• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata) Pada Tikus Dengan Metode Defekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Daun Cincau Hijau (Cyclea barbata) Pada Tikus Dengan Metode Defekasi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Di IndonesiacincauhijauyangbernamalatinCycleabarbataMiers banyak ditemui di berbagai tempat, mulai dari pasar tradisional sampaisupermarket.Di beberapadaerah,tanamaninidikenaldengan

namacamcao(Jawa),camcauh(Sunda),juju, kepleng,krotok,tahulu, tarawalu,telor,terungkemau(Melayu).Bagi masyarakatIndonesia cincau hijau dikonsumsi sebagai campuran minuman yang menyegarkan.Ada empatjeniscincauyangdikenalmasyarakat,yaitu cincau hijau, cincau hitam dan cincau minyak serta cincau perdu. Bentukfisikkeempattanamanini sangatberbedasatusamalainnya.

NamunmasyarakatIndonesiaamatmenggemarijeniscincauhijau,hal ini karenafisikdauncincauhijautipisdanlemassehinggalebihmudah diremas untukdijadikan gelatinatauagar-agar. Aromacincauhijau tidak langu. Cincau hijau yang berbentuk agar-agar berasal dari daunnyayangdiremas-remasdandicampurairmatang.Aircampuran

ituakanberwarnahijau.Setelahdisaringdandibiarkanmengendap, akan menghasilkan lapisan agar-agar berwarna hijau (Heny dan Dian, 2004).

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Kingdom

(2)

Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Ranales

Famili : Menispermae Genus : Cyclea

Spesies :Cyclea barbata L. Miers (Heyne,1987).

2.1.2 Morfologi tumbuhan

Batang tanaman ini bulat, berdiameter ± 1 cm dan merambatkearahkananpadapohoninangsertatinggi/panjang ± 5-16 m. Bentuk daunnya seperti perisai atau jantung, berwarnahijau,bagianpangkalnyaberlekukdan bagiantengah melebar sertaujungnya meruncing. Tepidaunberombak dan permukaan bawahnya berbulu halus,sedang permukaan atasnyaberbulukasardanjarang.Panjangdaunbervariasi±5-16 cmdan bertulangdaunmenjari (Heny dan Dian, 2004)

(3)

kelopak yang berbulu. Benangsari mempunyaisatutangkaidengankepalasari bergeromboldiujungnya.Setiapkepalasarimempunyaiempat sel yangakanpecahdengansendirinyajika sudahmasak.Buah tanamancincauhijaukecil-kecil,berbentukbulat dan agak berbulu.Setiapbuahmengandung1-2 bijiyangkerasberbentuk bulattelur.Akarcincauhijau dapattumbuhmembesarseperti umbidenganbentuktidakteratur.Dalamkeadaansegar,akar ini berdagingdanmengandungbanyakcairan.Padaakaryang

sudahkering,warnakulitluarnya berubah menjadi coklatke abu-abuan,mempunyaisisir-sisiryang membujur dan terlihatmenonjol (Taryono, 2003).

2.1.3 Kandungan Kimia Tumbuhan

Secaraumumkandungandauncincauhijau adalah karbohidrat, lemak, protein dan senyawa-senyawa lainnya sepertiPolifenol,Flavonoidsertamineral-mineral danvitamin- vitamin,diantaranyaKalsium, Fosfor dan Vitamin A serta Vitamin B (Hatta, 1995)

2.1.4 Kegunaan Kandungan Tumbuhan 2.1.4.1. Polifenol

(4)

vitaminCdanvitaminE.Kelompok-kelompoksenyawafenolikterdiridariasam-asam fenolat dan flavonoid.Fenolmerupakanzat antioksidandarigolongan antioksidasipemutusrantaiyang akan memotong perbanyakanreaksi berantaisehinggaakan mengendalikan dan mengurangi peroksidasi lipid manusiadimanaperoksidasilipid merupakanreaksi rantaidenganberbagaiefek

yangberpotensialmerusak danjugamerupakan

sumberradikalbebas.Efekdariradikalbebas adalah perusakanjaringanin vivosehinggamenimbulkan penyakitkanker,proses penuaan,peradangan, aterosklerosisdan lain sebagainya (Raharjo, 2004).

2.1.4.2. Flavanoid

Senyawaflavonoidmempunyaiikatangula yang disebut aglikon yang berikatan dengan berbagai gula dansangatmudahterhidrolisis ataumudahlepasdari gugus gulanya.Flavonoidmerupakanantioksidanyang potensialuntuk mencegahpembentukanradikalbebas. Senyawatersebut mempunyai sifat anti bakteri dananti viral (Raharjo, 2004)

2.1.4.3 Glikosida

Glikosida adalah suatu senyawa, bila dihidrolisis akan terurai menjadi gula (glikon) dan senyawa lain (aglikon atau genin). Glikosida yang gulanya berupa glukosa disebut glukosida. Glikosida dibedakan menjadi α- glikosida dan β

(5)

2007).

2.1.4.4 Tanin

Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu. Menurut batasannya, tanin dapat bereaksi dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut dalam air. Sebagian besar tumbuhan yang banyak bertanin dihindari oleh hewan pemakan tumbuhan karena rasanya yang sepat. Kita menganggap salah satu fungsi utama tanin dalam tumbuhan ialah sebagai penolak hewan pemakan tumbuhan (Robinson, 1995). 2.1.4.5 Steroida/Triterpenoid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isopren dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen. Senyawa tersebut mempunyai struktur siklik yang relatif kompleks, kebanyakan merupakan suatu alkohol, aldehid atau asam karboksilat (Harbone, 1987).

(6)

2.2 Simplisia dan Ekstrak 2.2.1 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan (DepKes, 2000). 2.2.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (DepKes, 2000).

Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat di simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar yang tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya (Anief, 1999).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat aktif dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi kedalam dua cara yaitu:

a. Cara dingin, yaitu:

(7)

kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

2. Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umunya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

b. Cara Panas

1. Refluks adalah ektraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umunya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

2. Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik. 3. Digesti, adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada

temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50oC.

(8)

5. Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 oC) dan temperatur sampai titik didih air (DepKes, 2000).

2.3Uraian Usus Halus

Bagian saluran cerna tempat berlangsungnya pencernaan dan penyerapan makanan adalah usus halus. Usus halus mulai dari pylorus dan berlingkar-lingkar dalam rongga perut sampai ke usus besar. Garis tengah usus halus kira-kira 2,5 cm dan panjangnya sekitar 6,35 m. Secara anatomi usus halus dibagi dalam tiga bagian, yaitu duodenum (kira-kira 25cm), yeyenum (kira-kira 2,5 cm), dan ileum (kira-kira 3,6 m) (Anwar, 2000).

2.3.1 Histologi

Secara histologik, usus halus terdiri atas beberapa lapisan melingkar, berupa lapisan otot (musculus) dan lampisan lender (mukosa). Lapisan yang paling dalam (lapisan mukosa) sangat berperan pada proses penyerapan obat (Aiache, dkk., 1993)

Gambar 2.1 Irisan melintang saluran cerna

(9)

kelenjar penghasil alkali. Dua lapis otot polos, yaitu otot sirkular (bentuk spiral yang rapat) berperan dalam mengkontraksi usus dan otot longitudinal (spiral panjang) berperan dalam memendekkan usus. Di dalam lapisan otot ini terdapat jaringan saraf (pleksus Mienterikus). Lapisan serosa merupakan lapisan terluar yang melapisi usus dan juga dinding rongga abdomen dimana usus terletak (Asih, 1996).

2.3.2 Gerakan Usus

Agar proses yang terjadi di dalam usus halus berjalan baik dan lancar, dinding usus harus mencampuradukkan bubur makanan yang diterima dari lambung dengan cairan usus, dan memaparkan bubur ini kepada permukaan mukosa usus dan menggerakkan bubur isi usus ke bawah sepanjang usus ke arah kolon (Anwar, 2000).

Saraf parasimpatik yang intrinsik membebaskan asetilkolin yang memulai kontraksi usus. Sedangkan saraf-saraf simpatik akan membebaskan noradrenalin yang akan merelaksasi dinding usus. Saraf parasimpatik yang ekstrinsik merupakan cabang-cabang dari saraf vagus. Zat-zat kimia endogen yang dapat menambah gerakan usus adalah gastrin, cholecystokinin, dan angiotensin II. Adrenalin, noradrenalin dan secretin akan merelaksasi dinding usus. Zat-zat kimia yang dibebaskan setempat yang dapat menambah gerakan usus adalah histamin, prostaglandin dan serotonin, namun peran zat-zat kimia ini dalam pengendalian gerakan usus yang normal tidak jelas (Anwar, 2000).

2.4 Uraian Diare

(10)

pencernaan yang normal. Frekuensi dan konsistensi berbeda-beda pada tiap individu. Sebagai contoh, beberapa individu defekasi tiga kali sehari, sedangkan yang lainnya hanya dua atau tiga kali seminggu (Wells, dkk, 2006).

Secara normal makanan yang terdapat di dalam lambung dicerna menjadi bubur (chymus), kemudian diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim. Setelah terjadi resorpsi, sisa chymus tersebut yang terdiri dari 90% air dan sisa-sisa makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada di colon mencerna lagi sisa-sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian besar dari sisa-sisa-sisa-sisa tersebut dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga direabsorpsi kembali sehingga akhirnya isi usus menjadi lebih padat. Tetapi kadang terjadi peristaltik usus yang meningkat sehingga pelintasan chymus sangat dipercepat dan masih mengandung banyak air pada saat meninggalkan tubuh sebagai tinja. Penyebab utamanya adalah bertumpuknya cairan di usus akibat terganggunya resorpsi air dan atau terjadinya hipersekresi. Pada keadaan normal, proses reabsorpsi dan sekresi dari air dan elektrolit-elektrolit berlangsung pada waktu yang sama di sel-sel epitel mukosa. Proses ini diatur oleh beberapa hormon, yaitu resorpsi oleh enkefalin, sekresi diatur oleh prostaglandin dan neurohormon V.I.P. (Vasoactive Intestinal Peptide). Biasanya reabsorpsi melebihi sekresi, tetapi karena suatu sebab sekresi menjadi lebih besar daripada reabsorpsi, oleh karena itulah diare terjadi (Tan dan Rahardja, 2002).

2.4.1. Klasifikasi diare

(11)

a. Diare akibat virus, misalnya influenza perut dan travelers diarrhea yang disebabkan antara lain oleh rotavirus dan adenovirus.

b. Diare akibat bakteri (invasif), dapat disebabkan oleh Salmonella, Shigella, Campylobacter, dan jenis Coli tertentu.

c. Diare parasiter, dapat disebabkan oleh Entamooeba Hystolitica, Giardia Lambia, Cryptosporidium dan Cyclospora yang terutama terjadi didaerah

tropis.

d. Diare akibat enterotoksin, penyebabnya adalah kuman-kuman yang membentuk enterotoksin, yang terpenting adalah E.Coli dan Vibrio Cholerae dan yang jarang adalah Shigella, Salmonella, Campylobacter dan

Entamoeba Hystolitica (Tjay dan Rahardja, 2002).

2. Klasifikasi berdasarkan organ yang terkena infeksi:

a. Diare infeksi enternal atau diare karena infeksi di usus (bakteri, virus, parasit).

b. Diare infeksi parenteral atau diare karena infeksi di luar usus (otitis, media, infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran urin, dan lainnya).

3. Klasifikasi diare berdasarkan lamanya diare:

a. Diare akut atau diare karena infeksi usus yang bersifat mendadak, dan bisa berlangsung terus selama beberapa hari. Diare ini disebabkan oleh karena infeksi usus sehingga dapat terjadi pada setiap umur dan bila menyerang umumnya disebut gastroenteritis infantile.

(12)

2.4.2 Obat-obat diare

Obat-obat yang digunakan dalam pengobatan diare dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu:

1. Kemoterapeutik, untuk terapi kausal yakni memberantas bakteri penyebab diare, seperti antibiotik, sulfonamid, kinolon dan furazolidon.

2. Obstipansia, yang dibagi menjadi:

a. zat-zat penekan peristaltik, candu dan alkaloidanya, derivat petidin (difenoksilat dan loperamid), dan antikolinergik (atropine dan ekstrak belladonna).

b. adstringen, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnya asam samak (tanin) dan tanalbumin, garam-garam bismuth dan aluminium.

c. adsorbensia, misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannya dapat menyerap zat-zat beracun yang dihasilkan oleh bakteri. Yang termasuk juga dalam golongan ini, antara lain adalah pektin, garam-garam bismuth dan aluminium.

3. Spasmolitik, yakni zat-zat yang dapat melepaskan kejang-kejang otot yang sering kali menyebabkan nyeri perut pada diare (Tjay dan Rahardja, 2002).

Obat antimotilitas (penekan peristaltik) secara luas digunakan sebagai terapi simtomatis pada diare akut ringan sampai sedang. Opioid seperti morfin. difenoksilat dan kodein menstimulasi aktivitas reseptor μ pada neuron mienterikus

(13)

loperamid tidak dapat menyebabkan ketergantungan. Antibiotik, berguna hanya pada infeksi spesifik tertentu, misalnya pada penyakit kolera dan disentri basiler yang dapat diterapi dengan tetrasiklin. Kuinolon adalah obat yang lebih baru yang tampaknya efektif melawan patogen diare yang paling penting (Neal, 2006). 2.5 Loperamid Hidrokloridum

Loperamid merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi yang dua sampai tiga kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap susunan saraf pusat sehingga tidak menimbulkan ketergantungan. Zat ini mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali (Tjay dan Rahardja, 2002).

Loperamid tidak diserap dengan baik melalui pemberian oral dan penetrasinya ke dalam otak tidak baik, sifat-sifat ini menunjang selektifitas kerjanya. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4 jam sesudah minum obat. Masa laten yang lama ini disebabkan oleh penghambatan motilitas saluran cerna dan karena obat mengalami sirkulasi enterohepatik (Sardjonodkk., 2004). Loperamid memperlambat motilitas saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinalis usus. Obat ini berikatan dengan reseptor opioid sehingga diduga efek konstipasinya diakibatkan oleh ikatan loperamid dengan reseptor tersebut. Waktu paruh 7-14 jam (Marcellus, 2001). Kurang dari 2% dieliminasi renal tanpa diubah, 30% dieliminasi fekal tanpa

diubah dan sisanya dieliminasi setelah mengalami metabolisme dalam hati sebagai glukoroid ke dalam empedu (Bircher dan Lotterer, 1993).

(14)

Oleum ricini atau castor oil atau minyak jarak berasar dari biji Ricinus communis suatu trigliserida risinoleat dan asam lemak tidak jenuh. Di dalam usus

halus minyak jarak dihidrolisis oleh enzim lipase menjadi gliserol dan asam risinoleat. Asam risinoleat inilah yang merupakan bahan aktif sebagai pencahar. Minyak jarak juga bersifat emolien. Sebagai pencahar obat ini tidak banyak digunakan lagi karena banyak obat yang lebih aman. Minyak jarak menyebabkan kolik, dehidrasi yang disertai gangguan elektrolit. Obat ini merupakan bahan induksi diare pada penelitian diare secara eksperimental pada hewan percobaan (Teke, et al., 2007).

Menurut Katzung (2001), asam risinoleat hasil hidrolisis castor oil, merupakan iritan lokal yang dapat meningkatkan motilitas usus. Mula kerjanya cepat dan berlangsung terus sampai senyawa ini diekskresi melalui kolon. Dosis oleum ricini adalah 2 sampai 3 sendok makan (15 sampai 30 ml), diberikan sewaktu perut kosong. Efeknya timbul 1 sampai 6 jam setelah pemberian, berupa pengeluaran buang air besar berbentuk encer (Anwar, 2000).

2.7 Metode-metode Pengujian Antidiare

Ada 3 metode yang biasa digunakan untuk pengujian antidiare, yaitu (Vogel, 2002) :

1. Metode margens (pengamatan lintas norit)

(15)

kecil dari kontrol bahwa dapat disimpulkan bahwa sampel uji memiliki efek antidiare.

2. Metode pola defekasi

Pada metode ini diamati frekuensi buang air besar, konsistensi feses, massa feses dan waktu terjadinya diare. Semuanya diamati dalam jangka waktu tertentu. Jika frekuensi buang air besar lebih kecil, konsistensi feses lebih padat, massa feses lebih banyak dan waktu diare lebih lama dibandingkan kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa yang diuji memiliki efek sebaga anti diare.

3. Secara in vitro

Gambar

Gambar 2.1 Irisan melintang saluran cerna

Referensi

Dokumen terkait

Tata guna lahan koridor Jalan Cihapit didominasi dengan fasilitas komersial di sisi kanan dan kiri jalan dimana terdapat Pasar Cihapit yang berfungsi

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa variabel independen yaitu pendapatan pajak restoran, pajak hiburan, pajak hotel dan pendapatan retribusi tempat rekreasi

Dari evaluasi sumur P-346 yang menggunakan pompa terpasang tipe ESP IND-675/49 Hz 97 stage dengan kedalaman Pump Setting Depth (PSD) 1969,64 ft dan Total Dynamic Head (TDH) sebesar

Dari semua alih fungsi bastion dan pelengkung, transformasi yang ada di bastion/ pojok beteng sebagian besar adalah transformasi dari sebuah tempat perlindungan

Produktifitas tenaga kerja dan alat struktur pelat lantai sis- tem floor deck lebih tinggi dibandingkan dengan struktur pelat lantai konvensional, sedangkan kinerja

To the extent permitted by law, Phillip Futures, or persons associated with or connected to Phillip Futures, including but not limited to its officers,

Selanjutnya untuk prosedur selanjutnya dalam melakukan wakaf uang diatur dalam pasal 29 yakni: (1) Wakaf benda bergerak berupa uang sebagaimana dimaksud dalam pasal 28

Berdasarkan implementasi kegiatan pengabdian masyarakat dan evaluasi dengan mitra dapat disimpulkan bahwa (a) Pelaksanaan kegiatan ini telah mampu meningkatkan