BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode wawancara dan telaah dokumen untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan (zero accident) di PT. PLN (Persero) Area Medan Tahun 2017.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di PT. PLN (Persero) Area Medan Jalan Listrik No. 8 Medan yakni pada divisi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L). PT. PLN (Persero) Area Medan meliputi 9 rayon, yaitu rayon Medan Johor, rayon Medan Selatan, rayon Medan Baru, rayon Medan Kota, rayon Sunggal, rayon Belawan, rayon Helvetia, rayon Labuhan, dan rayon Medan Timur.
3.2.2 Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai dari Januari 2017 sampai dengan Mei 2017.
3.3. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2013) dalam penelitian kualitatif, instrumen utama adalah peneliti sendiri. Namun, dalam pelaksanaannya untuk memudahkan pengumpulan data, peneliti membutuhkan alat bantu. Alat bantu yang digunakan dalam peneitian kualitatif ini yaitu :
1. Pedoman wawancara
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini besifat semiterstruktur (semistructure interview) untuk mengingat peneliti mengenai aspek-aspek yang akan dibicarakan dan menjadi daftar pengecekan (check list) tentang aspek yang telah dan belum dibicarakan. Pada pelaksanaannya, pedoman wawancara ini digunakan lebih bebas. Tidak tertutup kemungkinan bagi peneliti untuk menanyakan hal-hal di luar pedoman wawancara agar data yang dihasikan lebih lengkap dan bervariasi.
2. Alat Perekam
3.4 Pemilihan Informan
Dalam penelitian ini, pemilihan informan menggunakan teknik nonprobability sampling secara purposive, ialah teknik pengambilan sampel atau penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu yakni dikarenakan peneliti membuat kriteria tertentu siapa yang akan dijadikan informan. Informan yang diambil dalam penelitian ini adalah pihak yang berkaitan dengan dengan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja sehingga tercapai nihil kecelakaan (zero accident), yaitu : Divisi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) yang berjumlah dua orang, yang terdiri atas satu orang supervisor divisi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) dan satu orang junior techician divisi Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L) karena lebih mengetahui dan bertanggung jawab dalam hal melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan keselamatan kesehatan kerja pada tenaga kerja supaya lingkungan kerja tetap aman dan selamat.
3.5 Metode Pengumpulan Data 3.5.1 Data Primer
Data primer diperoleh dari informan dengan menggunakan pedoman wawancara kepada pihak terkait.
3.5.2 Data Sekunder
diperoleh dari studi literatur mengenai peraturan atau standar yang berhubungan dengan pencapaian nihil kecelakaan (zero accident).
3.6 Definisi Istilah
Untuk memberikan arahan dalam penelitian ini, maka diberikan penjelasan makna atau definisi istilah, sebagai berikut :
1. Komitmen adalah niat atau tekad untuk melaksanakan sesuatu untuk mencapai tujuan yang tercermin dalam sikap dan tindakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ialah memuat kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat umum dan operasional.
3. Komunikasi dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu kegiatan penyampaian informasi-informasi keselamatan dan kesehatan kerja kepada semua pekerja untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap pekerja.
4. Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja dan penyelidikan kecelakaan adalah kegiatan pemeriksaan secara umum terhadap unit operasi dan menemukan faktor penyebab kecelakaan sehingga kejadian serupa dapat dicegah dan tidak terulang kembali di kemudian hari.
6. Nihil kecelakaan yaitu tidak terjadinya kecelakaan yang mengakibatkan kehilangan hari kerja kurang dari 48 jam.
3.7Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisis tematik dan analisis isi. Analisis tematik digunakan untuk mengidentifikasi tema-tema yang terpola dari hasil wawancara yang telah diperoleh. Analisis ini dikodekan secara induktif yaitu dimulai dengan observasi khusus yang akan memunculkan tema, kategori, dan pola hubungan diantara kategori-kategori tersebut.
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Sejarah keberadaan PT. PLN (Persero) Wilayah Indonesia yaitu pada tahun 1893 dan di Wilayah Sumatera Utara pada tahun 1923, yakni ketika perusahaan swasta belanda bernama NV NIGEM/OGEM (Overzeese Gase dan Electritiest Maathappy) membangun sentral listrik di tanah pertapakan yang saat ini menjadi lokasi kantor PLN Cabang Medan di Jl. Listrik No. 8 Medan. Kemudian menyusul pembangunan kelistrikan di Tanjung Pura dan Pangkalan Brandan pada tahun 1924,
Tebing Tinggi tahun 1927, Sibolga (oleh NV ANIWM) Berastagi dan Tarutung tahun 1929, Tanjung Balai tahun 1931, Labuhan Bilik tahun 1936, dan Tanjung Tiram pada tahun 1937.
4.1.2 Visi, Misi, dan Motto PT. PLN (Persero) Area Medan 4.1.2.1 Visi PT. PLN (Persero) Area Medan
PT. PLN (Persero) Area Medan kelas dunia yang bertumbuh kembang yang unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani yang dilandasi dengan tata nilai integritas, peduli, pembelajar, dan saling percaya.
4.1.2.2 Misi PT. PLN (Persero) Area Medan
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. 4. Menjalankan kegiatan yang berwawasan lingkungan.
4.1.2.3 Motto PT. PLN (Persero) Area Medan
PT. PLN (Persero) Area Medan memiliki motto “Listrik Untuk Kehidupan yang Lebih Baik”. Dengan motto tersebut PT. PLN (Persero) Area
Medan berharap akan mencapai kesuksesan dalam pelayanan dan pembangunan ketenagalistrikan.
4.1.3 Proses Produksi Perusahaan
Gardu Induk (GI) dengan tenaga listrik yang dihasilkan oleh pembangkit tenaga listrik akan disalurkan melalui saluran transmisi. Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan menjadi 20 kV dengan transformator penurun tegangan pada GI distribusi, selanjutnya dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan oleh saluran distribusi primer. Sistem distribusi primer digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dari GI distribusi ke pusat-pusat beban. Sistem ini dapat menggunakan saluran udara, kabel udara, maupun kabel tanah sesuai dengan tingkat keandalan yang diinginkan dan kondisi serta situasi lingkungan. Saluran distribusi ini direntangkan sepanjang daerah yang akan di suplai tenaga listrik sampai ke pusat beban.
untuk menyalurkan tenaga listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen. Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak digunakan ialah sistem radial. Sistem ini dapat menggunakan kabel, sistem ini biasanya disebut sistem tegangan rendah yang langsung akan dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
4.2 Keterbatasan Penelitian
4.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pencapaian Nihil Kecelakaan (zero accident)
Pencapaian nihil kecelakaan (zero accident) merupakan prestasi kerja di bidang keselamatan dan kesehatan kerja. Pemerintah akan memberikan penghargaan nihil kecelakaan kerja dalam bentuk piagam dan bendera emas kepada perusahaan yang berhasil mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja yang dapat mengakibatkan pekerja sementara tidak mampu bekerja (STMB) selama 2 x 24 jam dan atau menyebabkan terhentinya proses dan atau rusaknya peralatan tanpa korban jiwa dimana kehilangan waktu kerja tidak melebihi shift berikutnya pada kurun tertentu dan jumlah jam kerja orang tertentu.
4.3.1 Komitmen Perusahaan
Inti manajemen keselamatan kerja adalah komitmen perusahaan dan usaha-usaha keselamatan kerja yang komprehensif. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area Medan telah memiliki komitmen manajemen yang diatur dalam Manual Kebijakan SMK3 perusahaan, dalam pelaksanaannya sudah mencakup kerja sama yang tidak bisa dipisahkan antara manajemen, pekerja, dan orang lain yang berada di lingkungan kerja serta adanya pendekatan.
Hal tersebut dapat terlihat dari komitmen PT. PLN (Persero) Area Medan yang diungkapkan oleh Supervisor K3L, yaitu :
“PT. PLN (Persero) Area Medan mempunyai komitmen meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja ke tingkat yang paling tinggi melalui
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Pendekatannya
juga ada seperti pendekatan organisasi. Di pendekatan organisasi ini namanya
kebijakan K3 dan sudah tertera di komitmen perusahaan dan memiliki komite K3
untuk membahas dan mengkaji tentang masalah-masalah K3-nya. Lalu ada yang
namanya pendekatan teknis seperti APD, dan ini merupakan pengendalian yang
terakhir setelah substitusi dan engineering seperti fuce cut out pada pekerja
PDKB. Pendekatan untuk individunya juga ada lebih ke komunikasinya dan
pelatihannya.”
Hal tersebut juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan bahwa untuk meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja ke tingkat yang paling tinggi dengan adanya proses perbaikan secara berkelanjutan dan sistematik, yang telah dilakukan oleh perusahaan untuk menerapkan komitmen perusahaan, ialah :
“Kalau untuk keselamatan dan kesehatan kerjanya dalam bekerja itu
biasanya kita ada namanya harus melengkapi formulir JSA (Job Safety Analysis),
hal yang harus diisi seperti area, lokasi, tanggal, kondisi peralatan, nama
pekerjaan, tahapan pekerjaan, potensi bahaya, dan pengendaliannya juga ada;
terus ada work permit, work permit itu ada check list. Jadi sebelum pegawai
melakukan pekerjaan pegawai harus melakukan izin kerja (work permit) di situ
ada job describtion bahwa penggunaan APD dan lainnya. Di situ jika memang
work permit-nya jalan biasanya otomatis di lapangan seperti itu. Kalau untuk
Rayon banyak dari sisi tekniknya, seperti JSA PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan
Pemeliharaan. JSA dan work permitt-nya langsung dari pusat (Jakarta). Kalau
JSA PDKB itu namanya komitte PDKB dan ini termasuk pendekatan organisasi
dan individu.”
1. Anggaran Khusus Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, untuk anggaran K3 di PT. PLN (Persero) Area Medan telah disediakan khusus oleh pihak manajemen dan digunakan secara terinci sesuai dengan panduan Work Plan yang telah dibuat. Hal tersebut dapat terbukti dari ungkapan Supervisor K3L, yaitu :
“Kalau untuk anggaran dana keselamatan dan kesehatan kerja itu sudah
ditentukan di Work Plan. Jadi, kita ada yang namanya Work Plan yang berisi
tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan melalui rapat P2K3. Jadi
semua kegiatan dan dananya sudah termuat di dalam Work Plan.”
Hal ini juga terbukti dari ungkapan Junior Techician K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang mengatakan bahwa :
“Untuk anggaran dana keselamatan dan kesehatan kerja biasanya kita ada
work plan lalu diusulkan dananya ke Wilayah kemudian ke Pusat (Jakarta).Work
plan itu adalah pekerjaan yang akan dilakukan untuk semester selanjutnya. Jadi
kita sudah dapat gambaran dari tahun sebelumnya bahwasanya untuk tahun
berikutnya pekerjaan apa-apa saja yang akan dibuat, jadi kita sudah tahu.
Pembuatan work plan itu melalui rapat P2K3 yang membahas apa saja item yang
perlu ditambah. Rapat P2K3 diadakan secara terjadwal setiap triwulan atau satu
semester dua kali, yaitu pada akhir bulan. Hal yang tertera dalam work plan
(Rencana Kerja Anggaran Perusahaan); sosialisasi bahaya listrik dan
penggunaan energi listrik ke Sekolah Dasar; melaksanakan Diklat (pendidikan
dan latihan) K2K3 untuk pengawas dan pelaksana bagi pegawai di Unit;
melaksanakan sosialisasi K2K3 kepada seluruh pegawai, calon pegawai, dan
mitra kerja; melaksanakan safety briefing setiap memulai pekerjaan;
melaksanakan lock out tag out, serta memasang rambu-rambu peringatan bahaya
termasuk membuat papan monitoring progress pekerjaan; memasukan klausal
safety pada dokumen pengadaan barang dan jasa, dan memberikan penjelasan
kepada vendor (mitra kerja). Jadi semua itu sudah ditentukan dananya.”
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area Medan memiliki Work Plan dan Manual Kebijakan SMK3, dalam mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara menyeluruh.
PT. PLN (Persero) Area Medan menunjukkan komitmennya terhadap K3 yang tertuang dalam Manual Kebijakan SMK3 yang diwujudkan sebagai berikut : 1. Menempatkan organisasi K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan
di PT. PLN (Persero) Area Medan.
2. Menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas, dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang K3.
3. Menetapkan personel yang mempunyai tanggung jawab, wewenang, dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3.
4. Membuat perencanaan K3 yang terkoordinasi.
6. Setiap pimpinan dalam PT. PLN (Persero) Area Medan harus menunjukkan komitmennya terhadap K3 sehingga SMK3 berhasil diterapkan dan dikembangkan.
7. Setiap pekerja/buruh dan orang lain yang berada ditempat kerja harus berperan serta dalam menjaga dan mengendalikan pelaksanaan K3.
PT. PLN (Persero) Area Medan harus mengalokasikan anggaran untuk pelaksanaan K3 secara menyeluruh, antara lain :
1. Keberlangsungan organisasi K3.
2. Pelatihan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam mewujudkan kompetensi kerja.
3. Pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evaluasi, peralatan pengendalian, dan peralatan pelindung diri.
2. Fasilitas K3 dan pemeliharaannya
Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, untuk fasilitas kerja di PT. PLN (Persero) Area Medan, pihak manajemen telah menyediakan fasilitas K3 untuk pegawai dan melakukan pemeliharaan untuk mengontrol fasilitas tersebut dan sudah memenuhi standar keselamatan dan kesehatan kerja. Hal tersebut dapat terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang mengatakan :
“Fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja itu memang itu tanggung jawab
perusahaan untuk ke pegawainya. Jadi, banyak fasilitas yang memang
mendukung untuk pegawai kita seperti kita menyediakan sistem proteksi
Ringan) dan di seluruh Unit Rayon; alat pelindung diri seperti helm safety, safety
belt, sepatu tahan tegangan, pakaian kerja lapangan, safety glasses, sarung
tangan; kotak P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan); rambu-rambu K3
seperti papan informasi K3 yang menandakan adanya tegangan, material rusak,
jalur evakuasi, alat pemadam api, dan sebagainya yang tersebar di tempat kerja;
serta pemasangan kunci pengaman pada instalasi ketenagalistrikan yang
berpotensi bahaya dan sudah terpelihara melalui Formulir Laporan Inspeksi dan
Formulir Check List Inspeksi yang dilakukan secara terjadwal di awal bulan. Alat
yang sudah rusak di simpan di gudang dan alat yang masih bisa kita perbaiki,
kita akan perbaiki di bengkel Medan Baru.”
Berdasarkan hasil wawancara, Junior Techician K3L juga mengatakan bahwa:
“Untuk fasilitas K3 sudah disediakan oleh perusahaan dan terpelihara
melalui Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inspeksi yaitu APD
seperti helm safety, sabuk pengaman, sepatu tahan tegangan, kotak P3K yang
disediakan dalam ruang penyimpanan, APAR yang terletak pada tempat yang
mudah terlihat atau tercapai dan APAR ini telah diperiksa dengan pengisian
setiap bulan. Jadi, kami punya namanya Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir
Check List Inspeksi untuk memonitor penerapan K3, dalam formulir tersebut ada
pertanyaan per item baik dari area kantor sampai dengan lapangan. Adapun
untuk pengkalibrasian alat yang ada di PT. PLN (Persero) Area Medan dilakukan
oleh Puslitbang (Pusat Penelitian dan Pengembangan) di Jakarta setiap enam
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area Medan memiliki Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inspeksi, dalam pelaksanaan inspeksi tersebut tidak hanya mencakup area kantor, tetapi juga area kerja lapangan.
4.3.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja PT. PLN (Persero) Area Medan ditetapkan secara jelas yang menyatakan tujuan-tujuan keselamatan dan kesehatan kerja dan komitmen PT. PLN (Persero) Area Medan dalam meningkatkan kinerja pegawai. PT. PLN (Persero) Area Medan menetapkan kebijakan K3 dalam Manual Kebijakan SMK3, sebagai berikut :
1. Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat.
PT. PLN (Persero) Area Medan selalu bertindak untuk mencegah dan mengendalikan atau menghilangkan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara menghilangkan atau meminimalkan faktor-faktor yang berbahaya dan berisiko tinggi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja di dalam lingkungan kerja.
2. Mematuhi peraturan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
PT. PLN (Persero) Area Medan akan mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku mengenai keselamatan dan kesehatan kerja.
1. Keterlibatan pegawai dalam pembuatan Kebijakan K3
Berdasarkan hasil wawancara, dalam hal keterlibatan pegawai untuk menyusun kebijakan, Supervisor K3L menyatakan bahwa :
“Dalam menyusun kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja memang
itu wewenang top manajemen, tetapi dari top manajemen diturunkan ke pegawai,
kita hanya menjalankan saja. Semua itu ada di dalam dokumen Manual
Kebijakan SMK3 perusahaan.”
Berdasarkan data sekunder, penyusunan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja PT. PLN (Persero) Area Medan, dilakukan melalui :
1. Tinjauan Awal Kondisi K3
a. Melakukan identifikasi potensi bahaya, penilaian, dan pengendalian risiko.
b. Perbandingan penerapan K3 dengan PT. PLN (Persero) Area Medan dan sektor lain yang lebih baik.
c. Peninjauan sebab akibat kejadian yang membahayakan.
d. Kompensasi dan gangguan serta hasil penilaian sebelumnya yang berkaitan dengan keselamatan.
e. Penilaian efisiensi dan efektivitas sumberdaya yang disediakan. 2. Memperhatikan peningkatan kinerja manajemen K3 secara terus menerus. 3. Proses konsultasi antara manajemen dengan wakil pekerja (P2K3).
PT. PLN (Persero) Area Medan dalam meningkatkan kinerja K3. PT. PLN (Persero) Area Medan menetapkan Kebijakan K3 sebagai berikut :
1. Pernyataan kebijakan K3 secara tertulis dan bertanggal yang ditanda tangani/disahkan oleh Manajer PT. PLN (Persero) Medan.
2. Secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3.
3. Dijelaskan dan disebarluaskan kepada seluruh pekerja, tamu, kontraktor, pemasok, dan pelanggan.
4. Terdokumentasi dan terpelihara dengan baik. 5. Bersifat dinamik.
6. Ditinjau ulang minimal secara berkala melalui rapat P2K3 untuk menjamin bahwa kebijakan tersebut masih sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam PT. PLN (Persero) Area Medan dan peraturan perundang-undangan.
Hal ini juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan bahwa :
“Pegawai hanya menjalankan saja, perubahan kebijakan keselamatan dan
kesehatan kerja harus dikaji ulang minimal setiap satu tahun dan ditandatangani
oleh Manajer Area sebagai persetujuan untuk penerbitan. Tinjauan itu biasanya
kalau mau ada perubahan di kebijakannya. Sejauh ini belum ada pergantian
kebijakan. Kebijakan K3 didokumentasikan di Manual SMK3.”
2. Implementasi Kebijakan K3 dan Sanksi
kebijakan K3. Hal ini dapat terlihat dari ungkapan Supervisor K3L yang mengatakan bahwa :
“Kalau di lapangan itu kita juga ada pihak vendor (pihak ketiga). Kalau
di lapangan itu untuk penerapan APD-nya kami harus bisa aktif, harus
sering-sering ingatkan karena terkadang petugas vendor (pihak ketiga) itu malas pakai
APD, karena terkadang petugasnya itu belum merasa APD itu adalah hal yang
penting. Jadi kita akan berikan sanksi berupa teguran yang ditujukan kepada
pengawasnya. Jadi sanksi itu ada tiga tahap, yang pertama teguran kepada
pengawasnya melalui pemberian surat, teguran kedua yaitu orangnya harus
sudah dipanggil dan jika masih melakukan pelanggaran, sanksi selanjutnya ialah
pemutusan kontrak. Tapi sejauh ini hanya sampai teguran pertama saja. Biasanya
vendor ini diberi peringatan pertama (teguran) karena tidak kompeten seperti
penggunaan APD tadi padahal di surat perjanjian kontrak sudah tertera
bahwasanya pekerja harus memiliki kompetensi. Kalau untuk pegawai PLN
(Persero) Area Medan seperti PDKB (Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan)
di lapangan sudah selalu safety, mereka sudah tidak lagi diingatkan untuk
pemakaian APD.”
Junior Techician K3L PT. PLN (Persero) Area Medan mengungkapkan bahwa :
“Seluruh pegawai dan atau pekerja di PT. PLN (Persero) Area Medan
bertanggung jawab mendukung dan menerapkan pernyataan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dan prosedur-prosedur yang menyangkut
mendapat pelatihan yang sesuai dengan kebijakan ini untuk memastikan aktifitas
yang dilaksanakan tidak bertentangan dengan pernyataan kebijakan keselamatan
dan kesehatan kerja.”
Pelaksanaan rencana K3 dilaksanakan oleh PT. PLN (Persero) Area Medan atau penanggung jawab tempat kerja dengan menyediakan sumber daya manusia yang mempunyai kualifikasi dan menyediakan prasarana dan sarana yang memadai, penyediaan sumber manusia ialah dalam prosedur pengadaan sumber daya manusia, PT. PLN (Persero) Area Medan telah membuat posedur pengadaan secara efektif meliputi :
1. Pengadaan sumber daya manusia sesuai dengan kebutuhan dan memiliki kompetensi kerja serta kewewenangan di bidang K3, dibuktikan melalui :
a. Sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang berwewenang.
b. Surat izin kerja/operasi dan/atau surat penunjukan dari instansi berwewenang.
2. Pengidentifikasian kompetensi kerja yang diperlukan pada setiap tingkatan manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan dan menyelenggarakan setiap pelatihan yang dibutuhkan.
3. Pembuatan ketentuan untuk mengkomunikasikan informasi K3 secara efektif.
4. Pembuatan peraturan untuk memperoleh pendapat dan saran para ahli. 5. Pembuatan peraturan untuk pelaksanaan konsultasi dan keterlibatan
4.3.3 Komunikasi dan Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 4.3.3.1 Komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Untuk mendorong keselamatan kerja pegawai adalah dengan melibatkan pegawai di setiap kesempatan dalam pertemuan-pertemuan komite dan pemberian edukasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara terus menerus. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan melakukan komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja sebagai berikut :
1. Safety Meeting : pertemuan yang dilakukan rutin yaitu ada yang setiap seminggu dan satu kali dalam setiap triwulan yang dilaksanakan pada akhir bulan, yang melibatkan manajer, supervisor, dan P2K3 untuk membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Briefing : pertemuan singkat yang dilakukan selama 15-20 menit sebelum memulai pekerjaan setiap hari.
3. Safety Induction: pembinaan mengenai area dan kegiatan proses produksi yang diberikan kepada semua tamu atau pengunjung, pegawai serta mitra bisnis untuk meningkatkan kesadaran dan memastikan kepatuhan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Hal ini juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan bahwa :
“Jadi setiap hari senin pagi di Lantai I (satu) itu ada namanya COC
(Code Of Conduct) seperti rapat, hal yang dibahas tentang yang ada di PLN ini,
manajemen ini yang akan menurunkan ke pegawai di COC ini juga. Dalam COC
ini juga ada sesi arahan dari supervisor K3L yang membahas rancangan
kegiatan yang akan dilaksanakan seminggu ke depan. COC ini dihadiri semua
pegawai, baik itu manajer maupun supervisor. Kalau untuk yang triwulan itu
rapat P2K3 yang diadakan pada akhir bulan yang dihadiri oleh manaejer, K3L,
supervisor, dan P2K3. Hal yang diabahas dalam rapat ini ialah semua aspek di
Kuesioner Maturity Level K2K3 dan Keamanan akan dievaluasi, termasuk hasil
temuan di lapangan dan juga program-program keselamatan dan kesehatan
kerja. Yang mengevaluasi ialah Wilayah. Hal yang dievaluasi apa-apa saja yang
kurang, misalkan sosialisasi kurang kemudian diberi tahu ke kita dan kita bisa
melengkapi dan hanya sampai di bagian manajemen saja tidak diturunkan ke
seluruh pegawai. Kalau di Rayon untuk pekerjaannya supervisor teknik-nya
langsung yang memberikan briefing karena supervisornya sudah memiliki
sertifikasi K3 kelistrikan jadi kalau untuk di Rayon yang mewakilkan itu ya
supervisor teknik atau staf teknik-nya yang sudah memiliki sertifikasi K3. Kalau
list khusus yang memuat tentang topik apa yang akan di-briefing-kan itu tidak
ada, paling yang dibahas masalah kerjanya itu. Safety induction untuk rapat,
rapatnya diputarkan berupa rekaman video untuk keadaan darurat. Kalau safety
induction untuk tamu, biasanya di sini diberi kartu tanda pengenal dari
perusahaan, APD seperti helm dan rompi baik itu manajemen maupun tamu.
Yang mengarahkan safety induction ya security yang sudah diberi arahan dari
pengawasnya lalu kita juga beri masukan kepada vendor yang membawahi
Dari hasil wawancara, Supervisor K3L menyatakan bahwa :
“Untuk pemasangan rambu-rambu K3 adalah di Unit Induk maupun Unit
Pelaksana, dan itu harus, contohnya papan informasi K3 yang menandakan
adanya tegangan, material rusak, jalur evakuasi, alat pemadam api. Lalu untuk
di lapangan juga, papan informasi yang ditempel bisa dibaca kapan saja,
termasuk evakuasi kalau terjadi emergency, tanda itu harus terlihat dan jelas,
yang dipasang di seluruh tempat kerja baik di PT. PLN (Persero) Area Medan
maupun di berbagai Rayon.”
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Area Medan, yang termuat dalam Manual Kebijakan SMK3 tentang prosedur informasi yang terkait harus ditetapkan untuk menjamin bahwa pelaporan yang tepat waktu dan memantau pelaksanaan SMK3 sehingga kinerjanya dapat ditingkatkan. Prosedur pelaporan terdiri dari :
1. Prosedur pelaporan internal yang harus ditetapkan untuk menangani : a. Pelaporan terjadinya insiden
b. Pelaporan Ketidaksesuaian c. Pelaporan Kinerja K3
d. Pelaporan identifikasi Sumber Bahaya
2. Prosedur pelaporan eksternal yang harus ditetapkan untuk menangani : a. Pelaporan yang dipersyaratkan peraturan perundang-undangan b. Pelaporan Kecelakaan Kerja
c. Pelaporan P2K3
e. Pelaporan Kinerja K3
f. Pelaporan kepada pemegang saham atau pihak lain yang terkait.
Dalam pendokumentasian kegiatan K3 PT. PLN (Persero) Area Medan harus menjamin bahwa :
1. Dokumen dapat diidentifikasi sesuai dengan uraian tugas dan tanggung jawab di PT. PLN (Persero) Area Medan.
2. Dokumen ditinjau ulang secara berkala dan jika diperlukan dapat direvisi. 3. Dokumen sebelum diterbitkan harus lebih dahulu disetujui oleh personel yang
berwenang.
4. Dokumen versi terbaru harus tersedia di tempat kerja yang dianggap perlu. 5. Semua dokumen yang telah usang harus segera disingkirkan.
6. Dokumen mudah ditemukan, bermanfaat dan mudah dipahami.
1. Sosialiasi Program K3
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Area Medan, pada program K3L yang memuat tentang kegiatan sosialisasi, yaitu melakukan sosialisasi K2K3 kepada seluruh pegawai dan mitra kerja; dan melakukan sosialisasi K2K3 dan keamanan pada masyarakat umum, sekolah, dan instansi pemerintah.
Hal tersebut dapat terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang mengatakan :
“Melakukan sosialisasi K2K3 kepada seluruh pegawai dan mitra kerja.
Sosialisasi ini dilakukan di ruang rapat bersama dengan pihak terkait, biasanya
mitra kerja (vendor). Kita sosialisasikan, memberitahu lagi bahwa APD itu wajib,
jika terjadi kecelakaan bukan hanya mereka yang rugi tapi mereka dan PLN pun
akan mendapatkan pengurangan di kinerja. Jadi gini, padahal mereka kan pihak
ketiga (vendor), jika terjadi kecelakaan kerja (vendor) bahkan meninggal karena
memang kelalaian mereka bisa jadi tidak memakai APD atau tidak mematuhi
SOP (Standart Operational Procedure), itu PLN akan terkena pengurangan
kinerja 10 poin dan sudah tertera di perjanjian kontrak.”
Hal tersebut juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan bahwa :
“Selain melakukan sosialisasi K2K3 kepada seluruh pegawai dan mitra kerja,
kami juga melakukan sosialisasi K3L dan keamanan kepada sekolah, masyarakat
umum, dan instansi pemerintah. Biasanya dilakukan secara rutin per tahunnya.
Untuk sekolah, sekolah pilihan kita artinya tidak ditentukan. Kemarin kami
melakukan sosialisasi di SD Negeri 060873 di jalan Gunung Krakatau No. 105
Kecamatan Medan Timur pada hari Jum’at 24 Maret 2017. Hal yang
disosialisasikan ialah tentang bahaya listrik, seperti anak-anak yang bermain
layangan jangan di bawah jaringan listrik PLN, jangan bermain atau berada di
dekat jaringan PLN saat banjir dengan media power point dan juga pemutaran
film pendek. Kalau masyarakat kemarin di Kelurahan Merdeka, Kecamatan
Medan Baru. Sosialisasi ini ialah gabungan yang dihadiri oleh perangkat
kelurahan dan masyarakat dari Kelurahan Merdeka untuk sosialisasi kepada
instansi pemerintah dan masyarakat. Sosiaisasi yang dilakukan pada hari Jum’at,
Kecamatan Medan Baru yaitu tentang ketenagalistrikan seperti bagaimana cara
pembayaran rekening listrik untuk masyarakat, kenapa listrik mengalami
pemadaman, dan potensi bahaya listrik.”
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari PT. PLN (Persero) Area Medan, yang termuat dalam Manual Kebijakan SMK3, Prosedur Operasi/kerja, informasi, dan pelaporan serta pendokumentasian ialah sebagai berikut :
1. Prosedur operasi/kerja harus disediakan pada setiap jenis pekerjaan dan dibuat melalui analisa pekerjaan berwawasan K3 (Job safety analysis) oleh personel yang kompeten.
2. Prosedur Informasi K3 harus menjamin pemenuhan untuk :
a. Mengkomunikasikan hasil dari sistem manajemen, temuan audit dan tinjauan ulang manajemen dikomunikasikan pada semua pihak dalam PT. PLN (Persero) Area Medan yang bertanggung jawab dan memiliki andil dalam kinerja PT. PLN (Persero) Area Medan
b. Melakukan Identifikasi dan menerima informasi K3 dari luar PT. PLN (Persero) Area Medan
c. Menjamin bahwa informasi K3 yang terkait dikomunikasikan kepada orang -orang di luar PT. PLN (Persero) Area Medan yang membutuhkan. Informasi yang perlu dikomunikasikan meliputi :
i. Persyaratan eksternal/peraturan perundangan dan internal/ indikator kinerja K3.
iii. Hasil identifikasi, penilaian, dan pengendalian resiko serta sumber bahaya yang meliputi keadaan mesin-mesin, pesawat-pesawat, alat kerja, serta peralatan lainnya bahan-bahan, lingkungan kerja, sifat pekerjaan, cara kerja dan proses produksi.
iv. Kegiatan pelatihan K3.
v. Kegiatan inspeksi, kalibrasi, dan pemeliharaan. vi. Pemantauan data.
vii. Hasil pengkajian kecelakaan, insiden, keluhan, dan tindak lanjut. viii.Identifikasi produk termasuk komposisinya.
ix. Informasi mengenai pemasok dan kontraktor. x. Audit dan peninjauan ulang SMK3.
4.3.3.2 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Salah satu cara untuk mendorong keselamatan kerja pegawai adalah melibatkan seluruh pegawai dalam pelatihan tentang keselamatan kerja dan membangun komunikasi yang terus menerus sehingga dapat meningkatkan kesadaran para pegawai. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan melakukan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak terlepas dari campur tangan Pemerintah dan Departemen Tenaga Kerja. Hal tersebut dapat terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang mengatakan bahwa :
“Pelatihan dan kompetensi kerja dilakukan dengan melakukan
dengan : menggunakan standar kompetensi yang ada, memeriksa uraian tugas
dan tanggung jawab, menganalisis tugas, menganalisis hasil inspeksi dan audit,
meninjau ulang laporan insiden. Hasil identifikasi kompetensi kerja dijadikan
dasar penentuan program pelatihan yang harus dilakukan, dan menjadi dasar
pertimbangan dalam penerimaan, seleksi, dan penilaian kinerja.”
Dalam hal pelaksanaan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, Junior Techician K3L yang mengatakan bahwa :
“Pegawai yang mengikuti pelatihan K3 ialah supervisor dan staf teknik,
tetapi yang wajib itu supervisor karena supervisor memantau semua kerjaan di
Rayon. Belum wajib semua pegawai karena di Work Plan pada item sertifikasi
pegawai itu tidak semua, jadi gini dalam melaksanakan sertifikasi itu pegawai
yang dikirim jumlahnya dibatasi. Di Manajemen Unit Induk dan Unit Pelaksana
mengikuti pelatihan K3 usulan. Jadi kita memberi surat dan ditanda tangani oleh
Manejer Area kemudian di kirim ke Wilayah selanjutnya didaftarkan mana-mana
lalu dikirim untuk mengikuti pelatihan. pelatihan itu ada 2, dari diklat dan dari
vendor. Pelatihan K3 yang terakhir itu dari vendor. Kami ada juga sertifikasi dari
vendor dan yang mengeluarkan sertifikatnya ialah dari Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi. Kalau vendor itu sertifikat eksternal PLN. Jadi kalau
vendor mengadakan sertifikat dan kita yang mengusulkan siapa saja yang akan
mengikuti sertifikat tersebut, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan kita dan
paling banyak itu 20 orang. Kegiatan ini diadakan selama seminggu dengan
rangkaian kegitannya workshop dan ada juga pelatihannya. Kemarin itu
latihan) di Medan Tuntungan tapi tergantung dimana yang akan diadakan,
pelaksanaan diklat ini banyak, ada di Medan Tuntungan, di Bogor, Pandaan
(Surabaya), Makasar juga ada itu tergantung dari Unit-nya. Jadi kita ada jadwal
untuk diklat untuk mengikuti pembelajaran K3 ya wajib ikut dan ini untuk semua
pegawai termasuk pegawai baru. Tapi kalau untuk sekarang ini tergantung dari
lihat job describtion-nya. Kalau pembelajarannya menyangkut K3 atau
lingkungan bisa saja ikut pembelajaran ke diklat. Diklat ini diadakan tidak tentu,
kalau biasanya satu semester sekali atau setahun dua kali kalau sekarang kembali
lagi tergantung job describtion-nya kalau memang butuh kali diklat-nya ya
dikeluarkan di rencana diklat-nya karena kita juga bisa memantau, bisa saja tiga
kali atau bahkan lima kali dan itu bisa diajukan. Kalau dari diklat yang terakhir
diadakan pada hari Jum’at, 10 Maret 2017. Kemarin nama diklatnya E-Learning,
diadakan selama seminggu. Jadi seminggu itu kita diberi materi untuk pelatihan
K3-nya ada juga post test-nya jika berhasil itu dipanggil ke Medan Tuntungan
atau lokasi yang mengadakan diklat dan keluar nama untuk simulasi. Simulasi ini
hanya sehari tapi secara keseluruhan diklat-nya selama seminggu. Kalau diklat
sertifikatnya dari Jendral Manajer diklat karena sertifikat internal PLN.
Emergency untuk kebakaran dan P3K ada dan sudah tertera di work plan dan
ada juga yang disertifikasikan. Simulasi kebakaran dan P3K ini diadakan satu
semester sekali dan wajib oleh semua pegawai. Sertifikatnya dari PMI (Palang
4.3.4 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Penyelidikan Kecelakaan
4.3.4.1 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Inspeksi ialah suatu usaha untuk mendeteksi adanya kondisi dan tindakan yang tidak aman dan segera memperbaikinya sebelum kondisi dan tindakan tersebut menyebabkan suatu kecelakaan. Inspeksi sebaiknya dilakukan secara berkala dan dilakukan oleh komite keselamatan kerja atau koordinator keselamatan kerja. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, pelaksanaan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan secara terjadwal dan mendadak (sidak) yang melibatkan semua pegawai kemudian hasil temuan inspeksi tersebut dituangkan ke dalam Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inpeksi. Hal tersebut terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang mengatakan bahwa :
“Untuk inspeksi di PT. PLN (Persero) Area Medan ini dibagi 2, yaitu inspeksi instalasi ketenagalistrikan dan keamanan yang dilakukan rutin setiap
awal bulan di seluruh Unit Kerja dan kami juga melakukan inspeksi mendadak
K2K3 (Ketenaga Kelistrikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan keamanan
pada Unit yang dipimpinnya. Hal-hal yang diinspeksi ialah pekerja dan cara
kerja dengan uraian kenyataan di lapangan yaitu pekerja menggunakan APD
yang dipersyaratkan, pekerjaan dilakukan sesuai dengan instruksi kerja yang
telah ditetapkan, menggunakan peralatan kerja dengan benar, mengoperasikan
mesin sesuai dengan persyaratan teknis, adanya rambu-rambu peringatan yang
pekerja telah mendapat pelatihan sesuai dengan tugasnya, pekerja bekerja
dengan serius/tidak bercanda, posisi tubuh benar saat mengangkat beban; kondisi
dan lingkungan kerja dengan uraian kenyataan di lapangan yaitu lanta bersih
dari ceceran oli atau tumpahan lainnya, jalur untuk jalan bebas dari
halangan/benda-benda lainnya (misalnya produk dan lain sebagainya),
penempatan barang sesuai dengan lokasi yang telah ditentukan, tempat kerja
memiliki penerangan yang memadai, tempat kerja memiliki ventilasi udara yang
memadai, tempat kerja telah disediakan APAR, APAR terletak pada tempat yang
mudah dicapai dan tidak terhalang, APAR yang terpasang telah diperiksa,
terdapat tanda jalur evakuasi yang jelas terlihat; sarana K3 dengan uraian
kenyataan di lapangan yaitu APD (helm safety, sabuk pengaman, sepatu tahan
tegangan, dan lain sebagainya), tangga, ranta pengaman; material seperti wadah
penyimpanan bahan dalam kondisi baik (tidak bocor/rusak), wadah penyimpanan
bahan memiliki label yang jelas, tempat penyimpanan bahan bersih dari ceceran
bahan, tabung gas kosong diletakkan terpisah (diberi label), MSDS (Material
Safety Data Sheet) tersedia di ruang penyimpanan bahan, APD, dan kotak P3K
disediakan dalam ruang penyimpanan.”
Hal tersebut juga dipertegas oleh Junior Techician K3L yang mengatakan bahwa :
“Inspeksi mendadak itu item-itemnya sama seperti yang ada di inspeksi
terjadwal. Kalau yang mendadak ini bisa saja waktunya pagi ataupun sore. Yang
melaksanakan sidak (inspeksi mendadak) ialah tim yang terdiri atas Manajer,
Distribusi ataupun pegawai yang sudah memiliki sertifikasi dan ini di Work Plan
sudah ada seperti apa saja yang akan digunakan saat sidak.”
Berdasarkan data sekunder yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area Medan memiliki Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inpeksi, dimana pelaksanaan inspeksi tersebut tidak hanya mencakup area kantor, tetapi juga area kerja lapangan.
4.3.4.2 Penyelidikan Kecelakaan
Dalam menyelidikan kecelakaan, penting untuk menetapkan kondisi fisik dan lingkungan yang turut memengaruhi terjadinya kecelakaan. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, untuk melakukan penyelidikan kecelakaan kerja manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan menggunakan Laporan Kecelakaan Kerja melalui observasi yang dilakukan oleh tim P2K3, K3L, dan pihak Rayon (tergantung Rayon mana yang terjadi kecelakaan) untuk menggali permasalahannya serta melakukan wawancara terhadap pegawai yang mengalami kecelakaan apabila masih memungkinkan, supervisor, dan para saksi kecelakaan. Hasil dari penyelidikan kecelakaan kerja tersebut harus dilaporkan dalam waktu tidak boleh lebih dari 24 jam. Hal tersebut terbukti dari ungkapan Supervisor K3L, yang mengatakan bahwa :
“Kalau untuk investigasi kecelakaan kerja, kami punya yang namanya
Formulir Laporan Kecelakaan Kerja yang di pantau langsung oleh pihak
Wilayah. Di formulir tersebut sudah ada prosedu-proser yang akan diinvestigasi
saat kecelakaan terjadi. Dan untuk pelaporan kecelakaan k erja dilaporkan setiap
Hal tersebut juga dipertegas oleh Junior Techician K3L, yang mengatakan bahwa :
“Kalau yang sekarang ini jika terjadi kecelakaan, kita dipantau oleh
Wilayah. Jadi Wilayah itu yang menurunkan formulir identifikasi kecelakaan dan
yang turun tangan memang kita. Yang melakukan investigasi itu P2K3, K3L, dan
pihak Rayon (tergantung Rayon mana yang terjadi kecelakaan). Wilayah hanya
memantau dan menurunkan formulir identifikasi dan kita yang melakukan
investigasi-nya misalkan kecelakaan itu terjadi kenapa. Dalam formulir laporan
kecelakaan kerja tersebut banyak hal yang dimuat, seperti data kecelakaan, yaitu
lokasi kejadian kecelakaan, tanggal kejadian kecelakaan, waktu kejadian
kecelakaan, perkiraan penyebab terjadinya kecelakaan, dan kondisi korban. Lalu
memuat tentang data korban, yaitu nama korban, tempat dan tanggal lahir
korban, umur, jenis kelamin korban, status ketenagakerjaan korban. Di formulir
tersebut juga memuat kronologi kejadian kecelakaan, analisis penyebab
langsung, seperti kondisi berbahaya atau unsafe condition yang ditemukan
dimana penyebab kejadian kecelakaan, tindakan berbahaya atau unsafe action
yang dilakukan korban, kemudian ada upaya pencegahan yang sudah dilakukan
manajemen sebelum terjadinya kecelakaan. Di formulir tersebut juga memuat
masalah kerugian perseroan, seperti kerugian akibat kWh tidak tersalur, kerugian
akibat kerusakan asset, kerugian akibat biaya perawatan. Lalu di formulir
tersebut juga mencantumkan rekomendasi perbaikan, serta ada bukti atau
evidence berupa lampiran foto maupun dokumen lainnya dan mencantumkan
investigasi yang dilaporkan dalam waktu 1 x 24 jam dan kalau bisa secepatnya.
Untuk laporan kecelakaan kerja itu dilaporkan setiap bulan ke K3L. Selama ini
tidak ada terjadi kecelakaan dan semoga tetap tidak ada.”
4.3.5 Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
PT. PLN (Persero) Area Medan dalam sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja melakukan evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja secara berkala untuk mengawasi dan mengevaluasi usaha-usaha keselamatan kerja. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh, PT. PLN (Persero) Area Medan melakukan evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja terhadap semua hal, termasuk hasil temuan di lapangan dan program keselamatan dan kesehatan kerja. Hasil evaluasi tersebut akan dibawa ke top manajemen melalui pertemuan untuk mendapat masukan apakah perlu diperbaiki atau membutuhkan peningkatan berkelanjutan. Hal tersebut terbukti dari ungkapan Supervisor K3L PT. PLN (Persero) Area Medan, yang mengatakan bahwa :
“Kalau di kami evaluasi itu namanya Maturity Level. Evaluasi dilakukan
secara bervariasi. Pelaporan kecelakaan kerja dilakukan setiap bulan ke K3L dan
laporan maturity level dilakukan triwulan. Jadi yang sudah kami lakukan selama
tiga bulan lalu kami laporkan dan di-assesment sama pihak Wilayah artinya kami
laporkan untuk dievaluasi dan yang mengevaluasi ialah Wilayah. Sebelum kami
laporkan kami juga sudah mengevaluasi makanya setelah kami yakin itu telah
terlaksana dan benar baru dijadikan laporan ini. Implementasi evaluasi K3 ini
Berdasarkan hasil wawancara, Junior Techician K3L mengatakan bahwa : “Semua akan dievaluasi, termasuk hasil temuan di lapangan dan juga
program-program keselamatan dan kesehatan kerja. Maturity level itu triwulan
diadakan. Yang mengevaluasi ialah Wilayah . Hal yang dievaluasi apa-apa saja
yang kurang kemudian diberi tahu ke kita, misalkan sosialisasi kurang jadi kita
bisa melengkapi. Jadi self assesment maturity ini sesuai dengan formulir
Kuesioner Maturity Level K2/K3 dan Keamanan lalu Wilayah yang memberi
nilai-nilainya per item. Untuk pemberian bobot itu dari Pusat dan diturunkan ke
Wilayah jadi pihak Area tidak tahu. Kalau terjadi kecelakaan di maturity level
akan terjadi pengurangan point. Setiap triwulan ada penilaian jadi kalau terjadi
kecelakaan akan terjadi pengurangan point sebesar 10 dari 100 point. Laporan
kecelakaan ini ke Wilayah melalui temusan Manajer Area. Jadi, kalau terjadi
kecelakaan dan sudah diinvestigasi kecelakaan dan rangkaiannya di wilayah
kerja mana dan sudah dibuat dalam laporan dan dikirim ke Wilayah. Kemudian
Wilayah mempertimbangkan untuk point. Jadi disitulah Wilayah
mempertimbangkan untuk point maturity level-nya. Jadi selesai di-maturity
dirundingkan Wilayah selanjutnya diturunkan lagi ke Area. Setelah itu akan
diadakan rapat di Wilayah yang dihadiri oleh Area, tapi tergantung juga k alau
mau buat di Area juga bisa. Di rapat ini sekalian membahas tentang program
selanjutnya.”
1. Tindakan Perbaikan dan Peningkatan Kinerja K3 Dari hasil wawancara Supervisor mengatakan bahwa :
“Tindakan perbaikan dari evaluasi ialah semua hasil temuan di lapangan
untuk dilengkapi, seperti kegiatan yang belum dilaksanakan maka akan
dilaksanakan untuk diwaktu berikutnya. Kalau untuk maturity level ini, kami
punya panduan berupa Kuesioner Maturity Level K2/K3 dan Keamanan dan di
form tersebut sudah tercantum aspek-aspek yang akan dievaluasi.”
Berdasarkan hasil wawancara, Junior Techician K3L menungkapkan bahwa :
“Tindakan perbaikan dari evaluasi ialah semua hasil temuan di lapangan
untuk dilengkapi dan mencari evidennya untuk nge-close-kan yang kurang.
Formulirnya itu dari Wilayah ke Area. Jadi di rapat maturity level ini kita juga
bahas apa-apa saja yang sudah dikerjakan selanjutnya mengevaluasi apa yang
sudah dilaksanakan dan memberi solusi untuk meng-close-kan yang kurang.
Misalnya sosialisasi kurang, bisa saja di-close-kan dengan membuat sosialisasi
besoknya dan hanya sampai di bagian manajemen saja dan tidak diturunkan ke
accident)
5.1.1 Komitmen Perusahaan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa PT. PLN (Persero) Area Medan telah memiliki komitmen perusahaan yang diatur dalam Manual Kebijakan SMK3 perusahaan yakni PT. PLN (Persero) Area Medan mempunyai komitmen meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja ke tingkat yang paling tinggi melalui proses perbaikan yang terus menerus dan secara sistematik melalui penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Hasil penelitian tersebut telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa komitmen perusahaan dan usaha-usaha keselamatan kerja yang komprehensif sebaiknya dikoordinasikan dari tingkat manajemen paling tinggi untuk melibatkan seluruh pegawai perusahaan. Usaha ini juga sebaiknya dicerminkan melalui tindakan-tindakan manajerial (Mathis dan Jackson, 2003). Ada tiga pendekatan terhadap manajemen keselamatan kerja yang efektif yaitu pendekatan organisasi, pendekatan teknis, dan pendekatan individual.
sehingga harus dilaksanakan oleh semua orang yang berada di lingkungan perusahaan baik dari tingkat pegawai sampai manajemen. Berdasarkan hasil penelitian tersebut juga telah sesuai dengan teori, pihak manajemen menunjukan komitmennya dalam keselamatan dan kesehatan kerja dengan memenuhi ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku dalam perusahaan (Ramli, 2013) dengan mewajibkan JSA (Job Safety Analysis) dan Work Permit pada seluruh pegawai dalam melakukan pekerjaan. Hal ini mendukung sistem manajemen keselamatan dalam upaya mengendalikan proses penanganan SDM (Sumber Daya Manusia), perangkat keras (sarana dan teknologi terkait), dan perangkat lunak (prosedur dan tata kerja) dalam suatu sistem yang terintegrasi sebagai bagian dari proses pengendalian manajemen yang bertujuan untuk meningkatkan kehandalan sistem operasi sehingga tidak terjadi insiden besar yang sangat merugikan perusahaan.
Hal ini juga telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dalam menunjukan komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja diwujudkan dengan menetapkan personel yang memiliki tanggung jawab, wewenang, dan kewajiban yang jelas dalam penanganan keselamatan dan kesehatan kerja; merencanakan keselamatan dan kesehatan kerja yang terkoordinasi; dan juga melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja (Ramli, 2013).
seperti kebelangsungan organisasi K3, pelatihan SDM (Sumber Daya Manusia) dalam mewujudkan kompetensi kerja, dan juga pengadaan prasarana dan sarana K3 termasuk alat evaluasi, peralatan pengendalian, dan peralatan pelindung diri berserta anggaran dananya. Hal ini termuat di dalam Work Plan dan pihak manajemen juga bertanggung jawab dalam menyediakan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja serta pemeliharaannya untuk menunjang setiap proses kerja yang dimuat ke dalam Formulir Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inspeksi. Selain itu, Manual Kebijakan SMK3 yang dijadikan sebagai panduan standar bagi pelaksanaan kegiatan kerja dan mengevaluasi kinerja pegawai sehingga mencapai hasil yang diharapkan. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa perusahaan menyediakan anggaran, tenaga kerja yang berkualitas, dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja (Siswanto, 2003). Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada variabel komitmen perusahaan merupakan salah satu variabel yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan (zero accident).
5.1.2 Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kerja. Dukungan terhadap perlunya perilaku kerja yang aman dan memberikan umpan balik terhadap praktik-praktik keselamatan kerja yang positif, juga sangat penting dalam meningkatkan keselamatan para pekerja (Mathis dan Jackson, 2003).
Berdasarkan hasil temuan di lapangan, dalam penyusunan kebijakan hanya dilakukan oleh top manajemen, sedangkan pegawai hanya sebagai pelaksana. Hal ini terjadi kesenjangan antara hasil temuan lapangan dengan teori yang menyatakan bahwa pengembangan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja harus melibatkan semua pihak termasuk pegawai. Hal tersebut dimaksudkan agar kebijakan ini mendapat dukungan dari semua pihak (Ramli, 2013). Akan tetapi dalam pengembangan dan penyusunan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja tersebut, manajemen telah melakukan proses konsultasi dengan pengurus dan wakil pekerja seperti komite keselamatan dan kesehatan kerja atau Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3).
sistematik yang dilakukan melalui pengukuran dan pemantauan kinerja. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa suatu kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang baik diisyaratkan memenuhi kriteria yaitu sesuai dengan sifat dan skala risiko keselamatan dan kesehatan kerja organisasi, mencakup komitmen untuk peningkatan berkelanjutan (Ramli, 2013).
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang telah dijalankan PT. PLN (Persero) Area Medan juga telah memenuhi peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku, dimana organisasi dan peraturan untuk pelaksanaan kebijakan ini termuat dalam dokumen Manual Kebijakan SMK3. Di samping itu, pernyataan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara tertulis dan bertanggal yang ditandatangani/disahkan oleh Manager PT. PLN (Persero) Medan, hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa kebijakan keselamatan harus dibuat tertulis, ditandatangani oleh pimpinan tertinggi perusahaan (Hadipoetro, 2014).
dengan teori yang menyatakan pengembangan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja harus mempertimbangkan faktor peraturan dan standar keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku yang didasarkan pada berbagai standar dan ketentuan perundangan terkait dengan kegiatan bisnis (Ramli, 2013).
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di PT. PLN (Persero) Area Medan juga selalu disempurnakan menurut periodenya, sehingga selalu dilakukan tinjauan ulang secara berkala yaitu minimial setiap satu tahun agar sesuai dengan perkembangan perusahaan melalui rapat P2K3 yang diadakan rutin setiap triwulan pada akhir bulan. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja ditinjau ulang secara berkala (Ramli, 2013). Dari hasil penelitian pada variabel kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pencapaian nihil kecelakaan di perusaaan.
5.1.3 Komunikasi dan Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 5.1.3.1 Komunikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K3L, supervisor, dan P2K3 yang membahas tentang rancangan Work Plan pada semester berikutnya serta mengevaluasi program keselamatan dan kesehatan kerja berdasarkan Kuesioner Maturity Level K2/K3 dan Keamanan.
Dalam proses safety meeting, kegiatan yang sudah perusahaan lakukan selama triwulan kemudian dilaporkan dan di-assesment atau diniai untuk dievaluasi oleh pihak PT. PLN (Persero) Wilayah. Hal yang dievaluasi item-item yang kurang atau belum dijalankan kemudian diberi tahu oleh pihak Wilayah ke Area, selanjutnya Area melengkapi dan hanya sampai di bagian manajemen saja tidak diturunkan ke seluruh pegawai; briefing dilakukan selama 15-20 menit sebelum memulai pekerjaan setiap hari dan yang memberikan briefing ialah supervisor yang sudah memiliki sertifikasi K3 kelistrikan; dan safety induction yaitu pembinaan mengenai area dan kegiatan proses produksi yang diberikan kepada semua tamu atau pengunjung, pegawai serta mitra bisnis untuk meningkatkan kesadaran dan memastikan kepatuhan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja seperti pemakaian kartu tanda pengenal di perusahaan, pemakaian APD (Alat Pelindung Diri) seperti helm dan rompi.
keamanan pada masyarakat umum, sekolah, dan instansi pemerintah yang rutin dilakukan rutin setiap tahun.
Selain itu, pihak manajemen juga telah memasang rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja di seluruh tempat kerja pada lokasi yang strategis yaitu di daerah yang dekat dengan bahaya dan yang dilalui orang banyak. Rambu-rambu keselamatan dan kesehatan kerja ini berfungsi sebagai tanda peringatan terhadap suatu bahaya serta memberi arahan dan petunjuk suatu lokasi dan prosedur keadaan darurat di perusahaan. Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa komunikasi dan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja diperlukan untuk menekankan pentingnya praktik kerja yang aman (Mathis dan Jackson, 2003).
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa PT. PLN (Persero) Area Medan telah menerapkan berbagai jenis komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan untuk menyampaikan informasi-informasi keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh unsur dalam organisasi, baik internal maupun eksternal (Ramli, 2013). Dari data yang diperoleh, menunjukkan bahwa komunikasi keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang memengaruhi dalam pencapaian nihil kecelakaan di perusahaan.
5.1.3.2 Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
K3. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa, pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja mampu menurunkan risiko terjadinya kecelakaan kerja (Samith dan Sonesh, 2011).
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja PT. PLN (Persero) Area Medan tidak terlepas dari campur tangan Pemerintah dan Departemen Tenaga Kerja. Pelatihan yang dilakukan ialah pelatihan eksternal dan internal. Pelatihan yang dilakukan, diadakan selama seminggu dengan rangkaian kegitan workshop dan simulasi. Sertifikat pelatihan ekternal dikeluarkan oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pelatihan internal yaitu diklat (pendidikan dan latihan) dan pelatihan ini wajib bagi seluruh pegawai, baik pegawai lama maupun baru, sertifikatnya dari Jendral Manajer Diklat dengan rangkaian kegiatan pemberian materi untuk pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja kemudian post test selanjutnya ialah simulasi. Selain itu, pihak manajemen juga telah menerapkan simulasi untuk keadaan emergency yakni kebakaran dan PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) yang diadakan satu semester sekali dan wajib bagi seluruh pegawai yang sertifikatnya dari PMI (Palang Merah Indonesia). Berdasarkan hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pelaksanaan program pelatihan keselamatan di perusahaan, dalam pelatihan keselamatan harus memasukan PPPK (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) serta pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja juga mencakup informasi mengenai tindakan keadaan darurat (Hadipoetro, 2014).
kecelakaan yang bertujuan untuk meningkatkan Knowledge, Skill, dan Attitute (KSA). Untuk menjamin kualitas, manajemen perusahaan perlu meninjau materi pelatihan maupun kompetensi dalam menyediakan pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja yang berupa sifat bahaya, skala kegiatan, dan kondisi pekerjaan pada masing- masing perusahaan.
5.1.4 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Penyelidikan Kecelakaan
5.1.4.1 Inspeksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa PT. PLN (Persero) Area Medan telah melakukan inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja secara formal atau berkala dan informal atau mendadak pada area kerja. Dalam pelaksanaannya, secara internal manajemen melibatkan semua unsur dalam perusahaan yaitu mulai dari pegawai sampai dengan top manajemen. Inspeksi instalasi ketenagalistrikan dan keamanan berkala yang dilakukan rutin setiap awal bulan di seluruh unit kerja dan inspeksi instalasi ketenagalistrikan dan keamanan mendadak (sidak) dilakukan secara tidak terjadwal di seluruh unit kerja yang dilakukan oleh tim yang terdiri atas Manajer, Supervisor K3L atau staf K3L, Supervisor Pemeliharaan, Supervisor Operasi Distribusi ataupun pegawai yang sudah memiliki sertifikasi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa waktu pelaksanaan inspeksi dilaksanakan ialah inspeksi informal atau tidak direncanakan dan inspeksi formal atau direncanakan (Hadipoetro, 2014).
Laporan Inspeksi dan Formulir Check List Inpeksi, dimana pelaksanaan inspeksi tersebut tidak hanya mencakup area kantor, tetapi juga area kerja lapangan. Inspeksi yang dilakukan oleh pihak manajemen PT. PLN (Persero) Area Medan, yaitu untuk memastikan bahwa di area tempat kerja baik kantor maupun lapangan sudah benar-benar menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja. Hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaan inspeksi harus disesuaikan dengan keadaan khusus operasi dengan lingkup kegiatan yakni mengidentifikasi potensi permasalahan, mengidentifikasi peralatan yang tidak baik serta mengidentifikasi tindakan pekerja yang tidak aman (Ramli, 2013).
Kegiatan inspeksi bertujuan untuk mengidentifikasi sumber-sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja, mengevaluasi tingkat risiko terhadap tenaga kerja serta mengendalikan sampai tingkat yang aman bagi keselamatan dan kesehatan kerja. Inspeksi tempat kerja tidak ditujukan untuk mencari kesalahan orang, melainkan untuk menemukan dan menentukan lokasi bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Hadipoetro, 2014). Dari hasil penelitian, inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor yang memengaruhi pencapaian kecelakaan di perusahaan.
5.1.4.2 Penyelidikan Kecelakaan
Kecelakaan Kerja yang diturunkan dari Wilayah kepada Area dan dilakukan oleh tim investigasi yaitu P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja), K3L, dan pihak Rayon (tergantung Rayon mana yang terjadi kecelakaan) yang dipantau oleh Wilayah. Hal ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja mensyaratkan perusahaan memiliki prosedur mengenai penyelidikan kecelakaan berkaitan dengan tata cara, petugas yang berwenang, tim investigasi, teknik investigasi, sistem pelaporan, dan tindak lanjut hasil investigasi (Ramli, 2013).
Adapun item-item yang termuat dalam formulir Laporan Kecelakaan Kerja antara lain data kecelakaan, yaitu lokasi kejadian kecelakaan, tanggal kejadian kecelakaan, waktu kejadian kecelakaan, perkiraan penyebab terjadinya kecelakaan, dan kondisi korban. Lalu memuat tentang data korban, yaitu nama korban, tempat dan tanggal lahir korban, umur, jenis kelamin korban, status ketenagakerjaan korban. Di formulir tersebut juga memuat kronologi kejadian kecelakaan, analisis penyebab langsung, seperti kondisi berbahaya atau unsafe condition yang ditemukan dimana penyebab kejadian kecelakaan, tindakan
berita acara investigasi. Berdasarkan data yang diperoleh, hal tersebut telah sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa dalam melaksanakan penyelidikan terhadap kecelakaan kerja, tahapan kegiatan penyelidikan yang harus dilakukan meliputi: perencanaan penyelidikan, penetapan petugas atau tim penyidik, pelaksanaan penyelidikan, analisis penyebab kecelakaan, dan penyusunan laporan penyelidikan (Hadipoetro, 2014).
Dalam pelaporan kecelakaan kerja, perusahaan melaporkan hasil penyelidikan kecelakaan secepat mungkin dan tidak lebih dari waktu 1 x 24 jam. Hal tersebut sesuai teori yang menyatakan bahwa penyelidikan kecelakaan sebaiknya dilakukan secepat mungkin setelah kejadian. Namun, pelaksanaannya sangat bergantung pada kondisi setempat, sifat kecelakaan, skala kecelakaan, dan kerugian yang ditimbulkan. Untuk kecelakaan ringan dan skala kerugian terbatas, penyelidikan mungkin dapat dilakukan dengan segera oleh pengawas atau petugas setempat. Untuk kecelakaan besar yang memiliki dampak luas, penyelidikan perlu dilakukan oleh tim khusus baik dari dalam maupun luar perusahaan, seperti instansi pemerintah atau kepolisian (Ramli, 2013). Dari hasil temuan lapangan, penyelidikan kecelakaan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi dalam pencapaian nihil kecelakaan di perusahaan.
5.1.5 Evaluasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja akan dibawa ke top manajemen selanjutnya akan dikirim ke Wilayah melalui pertemuan untuk mendapat masukan dan penilaian kemudian dikomunikasikan kembali kepada pihak Area yaitu PT. PLN (Persero) Area Medan untuk melakukan perbaikan secara terus menerus serta melakukan peningkatan berkelanjutan. Tetapi, pihak manajemen tidak mengkomunikasikan hasil evaluasi ke pegawai, hanya sampai pada manajemen. Hal tersebut terjadi kesenjangan antara hasil temuan di lapangan dengan teori yang menyatakan bahwa evaluasi keselamatan dan kesehatan kerja dilakukan oleh manajemen serta dikomunikasikan dan dikonsultasikan kepada semua pihak yang terlibat termasuk pegawai.