• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Beberapa Insektisida Terhadap Populasi Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) di Kebun Kalianta Riau Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Beberapa Insektisida Terhadap Populasi Elaeidobius kamerunicus Faust. (Coleoptera: Curculionidae) di Kebun Kalianta Riau Chapter III VI"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Percobaan

Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) kebun Kalianta, Provinsi Riau (± 50 m di atas permukaan laut) mulai bulan Agustus sampai September 2016.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman kelapa sawit varietas Tenera (DxP), Deltametrin (Decis 2,5 EC) dosis 100-150 ml/ha Asefat (Orthene 75 SP) dosis 650 g/ha, Lambda Cyhalothrin (Matador 25 EC) dosis 100-150 ml/ha, Bacillus thuringiensis (Bactospiene 16.000 IU/mg WP) dosis 500 g/ha, air, serangga penyerbuk E. kamerunicus, bunga jantan dan betina kelapa sawit.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah knapsack, , anemometer, thermo-hygrometer, ombrometer, dan lain-lain.

Metode Penelitian

Metode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dengan perlakuan pestisida (P) yaitu :

P0 : Tanpa insektisida (kontrol)

P1 : Insektisida berbahan aktif Deltametrin 2,5 EC P2 : Insektisida berbahan aktif Asefat 75 SP

P3 : Insektisida berbahan aktif Lambda Cyhalothrin 25 EC

P4 : Insektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis 16.000 IU/mg WP Jumlah ulangan : 5 (lima)

(2)

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linier aditif sebagai berikut:

Yij= µ + αi +βj+ Ԑij

i = 1,2,3,4,5 j=1,2,3,4,5

Dimana :

Yij : Hasil pengamatan pada taraf perlakuan ke-i dan kelompok ke-j µ : Nilai tengah

αi : Efek perlakuan pada taraf ke-i βj : Efek kelompok pada taraf ke-j

Ԑij : Galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

Terhadap sidik ragam yang nyata, maka dilanjutkan analisis lanjutan dengan uji jarak berganda duncan (DMRT) dengan taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian

Penentuan Lahan

Blok kebun kelapa sawit yang digunakan untuk pengamatan kumbang E. kamerunicus dipilih dengan kriteria banyaknya bunga jantan dan betina yang baru terbentuk, varietas Tenera (DxP), dan tahun tanam yang sama. Total luas blok kebun kelapa sawit yang digunakan berukuran 8,78 ha.

Survei Bunga Kelapa Sawit di Lapangan

(3)

Penetapan Peta Kerja

Penetapan peta kerja bertujuan untuk memudahkan pengamatan di lapangan, sehingga ada acuan pohon yang akan diamati pada peta blok perkebunan. Pembuatan peta kerja ini dilihat berdasarkan bunga jantan dan betina yang muncul dalam lahan yang digunakan kemudian diberi tanda dalam peta perkebunan agar tidak terjadi tumpang tindih dalam aplikasi insektisida.

Perangkap Perekat Kuning (yellow sticky trap)

Perangkap ini sudah tersedia dan siap pakai dengan ukuran 16 x 40 cm, kemudian dipotong dengan ukuran 3,5 x 40 cm. Perangkap yang akan digunakan dibalikkan terlebih dahulu, bagian luar menjadi bagian dalam begitu sebaliknya hal ini disebabkan bagian dalam yang memiliki perekat.

Pengamatan E. kamerunicus

Pengamatan dilakukan pada pagi hari (24 jam setelah aplikasi insektisida), saat E. kamerunicus aktif melakukan penyerbukan, yaitu pada rentang jam 08.00-10.00 WIB (Aminah, 2011). Pengamatan dilakukan dengan cara memotong 3 spikelet bunga jantan yang masing-masing berjumlah 1 berada di atas, tengah, dan bawah tandan bunga kelapa sawit dengan gunting tanaman, setelah itu dipindahkan ke dalam plastik transparan, diikat dan diberi label. Pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali pengamatan berturut-turut pada bunga jantan. Hal ini dikarenakan bunga jantan kelapa sawit hanya mekar dalam 4 hari saja.

(4)

berturut-turut pada bunga betina setelah aplikasi pestisida. Hal ini dikarenakan bunga betina kelapa sawit hanya mekar dalam 2 hari saja.

Peubah Amatan

Peubah amatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Populasi E. kamerunicus pada Bunga Jantan

Aktivitas E. kamerunicus diamati dari banyaknya jumlah E. kamerunicus yang mengunjungi bunga jantan kelapa sawit. Pengamatan dilakukan dengan cara kumbang E. kamerunicus berkunjung pada satu spikelet ditangkap secara langsung menggunakan botol plastik, lalu di potong spikelet tersebut, lalu dipindahkan ke plastik tranparan kemudian dimasukkan kapas yang sudah diberi etil alkohol 95% lalu diikat, setelah semuanya terbius dihitung jumlah E. kamerunicus yang tertangkap.

Pengambilan sample spikelet pada bunga jantan menggunakan metode statified random sampling, yaitu dengan mengambil 1 spikelet pada bagian atas, tengah, dan bawah bunga jantan, sehingga pengambilan spikelet sebanyak 3 spikelet/bunga jantan yang dilakukan pukul 08.00-10.00 WIB.

2. Populasi E. kamerunicus pada Bunga Betina

(5)

3. Kemunculan Kumbang E. kamerunicusBaru

Kemunculan kumbang baru dapat diketahui dengan cara memotong spikelet yang sudah 3 hari lewat mekar (anthesis) pada pohon yang telah diaplikasikan. Spikelet yang dipotong berada di atas, tengah, dan bawah bagian bunga jantan sebanyak 1 spikelet per bagian dan memasukkannya ke dalam kain kassa berukuran 15 x 4 E. kamerunicus Baru 0 cm, kemudian ujungnya diikat lalu digantung dalam ruang dan diamati selama 21 hari agar kumbang baru terlihat. Setelah 21 hari kumbang baru yang muncul dihitung.

4. Identifikasi Serangga

Kehadiran serangga yang berada disekitar pohon sample ditangkap menggunakan jaring, dimasukkan ke botol koleksi yang telah diberi label. Setelah serangga pingsan diberi alkohol lalu diidentifikasi. Identifikasi dilakukan pada bulan Oktober 2016 di Laboratorium Kultur Jaringan PPKS unit usaha Marihat.

Buku yang digunakan yaitu: Manual of Neartic Diptera Vol. 1; Manual of Neartic Diptera Vol. 2; Hymenoptera of the World: An Indentification Guide to Families; Pengenalan Pelajaran Serangga Edisi VI.

Data Pendukung:

1. Kelembaban dan Suhu Udara

Penghitungan suhu diukur dengan menggunakan thermo-hygrometer pada saat pengamatan E. kamerunicus di lapangan.

2. Kecepatan Angin

(6)

3. Curah Hujan

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Populasi E. kamerunicus pada Bunga Betina Kelapa Sawit

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan populasi dan nisbah kelamin E. kamerunicus pada bunga betina setelah diaplikasi dengan berbagai insektisida. Perlakuan aplikasi P4 (Bacilllus thuringiensis) tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan P0 (kontrol), tetapi perlakuan P1 (Delthametrin), P2 (Asefat), dan P3 (Lambda Cyhalothrin) berpengaruh nyata terhadap perlakuan perlakuan P0 (kontrol) (Tabel 1).

Tabel 1. Populasi E. kamerunicus sebelum aplikasi pada bunga betina Perlakuan Aplikasi Jenis Kelamin Total Rataan

Jantan Betina

(8)

menurunkan populasi ulat api, tetapi insektisida juga tidak hanya membunuh ulat api tetapi juga dapat menurunkan populasi kumbang penyerbuk kelapa sawit (E. kamerunicus).

Nisbah kelamin yang didapatkan sebelum aplikasi dan sesudah aplikasi insektisida di lapangan menunjukkan bahwa populasi kumbang betina (6341,50 ekor) lebih dominan dibandingkan dengan populasi kumbang jantan (3612,00 ekor). Hasil penelitian ini menunjukkan pada pengamatan pertama atau sebelum aplikasi, populasi kumbang betina sebesar3809,00 ekor/perangkap dan kumbang jantan sebesar 2157,00 ekor/perangkap (Tabel 1), sedangkan data menunjukkan pada pengamatan kedua atau setelah aplikasi, populasi kumbang betina sebesar 2532,50 ekor/perangkap dan kumbang jantan sebesar 1455,00 ekor/perangkap (Tabel 2). Dari perbandingan tersebut diketahui bahwasa populasi kumbang betina lebih tinggi dibandingkan dengan populasi jantan pada bunga betina. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Kahono et al. (2012) yang menyatakan bahwa E. kamerunicus betina adalah serangga yang palling aktif mengunjungi bunga betina dibandingkan jantan, oleh sebab itu populasi E. kamerunicus betina akan lebih tinggi pula pada bunga betina.

(9)

hidup imago betina E. kamerunicus lebih panjang yaitu 55-60 hari dibanding dengan imago 33-43 hari.

Tabel 2. Populasi E. kamerunicus setelah aplikasi pada bunga betina Perlakuan

Aplikasi Jenis Kelamin Total Rataan Jantan Betina

Ketetangan: Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

(10)

Perlakuan P1 (Delthametrin) berpengaruh nyata terhadap perlakuan P0 (Kontrol). Pada perlakuan P1 (Delthametrin) populasi kumbang E. kamerunicus sebesar 555,50 ekor/5 ulangan (rata-rata 111,10 ekor/ulangan), sedangkan pada perlakuan P0 (Kontrol) populasi E. kamerunicus sebanyak 1326,50 ekor/5 ulangan (rata-rata 265,30 ekor/ulangan) (Tabel 2.). Hal ini disebabkan adanya aplikasi dan paparan bahan aktif Delthametrin yang menyebabkan E. kamerunicus enggan untuk mengunjungi bunga betina. Delthametrin sendiri merupakan insektisida sintetik yang memiliki sifat racun yang menyerang dengan cara merusak sistem saraf. Hal ini sesuai dengan penelitian Frank & Kellner (2000) yang menyatakan bahwa Deltametrin merupakan jenis insektisida yang memiliki spektrum luas. Racunnya bekerja dengan cara menyerang dan merusak sistem saraf pada hewan dan pada manusia.

Perlakuan P2 (Asefat) menunjukkan bahwa populasi kumbang paling rendah secara signifikan sebesar 455,00 ekor/5 ulangan dengan rata-rata sebesar 91,00 ekor/ulangan (Tabel 2). Hal ini terjadi karena Asefat merupakan insektisida yang bersifat mengendap dengan jangka waktu yang panjang sehingga E. kamerunicus enggan untuk menghampiri bunga betina. Hal ini sesuai dengan peryataan NPIC (2011) yang menyatakan bahwa Asefat memiliki aktivitas racun yang panjang, dan endapan racun dari Asefat menyebabkan kematian lebih besar selama periode waktu yang lebih lama.

(11)

1326,50 ekor/5 ulangan (rata-rata 265,30 ekor/ulangan) (Tabel 2.). Hal ini disebabkan adanya paparan dari bahan aktif Lambda cyhalotrin yang menyebabkan E. kamerunicus enggan untuk mengunjungi bunga betina. Lambda cyhalotrin merupakan insektisida piretroid sintetis yang memiliki sifat racun yang menyerang dengan cara merusak sistem saraf. Hal ini sesuai dengan pernyataan NPIC (2011) yang menyatakan bahwa Lambda cyhalotrin merupakan insektisida pretroid sintetis yang merusak saluran ion dalam sel-sel saraf (neuron) dan mengganggu fungsi sel-sel dari kedua sistem saraf perifer dan pusat.

(12)

Populasi E. kamerunicus pada Bunga Jantan Kelapa Sawit

Dari hasil pengamatan E. kamerunicus pada bunga jantan setelah diaplikasi dengan berbagai insektisida diketahui bahwa semua perlakuan yaitu perlakuan P1 (Delthametrin), P2 (Asefat), P3 (Lambda Cyhalotrin), dan P4 (Bacillus thuringiensis) berpengaruh nyata terhadap perlakuan P0 (kontrol).

Tabel 3. Populasi E. kamerunicus sebelum aplikasi pada bunga jantan

Perlakuan Aplikasi Jenis Kelamin Total Rataan

Jantan Betina

Tabel 4. Populasi E. kamerunicus hari 1 setelah aplikasi pada bunga jantan

Perlakuan Aplikasi Jenis Kelamin Total Rataan

Jantan Betina

Ketetangan: Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

(13)

sebesar 5834,00 ekor/5 perlakuan (rata-rata 233,36 ekor/perlakuan) pada pengamatan kedua atau hari pertama setelah aplikasi insektisida pada saat bunga jantan anthesis 75% (Tabel 4), dan sebesar 6548,50 ekor/5 perlakuan (rata-rata 261,94 ekor/perlakuan) pada pengamatan ketiga atau hari kedua setelah aplikasi insektisida pada saat bunga jantan anthesis 100% atau penuh (Tabel 5). Hal ini sesuai dengan penelitian Hasibuan et al. (2002) yang menyatakan bahwa penggunaan insektisida di perkebunan secara konsisten dapat menurunkan populasi ulat api, tetapi insektisida juga tidak hanya membunuh ulat api tetapi juga dapat menurunkan populasi kumbang penyerbuk kelapa sawit (E. kamerunicus).

Tabel 5. Populasi E. kamerunicus hari 2 setelah aplikasi pada bunga jantan

Perlakuan Aplikasi Jenis Kelamin Total Rataan

Jantan Betina

Ketetangan: Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

(14)

ekor/5 perlakuan (Tabel 4) dan kumbang jantan sebesar 2290,00 ekor/5 perlakuan (Tabel 4) dan sedangkan data pada pengamatan ketiga atau 2 hari setelah aplikasi menunjukkan populasi kumbang betina sebesar 3940,00 ekor/5 perlakuan (Tabel 5) dan kumbang jantan sebesar 2608,50 ekor/5 perlakuan (Tabel 5). Hal ini sesuai dengan penelitian Prasetyo dan Susanto (2012) yang menyatakan bahwa perbandingan jumlah kumbang jantan dan betina di lapangan adalah 1:2. Hal ini disebabkan oleh lamanya hidup kumbang betina yang dapat mencapai 65 hari dan kumbang jantan lama hidupnya hanya 46 hari sehingga membantu meningkatkan populasi.

(15)

Kemunculan Kumbang E. kamerunicus Baru

Hasil munculnya E. kamerunicus baru pada bunga jantan setelah di aplikasi dengan berbagai insektisida diketahui bahwa semua perlakuan yaitu perlakuan P1 (Delthametrin), P2 (Asefat), P3 (Lambda Cyhalotrin), dan P4 (Bacillus thuringiensis) tidak berpengaruh nyata terhadap perlakuan P0 (kontrol).

Kemunculan kumbang baru yang tertinggi pada perlakuan P0 (Kontrol) dengan total kemunculan sebesar 813,00 ekor/5 ulangan dengan rata-rata kumbang baru yang muncul sebanyak 162,60 ekor/ulangan (Tabel 6). Perlakuan P0 (Kontrol) menunjukkan jumlah kumbang baru yang muncul lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan lain. Hal ini dapat terjadi karena perlakuan P0 (kontrol) tidak ada perlakuan insektisida, sehingga bunga jantan tempat E. kamerunicus meletakkan telur dapat berkembang biak dengan normal dan tidak terpapar oleh bahan aktif yang terkandung oleh masing-masing insektisida. Hal serupa juga ditulis dalam penelitian Hernayanti (2015) yang menyatakan bahwa pestisida dapat membunuh lebah dan berakibat buruk terhadap proses penyerbukan tumbuhan, hilangnya spesies tumbuhan yang bergantung pada lebah dalam penyerbukannya, dan keruntuhan koloni lebah. Penerapan pestisida pada tanaman yang sedang berbunga dapat membunuh lebah madu yang akan hinggap diatasnya.

(16)

jantan dan meletakkan telurnya pada bunga jantan tersebut. Delthametrin sendiri merupakan insektisida sintetik yang memiliki sifat racun yang menyerang dengan cara merusak sistem saraf. Hal ini sesuai dengan penelitian Frank & Kellner (2000) yang menyatakan bahwa Deltametrin merupakan jenis insektisida yang memiliki spektrum luas. Racunnya bekerja dengan cara menyerang dan merusak sistem saraf pada hewan dan pada manusia.

Tabel 6. Kemunculan kumbang E. kamerunicus baru dari 3 spikelet Perlakuan Jenis Kelamin Total Rataan

Jantan Betina

P0 204,00 609,00 813,00 162,60a P1 214,50 329,00 543,50 108,70a P2 310,50 504,50 815,00 163,00a P3 251,50 374,50 626,00 125,20a P4 259,00 355,00 614,00 122,80a Total 1239,50 2172,00 3411,50 Rataan 247,90 434,40 136,46

Ketetangan: Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

(17)

Identifikasi Serangga

Hasil yang didapatkan dari identifikasi serangga setelah aplikasi diketahui bahwa perlakuan P0 (Kontrol) berpengaruh nyata terhadap semua perlakuan, yaitu perlakuan P1 (Delthametrin), P2 (Asefat), P3 (Lambda Cyhalotrin), dan P4 (Bacillus thuringiensis). Hal ini dapat ditunjukkan dari data yang signifikan dalam hal jumlah serangga (Tabel 19). Pada perlakuan P0 (Kontrol), total serangga yang tertangkap sebanyak 113,00 ekor/5 ulangan, dengan rata-rata sebesar 22, 60 ekor/ulangan, dan banyaknya famili yang tertangkap sebesar 20,00 famili/perlakuan. Pada perlakuan P1 (Delthametrin), total serangga yang tertangkap sebanyak 33,00 ekor/5 ulangan dengan rata-rata sebesar 6,60 ekor/ulangan, dengan banyaknya famili yang tertangkap sebesar 13 famili/5 ulangan. Pada perlakuan P2 (Asefat), total serangga yang tertangkap sebanyak 37,00 ekor/perlakuan, dengan rata-rata 7,40 ekor/perlakuan dengan banyaknya famili yang tertangkap sebesar 17 famili/perlakuan. Pada perlakuan P3 (Lambda Cyhalotrin), total serangga yang tertangkap sebanyak 21,00 ekor/perlakuan, dengan rata-rata 4,20 ekor/perlakuan dengan banyaknya famili yang tertangkap sebesar 14 famili/5 ulangan dan merupakan perlakuan yang memiliki jumlah dan rata-rata serangga yang terendah dibandingkan dengan yang lainnya. Pada perlakuan P4 (Bacillus thuringiensis), total serangga yang tertangkap sebanyak 43,00 ekor/perlakuan, dengan rata-rata 8,60 ekor/perlakuan dengan banyaknya famili yang tertangkap sebesar 11 famili/perlakuan.

(18)

karena pada perlakuan P0 (Kontrol), pohon kelapa sawit tidak dilakukan aplikasi insektisida, sehingga pohon tidak terpapar oleh racun yang terkandung dalam insektisida kimia. Hal ini sesuai dengan penelitian Suheriyanto (2001) yang menyatakan bahwa jumlah fauna yang ditangkap di lahan yang tidak diaplikasikan pestisida lebih tinggi dibandingkan lahan yang diaplikasi pestisida.

Serangga yang tertangkap dan diidentifikasi dengan jumlah yang paling sedikit adalah perlakuan P3 (Lambda Cyhalotrin) dengan total 21,00 ekor/5 ulangan (rata-rata 4,20 ekor/ulangan) (Tabel 7). Hal ini disebabkan sifat dan cara kerja dari insektisida berbahan berbahan aktif Lambda Cyhalotrin dapat merusak sel-sel saraf dan mengganggu fungsinya. NPIC (2001) menyatakan bahwa insektisida berbahan aktif Lambda Cyhalotrin dapat merusak saluran ion dalam sel-sel saraf (neuron) mengganggu fungsi sel-sel dari kedua sistem saraf perifer dan pusat.

Tabel 7. Jumlah serangga yang tertangkap setelah aplikasi insektisida

Perlakuan Ulangan Total Rataan

Ketetangan: Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang berbeda menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata pada DMRT taraf 5%.

(19)
(20)

Tabel 20. Identifikasi serangga yang tertangkap setelah aplikasi

cyrtacarthacridinae 2 Gambar 1

Diptera Lonchaeidae 1 Gambar 2

Coleoptera Chrysomelidae 4 Gambar 3

Hemiptera Alydidae 2 Gambar 4

Homoptera Ciccanellidae 2 Gambar 5

Coleoptera Coccinellidae 1 Gambar 6

Coleoptera Curculionidae 5 Gambar 7

Diptera Bombyliidae 1 Gambar 8

Coleoptera Carabidae 1 Gambar 9

P0 U2

Coleoptera Chrysomelidae 1 Gambar 3

Hymenoptera Haltticidae 1 Gambar 10

Diptera Tachinidae 1 Gambar 11

Homoptera Derbidae 5 Gambar 12

Diptera Micropezidae 1 Gambar 13

Hymenoptera

Formicidae:

formicinae 1 Gambar 14

Orthoptera Blattidae 1 Gambar 15

Coleoptera Mycetophagidae 1 Gambar 16

Coleoptera Curculionidae 5 Gambar 7

Diptera Tephritidae 2 Gambar 17

P0 U3

Hymenoptera

Formicidae:

pseudomyrmecinae 2 Gambar 18 Coleoptera Mycetophagidae 3 Gambar 16 Coleoptera Curculionidae 33 Gambar 7

Coleoptera Lampiridae 1 Gambar 19

Coleoptera Chrysomelidae 2 Gambar 3

P0 U4

Homoptera Derbidae 2 Gambar 12

Diptera Lonchaeidae 1 Gambar 2

Homoptera Ciccanellidae 2 Gambar 5

P0 U5

Hymenoptera

Eurytomidae:

eumeninae 1 Gambar 20

Coleoptera Curculionidae 24 Gambar 7

Hemiptera Alydidae 2 Gambar 4

Homoptera Miridae 1 Gambar 21

Homoptera Ciccanellidae 1 Gambar 5

P1 U1 Hymenoptera

Braconidae:

microgastrinae 1 Gambar 22

Diptera Tephritidae 1 Gambar 17

(21)

P1 U2

Diptera Tephritidae 1 Gambar 17

Homoptera Derbidae 1 Gambar 12

Hymenoptera Formicidae:

dolichoderinae 1 Gambar 24

Hymenoptera Formicidae:

formicinae 1 Gambar 14

Diptera Milichiidae 1 Gambar 25

Diptera Tipulidae 1 Gambar 26

P1 U3

Homoptera Derbidae 3 Gambar 12

Coleoptera Mycetophagidae 1 Gambar 16

Coleoptera Bruchidae 1 Gambar 27

P1 U4

Homoptera Derbidae 1 Gambar 12

Diptera Tephritidae 1 Gambar 17

Hymenoptera Tiphiidae 1 Gambar 28

Lepidoptera Tineidae 11 Gambar 29

P1 U5

Homoptera Derbidae 2 Gambar 12

Diptera Tephritidae 1 Gambar 17

Coleoptera Mycetophagidae 1 Gambar 16

Hemiptera Delphacidae 1 Gambar 30

P2 U1

Hemiptera Delphacidae 2 Gambar 30

Homoptera Derbidae 1 Gambar 12

Diptera Lonchaeidae 1 Gambar 2

Diptera Tephritidae 1 Gambar 17

Hymenoptera

Mutiliidae:

sphaeroptthalminae 1 Gambar 31 P2 U2

Diptera Tephritidae 1 Gambar 17

Coleoptera Curculionidae 2 Gambar 7

Lepidoptera Tineidae 3 Gambar 29

P2 U3

Coleoptera Coccinellidae 1 Gambar 6

Homoptera Derbidae 1 Gambar 12

Coleoptera Curculionidae 1 Gambar 7

Hymenoptera Tiphiidae 1 Gambar 28

Hymenoptera

Mutiliidae:

sphaeroptthalminae 1 Gambar 31

P2 U4

Homoptera Ciccanellidae 2 Gambar 5

Coleoptera Chrysomelidae 1 Gambar 3

Homoptera Derbidae 3 Gambar 12

Coleoptera Lampiridae 1 Gambar 19

Diptera Otitidaee 1 Gambar 32

Coleoptera Curculionidae 2 Gambar 7

Coleoptera Carabidae 2 Gambar 9

P2 U5

Diptera Lonchaeidae 2 Gambar 2

Homoptera Derbidae 3 Gambar 12

(22)

P2 U5 Diptera Dolichoppodidae 1 Gambar 33

Hymenoptera Plumariidae 1 Gambar 34

P3 U1

Lepidoptera Arctiidaee 1 Gambar 35

Diptera Tephritidae 1 Gambar 17

Coleoptera Tenebrionidae 1 Gambar 36

P3 U2 Homoptera Derbidae 1 Gambar 12

Lepidoptera Arctiidaee 1 Gambar 35

P3 U3

Coleoptera Curculionidae 2 Gambar 7

Coleoptera Chrysomelidae 1 Gambar 3

Hymenoptera Halticidae 1 Gambar 10

Orthoptera

Acrididae :

cyrtacarthacridinae 1 Gambar 1

Coleoptera Tenebrionidae 1 Gambar 36

P3 U4 Coleoptera Curculionidae 1 Gambar 7

Coleoptera Ciccanellidae 1 Gambar 5

P3 U5

Hymenoptera

Formicidae:

formicinae 1 Gambar 14

Lepidoptera Tineidae 2 Gambar 29

Homoptera Derbidae 1 Gambar 12

Diptera Lonchaeidae 1 Gambar 2

Diptera Milichiidae 2 Gambar 25

Hymenoptera Halticidae 1 Gambar 10

P4 U1 Coleptera Curculionidae 2 Gambar 7

Diptera Tephritidae 2 Gambar 17

P4 U2

Lepidoptera Arctiidaee 1 Gambar 35

Hemiptera Delphacidae 1 Gambar 30

Coleoptera Curculionidae 10 Gambar 7

Coleoptera Chrysomelidae 1 Gambar 3

Diptera Milichiidae 1 Gambar 25

P4 U3

Hemiptera Delphacidae 1 Gambar 30

Homoptera Derbidae 3 Gambar 12

Hymenoptera Halticidae 2 Gambar 10

Hymenoptera

Formicidae:

formicinae 1 Gambar 14

P4 U4

Lepidoptera Arctiidaee 2 Gambar 35

Hymenoptera Halticidae 1 Gambar 10

Diptera Tephritidae 3 Gambar 17

Coleoptera Chrysomelidae 1 Gambar 3

(23)

1. Total populasi tertinggi kumbang Elaeidobius kamerunicus yang tertangkap pada bunga jantan diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa insektisida) sebanyak 2608,50 ekor/5 perlakuan (rata-rata 521,70 ekor/perlakuan).

2. Nisbah kelamin kumbang E. kamerunicus yang terperangkap pada bunga jantan dan betina adalah 1:2,

3. Total populasi tertinggi kumbang E. kamerunicus yang tertangkap pada bunga betina diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa insektisida) sebesar 3940,00 ekor/5 perlakuan (rata-rata 788,00 ekor/perlakuan).

4. Total kemunculan kumbang baru E. kamerunicus tertinggi diperoleh pada perlakuan P0 (tanpa insektisida) sebanyak 813,00 ekor/5 ulangan (rata-rata 162,60 ekor/ulangan)

5. Perlakuan insektisida dengan bahan aktif Asefat dapat menurunkan populasi kumbang lebih besar dibandingkan dengan bahan aktif Delthametrin, Lambda Cyhalotrin, dan Bacillus thuringiensis.

Saran

Gambar

Tabel 1. Populasi E. kamerunicus sebelum aplikasi pada bunga betina
Tabel 2. Populasi E. kamerunicus setelah aplikasi pada bunga betina
Tabel 3. Populasi E. kamerunicus sebelum aplikasi pada bunga jantan
Tabel 5. Populasi E. kamerunicus hari 2 setelah aplikasi pada bunga jantan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penjajaran urutan asam amino penyusun sitrat sintase antar spesies Pseudomonas menunjukkan adanya kemiripan yang tinggi satu dengan lainnya. Namun, urutan asam amino

Molekul karbohidrat terdiri atas atom-atom karbon, hydrogen dan oksigen. Jumlahatom hydrogen dan oksigen merupakan perbandingan 2:1 seperti pada molekul air.

Dikarenakan hal tersebut, maka diperlukannya suatu penelitian yang dapat melihat tingat kesadaran dan pemahaman para pengguna teknologi khususnya kalangan Mahasiswa FTK UIN

Memberikan contoh yang baik kepada santri adalah salah satu yang sangat ditekankan pada TPA Al-Mukhayyarah ini. Pembekalan kepada ustad dan ustazah yang mengajar agar

2( Untuk mengetahui besar efektifitas pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar matematika materi garis dan sudut siswa kelas VII MTs Al- Ma’arif

Adanya indikasi bahwa partisipasi anggaran pada kondisi ketidakpastian tugas rendah justru akan mengurangi kinerja karena dianggap merupakan pemborosan (Govindarajan

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Strata Satu

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh kesimpulan bahwa faktor yang berpengaruh lansgung secara simultan terhadap prestasi mahasiswa D3 Statistika angkatan