• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN FARMASI FISIKA WIBY id

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN FARMASI FISIKA WIBY id"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang

Farmasi merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang mempunyai kombinasi dari ilmu kesehatan, ilmu kimia dan termasuk ilmu fisika. Dalam bidang farmasi tidak hanya mempelajari cara membuat, mencampur, meracik formulasi obat, dan mengidentifikasi bahan obat, tetapi juga mempelajari ilmu fisika. Salah satu ilmu fisika yang dipelajari oleh seorang farmasis adalah farmasi fisika.

Farmasi fisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang ilmu fisika dan mengaplikasikannya ke bidang farmasi. Banyak yang dapat dipelajari di farmasi fisika misalnya rheologi, kelarutan, mikromeritik dan lain-lain. Selain itu, farmasi fisika juga mempelajari tentang stabilitas suatu obat.

Stabilitas obat adalah kemampuan suatu produk untuk mempertahankan sifat dan karakteristik agar sama dengan pada saat di buat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan.

Kestabilan obat dapat diketahui dari ada tidaknya penurunan kadar selama penyimpanan. Kestabilan suatu zat atau obat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat formulasi suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar dan memerlukan waktu yang lama. Sediaan obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari suatu zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan dan bisa menjadi dampak negatif bagi kesehatan pasien. Oleh karena itu perlu untuk mengetahui. faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat, sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat optimum.

(2)

yang bagaimana suatu obat dapat bertahan lebih lama, serta mampu memperkirakan kadaluarsa suatu obat.

I.2 Maksud dan Tujuan I.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dari percobaan yaitu, untuk mengetahui dan memahami cara penentuan kestabilan obat pada berbagai pH dan suhu.

I.2.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan yaitu, menetapkan kestabilan amoksisilin pada berbagai pH yaitu pH 4,0 ; 5,0 ; 6,0 dan pada berbagai suhu yaitu 400C, 500C dan 600C.

I.3 Prinsip percobaan

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA II.1 Teori

Stabilitas obat adalah derajat degradasi suatu obat dipandang dari segi kimia. Stabilitas suatu obat adalah suatu pengertian yang mencakup masalah kadar obat yang berkhasiat. Batas kadar obat yang masih bersisa 90% tidak dapat lagi disebut sub standar waktu diperlukan hingga tinggal 90% disebut umur obat ( Martin, 1983)

Waktu simpan minimum adalah periode yang dibutuhkan suatu produk yang berada pada batas spesifikasi ‘release’ saat pembuatan untuk mencapai batas spesifikasi periksa. Suatu produk dinyatakan stabil jika tidak menunjukan degradasi bermakna , tidak terjadi perubahan fisika, kimia, mikrobiologi, sifat biologi, dan produk tetap dalam batas spesifikasi simpan.

Dalam bidang farmasi obat masih dapat diterima apabila sebagian obat mengalami peruraian sampai batas tertentu, yaitu suatu kadar obat masih berada dalam kadar yang ditetapkan dalam farmakope indonesia atau farmakope lainnya, batas kadar yang dimaksud adalah 90%. Artinya kalau kadar obat masih diatas 90%, obat tersebut masih dapat digunakan. Tapi jika kadar obat kurang dari 90%, maka obat tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi (Tungadi, R dan Thomas, N, 2013).

Kestabilan suatu zat merupakan faktor yang harus diperhatikan dalam membuat suatu sediaan farmasi. Hal ini penting mengingat suatu obat atau sediaan farmasi biasanya diproduksi dalam jumlah yang besar. Obat yang disimpan dalam jangka waktu yang lama dapat mengalami penguraian dan mengakibatkan hasil urai dari zat tersebut bersifat toksik sehingga dapat membahayakan dan berdampak negatif bagi kesehatan pasien. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kestabilan suatu zat, sehingga dapat dipilih suatu kondisi dimana kestabilan obat optimum.

(4)

sehingga praktis digunakan dalam bidang farmasi. Hal-hal yang penting diperhatikan dalam penentuan kestabilan suatu zat dengan cara kinetika kimia adalah (Anonim, 2004):

1. Kecepatan reaksi

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi 3. Tingkat reaksi dengan cara penentuannya

Pada pembuatan obat harus diketahui waktu paruh suatu obat. Waktu paruh suatu obat dapat memberikan gambaran stabilitas obat, yaitu gambaran kecepatan terurainya obat atau kecepatandegradasi kimiawinya. Panas, asam-asam, alkali-alkali, oksigen, cahaya, kelembaban dan faktor-faktor lain dapat menyebabkan rusaknya obat. Mekanisme degradasi dapat disebabkan oleh pecahnya suatu ikatan, pergantian spesies, atau perpindahan atom-atom dan ion-ion jika dua molekul bertabrakan dalam tabung reaksi (Moechtar, 1989).

Ada dua hal yang menyebabkan ketidakstabilan obat, yang pertama adalah labilitas dari bahan obat dan bahan pembantu, termasuk struktur kimia masing-masing bahan dan sifat kimia fisika dari masing-masing bahan. Yang kedua adalah faktor-faktor luar, seperti suhu, cahaya, kelembaban, dan udara, yang mampu menginduksi atau mempercepat reaksi degradasi bahan. Skala kualitas yang penting untuk menilai kestabilan suatu bahan obat adalah kandungan bahan aktif, keadaan galenik, termasuk sifat yang terlihat secara sensorik, secara miktobiologis, toksikologis, dan aktivitas terapetis bahan itu sendiri. Skala perubahan yang diijinkan ditetapkan untuk obat yang terdaftar dalam farmakope. Kandungan bahan aktif yang bersangkutan secara internasional ditolerir suatu penurunan sebanyak 10% dari kandungan sebenarnya (Voight, R., 1994).

II.2 Uraian Bahan

1.Amoxilin (Dirjen POM, 1995)

Nama Resmi : Amoxilinum

(5)

RM/BM : C16H19N3O5S/ 419,45 Rumus Struktrur

:

Pemerian : Serbuk hablur, putih, praktis tidak berbau

Kelarutan : Sukar larut dalam air dan metanol, tidak larut dalam benzena, dalam karbon tetraklorida dan dalam kloroform.

Khasiat : Infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran nafas, infeksi saluran genital

Kegunaan : Sebagai sampel

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, pada suhu kamar terkendali

2.Iodium (Dirjen POM, 1979) Nama resmi : Iodum

Sinonim : Iodium

RM/BM : I2 / 166,0 Rumus struktur : I I

Pemerian : Hablur heksahedral, transparan atau tidak berwarna, opak dan putih, atau serbuk butiran putih. Higroskopik

Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, lanih mudah larut dalam air mendidih, larut dalam etanol 95 % P, mudah larut dalam gliserol P.

Khasiat : Antijamur

(6)

3. Natrium Tiosulfat (Dirjen POM, 1979) Nama resmi : Natrii Thiosulfas

Sinonim : Natrium Tisulfat

RM/BM : Na2S2O3/ 248,17

Rumus struktur :

Pemerian : Hablur besar tidak berwarna dan serbuk kasar. Dalam udara lembab meleleh basah, dalam hampa udara pada suhu diatas 330 merapuh Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut

dalam etanol (95%).

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Kegunaan : Sebagai larutan baku. 4. Amilum (Dirjen POM, 1979).

Nama Resmi : Amylum Oryzae

Sinonim : Pati Beras

RM/BM : C12H20O10/ 324

Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk sangat halus, putih, tidak berbau, tidak berasa.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol (95%).

Penyimpanan : Dalam wadah tetutup baik, ditempat yang sejuk dan kering.

Kegunaan : Sebagai indikator. 5. Natrium hidroksida (Dirjen POM, 1979)

(7)

RM/BM : NaOH/40,00 Rumus struktur : Na – O – H

Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, kering, rapuh dan mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif. Segera menyerap CO2 Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air dan etanol (95%) Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Kegunaan : Sebagai larutan baku

BAB III METODE KERJA III.1 Alat dan Bahan

III.1.1 Alat-Alat yang digunakan 1. Batang pengaduk 2. Buret 25 ml (Pyrex) 3. Corong

4. Gelas ukur (Pyrex)

(8)

6. Labu takar 100 ml 7. Waterbath (Memmert) 8. Pipet volume 1 ml (Pyrex) 9. Sendok tanduk

10. Statif dan klem 11. Termometer (Pyrex) 12. Timbangan kasar (Citizen) III.1.2 Bahan-Bahan yang digunakan

1. Alumunium foil 2. Amoksisilin 3. Kertas timbang 4. Larutan dapar pH 4,0 5. Larutan dapar pH 5,0 6. Larutan dapar pH 6,0 7. Larutan I2 0,01 N 8. Larutan Na2S2O3 0,1 N 9. Larutan HCl 0,1 N 10. Larutan NaOH 0,1 N 11. Larutan kanji 0,5 % 12. Tissue roll

III.2. Cara kerja III.2.1 Pengaruh pH

1. Ditimbang amoksisilin 100 mg pada timbangan kasar sebanyak tiga kali. Masing-masing dimasukkan pada larutan dapar pH 4,0 ; 5,0 dan 6,0.

2. Dicukupkan sampai 100 ml dalam labu takar 100 ml. 3. Panaskan hingga suhu 500C pada waterbath.

(9)

5. Pada masing-masing pH, 1 ml pertama dimasukkan dalam erlenmeyer, ditambah dengan NaOH 0,1 N. Kemudian ditambah dapar pH 4,0 kemudian didiamkan selama 5 menit.

6. Ditambah lagi dengan 1 ml HCL 0,1 N.

7. Ditambah dengan I2 0,01 N, homogenkan didiamkan selama 10 menit ditempat gelap sampai berwarna kuning buram.

8. Ditambah dengan indikator kanji sebanyak 3 tetes.

9. Dilakukan titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tak berwarna.

10. Volume yang diperoleh sebagai V1.

11. Untuk 1 ml kedua ditambah dengan dapar pH 4,0 sebanyak 4 ml. Diamkan selama 5 menit, kemudian ditambah dengan I2 10 ml.

12. Diamkan selama 10 menit ditempat gelap, kemudian ditambah dengan indikator kanji sebanyak 3 tetes.

13. Titrasi dengan Na2S2O3 0,1 N. 14. Volume yang diperoleh sebagai V2.

15. Perlakuan ini dilakukan kembali pada menit ke 10, 20 dan menit ke 30. 16. Dihitung kadar masing-masing dengan rumus;

K=(V2−V1)x N x BE

Bs

17. Dihitung waktu paruhnya. Waktu paruh terbesar berarti stabilitas obatnya baik pada pH tersebut.

18. Dibuat grafik hubungan y = a + bx III.2.2 Pengaruh suhu

1. Ditimbang amoksisilin sebanyak 100 mg kemudian dilarutkan dalam dapar pH 8,0. Dicukupkan sampai 100 ml.

2. Dipipet dari situ kedalam erlenmeyer sebanyak 30 ml tiga kali. 3. Dipanaskan pada suhu 400C , 500C dan 600C.

(10)

5. 1 ml pertama ditambah dengan NaOH 0,1 N 1 ml, kemudian 4 ml dapar pH 4,0 dan didiamkan selama 5 menit

6. Ditamabah dengan HCl 0,1 N dan 10 ml I2 dan didiamkan ditempat gelap selama 10 menit.

7. Kemudian ditambah dengan indikator kanji sebanyak 3 tetes, dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tak berwarna. Volume yang diperoleh sebagai V1.

8. Untuk 1 ml kedua ditambah dapar pH 4,0 lalu diamkan selama lima menit. Tambahkan lagi dengan I2 sebanayak 10 ml lalu diamkan ditempat gelap selama 10 menit.

9. Ditambahkan indikator kanji lalu dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tak berwarna. Volume titrasi dihitung sebagai V2.

10. Dihitung kadar dengan rumus :

K=(V2−V1)x N x BE

Bs 11. Dibuat grafik persamaan y = a + bx

12. Perlakuan ini diulang pada menit ke 10, 20,dan menit ke 30. 13. Ditentukan waktu paruhnya. Waktu paruh terbesar berarti suhu itu

paling stabil.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN HASIL PENGAMATAN IV.1 Data Pengamatan

IV.1.1 Tabel Pengamatan Pengaruh PH Waktu

(menit)

pH 4,0 pH 5,0 pH 6,0

V1 (ml) V2 (ml) V1 (ml) V2 (ml) V1 (ml) V2 (ml)

0,8 0,9 1,0 1,1 0,4 2,6

(11)

20° 1,2 2,1 1,0 1,1 0,8 0,9

30° 0,7 1,2 1,1 1,2 0,9 1,2

IV.1.2 Tabel Pengamatan Pengaruh Suhu Waktu

(menit)

40° C 50° C 60° C

V1 (ml) V2 (ml) V1 (ml) V2 (ml) V1 (ml) V2 (ml)

0,9 0,9 0,9 1 1,1 1,4

10° 0,7 1,1 0,5 0,6 0,8 1,2

20° 1,0 1,2 0,8 0,9 0,6 1,0

30° 0,7 0,8 0,4 0,5 0,7 0,9

IV.2 Perhitungan A. Pengaruh pH 1. pH 4,0

a) Penetapan kadar 1) Menit ke 0°

K = (V2−V1)x Nx BE

Bs

= (0,9−0,8)x0,1x52,43 100mg

= 0,1x5,243

100mg = 0,0052 2) Menit ke 10°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (1,1−0,9)x0,1x52,43

100mg = 0,2x5,243

100mg

= 0,010

3) Menit ke 20°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (2,1−1,2)x0,1x52,43

(12)

= 0,9x5,243

100g

= 0,047

4) Menit ke 30°

K = (V2−V1)x Nx BE

Bs

= (1,2−0,7)x0,1x52,43

100g

= 0,5x5,243

100mg

= 0,026

b) Regresi linier

X Y X y x2 y2 xy

0 0,005 -15

-0,017

225 0,0002 0,255

10 0,010 -5

-0,012

25 0,0001 0,06

20 0,047 5 0,025 25 0,0006 0,125

30 0,026 15 0,004 225 0,0000

1

0,06

∑ X 60 0,088 0 0 500 0,0009 0,5

Mea n

15 0,022

b = ∑ xy

∑ x2

= 0,5

500

= 0,001 a = Y´ – b X´

= 0,022 – 0,001.15 = 0,007

1) t = 0’

y = a + bX

= 0,007 + 0,001. 0 = 0,007

(13)

y = a + bX

= 0,007 + 0,001. 10 = 0,017

3) t = 20’

y = a + bX

= 0,007 + 0,001. 20

= 0,027

4) t = 30’

y = a + bX

= 0,007 + 0,001. 30 = 0,037

K = 2,303 x b = 2,303 x 0,001 = 0,002

t 1/2 = 0,693

k =

0,693

0,002 = 346,5 =

346,5

60 = 5,775 jam

2. pH 5,0

a) Penetapan kadar 1) Menit ke 0°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (1,1−1,0)x0,1x52,43 100mg

= 0,1100x5,243mg

= 0,0052 2) Menit ke 10°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (1,0−0,9)x0,1x52,43 100mg

= 0,1100x5,243mg

(14)

3) Menit ke 20°

K = (V2−V1)x Nx BE

Bs

= (1,1−1,0)x0,1x52,43 100mg

= 0,1x5,243 100mg

= 0,0052

4) Menit ke 30°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (1,2−1,1)x0,1x52,43 100mg

= 0,1100x5,243mg

= 0,0052 b) Regresi linier

b = ∑ xy

∑ x2

= 0

500

= 0

X Y x y x2 y2 xy

0 0,005 -15 0 225 0 0

10 0,005 -5 0 25 0 0

20 0,005 5 0 25 0 0

30 0,005 15 0 225 0 0

∑ X 60 0,005 0 0 500 0 0

Mea n

(15)

a = Y´ – b X´ = 0,005 – 0 = 0,005

1). t = 0’

y = a + bX = 0,005 + 0. 0 = 0,005

2). t = 10’

y = a + bX

= 0,005 + 0. 10

= 0,005

3). t = 20’

y = a + bX

= 0,005 + 0.20

= 0,005

4). t = 30’

y = a + bX

= 0,005 + 0. 30

= 0,005

K = 2,303 x b = 2,303 x 0 = 0

t 1/2 = 0,693

k =

0,693

0 = ∞ 3. pH 6,0

a) Penetapan kadar 1) Menit ke 0°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (2,6−0,4)x0,1x52,43 100mg

= 2,2x52,43 100mg

= 0,115

(16)

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (0,75−0,5)x0,1x52,43 100mg

= 0,25100x5,243mg

= 0,013

3) Menit ke 20°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (0,9−0,8)x0,1x52,43 100mg

= 0,1100x5,243mg

= 0,005

4) Menit ke 30°

K = (V2−V1)x Nx BE B s

= (1,2−0,9)x0,1x52,43 100mg

= 0,3x5,243 100mg

= 0,015

(17)

b = ∑ xy

∑ x2

= −1,66

500

= -0,003

a = Y´ – b X´

= 0,037- (-0,003.15) = 0,082

1) t = 0’ y = a + bX

= 0,082 + (-0,003). 0 = 0,082

2) t = 10’ y = a + bX

= 0,082 + (-0,003). 10 = 0,052

3)

t = 20’

X Y x y x2 y2 xy

0 0,115 -15 0,078 225 0,006 -1,17

10 0,013 -5

-0,024

25 0,0005 0,12

20 0,005 5

-0,036

25 0,001 -0,18

30 0,015 15

-0,022

225 0,0004 -0,33

∑ X 60 0,148

2

0

-0,004

500 0,007 -1,66

Mea n

(18)

y = a + bX

= 0,082 + (-0,003). 20 = 0,022

4) t = 30’ y = a + bX

= 0,082 + (-0,003). 30

= -0,008

K = 2,303 x b

= 2,303 x -0,003 = -0,006

t 1/2 = 0,693

k =

0,693

−0,006 = -115,5 =

−115,5 60

= -1,925 jam

B. Pengaruh suhu 1. Suhu 400

a) Penetapan suhu 1) Menit ke 0°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (0,9−0,9)x0,1x52,43 100mg

= 0100x5,243mg

= 0 2) Menit ke 10°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (1,1−0,7)x0,1x52,43 100mg

= 0,4100x5,243mg

(19)

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (1,2−1,0)x0,1x52,43 100mg

= 0,02100x52,43g

= 0,010 4) Menit ke 30°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (0,8−0,7)x0,1x52,43 100g

= 0,1100x5,243mg

= 0,005

b) Regresi linier

b = ∑ xy

∑ x2

= 0,025

500

= 0,00005

a = Y´ – b X´

= 0,008 – 0,00005.15 = 0,007

1) t = 0’

X Y x y x2 y2 Xy

0 0 -15

-0,008

225 0,0000

6

0,12

10 0,020 -5 0,012 25 0,0001 -0,06

20 0,010 5 0,002 25 0,0000

04

0,01

30 0,005 15

-0,003

225 0,0000

09

-0,045

∑ X 60 0,035 0 0,003 500 0,0001 0,025

Mea n

(20)

y = a + bX

= 0,007 + 0,00005. 0

= 0,007

2) t = 10’ y = a + bX

= 0,007 + 0,00005. 10

= 0,0075

3) t = 20’ y = a + bX

= 0,007 + 0,00005. 20

= 0,008

4) t = 30’ y = a + bX

= 0,007 + 0,00005. 30

= 0,0085

K = 2,303 x b

= 2,303 x 0,00005

= 0,0001

t 1/2 = 0,693

k =

0,693

0,0001 = 693 =

6930

60 = 115,5

jam

2. Suhu 50°

a) Penetapan suhu 1) Menit ke 0°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (1,1−1,0)x0,1x52,43 100mg

= 0,1100x5,243mg

(21)

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (0,6−0,5)x0,1x52,43 100mg

= 0,1100x5,243mg

= 0,005 3) Menit ke 20°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (0,9−0,8)x0,1x52,43 100mg

= 0,1100x5,243mg

= 0,005

4) Menit ke 30°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (0,5−0,4)x0,1x52,43 100mg

= 0,1100x5,243mg

= 0,005 b)

Regresi linier

X Y X y x2 y2 xy

0 0,005 -15 0 225 0 0

10 0,005 -5 0 25 0 0

20 0,005 5 0 25 0 0

30 0,005 15 0 225 0 0

∑ X 60 0,02 0 0 500 0 0

Mea n

(22)

b = ∑ xy

∑ x2

= 0

500

= 0

a = Y´ – b X´

= 0,005 – 0.15 = 0,005

1) t = 0’ y = a + bX

= 0,005 + 0.0

= 0,005

2) t = 10’ y = a + bX

= 0,005 + 0. 10

= 0,005

3) t = 20’ y = a + bX

= 0,005 + 0. 20

= 0,005

4) t = 30’ y = a + bX

= 0,005 + 0. 30

= 0,005

K = 2,303 x b

= 2,303 x 0 = 0

t 1/2 = 0,693

0 =

0,693

(23)

3. Suhu 600

a) Penetapan suhu 1) Menit ke 0°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (1,4−1,1)x0,1x52,43 100mg

= 0,3x5,243 100mg = 0,015 2) Menit ke 10°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (1,2−0,8)x0,1x52,43 100mg

= 0,4x5,243 100mg = 0,020 3) Menit ke 20°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (1,0−0,6)x0,1x52,43 100mg

= 0,4x5,243 100mg = 0,020 4) Menit ke 30°

K = (V2−V1)x Nx BE Bs

= (1,2−0,9)x0,1x52,43 100mg

= 0,3x5,243 100mg

(24)

b) Regresi linier

b = ∑ xy

∑ x2

= 0,585

500

= 0,001

a = Y´ – b X´

= 0,027 – 0,001.15 = 0,012

1) t = 0’ y = a + bX

= 0,012 + 0,001. 0

= 0,012

2) t = 10’ y = a + bX

= 0,012 + 0,001. 10

= 0,022

X Y x y x2 y2 Xy

0 0,015 15

-0,012

225 0,0001 0,18

10 0,020 -5

-0,007

25 0,0000

4

0,035

20 0,020 5

-0,007

25 0,0000

4

-0,035

30 0,054 15 0,027 225 0,0007 0,405

∑ X 60 0,109 0 0,001 500 0,0008 0,585

Mea n

(25)

3) t = 20’ y = a + bX

= 0,012 + 0,001. 20

= 0,032

4) t = 30’ y = a + bX

= 0,012 + 0,001. 30

= 0,042

K = 2,303 x b

= 2,303 x 0,001

= 0,002

t 1/2 = 0,693

k =

0,693

0,002 = 346,5 =

346,5

60 = 5,775

jam

BAB V PEMBAHASAN .

(26)

Produk obat, yang tidak cukup stabil dapat mengakibatkan perubahan fisik seperti mengerasnya sediaan tersebut serta karakteristik kimia seperti pembentukan resiko tinggi dekomposisi zat. Jadi dalam percobaan kali ini dilakukan pengujian stabilitas dari obat amoksisilin pada berbagai pH dan suhu berdasarkan konstanta kecepatan stabilitas dari obat dimana akan dilihat pada suhu dan pH berapa obat dapat stabil dan teruarai dengan cepat. Penentuan stabilitas ini dilakukan suatu metode analisis secara iodometri dengan menggunakan NaOH untuk mentitrasi.

Langkah awal yang dilakukan adalah menimbang amoksisilin 100 mg pada timbangan kasar sebanyak tiga kali agar dapat mengurangi kemungkinan kesalahan. Lalu masing-masing dimasukan pada larutan dapar pH 4, 5 dan 6. Dimasukan dalam labu takar 100 mL dan di cukupkan air suling sampai 100 mL. Kemudian dipanaskan hingga suhu 50 0C pada waterbath karena dengan menggunakan suhu yang tinggi kita mampu mengetahui penguraian obat dengan cepat. Sedangkan jika menggunakan suhu kamar dalam pengujian maka butuh waktu yang lama untuk dapat terurai. Setelah suhu mencapai 50 0C masing-masing pH dipipet 1 mL sebanyak 2 kali (menit 0). 1 mL pertama dimasukan dalam Erlenmeyer, ditambah dengan NaOH 0,1 N lalu didapar pada pH 4 dan didiamkan selam 5 menit. Setelah itu ditambah lagi dengan HCl 0,1 N dan I2 0,01 N, homogenkan lalu diamkan selama 10 menit ditempat gelap sampai berwarna kuning buram. Didiamkan pada tempat yang gelap karena iodium akan terurai apabila terpapar cahaya. Selanjutnya dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai terjadi perubahan warna dan volume yang diperoleh sebagai V1. Selanjutnya untuk V2 dapat diperoleh dengan cara yang sama. Begitupun untuk menit ke 15 dan menit ke 30 di lakukan hal yang sama. Setelah itu dihitung kadar dan waktu paruhnya.

(27)

NaOH 0,1 N lalu 4 mL didapar dengan pH 4,0 lalu didiamkan selama 5 menit. Lalu ditambah HCl 0,1 N dan 10 mL I2 dan didiamkan ditempat yang gelap karena ditakutkan iodium dapat terurai dengan adanya cahaya. Kemudian ditambah indikator kanji sebanyak 3 tetes dan dititrasi dengan Na2S2O3 0,1 N sampai terjadi perubahan warna. Selanjutnya untuk V2 dapat diperoleh dengan cara yang sama. Begitupun untuk menit ke 15 dan menit ke 30 di lakukan hal yang sama. Setelah itu dihitung kadar dan waktu paruhnya.

Adapun tujuan dilakukan pada berbagai suhu yaitu pada suhu 40oC, 50oC, dan 60oC. Ini dimaksudkan untuk membedakan atau mengetahui pada suhu berapa obat dapat stabil dengan baik dan pada suhu berapa obat akan terurai dengan cepat. Penggunaan indikator kanji pada saat titrasi yaitu untuk menentukan titik akhir titrasi dari ampicilin dimana larutan kanji dengan iodium yang dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3 dapat membentuk suatu senyawa absorbsi dengan memberikan perubahan warna dari kuning kecoklatan menjadi bening.

Percobaan ini menggunakan iodium bertujuan untuk mempercepat terjadinya reaksi sehingga akan ada keseimbangan antara iodium dengan iodida, yang mana iodida merupakan suatu pereduksi yang diproduksi dari titrasi dengan larutan baku Na2S2O3 yang dapat membentuk iodium.

Percobaan ini menggunakan berbagai bahan diantaranya adalah dapar pH untuk mempertahankan harga pH, NaOH dapat memberikan suasana basa dan HCl dapat memberikan suasana asam dan menetralkan kelebihan basa dari NaOH. Tujuan diberikannya suasana asam dan basa karena ampicilin dry sirup dapat mengalami hidrolisis terkatalisis pada asam umum dan basa umum, menyebabkan reaksi terjadi dengan cepat.

(28)

BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa amoksisilin dapat stabil pada pH 4,0. Hal ini sesuai dengan teori yang diperoleh bahwa pH amoksisilin stabil pada pH 4,0 dan suhu amoksisilin stabil antara 30-700C.

(29)

Diharapkan kepada seluruh praktikan agar mampu memahami dan menguasai materi prektikum agar dengan mudah dalam melakukan praktikum, serta berhati-hati dalam penggunaan alat dalam laboratorium

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2004. Pharmpress (online). (Available as http://www.phrmpress.com, diakses tanggal 7 oktober 2013)

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Martin, A. 1983. Farmasi fisik. Jakarta : UI press

Martin,A. 2008.Farmasi fisika dasar-dasar farmasi fisik dalam ilmu farmasetik edisi ketiga jilid 2.Jakarta: UI press

Moechtar. 1989. Farmasi Fisika : Bagian Larutan dan Sistem Dispersi. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat disimpulkan bahwa atropin merupakan antagonis competitif dimana atropin yang sebelumnya menduduki reseptor dari agonis muskarinik bisa digeser dan

Adapun penyelesaian sengketa waris di Mahkamah Syar’iyah Bada Aceh, apabila pada saat proses mediasi itu berhasil maka mediator membuat sebuah keterangan

Hasil penilaian kesesuaian lahan aktual dalam studi kasus Rantau Pandan SP-1, untuk empat komoditas pertanian yang diamati menunjukkan dominasi kelas kesesuaian

Apakah jenis DRP yang timbul dalam pengobatan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda periode tahun 2005 yang meliputi : butuh obat

Hasil analisis data menunjukkan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara ukuran perusahaan terhadap pengungkapan sukarela modal intelektual,

Pendidikan dikehendaki berperanan positif sebagai suatu mekanisme sosial bagi menanamkan nilai-nilai moral, akhlak, kerohanian dan nilai tingkah laku yang baik serta mendidik

§ Jenis tagihan Tugas individu Tugas kelompok Ulangan § Bentuk instrumen Performans (kinerja dan sikap) , laporan tertulis, Tes tertulis 4 jam § Sumber Buku kimia § Bahan

Tunas Baru Lampung (TBLA) akan melakukan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (private placement) dengan mengeluarkan sebanyak 400.000.000 saham atau 8,09%