk di Rayon yang mewakilkan itu ya

supervisor teknik atau staf teknik-nya yang sudah memiliki sertifikasi K3. Kalau

list khusus yang memuat tentang topik apa yang akan di-briefing-kan itu tidak

ada, paling yang dibahas masalah kerjanya itu. Safety induction untuk rapat,

rapatnya diputarkan berupa rekaman video untuk keadaan darurat. Kalau safety

induction untuk tamu, biasanya di sini diberi kartu tanda pengenal dari

perusahaan, APD seperti helm dan rompi baik itu manajemen maupun tamu.

Yang mengarahkan safety induction ya security yang sudah diberi arahan dari

pengawasnya lalu kita juga beri masukan kepada vendor yang membawahi

(22)

Dari hasil wawancara, Supervisor K3L menyatakan bahwa :

“Untuk pemasangan rambu-rambu K3 adalah di Unit Induk maupun Unit

Pelaksana, dan itu harus, contohnya papan informasi K3 yang menandakan

adanya tegangan, material rusak, jalur evakuasi, alat pemadam api. Lalu untuk

di lapangan juga, papan informasi yang ditempel bisa dibaca kapan saja,

termasuk evakuasi kalau terjadi emergency, tanda itu harus terlihat dan jelas,

yang dipasang di seluruh tempat kerja baik di PT. PLN (Persero) Area Medan

maupun di berbagai Rayon.”

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Area Medan, yang termuat dalam Manual Kebijakan SMK3 tentang prosedur informasi yang terkait harus ditetapkan untuk menjamin bahwa pelaporan yang tepat waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan. Prosedur pelaporan terdiri dari :

1. Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan untuk menangani : a. Pelaporan terjadinya insiden

b. Pelaporan Ketidaksesuaian c. Pelaporan Kinerja K3

d. Pelaporan identifikasi Sumber Bahaya

2. Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan untuk menangani : a. Pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundang-undangan b. Pelaporan Kecelakaan Kerja

c. Pelaporan P2K3

(23)

e. Pelaporan Kinerja K3

f. Pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait.

Dalam pendokumentasian kegiatan K3 PT. PLN (Persero) Area Medan harus menjamin bahwa :

1. Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di PT. PLN (Persero) Area Medan.

2. Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi. 3. Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personel yang

berwenang.

4. Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu. 5. Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan.

6. Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.

1. Sosialiasi Program K3

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Area Medan, pada program K3L yang memuat tentang kegiatan sosialisasi, yaitu melakukan sosialisasi K2K3 kepada seluruh pegawai dan mitra kerja; dan melakukan sosialisasi K2K3 dan keamanan pada masyarakat umum, sekolah, dan instansi pemerintah.

Hal tersebut dapat terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang mengatakan :

“Melakukan sosialisasi K2K3 kepada seluruh pegawai dan mitra kerja.

Sosialisasi ini dilakukan di ruang rapat bersama dengan pihak terkait, biasanya

(24)

mitra kerja (vendor). Kita sosialisasikan, memberitahu lagi bahwa APD itu wajib,

jika terjadi kecelakaan bukan hanya mereka yang rugi tapi mereka dan PLN pun

akan mendapatkan pengurangan di kinerja. Jadi gini, padahal mereka kan pihak

ketiga (vendor), jika terjadi kecelakaan kerja (vendor) bahkan meninggal karena

memang kelalaian mereka bisa jadi tidak memakai APD atau tidak mematuhi

SOP (Standart Operational Procedure), itu PLN akan terkena pengurangan

kinerja 10 poin dan sudah tertera di perjanjian kontrak.”

Hal tersebut juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan bahwa :

“Selain melakukan sosialisasi K2K3 kepada seluruh pegawai dan mitra kerja,

kami juga melakukan sosialisasi K3L dan keamanan kepada sekolah, masyarakat

umum, dan instansi pemerintah. Biasanya dilakukan secara rutin per tahunnya.

Untuk sekolah, sekolah pilihan kita artinya tidak ditentukan. Kemarin kami

melakukan sosialisasi di SD Negeri 060873 di jalan Gunung Krakatau No. 105

Kecamatan Medan Timur pada hari Jum’at 24 Maret 2017. Hal yang

disosialisasikan ialah tentang bahaya listrik, seperti anak-anak yang bermain

layangan jangan di bawah jaringan listrik PLN, jangan bermain atau berada di

dekat jaringan PLN saat banjir dengan media power point dan juga pemutaran

film pendek. Kalau masyarakat kemarin di Kelurahan Merdeka, Kecamatan

Medan Baru. Sosialisasi ini ialah gabungan yang dihadiri oleh perangkat

kelurahan dan masyarakat dari Kelurahan Merdeka untuk sosialisasi kepada

instansi pemerintah dan masyarakat. Sosiaisasi yang dilakukan pada hari Jum’at,

(25)

Kecamatan Medan Baru yaitu tentang ketenagalistrikan seperti bagaimana cara

pembayaran rekening listrik untuk masyarakat, kenapa listrik mengalami

pemadaman, dan potensi bahaya listrik.”

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Area Medan, yang termuat dalam Manual Kebijakan SMK3, Prosedur Operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian ialah sebagai berikut :

1. Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 (Job safety analysis) oleh personel yang kompeten.

2. Prosedur Informasi K3 harus menjamin pemenuhan untuk :

a. Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan audit dan tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada semua pihak dalam PT. PLN (Persero) Area Medan yang bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja PT. PLN (Persero) Area Medan

b. Melakukan Identifikasi dan menerima informasi K3 dari luar PT. PLN (Persero) Area Medan

c. Menjamin bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan kepada orang -orang di luar PT. PLN (Persero) Area Medan yang membutuhkan. Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi :

i. Persyaratan eksternal/peraturan perundangan dan internal/ indikator kinerja K3.

(26)

iii. Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian resiko serta sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat kerja, serta peralatan lainnya bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan proses produksi.

iv. Kegiatan pelatihan K3.

v. Kegiatan inspeksi, kalibrasi, dan pemeliharaan. vi. Pemantauan data.

vii. Hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan, dan tindak lanjut. viii.Identifikasi produk termasuk komposisinya.

ix. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor. x. Audit dan peninjauan ulang SMK3.

4.3.3.2 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Salah satu cara untuk mendorong keselamatan kerja pegawai adalah melibatkan seluruh pegawai dalam pelatihan tentang keselamatan kerja dan membangun komunikasi yang terus menerus sehingga dapat meningkatkan kesadaran para pegawai. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan melakukan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak terlepas dari campur tangan Pemerintah dan Departemen Tenaga Kerja. Hal tersebut dapat terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang mengatakan bahwa :

“Pelatihan dan kompetensi kerja dilakukan dengan melakukan

(27)

dengan : menggunakan standar kompetensi yang ada, memeriksa uraian tugas

dan tanggung jawab, menganalisis tugas, menganalisis hasil inspeksi dan audit,

meninjau ulang laporan insiden. Hasil identifikasi kompetensi kerja dijadikan

dasar penentuan program pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi dasar

pertimbangan dalam penerimaan, seleksi, dan penilaian kinerja.”

Dalam hal pelaksanaan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, Junior Techician K3L yang mengatakan bahwa :

“Pegawai yang mengikuti pelatihan K3 ialah supervisor dan staf teknik,

tetapi yang wajib itu supervisor karena supervisor memantau semua kerjaan di

Rayon. Belum wajib semua pegawai karena di Work Plan pada item sertifikasi

pegawai itu tidak semua, jadi gini dalam melaksanakan sertifikasi itu pegawai

yang dikirim jumlahnya dibatasi. Di Manajemen Unit Induk dan Unit Pelaksana

mengikuti pelatihan K3 usulan. Jadi kita memberi surat dan ditanda tangani oleh

Manejer Area kemudian di kirim ke Wilayah selanjutnya didaftarkan mana-mana

lalu dikirim untuk mengikuti pelatihan. pelatihan itu ada 2, dari diklat dan dari

vendor. Pelatihan K3 yang terakhir itu dari vendor. Kami ada juga sertifikasi dari

vendor dan yang mengeluarkan sertifikatnya ialah dari Kementerian Tenaga

Kerja dan Transmigrasi. Kalau vendor itu sertifikat eksternal PLN. Jadi kalau

vendor mengadakan sertifikat dan kita yang mengusulkan siapa saja yang akan

mengikuti sertifikat tersebut, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan kita dan

paling banyak itu 20 orang. Kegiatan ini diadakan selama seminggu dengan

rangkaian kegitannya workshop dan ada juga pelatihannya. Kemarin itu

(28)

latihan) di Medan Tuntungan tapi tergantung dimana yang akan diadakan,

pelaksanaan diklat ini banyak, ada di Medan Tuntungan, di Bogor, Pandaan

(Surabaya), Makasar juga ada itu tergantung dari Unit-nya. Jadi kita ada jadwal

untuk diklat untuk mengikuti pembelajaran K3 ya wajib ikut dan ini untuk semua

pegawai termasuk pegawai baru. Tapi kalau untuk sekarang ini tergantung dari

lihat job describtion-nya. Kalau pembelajarannya menyangkut K3 atau

lingkungan bisa saja ikut pembelajaran ke diklat. Diklat ini diadakan tidak tentu,

kalau biasanya satu semester sekali atau setahun dua kali kalau sekarang kembali

lagi tergantung job describtion-nya kalau memang butuh kali diklat-nya ya

dikeluarkan di rencana diklat-nya karena kita juga bisa memantau, bisa saja tiga

kali atau bahkan lima kali dan itu bisa diajukan. Kalau dari diklat yang terakhir

diadakan pada hari Jum’at, 10 Maret 2017. Kemarin nama diklatnya E-Learning,

diadakan selama seminggu. Jadi seminggu itu kita diberi materi untuk pelatihan

K3-nya ada juga post test-nya jika berhasil itu dipanggil ke Medan Tuntungan

atau lokasi yang mengadakan diklat dan keluar nama untuk simulasi. Simulasi ini

hanya sehari tapi secara keseluruhan diklat-nya selama seminggu. Kalau diklat

sertifikatnya dari Jendral Manajer diklat karena sertifikat internal PLN.

Emergency untuk kebakaran dan P3K ada dan sudah tertera di work plan dan

ada juga yang disertifikasikan. Simulasi kebakaran dan P3K ini diadakan satu

semester sekali dan wajib oleh semua pegawai. Sertifikatnya dari PMI (Palang

(29)

4.3.4 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Penyelidikan Kecelakaan

4.3.4.1 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Inspeksi ialah suatu usaha untuk mendeteksi adanya kondisi dan tindakan yang tidak aman dan segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan tersebut menyebabkan suatu kecelakaan. Inspeksi sebaiknya dilakukan secara berkala dan dilakukan oleh komite keselamatan kerja atau koordinator keselamatan kerja. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan secara terjadwal dan mendadak (sidak) yang melibatkan semua pegawai kemudian hasil temuan inspeksi tersebut dituangkan ke dalam Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inpeksi. Hal tersebut terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang mengatakan bahwa :

“Untuk inspeksi di PT. PLN (Persero) Area Medan ini dibagi 2, yaitu inspeksi instalasi ketenagalistrikan dan keamanan yang dilakukan rutin setiap

awal bulan di seluruh Unit Kerja dan kami juga melakukan inspeksi mendadak

K2K3 (Ketenaga Kelistrikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan keamanan

pada Unit yang dipimpinnya. Hal-hal yang diinspeksi ialah pekerja dan cara

kerja dengan uraian kenyataan di lapangan yaitu pekerja menggunakan APD

yang dipersyaratkan, pekerjaan dilakukan sesuai dengan instruksi kerja yang

telah ditetapkan, menggunakan peralatan kerja dengan benar, mengoperasikan

mesin sesuai dengan persyaratan teknis, adanya rambu-rambu peringatan yang

(30)

pekerja telah mendapat pelatihan sesuai dengan tugasnya, pekerja bekerja

dengan serius/tidak bercanda, posisi tubuh benar saat mengangkat beban; kondisi

dan lingkungan kerja dengan uraian kenyataan di lapangan yaitu lanta bersih

dari ceceran oli atau tumpahan lainnya, jalur untuk jalan bebas dari

halangan/benda-benda lainnya (misalnya produk dan lain sebagainya),

penempatan barang sesuai dengan lokasi yang telah ditentukan, tempat kerja

memiliki penerangan yang memadai, tempat kerja memiliki ventilasi udara yang

memadai, tempat kerja telah disediakan APAR, APAR terletak pada tempat yang

mudah dicapai dan tidak terhalang, APAR yang terpasang telah diperiksa,

terdapat tanda jalur evakuasi yang jelas terlihat; sarana K3 dengan uraian

kenyataan di lapangan yaitu APD (helm safety, sabuk pengaman, sepatu tahan

tegangan, dan lain sebagainya), tangga, ranta pengaman; material seperti wadah

penyimpanan bahan dalam kondisi baik (tidak bocor/rusak), wadah penyimpanan

bahan memiliki label yang jelas, tempat penyimpanan bahan bersih dari ceceran

bahan, tabung gas kosong diletakkan terpisah (diberi label), MSDS (Material

Safety Data Sheet) tersedia di ruang penyimpanan bahan, APD, dan kotak P3K

disediakan dalam ruang penyimpanan.”

Hal tersebut juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan bahwa :

“Inspeksi mendadak itu item-itemnya sama seperti yang ada di inspeksi

terjadwal. Kalau yang mendadak ini bisa saja waktunya pagi ataupun sore. Yang

melaksanakan sidak (inspeksi mendadak) ialah tim yang terdiri atas Manajer,

(31)

Distribusi ataupun pegawai yang sudah memiliki sertifikasi dan ini di Work Plan

sudah ada seperti apa saja yang akan digunakan saat sidak.”

Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area Medan memiliki Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inpeksi, dimana pelaksanaan inspeksi tersebut tidak hanya mencakup area kantor, tetapi juga area kerja lapangan.

4.3.4.2 Penyelidikan Kecelakaan

Dalam menyelidikan kecelakaan, penting untuk menetapkan kondisi fisik dan lingkungan yang turut memengaruhi terjadinya kecelakaan. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, untuk melakukan penyelidikan kecelakaan kerja manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan menggunakan Laporan Kecelakaan Kerja melalui observasi yang dilakukan oleh tim P2K3, K3L, dan pihak Rayon (tergantung Rayon mana yang terjadi kecelakaan) untuk menggali permasalahannya serta melakukan wawancara terhadap pegawai yang mengalami kecelakaan apabila masih memungkinkan, supervisor, dan para saksi kecelakaan. Hasil dari penyelidikan kecelakaan kerja tersebut harus dilaporkan dalam waktu tidak boleh lebih dari 24 jam. Hal tersebut terbukti dari ungkapan Supervisor K3L, yang mengatakan bahwa :

“Kalau untuk investigasi kecelakaan kerja, kami punya yang namanya

Formulir Laporan Kecelakaan Kerja yang di pantau langsung oleh pihak

Wilayah. Di formulir tersebut sudah ada prosedu-proser yang akan diinvestigasi

saat kecelakaan terjadi. Dan untuk pelaporan kecelakaan k erja dilaporkan setiap

(32)

Hal tersebut juga dipertegas oleh Junior Techician K3L, yang mengatakan bahwa :

“Kalau yang sekarang ini jika terjadi kecelakaan, kita dipantau oleh

Wilayah. Jadi Wilayah itu yang menurunkan formulir identifikasi kecelakaan dan

yang turun tangan memang kita. Yang melakukan investigasi itu P2K3, K3L, dan

pihak Rayon (tergantung Rayon mana yang terjadi kecelakaan). Wilayah hanya

memantau dan menurunkan formulir identifikasi dan kita yang melakukan

investigasi-nya misalkan kecelakaan itu terjadi kenapa. Dalam formulir laporan

kecelakaan kerja tersebut banyak hal yang dimuat, seperti data kecelakaan, yaitu

lokasi kejadian kecelakaan, tanggal kejadian kecelakaan, waktu kejadian

kecelakaan, perkiraan penyebab terjadinya kecelakaan, dan kondisi korban. Lalu

memuat tentang data korban, yaitu nama korban, tempat dan tanggal lahir

korban, umur, jenis kelamin korban, status ketenagakerjaan korban. Di formulir

tersebut juga memuat kronologi kejadian kecelakaan, analisis penyebab

langsung, seperti kondisi berbahaya atau unsafe condition yang ditemukan

dimana penyebab kejadian kecelakaan, tindakan berbahaya atau unsafe action

yang dilakukan korban, kemudian ada upaya pencegahan yang sudah dilakukan

manajemen sebelum terjadinya kecelakaan. Di formulir tersebut juga memuat

masalah kerugian perseroan, seperti kerugian akibat kWh tidak tersalur, kerugian

akibat kerusakan asset, kerugian akibat biaya perawatan. Lalu di formulir

tersebut juga mencantumkan rekomendasi perbaikan, serta ada bukti atau

evidence berupa lampiran foto maupun dokumen lainnya dan mencantumkan

(33)

investigasi yang dilaporkan dalam waktu 1 x 24 jam dan kalau bisa secepatnya.

Untuk laporan kecelakaan kerja itu dilaporkan setiap bulan ke K3L. Selama ini

tidak ada terjadi kecelakaan dan semoga tetap tidak ada.”

4.3.5 Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PT. PLN (Persero) Area Medan dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja melakukan evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja secara berkala untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha-usaha keselamatan kerja. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area Medan melakukan evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja terhadap semua hal, termasuk hasil temuan di lapangan dan program keselamatan dan kesehatan kerja. Hasil evaluasi tersebut akan dibawa ke top manajemen melalui pertemuan untuk mendapat masukan apakah perlu diperbaiki atau membutuhkan peningkatan berkelanjutan. Hal tersebut terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang mengatakan bahwa :

“Kalau di kami evaluasi itu namanya Maturity Level. Evaluasi dilakukan

secara bervariasi. Pelaporan kecelakaan kerja dilakukan setiap bulan ke K3L dan

laporan maturity level dilakukan triwulan. Jadi yang sudah kami lakukan selama

tiga bulan lalu kami laporkan dan di-assesment sama pihak Wilayah artinya kami

laporkan untuk dievaluasi dan yang mengevaluasi ialah Wilayah. Sebelum kami

laporkan kami juga sudah mengevaluasi makanya setelah kami yakin itu telah

terlaksana dan benar baru dijadikan laporan ini. Implementasi evaluasi K3 ini

(34)

Berdasarkan hasil wawancara, Junior Techician K3L mengatakan bahwa : “Semua akan dievaluasi, termasuk hasil temuan di lapangan dan juga

program-program keselamatan dan kesehatan kerja. Maturity level itu triwulan

diadakan. Yang mengevaluasi ialah Wilayah . Hal yang dievaluasi apa-apa saja

yang kurang kemudian diberi tahu ke kita, misalkan sosialisasi kurang jadi kita

bisa melengkapi. Jadi self assesment maturity ini sesuai dengan formulir

Kuesioner Maturity Level K2/K3 dan Keamanan lalu Wilayah yang memberi

nilai-nilainya per item. Untuk pemberian bobot itu dari Pusat dan diturunkan ke

Wilayah jadi pihak Area tidak tahu. Kalau terjadi kecelakaan di maturity level

akan terjadi pengurangan point. Setiap triwulan ada penilaian jadi kalau terjadi

kecelakaan akan terjadi pengurangan point sebesar 10 dari 100 point. Laporan

kecelakaan ini ke Wilayah melalui temusan Manajer Area. Jadi, kalau terjadi

kecelakaan dan sudah diinvestigasi kecelakaan dan rangkaiannya di wilayah

kerja mana dan sudah dibuat dalam laporan dan dikirim ke Wilayah. Kemudian

Wilayah mempertimbangkan untuk point. Jadi disitulah Wilayah

mempertimbangkan untuk point maturity level-nya. Jadi selesai di-maturity

dirundingkan Wilayah selanjutnya diturunkan lagi ke Area. Setelah itu akan

diadakan rapat di Wilayah yang dihadiri oleh Area, tapi tergantung juga k alau

mau buat di Area juga bisa. Di rapat ini sekalian membahas tentang program

selanjutnya.”

(35)

1. Tindakan Perbaikan dan Peningkatan Kinerja K3 Dari hasil wawancara Supervisor mengatakan bahwa :

“Tindakan perbaikan dari evaluasi ialah semua hasil temuan di lapangan

untuk dilengkapi, seperti kegiatan yang belum dilaksanakan maka akan

dilaksanakan untuk diwaktu berikutnya. Kalau untuk maturity level ini, kami

punya panduan berupa Kuesioner Maturity Level K2/K3 dan Keamanan dan di

form tersebut sudah tercantum aspek-aspek yang akan dievaluasi.”

Berdasarkan hasil wawancara, Junior Techician K3L menungkapkan bahwa :

“Tindakan perbaikan dari evaluasi ialah semua hasil temuan di lapangan

untuk dilengkapi dan mencari evidennya untuk nge-close-kan yang kurang.

Formulirnya itu dari Wilayah ke Area. Jadi di rapat maturity level ini kita juga

bahas apa-apa saja yang sudah dikerjakan selanjutnya mengevaluasi apa yang

sudah dilaksanakan dan memberi solusi untuk meng-close-kan yang kurang.

Misalnya sosialisasi kurang, bisa saja di-close-kan dengan membuat sosialisasi

besoknya dan hanya sampai di bagian manajemen saja dan tidak diturunkan ke

(36)

accident)

5.1.1 Komitmen Perusahaan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa PT. PLN (Persero) Area Medan telah memiliki komitmen perusahaan yang diatur dalam Manual Kebijakan SMK3 perusahaan yakni PT. PLN (Persero) Area Medan mempunyai komitmen meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja ke tingkat yang paling tinggi melalui proses perbaikan yang terus menerus dan secara sistematik melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Hasil penelitian tersebut telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa komitmen perusahaan dan usaha-usaha keselamatan kerja yang komprehensif sebaiknya dikoordinasikan dari tingkat manajemen paling tinggi untuk melibatkan seluruh pegawai perusahaan. Usaha ini juga sebaiknya dicerminkan melalui tindakan-tindakan manajerial (Mathis dan Jackson, 2003). Ada tiga pendekatan terhadap manajemen keselamatan kerja yang efektif yaitu pendekatan organisasi, pendekatan teknis, dan pendekatan individual.

(37)

sehingga harus dilaksanakan oleh semua orang yang berada di lingkungan perusahaan baik dari tingkat pegawai sampai manajemen. Berdasarkan hasil penelitian tersebut juga telah sesuai dengan teori, pihak manajemen menunjukan komitmennya dalam keselamatan dan kesehatan kerja dengan memenuhi ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku dalam perusahaan (Ramli, 2013) dengan mewajibkan JSA (Job Safety Analysis) dan Work Permit pada seluruh pegawai dalam melakukan pekerjaan. Hal ini mendukung sistem manajemen keselamatan dalam upaya mengendalikan proses penanganan SDM (Sumber Daya Manusia), perangkat keras (sarana dan teknologi terkait), dan perangkat lunak (prosedur dan tata kerja) dalam suatu sistem yang terintegrasi sebagai bagian dari proses pengendalian manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan kehandalan sistem operasi sehingga tidak terjadi insiden besar yang sangat merugikan perusahaan.

Hal ini juga telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dalam menunjukan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja diwujudkan dengan menetapkan personel yang memiliki tanggung jawab, wewenang, dan kewajiban yang jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja; merencanakan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi; dan juga melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (Ramli, 2013).

(38)

seperti kebelangsungan organisasi K3, pelatihan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam mewujudkan kompetensi kerja, dan juga pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evaluasi, peralatan pengendalian, dan peralatan pelindung diri berserta anggaran dananya. Hal ini termuat di dalam Work Plan dan pihak manajemen juga bertanggung jawab dalam menyediakan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja serta pemeliharaannya untuk menunjang setiap proses kerja yang dimuat ke dalam Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inspeksi. Selain itu, Manual Kebijakan SMK3 yang dijadikan sebagai panduan standar bagi pelaksanaan kegiatan kerja dan mengevaluasi kinerja pegawai sehingga mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa perusahaan menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas, dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (Siswanto, 2003). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel komitmen perusahaan merupakan salah satu variabel yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan (zero accident).

5.1.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(39)

kerja. Dukungan terhadap perlunya perilaku kerja yang aman dan memberikan umpan balik terhadap praktik-praktik keselamatan kerja yang positif, juga sangat penting dalam meningkatkan keselamatan para pekerja (Mathis dan Jackson, 2003).

Berdasarkan hasil temuan di lapangan, dalam penyusunan kebijakan hanya dilakukan oleh top manajemen, sedangkan pegawai hanya sebagai pelaksana. Hal ini terjadi kesenjangan antara hasil temuan lapangan dengan teori yang menyatakan bahwa pengembangan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja harus melibatkan semua pihak termasuk pegawai. Hal tersebut dimaksudkan agar kebijakan ini mendapat dukungan dari semua pihak (Ramli, 2013). Akan tetapi dalam pengembangan dan penyusunan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja tersebut, manajemen telah melakukan proses konsultasi dengan pengurus dan wakil pekerja seperti komite keselamatan dan kesehatan kerja atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).

(40)

sistematik yang dilakukan melalui pengukuran dan pemantauan kinerja. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suatu kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik diisyaratkan memenuhi kriteria yaitu sesuai dengan sifat dan skala risiko keselamatan dan kesehatan kerja organisasi, mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan (Ramli, 2013).

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dijalankan PT. PLN (Persero) Area Medan juga telah memenuhi peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku, dimana organisasi dan peraturan untuk pelaksanaan kebijakan ini termuat dalam dokumen Manual Kebijakan SMK3. Di samping itu, pernyataan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara tertulis dan bertanggal yang ditandatangani/disahkan oleh Manager PT. PLN (Persero) Medan, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kebijakan keselamatan harus dibuat tertulis, ditandatangani oleh pimpinan tertinggi perusahaan (Hadipoetro, 2014).

(41)

dengan teori yang menyatakan pengembangan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja harus mempertimbangkan faktor peraturan dan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku yang didasarkan pada berbagai standar dan ketentuan perundangan terkait dengan kegiatan bisnis (Ramli, 2013).

Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. PLN (Persero) Area Medan juga selalu disempurnakan menurut periodenya, sehingga selalu dilakukan tinjauan ulang secara berkala yaitu minimial setiap satu tahun agar sesuai dengan perkembangan perusahaan melalui rapat P2K3 yang diadakan rutin setiap triwulan pada akhir bulan. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau ulang secara berkala (Ramli, 2013). Dari hasil penelitian pada variabel kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan di perusaaan.

5.1.3 Komunikasi dan Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 5.1.3.1 Komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(42)

K3L, supervisor, dan P2K3 yang membahas tentang rancangan Work Plan pada semester berikutnya serta mengevaluasi program keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan Kuesioner Maturity Level K2/K3 dan Keamanan.

Dalam proses safety meeting, kegiatan yang sudah perusahaan lakukan selama triwulan kemudian dilaporkan dan di-assesment atau diniai untuk dievaluasi oleh pihak PT. PLN (Persero) Wilayah. Hal yang dievaluasi item-item yang kurang atau belum dijalankan kemudian diberi tahu oleh pihak Wilayah ke Area, selanjutnya Area melengkapi dan hanya sampai di bagian manajemen saja tidak diturunkan ke seluruh pegawai; briefing dilakukan selama 15-20 menit sebelum memulai pekerjaan setiap hari dan yang memberikan briefing ialah supervisor yang sudah memiliki sertifikasi K3 kelistrikan; dan safety induction yaitu pembinaan mengenai area dan kegiatan proses produksi yang diberikan kepada semua tamu atau pengunjung, pegawai serta mitra bisnis untuk meningkatkan kesadaran dan memastikan kepatuhan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja seperti pemakaian kartu tanda pengenal di perusahaan, pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) seperti helm dan rompi.

(43)

keamanan pada masyarakat umum, sekolah, dan instansi pemerintah yang rutin dilakukan rutin setiap tahun.

Selain itu, pihak manajemen juga telah memasang rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja di seluruh tempat kerja pada lokasi yang strategis yaitu di daerah yang dekat dengan bahaya dan yang dilalui orang banyak. Rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja ini berfungsi sebagai tanda peringatan terhadap suatu bahaya serta memberi arahan dan petunjuk suatu lokasi dan prosedur keadaan darurat di perusahaan. Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa komunikasi dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan untuk menekankan pentingnya praktik kerja yang aman (Mathis dan Jackson, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa PT. PLN (Persero) Area Medan telah menerapkan berbagai jenis komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan untuk menyampaikan informasi-informasi keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh unsur dalam organisasi, baik internal maupun eksternal (Ramli, 2013). Dari data yang diperoleh, menunjukkan bahwa komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang memengaruhi dalam pencapaian nihil kecelakaan di perusahaan.

5.1.3.2 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(44)

K3. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja mampu menurunkan risiko terjadinya kecelakaan kerja (Samith dan Sonesh, 2011).

Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja PT. PLN (Persero) Area Medan tidak terlepas dari campur tangan Pemerintah dan Departemen Tenaga Kerja. Pelatihan yang dilakukan ialah pelatihan eksternal dan internal. Pelatihan yang dilakukan, diadakan selama seminggu dengan rangkaian kegitan workshop dan simulasi. Sertifikat pelatihan ekternal dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pelatihan internal yaitu diklat (pendidikan dan latihan) dan pelatihan ini wajib bagi seluruh pegawai, baik pegawai lama maupun baru, sertifikatnya dari Jendral Manajer Diklat dengan rangkaian kegiatan pemberian materi untuk pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja kemudian post test selanjutnya ialah simulasi. Selain itu, pihak manajemen juga telah menerapkan simulasi untuk keadaan emergency yakni kebakaran dan PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) yang diadakan satu semester sekali dan wajib bagi seluruh pegawai yang sertifikatnya dari PMI (Palang Merah Indonesia). Berdasarkan hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pelaksanaan program pelatihan keselamatan di perusahaan, dalam pelatihan keselamatan harus memasukan PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) serta pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja juga mencakup informasi mengenai tindakan keadaan darurat (Hadipoetro, 2014).

(45)

kecelakaan yang bertujuan untuk meningkatkan Knowledge, Skill, dan Attitute (KSA). Untuk menjamin kualitas, manajemen perusahaan perlu meninjau materi pelatihan maupun kompetensi dalam menyediakan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang berupa sifat bahaya, skala kegiatan, dan kondisi pekerjaan pada masing- masing perusahaan.

5.1.4 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Penyelidikan Kecelakaan

5.1.4.1 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa PT. PLN (Persero) Area Medan telah melakukan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja secara formal atau berkala dan informal atau mendadak pada area kerja. Dalam pelaksanaannya, secara internal manajemen melibatkan semua unsur dalam perusahaan yaitu mulai dari pegawai sampai dengan top manajemen. Inspeksi instalasi ketenagalistrikan dan keamanan berkala yang dilakukan rutin setiap awal bulan di seluruh unit kerja dan inspeksi instalasi ketenagalistrikan dan keamanan mendadak (sidak) dilakukan secara tidak terjadwal di seluruh unit kerja yang dilakukan oleh tim yang terdiri atas Manajer, Supervisor K3L atau staf K3L, Supervisor Pemeliharaan, Supervisor Operasi Distribusi ataupun pegawai yang sudah memiliki sertifikasi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa waktu pelaksanaan inspeksi dilaksanakan ialah inspeksi informal atau tidak direncanakan dan inspeksi formal atau direncanakan (Hadipoetro, 2014).

(46)

Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inpeksi, dimana pelaksanaan inspeksi tersebut tidak hanya mencakup area kantor, tetapi juga area kerja lapangan. Inspeksi yang dilakukan oleh pihak manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan, yaitu untuk memastikan bahwa di area tempat kerja baik kantor maupun lapangan sudah benar-benar menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan inspeksi harus disesuaikan dengan keadaan khusus operasi dengan lingkup kegiatan yakni mengidentifikasi potensi permasalahan, mengidentifikasi peralatan yang tidak baik serta mengidentifikasi tindakan pekerja yang tidak aman (Ramli, 2013).

Kegiatan inspeksi bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja, mengevaluasi tingkat risiko terhadap tenaga kerja serta mengendalikan sampai tingkat yang aman bagi keselamatan dan kesehatan kerja. Inspeksi tempat kerja tidak ditujukan untuk mencari kesalahan orang, melainkan untuk menemukan dan menentukan lokasi bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Hadipoetro, 2014). Dari hasil penelitian, inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pencapaian kecelakaan di perusahaan.

5.1.4.2 Penyelidikan Kecelakaan

(47)

Kecelakaan Kerja yang diturunkan dari Wilayah kepada Area dan dilakukan oleh tim investigasi yaitu P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja), K3L, dan pihak Rayon (tergantung Rayon mana yang terjadi kecelakaan) yang dipantau oleh Wilayah. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja mensyaratkan perusahaan memiliki prosedur mengenai penyelidikan kecelakaan berkaitan dengan tata cara, petugas yang berwenang, tim investigasi, teknik investigasi, sistem pelaporan, dan tindak lanjut hasil investigasi (Ramli, 2013).

Adapun item-item yang termuat dalam formulir Laporan Kecelakaan Kerja antara lain data kecelakaan, yaitu lokasi kejadian kecelakaan, tanggal kejadian kecelakaan, waktu kejadian kecelakaan, perkiraan penyebab terjadinya kecelakaan, dan kondisi korban. Lalu memuat tentang data korban, yaitu nama korban, tempat dan tanggal lahir korban, umur, jenis kelamin korban, status ketenagakerjaan korban. Di formulir tersebut juga memuat kronologi kejadian kecelakaan, analisis penyebab langsung, seperti kondisi berbahaya atau unsafe condition yang ditemukan dimana penyebab kejadian kecelakaan, tindakan

(48)

berita acara investigasi. Berdasarkan data yang diperoleh, hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa dalam melaksanakan penyelidikan terhadap kecelakaan kerja, tahapan kegiatan penyelidikan yang harus dilakukan meliputi: perencanaan penyelidikan, penetapan petugas atau tim penyidik, pelaksanaan penyelidikan, analisis penyebab kecelakaan, dan penyusunan laporan penyelidikan (Hadipoetro, 2014).

Dalam pelaporan kecelakaan kerja, perusahaan melaporkan hasil penyelidikan kecelakaan secepat mungkin dan tidak lebih dari waktu 1 x 24 jam. Hal tersebut sesuai teori yang menyatakan bahwa penyelidikan kecelakaan sebaiknya dilakukan secepat mungkin setelah kejadian. Namun, pelaksanaannya sangat bergantung pada kondisi setempat, sifat kecelakaan, skala kecelakaan, dan kerugian yang ditimbulkan. Untuk kecelakaan ringan dan skala kerugian terbatas, penyelidikan mungkin dapat dilakukan dengan segera oleh pengawas atau petugas setempat. Untuk kecelakaan besar yang memiliki dampak luas, penyelidikan perlu dilakukan oleh tim khusus baik dari dalam maupun luar perusahaan, seperti instansi pemerintah atau kepolisian (Ramli, 2013). Dari hasil temuan lapangan, penyelidikan kecelakaan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi dalam pencapaian nihil kecelakaan di perusahaan.

5.1.5 Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(49)

evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja akan dibawa ke top manajemen selanjutnya akan dikirim ke Wilayah melalui pertemuan untuk mendapat masukan dan penilaian kemudian dikomunikasikan kembali kepada pihak Area yaitu PT. PLN (Persero) Area Medan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus serta melakukan peningkatan berkelanjutan. Tetapi, pihak manajemen tidak mengkomunikasikan hasil evaluasi ke pegawai, hanya sampai pada manajemen. Hal tersebut terjadi kesenjangan antara hasil temuan di lapangan dengan teori yang menyatakan bahwa evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan oleh manajemen serta dikomunikasikan dan dikonsultasikan kepada semua pihak yang terlibat termasuk pegawai.

(50)

Referensi

Dokumen terkait

Port Knocking merupakan suatu sistem keamanan yang bertujuan untuk membuka atau menggunakan firewall pada perangkat jaringan menutup akses block ke port tertentu

Salah satu tanaman hutan yang sangat penting untuk dikembangkan dan dibudidayakan adalah kemenyan Sumatra, karena mempunyai nilai ekonomi tinggi, yaitu tumbuhan yang penghasil

PowerPoint oleh guru di SMP Negeri 2 Batuwarno dalam proses pembelajaran disesuaikan dengan lima prinsip dari duabelas prinsip pembelajaran multimedia milik Mayer, yaitu

Dalam kegiatan pembelajaran harus memungkinkan semua siswa dapat terlibat dalam berbagai bentuk kegiatan belajar, guru harus menjamin bahwa semua siswa secara

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan gabungan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang berusaha untuk

Masa bekerja juga dapat mempengaruhi penerimaan diri dalam menghadapi pensiun karena selama subyek bekerja dari awal karirnya hingga purnatugas atau masa pensiun datang jika mereka

“ saya senang tinggal didesaku, desaku banyak teman-temanku yang baik-baik semuanya, saya dan teman-teman gemar belajar kelompok, saya suka tinggal didesa fatubaa, karena orang tua

dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematika yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournaments) lebih baik daripada