• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Variasi Salinitas dan Adaptasi Air Tawar Terhadap Pertumbuhan dan Biomassa Serta Distribusi Senyawa Polyisoprenoid Pada Semai Rhizophora apiculata BI Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Variasi Salinitas dan Adaptasi Air Tawar Terhadap Pertumbuhan dan Biomassa Serta Distribusi Senyawa Polyisoprenoid Pada Semai Rhizophora apiculata BI Chapter III V"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 - Maret 2017 di

Laboratorium Budidaya Hutan Progam Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan

Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah refraktometer (S/Mill-E salinitas), timbangan (Camry; Model: EK3820), kamera digital, ember, cutter,

gunting, jangka sorong, penggaris, seng, cangkul, micro pipette, pipette tips, botol

kocok, botol ekstrak, kertas saring, corong, oven, RP-18, silika gel TLC/ 2D, hair

drayer, chamber, scanner Canon PIXMA E400, dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah propagulR.apiculata yang

sehat dan matang, label nama, pasir sungai (tidak memiliki salinitas), bubuk

garam komersial, botol plastik 1.5 liter, tap water, standar dolichol dan

polyprenol, n-heksan, etanol, KOH, aquades, toluen, etil asetat, aseton, silika gel

60-TLC, dan iodin.

Prosedur Penelitian

Propagul R.apiculata yang matang dan sehat dikumpulkan dari Pangkalan

Susu, Sumatera Utara yang kemudian ditanam dalam pot botol dengan pasir di bawah variasi salinitas selama 3 bulan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Propagul dewasa R. apiculata berwarna hijau

(2)

protokol pabrik. Setiap pot diisi dengan 1.000 mℓ solusi air laut buatan. Salinitas

dalam penelitian ini didefinisikan sebagai massa bubuk garam / massa larutan (Basyuni et al., 2009). Dalam setiap pot, perlakuan variasi salinitas diperiksa

setiap minggu selama percobaan menggunakan refraktometer dan diganti dengan solusi air laut yang baru untuk mempertahankan variasi salinitas yang konstan selama penelitian.

Setelah 3 bulan budidaya di bawah variasi salinitas, semai R. apiculata

kemudian dibagi menjadi dua kelompok perlakuan yang kemudian ditumbuhkan

selama 3 bulan. Kelompok pertama terus menerus dalam variasi salinitas dan kelompok kedua dalam adaptasi air tawar. Pada masa adaptasi air tawar, air tawar diaplikasikan beberapa kali untuk membersihkan solusi salinitas dari sistem akar

sebelum masa adaptasi air tawar dimulai. Setelah 6 bulan pertumbuhan semai

R. apiculata dipanen dan dicuci daun, batang, dan akar yang kemudian disimpan

pada suhu -4ºC untuk analisis lebih lanjut.

Pengukuran pertumbuhan

Pertumbuhan semai R. apiculata dibawah salinitas dan adaptasi air tawar

ditentukan oleh tinggi dan diameter semai R.apiculata . Dengan demikian, tinggi dan diameter semai R. apiculata setelah 6 bulan merupakan parameter pertumbuhan dalam penelitian ini.

Pengukuran jumlah dan luas daun

Perhitungan jumlah daun semai R. apiculata dilakukan pada usia 6 bulan

(3)

R. apiculata kemudian dihitung luas daun menggunakan software ImageJ

(Scheneider et al., 2012).

Pengukuran biomassa

Pengukuran biomassa semai R. apiculata dilakukan dengan menggunakan teknik sampling destruktif. Semai R. apiculata dipisahkan menjadi komponen daun, batang, dan akar untuk ditimbang sebelum pengeringan. Pengukuran

biomassa semai R. apiculata dilakukan dengan mengukur berat kering daun, batang, dan akar dengan menggunakan neraca analitik setelah dilakukan

pengeringan dengan oven pada suhu 75ºC selama 48 jam.

Analisis statistik

Pengukuran pertumbuhan dan biomassa semai R. apiculata menggunakan

analisis statistik Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perbandingan

variasi salinitas 0.0%, 0.5%, 1.5%, 2.0%, dan 3.0%.

Model linear RAL:

Yij = μ + τi + εij Keterangan :

Yij = hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ = nilai rataan umum (mean)

τi = pengaruh faktor perlakuan ke-i

εij = pengaruh galat perlakuan ke-i ulangan ke-j

i = 1, 2, 3, 4, 5

j = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

Data pengukuran pertumbuhan dan biomassa semai R. apiculata dianalisis

(4)

membandingkan perlakuan variasi salinitas terhadap kontrol. Nilai P<0.05

dipakai sebagai batas untuk menunjukkan pengaruh perlakuan.

Bahan tanaman

Daun dan akar semai R. apiculata yang telah dipanen dari Rumah Kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dikumpulkan. Semua sampel

segar disimpan di lemari es sampai bahan tanaman digunakan untuk dianalisis.

Isolasi polyisoprenoid alkohol

Daun dan akar semai R. apiculata dikeringkan pada suhu 60°C-75°C

selama 1-2 hari. Daun dan akar semai R.apiculata yang sudah kering dihancurkan

menjadi bubuk halus kemudian direndam dalam pelarut kloroform / metanol (2:1,

vol/vol) selama 48 jam. Ekstrak lipid dari daun dan akar semai R. apiculata

disaponifikasi pada suhu 65°C selama 24 jam dalam kosentrasi 0.45 g KOH, 2 ml

etanol, dan 2 ml aquades. NSL (non saponifiable lipid) jaringan daun dan akar

semai R. apiculata kemudian dilarutkan dengan n-heksan dan siap untuk

dianalisis (Kurisaki et al., 1997; Sagami et al., 1992).

Analisis dengan dua dimensi kromatografi

Dimensi pertama TLC dilakukan selama 60 menit diatas silika-gel

(20 x 3 cm) dengan sistem pelarut toluene-etil asetat (9:1) (Sagami et al., 1992).

Tepi longitudinal dari dimensi pertama TLC dengan lebar 1 cm dan zona

konsentrasi dari fase reverse C-18 TLC yang dijepit dengan cara menggunakan

dua magnet batangan (4.0 x 1.1 x 0.8 cm) dengan menghadap setiap fase gel. Plat

TLC yang terikat kemudian dikembangkan tegak lurus ke dimensi pertama untuk

(5)

Dimensi kedua fase reverse RP-18 silika-gel TLC dilakukan dengan

pelarut aseton selama 30 menit. Posisi polyisoprenoid alkohol dipisahkan dan

dikembangkan oleh silika-gel dua dimensi TLC, kemudian diidentifikasi dan

divisualisasikan dengan uap yodium (iodine vapor). Gambar kromatografi yang

diperoleh kemudian discan. Konsentrasi polyprenol dan dolichol yang terdeteksi

pada HPTLC RP-18 diukur dengan menggunakan ImageJ dengan standar dolichol

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Efek salinitas dan adaptasi air tawarpada pertumbuhan semai R. apiculata

Parameter pertumbuhan diukur berdasarkan tinggi dan diameter semai

R. apiculata. Tinggi semai R. apiculata secara signifikan tumbuh pada konsentrasi

3.0% dan 3.0% → 0.0% (Gambar 1a). Semai tertinggi R. apiculata sebesar 24.9 cm pada salinitas 0.0 % dan terendah sebesar 15.6 cm pada salinitas

3.0% → 0.0% serta diameter tertinggi R. apiculata sebesar 5.3 mm pada salinitas 1.5% → 0.0% dan terendah sebesar 4.0 mm pada salinitas 3.0% → 0.0%. Dari

data diatas dapat disarankan bahwa semai R. apiculata mengalami penurunan

pertumbuhan seiring dengan tingginya salinitas. Pada umumnya mangrove toleran

terhadap salinitas tinggi tetapi toleransi terhadap salinitas antar jenis mangrove

bervariasi. Sebagai contoh jenis R. apiculata tumbuh baik pada salinitas 1.5%

(Kathiresan dan Thangam, 1990; Kathiresan et al., 1996).

Penelitian Basyuni et al., (2014)melaporkan bahwa R. stylosa mengalami

penurunan pertumbuhan pada salinitas lebih dari 0.5% tetapi A. marina tumbuh

baik pada salinitas 2.0% dan akan menurun pertumbuhannya jika salinitas lebih

dari 2.0%. Fakta eksperimental ini mengindikasikan bahwa pada salinitas tinggi,

mangrove menghabiskan energi lebih untuk memelihara keseimbangan air dan

konsentrasi ion dibandingkan untuk produksi primer dan pertumbuhan

(Chlough, 1984).

Pada mangrove, pengeluaran Na+ dari xilem dilakukan melalui adaptasi

anatomi yang mereduksi atau mencegah pergerakan apoplastik larutan dari luar

akar ke xilem untuk memastikan bahwa membran seluler dan transporter dapat

(7)

Kemampuan metabolisme tanaman akan terganggu jika konsentrasi garam tinggi.

Garam akan terkonsentrasi di vakuola dan solusi organik yang sesuai untuk

tanaman akan terakumulasi di sitoplasma (Flowers et al., 2015). Peningkatan

salinitas akan menghambat pertumbuhan semai mangrove. Basyuni et al., (2009)

menguji penambahan terpenoid mRNA sintesis untuk melihat pengaruhnya

terhadap salinitas pada K. candel dan B. gymnorrhiza dengan hasil terpenoid dapat

mengatasi cekaman salinitas.

(8)

0.0

(9)

Efek salinitas dan adaptasi air tawarpada jumlah daun dan luas daun semai R. apiculata

Salinitas dan adaptasi air tawar tidak memiliki efek yang tetap pada jumlah

daun dan luas daun semai R. apiculata (Gambar 1 c-d). Perbedaan jumlah daun

dan luas daun semai R. apiculata secara statistik tidak ditemukan. Jumlah daun

semai R. apiculata tertinggi sebanyak 6 helai daun pada salinitas 1.5% → 0.0 %

dan terendah sebanyak 3 helai daun pada salinitas 0.5% → 0.0% ser ta luas daun tertinggi R. apiculata sebesar 6.8 cm2 pada salinitas 0.5% → 0.0% dan terendah

sebesar 3.1 cm2 pada salinitas 3.0%. Hasil ini sesuai dengan penelitian

Kathiresan dan Rajendran (2002) yang menyatakan bahwa salinitas tidak memiliki

efek pada jumlah dan dan luas daun pada semai R. mucronata di India.

Efek salinitas dan adaptasi air tawar pada biomassa semai R. apiculata

Biomassa semai R. apiculata dengan variasi salinitas dan adaptasi air

tawar dapat dilihat pada Gambar 2. Perbedaan berat basah dan berat kering daun

dan akar semai R. apiculata dibawah pengaruh salinitas dan adaptasi air tawar

secara statistik tidak ditemukan (Gambar 2 a-b e-f).

Perbedaan secara statistik juga tidak ditemukan pada berat basah dan berat

kering batang semai R. apiculata kecuali pada salinitas 3.0% dan 3.0% → 0.0% untuk berat basah batang serta salinitas 3.0% → 0.0% untuk berat kering batang

semai R. apiculata terdapat perbedaan yang signifikan (Gambar 2 c-d). Berat

basah daun semai R. apiculata tertinggi sebesar 7.4 g pada salinitas 1.5% → 0.0%

(10)

R. apiculata tertinggi sebesar 2.2 g pada salinitas 0.0 % dan sebesar 0.9 g pada

salinitas 3.0% → 0.0% sedangkan berat kering batang semai R. apiculata

tertinggi sebesar 1.5 g pada salinitas 0.0 % dan terendah sebesar 0.4 g pada

salinitas 3.0% → 0.0%. Berat basah akar semai R. apiculata sebesar 5.3 g pada salinitas 1.5% → 0.0 % dan terendah sebesar 1.1 g pada salinitas 3.0% → 0.0% sedangkan berat kering akar semai R. apiculata tertinggi sebesar 2.5 g pada

salinitas 0.5% → 0.0% dan terendah 0.4 g pada salinitas 3.0% → 0.0%. Hal ini sesuai dengan studi Lin dan Sternbberg (1993) yang melaporkan bahwa fluktuasi

salinitas memiliki dampak negatif yang signifikan pada fotosintesis dan

pertumbuhan.

Analisis polyisoprenoid pada jaringan daun dan akar semai R. apiculata

Analisis polyisoprenoid semai pada jaringan daun dan akar semai

R. apiculata dilakukan dengan dua dimensi TLC (Sagami et al., 1992) untuk

memisahkan polyisoprenoid ke dalam keluarga polyprenol dan dolichol. Tabel 1

dan 2 meringkaskan hasil penelitian secara analitikal distribusi polyprenol dan

atau dolichol dan panjang rantai karbon setiap keluarga polyprenol dan dolichol.

Tabel 1. Nilai total lipid dan distribusi polyprenol dan dolichol pada jaringan akar dan daun semai R.apiculata

Total lipids Polyisoprenoids Polyprenols Dolichols Tipe (mg/g dw) (mg/g dw) (mg/g) (mg/g) Polyisoprenoid Polyprenol Dolichol Polyprenol Dolichol 0.0% 559.8±12.0 25.8±5.8 nd 25.8±5.8 4.6 nd 4.6 nd 100.0 I 1.5% 559.2±8.1 45.1±20.1 nd 45.1±20.1 8.1 nd 8.1 nd 100.0 I 1.5% - 0.0% 611.1±40.6 24.0±3.8 nd 24.0±3.8 3.9 nd 3.9 nd 100.0 I 3.0% 576.5±4.3 116.8±31.0 nd 116.8±31.0 20.3 nd 20.3 nd 100.0 I 3.0% - 0.0% 613.9±14.5 54.2±36.6 nd 54.2±36.6 8.8 nd 8.8 nd 100.0 I

0.0% 600.5±40.7 57.3±19.3 nd 57.3±19.3 9.5 nd 9.5 nd 100.0 I 1.5% 521.2±50.1 44.8±16.1 nd 44.8±16.1 8.6 nd 8.6 nd 100.0 I 1.5% - 0.0% 544.0±4.6 30.6±4.5 nd 30.6±4.5 5.6 nd 5.6 nd 100.0 I 3.0% 556.0±18.0 128.3±24.6 nd 128.3±24.6 23.1 nd 23.1 nd 100.0 I 3.0% - 0.0% 543.5±26.2 52.5±19.7 nd 52.5±19.7 9.7 nd 9.7 nd 100.0 I

R.apiculata

daun

Jenis Jaringan Salinitas % pada total lipid % pada polyisoprenoid

akar

(11)

Nilai total lipid pada jaringan daun semai R. apiculata (Tabel 1) berkisar

dari 559.2 - 613.9 mg g-1 berat kering dengan nilai rata-rata 584.1 mg g-1 berat

kering dengan yang terendah serta tertinggi terdapat pada salinitas 1.5% dan

salinitas 3.0% → 0.0%. Perbanding nilai total lipid pada jaringan akar semai

R. apiculata berkisar dari 521.2 – 600.5 mg g-1 berat kering dengan nilai rata-rata

553.0 mg g-1 berat kering dengan yang terendah serta tertinggi terdapat pada

salinitas 1.5% dan salinitas 0.0%. Secara kuantitatif, polyisoprenoid tertinggi

terdapat pada jaringan akar semai R. apiculata (128.3 mg g-1 berat kering pada

salinitas 3.0%). Nilai polyisoprenoid terendah terdapat pada jaringan daun semai

R. apiculata (24.0 mg g-1 berat kering pada salinitas 1.5% → 0.0%). Cekaman salinitas mempengaruhi semua proses utama seperti pertumbuhan, fotosintesis,

sintesis protein, dan energi serta metabolisme lipid (Parida dan Das, 2005).

Distribusi metabolit sekunder di tanaman jauh lebih terbatas daripada

metabolit primer. Produksi senyawa metabolit sekunder terkadang rendah (< 1%

berat kering) dan tergantung dari jenis, fisiologi, serta perkembangan tanaman

(Zhong, 2011). Distribusi polyprenol dan dolichol di daun dapat diklasifikasikan

kedalam tiga tipe (I, II, III) (Basyuni et al., 2016). Tipe I, dolichol mendominasi

polyprenol (lebih dari 90.0%). Pada penelitian ini dolichol ditemukan pada semua

jaringan daun dan akar R. apiculata (Tabel 1). Hal ini sesuai dengan studi

Skorupinska et al., (2003) yang menyatakan bahwa pemisahan keluarga

polyisoprenoid alkohol dengan kromatografi menunjukkan bahwa akar C. geoides

terakumulasi campuran alkohol jenuh dan tak jenuh, dengan dolichol (α-jenuh)

sebagai senyawa dominan utama (Dol-16 sebagai bentuk dominasi). Sedangkan

(12)

geoides. Dominasi utama polyisoprenoid di akar A. marina, B. gymnorrhiza, E.

agallocha, H. littoralis, dan S. alba ditemukan dolichol lebih dominan daripada

polyprenol, sama seperti yang ditemukan pada tipe-I di daun. Pada A. marina,

E. agallocha, H. littoralis, dan S. alba ditemukan dolichol tanpa polyprenol.

Analisis polyisoprenoid di daun mangrove, polyisoprenoid alkohol utama bukan

polyprenol melainkan dolichol yang terdeteksi di daun A. marina dan

B. gymnorrhiza, dan daun tua B. gymnorrhiza. Pada daun B. gymnorrhiza

senyawa polyprenol tidak terdeteksi (Basyuni et al., 2016). Tipe II, polyprenol

dan dolichol sama hadir. Pada penelitian ini polyprenol dan dolichol

sama-sama yang hadir tidak ditemukan pada jaringan akar dan daun semai R. apiculata.

Tipe III, polyprenol mendominasi dolichol tidak ditemukan. Pada penelitian ini

polyprenol yang mendominasi dolichol pada jaringan akar dan daun semai

R. apiculata tidak ditemui.

Tabel 2. Panjang rantai karbon dolichol pada jaringan akar dan daun semai R.apiculata*

Jenis Jaringan Salinitas Dolichol

*Angka mengacu pada panjang rantai karbon polyisoprenoid alkohol

Tabel 2 dan Gambar 3 menggambarkan distribusi senyawa dolichol pada

jaringan daun semai R. apiculata dengan panjang rantai karbon C85-C100, C85-C100,

C85-C105, C85-C100, C85-C95 ditemukan salinitas 0.0%, 1.5% , 1.5% → 0.0%, 3.0%,

(13)

semai R. apiculata dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 4 dengan panjang

rantai karbon C85-C105, C85-C105, C85-C105, C85-C110, C85-C100 ditemukan salinitas

0.0%, 1.5% , 1.5% → 0.0%, 3.0%, dan 3.0% → 0.0%. Dari tabel 2 juga

menunjukkan bahwa dolichol mendominasi di jaringan akar semai R. apiculata

dengan panjang rantai karbon C85-C110 (salinitas 3.0%). Sedangkan senyawa

polyprenol tidak ditemukan baik pada jaringan daun maupun akar semai

R. apiculata.

(14)

Gambar 4. Kromatografi lapis tipis dua dimensi (2D-TLC) polyisoprenoid alkohol dari jaringan akar semai R. apiculata salinitas 0.0% (A), 1.5% (B), 1.5% → 0.0% (C), 3.0% (D), 3.0% → 0.0% (E). Angka karbon mengacu pada panjang rantai karbon polyisoprenoid alkohol.

Perbedaan panjang rantai polyisoprenoid yang terdapat pada daun dan akar

semai R. apiculata dapat diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain peningkatan

umur (penuaan jaringan) (Swierzewski dan Danikiewicz, 2005), cekaman salinitas

(Oku et al., 2003), perbedaan jaringan (Tateyama et al., 1999;

Sumacz dan Swiezewska, 2011), dan cahaya (Swierzewski dan Danikiewicz,

2005); Basyuni et al., 2012). Panjang rantai dolichol bervariasi dari setiap

jaringan pada jenis tanaman yang sama dan muncul dari keluarga yang berbeda

(15)

(Tateyama et al., 1999). Di akar, dominasi utama dolichol melebihi polyprenol

ditemui di Ae. corniculatum, Av. alba, Av. lanata, Av. officinalis, B. parviflora,

C. tagal, N. fruticans, R.apiculata, R. mucronata, S. caseolaris, dan X.granatum

sama dengan ditemukan di daun dengan tipe-I. Kehadiran dolichol di semua

jaringan tanaman (jaringan daun, akar, dan bunga) menyatakan secara tidak

langsung bahwa polyprenol mungkin tidak berperan penting dalam mangrove,

meskipun fungsi dari polyprenol di dalam dunia tumbuhan belum jelas

(Basyuni et al., 2017).

Distribusi dolichol ditemukan di semua jaringan tumbuhan, yang

mengindikasikan bahwa dolichol digunakan sebagai gula-pembawa lipid didalam

biosintesis N-glikoprotein (Kurisaki et al., 1997; Pattison dan Amtmann, 2009).

Dolichol banyak terlibat di dalam proses selular. Peran dolichol di dalam

glikosilasi protein dan modifikasi lainnya, dolichol bebas juga memiliki fungsi

biologis penting sebagai lipid (Chojnacki dan Dallner, 1988; Bizzarri et al., 2003).

Polyprenol reduktase mungkin aktif di daun mangrove untuk mengkatalis reduksi

polyprenol ke dolichol. Kehadiran dominasi dolichol mungkin merupakan hasil

dari kondisi iklim tropika atau sub tropika (Basyuni et al., 2012; 2016). Mutasi

yag terjadi pada STT3a pada Arabidopsis, sebuah sub unit dari

oligosaccharyltransferase yang rumit bertanggung jawab untuk protein

N-glikosilasi yang juga berdampak pada dinding sel, terutama dibawah tekanan

(16)

KESIMPULAN DAN SARAN

Pertumbuhan terbaik semai R. apiculata terdapat pada salinitas 1.5 %.

Distribusi polyprenol dan dolichol pada jaringan akar dan daun R. apiculata

termasuk tipe I dengan panjang rantai karbon C85-C100, C85-C100, C85-C105,

C85-C100, C85-C95 pada jaringan daun serta panjang rantai karbon C85-C105,

C85-C105, C85-C105, C85-C110, C85-C100 pada jaringan akar pada salinitas 0.0%,

1.5%, 1.5% → 0.0%, 3.0%, dan 3.0% → 0.0%.

Saran

Perlunya dilakukan studi lanjut terhadap pertumbuhan dan senyawa

Gambar

Gambar 1. Efek salinitas dan adaptasi air tawar pada tinggi (a), diameter batang (b), jumlah daun  (c), dan luas daun (d) semai R
Tabel 1. Nilai total lipid dan distribusi polyprenol dan dolichol pada jaringan akar dan daun semai R.apiculata
Tabel 2. Panjang rantai karbon dolichol pada jaringan akar dan daun semai R.apiculata*
Gambar 3. Kromatografi lapis tipis dua dimensi (2D-TLC) polyisoprenoid alkohol dari jaringan daun semai R
+2

Referensi

Dokumen terkait

Faya Mahdia, Fiftin Noviyanto, 2013, Pemanfaatan Google Maps API Untuk Pembangunan Sistem Informasi Manajemen Bantuan Logistik Pasca Bencana Alam Berbasis Mobile

Menurut Dalman, (2013, hlm.63) “Membaca nyaring adalah kegiatan membaca dengan mengeluarkan suara atau melafalkan lambang-lambang bunyi bahasa dengan suara yang

Kesimpulan dari hasil penelitian eksperimen game Learning yang telah disampaikan pada bab diatas adalah sebagai berikut: game Learning ini berisi 30 soal yang

termasuk umur produk tersebut.Produk yang masih bagus, hampir kadaluarsa,.. atau yang sudah kadaluarsa harus dipisahkan agar barang dapat

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa sebelum memutuskan untuk mengunjungi daerah wisata, para wisatawan akan mengumpulkan informasi yang terkait dengan daerah wisata, baik

Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Proses perbandingan

yang memiliki fasilitas yang mendukung, sementara destinasi wisata Danau Toba. memiliki bandara udara yang tidak layak menjadi bandara domestik

Gambar 4.3 Rancangan DFD Level 1 Pencatatan Persediaan Bahan Baku