TINJAUAN PUSTAKA
Manfaat Kulit Telur untuk Tanaman
Cangkang telur unggas umumnya memiliki tiga lapisan yaitu kutikula,
lapisan stratum dan lapisan membran. Lapisan kutikula adalah lapisan paling luar
yang melindungi telur dari mikroorganisme, lapisan stratum adalah lapisan yang
mengandung banyak kapur, sedangkan membran adalah lapisan yang berbentuk
seperti plastik bening. Cangkang telur merupakan lapisan berkapur yang
menyusun 9-12 % dari berat total. Kandungan kulit telur menunjukkan bahwa
kulit telur berkualitas baik dari lapisan luar mengandung sekitar 2,2 gram kalsium
karbonat. Sekitar 95% dari cangkang telur kering mengandung kalsium karbonat
dengan berat 5,5 gram. Kulit telur juga mengandung fosfor sebanyak 0,3% dan
mengandung unsur mikro (magnesium, natrium, kalium, seng, mangan dan
tembaga) sebanyak 0,3% (Butcher and Richard, 2003).
Komposisi cangkang telur secara umum terdiri atas : air (1,6%) dan bahan
kering (98,4%). Dari total bahan kering yang ada, dalam cangkang telur
terkandung unsur mineral (95,1%) dan protein (3,3%). Berdasarkan komposisi
mineral yang ada, maka cangkang telur tersusun atas kristal CaCO3 (98,43%) ;
MgCO3 (0,84%) dan Ca3(PO4)2 (0,75%) (Yuwanta, 2010).
Tabel 1. Komposisi Cangkang Telur Ayam
Komponen % berat
Kalsium karbonat (CaCO3) 94
Magnesium karbonat (MgCO3)
Kalsium fosfat (CaPO4)
Bahan organik
1
1
4
Cangkang Telur sebagai Pupuk Alami
Kulit telur kering mengandung sekitar 95% kalsium karbonat dengan berat
5,5 gram (Butcher dan Miles, 1990). Sementara itu, Hunton (2005) melaporkan
bahwa kulit telur terdiri atas 97% kalsium karbonat. Selain itu, rata-rata dari kulit
telur mengandung 3% fosfor dan 3% terdiri atas magnesium, natrium, kalium,
seng, mangan, besi, dan tembaga (Butcher and Miles, 1990).
Ritapunto (2008) menyatakan bahwa kulit telur merupakan bagian
yangsangat penting sebagai pelindung dari isi telur. Kulit telur tersusun oleh
bahan organik 95,1 5, protein 3,3 % dan air 16 %. Disamping itu cangkang telur
mengandung kalsium (Ca) sebanyak 98 %, karena itu cangkang telur bisa
digunakan untuk meningkatkan kandungan kalsium kompos atau
pupuk.Kandungan kalsium yang cukup besar berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai pupuk organik bagi tanaman. Kalsium (Ca) pada tanaman berperan untuk
merangsang pembentukan bulu akar, mengeraskan batang tanaman, dan
merangsang pembentukan biji. Kalsium pada daun dan batang berkhasiat
menetralkan senyawa atau menyebabkan suasana yang tidak menguntungkan pada
tanah (Lingga dan Marsono, 2007).
Peranan kalsium pada tumbuhan menurut Pusry (2007) adalah mendorong
pembentukan dan pertumbuhan akar lebih dini, memperbaiki ketegaran dan
ketahanan tanaman, mempengaruhi peng-angkutan air dan hara-hara lain,
diperlukan untuk pemanjangan sel-sel, sintesis protein dan pembelahan sel,
mengatur translokasi karbohidrat, kemasaman dan permeabilitas sel, mendorong
produksi tanaman padi-padian dan biji tanaman, membantu menetralkan
ketahanan tanaman tidak terlepas dari peranannya memengaruhi kerja enzim
dalam metabolisme tanaman. Hal tersebut disebabkan dalam sistem metabolisme
tanaman dihasilkan senyawa metabolit sekunder, seperti fenol, fitoaleksin, dan
flavanoid, yang dapat menghambat perkembangan patogen (Irawati, 2001).
Unsur hara kalsium dalam pupuk organik dari limbah cangkang telur
berpengaruh pada pembentukan bintil akar, berperan dalam hidrolisis ATP dan
fosfolipida, merupakan ko-faktor beberapa enzim. Gejala kekurangan unsur hara
kalsium antara lain pucuk daun agak putih, menggulung, keriting atau salah
bentuk, dan perakaran tidak normal (Irawati, 2001).
Tanah Ultisol
Tanah Ultisol mengandung berbagai kendala yang berat untuk budidaya
tanaman yang saling berkaitan. Segala persoalan yang muncul dalam ultisol
bersumber pada sejarah pembentukannya. Tanah ini dibentuk oleh proses
pelapukan dan pembentukan tanah yang intensif karena berlangsung dalam
lingkungan iklim tropika dan subtropika yang bersuhu panas dan bercurah hujan
tinggi (Notohadiprawiro, 2006).
Ultisol, umum dikenal sebagai tanah liat merah, adalah salah satu dari dua
belas perintah tanah di Amerka Serikat. Departemen Pertanian taksonomi tanah
mendefinisikan sebagai tanah mineral yang tidak mengandung bahan gamping
yang banyak di dalam tanah, memiliki mineral lapuk kurang dari 10% di lapisan
atas tanah yang ekstrim, dan memiliki kejenuhan basa dikurangi 35% di seluruh
tanah.Tanah Ultisol umumnya mempunyai nilai kejenuhan basa < 35%, karena
batas ini merupakan salah satu syarat untuk klasifikasi tanah Ultisol menurut Soil
seperti pengapuran, pemupukan, dan pengelolaan bahan
organik(Notohadiprawiro, 2006).
Menurut Hakimet al.(1986), tanah ultisol memiliki kemasaman kurang
dari 5. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli menunjukkan
bahwa pemberian bahan organik dapat menambah unsur hara dan menghambat
penguapan lengas tanah serta mampu menekan kemasaman tanah. Pemanfaatan
tanah ultisol untuk pengembangan tanaman pangan lebih banyak menghadapi
kendala dibandingkan dengan tanaman perkebunan.
Sifat-sifat fisika dari tanah Ultisol umumnya buruk. Hal ini dapat dilihat
dari beberapa hal berikut ini yakni struktur tanah kurang mantap, infiltrasi dan
permeabilitas lambat, aerasinya buruk, kandungan bahan organik rendah,
porositas yang rendah sehingga tanah cenderung lebih padat, agregat kurang stabil
dan lambat akibatnya bahaya erosi dapat meningkat, bobot isi pada lapisan tanah
bawah tinggi (Utomo, 2008). Dari segi kimia tanah, ultisol mempunyai
kelemahan-kelemahan antara lain: pH tanahnya rendah berkisar 3,5 – 5,0: reaksi
tanah masam, kandungan Al, Fe, dan Mn tinggi, unsur hara rendah, biologi tanah
yang rendah karena kurangnya bahan organik dan unsur-unsur hara (Utomo,
2008)
Pengapuran
Pemberian kapur adalah salah satu upaya untuk menetralkan kemasaman
tanah. Pada tanah-tanah yang kemasamannya rendah, umumnya dibutuhkan 4
ton/ha dolomit (Lingga dan Marsono, 1986). Berdasarkan hal tersebut perlu
dilakukan pengujian pemberian pupuk dan pengapuran pada tanah-tanah yang
Kapur banyak mengandung unsur Ca tetapi pemberian kapur ke dalam tanah
umumnya bukan karena tanah kekurangan Ca tetapi karena telah terlalu masam.
Oleh karena itu, pH tanah perlu dinaikkan agar unsur-unsur hara mudah diserap
tanaman dan keracunan Al dapat dihindarkan. Umumnya bahan kapur untuk
pertanian adalah berupa kalsium karbonat (CaCO3). Kapur karbonat dihasilkan
melalui proses penggilingan langsung pada batuan kapur. Kandungan utama
dalam kapur ini adalah kalsium karbonat dan magnesium karbonat. Bila kadar
kalsium karbonatnya lebih banyak maka kapur tersebut dinamakan kalsit.
Sebaliknya, bila yang dominan adalah magnesium karbonat maka disebut dolomit.
Hasil yang diperoleh mineral penyusun gamping yang dominan yatu kalsit CaCO3
(92,11%) dan dolomit CaMg (CaCO3)2 (1,11-7,28%) dan mineral-mineral kuarsa,
siderit, pirit sebagai pengotor (Rusmadi, 2004). Jenis kapur inilah yang umumnya
digunakan sebagai upaya untuk meningkatkan pH tanah. Kedua pupuk ini bersifat
basa sehingga kalau rutin digunakan dapat meningkatkan pH tanah (Marsono dan
Sigit, 2001). Pemberian kapur dapatmengatasi masalah kemasaman tanahdan juga
menjamin tanaman dapat bertahanhidup dan berproduksi bila terjadikekeringan
(Amien et al. 1990).
Pemupukan
Pemupukan adalah penambahan bahan yang digunakan untuk
memperbaiki kesuburan tanah kedalam tanah agar tanah menjadi subur
(Hardjowigeno, 1987).Pemupukan merupakan suatu bahan organik atau anorganik
yang berasal dari alam atau buatan yang diberikan pada tanaman secara langsung
atau tidak langsung untuk menambah unsur hara esensial tertentu bagi
persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga mampu meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanamannya (Dewi et al., 2005).
Kesuburan tanaman ditentukan antara lain oleh ketersediaan unsur hara
tanah dan pemupukan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
ketersediaan unsur hara tersebut. Semua unsur hara yang dibutuhkan tanaman
harus tersedia agar diperoleh tingkat pertumbuhan yang baik dan produksi yang
tinggi (Foth, 1988).
Hijauan Makanan Ternak
Hijauan pakan ternak atau biasa disebut Hijauan Makanan Ternak
(HMT) merupakan bahan pakan yang sangat penting bagi ternak terutama ternak
ruminansia seperti sapi,
menjadi bahan pakan yang sangat disukai oleh ternak ruminansia. Setiap jenis
hijauan memiliki karakteristik yang berbeda. Dimulai dari perakaran, batang,
helaidaun, bunga, biji dan tipe pertumbuhan dari masing-masing hijauan memiliki
ciri dan morfologi yang khas mencakup bentuk, warna dan bau. Rumput pada
umumnya mempunyai sistematika sebagai berikut, yaitu Kingdom : Plantae,
Phylum: Spermatophyta; Sub phylum: Angiospermae; Class: Monocotyledoneae;
Ordo: Glumifora; Family: Gramineae(Reksohadiprodjo, 1994).
Rumput berkualitas tinggi memegang peranan penting dalam penyediaan
pakan ternak ruminansia di Indonesia. Rumput sebagai sumber hijauan pakan
telah umum dipergunakan oleh peternak dan dapat diberikan dalam jumlah yang
besar (Lubis, 1963). Selain itu rumput juga mengandung zat-zat makanan yang
bermanfaat bagi kelangsungan hidup ternak, seperti air, lemak, BETN, serat kasar,
Hijauan Makanan Ternak (HMT) yang akan diamati pada penelitian ini
adalah :
1. Paspalum notatum
Paspalum notatummerupakan rumput yang mampu beradaptasi
dalamberbagai jenis tanah, tahan terhadap asam/rendah kesuburan tanah. Berasal
dari Amerika Tengah dan Selatan dan beradaptasi di daerah tropik dan
subtropik.Rumput ini mempunyai toleransi kekeringan yang baik. Beberapa hama
atau masalah penyakit, cocok digunakan sebagai tanaman pada lahan
penggembalaan dan mampu menekan gulma setelah dibentuk serta memiliki
respons yang baik dengan nitrogen (Hanafi, 2007). Paspalum notatummemiliki
stolons dengan ukuran diameter > 5 mm, bilah daun gundul hingga berbulu,
bervariasi dari 3-10 mm lebar, dan panjang dekat ujung stolon 2-5 cm,
mempunyai batang yang tegak yakni 20-50 cm serta memiliki daun sempit yang
pendek.Paspalum notatum adalah rumput berhizome untuk penyimpanan
karbohidrat, memiliki banyak daun dan dekat dengan tanah sehingga
memudahkan ternak untuk merumput(Newman, 2013).
Paspalum notatum merupakan rumput berumbai dengan daun yang ramai
di dasar dan dangkal. Tanaman ini dapat tumbuh 30 hingga 50 cm tinggi.
Reproduksi adalah dengan biji, dan menyebar secara vegetatif dengan singkat.
Tumbuh baik pada curah hujan 800-2000 mm/tahun dan tahan kekeringan.Suhu
optimum 25-30°C. Hasil bahan kering tahunan dengan irigasi dapat melebihi 20
ton/ha, tetapi bila bergantung pada hujan tumbuh 3-8 ton/ha (Newman, 2013).
Kandungan nutrisi pada Paspalum notatumantara lain BK 18 % dengan
segar mengandung kadar kalsium (Ca) 0,33 % Pospor (P) 0,17 % dan kalium
sekitar 2,2 %, (Newman, 2013)
2. Digitaria milanjiana
Rumput Digitaria milanjianamerupakan tanaman tahunan yang bervariasi,
berstolon, (kadang-kadang berizoma atau berumpun) dengan batang berongga
tegak setinggi sampai 150 cm pada saat masak, dan helai daun sepanjang 40 cm
dan lebar 1,3 cm; bunga memiliki 3-12 tandan (kadang-kadang 2 dan sampai 18),
panjang 8-25 cm sekitar 2 juta biji/kg. Rumput berumur panjang yang berstolon
dan tumbuh rendah dengan daun yang lembut. Rumput ini berdaun lebat dan
halus, pada setiap buku pada stolonnya bisa tumbuh akar dan tangkai (Susetyo,
1980).Tanaman rumput tahunan yang mempunyai banyak stolon dan rizoma dan
membentuk lapisan penutup tanah yang padat. Ditanam untuk padang gembala
permanen dan sebagai lapisan penutup tanah untuk menahan erosi dan gulma.
Dapat digunakan sebagai hay dan untuk menekan nematoda pada sistem tanaman
pangan(Bogdan, 1977).
Di alam bebas, ditemukan tumbuh terutama pada tanah berpasir, tetapi
juga pada tanah merah, hitam berat, terkadang tergenang air, pH dari asam sampai
basa.Bertahan hidup dibawah kondisi kesuburan sedang, tetapi tumbuh baik
dengan pemupukan.Sangat tahan penggembalaan dan pemotongan.Palatabilitas
yang sangat baik dan menyebabkan daya tahan hidup yang rendah pada kondisi
penggembalaan berat(Bogdan, 1977).
Komposisi zat makanan rumput Digitaria milanjiana adalahPK sekitar
64-67%.Kecernaan BK pada haysekitar 55%. Daun hijau mengandung N 2,11%, P
0,28%, S 0,16% dan Ca 0,84% (Bogdan, 1977).
Produktivitas Hijauan Makanan Ternak
Spesies HMT tidak mempunyai nilai gizi yang sama. Hal ini diakibatkan
oleh faktor yang mempengaruhi yaitu jenis dan umur yang berbeda-beda
(Siregar, 1988). Produktivitas dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal yang mempengaruhi produktivitas antara lain umur, tanaman,
faktor hereditas, dan zat pengatur tumbuh. Faktor eksternal yang mempengaruhi
produktivitas adalah cahaya, temperatur, kelembaban, nutrisi atau garam-garam
mineral dan oksigen (Harjadi, 1993). Pertumbuhan menghasilkan penambahan
ukuran dan berat.Parameter kualitas produktivitas rumput terdiri dari produksi
segar, produksi bahan kering, tinggi tanaman, jumlah anakan dan biomassa akar
yang diuji secara obyektif.
1. Produksi segar
Kemampuan produksi dan kemampuan tumbuh serta adaptasi terhadap
berbagai jenis lahan berbeda-beda diantara jenis rumput. Produksi segar diperoleh
dengan melakukan penimbangan daun dalam keadaan segar atau tanpa dilakukan
pengeringan. Penimbangan berat segar rumput dilakukan setelah tanaman dipanen
dengan cara memotong pangkal tanaman setinggi 10-15 cm dari tanah.
Penimbangan dilakukan langsung pada saat pemotongan.
2. Bahan Kering
Bahan kering merupakan salah satu hasil dari pembagian fraksi yang
berasal dari bahan pakan setelah dikurangi kadar air. Dalam analisa ini
eksikator, dan penjepit. Pada prinsipnya dalam analisa bahan kering ini adalah
dengan menggunakan penimbangan dari hasil produksi segar kemudan dioven
sebanyak dua kali. Pengovenan pertamad dilakukan untuk memperoleh data
produksi kering dengan oven 600 C selama 24 jam. Pengovenan kedua untuk
memperoleh data berat kering dngan menggunakan oven 1050 C selama 8 jam.
Analisa bahan kering memiliki peran yang sangat penting karena tidak semua
ternak mampu mengkonsumsi pakan dalam bentuk segar.
3. Jumlah anakan tanaman
Rumput yang mempunyai stolon atau rhizoma dapat menyebar dan
menguasai areal tumbuh dengan cepat karena membentuk perakaran yang intensif
pada setap buku stolon atau rhizoma. Parameter yang mencerminkan kemampuan
itu adalah jumlah anakan (Priyanto, 2012). Jumlah anakan tanaman adalah anakan
yang muncul dari dalam tanah atau tumbuh pada rhizoma batang, bukan yang
tumbuh ke samping pada buku - buku batang yang tidak terpotong. Pada tanaman
yang mempunyai anakan jika telah mempunyai daun, artinya daun telah membuka
dengan sempurna.
4. Pertumbuhan tinggi tanaman
Pertumbuhan tanaman didefinisikan sebagai pertambahan ukuran yang dapat
diketahui dengan adanya pertambahan panjang, diameter, dan luas bagian
tanaman.Pengukuran tinggi tanaman adalah dengan cara menegakkan seluruh
daun ke atas sampai tegak lurus, kemudian dilakukan pengukuran secara vertikal
5. Biomassa Akar
Biomassa akar adalah semua biomassa dari akar tumbuhan yang hidup.
Hasil pengamatan biomassa akar dapat dinyatakan per satuan tanaman. Biomassa
bisa dinyatakan dalam ukuran berat, seperti berat kering dalam satuan gram, atau
dalam kalori. Oleh karena kandungan air yang berbeda setiap tumbuhan. Maka
biomassa di ukur berdasarkan berat kering. Biomassa akar dapat diperoleh dengan
cara memotong batas akar kemudian dibersihkan dari tanah yang menempel.
Selanjutnya akar ditimbang dan diamati.
Pemanenan/Pemotongan
Pemanenan/Pemotongan dilakukan oleh manusia atau direnggut langsung
oleh ternak yaitu pengambilan bagian tanaman yang ada di atas permukaan tanah.
Pemanenan terutama oleh manusia dimana pemanenan yang baik adalah pada
periode akhir vegetatif atau menjelang berbunga. Dalam praktek biasanya panen
dilaksanakan pertama kali 60-90 hari setelah tanam, selanjutnya dilaksanakan
setiap 30-50 hari pada musim penghujan dan setiap 60 hari pada musim kemarau
(Hutasoit et al., 2009)
Pemanenan dengan menggunakan sabit yang dilaksanakan oleh manusia
dilakukan dengan menyisakan 10 cm dari permukaan tanah. Perlakuan demikian
untuk menjamin pertumbuhan kembali hijauan yang telah dipanen(Rodney et al.,