• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Cyber Law - Makalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Makalah Cyber Law - Makalah"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan

dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor impor.

Perdagangan ini merupakan suatu transaksi sederhana, yaitu membeli dan menjual

barang antar pengusaha yang masing-masing bertempat tinggal di negara-negara

yang berbeda.1

Perkembangan teknologi informasi dewasa ini berkembang dengan pesat

dan cepat. Teknologi informasi telah mengubah perilaku masyarakat dan

peradaban manusia secara global. Di samping itu perkembangan teknologi

informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dan menyebabkan

perubahan struktur sosial masyarakat yang secara signifikan berlangsung dengan

cepat. Teknologi informasi memberikan kontribusi yang sangat besar bagi

peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban umat manusia2

Ekspor impor dewasa ini sering juga disebut sebagai bisnis dokumen atau

bisnis surat berharga.

.

3

1

Etty Susilowati Suhardo, Cara Pembayaran dengan Letter of Credit dalam Perdagangan Luar Negeri (Semarang: FH UNDIP, 2001), hal. 2

2

Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI dalam Sistem Hukum Indonesia, (Bandung: Refika Aditama, 2004), hal. 4.

3

Amir M.S, Letter of Credit Dalam Bisnis Ekspor Impor, (Jakarta: PPM, 2003), hal. 1.

Hal ini disebabkan realisasi suatu transaksi pada umumnya

diwakili oleh dokumen-dokumen pengapalan seperti Bill of Lading, faktur

perdagangan, draft, polis asuransi dan lainnya. Pengertian dari Letter of Credit itu

(2)

importir nasabah bank devisa bersangkutan dan ditujukan pada eksportir diluar

negeri yang menjadi relasi dari importir tersebut. Bank penerbit L/C menjamin

untuk mengakseptir wesel yang ditarik tersebut asal sesuai dan memenuhi semua

syarat yang tercantum di dalam surat tersebut. Segala ketentuan praktek dan

kebiasaan kredit berdokumen terdapat didalam ketentuan yang dikenal sebagai

The Uniform Customs and Practice for Documentary.

Sebagaimana yang dikatakan H. M. N Purwosutjipto, bahwa dipandang

dari sudut jual beli perusahaan, perbuatan ekspor impor adalah perikatan yang

timbul dari perjanjian jual beli perusahaan yang telah ditutup. Ekspor impor

adalah prestasi penjual dalam usahanya untuk menyerahkan barang kepada

pembeli diseberang lautan. Jadi, ekspor impor adalah perbuatan penyerahan oleh

penjual kepada pembeli. Ini merupakan unsur pertama dari pelaksanaan perjanjian

jual beli perusahaan. Sedangkan unsur kedua adalah pembayaran.4

Jual beli secara umum diatur KUHPerdata., sedangkan jual beli

perdagangan tidak diatur dalam KUHPerdata maupun KUHD, melainkan

berdasarkan perjanjian antara pihak-pihak, dan kebiasaan yang berlaku dalam

Mengingat jual beli merupakan salah satu bentuk perjanjian, maka

perjanjian jual beli tunduk pada Hukum Perjanjian pada umumnya. Batasan

tentang perjanjian dalam Hukum Perdata terdapat dalam Pasal 1313 KUH Perdata

yang menyebutkan:

“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau

lebih yang mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”

4

(3)

perdagangan. Sebagai ketentuan umum, KUHPerdata tetap berlaku terhadap jual

beli perdagangan sepanjang tidak diperjanjikan secara khusus menyimpang.5

Bagi perkembangan perekonomian Indonesia, transaksi ekspor impor

merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting, karena dapat

meningkatkan pencarian sumber-sumber devisa yang antara lain adalah

meningkatkan transaksi-transaksi ekspor dan menekankan

pengeluaran-pengeluaran devisa dengan cara membatasi aktivitas-aktivitas impor6

Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 sebagaimana

perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

(selanjutnya dalam penelitian ini akan digunakan istilah UU Perbankan), bahwa

sektor perbankan yang memiliki posisi strategis sebagai lembaga intermediasi dan

penunjang sistem pembayaran merupakan modal yang sangat menentukan dalam

proses penyesuaian yang dimaksud. Peranan perbankan nasional perlu

ditingkatkan sesuai dengan fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan dana . Sejak

penandatanganan General Agreement on Trade and Services (GATS), Indonesia

mulai meningkatkan transaksi ekspor. Dukungan Indonesia terhadap kelancaran

perdagangan internasional, yaitu dengan meratifikasi konvensi World Trade

Organization (WTO) pada tanggal 15 April 1994 yang implementasinya terdapat

dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Ratifikasi WTO, maka

pelaksanaan transaksi pembayaran ekspor impor di Indonesia merupakan hal yang

tidak terpisahkan dari perdagangan global tersebut.

5

C.S.T Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia-Aspek Hukum Daiwa Ekonomi-bagian 2 (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2001), hal. 8

6

(4)

masyarakat dengan lebih memperhatikan pembiayaan kegiatan sektor

perekonomian nasional.

Bank sebagai suatu lembaga keuangan memberikan peranan penting dalam

jasa-jasa pembayaran perdagangan internasional, seperti untuk transaksi

pembayaran melalui internet banking atau melalui sistem The Society for

Worldwide Interbank Financial Telecomunication (SWIFT). Sistem SWIFT

merupakan bagian dari internet banking. Secara obyektif, SWIFT

mempertemukan data komunikasi dan memproses kebutuhan dari masyarakat

keuangan global7

Bank Indonesia telah menerbitkan Surat Edaran Nomor 26/34/ULN

tanggal 17 Desember 1993, yang menyatakan bahwa Bank Indonesia memberikan

pilihan kepada bank umum yang menerbitkan Letter of Credit (L/C) boleh tunduk . Kedua sistem ini memiliki peranan yang sangat penting dalam

dunia perbankan, karena mempercepat proses transaksi pembayaran internasional.

Pembayaran melalui internet banking dengan menggunakan Letter of

Credit (L/C) lebih efisien dan efektif. Letter of Credit (L/C) dalam perdagangan

internasional merupakan instrumen yang sangat penting. Letter of Credit (L/C)

berperan sangat dominan sebagai alat pembayaran ekspor impor. Letter of Credit

(L/C) sebagai suatu instrumen dalam perdagangan internasional diatur secara

internasional oleh Kamar Dagang Internasional (International Chambers of

Commerce). Peraturan ini dituangkan dalam The Uniform Customs and Practice

for Documentary Credit (dalam penelitian ini akan disingkat menjadi UCPDC

600).

7

(5)

atau tidak pada UCP 2007 Revision, ICC Publication Nomor 600. Demikian juga

di luar negeri, bank-bank komersial sudah menundukkan Letter of Credit (L/C)

yang diterbitkan pada UCPDC 600.

Transaksi L/C melalui internet banking, dalam prakteknya sangat

membantu bagi kelancaran transaksi perbankan. Namun demikian transaksi

tersebut juga dapat menimbulkan suatu permasalahan hukum tersendiri, misalnya

hukum apa (choice of law) yang akan digunakan oleh para pihak jika terjadi

sengketa, mengingat para pihak pada umumnya tinggal dalam lingkup negara

yang berbeda serta kekuatan pembuktian data melalui internet banking.

B. Permasalahan

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini

adalah:

1. Bagaimanakah pembayaran melalui internet banking dengan

menggunakan Letter of Credit dalam perspektif KUHPerdata?

2. Bagaimanakah mekanisme ekspor dengan pembayaran Letter of Credit

melalui internet banking?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum bagi bank pembayar dalam transaksi

Letter of Credit melalui internet banking?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan

a. Untuk mengetahui pembayaran melalui internet banking dengan

(6)

b. Untuk mengetahui mekanisme ekspor dengan pembayaran Letter of

Credit melalui internet banking

c. Untuk mengetahui perlindungan hukum bagi bank pembayar dalam

transaksi Letter of Credit melalui internet banking

2. Manfaat

a. Secara Teoretis

Diharapkan akan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan

pengetahuan ilmu hukum, khususnya pengetahuan ilmu hukum

keperdataan.

b. Secara Praktis

Dapat diajukan sebagai pedoman dan bahan rujukan bagi rekan-rekan

mahasiswa, masyarakat, praktisi hukum dan pemerintah agar dapat

lebih mengetahui dan memahami tentang pembayaran melalui internet

banking dengan menggunakan Letter of Credit dikaitkan dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan lainnya

yang terkait di Indonesia. Penelitian ini juga sedapat mungkin

dilakukan agar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Suatu

peraturan yang baik adalah peraturan yang tidak saja memenuhi

persyaratan-persyaratan formal sebagai suatu peraturan, tetapi

menimbulkan rasa keadilan dan kepatutan yang dilaksanakan/

(7)

D. Keaslian Penulisan

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian

mengenai “Analisis Yuridis Pembayaran melalui Internet Banking dengan

Menggunakan Letter of Credit Dikaitkan dengan KUH Perdata dan Undang-Undang Perbankan (Studi pada Salah Satu Bank Negeri di Medan)”

belum pernah dibahas oleh mahasiswa lain di lingkungan Universitas Sumatera

Utara dan penelitian ini asli disusun oleh penulis sendiri dan bukan plagiat atau

diambil dari penelitian orang lain. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses

menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat

dipertanggung-jawabkan kebenarannya secara ilmiah. Apabila ternyata ada skripsi yang sama,

maka penulis akan bertanggung jawab sepenuhnya.

E. Tinjauan Kepustakaan

Seorang pengusaha, dalam menjalankan perusahaan yang dipimpinnya

selalu berpegang pada prinsip ekonomi, yaitu mendapatkan keuntungan yang

sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Dengan demikian

seorang pengusaha akan memilih cara yang dipandangnya paling baik dan

memberikan manfaat yang besar bagi perusahaannya, baik itu cara memilih tenaga

kerja, letak perusahaan, cara pemasaran, alat angkutan, ataupun mengenai cara

pembayaran.

Cara pembayaran secara tunai dirasa kurang praktis jika digunakan untuk

lalu lintas perdagangan internasional. Oleh karena itu muncul cara-cara

(8)

seperti yang dikemukakan oleh Emmy Pangaribuan Simanjutak: “Adalah menjadi

suatu kenyataan bahwa pada jaman sekarang ini di dalam lalu lintas perdagangan

terdapat suatu kemajuan dalam cara–cara pembayaran dengan mempergunakan

alat-alat pembayaran kredit dan pembayaran kontan selain dengan mata uang”.8

1. Sebelum saat terjadi penyerahan, atau sering disebut dengan cara

pembayaran kredit.

Oleh karena dalam perjanjian jual beli para pihak bebas untuk menentukan

sendiri apa yang diinginkan berdasarkan persetujuan para pihak, seperti diatur

dalam Pasal 1338 KUH Perdata, demikian pula mengenai cara pembayaran,

seperti yang diatur dalam Pasal 1513 KUH Perdata yang mengatakan bahwa

“kewajiban utama si pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan

tempat sebagaimana ditetapkan di dalam persetujuan”. Sehingga pada dasarnya

pembayaran dalam perjanjian jual beli dapat dilaksanakan sebagai berikut:

2. Pada saat terjadi penyerahan barang, atau sering disebut dengan

pembayaran tunai.

3. Sesudah saat terjadi penyerahan barang, atau sering disebut dengan

pembayaran wesel inkaso.

Sedangkan pihak penjual, menurut Pasal 1474 KUHPerdata, mempunyai

dua kewajiban utama, yaitu menyerahkan barang dan menanggungnya.9

8

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Hukum Dagang Surat Berharga, Fakultas Hukum UGM, 1982, hal. 45

9

R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2001), hal. 63.

Cara

pembayaran yang sudah umum dipergunakan dalam perdagangan ekspor impor

(9)

importir dapat merasa aman bahwa hak-hak mereka ada kepastiannya. Kemudian

dengan dikeluarkannya PP No. 1 tahun 1982 tentang Ekspor Impor dan Lalu

Lintas Devisa, maka cara pembayaran yang lain pun dapat dipergunakan di dalam

transaksi ekspor impor. Dalam hal ini Pemerintah mengadakan perluasan cara

pembayaran untuk meningkatkan frekuensi ekspor impor. Berdasarkan ketentuan

Pasal 3 PP No. 1 tahun 1982 jo. SK Menteri Perdagangan dan Koperasi No.

27/1/1982, tata cara pembayaran dalam transakasi ekspor impor dapat

dilaksanakan dengan:10

1. Pembayaran di muka (advance payment) 2. Letter of Credit (L/C)

3. Wesel inkaso (Collection Draft)

4. Document Against Payment (D/P)

5. Document Against Acceptance (D/A)

6. Perhitungan kemudian (Open Account) 7. Konsinyasi

8. Cara Pembayaran lain yang lazim dalam perdagangan luar negeri sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Dalam hal cara pembayaran dimuka, importir berpeluang untuk

memperoleh kerugian, sebaliknya hal ini dapata mendatangkan keuntungan bagi

pihak eksportir. Hal ini disebabkan karena dalam cara pembayaran ini importir

melakukan pembayaran terlebih dahulu sebelum eksportir mengirimkan

barangnya. Untuk cara pembayaran yang seperti ini sebaiknya dilakukan antara

importir dan eksportir yang sudah saling kenal dan saling percaya, ataupun untuk

jumlah impor barang yang relatif kecil.11

10

Ramlan Ginting, Letter of Credit Tinjauan Aspek Hukum dan Bisnis, (Jakarta: Salemba Empat, 2000), hal. 29.

11

(10)

Cara pembayaran dengan Letter of Credit merupakan sistem yang sering

dipergunakan. Disini bank penerbit, atas permintaan dan atas beban importir

mengeluarkan alat atau surat untuk kepentingan eksportir. Bank penerbit

melakukan pembayaran kepada pihak eksportir melalui bank di negara eksportir.

Sistem pembayaran dengan menggunakan L/C ini merupakan sistem yang paling

aman dan memberikan kepastian kepada kedua belah pihak, baik pihak importir

ataupun pihak eksportir. Pembukaan L/C ini menimbulkan hak dan kewajiban dari

pihak yang terkait yaitu eksportir, importir, dan bank, yakni eksportir tidak dapat

mengambil uang di bank jika ia tidak dapat menunjukkan dokumennya,

sebaliknya pihak importir tidak dapat mengambil barangnya apabila ia tidak dapat

menunjukkan dokumennya terhadap bank. Seperti diketahui bahwa latar belakang

sistem ini dipakai karena situasi alam yang menyebabkan munculnya cara

pembayaran seperti ini, yaitu:

1. Pihak penjual merasa berkeberatan untuk melepaskan barangnya sebelum

menerima pembayaran, sedangkan pembeli merasa berkeberatan untuk

melakukan pembayaran atas barang sebelum memperoleh penyerahan atas

barang.

2. Melaksanakan kebersamaan antara pembayaran atas harga barang dengan

penyerahan nyata barang sangat sukar untuk dilaksanakan karena tempat

(negara) antara satu pihak dengan yang lainnya jaraknya begitu jauh. Oleh

karena itu timbul suatu usaha dengan dilakukannya pembayaran harga atas

(11)

Pengaturan mengenai sistem pembayaran dengan menggunakan L/C ini

telah diusahakan kearah kesatuan dan bersifat internasional, yakni dengan

dikeluarkannya suatu peraturan baku. Di dalam bahasa Inggris namanya adalah

Unidits, dalam bahasa Belanda namanya adalah Uniforme regelen en Usances met

Betrekking tot Dokumentaire Credieten, sedangkan di dalam bahasa Perancis

namanya adalah Regles et Usances Uniformes Relatives au Credits

Documenteires. Setelah beberapa kali dilakukan peninjauan (revisi) oleh I.C.C

(International Chamber of Commerce), yaitu kantor internasional untuk

perdagangan, maka peraturan yang berlaku saat ini adalah UCP 600 tahun 2007.

Di dalam sistem pembayaran dengan menggunaka wesel inkaso, maka bank atas

perintah dari eksportir melakukan penagihan pembayaran tas harga barang.

Apabila penagihan ini disertai dengan pengiriman dokumen-dokumen kepada

importir, maka oleh karena itu disebut juga dengan Documentary Collection/

Documentary Draft. Sedangkan apabila penagihan pembayaran atas harga barang

tanpa disertai dengan pengiriman dokumen pada importir, maka dinamakan

dengan Clean Collection/ Clean Draft. Eksportir dapat meminta kepada bank

yang meneruskan dokumen-dokumen tersebut kepada importir atas dasar

pembayaran ataupun kondisi:

1. Document against Payment (D/P), yaitu apabila importir telah melakukan

pembayaran maka akan menerima penyerahan dokumen.

2. Document against Acceptance (D/A), yaitu apabila importir telah

melakukan akseptasi terhadap wesel maka akan menerima penyerahan

(12)

Cara pembayaran dengan perhitungan kemudian, yaitu pembayaran

dilakukan di kemudian hari pada tanggal yang telah ditentukan, atau dengan cara

memindahkan rekening importir kedalam rekening eksportir. Cara pembayaran ini

dapat menimbulkan keuntungan sepihak bagi importir, karena ia dapat mengambil

barang setelah menerima dokumen-dokumen dari eksportir. Sebaliknya sistem ini

dapat menimbulkan kerugian bagi eksportir karena ia masih menunggu

pembayaran yang tergantung pada importir. Biasanya sistem ini dilakukan antara

importir dan eksportir yang sudah saling percaya atau berada dibawah satu

perusahaan induk.12

Cara pembayaran dengan konsinyasi, yaitu pembayaran yang dilakukan

oleh importir kepada eksportir apabila barang tersebut sudah terjual, dimana

eksportir mengirimkan barangnya telebih dahulu kepada importir.

13

Sistem pembayaran dapat dilakukan dengan cara pembayaran lain yang

dilakukan berdasarkan kesepakatan para pihak yang akan mengadakan transakasi

perdagangan ekspor impor, baik yang menggunakan jasa perantaraan bank

ataupun tidak. Dengan demikian eksportir maupun importir yang akan melakukan

transakasi perdagangan ekspor impor dalam melaksanakan pembayaran dapat

memilih salah satu cara pembayaran yang ada yang dipandang sesuai dan

memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan yang dipimpinnya. Pada

dasarnya Pemerintah tidak akan membatasi penggunaan cara pembayaran yang

lain berdasarkan kesepakatan bersama, bahkan memberikan

kelonggaran-kelonggaran agar frekuensi kegiatan perdagangan internasional khususnya ekspor

12

Ibid, hal. 130

13

(13)

non migas semakin meningkat untuk menambah devisa negara dan berguna bagi

jalannya pembangunan nasional. Inilah sebenarnya yang menjadi tujuan utama

adanya kebijaksanaan untuk membebaskan penggunaan cara-cara pembayaran

yang digunakan dalam kegiatan perdagangan internasional.

Dewasa ini letter of credit bukanlah merupakan satu-satunya cara

pembayaran dalam kegiatan ekspor impor, namun peranan L/C tetap penting

karena dengan cara pembayaran ini dapat memberikan rasa aman, baik bagi pihak

eksportir, maupun bagi pihak importir. Eksportir merasa aman karena pembayaran

atas barang-barang yang dikirimkan kepada importir ada kepastiannya. Hal ini

disebabkan pengiriman atas barang baru akan dilaksanakan oleh pihak penjual

apabila ia telah memperoleh pemberitahuan dari pihak bank tentang adanya

pembukaan kredit yang diperuntukkan baginya. Sedangkan pihak eksportir dapat

merasa aman karena pembayaran terhadapa jual-beli tersebut baru akan direalisir

oleh bank apabila penjual telah menyerahkan dokumen-dokumen atas barang yag

dimaksud sesuai dengan perjanjian.14

Yang berarti bank-bank harus memeriksa semua dokumen dengan

ketelitian yang selayaknya untuk memastikan bahwa dokumen-dokumen tersebut

secara lahiriah telah sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan kredit. Pasal 14 huruf a UCP 600 thn 2007 menyebutkan:

“Nominated bank yang bertindak sesuai dengan nominasinya, confirming

bank, jika ada, dan issuing bank wajib memeriksa suatu persentasi untuk

menentukan, atas dasar dokumen – dokumen semata, apakah dokumen – dokumen tersebut kelihatan secara fisik merupakan persentasi yang sesuai atau tidak”

14

(14)

Dokumen-dokumen lahiriah yang tidak sesuai satu sama lain akan dianggap

sebagai dokumen yang tidak sesuai dengan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan

kredit. Pada dasarnya pihak yang berkepentingan langsung dalam perdagangan

antar negara adalah eksportir dan importir, namun karena adanya berbagai

kesulitan teknis dalam hal pembayaran perdagangan antar negara, maka salah satu

cara untuk mengatasi hambatan tersebut adalah dengan membuka Letter of Credit.

Ada beberapa pendapat dari para sarjana yang mengemukakan tentang

pengertian atau defenisi dari Letter of Credit, antara lain yaitu:

Hartono, mengatakan Letter of Credit adalah suatu alat atau surat yang

dikeluarkan oleh suatu bank atas permintaan pihak pembeli. Dengan adanya L/C,

bank tersebut menyetujui, bahwa wesel-wesel tersebut, jika memenuhi syarat yang

tercantum dalam L/C nya, maka akan dibayar sebagaimana mestinya dengan

akseptasi dan atau pembayaran yang terakhir ini bergantung kepada jenis-jenis

wesel yang ditentukan dalam Letter of Credit, yaitu apakah wesel-wesel itu “time

bills exchange” atau “bill of exchange payable on demand”.15

Amir, memberi batasan bahwa L/C adalah suatu surat yang dikeluarkan

oleh suatu bank atas permintaan importir langganan bank tersebut yang ditujukan

kepada eksportir luar negeri yang menjadi relasi importir itu, yang memberi hak

kepada eksportir untuk menarik wesel-wesel atas importir bersangkutan untuk

sejumlah uang yang disbutkan dalam surat kesepakatan tersebut.

16

Dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Letter of

Credit adalah suatu perintah atau order yang biasanya dilakukan oleh pembeli

15

Hartono Hadisoeprapto, Kredit Berdokumen Cara Pembayaran Dalam Jual Beli Perniagaan, (Yogyakarta: Liberty, 1984), hal. 12

16

(15)

atau importir kepada bank, untuk membayar sejumlah uang kepada penjual atau

eksportir. Pada umumnya, sebelum seorang importir membuka L/C di suatu bank,

importir tersebut telah membuat perjanjian jual-beli (sale contract) terlebih dahulu

dengan pihak eksportir. Berdasarkan kontrak jual-beli tersebut importir membuka

L/C di suatu bank di tempat ia berdomisili. Hal ini dilakukannya tidak lain untuk

mempermudah cara pembayaran atas jual-beli yang dilakukannya dengan pihak

eksportir, dimana masing-masing pihak berdomisili di lain negara, di samping

juga untuk memenuhi isi perjanjian jual-beli yang diperkuat oleh kedua belah

pihak yang menjadi dasar pembukaan L/C tersebut. Pemenuhan atas isi perjanjian

antara kedua belah pihak ini sudah tentu pula didasarkan kepada

dokumen-dokumen yang harus ada di dalam L/C. adapun dokumen-dokumen-dokumen-dokumen tersebut antara

lain sebagai berikut:17

1. Bill of Lading (B/L)

2. Invoice (faktur)

3. Polis Asuransi

4. Packing List

5. Dokumen-dokumen lainnya

Bill of Lading (B/L) biasanya disebut dengan “cognossement” atau “surat

muatan kapal laut”, yang berfungsi sebagai surat bukti perjanjian pengangkutan

dan tanda bukti barang. Dokumen lain yang harus dilengkapi adalah Invoice

(faktur). Invoice merupakan suatu nota yang dibuat oleh eksportir mengenai

barang-barang yang dijaul kepada importir. Sedangkan polis asuransi adalah

perjanjian asuransi atau pertanggungan atas barang yang dijual dalam bentuk

17

(16)

sepucuk akta. Dengan adanya polis asuransi, maka pihak eksportir akan merasa

aman bahwa barang-barang yang dikirimkannya akan memeperoleh tanggungan

bilamana terjadi sesuatu atas barang-barang tersebut yang merugikannya.

Dokumen selanjutnya yang harus dilampirkan adalah packing list. Dokumen ini

memuat daftar atau perincian lengkap mengenai barang-barang yang akan

dikirimkan oleh eksportir, yang terdapat dalam setiap peti kemas. Sedangkan

dokumen-dokumen lainnya, yang juga memiliki arti penting dalam L/C adalah

sertifikat asal barang (certificate of origin), faktur konsuler (consuler factur),

keterangan ukuran berat (certificate of weight), keterangan kualitas barang

(certificate of inspection), dan sertifikat perincian barang (certificate of analysis).

Dengan adanya dokumen-dokumen ini, maka jelaslah bahwa kepastian hukum

dan rasa aman dalam pembayaran dengan menggunakan L/C dapat dirasakan oleh

para pihak yang terlibat dalam transakasi perdagangan internasional tersebut.

Untuk memberikan kemudahan pada para pihak yang terlibat dalam

transaksi perdagangan, maka diadakan berbagai macam L/C sesuai dengan

kebutuhannya. Pada umumnya dikenal Revacable L/C, Irrevacable L/C, dan

Confirmed L/C. Sedangkan bila dilihat dari segi yang mengeluarkan L/C, dikenal

Banker L/C dan Merchant L/C. Letter of Credit dapat pula dibagi tas bermacam

bentuk bila dilihat dari syarat-syaratnya, seperti Documentary L/C, dan Open L/C.

Dapat pula dilihat dari segi pembayarannya yang dikenal dengan Sight L/C, dan

Usance L/C. Menurut hak eksportir, dikenal pula dua macam L/C yaitu

(17)

Transferable L/C merupakan L/C yang mengijinkan pihak penerima L/C

memindahkan L/C tersebut sebagian atau seluruhnya kepada penjual eksportir

kedua yang berada dalam satu negara ataupun berada dalam negara yang berbeda.

Sedangkan Non-Transferable L/C merupakan L/C yang tidak dapat dipindah

tangankan. Untuk mempermudah para pihak dalam hal biaya atau cara

pembayaran, maka dikenal beberapa jenis L/C khusus, misalnya Revolving L/C

yang memungkinkan untuk melakukan lebih dari satu kali transaksi sebelum L/C

tersebut jatuh waktunya. Kemudian dikenal pula Back to Back Credit, Red Clause

Credit, Negocierings Credit, Confirmed Negocierings Credit, dan Standby L/C.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Letter of Credit

mempunyai peranan yang sangat penting dalam dunia perdagangan internasional,

meskipun L/C bukanlah merupakan satu-satunya alat pembayaran dalam kegiatan

perdagangan internasional (ekspor impor). Hal ini semata-mata disebabkan karena

L/C merupakan alat pembayaran yang dapat memeberikan rasa aman bagi pihak

eksportir ataupun importir.

F. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan permasalahan dan tujuan dari penelitian,

maka sifat penelitian yang sesuai adalah deskriptif analistis. Penelitian deskriptif

analistis artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang

menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa

(18)

jawaban atas permasalahan mengenai pembayaran melalui internet banking

dengan menggunakan Letter of Credit dikaitkan dengan KUH Perdata dan

undang-undang perbankan.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif yang disebut juga sebagai penelitian doktrinal (doctrinal research) yaitu

suatu penelitian yang menganalisis hukum baik yang tertulis di dalam buku (law

as it is written in the book), maupun hukum yang diputuskan oleh hakim melalui

proses pengadilan (law it is decided by the judge through judicial process)18.

Penelitian hukum normatif dalam penelitian ini didasarkan data sekunder dan

menekankan pada langkah-langkah spekulatif-teoritis dan analisis

normatif-kualitatif.19

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

normatif yang merupakan prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan

kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.20

18

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2006), hal 118.

19

J. Supranto, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hal 3.

20

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang: UMM Press, 2007), hal 57.

Logika

keilmuan yang juga dalam penelitian hukum normatif dibangun berdasarkan

disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang

objeknya hukum itu sendiri. Dengan demikian penelitian ini meliputi penelitian

terhadap sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan, dan beberapa

buku mengenai pembayaran melalui internet banking dengan menggunakan

(19)

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini diperlukan jenis sumber data yang berasal dari

literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian, sebab penelitian ini

merupakan penelitian dengan pendekatan normatif yang bersumber pada data

sekunder.

Data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah sekunder yang terdiri

dari:

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan

mengikat yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan

peraturan lainnya yang berkaitan.21

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Data dari pemerintah yang berupa

dokumen-dokumen tertulis yang bersumber pada perundang-undangan,

di antaranya:

2) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

3) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan

4) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik.

5) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Ratifikasi WTO

6) Peraturan Pemerintah 1 tahun 1982 tentang Ekspor Impor dan Lalu

Lintas Devisa

21

(20)

7) Surat Edaran Bank Indonesia No. 27/9/UPPB Tentang Penggunaan

Teknologi Sistem Informasi oleh Bank.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa buku,

penelusuran internet, jurnal, surat kabar, makalah, skripsi, tesis

maupun disertasi.22

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk

maupun penjelasan atas bahan hukum primer dan sekunder, berupa

kamus dan ensiklopedia. Selain itu juga buku mengenai metode

penelitian dan penulisan hukum untuk memberikan penjelasan

mengenai teknik penulisan skripsi.23

3. Alat Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi ini,

maka penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan cara:

a. Dokumen/Studi kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang

dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut

dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi

pribadi maupun dari perpustakaan, artikel-artikel baik yang diambil

dari media cetak maupun media elektronik, makalah ilmiah, , peraturan

perundang-undangan, dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan

meteri yang dibahas dalam skripsi ini.

22

Sri Mamuji, Teknik Menyusun Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: UI Press, 2006), hal 12.

23

(21)

b. Wawancara, yang mana wawancara dilakukan dengan Dwiko

Warmanto selaku TSC Manager di PT. Bank Mandiri Tbk. Trade

Servicing Center Medan. yaitu merupakan suatu teknik pengumpulan

data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data.

Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara

lisan, baik langsung maupun tidak langsung yang dilakukan terhadap

sumber yang berkaitan dengan skripsi ini.

4. Analisa Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data

ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan data.24

Lexy J. Moloeng mengatakan bahwa "proses analisis data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara,

pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi,

dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.25

Data yang telah dikumpulkan baik dari penelitian kepustakaan maupun

data yang diperoleh di lapangan, selanjutnya akan dianalisis dengan pendekatan

kualitatif. Analisis kualitatif yaitu metode analisis data yang mengelompokkan

dan menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan

kebenarannya. Kemudian analisis itu akan dihubungkan dengan teori-teori yang

diperoleh dari studi kepustakaan. Analisa data termasuk penarikan kesimpulan

24

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1993), hal. 103.

25

(22)

dilakukan secara induktif dan deduktif, sehingga diharapkan akan memberikan

solusi dan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain

memuat Latar Belakang, Pokok Permasalahan, Tujuan dan

Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan

Kepustakaan, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II : Bab ini akan dibahas tentang tinjauan terhadap transaksi ekspor

impor dengan menggunakan Letter of Credit, yang isinya memuat

antara lain tentang ekspor-impor, Letter of Credit, dan transaksi

ekspor impor dengan menggunakan Letter of Credit.

BAB III : Bab ini akan membahas tentang pengaturan internet banking di

Indonesia, yang isinya antara lain memuat pengertian internet

banking, tujuan dan manfaat internet banking, sistem keamanan

internet banking, pengaturan internet banking di Indonesia.

BAB IV : Bab ini akan membahas tentang pembayaran melalui internet

banking dengan menggunakan Letter of Credit dalam

perspektif KUH Perdata dan Undang-Undang Perbankan (studi

pada Bank Mandiri Wil. I Cab. Medan), yang memuat tentang

pembayaran melalui internet banking dengan menggunakan

Letter Of Credit dalam perspektif KUH Perdata, mekanisme

(23)

banking, dan perlindungan hukum bagi bank pembayar dalam

transaksi Letter of Credit melalui internet banking.

BAB V : Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran, yaitu sebagai bab

kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan dan saran mengenai

Referensi

Dokumen terkait

“Importir adalah perusahaan yang melakukan kegiatan perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar negeri ke dalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan

Dalam praktek perdagangan yang menggunakan cara pembayaran dengan L/C sebagaimana yang dilakukan eksportir dan importir di Kotamadia Bengkulu jarang terjadi penyimpangan,

Bagi perusahaan pemegang API yang melaksanakan impor dan telah membuka L/C-nya atau melakukan pembayaran dengan cara-cara yang lazim dipergunakan dalam perdagangan internasional

Neraca pembayaran adalah catatan dari semua transaksi ekonomi internasional yang meliputi perdagangan, keuangan dan moneter antara penduduk dalam negeri dengan penduduk

Dengan penjualan kredit para pembeli dapat mencicil pembayaranya sesuai dengan kesepakatan antara penjual dan pembeli sehingga cara ini dapat dapat diandalkan untuk meningkatkan

penjual dan calon pembeli barang dan jasa. Di pasar antara penjual dan pembeli akan melakukan transaksi. Transaksi adalah kesepakatan dalam kegiatan jual-beli...

Importir akan berhubungan dengan issuing bank, hal ini disebabkan karena dalam proses pembayaran (dalam perdagangan yang dilakukan oleh exportir dan importir), pihak

Alat bayar yang berupa surat kredit yang diterbitkan oleh Bank ( Issuing Bank ) dari Pembeli di Luar Negeri ( Importir ), bahwa pembayaran akan dilakukan sesuai dengan