88 BAB VI
PENUTUP
6. 1 Kesimpulan
Hukum merupakan alat untuk mencapai tujuan kepentingan sebuah negara. Kepentingan negara berasal dari sejarah yang dialami oleh masyarakat dalam satu negara, berkembang menjadi norma, ide, dan kebiasaan masyarakat, kemudian menjadi kepentingan nasional, selanjutnya ide-ide dalam kepentingan nasional dibawa kedalam forum internasional atau regional (share ideas) untuk dijadikan kepentingan bersama yang nantinya akan membawa keuntungan bagi negara tersebut serta negara yang lain. Maka hukum internasional itu muncul dari kepentingan bersama negara-negara untuk mencapai kepentingan mereka.
Aturan hukum dalam penanganan dan pencegahan trafficking dalam level internasional (dalam Protokol Palermo tahun 2000 yang telah diratifikasi) dan nasional (dalam UU RI No. 21 tahun 2007 serta Perda Sulut No. 1 tahun 2004) telah ada namun permasalahan trafficking di Indonesia secara umum dan Sulawesi Utara secara khusus tetap terus terjadi. Indonesia yang adalah anggota organisasi regional ASEAN, saat ini melakukan kerjasama regional kedalam satu integrasi Masyarakat ASEAN yang mencakup Politik-Keamanan, Ekonomi, dan Sosial-Budaya.
Akar permasalahan trafficking yang terjadi di Indonesia adalah ekonomi, pendidikan, dan sosial yang saling berkaitan. Kebanyakan korban trafficking berasal dari latar belakang kemiskinan, pendidikan yang rendah, dan kesenjangan peran perempuan dalam masyarakat. Untuk mengatasi permasalahan trafficking, selain pemerintah harus memutuskan rantai permasalahan penyebab trafficking, pemerintah juga memerlukan bantuan dari negara lain serta masyarakat dalam bentuk langkah-langkah konkrit dalam mengatasi permasalahan trafficking.
89
memerlukan penanganan bersama antarnegara. ASEAN sepakat untuk membentuk instrumen yang bersifat legally binding dalam ASEAN Convention Against Trafficking in Persons, Expecially Woman and Children (ACTIP).
Kepentingan Indonesia dan negara-negara lainnya untuk mengatasi permasalahan trafficking akhirnya menjadi sebuah kerangka kerjasama hukum dalam kawasan ASEAN. ACTIP dibuat sebagai wadah kerjasama negara-negara ASEAN dan sebagai pedoman ASEAN dalam pembuatan langkah-langkah efektif dalam menangani permasalahan trafficking di ASEAN. Indonesia sendiri masih dalam proses ratifikasi yang merupakan bukti formal bahwa Indonesia telah mengharmonisasikan perjanjian internasional ACTIP dalam peraturan dalam negeri untuk menunjukkan komitmen Indonesia dalam mencegah dan menyelesaikan permasalahan trafficking.
Dalam proses ratifikasi, Indonesia tidak hanya berdiam diri, namun Indonesia tetap aktif ikut serta dalam forum-forum ASEAN dalam pembahasan kejahatan transnasional dan implementasi penerapan ACTIP di kawasan ASEAN, serta akif dalam melakukan pertemuan tingkat nasional membahas mengenai strtegi penanganan dan penyelesaian permasalahan kejahatan kriminal seperti tindak pidana perdagangan orang dan sejenisnya. Jika dilihat dari segi aturan yang ada di Indonesia, dinilai tidak dihadapkan dengan kendala yang berat untuk meratifikasi ACTIP. Dari segi aturan yang ada untuk daerah Sulawesi Utara, diperkirakan perlu adanya perubahan dalam peraturan daerah mengenai Pencegahan dan Pemberantasan Perdagangan Manusia untuk menghindari adanya celah hukum dalam peraturan tersebut.
6. 2 Solusi dan Rekomendasi
90